PEMBERDAYAAN EKONOMI PETANI REMPAH-REMPAH DI DESA BAOSAN KIDUL KECAMATAN NGRAYUN KABUPATEN PONOROGO.

(1)

ABSTRAK

Teguh Ansori (B52211030), Pemberdayaan Ekonomi Petani Rempah-Rempah Di Desa Baosan Kidul Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo.

Indonesia kaya akan sumber daya alamnya terutama dalam pertanian, hal ini dikarenakan Indonesia mempunyai dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau. Fenomena ini yang menjadikan Indonesia kaya akan hasil pertanian. Begitu juga dengan Desa Baosan Kidul Kecamatan Ngrayun Kabupaten Pono-rogo, desa yang kaya akan hasil pertanian yang berupa rempah-rempah ( empon-empon). Rempah-rempah yang tumbuh di Desa Baosan Kidul antara lain kunyit (curcuma longa), jahe (zingiber officinale), lengkuas (alpinia galangal), kunci (curcuma rotunda), temulawak (curcuma xanthorrhiza). Nilam (pogostemon ca-blin), janggelan, dan cengkeh (syzygium aromaticium). Sekali memanen petani mampu menghasilkan 6 ton kunyit, 9 ton jahe, 8 ton temulawak, 1 ton kunci, dan 3 ton lengkuas. Hasil yang sangat banyak sekali, namun petani rempah-rempah belum begitu merasakan keuntungan yang tinggi. Dikeranakan harga rempah-rempah masih sangat rendah.. Rendahnya harga rempah-rempah-rempah-rempah mengakibatkan petani mendaptkan hasil yang sedikit, sehingga petani kurang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Rendahnya penghasilan petani dikarenakan mereka menjual hasil rempah-rempahnya dalam bentuk basah. Belum ada pengelolaan untuk meningkatkan harga jual rempah-rempah. Pemberdayaan petani rempah-rempah yakni bertujuan agar petani mendapatkan penghasilan yang tinggi. Untuk mencip-takan harga yang tinggi, petani mengelola hasil tanamanya dengan cara alternatif dikeringkan. Dikarenakan harga rempah basah dengan harga rempah-rempah kering jauh berbeda. Sehingga kegiatan pemberdayaan untuk meningkat-kan ekonomi petani rempah-rempah adalah dengan alternatif pengeringan rem-pah-rempah.


(2)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGENTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL DAN BAGAN ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Pendampingan ... 7

C. Tujuan Pendampingan ... 7

D. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II : METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF A. Pengertian PAR ... 10

B. Prinsip-prinsip PAR ... 13

C. Langkah-langkah Riset Aksi dalam PAR ... 17

D. Analisis Stakeholder ... 20

BAB III : DAKWAH DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT A. Dakwah Islam... 25

B. Konsep Pemberdayaan ... 32

BAB IV : GAMBARAN UMUM A. Profil Desa ... 48


(3)

B. Sejarah Desa Baosan kidul ... 52

C. Tumbuhan Rempah-rempah Desa Baosan Kidul ... 57

D. Hubungan Sosial Masyarakat Desa Baosan Kidul ... 64

E. Adat dan kebudayaan ... 67

BAB V : KEMISKINAN PETANI REMPAH-REMPAH A. Harga Rempah-rempah ... 74

B. Melihat Aktifitas Petani ... 79

C. Mencari Akar Masalah ... 85

D. Memecahkan Masalah ... 92

E. Memetakan Potensi ... 95

F. Pengeluaran Petani ... 98

BAB VI : JALAN ALTERNATIV MEMBANGUN KESEJAHTERAA . N PETANI REMPAH-REMPAH A. Pengeringan Rempah-rempah ... 103

BAB VII : REFLEKSI A. Analisis Teori ... 109

B. Catatan Pendamping ... 116

BAB VIII : PENUTUP A. Kesimpulan ... 120

B. Rekomendasi ... 121

DAFTAR PUSTAKA ... 123 LAMPIRAN


(4)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA), terutama dalam bidang pertanian. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki dua musim, yakni musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan memuculkan sumber mata air untuk kehidupan bagi setiap makhluk. Sedangkan pada musim kemarau ditandai dengan sinar matahari yang lama. Fenomena sinar matahari yang lama adalah sebagai sumber energi yang digunakan untuk fotosintesis tumbuhan.

Dengan adanya dua musim tersebut, para petani memanfaatkannya untuk kepentingan kehidupan mereka. Musim penghujan digunakan oleh para petani untuk menanam bermacam-macam tanaman di sawah maupun di ladang. Musim hujan bisanya berlangsung antara bulan Oktober sampai bulan Maret, sedangkan musim kemarau berlangsung mulai bulan April sampai dengan September.

Oleh karena itu berbagai tumbuh-tumbuhan yang ada di Indonesia menjadikan Negara ini kaya akan Sumber Daya Alam (SDA). Namun demikian, para petani masih belum bisa menikmati sepenuhnya apa yang dihasilkan, petani yang ada di negara Indonesia masih tergolong dalam kelompok kurang beruntung, meskipun hasil pertanian mereka melimpah. Negara kita yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA) ini, tetapi masyarakatnya banyak yang miskin. Begitu juga


(5)

2

dengan petani, mereka adalah golongan penyumbang jumlah kemiskinan terbesar di Indonesia.

Begitu juga petani yang ada di Desa Baosan Kidul Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo juga mengalami nasib yang sama. Petani yang ada di desa ini ketika musim penghujan kebanyakan menanam padi di sawah atau menanam tanaman rempah-rempah di ladang dan lahan kering, Untuk tanaman padi masyarakat tergolong berpenghasilan rendah, dikarenakan sawah yang ada di desa dataran tinggi, tidak seluas sawah yang ada di dataran rendah. Karena lahan atau sawah petani berada di lereng gunung.

Selain menjadi petani sawah, sebagian masyarakat Desa Baosan Kidul juga sebagai petani lahan kering, yakni petani rempah-rempah. Berbagai jenis rempah-rempah yang tumbuh, dikarenakan lahan pertanian yang ada di desa kebanyakan adalah lahan kering atau ladang, maka tanaman yang cocok untuk lahan seperti itu adalah jenis rempah-rempah. Adapun jenis rempah-rempah1 yang ada adalah Jahe, Kunyit, Temulawak, Lengkuas, Kunci, dan lain-lainnya. Setiap panen petani yang ada di Desa Bosan Kidul mampu memanen hasil rempah-rempah sebesar 6 ton jahe, 9 ton kunyit, 8 ton temulawak, 1 ton kunci, 3 ton lengkuas, dan 1 ton kencur.2

Mayoritas penduduk desa bekerja sebagai petani lahan kering. Selain mengolah lahan sendiri, para petani yang ada di desa ini juga mengolah lahan milik perhutani dengan memanfaatkannya untuk tanaman rempah-rempah, Sehingga hasil rempah-rempah dari Desa Baosan Kidul sangat banyak. Dari 6958

1

Masyarakat Desa Baosan Kidul biasa menyebut tanaman rempah-rempah ini dengan sebutan empon-empon.

2


(6)

3

jiwa penduduk Desa Bosan Kidul;3 3262 jiwa memiliki mata pencaharian sebagai petani, 1088 bermata pencaharian sebagai buruh tani,4 30 jiwa sebagai Pegawa Negeri Sipil, 11 jiwa sebagai pengrajin industri rumah tangga, 5 jiwa sebagai pedagang keliling, 740 jiwa sebagai peternak, 10 jiwa sebagai pensiunan, dan sisanya adalah lanjut usia serta anak-anak.

Tabel 1.1 pembagian mata pencaharian

No Mata pencaharian Jumlah penduduk Persent

1. Petani 3262 46,8 %

2. Buruh tani 1088 15,6 %

3. PNS 30 0,4 %

4. Pengrajin industri rumah tangga

11 0,1 %

5. Pedagang keliling 5 0,07 %

6. Peternak 740 10,6 %

7. Pensiunan 10 0,1 %

8. Lain-lain 1812 26 %

Jumlah 6958 100%

Data di atas menujukkan jumlah angka komunitas petani lebih banyak daripada jumlah angka pekerjaan lainnya. 46,8 % dari jumlah penduduk 6958 jiwa

3

Daftar isian potensi Desa dan Kelurahan Desa Baosan Kidul tahun 2014 4

Buruh tani adalah masyarakat yang berprofesi sebagai petani namun mereka tidak memiliki lahan atau memiliki lahan namun sedikit


(7)

4

adalah sebagai petani, sehingga mayoritas penduduk adalah bekerja sebagai petani.

Lahan yang ditanami oleh petani kebanyakan adalah lahan milik perhutani. Perbandinagn luas lahan penduduk dengan lahan milik perhutani adalah 2 : 3, lebih luas lahan milik perhutani yang dioleh olah setiap warga. Lahan atau ladang milik sendiri yang dioleh seluas 298 ha sedangkan luas lahan perhutani yang diolah petani seluas 352 ha. Lahan milik perhutani adalah hutan pinus yang di bawahnya hanya ditanami rempah-rempah oleh masyarakat.

Masyarakat memanen tanaman rempah-rempahnya setiap akan menjualnya, mereka menjual hasil rempah-rempah pada hari wage (pasaran Jawa) yaitu pasaran yang dilakukan setiap lima hari sekali menurut hari Jawa. Sekali menjual hasil rempah-rempah, ± satu karung yang beratnya antara 50-70 kg. Hasil penjualan mereka gunakan untuk membeli keperluan sehari-hari selama lima hari kedepan, sehingga tidak ada panen raya untuk petani.

Meskipun Desa Baosan Kidul menghasilkan rempah-rempah sangat banyak namun, hasil yang diperoleh petani dalam bentuk uang masih tergolong sedikit. Karena nilai jual rempah-rempah di pasar desa harganya rendah. Tanaman rempah-rempah untuk layak jual dengan harga mahal perlu pengelolaan lagi untuk bisa dikonsumsi dan bisa menghasilkan lebih banyak uang, sementara itu para petani cenderung menjual rempah-rempahnya dalam kondisi basah tanpa proses pengelolaan pasca panen.

Dari ungkapan responden yang berhasil dihubungi penulis, mereka berkeluh kesah tentang rendahnya harga penjualan rempah rempah.


(8)

5

“Hoalah nang, kerjo sampek sempal boyo e hasile ora sepiro. Saiki regane kunir 600 repes, temu 600 repes, laos 900 repes, kunci 1200 repes.Ngeneki rekosone dadi wong tani”5.

Keadaan demikian yang membuat petani tetap berada digaris kemiskinan, padahal mereka memiliki penghasilan yang luar biasa apabila dikelola dengan baik. Faktor lain yang menjadi kendala para petani untuk bisa memperoleh penghasilan lebih besar adalah, karena mereka bekerja hanya sebatas sebagai pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. tidak berorientasi untuk pemenuhan pasar dengan hasil pertanian mereka.

