SEMANGAT NASIONALISME ANAK DALAM FILM “INDONESIA MASIH SUBUH”: STUDI DAKWAH ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES.

(1)

SEMANGAT NASIONALISME ANAK DALAM FILM “INDONESIA MASIH SUBUH”

(Studi Dakwah Analisis Semiotika Roland Barthes) SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

Siti Chusnuniyah Nuriya Rachmawati NIM : B01212048

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Siti Chusnuniyah Nuriya Rachmawati, B01212048, 2016. Semangat Nasionalisme Anak dalam Film “Indonesia Masih Subuh” (Studi Dakwah Analisis Semiotika Roland Barthes). Skripsi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Jurusan Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Film, Semangat Nasionalisme, Anak, Analisis Semiotika

Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah : Bagaimana makna denotatif semangat nasionalisme anak dalam film “Indonesia Masih Subuh”? Bagaimana makna konotatif semangat nasionalisme anak dalam film “Indonesia Masih Subuh”?

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif interpetatif dengan menggunakan metode analisis semiotika yang mengacu pada teori Roland Barthes Sedangkan unit analysis dalam penelitian ini adalah dialog yang dilakukan, pemeranan, serta ilustrasi musik dalam Film Pendek “Indonesia Masih Subuh”.

Dari hasil penelitian ini ditemukan makna denotasi dan konotasi dari semangat nasionalisme anak bahwa : Makna denotatif : anak laki-laki yang bekerja sebagai semir sepatu bercita-cita ingin membeli sebuah bendera merah putih untuk sebuah sekolah. Namun, di tengah semangat perjuangan anak tersebut harus menangis kecewa karena melihat sesuatu yang diperjuangkannya tergeletak di tempat sampah dengan keadaan kotor dan berlubang. Makna konotatif : suatu penggambaran perjuangan seorang anak dalam menumbuhkan nasionalisme masyarakat Indonesia yang ditunjukkan melalui sebuah bendera. Semangat cinta tanah air atau nasionalismenya yang wajib ditiru oleh masyarakat yang menonton film Indonesia Masih Subuh Ini. Karena sesungguhnya sikap mencintai tanah air atau yang biasa disebut dengan nasionalisme dianjurkan dalam Islam. Seperti yang dilakukan oleh Rasul dan sahabat saat membela mati-matian kota Madinah sehingga tercetus Piagam Madinah.

Rekomendasi dalam penelitian ini mengharapkan agar ada peneliti-peneliti yang lain yang bersedia meneruskan penelitian ini, ataupun meneliti objek yang lain yang sama-sama mengandung nasionalisme yang notabennya dianjurkan oleh agama untuk memiliki rasa cinta terhadap negaranya. Tentunya penelitian yang diharapkan selanjutnya membahas lebih mendalam pemikiran tentang film, nasionalisme dan juga Islam dengan memakai metode atau jenis penelitian yang berbeda dengan penelitian ini, sehingga penelitian dengan arah atau fokus seperti ini dapat berkembang dengan berbagai perspektif dan pandangan lain yang lebih bervariasi dan lebih baik. Peneliti juga mengharap agar penelitian selanjutnya lebih baik daripada penelitian ini.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL :... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING :... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI :... iii

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI :... iv

MOTTO DAN PENGESAHAN :... v

ABSTRAK :... vi

KATA PENGANTAR:………...……... vii

DAFTAR ISI :.………... ix

DAFTAR GAMBAR :... xi

DAFTAR TABEL :... xii

DAFTAR LAMPIRAN :... xiii

BAB I PENDAHULUAN :.…………...………... 1

A. Latar Belakang :...……….….1

B. Rumusan Masalah :...………..………..……….….4

C. Tujuan Penelitian :... 4

D. Manfaat Penelitian :... 5

E. Konseptualisasi :... 5

1. Nasionalisme :... 6

2. Analisis Semiotika :... 7

F. Sistematika Pembahasan :... 9

BAB II KAJIAN TEORETIK TENTANG SEMANGAT NASIONALISME ANAK :...…...…………...….………....………11

A. Film Sebagai Media Dakwah :...…...……..…………...……. 11

1. Media Dakwah :... 11

2. Film :... 17

B. Kelebihan dan Kekurangan Film Sebagai Media Dakwah :... 19

C. Nasionalisme Sebagai Pesan Film :...……....…. 20


(8)

2. Nasionalisme dan Islam :... 22

D. Penelitian Terdahulu:…... 32

BAB III METODE PENELITIAN:…...……....…...………. 37

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian:………....………. 37

1. Semiotika :... 37

2. Semiotika Roland Barthes :... 40

B. Unit Analysis :...…...…...………. 42

C. Tahap-tahap Penelitian :... 43

D. Teknik Analisis Data :... 45

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA :... 50

A. Profil Film Pendek “Indonesia Masih Subuh” :... 50

B. Sinopsis Film Pendek “Indonesia Masih Subuh” :... 55

C. Penyajian Data :... 57

D. Analisis Data :... 72

BAB V PENUTUP :... 80

A. Kesimpulan :... 80

B. Saran :... 80

DAFTAR PUSTAKA :... 83

LAMPIRAN :... 86

BIODATA PENULIS :... 92


(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Di zaman yang modern ini, manusia tidak bisa terlepas dari yang namanya media khususnya media elektronik. Media seolah menjadi dewa bagi kehidupan manusia. Media adalah sesuatu yang paling berpengaruh dalam pembentukan karakter atau kehidupan manusia. Bentuk dari media itu bermacam-macam. Seperti media cetak maupun media elektronik. Keduanya sama-sama memiliki pengaruh bagi manusia. Apalagi media elektronik yang paling berpengaruh karena tidak hanya menampilkan kata-kata, namun juga menampilkan visual berupa gambar yang mengandung pesan baik tersirat maupun tersurat.

Media elektronik merupakan media komunikasi atau media massa yang menggunakan alat-alat elektronik (mekanis), media elektronik kini terdiri dari : radio, film, televisi, dan internet.1 Dalam konteks penelitian ini media yang digunakan dan yang ingin diteliti adalah film.Film sebagai alat komunikasi massa kedua yang muncul. Film merupakan kajian yang cocok bila disandingkan dengan analisis semiotika. Karena film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Yang terpenting dalam film adalah mengandung gambar dan suara, kata yang diucapkan dan juga musik dalam sebuah film tersebut.2

Ditinjau dari segi bahasa “Da’wah”berarti: panggilan, seruan atau ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar. Sedangkan

1

Morrisan,Jurnalistik Televisi Mutakhir, 2008, (Jakarta:Kencana). h. 3 2


(10)

bentuk kata kerja berarti memanggil, menyeru atau mengajak.3Secara etimologi pengertian dakwah dan tabligh itu merupakan suatu proses penyampaian pesan-pesan yang berupa ajaran atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.4

Tugas kita utamanya sebagai seorang muslim adalah untuk menegakkan kegiatan yang dinamakan dakwah tersebut. Mengingatkan sesama manusia dalam kebaikan merupakan sebuah kewajiban yang berarti itu wajib hukumnya.Berdakwah dapat dilakukan dengan media yang beragam, misalnya media elektronik. Media elektronik yang menyuguhkan paket lengkap yaitu audio visual dianggap pas sebagai media dakwah, sebagaimana dalam penelitian ini yang mengangkat media film yang diharapkan dapat menjadi media dakwah bagi yang melihatnya.

Menyerukan jiwa nasionalisme sejak dini perlu diajarkan. Apalagi memiliki rasa nasionalisme sebenarnya dianjurkan dalam Islam. Seperti yang dicontohkan oleh nabi Muhammad yang berperang melawan musuh ketika ingin mempertahankan kota Madinah. Realita saat inisebagian orang mulai apatis terhadap negaranya masing-masing. Padahal memiliki jiwa nasionalisme mengajarkan kita lebih peka terhadap kehidupan bernegara dan juga kepada masyarakat sekitar.

Banyak orang berkewarganegaraan asing ke Indonesia bahkan menetap di negara ini demi untuk mempelajari budaya dan apa saja tentang Indonesia. Tetapi sebagian orang Indonesia hidup dengan budaya kebarat-baratan.

3

Wahidin Saputra,Pengantar Ilmu Dakwah,2012, (Jakarta:Rajawali Pers), h. 1 4


(11)

Ditengah mulai tergerusnya rasa nasionalisme, sebagian masyarakat Indonesia melalui tayangan televisi mulai mengajak masyarakat Indonesia untuk lebih mencintai Indonesia dengan menyuguhkan tayangan yang mengexplorewilayah Indonesia dan keindahannya.

Ditengah tergerusnya rasa nasionalisme, sebagian warga masih menunjukkan sikap nasionalisme dengan ikut berpartisipasi pada acara HUT kemerdekaan negara Indonesia. Mengajarkan dan menanamkan jiwa nasionalisme atau cinta tanah air ini sebaiknya dilakukan sejak usia anak-anak supaya anak-anak tersebut memiliki semangat untuk mencintai tanah airnya sendiri.

Seperti halnya pada film pendek yang berjudul “Indonesia Masih Subuh” ini. Film ini menumbuhkan rasa semangat perjuangan dari seorang anak dan tentang perlakuan jiwa nasionalisme yang diajarkan lewat tokohnya di film tersebut. Nilai yang terkandung dalam film ini di antaranya adalah nasionalisme dan juga ikhtiar dari seorang anak kecil yang bekerja sebagai penyemir sepatu yang cinta sekali terhadap Indonesia.

Nilai-nilai tersebut yang membuat peneliti memilih film ini. Selain itu dalam hadist disebutkan bahwa mencintai negara adalah sebagian dari iman. Penonton yang menonton film ini akan diajak untuk lebih mencintai Indonesia dan untuk lebih berusaha lagi dalam memperjuangkan sesuatu yang dicita-citakan. Film ini tergolong sebagai film pendek karena memiliki durasi waktu 16 menit. Dan pemutarannya terdapat media online yaitu Youtube.


(12)

Berdasar latar belakang diatas kemudian dalam penelitian iniingin membahas lebih mendalam tentang bagaimana : Semangat Nasionalisme Anak. Film ini memiliki banyak unsur untuk diteliti dan dianalisis berdasarkan analisis semiotik. Analisis semiotik adalah meneliti makna atau apa yang terkandung dalam film itu berdasarkan tanda yang muncul.

Karena penelitian mengenai film itu banyak memakai analisis yaitu semiotika. Semiotika adalah analisis berdasarkan simbol atau tanda yang muncul dari suatu peristiwa, dan film adalah suatu karya yang berupa audio visual yang mana visual itu memunculkan sebuah gambar yang memungkinkan muncul adanya simbol maupun tanda yang dapat dianalisis. B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, ditemukan beberapa rumusan masalah yang ingin diteliti :

a. Bagaimana makna denotatif semangat nasionalisme anak dalam film Indonesia Masih Subuh ?

b. Bagaimana makna konotatif semangat nasionalisme anak dalam film Indonesia Masih Subuh ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka ditemukan beberapa tujuan penelitian, yaitu :

a. Untuk mengetahui tentang makna denotatif semangat nasionalisme anak dalam film Indonesia Masih Subuh melalui perspektif Rolland Barthes.


