ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENENTUAN MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA KOPERASI JASA KEUANGAN SYARI’AH BEN IMAN LAMONGAN.

(1)

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENENTUAN

MARGIN

PEMBIAYAAN

MURA<BAH{AH

PADA KOPERASI

JASA KEUANGAN SYARI

AH BEN IMAN LAMONGAN

SKRIPSI

Oleh Nur Azizah NIM C32211118

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Fakultas Syari

ah dan Hukum

Jurusan Hukum Perdata Islam

Prodi Hukum Ekonomi Syari

ah (Muamalah)

Surabaya


(2)

(3)

(4)

(5)

vii ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan (Field Reseacrh) dengan judul “Analisis Hukum Islam terhadap Penentuan Margin Pembiayaan

Mura>bah}ahpada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan”.

Data penelitian ini bertujuan untuk menjawab dua pertanyaan yaitu: Bagaimana penentuan margin pembiayaan mura>bah}ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan, Bagaimana analisis hukum Islam terhadap penentuan margin pembiayaan mura>bah}ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan.

Untuk mendapatkan data yang valid maka penulis menggunakan beberapa tehnik, diantaranya: observasi, wawancara, dokumentasi. Setelah data terkumpul maka data diolah menggunakan metode deskriptif kualitatif dan pola pikir induktif, yaitu metode yang digunakan untuk fakta dari hasil penelitian kemudian diteliti sehingga ditemukan pemahaman tentang penentuan margin pembiayaan mura>bah}ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan kemudian dianalisis secara umum menurut hukum Islam.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penentuan margin pembiayaan

mura>bah}ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan

ialah ditentukan sepihak oleh Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan dan berpatokan pada tingkat suku bunga yang berlaku di pasar perbankan konvensional sehingga prosentase margin dapat berubah-ubah sesuai dengan tingkat suku bunga. Meskipun demikian, peneliti juga menyimpulkan bahwa tingkat margin di Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah

Ben Iman Lamongan dapat ditentukan dari beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, yakni: tingkat rata-rata margin pasar, tingkat rata-rata margin perbankan syariah lainnya serta biaya yang lain seperti biaya-biaya operasional. Metode flat yang dipergunakan oleh pihak Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan adalah diperbolehkan sebab dilihat dari mas}lah}ah mursalah Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman

Lamongan dapat membantu anggota yang sedang kesusahan serta sebagai untuk menolong orang yang membutuhkan dana secara mendadak.

Dari hasil penelitian tersebut, penulis menyarankan bahwa seharusnya dalam margin pembiayaan mura>bah}ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan ditentukan secara bersama-sama, yaitu antara anggota dan koperasi, sehingga anggota bisa tawar-menawar serta mengindari terjadinya eksploitasi


(6)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ...v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TRANSLITERASI ...xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ...6

C. Rumusan Masalah ...7

D. Kajian Pustaka ...7

E. Tujuan Penelitian ...11

F. Kegunaan Penelitian ...11

G. Definisi Operasional ...12

H. Metode Penelitian ...13

I. Sistematika Pembahasan ...18

BAB II KONSEPSI TENTANG MURA<BAH{AH DAN MARGIN KEUNTUNGAN A. Konsep tentang Mura>bah{ah ...20

1. Pengertian mura>bah{ah ...20

2. Dasar hukum mura>bah{ah ...23


(7)

xi

4. Syarat mura>bah{ah ...29

5. Ketentuan pembiayaan mura>bah{ah ...32

6. Aplikasi mura>bah{ah pada koperasi syari’ah...39

7. Resiko-resiko dalam pembiayaan mura>bah{ah ...44

B. Konsep tentang Margin Keuntungan ...45

1. Pengertian margin ...45

2. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan margin ...46

3. Metode-metode penentuan margin mura>bah{ah ...48

4. Persyaratan untuk perhitungan margin keuntungan ...49

BAB III APLIKASI PENENTUAN MARGIN PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARI’AH BEN IMAN LAMONGAN A. Gambaran Umum Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan ...50

1. Sejarah ...50

2. Keadaan geologis ...52

3. Prinsip syari’ah dan membangun kolektivitas dalam koperasi52 4. Visi, misi dan tujuan koperasi jasa keuangan syari’ah ben iman lamongan ...53

5. Fungsi dan peran koperasi jasa keuangan syari’ah ben iman lamongan ...54

6. Struktur organisasi dan job description koperasi jasa keuangan syari’ah ben iman lamongan ...55

7. Produk-produk koperasi jasa keuangan syari’ah ben iman lamongan ...58

B. Aplikasi Pembiayaan Mura>bah{ah di Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan ...61


(8)

1. Prosedur pembiayaan mura>bah{ah di koperasi jasa keuangan syari’ah ben iman lamongan ...61 2. Metode penentuan margin pembiayaan mura>bah{ah di

koperasi jasa keuangan syari’ah ben iman lamongan ...65 3. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan

margin ...68 4. Prosedur pembayaran dalam pembiayaan mura>bah{ah ...69

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENENTUAN

MARGIN PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH PADA

KOPERASI JASA KEUANGAN SYARI’AH BEN IMAN

LAMONGAN

A. Analisis Penentuan Margin Pembiayaan Mura>bah{ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan ...71 B. Analisis Hukum Islam terhadap Penentuan Margin Pembiayaan

Mura>bah{ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan ...75

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...84 B. Saran ...85

DAFTAR PUSTAKA


(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan pesat yang dialami oleh perbankan syari’ah merupakan bentuk respon positif bagi perekonomian Islam di tengah masyarakat. Secara kelembagaan, perbankan syari’ah di Indonesia dapat dibagi menjadi Bank Umum Syari’ah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS).2 Sedangkan Lembaga Keuangan Islam yang berbentuk non Bank di antaranya ialah Asuransi Syari’ah, Pegadaian Syari’ah, Baitul Mal watTamwil (BMT), dan Koperasi Syari’ah. Lembaga yang disebut terakhir (Koperasi Syari’ah) merupakan salah satu dari pranata sosial hukum Islam yang dipraktikkan dan dikembangkan di Indonensia yang cikal bakalnya sudah ada sejak berdirinya Sarekat Dagang Islam tahun 1913.3

Keberadaan koperasi di Indonesia sudah ada sejak 1896 ketika seorang Pamong Praja Patih TR. Aria Wiria Atmaja di Purwokerto mendirikan sebuah bank untuk para pegawai negeri (priyayi). Tindakannya tersebut dimotivasi oleh adanya keinginan untuk menolong para pegawai yang makin menderita karena terjerat oleh „lintah darat’ yang memberikan

2

Lasmiatun, Perbankan Syari’ah, (Semarang: Lpsdm. Ra Kartini, 2010), 20-21.

3

Ahmad Dimyati et al, Islam dan Koperasi Telaah Peran Serta Umat Islam dalam Pengembangan Koperasi, ( Jakarta: Koperasi Jasa Informasi (Kopinfo), 1989), 22.


(10)

2

pinjaman dengan bunga yang tinggi. Maksud Patih tersebut diwujudkan dalam bentuk koperasi kredit model Raiffeisen seperti di Jerman.4

Azas usaha dalam koperasi syari’ah didasarkan atas konsep gotong royong serta tidak dimonopoli atau dikuasai oleh salah seorang pemilik modal. Begitu pula dalam hal keuntungan yang diperoleh maupun kerugian yang diderita harus dibagi atau ditanggung secara sama dan proporsional. Penekanan manajemen usaha dilakukan secara musyawarah sesama anggota dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) dengan melibatkan seluruhnya potensi anggota yang dimilikinya.5

Ayat al-Qur’an yang relevan dengan asas koperasi adalah:

                  

Artinya: “...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (Q.S. al-Maida>h [5]: 2).6

Penentuan harga merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan pemasaran produk. Koperasi yang berdasarkan konvensional, harga adalah bunga, biaya adminstrasi dan komisi, biaya kirim, biaya tagih, biaya sewa, biaya iuran dan biaya-biaya lainnya. Sedangkan harga bagi koperasi yang

4

Ninik Widiyanti Dan Y.W. Sunindhia, Koperasi Dan Perekonomian Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 25.

5

Ibid., 20.

6

Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2004), 106.


(11)

3

berdasarkan prinsip syariah adalah bagi hasil.7 Akan tetapi, dalam penentuan harga pembiayaan di koperasi syari’ah sering menggunakan metode going rate pricing yaitu menggunakan tingkat suku bunga pasar sebagai rujukan (benchmark).

Lembaga Keuangan Syari’ah non Bank yaitu Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan juga semakin menunjukkan eksistensinya. Seperti halnya bank syari’ah, kegiatan Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan adalah melakukan penghimpun dana (funding) antara lain: Tabungan Syari’ah (Mud{ara>bah) dan Tabungan Deposito Syari’ah (Sijangka Mud{ara>bah) sedangkan penyaluran dana (financing) antara lain: Pembiayaan Mud{ara>bah, Pembiayaan

Mura>bah{ah, Pembiayaan Musya>rakah dan Qord{ul H{asan kepada masyarakat.8

Pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan, pembiayaan mura>bah{ah meliputi pembiayaan umumnya sebagian besar nasabahnya 80% petani. Dalam hal ini untuk pembiayaan penggarapan tambak atau sawah dan sebagian atau sisanya untuk kebutuhan sehari-hari, misalnya pembelian sembako.9 Pembiayaan mura>bah{ah merupakan suatu akad jual beli antara Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman

7

Kasmir, Pemasaran Bank, (Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2004), 151-152.

8

Brosur Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan.