Selama ini rempah-rempah ditanam dengan cara tradisional, yakni ditanam kemudian dipanen untuk dijual, belum ada upaya untuk membudidayakan dengan cara yang terbaru dan mengelolanya agar menghasilkan uang banyak. Padahal jika tanaman ini diolah lebih modern lagi atau diolah menjadi barang setengah jadi atau bahkan barang jadi, tentunya harganya akan meningkat.

Dengan demikian jika petani-petani bisa menemukan hal yang lebih inisiatip untuk mengelola hasil tanamannya, khususnya dalam hal penanaman dan pengolahan pasca panen maka petani-petani akan lebih meningkat lagi hasil pertaniannya. Sehingga apabila para petani yang ada di Desa Baosan Kidul mampu memproduksi hasil rempah-rempahnya menjadi produk setengah jadi atau produk jadi, maka mereka bukan lagi menjadi penyumbang jumlah angka

5“(aduh nak, kerja sampai sakit punggung, tetapi hasilnya tidak seberapa, sekarang saja harga kunyit Rp, 600, temu Rp 600, laos Rp 900, kunci Rp 1200, seperti inilah sengsaranya jadi seorang petani”).Wawancara dengan bu samini ketika dia memanen hasil rempah-rempahnya pada tanggal 30 Maret 2015


(9)

6

kemiskinan di Indonesia, melainkan menjadi penyumbang angka pertumbuhan perekonomian nasional.

Sebenarnya Indonesia telah menerima penghargaan Food Agricultural Organization (FAO) di Paris, sebagai Negara yang berpenghasilan mencapai swasembada beras pada tahun 1984, namun kejayaan itu hanya bertahan selama 10 tahun, karena sejak tahun 1993 Indonesia sudah mulai kekurangan pangan utamanya beras. Dengan demikian merupakan pertanda bahwa pembangunan pertanian mulai terpuruk karena fondasi yang kurang kuat sehingga bangunan tersebut runtuh. Beberapa faktor yang mempengaruhi kelemahan pembangunan pertanian di Indonesia adalah; pengolahan hasil pasca panen, sarana dan prasarana, pemilikan tanah, akses modal, tingkat pendidikan, penguasaan teknologi, tingkat ketrampilan, dan sikap mental petani.6

Salah satu indikator penting yang menunjukkan kemajuan suatu desa sudah cukup baik atau tidak ialah tingkat kegiatan pemasaran barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh desa tersebut. Makin banyak desa itu menjual hasil-hasilnya ke luar desa, berarti bahwa semakin banyak pula barang-barang dan jasa yang dapat dibeli oleh masyarakat desa tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan warganya. Dalam kenyataannya banyak potensi desa yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat belum dapat dimanfaatkan secara optimal disebabkan karena sarana prasarana, pengolahan, pengangkutan dan sebagainya belum tersedia secara memadai. kurangnya ketersediaan sarana prasarana tersebut,

6

Sukino, Membangun Pertanian Dengan Pemberdayaan Masyarakat Tani. (Yogyakarta: Pustaka Baru Pres, 2013) hal 20


(10)

7

kurang memberikan incentive/perangsang bagi produsen di daerah pedesaan untuk menggali potensi yang ada.7

B. Fokus Pendampingan

Untuk mempermudah pemahaman penulisan ini maka penulis mempunyai fokus pendampingan. Adapun fokus pendampingannya adalah sebagai berikut;

1. Apa akar masalah rendahnya penghasilan petani rempah-rempah di Desa Baosan Kidul Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo?

2. Bagaimana upaya memberdayakan petani rempah-rempah di Desa Baosan Kidul Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo agar perekonomian mereka meningkat?

C. Tujuan Pendampingan

Adapun tujuan pendampingan ini adalah sebagai berikut;

1. Untuk mengetahui akar masalah rendahnya ekonomi petani rempah-rempah di Desa Baosan Kidul Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo. 2. Untuk mengetahui upaya memberdayakan petani rempah-rempah di Desa

Baosan Kidul Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo agar perekonomian mereka meningkat.

7


(11)

8

D. Sistematika Pembahasan

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini pendamping mencoba menjelaskan gambaran umum tentang arah pendampingan, sehingga diketahui arah latar belakang pendampingannya, fokus pendampingan, tujuan pendampingan, dan sitematika pembahasan.

BAB II : METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF

Pendamping menyajikan konsep pengertian PAR (Participatory Action Research), prinsip-prinsip dalam PAR, langkah-langkah riset aksi dalam PAR, dan analisis stakeholder. Yang mana adalah menjelaskan mtodologi yang digunakan dalam penelitian.

BAB III : DAKWAH DAN PEMBERDAYAAN

Pada bab ini pendamping ingin menyajikan tentang teori-teori, yaitu konsep dakwah kontemporer dalam ranah pemberdayaan perspektif islam dan pemberdayan perspektif ilmu sosial.

BAB IV : GAMBARAN UMUM DESA

Dalam bab ini pendamping menyajikan sejarah desa, letak geografis desa, potensi desa yang berupa tumbuhan rempah-rempah Desa Baosan Kidul, dan adat kebudayaan masyarakat Desa Baosan Kidul.

BAB V :ANALISIS MASALAH DAN PROBLEM

Dalam bab ini pendaming menyajikan sebuah data lapangan apa yang menjadi masalah dan problem bagi masyarakat petani rempah-rempah di


(12)

9

Desa Baosan Kidul terutama dalam hal pasca panen, kegiatan masyarakat, analisi pengeluaran masyarakat.

BAB VI :JALAN ALTERNATIF MEMBANGUN KESEJAHTERAAN PETANI REMPAH-REMPAH

Yakni pendamping menyajikan alternatif membangun kesejahteraan petani rempah-rempah.

BAB VII : REFLEKSI TEORITIK

Yakni pendamping menyajikan efektifitas program yang selama ini berjalan dan bagaimana kelanjutan dari sebuah program itu. Dengan analisis teori yang dipaparkan pada bab sebelumnya.

BAB VIII : PENUTUP


(13)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF

A. Pengertian PAR

PAR (Participatory Action Research) adalah istilah yang memuat seperangkat asumsi yang mendasari paradigma baru ilmu pengetahuan dan bertentangan dengan paradigma pengetahuan tradisional atau kuno.1 Asumsi-asumsi baru tersebut mengaris bawahi arti penting proses sosial dan kolektif dalam mencapai kesimpulan-kesimpulan “apa kasus yang sedang terjadi” dan “apa implikasi perubahannya” yang dipandang berguna oleh orang-orang yang berada dalam situasi problematik, dalam mengantarkan untuk melakukan penelitian awal.

PAR tidak memiliki sebutan tunggal. Dalam berbagai literatur, PAR bisa disebut dengan berbagai sebutan diantaranya adalah; Action Research, Learning By Doing, Action Learning, Action Science, Action Inquiry Collaborative Research, Partisipatory Action Research, Participatory Research, Policy-Oriented Action Research, Emancipatory Research, Conscientizing Research Collaborative Inquiry, Participatory Action Learning, Dan Dialectical Research.

Sesungguhnya PAR sendiri tidak memiliki definisi yang baku.

Pada dasarnya PAR, merupakan penelitian yang melibatkan secara aktif semua pihak-pihak yang relevan (stakeholder) dalam mengkaji tindakan yang berlangsung (dimana pengalaman sendiri sebagai persoalan) dalam rangka

1

Agus Afandi, dkk Modul Participatory Action Research. (Surabaya : LPPM UIN Sunan Ampel,2014). Hal 90


(14)

11

melakukan perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik. Untuk itu mereka harus melakukan refleksi kritis terhadap konteks sejarah, politik, budaya, ekonomi, geografis dan konteks yang lain. Yang mendasari dilakukannya PAR adalah kebutuhan kita untuk mendapatkan perubahan yang diinginkan.

PAR memiliki tiga kata yang selalu berhubungan dengan satu sama lain, yaitu partisipasi, riset, dan aksi. Semua riset harus diimplikasikan dalam aksi. Betapapun juga, riset mempunyai akibat-akibat yang ditimbulkannya. Segala sesuatu berubah sebagian akibat riset. Situasi baru yang diakibatkan riset bisa jadi berbeda dengan situasi sebelumnya. PAR merupakan intervensi sadar yang tak terelakan terhadap situasi sosial. Riset berbasis PAR dirancang untuk mengkaji sesuatu dalam rangka merubah dan melakukan perbaikan terhadapnya. Hal itu seringkali muncul dari situasi yang tidak memuaskan yang kemudian mendorong keinginan untuk berubah kepada situasi yang lebih baik. Namun, ia bisa juga muncul dari pengalaman yang sudah berlangsung secara baik yang mendorong keinginan untuk memperoduksi kembali atau menyebarkannya.

PAR tidak mengkonseptualisasikan alur ini sebagai perkembangan terhadap teori sebab akibat yang bersifat prediktif (jika begini maka begitu). Sebaliknya slogan PAR adalah masa depan diciptakan bukan diprediksi (jika kita melakukan begini maka hasilnya barangkali begitu). Ia lebih merupakan teori kemungkinan (possibility) dari teori prediksi. Tantangan utama bagi semua peneliti PAR adalah merancang proses yang dapat menciptakan kreatifitas dan imajinasi maksimum.


(15)

12

Menurut Hawort Hall sebagaimana yang dikutip oleh Agus Afandi, PAR merupakan pendekatan dalam penelitian yang mendorong peneliti dan orang-orang yang mengambil manfaat dari penelitian (misalnya keluarga, professional dan pemimpin politik) untuk bekerja bersama-sama secara penuh dalam semua tahapan penelitian.2 Semua anggota tim PAR dilibatkan sejak awal penelitian untuk menentukan hal-hal berikut;

1. Menentukan pertanyaan-pertanyaan penelitin 2. Merancang program-peogram penelitian 3. Melaksanakan semua kegiatan penelitian 4. Menganalisis dan menginterpretasikan data

5. Menggunakan hasil riset dalam suatu cara yang berguna bagi keluarga. Inti PAR dapat dikenali dari berbagai teori dan praktek sebagai berikut; 1. Sebuah gerakan dengan semangat pembebasan masyarakat dari

belenggu idiologi dan relasi kekuasaan yang menghambat manusia mencapai perkembangan harkat dan martabat kemanusiaannya.

2. Sebuah proses dimana kelompok sosial kelas bawah mengontrol ilmu pengetahuan dan membangun kekuatan politik melalui pendidikan orang dewasa, penelitian kritis dan tindakan sosial politik.

3. Proses masyarakat membangun kesadaran diri melalui dialog dan refleksi kritis.

2


(16)

13

4. PAR mengharuskan adanya pemihakan baik bersifat epistemologis ideologis maupun teologis dalam rangka melakukan perubahan yang signifikan.