(13)

b. Untuk mengetahui tentang makna konotatif semangat nasionalisme anak dalam film Indonesia Masih Subuh melalui perspektif Rolland Barthes. D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dibuat berdasarkan tujuan diatas. Dan dari tujuan di atas ditemukan beberapa manfaat, yaitu :

1. Manfaat Teoretik

a. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan kajian penelitian komunikasi pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

b. Penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan bagi perpustakaan dan dapat menjadi bahan referensi karya ilmiah yang bermanfaat.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa dalam memahami pesan – pesan yang disampaikan sebuah film.

b. Peneliti ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi kemajuan dakwah yang dilakukan melalui media massa dalam konteks ini yaitu film.

E. Konseptualisasi

Penelitian ini memiliki sebuah judul yang telah disebutkan di atas. Judul tersebut terdiri dari beberapa konsep yang mana konsep pada hakikatnya merupakan istilah, yaitu satu kata atau lebih yang


(14)

menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide (gagasan).5Maka dari itu disini dibahas tentang definisi kata per kata yang digunakan dalam judul penelitian tersebut.

1. Nasionalisme

Nasionalisme adalah suatu paham, yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Perasaan sangat mendalam akan suatu ikatan yang erat dengan tanah tumpah darahnya, dengan tradisi-tradisi setempat dan penguasa-penguasa resmi di daerahnya selalu ada di sepanjang sejarah dengan kekuatan yang berbeda-beda. Pada akhir abad ke-18M nasionalisme dalam ati kata modern menjadi suatu perasaan yang diakui secara umum.6Nasionalisme berasal dari kata nation yang berarti bangsa. Dalam pengertian antropologis dan sosiologis, bangsa adalah suatu masyarakat yang merupakan suatu persekutuan hidup yang berdiri sendiri dan masing-masing anggota persekutuan hidup tersebut merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama, sejarah dan adat istiadat. Bangsa menurut pengertian politik adalah masyarakat dalam suatu daerah yang sama dan mereka tunduk kepada kedaulatan negaranya sebagai kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam.7

Para ahli mengemukakan tentang definisi nasionalisme, adalah8L. Stoddard yang mengemukakan nasionalisme adalah suatu keadaan jiwa

5

Irawan Soeharto,Metode Penelitian Sosial, 2002, (Bandung:Remaja Rosdakarya), h. 4 6

Hans Kohn,Nasionalisme, Arti dan Sejarahnya,1984, (Jakarta:PT. Pembangunan), h. 11 7

Badri Yatim,Soekarno, Islam dan Nasionalisme,1999, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu), hh. 57-58 8


(15)

dan suatu kepercayaan, dianut oleh sejumlah besar manusia perseorangan sehingga mereka membentuk suatu kebangsaan. Nasionalisme adalah rasa kebersamaan segolongan sebagai suatu bangsa. Selain L. Stoddard, Hans Kohn juga mengemukakan tentang nasionalisme bahwa negara kebangsaan adalah cita-cita dan satu-satunya bentuk sah dari organisasi politik, dan bahwa bangsa adalah sumber dari semua tenaga kebudayaan kreatif dan kesejahteraan ekonomi.

Dari beberapa pendapat, Soekarno memadukannya bahwa nasionalisme terdiri dari rasa ingin bersatu, persatuan perangai dan nasib serta persatuan antara orang dan tempat. Dalam Islam ternyata juga terdapat hadist yang membahas tentang nasionalisme. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa nasionalisme adalah sikap memperjuangkan serta mempertahankan kemerdekaan yang telah dimiliki oleh suatu bangsa. Rasa nasionalisme harus ditumbuhkan sejak usia dini.

2. Analisis Semiotika

Teori Semiotika ini dikemukakan oleh Ferdinand De Saussure (1857-1913). Menurut Saussure semiotika atau semiologi berasal dari bahasa yunani semeionyang berarti tanda. Semiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan tanda-tanda dalam masyarakat. Semiologi akan menunjukkan hal-hal yang membangun tanda-tanda dan hukum-hukum yang mengaturnya.9

9

Marcel Danesi,Pesan, Tanda, dan Makna:Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi, 2012, (Yogyakarta:Jalasutra), h. 5


(16)

Semiotika merupakan studi yang mempelajari tentang tanda dan cara kerja tanda itu sendiri.Tanda adalah sesuatu yang nyata dan bisa dipersepsikan oleh indera manusia. Tanda-tanda tersebut juga yang digunakan untuk memahami kehidupan manusia satu sama lain. Misalnya manusia dalam berkomunikasi dengan manusia lainnya selalu menggunakan tanda agar apa yang dikomunikasikan dapat dipahami oleh yang lainnya.Semiotika sendiri memiliki beberapa aliran diantaranya Rolland Barthes, Saussure, Baudrillard, Jacques Derrida, dan masih banyak lagi.

Semiotika sebagai suatu pembelajaran dari ilmu pengetahuan sosial yang memiliki unit dasar yang disebut tanda. Tanda itu bisa dipersepsikan seperti contohketika kita berkomunikasi dengan seseorang, baju yang kita pakai, makan dan minuman yang sedang dimakan, dan itu dapat ditemukan dimana-mana. Tanda itu juga dapat didefinisikan sebagai yang mewakili sesuatu lain. Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis semiotik. Rangkaian gambar dalam film menciptakan imajinasi dan sistem penandaan. Karena itu bersamaan dengan tanda-tanda arsitektur, terutama indeksikal, pada film terutama digunakan tanda-tanda ikonis, yakni tanda–tanda yang menggambarkan sesuatu. Penelitian terhadap bentuk yang bersifat audio visual ini dapat dilakukan dengan memilih satu model analisis tertentu, seperti Roland Barthes.10

10


(17)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Roland Barthes. Roland Barthes ini adalah salah satu dari beberapa pemikir yang memikirkan teori Semiotika ini. Teori Barthes menjelaskan dua tingkat pertandaan yaitu denotasi dan konotasi. Denotasi adalah hubungan eksplisit antara tanda dengan referensi atau realitas dalam pertandaan, sedangkan konotasi adalah aspek makna yang berkaitan dengan perasaan dan emosi serta nilai-nilai kebudayaan dan ideologi.

Menurut Roland Barthes, semiotika tidak hanya meneliti mengenai penanda dan petanda, tapi juga hubungan yang mengikat keduanya secara keseluruhan.Semiologi Barthes mengacu pada Saussure dengan menyelidiki hubungan antara petanda dan penanda.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pemahaman hasil penelitian, laporan ini terdiri dari lima bab, berikut sistematika pembahasan yang digunakan dalam penelitian ini :

Bab satu yang merupakan bab pendahuluan. Pada bab ini penelitian berisikan gambaran umum penelitian yang meliputi latar belakang masalah yang menarik peneliti untuk membahas lebih mendalam tentang bagaimana Semangat Perjuangan Anak atau dengan kata lain semangat nasionalisme seorang anak, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual tentang kata yang terkait pada judul dan sistematika pembahasan.

Selanjutnya pada bab kedua ini merupakan bab kajian teoretik tentang penguatan semangat nasionalisme melalui film. Pada bab ini berisi tentang


(18)

kajian pustaka yang meliputi kerangka teoretik tentang Film sebagai Media Dakwah, Kelebihan dan Kekurangan Film sebagai Media Dakwah, Nasionalisme sebagai pesan film, Nasionalisme Islam dan penelitian terdahulu yang relevan sebagai acuan dan pembuktian bahwa penelitian kali ini belum pernah diteliti sebelumnya.

Sebelum hasil penelitian disajikan, terlebih dahulu di bab tiga dibahas tentang metode penelitian. Pada bab ini memuat secara rinci tentang metode dan langkah–langkah penelitian yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan, unit analisis, tahap–tahap penelitian, dan teknik analisis data.

Setelah dibahas bab metode penelitian, barulah di bab empat dibahas penyajian dan analisis data.Pada bab ini berisi tentang penyajian dan analisis data yang meliputi profil film pendek “indonesia masih subuh”, sinopsis film pendek “indonesia masih subuh”, penyajian data berupa makna dari adegan dalam film dan analisis data menurut teori semiotik Roland barthes.

Barulah pada bab ini adalah bab terakhir yang dinamakan bab penutup. Bab ini berisikan penutup yang meliputi kesimpulan tentang makna konotasi dan denotasi semangat nasionalisme anak yang ada pada film “Indonesia Masih Subuh”dan saran terhadap beberapa pihak.


(19)

BAB II

KAJIAN TEORETIK TENTANG PENGUATAN SEMANGAT NASIONALISME ANAK MELALUI FILM A. Film sebagai Media Dakwah

1. Media Dakwah

Dakwah menjadikan perilaku Muslim dalam menjalankan Islam sebagai agamarahmatan lil’alaminyang harus didakwahkan kepada seluruh manusia, yang dalam prosesnya melibatkan unsur: da’i (subyek), maaddah (materi), thoriqoh (metode), wasilah (media), dan mad’u (objek) dalam mencapai maqashid (tujuan) dakwah yang melekat dengan tujuan Islam yaitu mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.1

Ditinjau dari etimologis atau secara bahasa, dakwah berasal bahasa Arab yaitu da’a-yad’i-da’watan, yang artinya mengajak, menyeru, dan memanggil.2 Ditinjau dari terminologi, dakwah terdapat beberapa pengertian menurut ahli, Prof. Toha Yahya Omar, M. A yang mengatakan “Mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.”3 Dakwah merupakan kewajiban yang syar’i. Hal ini sebagaimana tercantum di dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah.

1

Wahidin Saputra,Pengantar Ilmu Dakwah,2003, (Jakarta:Dakwah Press), h.3 2

Samsul Munir Amin,Ilmu Dakwah, 2009, (Jakarta:Amzah), h. 1 3


(20)

Berikut beberapa ayat dakwah sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran surah An-Nahl ayat 1254:































“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk.”(Q.S. An-Nahl [16]:125)

Setiap muslim diwajibkan menyampaikan dakwah Islam kepada seluruh umat manusia, sehingga mereka dapat merasakan ketentraman dan kedamaian.5 Dalam berdakwah selalu ada unsur-unsur yang mendukung proses berdakwah, yaitu : Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan maupun perbuatan baik secara individu, kelompok atau organisasi.6 Seorang da’i harus memulai dakwahnya yang dimulai dari dirinya sendiri sehingga menjadi panutan yang baik bagi orang lain.

Mad’u adalah seluruh manusia, baik laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, miskin atau kaya, muslim atau non muslim, kesemuanya menjadi objek dari kegiatan dakwah Islam, semua berhak menerima ajakan dan seruan ke jalan Allah.7 Materi dakwah pesan atau segala sesuatu yang

4

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya, 2005, (Jakarta: Gramedia), h.281

5

Awaludin Pimay,Paradigma Dakwah Humanis, 2005, (Semarang: Rasail), h.30

6

Moh Ali Aziz,Ilmu Dakwah, 2004, (Jakarta: Kencana), h.75 7

Fathul Bahri An-Nabiry,Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i, 2008, (Jakarta: Amzah), h.230


(21)

harus disampaikan oleh subyek kepada obyek dakwah, yaitu keseluruhan ajaran Islam yang ada dalam kitab Al Qur’an maupun sunnah Rasul.