9

M. Nasrudin, Wawancara, Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan, 24 Maret 2015.


(12)

4

Lamongan dan anggota dengan pembayaran tangguh dan pengambilan

margin merupakan keuntungan yang diperoleh koperasi.

Anggota dalam pelaksanaan pembayaran angsuran sangat pariatif, ada yang tepat waktu, ada juga yang lebih awal dari waktu yang ditentukan bahkan ada yang tidak tepat waktu. Walaupun dalam akad pembiayaan

mura>bah{ah sudah disepakati batas waktu pembayaran, akan tetapi terdapat anggota yang membayar angsurannya tidak sesuai dengan waktu yang telah disepakati sehingga bisa dikatakan bahwa anggota tersebut bermasalah. Sehubungan dengan adanya anggota yang bermasalah tersebut maka akan mempengaruhi waktu dan biaya yang dikeluarkan oleh pihak Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan.10

Pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan,

margin pembiayan mura>bah{ah ditentukan oleh pihak Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan.11 Penentuan secara sepihak ini tentunya anggota tidak bisa tawar-menawar sehingga anggota hanya menerima jadi, kemudian memberikan kesepakatan atas margin tersebut. Dalam penentuan margin yang diberikan terkadang lebih besar dari suku bunga konvensional. Hal ini untuk menghindari akibat dari terjadinya inflasi. Oleh karena itu sangat menarik untuk dikaji lebih dalam tentang kebijakan yang diberikan Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan dalam menentukan margin pembiayaan mura>bah{ah.

10

Ibid.

11


(13)

5

Margin yang diberikan Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan pada pembiayaan mura>bah{ah berbeda antara anggota yang melakukan pembayaran secara angsuran sebesar 2,25% sedangkan anggota yang melakukan pembayaran secara musiman sebesar 2,5%.12 Selain itu juga, margin itu sifatnya fixed yaitu selama periode angsuran berlangsung besaran nominal yang dibayarkan tetap sama. Namun selain bersifat fixed

juga bersifat fluktatif, presentasenya bisa berubah-ubah, bisa naik dan bisa turun.

Idealnya selain dituntut untuk memenuhi aturan-aturan syari’ah, Koperasi juga diharapkan mampu memberikan bagi hasil kepada dana pihak ketiga minimal sama dengan serta menerapkan margin pembiayaan

mura>bah{ah yang lebih rendah dari pada suku bunga kredit lembaga keuangan konvensional.

Untuk merealisasikan konsep ideal tersebut, Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan harus dikelola secara optimal berlandaskan prinsip-prinsip amanah, sidiq, fatonah, dan tabligh, termasuk dalam hal kebijakan penentuan margin dan nisbah bagi hasil pembiayaan. Selain itu juga, diharapkan mampu mencari pembenaran dalam kacamata Islam atau membangun metode baru yang sama sekali tidak bertentangan dengan pencapaian maqa>s}id asy-syari>„ah atau syariat Islam.

12

Hani, Wawancara, Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan, 13 Desember 2014.


(14)

6

Berdasarkan uraian di atas dan mengingat betapa pentingnya suatu proses penentuan margin mura>bah{ah Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan, maka penulis mengadakan penelitian dengan mengambil judul ”Analisis Hukum Islam terhadap Penentuan Margin

Pembiayaan Mura>bah{ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben

Iman Lamongan”

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas, maka penulis dapat mengidentifikasi dan memberikan batasan masalah sebagai berikut:

1. Aplikasi pembiyaaan mura>bah{ah di Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan

2. Prosedur pembiayaan mura>bah{ah di Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan

3. Margin pembiayaan mura>bah{ah di Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan

4. Penentuan margin pembiayaan mura>bah{ah di Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan

5. Analisis Hukum Islam mengenai penentuan margin pembiayaan

mura>bah{ah di Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan


(15)

7

Agar lebih fokus dan mendapatkan hasil yang baik dalam penelitian, maka penulis akan membatasi masalah sehingga dalam skripsi ini penulis hanya akan membahas tentang:

1. Penentuan margin pembiayaan mura>bah{ah di Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan

2. Analisis hukum Islam mengenai penentuan margin pembiayaan

mura>bah{ah di Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah serta identifikasi dan batasan masalah diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana penentuan margin pembiayaan mura>bah{ah pada

Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan?

2. Bagaimana analisis hukum Islam terhadap penentuan margin

pembiayaan mura>bah{ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan


(16)

8

diteliti sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan dari penelitian yang telah ada.13

Skripsi yang disusun oleh Fike Mai Mandasari dengan judul Sistem Pengendalian Pembiayaan Mura>bah{ah pada BPRS Bhakti Haji Malang (Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Negeri Malang, 2008).14 Dalam kesimpulan skripsi ini menunjukan bahwa kegiatan pengendalian yang ada pada BPRS BHM tidak berpedoman pada pengendalian tertulis melainkan berdasarkan pada petunjuk dan arahan direksi. Sistem pengendalian tercermin pada struktur organisasi pembiayaan, sistem dan prosedur pembiayaan dan usaha pembinaan serta pengawasan. Tujuan dari pengendalian pembiayaan yang dilakukan oleh BPRS adalah untuk memanage pembiayaan yang ada agar tetap lancar dan produktif.

Skripsi yang disusun oleh Asep Syaiful Bahri dengan judul Evaluasi Risiko Pembiayaan Mura>bah{ahpada Bank Syari’ah Muamalat

(Program Studi Muamalat, Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008).15 Dalam kesimpulan skripsi ini menunjukan bahwa walaupun mura>bah{ah termasuk NCC (Natural Certainty Contracts), tetapi ternyata masih banyak risiko yang perlu di manage agar

13

Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel, Peunjuk Teknis Penulisan Skripsi, 2014, 8.

14Fike Mai Mandasari, “

Sistem Pengendalian Pembiayaan Mura>bah{ah pada BPRS Bhakti Haji Malang” ( Skripsi--Universitas Islam Negeri Malang, 2008), 130.

15Asep Syaiful Bahri, “Evaluasi Risiko Pembiayaan

Mura>bah{ahPada Bank Syariah Muamalat”


(17)

9

pembiayaan ini tetap menguntungkan buat bank syari’ah dan tetap kompetitif bila dibandingkan dengan kredit konvensional. Bank Syari’ah Muamalat dikategorikan dalam kondisi sehat sebab memiliki kemampuan untuk mengatasi risiko usaha yang terkandung dalam komponen aktiva produktif terutama komponen pembiayaan yang diberikan apabila nasabah gagal mengembalikan sebagian atau seluruh kredit yang diterima Bank Syari’ah Muamalat.

Skripsi yang disusun oleh Andy Setiawan dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Margin Keuntungan dalam Pembiayaan

Mura>bah{ah di BPRS Dana Mulia Surakarta Tahun 2009 (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2009).16 Dalam kesimpulan skripsi ini menjelaskan bahwa karakteristik produk pembiayaan murabahah dalam hal akad pembiayaan mura>bah{ah

di BPRS Dana Mulia menggunakan akad jual beli, jangka waktu dan pengembalian ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara bank dengan nasabah. Serta faktor yang paling berpengaruh dalam menentukan margin

keuntungan adalah kebijakan manajemen bank dengan berdasarkan atas harga pasar yang berlaku saat itu.

Skripsi yang disusun oleh Masruhin Fahri dengan judul Analisis Hukum Islam terhadap Persepsi Nasabah tentang Aplikasi

Mura>bah{ah di BMS Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Ampel Surabaya

16Andy Setiawan, “Faktor

-Faktor yang Mempengaruhi Margin Keuntungan dalam Pembiayaan

Mura>bah{ahdi BPRS Dana Mulia Surakarta” ( Skripsi--Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2009), 73.


(18)

10

(Fakultas Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, 2010).17 Dalam kesimpulan skripsi ini menjelaskan bahwa persepsi nasabah terhadap aplikasi mura>bah{ah di BMS Fakultas Syari’ah menjadi 2

kategori, yaitu pihak yang setuju adalah persepsi nasabah BMS yang setuju terhadap aplikasi mura>bah{ah antara lain: akad mura>bah{ah, obyek mura>bah{ah, laba mura>bah{ah, kuasa pembelian barang dan jaminan mura>bah{ah karena sudah sesuai dengan ketentuan hukum Islam sedangkan persepsi yang tidak setuju adalah persepsi nasabah BMS tidak setuju terhadap aplikasi mura>bah{ah antara lain: aspek obyek

mura>bah{ah, kuasa pembelian barang, dan laba mura>bah{ah karena tidak sesuai dengan hukum Islam, karena obyek mura>bah{ah yang dikehendaki dalam bentuk uang maka itu ada unsur ribawi maka jelas tidak sesuai dengan hukum Islam. Sebab yang melatar belakangi persepsi nasabah tidak mempunyai landasan hukum Islam.

Skripsi yang disusun oleh Anis Umaya dengan judul

Mura>bah{ah Koperasi Simpan Pinjam Kramat Desa Pulokerto Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan dalam Perspektif Teori Maslahah (Fakultas Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, 2011).18 Dalam kesimpulan skripsi ini menjelaskan bahwa mura>bah{ah yang digunakan dalam Koperasi Simpan Pinjam Kramat merupakan suatu akad

17Masruhin Fahri, “

Analisis Hukum Islam terhadap Persepsi Nasabah tentang Aplikasi

Mura>bah{ah di BMS Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya” (Skripsi--IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2010), 69.