5. Riset sosial dengan prinsip; 1. Produsi pengetahuan oleh masyarakat mengenai agenda kehidupan mereka sendiri, 2. Partisipasi masyarakat dalam pengumpulan dan analisis data, dan 3. Control masyarakat terhadap penggunaan hasil riset.

6. Orientasi masyarakat lebih tertumpu pada proses perubahan relasi sosial (transformasi sosial).

B. Prinsip-Prinsip PAR

Sebagaimana yang tertulis dalam bukunya Agus Afandi yang berjudul

Modul Participatory Action Research (PAR),3 terdapat 16 prinsip kerja PAR yang menjadi karakter utama dalam implementasi kerja PAR bersama komunitas. Adapun 16 prinsip kerja tersebut adalah sebagai berikut;

1. Perbaikan kehidupan sosial

Salah satu Pendekatan PAR adalah untuk meningkatkan perbaikan kehidupan sosial. Perubahan kehidupan sosial ini dimulai dari sebuah penelitian, aksi dan refleksi yang akan terus berlanjut secara berkesinambungan.

3


(17)

14

2. Partisipasi murni

Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode PAR adalah sebuah penelitian yang murni melibatkan masyarakat. Penelitian ini dimulai dari analisis sosial, rencana aksi, aksi, evaluasi, ferleksi, dan kemudian analisis sosial, kembali begitu seterusnya mengikuti proses selanjutnya dengan melibatkan partisipasi masyarakat.

3. Kerjasama

Kerjasama dalam melakukan perubahan antara peneliti, masyarakat, stakeholder untuk meningkatkan kemampuan. Serta terus menerus memperluas kelompok kerjasama untuk menyelesaikan masalah.

4. Penyadaran komunitas

Situasi dan kondisi yang sedang mereka alami melalui pelibatan kerjasama dalam bentuk partisipasi pada semua proses. Sehingga masyarakat akan mengungkapkan relasi sosial yang bersifat merugikan dirinya.

5. Pemahaman kritis

Menciptakan pemahaman bersama terhadap situasi dan kondisi yang ada dimasyarakat secara partisipatif. Pemahaman ini diperoleh melalui kerjasama dalam bentuk diskusi-diskusi dan juga research.

6. Pelibatan orang sebanyak-banyaknya

Pelibatan orang sebanyak-banyaknya bertujuan untuk mencari sumber data, kejadian-kejadian yang mereka hadapi. Sehingga antara orang satu dengan yang lainnya akan memberikan komentar sendiri-sendiri hingga


(18)

15

menemukan masalah sebenarnya. Selain itu mereka adalah narasumber yang akan memberikan informasi.

7. Asumsi-asumsi sosial untuk diuji

Pendapat, dan juga asumsi-asumsi sosial lainnya harsus dibuktikan dengan diuji sesuai fakta-fakta tentang keakuratan kebenaranya. Melalui uji fakta inilah kita akan mendapatkan keterangan kebenaraan setiap asumsi.

8. Merekam setiap proses

Hasil rekaman ini adalah sebagai sumber data tentang pendapat, penilaian, tanggapan, reaksi dan kesan. Hasil rekaman ini yang nantinya akan ditindaklanjuti untuk analisis kritis.

9. Pengalaman sebagai objek riset

Yaitu mengembangkan dan meningkatkan praktek-praktek sosial mereka berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya, yang telah dikaji. Pengalaman sebelumnya itu harus direkam dan direfleksikan.

10.Politik yang luas

Artinya perubahan yang dilakukan dan diupayakan bersama-sama adalah sebuah kepentingan dirinya sendiri. Baik itu dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang.

11.Analisi relasi sosial secara kritis

Menganaslisis hubungan-hubungan sosial yang terjadi di masyarakat untuk menciptakan kesefahaman. Tujuannya adalah menciptakan hubungan relasi sosial yang lebih adil tanpa dominasi dan belenggu.


(19)

16

12.Memulai isu kecil

PAR bermula dari isu yang kecil untuk melakukan perubahan sosial. Setelah isu kecil terselesaikan maka berubah menjadi isu yang besar. bermula isu kecil adalah sebuah indikator kemampuan awal fasilitator dalam menyelesaikan masalah untuk menyelesaikan yang lebih besar 13.Bermula dari siklus yang kecil

Melalui kajian yang cermat dan akurat terhadap suatu persoalan berangkat dari hal terkecil akan diperoleh hasil-hasil yang merupakan pedoman melangkah selanjutnya yang bisa digunakan untuk menyelesaikan persoalan yang lebih besar.

14.Berkolaborasi dengan kelompok sosial yang kecil

Melibatkan kelompok sosial yang kecil sebagai patner yang ikut berpartisipasi dalam semua proses penelitian. Selanjutnya diperluas dan diperbanyak melalui pelibatan dan kerjasama dengan kelompok masyarakat yang lebih luas.

15.mewajibkan semua orang menyermati

Tujuannya adalah untuk mengoreksi setiap kegiatan penelitian. Rekaman dan catatan dari hasil setiap orang akan menjadikan sebuah bukti yang akurat.

16.Alasan dari setiap orang

Data yang terkumpul harus dicermati dan dianalisis kebenaranya oleh setiap orang. Selanjutnya proses refleksi kritis dilakukan terhadapnya, dalam upaya menguji seberapa jauh proses pengumpulan data tersebut.


(20)

17

C. Langkah-Langkah Riset Aksi Dalam PAR

Untuk lebih mudahnya ketika peneliti dilapangan. Peneliti atau pendamping mempunyai rancangan kerja diantaranya adalah sebagai berikut;

1. Pemetaan awal ( Preliminary Mapping),

pemetaan awal yang dilakukan oleh peneliti ini adalah untuk memahami karakteristik Desa Baosan Kidul, baik itu karakteristik manusiannya maupun karakteristik alamnya. Dari hasil riset yang dilakukan masyarakat di setiap dusun memiliki ciri khas yang saling berbeda. misalnya Dusun Bendo masih belum terjangkau oleh pembangunan pemerintah desa akan tetapi masyarakat makmur dengan keberadaan alamnya yang masih luas. Berbeda di Desa Baosan Kidul bagian utara yakni di Dusun Krajan, masyarakat banyak yang beralih profesi tidak lagi menjadi petani. Mereka membuka toko-toko, menjadi guru dan lain sebagainnya.

Dengan memahami realitas kondisi yang berbeda-beda tersebut maka peneliti akan mudah dalam memahami realitas problem yang ada di Desa Baosan Kidul. Sehingga peneliti mudah menentukan key people

(pemimpin lokal) untuk diajak melakukan perubahan bersama. 2. Penetuan agenda riset untuk perubahan sosial.

Di dalam pelasanaan penelitian ini peneliti hanya seorang diri, maka peneliti akan mengajak beberapa orang untuk membantu riset aksi. Di dalam riset peneliti mengajak tiga orang, yaitu yang pertama Jayadi (50 th) ketua kelompok tani Dusun Konto Desa Baosan Kidul, yang kedua


(21)

18

Suyadi (32th) penggerak pemuda sekaligus sekertaris kelompok tani Dusun Konto Desa Baosan Kidul, yang ketiga Miswanto (50th) petani Desa Baosan Kidul. Peran kerjanya adalah sebagai orang-orang lapangan yang akan memberikan informasi dan bekerja langsung ditengah-tengah masyarakat untuk melakukan perubahan.

Setelah terbentuk tim maka akan ditindak lanjuti dengan mengadakan FGD (Forum Group Discussion), mengagendakan program riset melalui teknik Pertisipatory Rural Appraisal (PRA) untuk memahami persoalan petani rempah-rempah yang selanjutnya menjadi alat perubahan sosial. Sambil merintis membangun kelompok-kelompok komunitas petani rempah-rempah.

3. Pemetaan partisipatif (partisipatory mapping ).

Dengan masyarakat Dusun Konto Desa Baosan Kidul dan komunitas petani rempah-rempah, peneliti bisa melakukan pemetaan wilayah dan merembukan suatu masalah yang dihadapi. Penelitian memfokuskan penelitiannya dan pemetaannya di Dusun Konto, hal ini mengingat luasnya desa yang tidak mungkin dijangkau oleh seorang peneliti dan juga atas kesetujuan dari pihak pemerintah desa.

4. Merumuskan masalah kemanusiaan.

Peneliti bersama komunitas petani rempah-rempah merumuskan masalah yang dihadapi oleh petani. Banyak sekali yang dikeluhkan para petani rempah-rempah. Diantaranya harga jual hasil petani sangat menurun sekali, kebutuhan yang sangat banyak sekali, kurang minatnya pemuda


(22)

19

terhadap pertanian, mulai matinya tanaman cengkeh yang dulu menjadi komuditas utama petani.

Menurutnya (Suyadi 32 th) jika hasil rempah-rempah ini dikelola sedemikian rupa maka akan menghasikan pendapatan yang lebih. Dibanding dijual sendiri-sendiri ke pasar.

5. Menyusun strategi gerakan,

Setelah peneliti bersama masyarakat memahami permasalahan yang terjadi. Selanjutnya menyusun sebuah strategi gerakan untuk memecahkan problem tersebut. Salah satu jalan alternatifnya adalah dengan cara mengajak petani rempah-rempah untuk mengeringkan hasil panennya.

Yang terpenting disini adalah peneliti melibatkan secara langsung dalam proses penelitian ini. Sehingga masyarakat sadar akan kepentingannya untuk berubah, bukan sebagai objek perubahan.

6. Pengorganisasian masyarakat

Selanjutnya peneliti bersama masyarakat mengorganisir dengan cara menggunakan kalender musim dimana musim-musim petani ini memanen tanaman rempah-rempahnya untuk ditindaklanjuti sebagai pengorganisiran potensi. Setelah hasil panen rempah-rempah ini terorganisir maka salah satu dari petani ini akan menjual kepada pabrik agar tidak terjaring tengkulak.


(23)

20

7. Refkleksi

Sejauh ini, petani rempah-rempah mengalami perubahan kemajuan yang kurang memuaskan. Hanya ada satu dua orang yang melakukan program tersebut seperti pengeringan hasil panen. Hal ini dikarenakan para petani masih menggantungkan kepada pemimpin-pemimpin lokal, jika dari pemimpin lokal tidak ada perubahan maka petani pun juga enggan untuk melakukan perubahan. Sedangkan pemimpinnya sendiri yang dipercaya sebagai agent of change masih disibukkan dengan aktifitasnya sendiri. Sebagaimana ketua kelompok tani dan sekertaris kelompok tani, yang disitu dianggap oleh masyarakat paham akan informasi dan perkembangan masih disibukan dengan pekerjaan utamanya sebagai PNS. Sedang masyarakat yang lain tidak ada yang mau menggantikan, masyarakat merasa kurang mampu untuk hal seperti itu.