Materi dakwah diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu aqidah (keimanan atau kepercayaan), syari’ah (hukum), dan akhlaq (sikap atau perbuatan). Media dakwah adalah alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Atau dengan kata lain media dakwah adalah sarana yang digunakan oleh da’i untuk menyampaikan materi dakwah.8

Didalam melaksanakan suatu kegiatan dakwah diperlukan juga metode penyampaian yang tepat agar tujuan dakwah tercapai. Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud.9

Sedangkan metode dakwah adalah cara-cara menyampaikan pesan pada obyek dakwah, baik itu kepada individu, kelompok ataupun masyarakat agar pesan-pesan tersebut mudah diterima, diyakini, dan diamalkan.10 Metode dalam kegiatan dakwah adalah suatu cara dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah. Banyak metode dakwah yang disebutkan dalam al-Qur’an dan hadits akan tetapi yang dijadikan pedoman. Jenis metode dakwah yaitu metode dakwah bil-hikmah. Yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitik beratkan pada kemampuan mereka. Misalnya, materi yang disampaikan 8

Asmuni Syukir,Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, 1983, (Surabaya: Al-Ikhlas), h.63 9

W. J. S. Poerwadarminto,Kamus Umum Bahasa Indonesia,1984, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud, Balai Pustaka), h.649.

10

Salahudin Sanusi,Pembahasan Sekitar Prinsip-Prinsip Dakwah Islam,1964, (Semarang: Ramadhoni), h.111.


(22)

tidak memberatkan orang yang dituju (madu), dan tidak membebani jiwa yang hendak menerimanya. Banyak sekali cara yang ditempuh untuk mengajak mereka sesuai dengan keadaannya, tidak perlu menggebu-gebu dan bernafsu, karena semua itu melampaui batas hikmah.11

Metode selanjutnya adalah Al-Mau’idzah Al-Hasanah. Metode ini berupa nasehat atau petuah, bimbingan atau pengajaran, kisah-kisah, kabar gembira, dan peringatan serta wasiat atau pesan-pesan positif.12 Metode ini memberi nasehat dan mengingatkan orang lain dengan bahasa yang baik yang dapat menggugah hatinya sehingga madu bersedia dan dapat menerima nasehat tersebut.13

Ucapan yang diucapkan oleh da’i kepada mad’u mengandung pesan dakwah. Selain metode tersebut, ada juga dakwah dengan menggunakan metode keteladanan atau demonstrasi berarti suatu cara penyajian dakwah dengan memberikan keteladanan langsung sehingga mad’u akan tertarik untuk mengikuti apa yang dicontohkannya.

Berdakwah tentunya membutuhkan sebuah media agar dakwah tersebut dapat diketahui dan diterima oleh mad’u. Media dakwah tetap menjadi salah satu komponen penting untuk mencapai tujuan dakwah. Media dakwah adalah sarana yang digunakan da’i dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah.14 Dalam bahasa Arab media sama dengan wasilah

atau dalam bentuk jamak, wasail yang berarti alat atau perantara. Media

11

Ghazali Darus Salam, Dakwah yang Bijak, (Jakarta: Lentera), cet. Ke-2, h. 26. 12

Ibid,h. 10. 13

M. Mashur Amin,Op. Cit,h. 28. 14

Acep Aripudin,Pengembangan Metode Dakwah: Respon Da’i Terhadap Dinamika Kehidupan di Kaki Cerimai, 2011, (Jakarta: Rajawali Pers), h. 13


(23)

dakwah adalah alat yang menjadi perantara penyampaian pesan dakwah kepada mitra dakwah. Banyak alat yang bisa dijadikan media dakwah, asalkan media tersebut ditujukan untuk berdakwah.15

Pesan dakwah tidak akan sampai kepada mad’u tanpa metode, begitu pula dengan metode tidak akan berjalan tanpa adanya media. Dengan demikian media dakwah adalah instrumen yang dilalui oleh pesan atau saluran saluran pesan yang menghubungkan antara da’i dengan mad’u.

Instrumen yang berfungsi sebagai media itu ada dalam diri da’i adalah seluruh dirinya sendiri, sedangkan yang ada di luar diri da’i dapat berupa media cetak, elektronika, film, dan benda lain.16 Kepiawaian juru dakwah dalam memilih media yang tepat akan mendukung proses dakwah terlaksana dengan baik. Ada beberapa pendapat tentang macam-macam media dakwah, antara lain17:

1. Hamzah Ya’qub menyebut lima macam media dan metode dakwah yaitu lisan, tulisan, lukisan, audio visual, dan akhlak. Ia menyamakan media dan metode dakwah.

2. Abdul Kadir Munsyi mencatat enam jenis media dakwah : lisan, tulisan, lukisan atau gambaran, audio visual, perbuatan dan organisasi.

3. Syukriadi Sambas menyatakan bahwa ada dua instrumen utama dakwah, yaitu seluruh diri pendakwah (da’i) dan di luar diripendakwah.

15

Moh Ali Aziz,Ilmu Dakwah, 2004, (Jakarta: Kencana), hh. 403-404 16

Aep Kusnawan,Ilmu Dakwah (Kajian Berbagai Aspek), 2004, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy), h. 53

17


(24)

Klasifikasi media dakwah menurut panca indera ada dua jenis, yaitu media auditif dan media visual. Yang mana media auditif yaitu media yang mengandalkan indera pendengaran dalam menggunakan medianya untuk berdakwah. Sedangkan media visual yaitu media yang mengandalkan indera penglihatan dalam menggunakan medianya untuk berdakwah.18 Selain itu ada media terbaru yang merupakan perpaduan dari indera penglihatan dan pendengaran yaitu media audio visual.

Macam-macam media auditif memiliki macam-macam jenis, yaitu : Radio seperti contoh program renungan fajar di RRI dan program mutiara fajar di suara giri FM, selain radio ada juga casette / tape recorder seperti kaset yang dijual oleh penjual kaset yang berisikan materi dakwah seperti K.H Anwar Zahid, dan masih banyak lagi.

Macam-macam media visual yang menggunakan indera penglihatan dalam memanfaatkan medianya, yaitu : pers, yang mana pers ini bisa dikatakan sebagai media massa yang contohnya seperti surat kabar, majalah seperti majalah Aula Auleea yang merupakan majalah dakwah milik Nahdatul Ulama, tabloid, dan juga bulletin contohnya seperti saat berada pada forum atau majelis pengajian biasanya diberikan bulletin yang berisikan materi dakwah yang diberikannya dalam forum tersebut, selain

pers ada juga poster atau plakat, buku yang berisikan dakwah seperti contohnya kun fayakun karya Ustadz Yusuf Mansyur, internet, SMS (Short Message Service), dan terakhir yaitu brosur.

18


(25)

Macam-macam media audio visual yang melibatkan indera penglihatan dan juga pendengaran dalam memanfaatkan media sebagai alat untuk berdakwah, seperti : Televisi yang mana banyak sekali program di televisi yang menayangkan program dakwah seperti contohnya Islam itu Indah di TransTV, dan masih banyak program dakwah lainnya, selain televisi ada juga Film. Film juga banyak yang mengandung unsur dakwah seperti contoh 99 Cahaya di Langit Eropa, dan masih banyak lagi lainnya.

Selain film ada jenis media audio visual lainnya seperti sinema elektronik yang berarti sinetron, sebagaimana sinetron yang banyak ditayangkan banyak sekali yang mengandung dakwah seperti contoh Hidayah, Rahasia Ilahi, dan masih banyak lagi lainnya. Jenis media audio visual lainnya adalah cakram padat yang berarti sebuah piringan optikal yang digunakan untuk menyimpan data secara digital.

2. Film

Sebagaimana sudah disebutkan dalam bentuk media dakwah diatas, dakwah bisa saja dilakukan dalam media. Seperti program–program yang sengaja berbau dakwah maupun tersirat dari sebuah film. Ada beberapa pengertian tentang film. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop).

Film juga diartikan sebagai lakon (cerita) gambar hidup. Dari definisi yang pertama, kita dapat membayangkan film sebagai sebuah benda yang


(26)

sangat rapuh, ringkih, hanya sekepingCompact Disc(CD).19 Film sebagai media sudah banyak diteliti. Menurut film-film yang sudah diteliti mengatakan bahwa film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkn muatan pesan dibaliknya, tanpa berlaku sebaliknya.

Film biasa disebut dengan gambar hidup atau sering juga disebut

movie. Film secara kolektif sering disebut dengan ‘sinema’. Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan, dan juga bisnis. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda dengan kamera, dan atau oleh animasi.20Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan kemudian memproyeksikannya ke atas layar.21

Dalam film terdapat beberapa jenis film, seperti film dokumenter, film pendek, film panjang,profile company, iklan, video klip, dan masih banyak lagi jenisnya. Dengan berbagai media dakwah yang banyak tadi,da’i harus selektif dalam memilih media mana yang paling efektif dijadikan media untuk berdakwah. Film itu seperti diketahui merupakan salah satu acara yang ditayangkan televisi.

Terdapat beberapa pesan moral yang dapat diangkat atau diambil maknanya dari tayangan-tayangan film. Sebab film memberikan peluang untuk terjadinya peniruan apakah itu positif ataupun negatif. Dikarenakan dampak yang ditimbulkan lewat acara-acara film begitu besar maka

19

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990, (Jakarta:Balai Pustaka), h. 242

20

Moh Ali Aziz,Ilmu Dakwah,2004, (Jakarta:Kencana), h. 425 21


(27)

sungguh pas dan tepat jika proses dakwah pun dilakukan melalui film-film yang bertemakan dakwah.

B. Kelebihan dan Kekurangan Film sebagai Media Dakwah

Sebagaimana disebutkan diatas tentang berbagai macam media dakwah, yang mana salah satunya adalah melalui film. Tentunya sebagai media dakwah, film memiliki sisi positif dan negatif. Berikut adalah kelebihan dari film sebagai media dakwah :

1. Selain menyuguhkan suara, film juga menampilkan gambar yang mana membuat seseorang lebih memilih film karena menyuguhkan yang bervariatif berupa suara dan gambar.

2. Media film yang menghadirkan pesan yang hidup dalam setiap adegannya akan lebih mudah diingat dan menjadi sesuatu yang berkesan bagi penontonnya.

3. Khusus bagi khalayak anak-anak dan sementara kalangan orang dewasa cenderung menerima secara bulat, tanpa lebih banyak mengajukan pertanyaan terhadap seluruh kenyataan situasi yang disuguhkan film. 4. Film juga dapat mempengaruhi emosi penonton.