18Anis Umaya, “Mura>bah{ah

Koperasi Simpan Pinjam Kramat Desa Pulokerto Kecamatan

Kraton Kabupaten Pasuruan dalam Perspektif Teori Maslahah” ( Skripsi--IAIN Sunan Ampel,


(19)

11

jual beli uang dengan uang dengan tambahan keuntungan yang didapat oleh koperasi dan nasabah dengan pembayaran yang ditangguhkan. Sehingga mura>bah{ah di Koperasi Simpan Pinjam Kramat tidak boleh dilakukan, karena dalam al-Qur’an dan H}adith sudah dijelaskan bahwa jual beli barang yang sejenis itu dinamakan riba, apalagi di koperasi tersebut masih memberikan tambahan dan dilunasi dalam jangka waktu tertentu dalam pelaksanaannya.

Dari kelima skripsi di atas, yang membedakan antara peneliti di atas dengan penulis adalah pembahasan yang dikaji. Dalam penelitian ini pembahasan yang dikaji adalah pembahasan tentang Penentuan Margin

Pembiayaan Mura>bah{ah di Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan.

E. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, ada beberapa tujuan yang hendak dicapai yaitu:

1. Untuk mengetahui penentuan margin pembiayaan mura>bah{ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan.

2. Untuk mengetahui analisis hukum Islam terhadap penentuan margin

pembiayaan mura>bah{ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan


(20)

12

1. Secara Teoritis

a. Dapat dijadikan perbandingan antara teori dan praktek, mengetahui kendala yang dialami saat pelaksanaannya, menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan tentang Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah terutama yang berkaitan dengan penentuan margin pembiayaan

mura>bah{ah.

b. Sebagai referensi atau tambahan informasi yang diperlukan untuk pengembangan pengetahuan lebih lanjut mengenai analisis atas

margin pembiayaan mura>bah{ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah.

2. Secara Praktis

a. Dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pelaksanaan margin

pembiayaan mura>bah{ah agar lebih baik dan diharapkan dapat dijadikan masukan serta memberikan sumbangan pemikiran guna perbaikan dan perkembangan usaha.

b. Penelitian ini diharapakan dapat memberikan sumbangan atau informasi untuk kemajuan Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah dalam menunjang efektifitas pembiayaan mura>bah{ah.

G. Definisi Operasional

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami maksud judul di atas maka perlu dijelaskan arti kata tersebut:


(21)

13

Hukum Islam : Ketentuan Allah dan utusan-Nya serta

pendapat para ulama’ seperti mazhab Maliki, Ibnu Taimiyah, Alimuddin, Yusuf Qardhawy, Syami Qabil yang membahas tentang margin pembiayaan mura>bah}ah.

Penentuan Margin : Keuntungan pembiayan mura>bah{ah

yang

diperoleh dari tiap angsuran yang telah ditentukan oleh pihak Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan. Pembiayaan Mura>bah{ah : Pembiayaan Mura>bah{ah adalah suatu

akad

Pada Koperasi Jasa jual beli barang yang dilakukan oleh pihak Keuangan Syari’ah Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Ben Iman Lamongan Lamongan atau diwakilkan kepada anggota

dengan atas nama Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan dengan pembiayaan yang dilakukan secara cicilan dengan batas waktu yang disepakati.

H. Metode Penelitian

Metode Penelitian merupakan suatu konsep tentang metode-metode penelitian dimana metode-metode yang digunakan adalah metode-metode


(22)

14

ilmiah yang tersusun secara sistematis serta diharapkan dapat menjelaskan dan menjawab suatu masalah yang dihadapi.

Dalam penyusunan skripsi ini untuk memperoleh data yang mengarah pada tujuan, maka penulis menggunakan metode sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Kualitatif karena menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis. Metode deskriptif yaitu metode yang mendeskripsikan suatu masalah-masalah, sikap, pandangan dan proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena.19

Dalam definisi tersebut dapat diketahui bahwa metode penelitian yang digunakan untuk dapat menggambarkan serta menganalisis hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Metode penelitian digunakan untuk dapat menggambarkan margin pembiayaan

mura>bah{ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan. Dan penelitian ini dilakukan pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan yang berlokasi di Jalan Veteran No. 80 Lamongan.

2. Data yang dikumpulkan:

19


(23)

15

Data yang dikumpulkan dalam hal ini adalah data yang terkait tentang penentuan margin pembiayaan mura>bah{ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan.

3. Sumber Data

Sumber Data adalah subyek darimana data itu diperoleh atau darimana sumbernya. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah: a. Sumber Data Primer

Sumber Data Primer adalah sumber data yang langsung dari sumbernya. Dalam penelitian ini, yang termasuk sumber data primer adalah keterangan dari wawancara dengan pengelola Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan beserta para stafnya yang menangani langsung kegiatan operasional koperasi.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber Data Sekunder yaitu dari literatur atau buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini seperti Wiroso, Jual Beli Mura>bah{ah, Yogyakarta, UII Press, 2005, Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin Bank Syari’ah,

Yogyakarta, UII Press, 2004, dll. 4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang valid penulis menggunakan beberapa teknik di antaranya:


(24)

16

a. Observasi (Pengamatan)

Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data penelitian dapat diamati oleh peneliti. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan langsung dalam kegiatan penentuan

margin pembiayaan mura>bah{ah di Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan.

b. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.20 Oleh karena itu peneliti wawancara langsung kepada bapak H. Budi Santoso, SH selaku manager Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan beserta para stafnya yang menangani langsung kegiatan operasional Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan dalam hal ini adalah M. Nasrudin selaku kasir sehingga dapat memperoleh informasi yang jelas tentang analisis hukum Islam terhadap penentuan margin pembiayaan

mura>bah{ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan.

c. Dokumentasi

20


(25)

17

Yaitu teknik pengumpulan data dengan mencari data tentang hal-hal yang dibutuhkan peneliti dalam informasi yang berkaitan dengan pembiayaan mura>bah{ah dan penentuan

marginmura>bah{ah. 5. Teknik Pengolahan Data

Setelah seluruh data terkumpul kemudian dianalisis dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali terhadap semua data yang telah diperoleh terutama dari segi kelengkapan, kevalidan, kejelasan makna, keselarasan dan kesesuaian antara data primer maupun data sekunder tentang Analisis hukum Islam terhadap

margin pembiayaan mura>bah{ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan.

b. Organizing, yaitu menyusun dan mensistematiskan data-data yang telah diperoleh tentang Analisis hukum Islam terhadap

margin pembiayaan mura>bah{ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan.

c. Analyzing, yaitu menganalisis hukum Islam terhadap margin

pembiayaan mura>bah{ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan.21

6. Teknik analisis data

21


(26)

18

Data yang diperoleh ini dianalisis secara kualitatif yaitu suatu pendataan penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif dari pengamatan atau sumber-sumber tertulis dan menggunakan pola pikir induktif yang diawali dengan menggambarkan data hasil penelitian yaitu data tentang penentuan margin pembiayaan mura>bah{ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan. Selanjutnya data tersebut akan dianalisis dari segi hukum Islam.

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan, penulis membagi beberapa bab, beberapa bab akan dibagi lagi ke dalam beberapa sub dan seterusnya. Sistematika pembagian tersebut adalah sebagai berikut :

Bab Pertama merupakan bab yang berisi pendahuluan, pada bab ini menguraikan tentang uraian global mengenai persoalan yang akan dibahas dalam bab selanjutnya. Bab ini terdiri atas: latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab Kedua, konsepsi tentang mura>bah{ah dan margin

keuntungan, bab ini merupakan pembahasan landasan teori mura>bah{ah

yang meliputi pengertian mura>bah{ah, dasar hukum mura>bah{ah, rukun mura>bah{ah, syarat mura>bah{ah, ketentuan pembiayaan


(27)

19

resiko dalam pembiayaan mura>bah{ah serta membahas tentang konsep tentang margin keuntungan yang meliputi pengertian margin, faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan margin, metode-metode penentuan margin mura>bah{ah, persyaratan untuk perhitungan margin

keuntungan.

Bab Ketiga merupakan bagian yang membahas tentang Aplikasi penentuan margin pembiayaan mura>bah{ah di Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan, yang terdiri dari: gambaran umum Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan yang meliputi sejarah, keadaan geologis, prinsip syari’ah dan membangun kolektivitas dalam koperasi, visi-misi dan tujuan, fungsi dan peran, struktur organisasi dan job description, produk-produk. Dan juga tentang aplikasi pembiayaan

mura>bah{ah yang berisi tentang prosedur pembiayaan mura>bah{ah, metode penentuan margin pada produk pembiayaan mura>bah{ah, faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan, prosedur pembayaran dalam pembiayaan mura>bah{ah.

Bab Keempat merupakan bagian yang membahas tentang analisis penentuan margin pembiayaan mura>bah{ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan, analisis hukum Islam terhadap penentuan margin pembiayaan mura>bah{ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman lamongan.

Bab Kelima merupakan sebagai penutup dari seluruh bab yang ada. Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dari seluruh pembahasan,


(28)

20

saran. Serta bagian akhir yaitu berisi tentang daftar pustaka yang digunakan.