D. Analisis Stakeholder

Stakeholder yang dimaksud adalah individu, tokoh masyarakat, lembaga dan lain-lain yang nantinya akan kita jadikan informan saat kita melakukan pemberdayaan. Informan sendiri adalah pihak yang dapat memberikan informasi-informasi tentang gejala-gejala yang terlihat dan diartikan sesuai dengan kebudayaan yang mereka punyai. Informan sendiri dibagi menjadi dua yaitu informan kunci dan informan biasa. Informan kunci adalah seseorang pembicara asli yang mempunyai status sebagai orang yang memiliki pengetahuan luas tentang daerahnya, kebiasaan penduduknya, dan juga dianggap sebagai tokoh oleh


(24)

21

penduduk di daerah tersebut. Sedangkan informan biasa adalah penduduk setempat sebagai pelaku dari keadaan sosial di daerah yang bersangkutan yang bias di kategorikan berdasarkan status yang diperolehnya seperti pengkategorian jenis kelamin, usia, pekerjaan dan sebagainya.4

Adapun pihak-pihak yang terlibat atau informannya dan bentuk keterlibatannya adalah sebagai berikut;

1. Masyarakat Petani rempah-rempah Desa Bosan Kidul

Dimana masyarakat ini adalah pihak yang paling penting dan yang paling terlibat dalam program pemberdayaan ini. Hal ini karena masyarakat yang menjadi subjek pemberdayaan dan yang akan menjadi pelaku perubahan sosial di masyarakat. Jika masyarakat petani rempah-rempah tidak ada keterlibatan dalam program pemberdayaan maka sama dengan program pemberdayaan hanya sebagai wacana saja. Belum bisa menyelesaikan problem yang selama ini masyarakat rasakan. Dalam hal ini masyarakat petani rempah-rempah sangat diperlukan partisipasinya karena mereka sendiri yang akan menjadi pelaku perubahan pada perekonomian petani rempah-rempah. Partisipasinya baik secara materi, ide, tenaga dan lain-lainnya yang bersangkutan dengan program pemberdayaan.

Selama ini peran serta masyarakat hanya dilihat dalam konteks yang sempit, artinya manusia cukup dipandang sebagai tenaga kasar untuk mengurangi biaya pembangunan. Dengan kondisi ini, partisipasi masyarakat “terbatas” pada implementasi atau penerapan program, masyarakat tidak

4

Bambang Rudito dan Melia Famiola, Social Mapping. (Bandung : Rekayasa Sains, 2013) hal 124


(25)

22

dikembangkan dayanya menjadi kratif dari dalam dirinya dan harus menerima keputusan yang sudah diambil “pihak luar” akhirnya partisipasi menjadi bentuk yang pasif dan tidak memiliki kesadaran diri.5

Dalam hal ini partisipasinya adalah aktif, inisiatif diambil oleh warga sendiri, dibimbing dengan cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses., dimana mereka dapat menegaskan control secara efektif. Partisipasi tersebut dapat dikategorikan dalam, pertama warga komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan atau dirancang oleh orang lain dan control oleh orang lain. Kedua partisipasi merupakan proses pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah mereka sendiri. Titik tolak partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka merfleksikan tindakan tersebut sebagai subjek yang sadar

2. Kelompok tani Desa Baosan Kidul

Kelompok tani yang berada di Desa Baosan Kidul juga harus terlibat dalam program pemberdayaan petani rempah-rempah. Hal ini dikarenakan kelompok tani adalah sebagai wadah para petani dalam belajar bersama masyarakat ketika pendamping atau fasilitator sudah tidak lagi mendampingi. Meskipun yang pertama adalah petaninya sendiri sudah terlibat, akan tetapi kelompok tani juga harus terlibat. Karena kelompok tani adalah sebagai lembaga, atau sebagai kekuatan lokal, komunitas tingkat lokal yang kesehariannya berkesinambungan langsung dengan para petani.

5

Ferdian Tonny Nasdian, Pengembangan Masyarakat. (Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014).Hal 90


(26)

23

Memang proses pemberdayaan dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Akan tetapi, dengan memperhatikan kasus Indonesia dimana hasil pembangunan dalam tiga dekade terakhir ini telah menimbulkan perubahan sosial ditingkat komunitas, salah satu cirinya adalah terjadinya kesenjangan ekonomi, kemampuan individu “ senasib” untuk mengorganisir diri dalam suatu kelompok cenderung dinilai sebagai bentuk pemberdayaan yang paling efektif ditingkat komunitas. Melalui kelompok akan terjadi suatu dialogical encounter yang menumbuhkan dan memperkuat kesadaran dan solidaritas kelompok. Anggota kelompok menumbuhkan identitas seragam dan mengenai kepentingan mereka bersama.6

3. Organisasi-organisiasi yang ada di Desa Baosan Kidul

Organisaisi atau biasa disebut dengan perkumpulan yang ada di desa ini adalah organisasi kemasyarakatan yang keterlibatannya sangat berpengaruh teradap petani, selain kelompok tani. Diantara organisasi-organisasi adalah karang tarunan, ibu-ibu PKK, kelompok arisan, jamaah yasin dan tahlil baik bapak-bapak maupun ibu-ibu, dan organisasi lainnya. Sebagaimana yang ada organisasi kepemudaan atau karang taruna dilibatkan karena karang tarunan titik tolak kemajuan yang akan meneruskan nantinya. Jika pemuda-pemudanya sudah dilatih dari sekarang mandiri maka dengan mudah mereka akan menghadapi tantangan zaman. Tidak hanya itu pemuda-pemudia ini nantinya diharapkan akan membantu dalam hal pemasaran

6


(27)

24

produk hasil panen, tidak hanya berdiam diri saja. Selain itu nantinya juga akan dibantu dengan perkumpulan lainnya seperti ibu-ibu PKK , perkumpulan arisan dan lain-lainnya.

4. Perangkat Desa

Perangkat desa adalah mereka yang menjabat pada susunan kepengurusan desa. Mereka yang memimpin dan mengatur lembaga pemerintahan desa setempat. Yang dipimpin oleh kepala desa dan di bawahi ada beberapa perangkat lainnya. Peran mereka dalam program pemberdayaan adalah keterlibatan mereka dalam mengambil kebijakan desa yang nantinya menjadi sebuah aturan atau perdes. Gunanya adalah mengatur masyarakat, terutama masyarakat petani rempah-rempah agar lebih kondusif dalam hal kelembagaan. Harapannya pengaruh serta dukungan dari perangkat-perangkat desa inilah yang nantinya bisa menjadi pendukung para masyarakat. Sudah semestinya perangkat-perangkat desa mendukung dan membantu menyelesaikan problem yang ada di masyarakatnya. Karena kamajuan dan kesejahteraan desa tergantung pada perangkat yang memimpinnya.

5. Tokoh Masyarakat

Tokoh masyarakat adalah mereka yang mempunyai pengaruh penting dalam masyarakat. Biasanya mereka adalah yang menjadi panutan atau yang menjadi orang terpercaya. Baik itu sesepuh, ataupun pemimpin atau ketua masjid dan lain sebagainya. Keterlibatannya adalah sebagai penggerak utama untuk menjalankan program pemberdayaan.


(28)

25 BAB III

DAKWAH DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

A. Dakwah Islam

Ditinjau dari segi bahasa dakwah berarti panggilan seruan atau ajakan. Berbentuk perkataan tersebut dalam bahasa arab disebut masdar. Sedangkan bentuk kata kerja (fi’il) nya adalah berarti memanggil menyeru atau mengajak (ة ع - ا ع ي-ع). Dalam pengertian istilah dakwah diartikan sebagai berikut;

1. Syaikh Ali Mahfudz, dalam kitabnya Hidayatul Mursidin sebagaimana yang yang dikutip oleh Prof. Dr. Moh. Ali Aziz1

ف عملاب مأا

لا ي لا لع سانلا ثح

ة اعسب ا

فيل كنملا نع نلا

لجآا لجاعلا

menyeru manusia kepada kebajikan dan petunjuk serta menyeru kepada kebajikan dan melarang kemungkaran agar mendapat kebahagiaan dunia

dan akhirat”

2. Prof Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa "Dakwah Islam sebagai upaya mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah tuhan untuk keselamatan di dunia dan akhirat".2 3. Hamzah Ya’qub mengatakan bahwa “Dakwah adalah mengajak umat

manusia dengan hikmah (kebijaksanaan) untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya.”3

1

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah. ( Jakarta : Prenanda Media Group, 2009). Hal 11 2

Wahidin Sapurta, Pengantar Ilmu Dakwah. (Jakarta : Rajawali Pers, 2012). Hal 1

3


(29)

26

4. Prof. Dr. Hamka, “ dakwah adalah seruan panggilan untuk menganut suatu pendirian yang ada dasarnya berkonotasi positif dengan subtansi terletak pada aktifitas yang memerintah amar ma’ruf nahi munkar.”4

5. Syaikh Abdul Ba’alawi mengatakan bahwa “dakwah adalah mengajak membimbing dan memimpin orang yang belum mengerti atau sesat jalannya dari agama yang benar untuk dialihkan ke jalan ketaatan kepada Allah menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka berbuat buruk agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.”5

Dari beberapa pengertian yang diberikan oleh para ahli tersebut, meskipun berbeda-beda dalam memberikan penjelasan. Maka pengertian dakwah dapat disimpulkan bahwa panggilan Allah untuk menyerukan kebaikan dijalan yang benar agar selamat dunia dan akhirat, seruan itu diwajibkan kepada setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan.

Tidak hanya terbatas pada hal itu, pola dakwah dapat dipahami dalam tiga hal yaitu dakwah cultural, dakwah politik, dan dakwah ekonomi.6 Dakwah cultural adalah yang menekankan pada aktivitas dakwah pada pendekatan Islam cultural. Yaitu salah satu pendekatan yang berusaha meninjau kembali kaitan doktrinal yang formal antara Islam dan Negara. Dakwah cultural adalah dakwah yang mendekati objek dakwah dengan memperhatikan aspek sosial budaya yang berlaku pada masyarakat.

Dakwah politik adalah gerakan dakwah yang menggunakan kekuasaan (pemerintahan), aktivitas dakwah bergerak mendakwahkan ajaran Islam supaya

4

Ibid hal 2

5

Ibid hal 2

6


(30)

27

Islam dapat dijadikan idiologi Negara, atau paling tidak setiap kebijakan pemerintah atau Negara selalu diwarnai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Sehingga ajaran Islam melandasi kehidupan politik bangsa.

Dakwah ekonomi adalah aktifitas dakwah umat Islam yang berusaha mengimplementasikan ajaran Islam yang berhubungan dengan proses-proses ekonomi guna peningkatan kesejahteraan umat Islam. Dakwah ekonomi berusaha untuk mengajak umat Islam meningkatkan ekonomi dan kesejahteraannya.