5. Pengajaran seperti shalat, manasik haji, dan do’a-do’a juga dengan mudah didapatkan melalui media film tersebut.

Film sebagai media dakwah tidak sepenuhnya memberikan kelebihan, ada juga kekurangan yang diberikan dari film sebagai media dakwah, yaitu : 1. Dakwah melalui media terlebih film ini memerlukan biaya yang relatif


(28)

2. Kurangnya keteladanan yang di perankan oleh para artis karena perbedaan karakter ketika berada didalam dan di luar panggung.

3. Karena cerita yang disuguhkan dalam film ini bersifat tersirat, maka terkadang tidak semua penonton dapat menangkap secara jelas makna apa yang terkandung dalam film tersebut.

C. Nasionalisme sebagai Pesan Film 1. Nasionalisme dan Pesan Film

Nasionalisme berasal dari kata nation yang berarti bangsa. Dalam pengertian antropologis dan sosiologis, bangsa adalah suatu masyarakat yang merupakan suatu persekutuan hidup yang berdiri sendiri dan masing-masing anggota persekutuan hidup tersebut merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama, sejarah dan adat istiadat. Bangsa menurut pengertian politik adalah masyarakat dalam suatu daerah yang sama dan mereka tunduk kepada kedaulatan negaranya sebagai kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam.22

Nasionalisme adalah suatu paham, yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Perasaan sangat mendalam akan suatu ikatan yang erat dengan tanah tumpah darahnya, dengan tradisi-tradisi setempat dan penguasa-penguasa resmi di daerahnya selalu ada di sepanjang sejarah dengan kekuatan yang berbeda-beda. Pada akhir abad ke-18M nasionalisme dalam arti kata modern menjadi

22

Badri Yatim,Soekarno, Islam dan Nasionalisme,1999, Jakarta:Logos Wacana Ilmu, hh. 57-58


(29)

suatu perasaan yang diakui secara umum.23 Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa nasionalisme adalah sikap memperjuangkan serta mempertahankan kemerdekaan yang telah dimiliki oleh suatu bangsa.

Pesan adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima.24 Pesan adalah keseluruhan daripada apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat disampaikan secara panjang lebar, namun yang perlu diperhatikan dan diarahkan kepada tujuan akhir dari komunikasi.25 Jika dihubungkan dalam sebuah film pesan itu adalah sesuatu yang disampaikan dalam film tersebut oleh pembuat film kepada penikmat film yang mana dalam hal ini adalah masyarakat.

Film sebagaimana telah dipaparkan penjelasannya di atas tentunya memiliki pesan yang mana nantinya pesan itulah yang disampaikan kepada khalayak luas sebenarnya makna apa dibalik film yang ditayangkan. Sebagaimana yang telah dilakukan dalam penelitian yang meneliti pesan film di dalamnya.

Dalam penelitian ini akan diteliti film yang mengandung pesan nasionalisme. Seperti makna nasionalisme yang telah dipaparkan di atas, yang mana berarti sikap memperjuangkan serta mempertahankan kemerdekaan yang telah dimiliki oleh suatu bangsa. Selain itu nasionalisme

23

Hans Kohn,Nasionalisme, Arti dan Sejarahnya,1984, Jakarta:PT. Pembangunan, h. 11 24

Hafied Cangara,Pengertian Ilmu Komunikasi,1998, Jakarta:Raja Grafindo, h. 23 25


(30)

juga dapat dimaksudkan sebagai cinta tanah air, bela negara, dan masih banyak lagi yang sejenis dengan nasionalisme.

2. Nasionalisme dan Islam

Cinta serta bela negara adalah sifat yang dimiliki oleh seseorang yang mana sifat tersebut merupakan sifat yang sangat melindungi sekali negara. Cinta serta bela negara memiliki arti hampir sama dengan arti nasionalisme yang berarti sikap memperjuangkan serta mempertahankan kemerdekaan yang telah dimiliki oleh suatu bangsa.

Nasionalisme terdiri dari dua kata : nasional dan isme. Kata nasional mempunyai arti kebangsaan, dan bersifat bangsa. Sedangkan isme adalah paham atau ajaran. Jadi nasionalisme adalah ajaran untuk mencintai bangsa dan negara sendiri atau kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial dan aktual bersama-sama untuk mencapai, mempertahankan, mengabdikan identitas, integritas, kemakmuran dan kekuatan bangsa.26

Substansi nasionalisme Indonesia mempunyai dua unsur, pertama yaitu kesadaran mengenai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang terdiri atas banyak suku, etnis dan agama. Kedua yaitu kesadaran bersama bangsa Indonesia dalam menghapuskan segala bentuk penjajahan dan penindasan dari bumi Indonesia. Semangat dari dua substansi tersebutlah yang kemudian tercermin dalam Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 dan dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam pembacaan teks

26

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Kamus Besar Bahasa Indonesia,1990, (Jakarta:Balai Pustaka), h.509


(31)

Proklamasi Kemerdekaan dengan jelas dinyatakan “atas nama bangsa Indonesia,” sedang dalam pembukaan UUD 1945 secara tegas dikatakan, “Segala bentuk penjajahan dan penindasan di dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”27

Nasionalisme adalah suatu paham, yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Perasaan sangat mendalam akan suatu ikatan yang erat dengan tanah tumpah darahnya, dengan tradisi-tradisi setempat dan penguasa-penguasa resmi di daerahnya selalu ada di sepanjang sejarah dengn kekuatan yang berbeda-beda. Nasionalisme makin lama makin kuat peranannya dalam membentuk semua segi kehidupan, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat pribadi. Dan baru di masa yang akhir-akhir ini telah berlaku syarat bahwasanya setiap bangsa harus membantu suatu negara, negaranya sendiri, dan bahwa negara itu harus meliputi seluruh bangsa.

Dahulu kesetiaan orang tidak ditujukan kepada negara kebangsaan, melainkan kepada berbagai macam bentuk kekuasaan sosial, organisasi politik atau raja, dan kesatuan ideologi seperti misalnya suku atau clan, negara kota, atau raja, kerajaan dinasti, gereja atau golongan keagamaan.28 Nasionalisme ini adalah salah satu dari kekuatan yang menentukan dalam sejarah modern.

Nasionalisme berasal dari Eropa Barat abad ke-18. Selama abad ke-19 ia telah tersebar di seluruh Eropa dan dalam abad ke-20 nasionalisme telah

27

Kartaprawira, “Menegakkan Kembali Ideal Nasionalisme di Indonesia”, http://patriaindonesiabakti.blogspot.com, diakses tanggal 12 Oktober 2015 jam 10:41

28


(32)

menjadi suatu pergerakan sedunia. Dari tahun ke tahun artinya makin bertambah penting di Asia dan Afrika. Tetapi nasionalisme tidaklah sama di setiap negara dan setiap zaman. Nasionalisme merupakan suatu peristiwa sejarah, jadi ditentukan oleh ide-ide politik dan susunan masyarakat dari berbagai negara dimana nasionalisme itu berakar.29

Presiden pertama negara Indonesia yaitu Soekarno yang juga sebagai seorang intelektual Indonesia yang aktif berpolitik sejak masa mudanya dan pendiri sebuah partai nasional, memiliki konsep nasionalismenya sendiri. Pada tanggal 1 Juni 1945 Soekarno menyampaikan pidatonya yang bersejarah, yang kemudian dikenal sebagai hari lahirnya Pancasila.

Dalam pidatonya itu, ia memberi definisi nasionalisme dengan mengutip pendapat yang pernah dituliskan para ilmuwan, kemudian menyimpulkan dalam konsepnya sendiri tentang nasionalisme. Dalam pidatonya itu ia mengutip Renan, bahwa syarat bangsa ialah, kehendak akan bersatu, orang-orangnya merasa diri satu dan mau bersatu.

Menurut Otto Bauer, bangsa adalah satu kesatuan perangai yang timbul karena persatuan nasib, dan menurut Ki Bagoes Hadikusumo atau Munandar, bangsa adalah persatuan antara orang dan tempat. Dari tiga pendapat di atas, kemudian Soekarno memadukannya, bahwa nasionalisme terdiri dari rasa ingin bersatu, persatuan perangai dan nasib serta persatuan antara orang dan tempat.30

29

Ibid, h. 5 30

Badri Yatim,Soekarno, Islam, dan Nasionalisme,1999, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu), hh. 59-60


(33)

Dalam hadits dikatakan cinta tanah air adalah sebagian dari iman. Hadits tersebut mengemukakan nasionalisme dan cinta tanah air. Mencintai tanah air bukanlah sesuatu yang dilarang dan tercela, tapi juga bukan sebuah keharusan. Seperti Rasulullah SAW yang hendak meninggalkan Makkah untuk hijrah ke Madinah, beliau berkata seraya memandang tanah kelahirannya :

”Demi Allah, sesungguhnya engkau adalah negeri Allah yang paling dicintai Allah, dan sesungguhnya engkau adalah negeri yang paling aku cintai. Kalau saja pendudukmu tidak mengusirku darimu, maka aku tidak akan pergi meninggalkanmu.”

Nasionalisme dan Islam bisa berjalan seiring bersama, asalkan nasionalisme tidak ditempatkan lebih tinggi dari Islam itu sendiri.31 Studi-studi nasionalisme di dunia Islam bermula dari kawasan Timur Tengah, terutama Turki dan Arab. Sejumlah kalangan tetrpelajar Arab maupun Turki yang dididik di universitas di Eropa datang kembali ke tanah kelahiran mereka dengan membawa konsep baru tentang nasionalisme.32

Al-Qur’an berbicara tentang manusia pada negerinya sebagai penyelaras dan mitra bagi cinta manusia kepada kehidupan. Oleh sebab itu, pengusiran dari negeri sendiri sama dengan pembunuhan yang mengeluarkan manusia dari bilangan-bilangan hidup. Al-Qur’an menjadikan kemerdekaan negeri dan kebebasannya, yang merupakan buah bagi cinta tanah air penduduknya serta kepahlawanan dalam membelanya, sebagai kehidupan bagi warga negeri itu. Sedangkan orang-orang yang mengabaikan

31

Adhyaksa Dault,Islam dan Nasionalisme, 2005, (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar), h. xiii 32


(34)

kemerdekaan dan kebebasannya diistilahkan sebagai “orang-orang yang mati.”

Al-Qur’an juga menjadikan kembalinya jiwa tanah air kepada orang-orang yang telah lebih dahulu mengabaikannya sebagai kembali semangat kehidupan kepada orang-orang yang sebelumnya telah mati.33 Sebagaimana dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 243-244 dijelaskan34:

﴿

٢ ٤ ٣

﴿

٢ ٤ ٤

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; maka Allah berfirman kepada mereka: "Matilah kamu", kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur. Dan berperanglah kamu sekalian di jalan Allah, dan ketahuilah sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(Q.S AlBaqarah : 243

–244)

Hasan Al-Banna, seorang tokoh sekular Mesir menegaskan bahwa motif-motif ideal nasionalisme sepenuhnya relevan dengan doktrin-doktrin Islam. Ada beberapa tipe yang beliau sebutkan, diantaranya adalah35 : Nasionalisme Kerinduan, jika yang dimaksud dengan nasionalisme adalah cinta tanah air/keberpihakan padanya dan kerinduan yang menggebu terhadapnya, maka hal itu sebenarnya sudah tertanam dalam fitrah manusia. Lebih dari itu Islam juga menganjurkan yang demikian. Sesungguhnya Bilal

33

Ibid, h. 192 34

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 2005, (Jakarta:Gramedia)

35


(35)

yang telah mengorbankan segalanya demi imannya, adalah juga Bilal yang suatu ketika di Madinah menyenandungkan bait-bait puisi kerinduan yang tulus terhadap tanah asalnya yaitu Makkah.