(29)

20 BAB II

KONSEPSI TENTANG MURA<BAH{AHDANMARGIN KEUNTUNGAN

A. Konsep tentang Mura>bah{ah

1. Pengertian mura>bah{ah

Mura>bah{ah didefinisikan oleh para fuqaha’ sebagai penjualan barang seharga biaya atau harga pokok (cost) barang tersebut ditambah

mark-up atau margin keuntungan yang telah disepakati. Karakteristik

mura>bah{ah adalah bahwa penjual harus memberi tahu pembeli mengenai harga pembelian produk dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya (cost) tersebut.22

Mura>bah{ah menurut Muhammad Ibn Ahmad Ibnu Muhammad Ibn Rusydi dalam Muhammad Syafi’i Antonio adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang telah disepakati.23 Penjual harus memberi tahu harga produk yang dibeli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahan. Misalnya, pedagang eceran membeli komputer dari grosir dengan harga Rp. 10.000.000,-, kemudian ia menambahkan keuntungan sebesar Rp. 750.000,- dan ia menjual kepada pembeli dengan harga Rp. 10.750.000,-. Pada umumnya si pedagang eceran tidak akan memesan dari grosir sebelum ada pesanan dari calon pembeli dan mereka sudah menyepakati

22

Wiroso, Jual BeliMura>bah{ah, (Yogyakarta: UII Press, 2005), 13.

23


(30)

21

tentang lama pembiayaan, besar keuntungan yang akan diambil pedagang eceran, serta besarnya angsuran kalau memang akan dibayar secara angsuran atau jual beli dimana penjual menyebutkan kepada calon pembeli harga pokok dari sebuah komoditas dan keuntungan yang telah disepakati,24 atau menurut al-Syarakhsi>, mura>bah{ah

adalah jual beli dengan tambahan tertentu dari pokoknya, tambahan mana tidak hanya berarti keuntungan material semata (harga), akan tetapi juga nilai.25

Menurut Sofyan S. Harahap mura>bah{ah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.26 Sementara itu, menurut Abdul Manan mura>bah{ah adalah penjualan dengan batas laba yang disetujui bersama antara pembeli dan penjual. Pembayaran harga, termasuk imbuhan harta yang disetujui, dapat secara tunai atau dengan cicilan.27

Dalam literatur fiqh klasik, Bay’ al-Mura>bah{ah dalam pengertiannya yang paling sederhana, mengacu pada satu diantara tiga kemungkinan dalam penjualan. Pertama, penawaran barang oleh penjual kepada pembeli dengan batas keuntungan minimal yang disepakati antara keduanya dengan sistem pembayaran secara tunai

24

Ibnu Rusyd, Bida>yah al-Mujtahid wa Niha>yah al-Muqtas}id, juz 2, (Beirut: Da>r al Fikr, t.t.), 161.

25

Atiyah Fayad, Al-Tat}bi>q al-Masrafiyah li al-Bay’ al-Mura>bah{ah fi> D{aw’ al-Fiqh al-Isla>mi, (Mesir: Da>r al-Nasyr,1999), 13.

26

Sofyan S. Harahap, Akuntasi Perbankan Syariah, (Jakarta: LPFE-Usakti, 2004), 93.

27

M. Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1997), 224.


(31)

22

atau angsuran. Kedua, penjualan dengan harga biaya (cost) tanpa ada keuntungan apapun pada penjual (tawliyah). Ketiga, penjualan dengan harga rugi (wadi’ah). Dari sisi syariah ketiga kemungkinan tersebut dapat dibenarkan.28

Dalam fiqh modern, Bay’ al-Mura>bah{ah dikenal sebagai transaksi jual beli dengan margin yang disepakati kepada seseorang yang memesan barang.29 Pendapat lain mengatakan mura>bah{ah

sebagai jual beli dimana harga dan keuntungan disepakati antara penjual dan pembeli.30

Pada perjanjian mura>bah{ah koperasi membiayai barang atau aset yang dibutuhkan oleh anggotanya dengan membeli barang itu dari pemasok barang kemudian menjualnya kepada anggota tersebut dengan menambahkan margin, dengan kata lain penjualan barang oleh koperasi kepada anggota yang dilakukan atas dasar cost-plus profit.31

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pembiayaan mura>bah{ah adalah suatu akad jual beli barang dimana penjual memberitahu kepada pembeli tentang harga pokok barang kemudian menambahkan margin dalam jumlah tertentu yang telah disepakati kedua belah pihak.

28

Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqh al-Isla>mi> wa Adillatuh, juz 4, (Beirut: Da>r al-Fikr, t.t.), 466.

29

M. Umer Chapra, Towards a just Monetary System, ter. Ikhwan Abidi B., (Jakarta: Gema Insani, 2000), 120.

30

Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah: Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek, (Jakarta: Alvabet, 2001), 21

31

Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 1999), 64.


(32)

23

2. Dasar hukum mura>bah{ah

Dalam al-Qur’an dan H}adith penjelasan tentang mura>bah{ah

secara detail tidak tercantum didalamnya, akan tetapi mura>bah{ah

termasuk jual beli sehingga kebanyakan dasar hukumnya dikelompokkan pada hukum jual beli.

a. al-Qur’an

Didalam al-Qur’an tidak dijelaskan secara langsung mengenai mura>bah{ah. Secara umum dijelaskan bahwa jual beli adalah halal sedangkan riba adalah haram.

1) al-Baqarah : 275

...

لَحَأَو

ُلا

َعْيَ بْلَا

َم رَحَو

ْاوَبِرلا

...

Artinya:“…Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…”.32

2) al-Baqarah : 280

ْنِإَو

َنَاك

ةَرْسُعْوُذ

ةَرِظَنَ ف

َلِإ

ةَرَسْيَم

نَأَو

دَصَت

اْوُ ق

رْ يَخ

ْمُك ل

ن إ

ْمُتنُك

َنوُمَلْعَ ت

Artinya:“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”.33

3) an-Nisa>’: 29

َنْيِذ لاَاهُيَأَي

اْوُ نَماَء

ْاوُلُكْأَتَا

مُكَلَوْمَأ

مُكَنْ يَ ب

ِلِطَبْلاِب

لِإ

ُكَتْ نَأ

َنْو

ًةَرَِِ

ْنَع

َ ت

ضاَر

ْمُكْنِم

ْاوُلُ تْقَ تَاَو

مُكَسُفْ نَأ

نِإ

َلا

َناَك

ْمُكِب

اًمْيِحَر

Artinya:“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.34

32

Departemen Agama RI., al-Qur’an..., 47.

33

Ibid.

34


(33)

24

4) al-Baqarah : 198

َسْيَل

ْمُكْيَلَع

حاَنُج

ْنَأ

ْاوُغَ تْبَ ت

ًلْضَف

ْنِم

ْمُكِب ر

Artinya: Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu.35

b. H}adi\th

Sedangkan landasan H}adith yang menjadi dasar

mura>bah{ah adalah:

نَا

ِب نلا

ى لَص

ا

ُ لل

ِْيَلَع

َاَو

ِِل

َسَو

ل َم

َلَاق

:

َلَث

ث

نِهْيِف

ْا

ُةَكَرَ بل

:

ُعْيَ بلا

َلِإ

لَجَأ

,

ق

ُ

ماَو

ُةَضَرَا

,

ُطْلَخَو

ِرُ بلا

ِب

شلا

ِْيِع

ِتْيَ بْلِل

َا

ْلِل

ِعْيَ ب

( .

اَوَر

ُ

ُنْبا

جَام

)

Artinya: “Ras}ulullah SAW bersabda: Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh atau tidak secara tunai, muqaradlah (mud{a>rabah) dan mencampur gandum dengan gandum untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual” (HR. Ibnu Majah).36

Dari keterangan diatas bahwasannya dalil-dalil mengenai

mura>bah{ah adalah dalil-dalil nas}, meskipun dalam dalil-dalil tersebut tidak disebutkan secara jelas mengenai keabsahan

mura>bah{ah. Akan tetapi, menunjukkan tentang jual beli yang dibenarkan oleh al-Qur’an maupun h}adith karena mura>bah{ah sama juga dengan jual beli tangguh.

c. Ijma’

Ulama’ sepakat bahwa jual beli mura>bah{ah sudah berlaku dan dibenarkan sejak zaman Ras}ulullah SAWsampai saat ini dan pada dasarnya semua bentuk mu„a>malah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.

35

Ibid., 31.

36


(34)

25

Dan berdasarkan ayat al-Qur’an dan H}adith serta para ulama’ sepakat bahwa mura>bah{ah diperbolehkan, mereka hanya berselisih secara garis besar dalam 2 hal yaitu:

1) Tentang apa yang bisa dianggap oleh penjual sebagai modal barang dari apa yang dibelanjakan oleh barang sesudah pembelian dengan apa yang tidak bisa dianggap sebagai modal.