Dari sini kita bisa mengetahui bahwa dakwah tidak terbatas pada konteks ajakan menyeru kebaikan saja, akan tetapi dakwah juga bisa diaplikasi dalam tiga hal yakni dakwah cultural, dakwah politik, dan dakwah ekonomi. Dari ini semua tujuan yang paling utama adalah kehidupan yang sejahtera baik di dunia maupun di akhirat.

Kehidupan dunia juga harus kita bangun untuk lebih sejahtera. Karena jika kehidupan dunia sejahtera, kita akan merasa mudah melakukan ibadah di jalan kebenaran yakni di jalan Allah dan Rasul-Nya. Tentunnya pembangunan kehidupan di dunia yang sejahtera harus diimbangi dengan pembangunan kehidupan di akhirat nantinya. Sehingga dakwah pembangunan dunia harus berjalan lurus dengan dakwah pembangunan kehidupan di akhirat.

Terlebih pada era modernisasi saat ini, kegiatan dakwah harus lebih kompleks dan lebih mengikuti perkembangan zaman. Jangan sampai dakwah dipandang hanya jalan tempat dengan mengangkat isu-isu yang terdahulu. Pada era sekarang ini berbeda dengan era zaman dahulu, pada era saat ini permasalahan masyarakat jauh lebih komplek dibanding dengan pada era dahulu.


(31)

28

Di era modern dakwah tidak hanya dibatasi sebagai ceramah atau khutbah (dakwah bil lisan) melainkan kegiatan nyata yang dapat meningkatkan harkat dan martabat kehidupan (dakwah bil-hal). Karena dakwah dengan metode cerama saja dirasa sekarang kurang begitu kondusif tanpa diiringi dengan tindakan yang dapat meningkatkan kehidupan sejahtera.

Sebenarnya yang diharapkan oleh Islam adalah dengan adanya dakwah bisa merubah keadaan umat Islam. Umat Islam selama ini terlalu terpukau melihat keadaan sehingga kehilangan strategi dan taktik terbaik dalam mengangkat derajat mereka sendiri. Diantaranya pertama, umat islam sangat mementingkan kuantitas dalam segala aspek dibandingkan dengan kualitas. Padahal Rasulullah SAW ketika berperang dengan jumlah sedikit tapi berkualitas dapat mengalahkan kelompok yang lebih banyak. Kedua umat Islam terlalu mementingkan kulit dibandingkan esensi. Ketiga penyiapan sumber daya manusia belum terpikir secara baik. Keempat belum tertata dengan baik pengelolaan lembaga-lembaga umat. Kelima rekayasa terhadap program belum terprogram secara baik. Keenam

masyarakat banyak yang terjebak dalam konsumerisme dan hidonisme.7

Abdul Basit mengutip pendapatnya Ali Syariat bahwa, tranformasi kesadaran harus ditumbuhkan dalam setiap individu muslim untuk melakukan sebuah perubahan sosial. Atau dalam bahasa lain mereka perlu menjadi insan kamil. Kemudian di dalam kehidupan perlu dibangun masyarakat yang memiliki basis yang bersifat habil, dan menghapus sifat qobil yang ada pada masyarakat. Sementara Hasan Hanafi lebih mementingkan untuk membangun Islam kiri yang

7

Abdul Basit, Wacana Dakwah Kontemporer.(Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 2006) hal 210


(32)

29

lebih berpihak kepada keadilan dan kesejahteraan, dengan cara mengkaji ulang tradisi Islam dan membangun oksidentalisme dalam menandingi orientalisme yang selama ini dilakukan oleh Brazil.8

Berbeda dengan kedua tokoh tersebut, Maududi memberikan langkah-langkah yang sistematis, yaitu pertama menetapkan metode yang bersifat alamiah. Yakni membangun mentalitas masyarakat dan kehidupan kolektif kemanusiaannya. Dalam hal ini menurutnya membangun struktur kemasyarakatan yang berbasis akhlak dan moralitas. Setelah metode itu ditancapkan sebagai prioritas utama, mengimplementasikan hal tersebut dalam tataran yang lebih teknis. Mahmudi memberikan dua tahapan yaitu revolusi pemikiran yang berbasis kepada pandangan dunia tauhid, yang kedua revolusi yang mengarah kepada transformasi.9

Dengan demikian perlulah melahirkan model-model pengembangan masyarakat dan pemberdaya masyarakat. Hal demikian dirasa penting karena melihat akan realita yang menimpa umat Islam saat ini. Secara etimologi pengembangan adalah membina dan meningkatkan kualitas. Secara terminologi pengembangan masyarakat Islam adalah mentransformasikan dan melembagakan semua segi ajaran Islam dalam kehidupan keluarga (usrah), kelompok sosial (jamaah), dan masyarakat (ummah). Dengan demikian pengembangan masyarakat Islam merupakan model empiris pengembangan perilaku individu dan kolektif dalam dimensi amal soleh, dengan titik tekan pada pemecahan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Sasaran individu yakni individu muslim, dengan

8

Ibid hal 211

9


(33)

30

orientasi sumber daya manusia. Sasaran komunal adalah kelompok atau komunitas muslim dengan orientasi pengembangan sistem masyarakat. Sasaran institutional adalah organisasi Islam dan pranata sosial kehidupan. Dengan orientasi pengembangan kualitas dan islamitas kelembagaan.10

Pada dasarnya agama Islam adalah agama pemberdaya. Dalam padangan Islam pemberdayaa adalah gerakan yang tanpa henti-henti. Hal demikian sejalan dengan paradigma Islam itu sendiri sebagai agama gerakan atau perubahan. Yang dijelaskan dalam Al-Quran surat Ar Ra’d ayat 11 sebagai berikut;

               

Artinya : Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (Q.S Ar-Ra’d, ayat 11)11

Sebagaimana yang dikutip oleh Nanih Mahendrawaty, Menurut Agus Efendi setidaknya ada tiga kompleks pemberdayaan yang mendesak untuk diperjuangkan dalam konteks keumatan masa kini. Ketiga tersebut adalah sebagai berikut;12 Pertama pemberdayaan pada matra ruhaniah. Dalam pandangan Agus Effendi degradasi moral atau pergeseran nilai masyarakat Islam saat ini sangat mengguncang kesadaran Islam. Kepribadian kaum muslim terutama mayorits

10

Nanih Machendrawaty Dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001). Hal 29

11

Al-Quran terjemah (Bandung: Sigma Publishing : 2010). Hal 250 12


(34)

31

generasi muda begitu telanjang terkooptasi oleh budaya negatif barat yang merupakan antitesa dari nilai-nilai Islam.

Kedua pemberdayaan intelektual. Dengan sangat telanjang dapat disaksikan betapa umat Islam yang ada di Indonesia bahkan dimanapun sudah terlalu jauh tertinggal dalam kemajuan dan penguasaan teknologi. Ketiga

pemberdayaan ekonomi, masalah kemiskinann menjadi demikian identik dengan masyarakat Islam di Indonesia. Pemecahannya adalah masyarakat Islam sendiri, yang selama ini selalu terpinggirkan. Situasi ekonomi masyarakat Islam Indonesia bukan untuk diratapi melainkan untuk dicarikan jalan pemecahannya. Untuk keluar dari himpitan ekonomi ini, diperlukan perjuangan besar dan gigih dari setiap komponen umat. Setiap pribadi muslim ditantang untuk lebih keras dalam bekerja, berkreasi, dan berwirausaha lebih-lebih dalam bekerja sama untuk mengelola potensi-potensi yang dimiliki.

Dari beberapa penjelasan yang ada diatas, bisa kita ambil kesimpulan bahwa pentingnya pengembangan masyarakat Islam yang dilakukan seseorang. Karena semua ini adalah tanggung jawab kita. Sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadits;

سانلل م عفنا سانلا يخ

Artinya : Sebaik-baik manusia yang bermanfaat bagi orang lain13

Maka sudah barang tentu jika kita ingin berguna bagi orang lain adalah dengan cara menjadi pengembang masyarakat. Karena pengembang masyarakat merupakan dai yang mulia.

13


(35)

32

B. KONSEP PEMBERDAYAAN

Pemberdayaan merupakan alternatif baru dalam pengembangan masyarakat. Pemberdayaan menjadi lebih penting dalam pengembangan masyarakat karena menjadi berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia. Konsep utama dalam pemberdayaan adalah dengan dasar teori kekuasaan (power), yang berasal dari sosiologi struktur fungsional. Pemberdayaan sendiri merupakan sebuah rangkaian kegiatan untuk memperkuat dan mengoptimalkan keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.14

Istilah pemberdayaan masyarakat sebagai terjemah dari kata empowerment

mulai ramai digunakan dalam bahasa sehari-hari di Indonesia bersama-sama denga kata pengentasan kemiskinan. Sejak digulirkannya program impress No 5/1993 yang kemudian dikenal dengan nama Impres Desa tertinggal (IDT). sejak itu pemberdayaan masyarakat dan pengentasan kemiskinan menjadi saudara kembar yang menjadi suatu topik dan pembahasan pembangunan.

Pemberdayaan sebagai salah satu ujung tombak dan strategi trisula ( three-pronged strategy) yang memerangi kemiskinan yang dilaksanakan sejak memasuki dasawarsa 90-an yang terdiri dari : penggalakan peluang fasilitas pemberdayaan, dan peningkatan keamanan. Terkait dengan pengertian Pemberdayaan diartikan sebagai upaya untuk memberikan daya atau penguat kepada masyarakat. Keberdayaan masyarakat diartikan sebagai kemampuan individu yang bersenyawa dengan masyarakat dalam membangun keberdayaan

14

Totok Mardikanto, Pemberdayaan Masyarakat Dalam Persepektif Kebijakan Publik. (Bandung : ALFABETA, 2012). Hal. 61


(36)

33

masyarakat yang bersangkutan. Karena keberdayaan masyarakat dapat disamakan dengan perolehan kekauatan dan akses terhadap sumberdaya untuk mencari nafkah.15

Istilah pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai upaya memenuhi kebutuhan yang dinginkan individu, kelompok dan masyarakat luas agar mereka memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan dan mengontrol lingkungannya agar dapat memenuhi keinginannya-keinginannya, termasuk aksibilitasnya terhadap sumberdaya yang terkait dengan pekerjaan aktifitas sosial lainnya.

Dari pengertian-pengertian diatas maka, Pemberdayaan menunjukan pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah untuk :

1. Memiliki akses terhadap sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dalam memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan.

2. Berpartisipasi dalam peruses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. Pemberdayaan menunjuknan pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktural sosial.

Pemberdayaan sebagai usaha untuk memberikan kesempatan dan kemampuan kepada kelompok masyarakat miskin untuk mampu berani berusaha dan berani bersuara atau menyuarakan pendapatnya, ide, atau gagasannya serta kemapuan dan keberanian untuk memilih suatu metode, produk, tindakan yang terbaik bagi pribadi, keluarga, dan masyarakatnya. Dengan kata lain

15

Aprilia Theresia, dkk, Pembangunan Berbasis Masyarakat. (Bandung : ALFABETA, 2014 ) hal 115


(37)

34

pemberdayaan masyarakat merupakan proses meningkatkan kemampuan dan sikap kemandirian masyarakat.