Selain itu, Nasionalisme Kehormatan dan Kebebasan. Menanamkan makna kehormatan dan kebebasan dalam jiwa-jiwa putera bangsa juga termasuk perintah dalam Islam. Ketiga adalah Nasionalisme Kemasyarakatan. Islam menganggap memperkuat ikatan kekeluargaan antara anggota masyarakat atau warga negara serta menunjukkan kepada mereka cara-cara memanfaatkan ikatan itu untuk mencapai kepentingan bersama adalah suatu kewajiban.

Dan yang terakhir adalah Nasionalisme Pembebasan. Islam mewajibkan menguasai dunia dan membebaskan negeri-negeri lain, bahkan mengarahkan pasukan pembebas untuk melakukan pembebasan yang paling berbekas. Bagi Islam, setiap jengkal di bumi ini, dimana di atasnya ada seorang muslim mengucapkan Laa Illaha Illallah, maka itulah tanah air Islam.

Islam tampaknya sejalan dengan nasionalisme dengan perlawanan terhadap penjajah. Di Indonesia sendiri, masih terjadi perseteruan antara Islam dan Nasionalisme dalam sejarah bangsa. Sebetulnya musuh bersama yan menyerang Indonesia telah sirna, tetapi teman-teman sendirilah yang menjadi musuh.

Kenyataan tersebut lebih kompleks dan rumit, karena perseteruan itu seringkali berujung pada kompromi-kompromi sehingga negara ini tetap


(36)

bisa dipertahankan sampai sekarang. Di sisi lain, akar perseteruan tersebut memang cukup dalam dan tidak bisa dinilai hanya sebagai suau kepentingan politik sesaat. Karena perseteruan atau yang lebih tepatnya dialektika, antara Islam dan Nasionalisme di Indonesia ini terus bergulir tak berkesudahan hingga sekarang.36

Seorang muslim wajib menghormati kemuliannya dan siap berjuang dengan tulus demi kebaikannya. Islam juga menjadikan nasionalisme ini sebagai mitra dakwah kepada agama. Oleh karena itu, jihad telah menjadikan perjuangan melindungi dan membela tanah air, kemerdekaan dan pembebasannya sebagai “puncak mahkota Islam.” Beberapa tokoh ulama Islam juga mendukung nasionalisme, diantaranya ulama dari Muhammadiyah dan NU.

Mas Mansyur adalah seorang tokoh Muhammadiyah yang lahir di Surabaya. Mas Mansyur menempuh pendidikan di Mesir. Dan di Mesirlah menjadi memori hidup tersendiri bagi beliau. Karena di negeri itulah benih-benih pergolakan dan pemikiran muncul dalam diri beliau, semangat nasionalismenya muncul sehingga menginspirasi beliau untuk ikut serta mengusir penjajah Belanda dan Jepang dari Tanah Air.

Mas Mansyur bersama dengan HOS Cokroaminoto dan beberapa tokoh lainnya mndirikan beberapa partai dan omas. Apalagi sejak dibentuknya majelis Taswirul Afkar yang mana diilhami dari kondisi masyarakat Surabaya yang diselimuti kekolotan dan sulit diajak maju.

36


(37)

Hingga akhirnya Mas Mansyur masuk ke dalam organisasi Muhammadiyah. Mas Mansyur sering menulis di Suara Muhammadiyah dan Tashwirul Afkar.

Ia menyatakan secara tegas dalam tulisannya yaitu tentang Islam dan paham Nasionalisme yang megajarkan cinta tanah Air. Mas Mansyur malah menganjurkan kaum muda untuk mencintai Tanah Air, karena hal itu bukanlah bagian dari fanatisme (ashobiyah).37 Itulah tadi konsep dan implementasi yang dicontohkan oleh seorang ulama besar dan Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah yang mengemukakan tentang nasionalisme sehingga beliau dikenal sebagai nasionalis sejati.

Tokoh Muhammadiyah selanjutnya adalah Kasman Singodimedjo. Kasman Singodimedjo adalah pelopor nasionalisme muda di tahun 30-an karena beliaulah yang memicu bangkitnya kaum muda untuk mendeklarasikan Sumpah Pemuda. Beliau mendirikan Jong Islameeten Bond (JIB) yang berarti organisasi pemuda-pemudi Islam. Berdirinya JIB ini dinilai sebagai tumbuhnya kesadaran baru dan awal kebangkitan kaum muda Islam. Hal ini menjadi momentum penting saat itu, bahwa kaum muda Islam terpelajarpun memiliki kepedulian yang besar terhadap nasib bangsanya.

Melalui JIB, Kasman menanamkan pentingnya nasionalisme bangsa. Menurut beliau, kewajiban orang tua dan pemuda yang Muslim untuk mencintai tanah air dan bangsanya merupakan kewajiban mutlak. Berrkaitan

37

Hery Sucipto, Nadjamuddin Ramly,Tajdid Muhammadiyah, 2005, (Jakarta:Grafindo), hh. 99-108


(38)

dengan batas-batas Tanah Air, JIB berpandangan bahwa seluruh Nusantara itulah tanah air kita sebagai daerh kesatuan dimana bangsa dan rakyat beberapa abad menyatu dan senasib dalam jajahan bangsa Belanda, serta mempunyai cita-cita kemerdekaan yang satu. Komitmen kebangsaan dan keislaman Kasman semakin menonjol ketika masa berakhirnya penjajahan Jepang.

Sampai-sampai seruan untuk menggerakkan rakyat dalam perjuangan emerdekaan baru dipatuhi bila seruan itu muncul dari Soekarno, Hatta, dan Kasman. Bagi beliau, mendudukan agama dalam sistem ketatanegaraan yang plural seperti Indonesia ini, bukanlah masalah yang mudah. Melalui pidatonya, Kasman lebih mencerminkan bagaimana Islam dalam kaitannya dengan kehidupan kenegaraan, sehingga diharapkan tidak terjadi ‘kesenjangan’ dan pertentangan ideologis, khususnya Islam dan Pancasila, yang sebelumnya telah dijadikan ideologi resmi negara.38

Tokoh ulama NU yang pertama adalah Kiai Muchtar Syafa’at. Beliau adalah kiai besar dari Banyuwangi yang terkenal dengan pengamal tarekat. Beliau telah berjuang sejak zaman penjajahan Belanda. Beliaulah yang menjadi lokomotif santri di daerah Banyuwangi untuk menggerakkan semangat juang dalam mengusir Belanda dari bumi Blambangan. Kiai Syafa’at ketika muda ditunjuk oleh beberapa kiai sepuh menjadi pemimpin para santri saat itu.

38


(39)

Hal demikian karena Kiai Syafa’at memiliki pengalaman dalam membantu gurunya KH. Hasyim Asyari saat menolak aturan-aturan dan kebijakan kolonial yang cenderung merugikan kaum pribumi Jombang. Selama kurang lebih 6 tahun di Tebuireng, Syafa’at muda bersama santri -santri lain aktif dalam mengusir penjajah hingga akhirnya pengembaraan mencari ilmu diteruskan di Banyuwangi.39 Perjuangan membela tanah air dan mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan bagian dari tugas agama Islam. Menurut KH. Abdul Wahab Chasbullah salah seorang tokoh NU mengatakan “Nasionalisme ditambah Bismillah itulah Islam, dan orang Islam yang menjalankan agamanya secara benar pasti ia seorang nasionalis.”40

Para ulama NU juga mengeluarkan Resolusi Jihad yang ditandatangani oleh KH. Hasyim Asy’ari yang saat itu menjabat sebagai Rais Akbar Pengurus Nahdlatul Ulama, pada tanggal 22 Oktober 1945. Resolusi jihad ini memberikan semangat yang luar biasa bagi generasi muda khususnya kalangan pesantren.

Ketika Bung Tomo menggelorakan perang yang kemudian memuncak pada tanggal 10 November 1945 dengan pidatonya yang diakhiri gema takbir : Allahu Akbar berkali-kali, membuktikan bahwa kesadaran berjihad yang difatwakan para ulama telah bersambut di kalangan para pemuda. Mereka menyatukan diri antara para pemuda dan arek-arek Suroboyo

39

Muhammad Fauzinuddin Faiz,Mbah Kiai Syafat : Bapak Patriot dan Imam Ghazalinya Tanah Jawa, 2015, (Yogyakarta:Pustaka Ilmu), h. 82

40

Khoirul Anam,Kisah Ulama, Berjuang dan Mengawal Bangsa,2015, (Pustaka Compass dan NU Online), diakses pada 13 November 2015, jam 22.00 WIB


(40)

dengan tekad yang bulat. Sehingga mata dunia pun akhirnya terbuka bahwa Indonesia amat serius dalam memperjuangkan kemerdekaannya.41

D. Penelitian Terdahulu

Dalam melakukan penelitian terhadap film“IndonesiaMasihSubuh”, terlebih dahulu peneliti melakukan telaah terhadap penelitian terdahulu sebagai referensi.

1. Skripsi oleh Susanto Ari Jatmiko dari Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul Toleransi Kehidupan Umat Beragama Di Indonesia (Analisis Semiotik Pada Film Tanda Tanya). Penelitian ini dilakukan di Surakarta pada tahun 2013. Dalam penelitian ini menggunakan analisis Semiotika untuk menganalisis film yang berjudul Tanda Tanya ini. Penelitian ini ingin meneliti tentang perbedaan pandangan hidup dan agama yang pada akhirnya semua menemukan satu kesamaan tentang hidup yang lebih baik dalam tatanan kebersamaan dan toleransi. Persamaannya penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu sama-sama meneliti film dan menggunakan analisis semiotika milik Roland Barthes. Namun, judul film yang diteliti berbeda dengan yang penelitian ini. Fokus yang diteliti oleh penelitian tersebut adalah tentang toleransi kehidupan umat beragama, sedangkan dalam penelitian ini fokus pada semangat nasionalisme anak.