2) Tentang apabila penjual berdusta kepada pembeli.37

3. Rukun mura>bah{ah

Rukun adalah sesuatu yang wajib ada dalam suatu transaksi (necessary condition). Mura>bah{ah salah satu bentuk jual beli yang memiliki rukun yang harus dipenuhi, sehingga mura>bah{ah dapat dikatakan sah menurut syariat Islam. Adapun rukun dari mura>bah{ah

adalah sebagai berikut: a. Ba>’i (Penjual)

Ba>’i merupakan supplier, dalam hal ini adalah pihak yang mempunyai barang yang dijadikan dalam transaksi jual beli.

b. Musytari>’ awal (Pembeli Pertama)

Musytari>’ awal adalah pihak lembaga keuangan yang akan melaksanakan transaksi jual beli dengan pembeli kedua (anggota).

c. Musytari>’ s||a>ni >(Pembeli Kedua)

37


(35)

26

Musytari>’ s||a>ni merupakan pihak yang memerlukan barang dan sebagai pihak yang akan menjadi pembeli dari pembeli pertama.

d. Ma’qu>d „alaih (Objek Jual Beli)

Ma’qu>d „alaih merupakan barang yang dibutuhkan oleh pembeli kedua dan barang yang akan dijadikan obyek dalam transaksi jual beli.

e. S}igatIjab Qabu>l (Ucapan Serah Terima)

S}igat Ijab Qabu>l merupakan perkataan serah terima dari penjual dan pembeli dalam hal ini pihak Koperasi dan anggota.38 Adapun syarat-syarat yang berlaku pada rukun tersebut menurut

fuqa}ha’ adalah: 1) Pihak yang berakad

a) „Aqil (berakal)

Ialah antara pihak koperasi dan anggota tidak gila serta mempunyai tanggungjawab secara hukum. Karena tidak sah transaksi jual beli yang dilakukan orang gila atau orang yang dipaksa.

b) Mumayyiz

38


(36)

27

Ialah pihak koperasi dan anggota yang dapat membedakan mana yang baik dan buruk, sehingga tidak sah jual beli yang dilakukan anak kecil.

c) Kerelaan kedua belah pihak d) Mukhtar

Ialah orang yang memiliki kebebasan untuk menentukan dan melakukan jual beli, tidak ada tekanan dari siapapun, atau orang merdeka (bukan budak).39

2) Barang atau obyek jual beli

a) Barang tersebut ada meskipun tidak ditempat, namun ada kesanggupan untuk mengadakan barang tersebut;

b) Barang itu merupakan milik sah si penjual. Oleh sebab itu, tidak sah jual beli barang yang tidak dimiliki oleh penjual, misalnya jual beli barang milik orang lain;

c) Barang yang diperjualbelikan harus berwujud (tidak samar) dan tidak menimbulkan kecacatan;

d) Barang yang diperjualbelikan juga tidak termasuk yang dikategorikan diharamkan,sebab tidak sah menjual belikan barang haram.

e) Barang tersebut sesuai dengan pernyataan penjual;

f) Apabila barang itu bergerak, maka barang itu langsung dikuasai pembeli dan harga barang dikuasai penjual. Barang

39


(37)

28

tidak bergerak bisa dikuasai pembeli setelah dokumentasi dan perjanjian akadnya selesai.40

3) Harga barang

a) Harga jual koperasi (harga beli ditambah margin), tidak boleh melebihi dari harga pokok dalam mengambil keuntungan; b) Harga tidak boleh berubah selama masa perjanjian atau pada

masa tangguhan;

c) Sistem pembayaran dan jangka waktunya disepakati bersama baik pihak koperasi maupun pihak anggota.41

4) Syarat ijab qabu>l

a) Orang yang mengucapkan telah balig dan berakal dan sudah wajib secara hukum;

b) Qabu>l sesuai dengan ijab, misalnya: si pembeli bilang “ aku

terima beli barang ini “ dan penjual bilang “ aku jual barang ini”. Tapi lebih efisiensi, maka pihak penjual hanya menggunakan surat tertulis.42

Akan tetapi, jumhur ulama menyatakan rukun jual beli

mura>bah{ah itu ada empat, yaitu:

(1) Ada orang yang berakad atau al-muta„a>qidaian (penjual dan pembeli).

(2) Ada sigat (lafal ijab dan qabu>l). (3) Ada barang yang dibeli.

40

Ibid.

41

Ibid.

42


(38)

29

(4) Ada nilai tukar pengganti barang.43

4. Syarat mura>bah{ah

Selain rukun, faktor yang harus ada supaya akad menjadi sah (lengkap) adalah syarat, yaitu sesuatu yang keberadaannya melengkapi rukun (sufficient condition). Contohnya adalah pelaku transaksi haruslah orang yang cakap hukum (mukalaf) menurut mazhab Hanafi, bila rukun sudah terpenuhi tapi syarat tidak terpenuhi maka rukun menjadi tidak lengkap sehingga transaksi tersebut menjadi fasid

(rusak).44

Adapun syarat-syarat jual beli sebagai berikut: a. Penjual dan Pembeli

1) Berakal;

2) Dengan kehendak sendiri;

3) Keadaan tidak mubadzir (pemboros); 4) Baliq.45

b. Uang dan Benda yang dibeli (obyek yang diperjualbelikan) 1) Suci;

2) Ada manfaat;

3) Keadaan barang tersebut dapat di serahkan;

43

Ibid., 115.

44

Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), 47.

45


(39)

30

4) Keadaan barang tersebut kepunyaan penjual atau kepunyaan yang diwakilkan;

5) Barang tersebut diketahui antara si penjual dan pembeli dengan terang dzat, bentuk, kadar (ukuran) dan sifat-sifatnya sehingga tidak terjadi keadaan yang mengecewakan.46

c. Ijab Qabu>l

1) Jangan ada yang memisahkan, janganlah pembeli diam saja setelah penjual menyatakan ijabnya begitu pula sebaliknya;

2) Jangan diselingi dengan kata-kata lain antara ijab dan

qabu>l;

3) Beragama Islam, syarat ini khusus utuk pembeli saja dalam benda-benda tertentu seperti seseorang dilarang menjual hambanya yang beragama Islam kepada pembeli yang beragama tidak Islam, sebab besar kemungkinan pembeli tersebut akan merendahkan abid yang beragama Islam, sedangkan Allah melarang orang mu’min memberi jalan kepada orang kafir untuk merendahkan mu’minin.47

Selain syarat diatas ada beberpa syarat yang secara khusus mengatur mura>bah{ah, seperti yang dikemukakan oleh Syafi’i

Antonio yaitu:

46

Ibid.

47


(40)

31

a) Penjual memberi tahu biaya modal kepada anggota;

b) Kontrak yang pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan;

c) Kontrak harus bebas dari riba;

d) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian;

e) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.48 Secara prinsip, jika syarat dalam (a), (d), atau (e) tidak dipenuhi, maka pembeli memiliki pilihan:

(1) Melanjutkan pembelian seperti adanya;

(2) Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang dijual;

(3) Membatalkan kontrak.

Ketentuan tentang membatalkan kontrak ini secara fiqh telah diatur dalam bab khiyar, yakni hak untuk memilih bagi pembeli untuk melanjutkan atau membatalkan jual beli karena adanya unsur kecacatan.49

Pada dasarnya semua rukun dan syarat mura>bah{ah diatas dapat terealisasikan, jika barang atau produk telah dikuasai atau dimiliki oleh penjual pada waktu negoisasi dan kontrak.

48

M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah..., 102.

49


(41)

32

5. Ketentuan pembiayaan mura>bah{ah

Menurut Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia No: 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Mura>bah{ah menetapkan:

a. Ketentuan umum mura>bah{ah dalam koperasi syari’ah:

1) Koperasi syari’ah dan anggota harus melakukan akad

mura>bah{ah yang bebas riba, sebab riba dilarang syariah. 2) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah

Islam maka barang yang diperjualbelikan harus suci dan bermanfaat. Karena barang haram tersebut menurut syariat tidak diperbolehkan.

3) Koperasi syari’ah membiayai harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.

4) Koperasi syariah melakukan pembelian barang yang diperlukan anggota atas nama koperasi syari’ah, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.

5) Koperasi syari’ah harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.

6) Kemudian koperasi syari’ah menjual barang tersebut kepada anggota dengan harga jual senilai harga beli ditambah keuntungannya. Dalam kaitan ini koperasi syari’ah harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada anggota berikut biaya yang diperlukan.


(42)

33

7) Anggota harus membayar harga barang yang telah disepakati pada jangka waktu yang telah disepakati.

8) Pihak koperasi syari’ah melakukan perjanjian khusus dengan anggota jika terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad jual beli.

9) Jika koperasi syariah mewakilkan kepada anggota untuk membeli barang dari pihak ketiga, maka akad jual beli

mura>bah{ah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik koperasi syari’ah.50

b. Ketentuan mura>bah{ah kepada anggota:

1) Anggota melakukan pengajuan permohonan serta berjanji untuk membeli barang kepada koperasi syari’ah.

2) Apabila koperasi syari’ah menerima permohonan tersebut, maka ia harus membeli barang yang dipesannya secara sah dengan pedagang terlebih dahulu.

3) Kemudian koperasi syari’ah menawarkan barang kepada anggota dan anggota harus membeli barang tersebut sesuai dengan kesepakatan, karena kesepakatan bersifat mengikat; kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli. 4) Koperasi syari’ah diperbolehkan meminta anggota untuk

membayar uang muka ketika menandatangani kesepakatan awal pemesanan.

50Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 04/DSN


(43)

34

5) Apabila anggota menolak membeli barang tersebut, maka koperasi syari’ah harus membayar biaya riil dari uang muka tersebut.

6) Apabila uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh koperasi syari’ah, maka koperasi syari’ah dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada anggota. 7) Uang muka pembelian (urbun) merupakan bagian pelunasan

piutang mura>bah{ah, maka:

a) Apabila anggota membeli barang tersebut, maka ia tinggal membayar sisa harga.

b) Apabila anggota batal membeli, maka uang muka menjadi milik koperasi syari’ah maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh koperasi syari’ah dan apabila uang muka tidak mencukupi, maka anggota wajib melunasi kekurangannya.51

c. Jaminan dalam mura>bah{ah:

1) Diperbolehkan anggota memberikan jaminan dalam

mura>bah{ah supaya anggota serius dengan pesanannya. 2) Koperasi syari’ah meminta anggota untuk menyediakan

jaminan yang dapat dipegang.52 d. Hutang dalam mura>bah{ah:

51

Ibid., 4.

52


(44)

35

1) Apabila anggota menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, maka ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan hutangnya kepada koperasi syari’ah. Dalam hal ini pelunasan hutang anggota dalam transaksi mura>bah{ah

tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan anggota dengan pihak ketiga atas barang tersebut.