Sejalan dengan itu, pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya penigkatan kemampuan masyarakat untuk menyampaikan pendapatnya dan atau kebutuhannya, pilihan-pilihannya, berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi dan mengelola kelembagaan masyarakatnya secara bertanggung-jawab demi kebaikan kehidupannya.

Dalam pengertian tersebut pemberdayaan mengandung arti perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan setiap individu dan masyarakat baik dalam arti;

1. Perbaikan ekonomi, terutama kecukupan pangan

2. Perbaikan kesejahteraan sosial (pendidikan dan kesehatan) 3. Kemerdekaan dari segala bentuk penindasan

4. Terjamin keamanan

5. Terjamin hak asasi manusia yang bebas dari rasa takut dan kekhawatiran

Pemberdayaan adalah suatu cara agar masyarakat, komunitas dan organisasi diarahkan agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupannya. Pemberdayaan adalah sebuah proses agar setiap orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas dan mempengaruhi, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh ketrampilan pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.


(38)

35

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat martabat lapisan masyarakat yang dalan kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari keterbelengguan dan keterbelakangan. Dengan kata lain pemberdayaan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.

Dalam hal lain pemberdayan masyarakat adalah sebuah proses yang ditunjukkan untuk membantu klien memperoleh daya khusus untuk mengambil keputusan dalam menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan diri dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain transfer daya lingkungannya.16

Pandangan lain mengartikan bahwa pemberdayan masyarakat secara konseptual pada intinnya membahas bagaimana individu, kelompok, atau komunitas berusaha membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Prinsip ini pada intinya mendorong klien untuk menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi permasalahan yang dihadapinnya, sehingga klien mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh untuk membentuk hari depannya.17

Berkaitan dengan hal ini, pemberdayaan masyarakat memiliki konsep yang digunakan memberdayakan masyarakat tersebut. Konsep itu adalah konsep penguatan pada kemampuan. Selain itu, pengembang masyarakat juga harus turut serta berpartisipasi dalam pengembangan masyarakat tersebut. Bukan hanya

16

Fedian Tonny Nasdian, Pengembangan Masyarakat. (Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014) hal 90

17 Ibid


(39)

36

memberikan sebuah jalan keluar saja, akan tetapi pengembang masyarakat juga ikut andil dalam kegiatan penguatan tersebut.

Mengenai pemberdayaan sendiri ada beberapa konsep diantaranya adalah, pemberdayaan pada dasarnya adalah usaha yang disengaja dan dilakukan secara bersama-sama dalam mengarahkan masa depan masyarakat dan serangkaian teknik yang ditujukan untuk membantu orang-orang oleh masyarakat.18 Hal yang sama lagi pemberdayaan atau pemberkuasaan berasal dari kata “power

kekuasaan atau keberdayaan. Karena ide utama pemberdayaan mengenai kekuasaan.19

Dalam pemberdayaan masyarakat sendiri peran pelaku pemberdaya setidaknya ada empat peran dan ketrampilan.20 Keempat peran dan ketrampilan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Peran dan ketrampilan fasilitatif.

Dalam peran dan ketrampilan ini ada delapan konsep yang diberikan yaitu sebagai berikut;

a. Animasi,

menurut Isbandi yang dikutib dari bukunya Ife, ketrampilan melakukan animasi sosial menggambarkan kemampuan pelaku perubahan ataupun pemberdayaan masyarakat untuk membangkitkan energi, inspirasi, antusias masyarakat, termasuk didalamnya

18

Adi Fahrudin, Pemberdayaan Partisipasi dan Penguatan Kapasitas Masyarakat. ( Bandung : Humaniora, tt) hal 94

19

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. (Bandung : Refika Aditama, 2010) hal. 57

20

Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO, 2013). Hal. 215


(40)

37

mengaktifkan, menstimulasi dan mengambangkan motivasi warga untuk bertindak.

b. Mediasi dan negosiasi,

seorang pelaku perubahan harus mampu menegahi dan mencari titik temu yang dapat dikerjakan bersama oleh masyarakat yang sedang konflik atau bertentangan. Tanpa menimbulkan pertentangan dan perpecahan yang lebih mendalam.

c. Pemberian dukungan

memberikan dan mengembangkan dukungan terhadap warga yang mau terlibat dalam struktur dan aktivitas komunitas.

d. Membentuk consensus

membentuk consensus adalah tindak lanjut dari peran mediasi yang melibatkan pada penekanan terhadap tujuan umum bersama, mengidentifikasi landasan dasar yang sama dari berbagai pihak dalam masyarakat dan membantu warga untuk bergerak kearah pencapaian

consensus.

e. Fasilitasi kelompok,

fasilitasi disini dimaksudkan adalah berinteraksi dalam kelompok untuk menemukan titik satu tujuan dalam kelompok yang berbeda-beda.


(41)

38

f. Pemanfaatan sumber daya dan ketrampilan

sebagai pemberdaya masyarakat harus dapat mengidentifikasi dan memanfaatkan berbagai ketrampilan dan sumberdaya yang ada dalam komunitas atau kelompok.

g. Mengorganisasi

ketrampilan mengorganisasi adalah melibatkan kemampuan pelaku perubahan untuk berfikir tentang hal-hal apa saja yang perlu dilakukan.

2. Peran dan ketrampilan edukational.

Dalam peran dan ketrampilan ini ada empat konsep, konsep-konsep itu adalah sebagai berikut;

a. Membangkitkan kesadaran masyarakat

dalam upaya ini agar masyarakat mau dan mampu mengatasi ketidak beruntungan struktural mereka, warga harus mau menjalin hubungan antara satu dengan lainnya. Hal inilah yang menjadi tujuan awal dari penyadaran masyarakat.

b. Menyampaikan informasi

pemberian informasi yang relevan mengenai suatu masalah yang sedang dihadapi komunitas sasaran tidak jarang menjadi peran yang bermakna terhadap komunitas tersebut. Misalnya saja tentang informasi bahaya side stream smoke terhadap perokok pasif.


(42)

39

teknik konfrontasi digunakan bila pelaku perubahan telah mempertimbangkan bahwa kalau kondisi yang sekarang terjadi tetap di biarkan maka keadaan akan mejadi semakin buruk.

d. Pelatihan

pelatihan pada dasarnya akan lebih efektif bila ketrampilan yang diajarkan adalah ketrampilan yang dibutuhkan dan diinginkan oleh masyarakat.

3. Peran dan ketrampilan perwakilan. 4. Peran dan ketrampilan teknis.

Dalam upaya lain memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi,21 yaitu sebagai berikut;

Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi mayarakat berkembang. Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena jika demikian sakan sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang di miliki serta berupaya untuk membangunnya.

Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Kekuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut

21


(43)

40

penyediaan berbagai masukan. Serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya.

Dalam upaya ini, pemberdayaan masyaraat yang paling pokok adalah upaya peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar. Masukan berupa pemberdayaan ini menyangkut pembangunan prasaranan dan sarana dasar fisik seperti irigasi, jalan, listrik, maupun sosial seperti sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau oleh masyarakat pada lapisan paling bawah, serta ketersedian lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di pedesaan, dimana terkonsentrasi penduduk yang keberadaannya amat kurang.

Untuk itu perlu program khusus bagi masyarakat yang amat kurang berdaya, karena program-program pada umumnya yang berlaku tidak selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat ini. Pemberdayaan bukan hanya penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai modern seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, dan kebertanggungjawaban adalah pokok upaya pemberdayaan ini.

Ketiga memberdayakan mengandung arti melindungi. Dalam proses pemberdayan harus dicegah yang lemah bertambah lemah. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat dasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi karena hal itu justru akan mengkerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai uapaya untuk


(44)

41

mencegah terjadinnya persaingan yang tidak seimbang serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah.

Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi miskin tergantung pada berbagai program pemberian. Tetapi pemberdayaan masyarakat adalah menciptakan masyarakat yang mampu berdiri sendiri tanpa mengandalkan pemberian. Karena mereka mampu menciptakan berbagai hal sendiri.

Pendekatan utama dalam pemberdayaan masyarakat adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan tetapi merupakan sebuah subjek dari upaya pembangunannya sendiri. .

Dalam dunai bisnis pengertian power dikaitkan dengan kemapuan atau produktifitas karena itu pemberdayaan atau empowerment diartikan sebagai proses peningkatan optimalisasi kemampuan atau produktivitas, individu, organisasi atau sistem. Di pihak lain power juga dapat diartikan sebagai keunggulan bersaing atau posisi tawar (bargainingposition). Karena itu pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai penguatan atau peningkatan keunggulan bersaing atau posisi tawar.

Pemberdayaan merupakan upaya pemberian kesempatan dan atau memfasilitasi kelompok miskin agar mereka memiliki aksebilitas terhadap sumberdaya dll. Agar mereka mampu memajukan dan mengembangkan usahannya, sehingga memperoleh perbaikan pendapatan serta peluasan kesempatan kerja demi perbaikan kehidupan dan kesejahteraannya.

Tidak hanya terlepas dari peran seorang pemberdaya masyarakat saja. Partisipasi dari masyarakat sering kita lupakan. Partisispasi dari masyarakat ini lebih berperan besar dalam pemberdayaan mayarakat. Terlepas dari partisipasi


(45)

42

masyarakat tentunya kita tidak akan mampu memberdayakan masyarakat. Terkait dengan pertisipasi ini Isbandi mengutip dari Mikkelsen melihat bahwa konsep partisipasi telah menjadi debat berkepanjagan antara lain terkait landasan teoritis dan dengan dukungan kemungkinan untuk diterapkannya (practicial applicability)

dalam kaitannya dengan berbagai program pembangunan yang dilaksanakan oleh lembaga pemerintah dan lembaga non pemerintah.22

Dari pengertian di atas bisa dikatakan bahwa pemberdayaan pada kesadaran masyarakat untuk berperan dan membangun serangkaian cara dalam memenuhi kebutuhan. Hal yang paling diutamakan dalam pemberdayaan adalah berkaitan dengan teknik yang bertujuan mengangkat dan mengarahkan masa depan dengan cara menyadarkan mereka. Sehingga setelah mereka sadar mampu memenuhi kebutuhannya dengan kekuasaan dirinya sendiri.

Pemberdayaan menunjukkan pada kemampuan orang khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka mampu memiliki kekuatan atau kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar. Setelah memenuhi kebutuhan dasar maka mereka akan memiliki kebebasan. Kekebasan di sini bukan hanya kebebasan dalam berpendapat akan tetapi juga bebas dalam kelaparan, kebodohan, dan juga bebas dari penyakit.

Beberapa ahli mengemukakan definisi pemberdayaan dilihat dari tujuan, proses, dan cara-cara pemberdayaan:23

1. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung.