2. Skripsi oleh Ary Nuryansyah Eka Putra, Mahasiswa Program Studi Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa

41

Khofifah Indar Parawansa,Islam, NU & Keindonesiaan,2013, (Bandung:Nuansa Cendekia), h. 24


(41)

Timur ini berjudul Analisis Semiotika Terhadap Iklan AXIS versi “Budi Handuk Dalam Persidangan Ngaku-ngaku Murah” di Televisi. Penelitian ini dilakukan di Surabaya pada tahun 2010. Penelitian diatas menggunakan analisis yang menganalisis tanda yaitu semiotika. Teori yang digunakan dalam analisis semiotikanya adalah menggunakan teori analisis Charles Sanders Peirce. Penelitiannya terfokus pada unsur dan makna tanda iklan tanpa memaparkan pesan dakwah dari iklan yang diteliti. Persamaannya dengan penelitian yang diteliti adalah sama-sama menggunakan analisis semiotika untuk menganalisis objek penelitiannya. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian diatas lebih menekankan pada iklan, sedangkan penelitian ini lebih tertuju pada film. Selain itu, penelitian di atas menggunakan semiotika model Charles Sand Peirce, sedangkan penelitian ini menggunakan model Roland Barthes. Penelitian di atas tidak menekankan dakwah dalam iklan tersebut, sedangkan penelitian ini mengaitkan pesan filmnya dengan dakwah.

3. Skripsi oleh Lailatul Maghfiroh, Mahasiswi jurusan Komunikasi Penyiaran Islam yang berjudul Pesan Dakwah Melalui Film (Analisis Wacana Film Ayat-Ayat Cinta). Skripsi ini dilakukan di Surabaya pada tahun 2008. Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana pesan dakwah dalam film Ayat-Ayat Cinta yang berisikan cinta orang dewasa dengan nuansa Islami sampai akhirnya terjadi poligami. Dalam penelitian ini menggunakan analisis wacana untuk menganalisis film Ayat-Ayat Cinta tersebut. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah


(42)

sama-sama meneliti film. Namun, perbedaannya adalah judul film yang diteliti berbeda. Sehingga fokus penelitian juga berbeda. Selain itu, penelitian diatas menggunakan analisis wacana dalam menganalisis filmnya, sedangkan dalam penelitian ini lebih memilih analisis semiotika dalam menganalisis filmnya.

4. Skripsi oleh Fahmi Muhammad Fadel, mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ini berjudul Makna Pesan Dakwah Dalam Iklan Pertamina Ramadhan Jogja 2013 (Analisis Semiotik Roland Barthes). Skripsi ini dibuat di Surabaya tahun 2014. Menurut penelitian tersebut, kemenarikan alur dan mudah dipahami merupakan latar belakang penelitian terhadap iklan tersebut. Dalam penelitian tersebut disebutkan sejauh mana peluang berdakwah melalui media iklan, sehingga iklan bisa dijadikan sarana berdakwah melalui televisi. Dalam penelitian tersebut menggunakan analisis semiotika untuk meneliti tanda yang muncul dalam iklan menurut teori Roland Barthes. Penelitian ini sama-sama menggunakan analisis semiotika Roland Barthes, perbedaannya adalah dalam penelitian tersebut lebih menekankan pesan dakwah yang terdapat dalam iklan, sedangkan dalam penelitian ini meneliti pesan yang terkandung dalam film.

5. Skripsi oleh Muhammad Yanuar Qomaruddin, mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ini berjudul Makna Simbol Nasionalisme dalam Film Nagabonar Jadi 2 : Analisis Semiotika Rolland Barthes. Skripsi ini dibuat di Surabaya tahun 2008. Dalam penelitian di


(43)

atas disebutkan makna yang dihasilkan film digambarkan dengan detail melalui penanda dan petandanya. Persamaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan analisis semiotika teori Roland Barthes sehingga sama-sama menyajikan makna denotatif dan konotatif dari film. Namun perbedaannya adalah penelitian di atas ingin meneliti makna simbol nasionalisme yang terkandung di dalam film, sedangkan dalam penelitian ini meneliti tentang semangat nasionalisme yang dimiliki oleh seorang anak.

Penelitian terdahulu ini kemudian dirincikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama, Tahun,

Universitas

Judul Skripsi Persamaan Perbedaan

1 Susanto Ari Jatmiko, 2013, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Toleransi Kehidupan Umat Beragama Di Indonesia (Analisis Semiotik Pada Film Tanda Tanya). Sama-sama meneliti film, menggunakan analisis semiotika milik Roland Barthes.

Judul dan fokus penelitian berbeda, kerangka teori berbeda, tidak menyinggung nasionalisme. 2 Ary Nuryansyah Eka

Putra, 2010, Universitas

Pembangunan

Nasional Jawa Timur.

Analisis Semiotika Terhadap Iklan AXIS versi “Budi Handuk Dalam Persidangan Ngaku-ngaku Murah” di Televisi. Sama-sama menggunakan analisis semiotika untuk menganalisis objek penelitiannya. Penelitian terhadap iklan bukan pada film, menggunakan semiotika model Charles Sanders Peirce.

3 Lailatul Maghfiroh, 2008, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Pesan Dakwah Melalui Film (Analisis Wacana Film Ayat-Ayat Cinta). Sama-sama meneliti film, aspek yang diteliti sama-sama pesan

Judul dan fokus penelitian berbeda, analisis yang digunakan adalah analisis


(44)

film dan mengandung dakwah.

wacana. 4 Fahmi Muhamad

Fadel, 2014, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Makna Pesan Dakwah Dalam Iklan Pertamina Ramadhan Jogja 2013 (Analisis Semiotik Roland Barthes). Sama-sama menggunakan analisis semiotika model Roland Barthes, aspek yang digali berhubungan dengan dakwah. Meneliti pesan dakwah dalam iklan bukan pesan film

5 Muhammad Yanuar Qomaruddin, 2008, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Makna Simbol Nasionalisme Film Nagabonar Jadi 2 : Analisis Semiotik Roland Barthes. Sama-sama menggunakan analisis semiotika Roland Barthes, berisi nasionalisme. Latar belakang yang berbeda menimbulkan tujuan yang berbeda, tidak menyangkutkan ajaran Islam di dalamnya.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari sederetan luar objek-objek, peristiwa-peristiwa seluruh kebudayaan sebagai tanda. Alasan mengapa penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif adalah karena penelitian ini bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan.1Metodologi dengan teknik semiotik dalam penelitian ini pada dasarnya bersifat kualitatif –

interpretatif. Dan untuk mengkaji makna dari tanda-tanda yang terdapat dalam

film pendek “Indonesia Masih Subuh” tersebut, penelitian ini menggunakan

analisis semiotika dengan mengacu teori dari Roland Barthes yang lebih fokus pada pemaknaan dua tahap denotasi dan konotasi.

1.Semiotika

Semiotika adalah ilmu tanda, istilah tersebut berasal dari kata Yunani

semeion yang berarti “tanda”. Tanda terdapat dimana-mana: kata adalah tanda, demikian pula gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera, dan sebagainya. Struktur karya sastra, struktur film, bangunan, atau nyanyian burung dapat dianggap sebagai tanda. Segala sesuatu dapat menjadi tanda. Charles Sanders Peirce, menegaskan bahwa kita hanya dapat berpikir dengan

1


(46)

sarana tanda. Dengan tanda tersebut kita dapat berkomunikasi.2 Semiotika adalah studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengan cara berfungsinya tanda, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengiriman tanda, dan penerimaan tanda oleh mereka yang mempergunakan tanda tersebut.3

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda (sign), berfungsinya tanda, dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang lain. Dalam pandangan Zoest, segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati dapat disebut tanda. Karena itulah tanda tidak terbatas pada benda. Adanya peristiwa, tidak adanya peristiwa, struktur yang ditemukan dalam sesuatu, suatu kebiasaan, semua itu dapat disebut tanda. Seperti contoh : bendera kecil, sebuah isyarat tangan, sebuah kata, suatu keheningan, suatu kebiasaan makan, sebuah gejala metode, suatu gerakan syaraf, peristiwa memerahnya wajah, suatu kesukaan tertentu, letak bintang tertentu, suatu sikap, setangkai bunga, rambut uban, sikap diam membisu, gagap, berbicara cepat, jalan sempoyongan, menatap, api, putih, bentuk, bersudut tajam, kecepatan, kesabaran, kegilaan, kekhawatiran, kelengahan, itu semua dianggap tanda.

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda. Tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif. Ia mampu menggantikan sesuatu yang lain yang dapat dipikirkan atau dibayangkan. Tanda dalam kehidupan manusia bisa tanda gerak atau isyarat, lambaian tangan yang bisa diartikan memanggil atau anggukan kepala dapat

2

Panuti Sudjiman, Aart Van Zoest,Serba-serbi Semiotika, 1991, (Jakarta:Gramedia Pustaka), h. vii

3


(47)

diterjemahkan setuju. Kita hidup dan bermain dalam tanda bunyi, seperti tiupan peluit, terompet, genderang, suara manusia, atau dering telepon, juga tanda tulisan, seperti huruf dan angka, bisa juga tanda gambar, seperti rambu lalu lintas, dan masih banyak ragamnya.4

Semiotika memiliki dua penggagas yaitu ahli filsafat Charles Sanders Peirce, dan ahli linguistik Ferdinand de Saussure. Semiologi atau semiotika menurut Saussure didasarkan pada anggapan bahwa selama perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna atau selama fungsi sebagai tanda, dibelakangnya harus ada sistem pembedaan dan konvensi yang memungkinkan makna itu. Atau dengan kata lain, ada tanda disitulah ada sistem. Artinya, sebuah tanda baik itu wujudnya gambar maupun kata mempunyai dua aspek yang ditangkap oleh indra kita yang disebut dengan

signifier, bidang penanda atau bentuk. Aspek lainnya adalah signified,bidang petanda atau konsep atau makna.

Lebih lanjut dikatakan bahwa penanda adalah aspek material tanda yang dapat dijangkau oleh alat indera.5Terletak pada tingkatan ungkapan dan mempunyai wujud atau merupakan bagian fisik, seperti bunyi, huruf, kata, gambar, warna, objek dan sebagainya.6Sedangkan petanda merupakan aspek mental dari tanda-tanda, atau yang biasa disebut konsep.7 Terletak pada apa yang diungkapkan atau ungkapan. Hubungan antara keduanya akan menimbulkan makna. Sedangkan Peirce menyebut penalaran manusia

4

Sumbo Tinarbuko,Semiotika Komunikasi Visual,2009, (Yogyakarta: Jalasutra), h. 16 5

Kris Budiman,Semiotika Visual, 2011, (Yogyakarta:Jalasutra), h. 30 6

Sumbo Tinarbuko,Semiotika Komunikasi Visual,..., hh. 12-13 7


(48)

dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat tanda. Menurutnya logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat diterapkan pada segala macam tanda.8 Tanda kemudian dibedakan menjadi tiga, yaitu : ikon, indeks, dan simbol.