2) Apabila anggota menjual barang sebelum masa angsuran berakhir, maka ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya.

3) Apabila penjualan barang menyebabkan kerugian, maka anggota tetap harus menyelesaikan hutangnya sesuai kesepakatan awal. Sehingga ia tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu diperhitungkan.53

e. Penundaan pembayaran dalam mura>bah{ah:

1) Anggota yang memiliki kemampuan untuk membayar hutangnya tidak diperbolehkan untuk menunda pelunasan hutangnya.

2) Apabila anggota menunda pembayaran dengan sengaja, atau salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka

53


(45)

36

penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapainya kesepakatan melalui musyawarah.54 f. Bangkrut dalam mura>bah{ah

Apabila anggota pailit (bangkrut) dan gagal menyelesaikan hutangnya, maka koperasi syari’ah harus menunda tagihan hutang sampai ia sanggup membayar kembali, atau berdasarkan kesepakatan.55

Sedangkan dalam Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI) dijelaskan karakteristik mura>bah{ah sebagai berikut:

a) Pihak koperasi syari’ah yang harus melakukan proses pengadaan barang mura>bah{ah.

b) Mura>bah}ah dapat dilakukan secara pesanan atau tanpa pesanan. Dalam mura>bah{ah secara pesanan, koperasi syari’ah melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari anggota.

c) Mura>bah}ah secara pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat anggota untuk membeli barang yang dipesannya.

d) Apabila barang yang telah dibeli koperasi syari’ah (sebagai penjual) dalam mura>bah}ah pesanan mengikat mengalami penurunan nilai karena kerusakan sebelum diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual

54

Ibid., 5.

55


(46)

37

(koperasi syari’ah) dan koperasi syari’ah akan mengurangi nilai akad.

e) Pembayaran mura>bah{ah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan.

f) Koperasi syari’ah dapat memberi potongan apabila anggota melakukan pelunasan pembayaran sebelum jatuh tempo atau mempercepat pembayaran cicilan, dengan syarat tidak diperjanjikan dalam akad dan besarnya potongan diserahkan pada kebijakan koperasi syari’ah.

g) Koperasi syari’ah dapat meminta anggota menyediakan agunan atau jaminan atas piutang mura>bah{ah, antara lain dalam bentuk barang yang telah dibeli dari koperasi syari’ah.

h) Koperasi syari’ah dapat meminta anggota uang muka pembelian setelah akad mura>bah{ah disepakati. Urbun menjadi bagian pelunasan piutang mura>bah{ah ketika mura>bah{ah telah dilaksanakan (tidak diperkenankan sebagai pembayaran angsuran). Tetapi apabila mura>bah{ah batal, urbun dikembalikan kepada anggota setelah dikurangi dengan kerugian sesuai dengan kesepakatan, antara lain:

(1) Potongan urbun bank oleh pemasok; (2) Biaya administrasi;


(47)

38

i) Apabila terdapat uang muka dalam transaksi mura>bah{ah secara pesanan, maka keuntungan mura>bah{ah didasarkan pada harga barang yang dibiayai oleh koperasi syari’ah.

j) Koperasi syari’ah berhak mengenakan denda kepada anggota yang tidak dapat memenuhi kewajiban piutang mura>bah{ah, antara lain:

(1) Adanya unsur kesengajaan, dalam hal ini anggota mempunyai dana tetapi tidak melakukan pembayaran piutang

mura>bah{ah; dan

(2) Adanya unsur penyalahgunaan dana, dalam hal ini anggota mempunyai dana tetapi digunakan terlebih dahulu untuk hal lain.

k) Apabila koperasi syari’ah mewakilkan kepada anggota untuk membeli barang dari pihak ketiga, maka akad jual beli

mura>bah{ah harus dilakukan setelah barang menjadi milik koperasi syari’ah.

l) Apabila transaksi mura>bah{ah pembayarannya dilakukan secara angsuran atau tangguh, maka pengakuan harga pokok dan keutungan harus dilakukan secara merata dan tetap selama jangka waktu angsuran. Apabila anggota melakukan pembayaran angsuran lebih kecil dari kewajibannya, maka pengakuan pendapatan untuk perhitungan distribusi hasil usaha dilakukan secara proporsional atau sebanding dengan margin yang terdapat dalam angsuran.


(48)

39

m) Apabila setelah akad transaksi mura>bah{ah, pemasok memberikan potongan harga atas barang yang dibeli oleh koperasi syari’ah dan telah dijual kepada anggota, maka potongan harga tersebut dibagi berdasarkan kontrak perjanjian yang dimuat dalam akad. Oleh karena itu, pembagian potongan harga setelah akad harus diperjanjikan. Potongan harga yang menjadi milik koperasi syari’ah dapat diakui sebagai pendapatan operasi lainnya.56

6. Aplikasi Mura>bah{ah pada Koperasi Syari’ah

Dalam aplikasi Koperasi Syari’ah, koperasi syari’ah merupakan penjual atas objek barang dan anggota merupakan pembeli. Koperasi syari’ah menyediakan barang yang dibutuhkan oleh anggota dengan membeli barang dari supplier, kemudian menjualnya kepada anggota dengan harga yang lebih tinggi dibanding dengan harga beli yang dilakukan oleh koperasi syari’ah. Pembayaran mura>bah{ah dapat dilakukan dengan cara membayar sekaligus pada saat jatuh tempo atau melakukan pembayaran angsuran selama jangka waktu yang disepakati.57

a. Penggunaan akad mura>bah{ah

1) Pembiayaan mura>bah{ah merupakan jenis pembiayaan yang sering diaplikasikan dalam koperasi syari’ah, pada umumnya

56

Bank Indonesia, Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah (PAPSI), (Jakarta: Bank Indonesia, 2003), 32-34.

57


(49)

40

digunakan dalam transaksi jual beli barang investasi dan barang-barang yang diperlukan oleh individu.

2) Jenis penggunaan pembiayaan mura>bah{ah lebih sesuai untuk pembiayaan investasi dan konsumsi. Dalam pembiayaan investasi, akad mura>bah{ah sangat sesuai karena ada barang yang akan diinvestasi oleh anggota sedangkan dalam pembiayaan konsumsi, biasanya barang yang akan dikonsumsi oleh anggota jelas dan terukur.

3) Pembiayaan mura>bah{ah kurang cocok untuk pembiayaan modal kerja yang diberikan langsung dalam bentuk uang.58 b. Barang yang boleh digunakan sebagai objek jual beli

1) Rumah.

2) Kendaraan Bermotor dan/atau alat transportasi. 3) Pembelian alat-alat industri.

4) Pembelian aset yang tidak bertentangan dengan syariah Islam.59 c. Koperasi syari’ah

1) Koperasi syari’ah berhak menentukan dan memilih supplier dalam pembelian barang. Jika anggota menunjuk supplier lain, maka koperasi syari’ah berhak melakukan penilaian terhadap

supplier untuk menentukan kelayakannya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh koperasi syari’ah.

58

Ibid., 140-141.

59


(50)

41

2) Koperasi menerbitkan purchae order (PO) sesuai dengan kesepakatan antara koperasi syari’ah dan anggota agar barang dikirimkan ke anggota.

3) Cara pembayaran yang dilakukan oleh koperasi syari’ah yaitu dengan mentransfer langsung pada rekening supplier/penjual, bukan kepada rekening anggota.60

d. Anggota

1) Anggota harus sudah cakap menurut hukum, sehingga dapat melaksanakan transaksi jual beli.

2) Anggota memiliki kemauan dan kemampuan dalam melakukan pembayaran.61

e. Supplier

1) Supplier adalah orang atau badan hukum yang menyediakan barang sesuai permintaan anggota.

2) Supplier menjual barangnya kepada koperasi syari’ah, kemudian koperasi syari’ah akan menjual barang tersebut kepada anggota.

3) Dalam kondisi tertentu, koperasi syari’ah memberikan kuasa kepada anggota untuk membeli barang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam akad. Purchase order

(PO) atas pembelian barang tetap diterbitkan oleh koperasi syari’ah, dan pembayarannya tetap dilakukan oleh koperasi

60

Ibid.

61


(51)

42

syari’ah kepada supplier. Namun penyerahan barang dapat dilakukan langsung oleh supplier kepada anggota atas kuasa dari koperasi syari’ah.62

f. Harga

1) Harga jual barang telah ditetapkan sesuai dengan akad jual beli antara koperasi syari’ah dan anggota dan tidak dapat berubah selama masa perjanjian.

2) Harga jual koperasi syari’ah merupakan harga jual yang disepakati antara koperasi syari’ah dan anggota.

3) Uang muka (urbun) atas pembelian barang yang dilakukan oleh anggota (bila ada), akan mengurangi jumlah piutang

mura>bah{ah yang akan diangsur oleh anggota. Jika transaksi

mura>bah{ah dilaksanakan, maka urbun diakui sebagai bagian dari pelunasan piutang mura>bah{ah sehingga akan mengurangi jumlah piutang mura>bah{ah. Jika transaksi

mura>bah{ah batal, maka urbun (uang muka) harus dikembalikan kepada anggota setelah dikurangi dengan biaya yang telah dikeluarkan oleh koperasi syari’ah.63

g. Jangka waktu

1) Jangka waktu pembiayaan mura>bah{ah, dapat diberikan dalam jangka pendek, menengah, dan panjang, sesuai dengan

62

Ibid., 142.