22

Ibid hal 227

23

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. (Bandung : Refika aditama, 2010).hal 58


(46)

43

2. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai peningkatan pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh ketrampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.

3. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial.

4. Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai kehidupannya.

Dengan demikian pemberdayaaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebuah proses karena pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat. Sebagai tujuan, pemberdayaan menuju keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial. Masyarakat yang berdaya memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan juga kemampuan memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat material maupun sepiritual.

Sedangkan menurut Jim Ife yang dikutip oleh Adi Fahrudin pemberdayaan memiliki dua konsep yaitu kekuasaan dan keberuntungan. Sebagai kekuasaan, pemberdayaan memberikan kekuasaaan kepada individu atau kelompok. Memberikan peluang kepada mereka menentukan kekuatan pada tangan mereka sendiri. sebagai keberuntungan yakni dilatar belakangi pada struktur sosial yang


(47)

44

mengakibatkan masyarakat yang tidak memiliki ruang yang memadai dalam proses pembangunan wilayahnya. Struktur sosial merupakan keseluruhan komponen dalam membangun masyarakat yang diarahkan guna memenuhi kebutuhan individu anggota masyarakat terhadap kehidupannya.24

Sehingga pemberdayaan dalam kajian ini merupakan upaya yang ditujukan untuk membantu masyarakat lokal menuju pada kondisi sosial yang lebih baik melalui pendistribusian kembali kekuatan yang dibutuhkan, dan pada akhirnya mereka akan menjadi sejahtera. Hal yang perlu di butuhkan adalah penguatan kembali pada aspek lokal masyarakat tersebut.

Ada beberapa prinsip yang harus di miliki oleh pemberdayaan masyarakat, diantaranya adalah sebagai berikut;25

1. Mengerjakan, artinya kegiatan pemberdayaan harus sebanyak mungkin melibatkan masyarakat untuk mengerjakan atau menerapkan sesuatu. Karena melalui melibatkan mereka akan belajar yang akan diingat untuk jangka waktu yang panjang.

2. Akibat, artinya kegiatan pemberdayaan harus memiliki akibat atau pengaruh yang baik atau bermanfaat.

3. Asosiasi, artinya setiap kegiatan pemberdayaan harus dikaitkan dengan kegiatan yang lainnya, sebab setiap orang cenderung mengaitkan kegiatan dengan yang lainnya.

24

Adi Fahrudin, Adi Fahrudin, Pemberdayaan Partisipasi dan Penguatan Kapasitas Masyarakat. ( Bandung : Humaniora, tt) .Hal 95

25

Totok Mardikanto, Pemberdayaan Masyarakat Dalam Persepektif Kebijakan Publik. (Bandung : ALFABETA, 2012). Hal 105


(48)

45

Ini adalah garis besar prinsip yang harus dimiliki oleh pemberdaya masyarakat, jika ingin pemberdayaannya itu berhasil dilakukan.

Selain memiliki prinsip, pemberdaya masyarakat juga harus memiliki sebuah tujuan diantaranya adalah sebagai berikut;26

1. Perbaikan pendidikan

perbaikan pendidikan tidak terbatas pada perbaiakan materi, perbaikan metode perbaikan tempat dan waktu. Tetapi perbaiakn yang terpenting adalah perbaikan pendidikan yang mampu menumbuhkan semangat belajar seumur hidup.

2. Perbaikan askebelitas

setelah perbaikan pendidikan diharapkan mampu memperbaiki askebelitas dalam sumber informasi, inofasi, sumber pembiyayaan, penyediaan produk dan peralatan, lembaga pemasaran.

3. Perbaikan tindakan,

setelah pendidikan menjadi baik dan aksebelitas juga baik maka diharapkan tindakan-tindakan yang semakin lebih baik.

4. Perbaikan kelembagaan

termasuk perbaikan kelembagaan mitra usaha. 5. Perbaikan usaha

jika keempat di atas sudah terwujud dengan baik maka diharapan akan memperbaiki usaha masyarakat.

26


(49)

46

6. Perbaikan pendapatan

terjadinya perbaikan usaha maka akan memperbaiki pendapatan yang diperoleh.

7. Perbaikan lingkungan

biasanya kerusakan lingkungan dikarenakan kemiskinan atau pendapatan yang terbatas. Oleh karena itu dengan perbaikan pendapatan tersebut diharapkan akan memperbaiki lingungan.

8. Perbaikan kehidupan

lingkungan yang baik pendapatan yang baik maka akan mendorong manusia untuk kehidupan yang baik dan sejahtera.

9. Perbaikan masyarakat

individu yang sejahtera lingkungan yang baik maka akan menciptakan masyarakat yang baik, sejahtera, aman dan bahagia.

Sebagai proses pemberdayaan masyarakat seringkali kegiatan untuk memperkuat atau mengoptimalkan keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses dimana masyarakat terutama mereka yang miskin sumber daya, kaum perempuan dan kelompok yang terabaikan yang lain, didukung agar mampu meningkatkan kesejahteraan secara mandiri.

Aspek penting dalam pemberdayaan masyarakat adalah program sendiri yang disusun oleh masyarakat, menjawab kebutuhan dasar masyarakat, mendukung keterlibatan kaum miskin, perempuan, buta huruf dan kelompok


(50)

47

terabaikan lainnya, dibangun dari sumberdaya lokal, sensitive terhadap nilai-nilai budaya setempat, memperhatikan dampak lingkungan, tidak menciptakan ketergantungan, berbagai pihak terkait terlibat, serta berkelanjutan.

Tidak lain halnya dengan konsep pemberdayaan organisasi lokal dalam konteks pengelolaan sumber daya, berarti memberikan control dan kewenangan yang lebih besar kepada organisasi lokal untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya. Pembuatan keputusan di tingkat lokal diharapkan dapat lebih mencerminkan permasalahan masyarakat, dan kemudian sumber daya akan dapat dikelola secara lebih efisien, adil, dan berkelanjutan, serta berdimensi kepentingan jangka panjang.27

Sehingga kemungkinan besar untuk melakukan sebuah perubahan, terutama untuk menanggulangi kesenjangan dan kemiskinan yang ada di negeri ini adalah dengan memanfaatkan kekayaan lokal. Kekayaan-kekayaan lokal inilah yang nantinya bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian dan juga kesetaraan hidup.

27


(51)

BAB IV

GAMBARAN UMUM DESA

A. Profil Desa

Desa Baosan Kidul adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo, tepatnya berada di sebelah selatan Kabupaten Ponorogo. Untuk menuju desa ini dibutuhkan ± satu jam perjalanan dengan kendaraan bermotor. Jarak yang harus ditempuh dari pusat kota menuju desa ± 42 km, melewati jalanan yang menanjak, menurun, berbelok-belok, dan juga jalanan yang rusak.

Letak Desa bertempat di dataran tinggi yang berada pada skala 600 m diatas permukan laut (dpl). Selain itu, juga diapit oleh pegunungan yang membentang luas dan tinggi. Tidak heran jika desa ini memiliki udara yang sejuk dan dingin, dengan suhu rata-rata 15-250 c ditambah tumbuh-tumbuhan yang masih hijau dan rindang.

Desa Baosan Kidul memiliki luas teritorial ± 1010,2 ha yang terbagi dalam luas sawah 243 ha, luas tanah kering dan perkebunan 262,5 ha, luas pemukiman 152,7 ha, dan luas hutan 325 ha.1

Tabel 4.1 pembagian luas wilayah

No Lahan Luas (ha)

1. Sawah 243

2. Lahan kering 262,5

1


(52)

49

3. Pemukiman 152,7

4. Hutan 325

5. Jumlah 1010,2 ha

Sumber data demografi Desa Baosan Kidul

Dari data luas desa, terlihat bahwa hutan dan lahan kering menduduki peringkat terluas, Hal ini karena Desa Baosan Kidul berada di pegunungan yang juga masuk wilayah perhutani. Sehingga tidak heran jika hutan dan lahan kering masih sangat luas sekali. Area hutan yang masuk wilayah desa berada di sebelah timur, selatan, barat dan utara, mengelilingi desa.

Desa Baosan Kidul memiliki batasan wilayah sebagai berikut;

1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Baosan Lor Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sembowo Kecamatan Sudimoro Kabupaten Pacitan

3. Sebelah barat berbatsan dengan Desa Wonoasri Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan, dan Desa Mrayan Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo

4. Sebelah timur bebatasan dengan Desa Gedangan Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo.


(53)

50

PETA DESA BAOSAN KIDUL

KECAMATAN NGRAYUN, KABUPATEN PONOROGO PROPINSI JAWA TIMUR

Gambar 4.1 Peta Desa KETERANGAN :

: BATAS DESA : BATAS DUSUN : JALAN DESA : JALAN DUSUN : PASAR DESA

: BALAI DESA

: DUSUN : SEKOLAH : MASJID


(54)

51

Keasrian Desa Baosan Kidul karena masih banyak pohon yang tumbuh menghiasi lahan pertanian masyarakat, diantaranya sengon, mahoni, cengkeh, pinus, nangka, kelapa, kopi, akasi dan lain-lain. Sementara tanaman yang ada di kawasan hutan didominasi pohon pinus.

Desa Baosan Kidul dihuni penduduk sebanyak 6958 jiwa yang dibagi dalam jumlah penduduk laki-laki sebanyak 3476 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 3482 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut tersebar dalam 63 rukun tetangga (RT), 17 rukun warga (RW) dan 5 kepala dusun. Adapun dusun yang ada di Desa Baosan Kidul adalah sebagai berikut Dusun Kerajan, Dusun Konto, Dusun Kedung, Dusun Bendo, Dan Dusun Patuk.

Tabel 4.2. jumlah penduduk

No Jenis kelamin Jumlah

1. Laki-laki 3476

2. Perempuan 3482

3 Jumlah 6958

Sumber data demografi Desa Baosan Kidul

Dari lima dusun tersebut yang menjadi fokus penelitiannya adalah di Dusun Konto, yakni dusun yang mempunyai penduduk masyarakat dinamais dan juga memiliki lahan pertanian yang luas. Baik lahan milik sendiri maupun milik perhutani, di dusun ini juga terdapat sebuah pasar yang digunakan oleh masyarakat menjual hasil rempah-rempahnya ke tengkulak-tengkulak (bakul).

Sebenarnya di Desa Baosan Kidul ada dua pasar yang satunya lagi berada di Dusun Krajan yang merupakan pasar induk desa. Namun untuk jual beli


(55)

52

rempah kebanyakan berada di pasar Dusun Konto. Sedangkan yang berada di Dusun Krajan digunakan untuk menjual kebutuhan pokok.

50% lebih penduduk Desa Baosan Kidul hidup di bawah garis kemiskinan, sebagaimana contoh di tempat fokus penelitian dari 40 KK, hanya ada 2 KK yang tidak menggantungkan hidupnya pada hasil rempah-rempah. 2 KK tersebut memiliki mata pencaharian sebagai PNS, hasil rempah-rempah hanya sebagai hasil tambahan. Sedangkan penduduk 38 KK rempah-rempah sebagai pemenuhan kebutuhan. Selain menjadi petani rempah-rempah, masyarakat juga memelihara hewan ternak sebagai pekerjaan sampingan, adapun hewan ternak yang dipelihara oleh masyarakat adalah kambing, sapi, dan ayam.

Masyarakat jika tidak memiliki lahan sendiri, diberi kebebasan mengolah lahan milik perhutani untuk ditanami berbagai rempah-rempah, sehingga dari lahan perhutani masyarakat menambah penghasilannya. Untuk lahan perhutani mayoritas hanya ditanami rempah-rempah oleh petani.

B. Sejarah Desa Baosan Kidul

Setiap desa atau daerah pasti memiliki sejarah dan latar belakang tersendiri yang merupakan pencerminan dari karakter dan pencirian khas tertentu dari suatu daerah. Sejarah desa atau daerah sering kali tertuang dalam dongeng-dongeng yang diwariskan secara turun-temurun dari mulut kemulut sehingga sulit dibuktikan secara fakta. Tidak jarang dongeng dihubungkan dengan mitos tempat-tempat tertentu yang keramat. Dalam hal ini Desa Baosan Kidul juga memiliki hal tersebut yang merupakan identitas dari desa.


(56)

53

Desa Baosan Kidul merupakan desa pecahan, yang dulunya bernama Desa Baosan. Nama Baosan sendiri diambil dari nama seseorang yang pertama kali menempati daerah ini. Desa Baosan ini wilayahnya sangatlah luas kemudian dipecah menjadi dua desa yakni Desa Baosan Lor yang dulunya adalah Desa Baosan, dan Desa Baosan Kidul pecahan dari Desa Baosan. Setelah dipecah Desa Baosan Kidul membentuk struktur pemerintahan desa. Adapun figure-figur yang pernah menjabat di Desa Baosan Kidul diantaranya:2

1. Dorijo (1908-1912)

Pada masa kepemimpinan Dorijo, Desa Baosan Kidul sangat luas, jumlah penduduknya masih sedikit dan pemukiman/rumah masyarakat masih sangat jarang. Beliau berasal dari wilayah Lorok Kabupaten Pacitan, kemudian dia menikah dengan warga Desa Baosan dan menetap di Desa Baosan Kidul tepatnya di Pedukuhan Patuk. Selama kepemimpinannya belum ada kantor desa karena dia adalah lurah pertama kali. Untuk melayani masyarakat langsung mendatangi kerumahnya. Dimasa kepemimpinannya dia merasa sangat sulit sekalai, dikarenakan masyarakat masih awan dan terbelakang. Sarana pendidikan pun belum ada. Dimasa kepemimpinanya hasil pertanian harus disetor ke desa sebagai

jagan (upeti) yang nantinya oleh lurah akan dibagikan kepada perangkat desa yang lain sebagai ganti dari bengkok

2


(1)

118

Pendamping merasakan bagaiman sengsaranya hidup sebagai petani yang

berangkat pagi pulang petang. Namun semua itu bukan dirinya yang menikmati.

Hanya recehan-recehan yang di dapatnya.

Sebagai pendamping tidak boleh lengah mencari celah bagaimana

berjuang bersama masyarakat. Yang perlu diingat adalah penyadaran pendamping

kepada masyarakat untuk bisa melakukan sebuah perubahan nasib. Karena dari

pola pikirlah kita akan melakukan perubahan. Jika pola pikir masyarakat tidak

dirubah maka sama saja kita melakukan pendampingan setelah kita tiggal akan

tetap seperti sedia kala.

Keberhasilan perubahan pada masyarakat bukan pada pendamping, akan

tetapi tergantung masyarakatnya sendiri. Jika masyarakatnya punya keinginan

berubah maka masyarakat akan berubah. Namun jika masyarakat masih

setengah-setengah sulit untuk melakukan perubahan.

Sebagaimana yang pendamping rasakan ketika mendampingi petani

rempah-rempah di Desa Bosan Kidul. Masyarakat masih setengah-setengah ingin

melakukan perubahan, masyarakat ingin melakukan sebuah perubahan yang lebih

baik meniggalkan kehidupan miskinnya. Namun masyarakat masih engan untuk

melakukan sebuah gerakan perubahan. Masih banyak menggantungkan kepada

beberapa orang untuk berubah.

Terkadang mereka berambisi kuat untuk berubah, namun terkadang juga

lemah ketika ditinggalkan oleh salah seorang dari kelompoknya. Sebagai

pendamping hal itu bukanlah perkaran yang mudah. Apalagi pendamping adalah


(2)

119

hal demikian. Masih dianggap anak kecil yang melakukan sebuah tindakan

konyol.

Namun satu kata yang menjadi penyemangat pendamping “ jika kita

memang orang sosial, maka lakukanlah kebaikan dimanapun kita berada sampai

kita benar-benar tidak lagi dibutuhkan”. Terus semangat untuk melakukan sebuah


(3)

BAB VIII PENUTUP A. Kesimpulan

Masalah sosial yang dihadapi oleh petani rempah-rempah di Desa Baosan

Kidul Kecamatan Ngrayun Kabupeten Ponorogo, sudah lama mereka rasakan.

rendahnya penghasilan sudah menjadi pemandangan masyarakat pada umumnya.

Yakni harga rempah-rempah yang rendah mengakibatkan penghasilan petani

kurang, meskipun petani panen banyak.

Rendahnya penghasilam petani rempah-rempah disebabkan dua faktor.

Yakni faktor manusiannya dan juga faktor lembagannya. Faktor manusiannya

yakni tidak adanya pengelolaan pasca panen oleh petani rempah-rempah sehingga

harga jualnya rendah yang mengakibatkan pendapatan mereka sedikit. Hal ini

disebabkan dari petaninya yang kurang terampil dalam pengelolaan pasca panen.

Kurang terampilnya petani dikarenakan tidak adanya perhatian baik dari

pemerintah desa maupun dari petaninya sendiri untuk mengembangkan

keterampilan. Baik itu melalui program pelatihan keterampilan pengolahan pasca

panen maupun yang sejenisnnya.

Faktor yang kedua adalah dari kelembagaannya yakni sebuah lembaga

yang seharusnya ada di desa yang mampu mengayomi petani ketika panen

ataupun ketika petani memerlukan sebuah modal. Namun lembaga tersebut belum

ada. Yang ada hanyalah lembaga kelompok tani yang menunggu bantuan dari

pemerintah atas. Sehingga petani merasakan tidak terbentengi oleh lembaga.


(4)

121

menjual kepada tengkulak tanpa adanya proses pengelolaan terlebih dahulu

sehingga harga jualnya rendah, penghasilan petani akhirnya juga rendah.

Dua faktor inilah yang menjadikan penghasilan petani rempah-rempah

rendah. Yang paling urgen adalah faktor pertama yang mengakibatkan rendahnya

penghasilan petani. Yakni petani tidak mengelola hasil panennya.

Upaya untuk memberdayakan ekonomi petani rempah-rempah adalah,

dengan cara mengelola pasca panen. Bentuk pengelolaan yang dilakukan oleh

petani rempah Desa Baosan Kidul adalah berupa pengeringan

rempah-rempah.

Rempah-rempah yang semula dijual dalam bentuk basah, saat ini dijual

dalam bentuk kering untuk meningkatkan perekonomian. Karena harga basah

dengan harga kering jauh berbeda sebagai contoh harga kunyit basah Rp. 800

sedangkan harga kunyit kering mencapai Rp 6.000. dengan alternatif ini maka

perekonomian petani akan terangkat.

B. Rekomendasi

Pengelolaan dengan jalan alternatif pengeringan ini adalah sebagai

langkah utama bagi petani rempah-rempah di Desa Baosan Kidul. Masih banyak

lagi jalan alternatif lainnya yang bisa dilakukan oleh petani. Karena pengeringan

hanya alternatif awal saja belum ada alternatif selanjutnya.

Jika petani ingin lebih sejahtera dalam perekonomian maka seharusnya

petani bersatu melangkah bersama untuk menyelesaikan masalah dan juga


(5)

122

juga ikut andil memikirkan bagaimana nasib selanjutnya. Bukan hanya menunggu

bantuan yang keluar dari atas. Akan tetapi kita harus bisa hidup mandiri, hidup

sejahtera tanpa uluran bantuan dari pemerintah.

Meskipun masalah besar jika kita hadapi bersama-sama maka akan

menemukan jalam pemecahan masalahnya. Karena kita juga mempunyai sebuah

potensi yang besar. potensi sumber daya manusia yang semakin lebih kreatif dan

pintar. Sumber daya alam yang masih melimpah ruah. Jangan sampai

potensi-potensi itu dikuasa oleh orang-orang asing. Kita sendirilah yang harus

menikmatinya, karena itu adalah milik kita bukan milik orang lain.

Sumber daya yang melimpah di Desa Baosan Kidul harus dimanfaatkan

secara maksimal jangan hanya di keringkan saja. Empon-empon harus diolah lagi

agar nilai jualnya lebih mahal lagi. Sebagaimana yang ada di pasar

rempah-rempah akan berharga mahal jika di olah menjadi barang jadi.

Diantara pengolahan barang jadi adalah di buat menjadi tepung. Proses

pembuatan tepung ini adalah langkah selanjutnya setelah rempah-rempah

dikeringkann. Rempah-rempah kering untuk bisa menjadi tepung dilakukan

dengan cara di haluskan atau ditumbuk dengan alat yang sederhana atau alat yang

lebih modern. Tepung rempah-rempah ini tentunya akan jauh lebih mahal

dibandingkan dengan harga rempah-rempah basah maupun harga rempah-rempah

kering.

Tidak hanya dijadikan tepung akan tetapi rempah-rempah ini bisa diolah

lagi menjadi makanan yang siap saji, sebagaimana yang banyak kita ketahui


(6)

123

makanan instan dari rempah-rempah diantaranya jahe instan, temulawak instan,

kopi jahe, premen jahe, manisan jahe dan masih banyak lagi. Olahan makanan

instan ini juga akan meningkatkan perekonomian masyarakat jika dikelola dengan

baik oleh masyarakat sendiri.

Salah satu pengelolaan yang baik adalah dengan adanya pengkoordiniran

dari lembaga yang ada di masyarakat. Sementara ini lembaga yang akan menjadi

wadah adalah kelompok tani, sehingga program-program yang masih belum

terlaksana itu adalah menjadi tanggung jawab kelompok tani. Kelompok tani

harus dilembagakan yang mempunyai kekuatan hukum, agar nantinya kelompok

tani ini mendapatkan bantuan dari pemerintah atapun dari swasta yang bisa