Ikon adalah tanda yang mirip objek yang diwakilinya. Dapat pula dikatakan, ikon adalah tanda yang memiliki ciri-ciri yang sama dengan apa yang dikatakannya. Misalnya, foto Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai Raja Keraton Yogyakarta adalah ikon Sultan, Peta Yogyakarta adalah ikon dari wilayah Yogyakarta yang digambarkan dalam peta tersebut, cap jempol Sultan adalah ikon dari ibu jari Sultan. Indeks merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab-akibat dengan apa yang diwakilinya atau disebut juga tanda sebagai bukti. Contohnya asap dan api, asap menunjukkan adanya api. Jejak telapak kaki di tanah merupakan indeks orang yang melewati tempat itu. Simbol merupakan tanda berdasarkan konversi, peraturan, perjanjian yang disepakati bersama. Simbol baru dapat dipahami jika seseorang sudah mengerti arti yang telah disepakati sebelumnya. Contohnya Garuda Pancasila bagi bangsa Indonesia adalah burung yang memiliki perlambang yang kaya makna. Namun bagi orang di luar Indonesia memandang garuda sebagai burung elang biasa.9

2.Semiotika Roland Barthes

Untuk mengkaji makna semangat perjuangan pada anak yang terkandung pada film pendek “Indonesia Masih Subuh”, penelitian ini

8

Sumbo Tinarbuko,Semiotika Komunikasi Visual,2009, (Yogyakarta: Jalasutra), hh. 12-13

9


(49)

menggunakan metode analisis semiotik yang mengacu pada teori Roland Barthes. Alasan digunakan penelitian ini, bahwa obyek yang akan dikaji untuk diungkap maknanya adalah tanda, lambang, bahkan simbol yang ada di dalam film “Indonesia Masih Subuh”.

Penelitian terhadap bentuk yang bersifat audio visual biasa dilakukan dengan memilih satu model analisis tertentu, dan biasa yang digunakan adalah teori Roland Barthes.10 Roland Barthes ini adalah salah satu dari beberapa pemikir yang memikirkan teori Semiotika ini. Mengkombinasikan dari dua teori yaitu milik Charles Sanders Peirce dan Ferdinand De Saussure. Teori Barthes menjelaskan dua tingkat pertandaan yaitu denotasi dan konotasi.

Manusia seringkali menggunakan makna tetapi seringkali pula tidak memikirkan makna itu. Seseorang sedang duduk di sebuah kursi dengan mata tertutup dan diartikan bahwa ia sedang tidur atau sedang berada dalam kondisi lelah. Menggigil bisa diartikan dan dapat pula menjadi simbol atas ketakutan, kegembiraan, atau yang lainnya. Salah satu cara yang dilakukan para pakar termasuk Roland Barthes untuk membahas lingkup makna yang lebih besar adalah membedakan makna denotatif dan makna konotatif.11

Analisis semiotik model Roland Barthes yang fokus perhatiannya tertuju pada gagasan tentang signifikasi dua tahap. Signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda realitas. Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari

10

Pawito,Penelitian Komunikasi Kualitatif, 2007, (Yogyakarta:PT. Lkis Pelangi Aksara), h. 165

11


(50)

tanda. Konotasi adalah istilah Barthes untuk menyebut signifikasi tahap kedua yang menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan kenyataan atau emosi pembaca serta nilai dari kebudayaan. Contohnya adalah gambar wajah orang tersenyum dapat diartikan sebagai suatu keramahan dan kebahagiaan. Tetapi tersenyum bisa saja diartikan sebagai ekspresi penghinaan terhadap seseorang. Untuk memahami makna konotatif, maka unsur-unsur mendukung disekitarnya yang lain juga harus diperhatikan. Denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap subjek, sedang konotasi adalah bagaimana menggambarkannya. Denotatif bisa juga dikatakan sebagai makna yang sebenarnya. Misalnya ada gambar manusia, binatang, pohon, rumah. Warnanya juga dicatat, seperti merah, kuning, biru, putih, dan sebagainya. Pada tahapan ini, hanya informasi data yang disampaikan.12 Pendekatan yang digunakan dalam analisis semiotika ini adalah pendekatan kualitatif yang mana masuk ke dalam jenis analisis teks media. Dalam analisis teks media ini ada analisis semiotik, framming, isi, dan masih banyak lagi.

B. Unit Analisis

Unit of Analysis adalah pesan yang akan diteliti melalui analisis isi pesan yang dimaksud berupa gambar, judul, kalimat, paragraf, adegan dalam isi film / keseluruhan isi pesan.13 Unit analisis merupakan suatu penelitian yang dapat berupa benda, individu, kelompok, wilayah, dan waktu tertentu sesuai dengan fokus penelitiannya dan pada penelitian kualitatif pada dasarnya analisis data

12

Ibid, h. 20

13

Dody M. Ghozali,Communication Measurement; Konsep dan Aplikasi Pengukuran Kinerja Public Relation, 2005, (Bandung:Simbiosa Ekatama Media), h. 149


(51)

mempergunakan pemikiran logis, analisis dengan logika, dengan induksi, deduksi, analogi, komparasi dan sejenisnya.14 Dengan kata lain unit analisis adalah fokus yang berkaitan dengan penelitian.

Sedangkan unit analysis dalam penelitian ini adalah dialog yang dilakukan, pemeranan, serta ilustrasi musik dalam Film Pendek “Indonesia Masih Subuh”.

C. Tahap–tahap Penelitian

Untuk melakukan sebuah penelitian, perlu mengetahui tahap – tahap yang akan dilakukan dalam proses penelitian. Untuk itu peneliti harus menyusun tahap – tahap penelitian yang lebih sistematis agar diperoleh hasil penelitian yang sistematis pula. Tahapan–tahapan penelitian antara lain :15 1. Menentukan Tema

Tahapan pertama dalam melakukan penelitian ini adalah menentukan tema yang akan digunakan sebagai bahan. Tema digali berdasarkan pengamatan terhadap beberapa data. Beberapa tema yang menarik ditemukan, namun hanyalah tema ini yang dianggap paling cocok untuk dilakukan penelitian yaitu menemukan semangat nasionalisme dalam film

pendek “Indonesia Masih Subuh”.

2. Merumuskan Masalah

Tahapan kedua adalah merumuskan masalah. Setelah tema ditentukan, jenis penelitian hingga tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini

14

Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian, 1998, (Yogyakarta: Rineka Cipta), h. 149

15

Alex Sobur,Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing, 2001, (Bandung:Remadja Karya), h. 154


(52)

maka opsi untuk merumuskan masalah yang sesuai dengan tema kemudian dilakukan.

3. Menentukan Metode Penelitian

Tahapan ketiga adalah metode penelitian. Metode penelitian penting untuk dilakukan karena metode penelitianlah yang menjadi cara mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian. Data-data tersebut adalah yang berupa suara maupun gambar dalam film pendek “Indonesia Masih Subuh”.

4. Menentukan Metode Analisis Data

Tahapan selanjutnya setelah menentukan metode dalam menganalisis data yang telah didapatkan dalam metode penelitian. Dan pada penelitian ini sudah diputuskan yaitu menggunakan analisis semiotika dalam menemukan

semangat nasionalisme anak yang ada pada film pendek “Indonesia Masih Subuh”.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah teknik dokumentasi. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data –data tentang film pendek tersebut serta cuplikan maupun profil dari film pendek

“Indonesia Masih Subuh” ini. Data dokumen yang digunakan dalam

penelitian ini berupa tayangan film pendek “Indonesia Masih Subuh” yang

diunduh melalui internet. Data tersebut diperoleh dengan kepustakaan yang ada baik berupa buku, artikel, internet dan bahan tertulis lainnya untuk melengkapi data penelitian. Selain dokumentasi, teknik lainnya adalah


(53)

observasi. Observasi yang dilakukan bersifat langsung, yaitu dengan melihat maupun mendengarkan film pendek tersebut untuk mendapatkan data yang sesuai dengan apa yang telah dikonsep.

6. Melakukan Analisis Data

Tahapan selanjutnya adalah analisis data. Pada tahapan ini merupakan tahapan dimana kemampuan dalam memberikan makna kepada data. Pemeriksaan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan cara menetapkan dan menentukan simbol yang terdapat dalam film pendek tersebut, tentunya sesuai dengan tema yang diteliti. Dalam menentukan cerita di penelitian ini dengan mengamati gerakan dan mendengarkan dialog yang mengandung semangat nasionalisme anak sebagaimana terkandung dalam rumusan masalah.

7. Menarik Kesimpulan

Bagian akhir dari penelitian ini adalah menarik kesimpulan. Dimana kesimpulan adalah jawaban dari tujuan dan rumusan masalah. Dalam kesimpulan ini harus menghindari kalimat-kalimat empiris.

D. Teknik Analisis Data

Televisi adalah media penyampai pesan dan cepat mempengaruhi pola pikir masyarakat khususnya melalui tayangan-tayangan di dalamnya seperti, sinetron, iklan, film, dan sebagainya. Namun selain televisi terdapat media lain pula yaitu salah satunya adalah Youtube. Youtube adalah media online yang menyediakan gambar video di dalamnya. Ada banyak video yang terdapat di dalamnya. Jika ingin melihat video yang diinginkan tinggal mengetikkan kata


(54)

kunci pada simbol pencarian. Youtube juga dapat menjadi media penyampai pesan dan cepat untuk mempengaruhi pola pikir masyarakat. Seperti dalam penelitian ini yang menggunakan media Youtube dalam mengumpulkan datanya. Di Youtube terdapat banyak sekali film-film yang bisa dijadikan bahan penelitian. Dalam pelaksanaannya, penelitian ini menggunakan analisis semiotik sebagai acuan dalam menggali fenomena tersebut.

Semiotika adalah ilmu tanda, secara etimologi istilah tersebut berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Tanda terdapat dimana-mana: kata adalah tanda, demikian pula gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera, dan sebagainya. Struktur karya sastra, struktur film, bangunan, atau nyanyian burung dapat dianggap sebagai tanda. Segala sesuatu dapat menjadi tanda.16 Sedangkan secara terminologi, Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda. Tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif. Ia mampu menggantikan sesuatu yang lain yang dapat dipikirkan atau dibayangkan. Tanda dalam kehidupan manusia bisa tanda gerak atau isyarat, lambaian tangan yang bisa diartikan memanggil atau anggukan kepala dapat diterjemahkan setuju. Kita hidup dan bermain dalam tanda bunyi, seperti tiupan peluit, terompet, genderang, suara manusia, atau dering telepon, juga tanda tulisan, seperti huruf dan angka, bisa juga tanda gambar, seperti rambu lalu lintas, dan masih banyak ragamnya.17

Tujuan dari analisis semiotik adalah berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi di balik sebuah tanda (teks, iklan, berita,

16

Panuti Sudjiman, Aart Van Zoest,Serba-serbi Semiotika, 1991, (Jakarta:Gramedia Pustaka), h. vii

17


(55)

film). Karena sistem tanda sifatnya amat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda tersebut. Pemikiran pengguna tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial dimana pengguna tanda tersebut berada. Penelitian ini menggunakan analisis semiotik model Roland Barthes dalam menganalisis film pendek “Indonesia Masih Subuh” di Youtube dengan

menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan culutral penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya.

Dalam melakukan analisis, penelitian ini menggunakan analisis model Roland Barthes yang menggunakan dua tahap signifikan dalam melakukan penganalisisan terhadap benda. Rolland Barthes dalam melakukan kajian terhadap tanda menggunakan tahapan–tahapan sebagai berikut. Tahapan pertama tahap signifikasi denotasi, dalam tahapan ini hubungan antara signifier

dan signified dalam sebuah tanda pada realitas eksternal, yaitu makna paling nyata dengan tanda. Sedangkan dalam tahap kedua, tahap ini dinamakan tahap konotasi. Dalam tahap ini akan terjadi jika si penafsir akan bertemu dengan emosi serta nilai–nilai kebudayaan yang ada.18 Dalam definisi lain, penanda adalah citraan atau kesan mental dari sesuatu yang bersifat verbal atau visual, seperti suara, tulisan atau tanda. Sedangkan petanda (signified) adalah konsep abstrak atau makna yang dihasilkan oleh tanda. Yasraf mengemukakan bahwa denotasi adalah hubungan eksplisit antara tanda dengan referensi atau realitas

18

Alex Sobur,Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing, 2001, (Bandung:Remadja Karya), h.128


(56)

dalam pertandaan. Sedangkan konotasi adalah aspek makna yang berkaitan dengan perasaan dan emosi serta nilai–nilai kebudayaan dan ideologi.19

Adapun langkah–langkah untuk menganalisa tanda bekerja dalam penelitian ini adalah langkah–langkah analisa berdasar peta Rolland Barthes.

Tabel 3.1

Peta Semiotika Roland Barthes

1. SIGNIFIER (PENANDA)

2. SIGNIFIED (PETANDA) 3. DENOTATIVE SIGN (TANDA DENOTATIF) 4. CONNOTATIVE SIGNIFIER

(PENANDA KONOTATIF)

5. CONNOTATIVE SIGNIFIED (PETANDA KONOTATIF) 6. CONNOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF)

Sumber Tabel :Alex Sobur, Semiotika Komunikasi,2003, (Bandung:Remaja Rosdakarya), hal. 69

Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Jadi, dalam konsep Barthes benda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Sebagai contoh ketika ada penanda yang berupa adegan Bora sedih melihat bendera yang dibelinya di tempat sampah dengan bercak kopi dan bekas rokok di bendera tersebut. Tanda

19

Yasraf Amir Pilang,Hipersemiotika; Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna, 2003, (Bandung:Julsutra), h. 167


(57)

denotatif yang nampak adalah seorang anak yang berekspresi sedih karena bendera kebanggaan dan hasil jerih payahnya ditemukan dalam keadaan tidak layak di tempat sampah. Pada saat bersamaan tanda denotatif adalah juga penanda konotatif. Dengan kata lain unsure materialnya adalah ekspresi wajah seseorang juga bisa menunjukan suasana hati orang tersebut. Dan pada penelitian ini akan menganalisis data yang berupa film pendek “Indonesia Masih Subuh” dengan memaknai isi atau makna yang ada di film tersebut

dengan dua makna yaitu berdasar makna sebenarnya atau disebut makna denotasi dan makna kias yaitu makna konotasi.


(1)

✒80

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan tentang semangat nasionalisme anak yang terdapat dalam film pendek Indonesia Masih Subuh di media online Youtube, maka penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Makna denotatif dari semangat perjuangan anak dalam film Indonesia Masih Subuh adalah anak laki-laki yang bekerja sebagai semir sepatu bercita-cita ingin membeli sebuah bendera merah putih untuk sebuah sekolah. Namun, di tengah semangat perjuangan anak tersebut harus menangis kecewa karena melihat sesuatu yang diperjuangkannya tergeletak di tempat sampah dengan keadaan kotor dan berlubang.

2. Makna konotatif dari semangat perjuangan anak dalam film Indonesia Masih Subuh merupakan suatu penggambaran perjuangan seorang anak dalam menumbuhkan nasionalisme masyarakat Indonesia yang ditunjukkan melalui sebuah bendera.

B. Saran

Dari kesimpulan di atas, penelitian ini memiliki beberapa saran yang ditujukan kepada pihak-pihak terkait, yaitu : Pertama, saran untuk masyarakat Indonesia pada umumnya agar menonton film pendek Indonesia Masih Subuh ini karena di dalamnya terdapat pelajaran-pelajaran yang dapat membuat kita memahami bagaimana seharusnya jadi warga negara. Masyarakat Indonesia


(2)

✓81

harus menanamkan rasa nasionalismenya sejak kecil. Seperti yang dilakukan oleh tokoh utama dalam film tersebut.

Saran selanjutnya kepada pembuat film pendek ini yaitu Gaguk-gaguk Productions agar saat memproduksi sebuah film dengan menyajikan alur dapat dipahami oleh masyarakat. Dengan memnyediakan di awal film berlangsung sebuah prolog yang jelas yang mungkin sedikit memberi gambaran kepada penonton agar tidak menimbulkan penafsiran lain dalam menafsirkan filmnya.

Saran ketiga adalah kepada insan film di luar sana, agar meneruskan perjuangan dari Gaguk-gaguk Productions ini untuk dapat memfilmkan ini menjadi sebuah film bioskop agar masyarakat mudah untuk melihatnya, karena jika di Youtube maka penonton yang menikmatinya hanya terbatas. Juga untuk pembuat film yang lain agar meniru pembuat film ini untuk terus berkarya membuat film yang memiliki pesan moral untuk menyadarkan rakyat Indonesia dari keapatisannya terhadap negaranya sendiri.

Untuk selanjutnya, penelitian ini mengharapkan agar ada peneliti-peneliti yang lain yang bersedia meneruskan peneliti-penelitian ini, ataupun meneliti objek yang lain yang sama-sama mengandung nasionalisme yang notabennya dianjurkan oleh agama untuk memiliki rasa cinta terhadap negaranya. Tentunya penelitian yang diharapkan selanjutnya membahas lebih mendalam pemikiran tentang film, nasionalisme dan juga Islam dengan memakai metode atau jenis penelitian yang berbeda dengan penelitian ini, sehingga penelitian dengan arah atau fokus seperti ini dapat berkembang dengan berbagai


(3)

✔82

perspektif dan pandangan lain yang lebih bervariasi dan lebih baik. Lebih baik apabila kemudian mengkaitkan fokus penelitiannya dengan persepektif agama.


(4)

✕83

DAFTAR PUSTAKA

Aart Van Zoest.Panuti Sudjiman.Serba-serbi Semiotika. 1991. (Jakarta:Gramedia Pustaka)

Amir Pilang.Yasraf.Hipersemiotika; Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna. 2003. (Bandung:Julsutra)

An-Nabiry.Fathul Bahri. Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i. 2008 (Jakarta: Amzah)

Aripudin.Acep.Pengembangan Metode Dakwah: Respon Da’i Terhadap

Dinamika Kehidupan di Kaki Cerimai. 2011. (Jakarta: Rajawali Pers) Aziz.Moh Ali.Ilmu Dakwah. 2004. (Jakarta: Kencana)

Cangara.Hafied.Pengertian Ilmu Komunikasi.1998. Jakarta:Raja Grafindo Danesi.Marcel.Pesan, Tanda, dan Makna:Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika

dan Teori Komunikasi. 2012. (Yogyakarta:Jalasutra)

Darus Salam.Ghazali.Dakwah yang Bijak. Cet ke-2. (Jakarta: Lentera)

Dault.Adhyaksa.Islam dan Nasionalisme. 2005. (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar) Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahannya. 2005.

(Jakarta:Gramedia)

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Kamus Besar Bahasa Indonesia.1989. (Jakarta:Balai Pustaka)

Fauzinuddin Faiz.Muhammad.Mbah Kiai Syafat : Bapak Patriot dan Imam Ghazalinya Tanah Jawa. 2015. (Yogyakarta:Pustaka Ilmu)

Ghozali.Dody M.Communication Measurement; Konsep dan Aplikasi

Pengukuran Kinerja Public Relation. 2005. (Bandung:Simbiosa Ekatama Media)

Hurlock.Elysabeth.Perkembangan Anak Jilid I. 1997. (Jakarta:Erlangga)

Indar Parawansa.Khofifah.Islam, NU & Keindonesiaan.2013. (Bandung:Nuansa Cendekia)

Kohn.Hans.Nasionalisme, Arti dan Sejarahnya. 1984. (Jakarta:PT. Pembangunan)


(5)

✖84

Kusnawan.Aep.Ilmu Dakwah (Kajian Berbagai Aspek). 2004. (Bandung: Pustaka Bani Quraisy)

Moleong.Lexy.Metode Penelitian Kualitatif. 2005. (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya)

Morrisan,Jurnalistik Televisi Mutakhir, 2008, (Jakarta:Kencana)

Mujiburrahman.Mengindonesiakan Islam.2008. (Jogjakarta:Pustaka Pelajar) Nadjamuddin Ramly.Hery Sucipto.Tajdid Muhammadiyah. 2005.

(Jakarta:Grafindo),

Pawito.Penelitian Komunikasi Kualitatif. 2007. (Yogyakarta:PT. Lkis Pelangi Aksara)

Pimay.Awaludin.Paradigma Dakwah Humanis. 2005 (Semarang: Rasail)

Poerwadarminto. Kamus Umum Bahasa Indonesia. 1984. (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud, Balai Pustaka)

Sanusi.Salahudin. Pembahasan Sekitar Prinsip-Prinsip Dakwah Islam. 1964. (Semarang: Ramadhoni)

Saputra.Wahidin.Pengantar Ilmu Dakwah.,2012. (Jakarta:Rajawali Pers) Sobur.Alex.Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotika dan Analisis Framing. 2001. (Bandung:Remadja Karya) Sobur.Alex.Semiotika Komunikasi.2003.(Bandung:Remaja Rosdakarya)

Soeharto.Irawan.Metode Penelitian Sosial. 2002. (Bandung:Remaja Rosdakarya) Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian. 1998, (Yogyakarta: Rineka Cipta) Syukir.Asmuni.Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. 1983. (Surabaya: Al-Ikhlas) Tasmara.Toto.Komunikasi Dakwah. 1997. (Jakarta:Gaya Media Pratama)

Tinarbuko.Sumbo.Semiotika Komunikasi Visual.2009. (Yogyakarta: Jalasutra) Widjaja.Komunikasi dan Hubungan Masyarakat.1986. Jakarta:Bina Aksara Yatim.Badri.Soekarno, Islam dan Nasionalisme.1999. (Jakarta:Logos Wacana


(6)

✗85

Yusuf LN.Syamsu.Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. 2012. (Bandung:PT Remaja Rosdakarya)

http://patriaindonesiabakti.blogspot.com, diakses tanggal 12 Oktober 2015 jam 10:41

http://www.madebhela.com/2014/05/film-pendek-indonesia-masih-subuh_23.html, diakses 24 Desember 2015 jam 21.30 WIB

Kartaprawira, “Menegakkan Kembali Ideal Nasionalisme di Indonesia”, Khoirul Anam,Kisah Ulama, Berjuang dan Mengawal Bangsa,2015, (Pustaka