63


(52)

43

kemampuan pembayaran oleh anggota dan jumlah pembiayaan yang diberikan oleh koperasi syari’ah.

2) Jangka waktu pembiayaan tidak dapat diubah oleh salah satu pihak. Bila terdapat perubahan jangka waktu, maka perubahan ini harus disetujui oleh koperasi syari’ah maupun anggota.64 h. Lain-lain

1) Jika anggota mengalami tunggakan pembayaran maka harus didenda, diperkenankan dalam aturan koperasi syari’ah dengan tujuan untuk mendidik anggota agar disiplin dalam melakukan angsuran atas piutang mura>bah{ah. Namun pendapatan yang diperoleh koperasi syari’ah karena denda keterlambatan pembayaran angsuran piutang mura>bah{ah, tidak boleh diakui sebagai pendapatan operasional, akan tetapi dikelompokkan dalam pendapatan non halal, yang dikumpulkan dalam suatu rekening tertentu atau dimasukkan dalam titipan (kewajiban lain-lain). Titipan ini akan disalurkan untuk membantu masyarakat ekonomi lemah, misalnya bantuan untuk bencana alam, beasiswa untuk murid yang kurang mampu, dan pinjaman tanpa imbalan untuk pedagang kecil. 2) Bila anggota menunggak terus, dan tidak mampu membayar

angsuran, maka penyelesaian sengketa ini dapat dilakukan

64


(53)

44

melaui musyawarah. Bila musyawarah tidak tercapai, maka penyelesaiannya akan diserahkan kepada pengadilan agama.65

7. Resiko-resiko dalam pembiayaan mura>bah{ah

Adapun resiko dalam pembiayaan mura>bah{ah yang harus diantisipasi, ialah:

a. Default atau kelalaian; anggota sengaja tidak membayar angsuran. b. Fluktuasi harga komparatif, dalam hal ini jika harga suatu barang

di pasar naik setelah koperasi syari’ah membelikannya untuk anggota. Koperasi syari’ah tidak bisa mengubah harga jual beli tersebut.

c. Penolakan anggota; barang yang dikirim bisa saja ditolak anggota karena berbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam perjalanan sehingga anggota tidak mau menerimanya. Karena itu, sebaiknya dilindungi dengan asuransi. Kemungkinan lain karena anggota merasa spesifikasi barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan. Bila koperasi syari’ah telah mendatangani kontrak pembelian dengan penjualnya, maka barang tersebut akan menjadi milik koperasi syari’ah. Dengan demikian, koperasi syari’ah mempunyai resiko untuk menjualnya kepada pihak lain.

d. Dijual; karena bay’ al-Mura>bah{ah bersifat jual beli dengan utang, maka ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi

65


(54)

45

milik anggota. Anggota bebas melakukan apapun terhadap aset miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi demikian, resiko untuk default akan besar.66

B. Konsep tentang Margin Keuntungan

1. Pengertian margin

Menurut Adiwarman Karim, margin adalah presentase tertentu yang ditetapkan per tahun. Jika perhitungan margin keuntungan secara harian, maka jumlah hari dalam setahun ditetapkan sebanyak 360 hari. Jika perhitungan margin keuntungan secara bulanan, maka setahun ditetapkan 12 bulan.67

Sedangkan Menurut Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah No: 91/Kep/M.KUKMI/IX/2004 tentang Petunjuk Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah, margin

adalah keuntungan yang diperoleh koperasi atas hasil transaksi penjualan dengan pihak pembelinya.68

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa margin adalah persentase tertentu yang ditetapkan (harian, bulanan, dan tahunan) supaya tercapai keadilan dalam memperoleh keuntungan baik bagi pihak koperasi syari’ah maupun anggota.

66M. Syafi’

I Antonio, Bank Syari’ah..., 107.

67

Adiwarman A. Karim, Bank Islam..., 279-280.

68

Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor : 91/Kep/M. KUKM/IX/2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi


(55)

46

2. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan

margin

Menurut Muhammad, faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan margin, antara lain:

a. Komposisi pendanaan

Bagi koperasi syari’ah yang pendanaannya sebagian besar diperoleh dari dana giro dan tabungan, maka bonus untuk giro cukup rendah karena diserahkan sepenuhnya pada kebijakan koperasi syari’ah bersangkutan, sehingga penentuan keuntungan (margin atau bagi hasil bagi koperasi syari’ah) akan lebih kompetitif jika dibandingkan suatu koperasi syari’ah yang pendanaannya terbesar berasal dari deposito.

b. Tingkat persaingan

Jika tingkat kompetisi ketat, keuntungan koperasi syari’ah akan semakin menipis, sedangkan pada tingkat persaingan masih longgar koperasi syari’ah dapat mengambil keuntungan lebih tinggi.

c. Resiko pembiayaan

Untuk pembiayaan pada sektor yang berisiko tinggi, koperasi syari’ah dapat mengambil keuntungan yang lebih tinggi dibanding yang berisiko sedang maupun yang kecil.


(56)

47

Yang dimaksudkan adalah anggota prima dan anggota biasa. Bagi anggota prima misal, usahanya besar dan kuat- koperasi syari’ah cukup mengambil keuntungan tipis, sedangkan untuk pembiayaan kepada para anggota biasa diambil keuntungan yang lebih tinggi.

e. Kondisi perekonomian

Siklus ekonomi meliputi kondisi: revival, boom/peak-puncak, resesi dan depresi. Jika perekonomian secara umum berada pada dua kondisi pertama, dimana usaha berjalan lancar, maka koperasi syari’ah dapat mengambil kebijakan pengambilan keuntungan yang lebih longgar. Namun, pada kondisi lainnya (resesi dan depresi) koperasi syari’ah yang tidak merugi pun sudah bagus, keuntungan sangat tipis.

f. Tingkat keuntungan yang diharapkan koperasi syari’ah

Dalam operasionalnya, koperasi syari’ah setiap tahun tentu telah menetapkan berapa besar keuntungan yang dianggarkan. Anggaran keuntungan inilah yang akan berpengaruh pada kebijakan penentuan besarnya margin ataupun nisbah bagi hasil untuk koperasi syari’ah.69

3. Metode-metode penentuan margin mura>bah{ah

69


(57)

48

Metode penentuan margin berdasarkan rekomendasi, usulan dan saran dari rapat Tim ALCO (Asset/Liability Management Committee) koperasi syari’ah dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a. Direct Competitor’s Market Rate (DCMR). Yang dimaksud

dengan DCMR adalah tingkat margin keuntungan rata-rata koperasi syari’ah, atau tingkat margin keuntungan rata-rata beberapa koperasi syari’ah yang ditetapkan dalam rapat ALCO sebagai kelompok kompetitor langsung, atau tingkat margin

keuntungan koperasi syari’ah tertentu yang ditetapkan dalam rapat ALCO sebagai kompetitor langsung terdekat.

b. Indirect Competitor’s Market Rate (ICMR). Yang dimaksud dengan ICMR adalah tingkat suku bunga rata-rata perbankan konvensional, atau tingkat rata-rata suku bunga beberapa bank konvensional yang dalam rapat ALCO ditetapkan sebagai kompetitor tidak langsung, atau tingkat suku bunga bank konvensional tertentu dalam rapat ALCO ditetapkan sebagai kompetitor tidak langsung terdekat.

c. Expected Competitive Return for Investor (ECRI). Yang dimaksud dengan ECRI adalah target bagi hasil kompetitif yang diharapkan dapat diberikan kepada dana pihak ketiga.

d. Acquiring Cost. Yang dimaksud dengan Acquiring Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh koperasi syari’ah yang langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga.


(58)

49

e. Overhead Cost. Yang dimaksud dengan Overhead Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh koperasi syari’ah yang tidak langsung terkait dengan upaya memperoleh dana pihak ketiga.70

4. Persyaratan untuk perhitungan margin keuntungan

Margin keuntungan = f (palfond) hanya bisa dihitung apabila komponen-komponen yang dibawah ini tersedia:

a. Jenis perhitungan margin keuntungan. b. Palfond pembiayaan sesuai jenis. c. Jangka waktu pembiayaan.

d. Tingkat margin keuntungan pembiayaan.

e. Pola tagihan atau jatuh tempo tagihan (baik harga pokok maupun

margin keuntungan).71

70

Ibid., 280-281.

71


(59)

50 BAB III

APLIKASI PENENTUAN MARGIN PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH

PADA KOPERASI JASA KEUANGAN SYARI’AH BEN IMAN

LAMONGAN

A. Gambaran Umum Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman

Lamongan

1. Sejarah

Melihat dari sebuah keprihatinan umat Islam khususnya kaum Muslimin yang telah dengan tulus meramaikan masjid-masjid maupun musholla-musholla dengan berbagai kegiatan atau aktivitas keagamaan, kebanyakan dari mereka secara ekonomi kurang beruntung. Di sisi lain kebutuhan hidup mereka juga kurang mendapat perhatian, baik dari masyarakat komunitas mereka sendiri maupun dari pemerintah. Bahkan, mereka juga tidak tersentuh dari pendistribusian kekayaan secara adil. Kondisi ini kiranya bertentangan dengan konsep ekonomi Islam yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah, yaitu terciptanya kesejahteraan sosial bagi masyarakat.

Berangkat dari realita dan keinginan yang besar untuk mewujudkan ekonomi yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran Islam dengan menggunakan sistem bagi hasil dan upaya akan adanya perubahan sikap masyarakat terhadap keberadaan riba serta membangun semangat ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka


(60)

51

meningkatkan kesejahteraan kualitas hidup dari rizki yang halal dan baik itulah, maka sebagai alternatifnya adalah membentuk koperasi yang berdasarkan syariat Islam, dengan nama Koperasi Jasa Keuangan Syariah “BEN IMAN”.

Sejak terbentuknya Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah “BEN IMAN”, tepatnya 29 Oktober 2004 dengan Nomor Badan Hukum 518/BH/39/413.110/2004 yang pada saat itu kantor pusatnya di jalan Veteran nomor 114 dengan status masih menyewa.

Koperasi ini tumbuh dan berkembang berkat motivasi dari Bapak Drs. H. Sukirno, MM dan kawan-kawan. Anggota pada awal berdirinya koperasi ini berjumlah 47 orang, tetapi dalam perjalanannya jumlah anggota tersebut berkurang menjadi 27 orang tanpa alasan yang jelas. Namun bisa dimaklumi karena baru berdiri apalagi pertama kali dengan menggunakan label syariah.

Seiring dengan perjalanan waktu, Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah “BEN IMAN” tergolong cepat dikenal. Salah satu alasannya adalah tumbuhnya keyakinan yang kuat dikalangan masyarakat muslim bahwa pola-pola konvensional mengandung unsur riba. Hal ini sesuai dengan visi Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah “BEN IMAN” yaitu Sebagai Media Dakwah Ekonomi.72

72


(61)

52

2. Keadaan geologis

Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan yang letaknya ditengah-tengah kota lamongan dengan tempat kedudukan di Jl. Veteran No. 80 dengan luas 4 x 5 m2 Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan dengan batasan sebagai berikut:

Sebelah Utara : Warung.

Sebelah Selatan : UD. Bina Karya. Sebelah Timur : MAN Lamongan. Sebelah Barat : BPR Jatim.73

3. Prinsip syari’ah dan membangun kolektivitas dalam koperasi

a. Prinsip ekonomi Islam dalam koperasi syari’ah

1) Kekayaan adalah amanah Allah yang tidak dapat dimiliki oleh siapapun secara mutlak.

2) Manusia diberi kebebasan bermu„a>malah selama bersama dengan ketentuan syari’ah.

3) Manusia merupakan khalifah Allah dan pemakmur di muka bumi.

4) Menjunjung tinggi keadilan serta menolak setiap bentuk ribawi dan pemusatan sumber dana ekonomi pada segelintir orang atau sekelompok orang saja.74

73

Ibid.

74


(1)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

82

anuitas. Dalam hal ini dari sisi anggota berarti pada awal-awal masa pembiayaan maka anggota harus membayar kewajiban pokok lebih kecil, anggota melakukan pelunasan dipercepat maka koperasi dapat memberikan potongan pelunasan, sedangkan dari sisi koperasi maka pendapatan koperasi besar jumlahnya diawal kemudian semakin mengecil diakhir sejalan dengan mengecilnya sisa kewajiban pokok anggota.

Metode penentuan harga jual atau perhitungan margin pembiayaan

mura>bah{ah di Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan adalah menggunakan metode keuntungan flat sehingga sebagian anggota merasa keberatan dalam pelunasan pembiayaan mura>bah{ah sebab perhitungan margin terhadap nilai harga pokok pembiayaan secara tetap dari satu periode ke periode lainnya sehingga anggota merasa keberatan. Akan tetapi, jika ditinjau dari segi mas}lah}ah mursalah adalah diperbolehkan karena mendatangkan dampak positif, diantaranya koperasi membantu anggota yang memerlukan dana untuk kebutuhan usaha atau keperluan mendesak lainnya. Dalam hal ini, petani yang membutuhkan dana untuk pembelian bibit padi ataupun sesuatu yang dibutuhkan untuk penggarapan sawah sebab sawah merupakan sumber lahan pecaharian yang sudah melekat petani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dan membantu untuk mensejahterakan perekonomian keluarganya.

Dapat disimpulkan bahwa dalam penentuan margin pembiayaan

mura>bah{ah, Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan menggunakan metode flat adalah diperbolehkan. Sebab dilihat dari segi


(2)

83

mas}lah}ah mursalah, pembiayaan mura>bah{ah banyak mendatangkan kemaslahatan bagi petani yang bergelut dibidang pertanian. Selain itu juga, Islam tidak mengatur kadar tertentu serta tidak ada dalil yang melarang dan dalam menentukan margin seharusnya memerhatikan kepentingan antara pihak pembeli (anggota) dan penjual (koperasi) sehingga adanya proses tawar-menawar antara pembeli (anggota) dan penjual (koperasi).


(3)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

84 BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dan analisis data yang telah penulis lakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Penentuan margin pembiayaan mura>bah{ah di Koperasi Jasa

Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan menggunakan beberapa pertimbangan, yaitu: tingkat rata-rata margin pasar, tingkat margin

rata-rata perbankan syari’ah lainnya dan biaya-biaya lainnya. Serta dilihat dari penentuan margin yang digunakan Koperasi sama dengan teori yang dikemukakan oleh Adiwarman karim ialah

Direct Competitor’s Market Rate (DCMR), Indirect Competitor’s

Market Rate (ICMR), Overhead Cost.

2. Metode flat yang dipergunakan oleh pihak Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan adalah diperbolehkan sebab dilihat dari mas}lah}ah mursalah Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan dapat membantu anggota yang sedang kesusahan serta sebagai untuk menolong orang yang membutuhkan dana secara mendadak. Selain itu juga, Islam hanya memberikan rambu-rambu bahwa penentuan margin itu tidak boleh keluar dari


(4)

85

batas kewajaran dan tidak mengandung unsur penindasan terhadap pembeli.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka saran yang dapat diberikan adalah:

1. Bagi pihak Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan diharapkan lebih bijaksana dalam menentukan margin pembiayaan

mura>bah{ah supaya tidak terlalu memberatkan anggota.

2. Seharusnya dalam penentuan margin dapat ditentukan antara anggota dan Koperasi sehingga anggota bisa tawar-menawar. 3. Dari pihak Koperasi seharusnya memberikan edukasi kepada


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Idris. Fiqih Syafi’i. Jakarta: Karya Indah, 1086.

Antonio, M. Syafi’i. Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani, 2001.

Arifin, Zainul. Memahami Bank Syariah: Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek. Jakarta: Alvabet, 2001.

Dimyati, Ahmad et al. Islam dan Koperasi Telaah Peran Serta Umat Islam dalam Pengembangan Koperasi. Jakarta: Koperasi Jasa Informasi (Kopinfo), 1989.

Harahap, S. Syofian. Akuntasi Perbankan Syari’ah. Jakarta: LPEE_Usakti, 2004. Haroen, Nasrun. Fiqih Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.

Ismail. Perbankan Syariah, Ed. 1. Jakarta: Kencana, 2011.

Karim, A. Adiwarman. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan Bank Islam, Ed. 5. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013.

Lasmiatun. Perbankan Syari’ah. Semarang: Lpsdm.Ra Kartini, 2010.

Manan, M. Abdul. Teori dan Praktek Ekonomi Islam. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1997.

Muhammad. Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah. Yogyakarta: UII Press, 2004.

Mutaqqin, Dadan. Aspek Legal Lembaga Keuangan Syari’ah.Yogyakarta: Safiria Insani Press, 2008.

Nor, Dumairi et al. Ekonomi Syari’ah Versi Salaf. Sidogiri: Pustaka Sidogiri, 2007.

Rusdid, Sulaiman. Fiqh Islam. Jakarta: Wijaya Jakarta, 1954.

Rusyd. Bidayatul Mujtahid: Analisis Fiqh Para Mujtahid. Jakarta: Pustaka Amani, 2002.

Sjahdeini, Remy Sutan. Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia. Jakarta: Pustaka Pelajar, 1999.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2012.


(6)

Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2002.

Waluyo, Bambang. Penelitian Hukum Dalam Praktek. Jakarta: PT. Sinar Grafika, 1996.

Widiyanti, Ninik dan Y. W. Sunindhia. Koperasi dan Perekonomian Indonesia.

Jakarta: Rineka Cipta, 1998.

Wiroso. Jual Beli Mura>bah{ah. Yogyakarta: UII Press, 2005.

Bahri, Syaiful Asep. “Evaluasi Risiko Pembiayaan Mura>bah{ah pada Bank

Syari’ah Muamalat”. Skripsi--UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007. Fahri, Masruhin. “Analisis Hukum Islam terhadap Persepsi Nasabah tentang

Aplikasi Mura>bah{ah di BMS Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Ampel”.

Skripsi--IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2010.

Mandasari, Mai Fike. “Sistem Pengendalian Pembiayaan Mura>bah{ah pada

BPRS Bhakti Haji Malang”. Skripsi--Universitas Islam Negeri Malang, 2008.

Setiawan, Andy. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Margin Keuntungan dalam Pembiayaan Mura>bah{ah di BPRS Dana Mulia Surakarta”. Skripsi--Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2009.

Syamsuri, Muhammad. “Penerapan Prinsip-Prinsip Muamalah pada Koperasi

Syariah Pemuda Mandiri Indonesia (Kspmi)”. Skripsi--IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung, 2003.

Umaya, Anis. “Mura>bah{ah Koperasi Simpan Pinjam Kramat Desa Pulokerto Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan dalam Prespektif Teori

Maslahah”. Skripsi--IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2011.

Departemen Agama. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2004.

Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel. Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi, 2014.

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang

Mura>bah}ah.

Budi Santoso, Wawancara, di Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman

Lamongan, 4 April 2015.

M. Nasrudin, Wawancara, di Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman