fatwa 27 shalat ditunda tunda

Saudara Saifuddin, Garut, Jawa Barat
Pertanyaan :
Kami para siswa SLTP, sering mendapat latihan, yang kadang-kadang sampai
jam 14.00, sehingga sering menunda shalat. Apakah kami berdosa atas penundaan shalat
tersebut? Mohon penjelasannya. Terima kasih.
Jawaban :
Shalat adalah salah satu rukun Islam yang lima, maka setiap muslim wajib
mengerjakannya sesuai dengan ketentuan yang telah diatur oleh asy-Syaari’ (Allah
SWT). Waktu shalat telah ditentukan, tidak boleh diajukan dan tidak boleh ditunda,
sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah SWT:

‫فذففإ إ ذ‬
َ‫داَ وُذع ذل ذففى‬
‫مففاَ وُذقمعمففوُ م‬
‫ذاَ قذ ذ‬
‫ه قإذياَ م‬
‫صففل ذة ذ فذففاَذ يك ممروُاَ اَللفف ذ‬
‫ضففي يت م م‬
‫م اَل ص‬
‫ذ‬
‫ي‬

‫م فذإ إ ذ‬
‫ت‬
‫صفل ذة ذ إ إ ص‬
‫م‬
‫صفل ذة ذ ك ذففاَن ذ ي‬
‫م ذففأإقي م‬
‫مفأن ذن يت م ي‬
‫ذاَ اَط ي ذ‬
‫جمنوُب إك م ي‬
‫ن اَل ص‬
‫موُاَ اَل ص‬
(3-1:‫موُيمقوُمتاَ )اَلنساَء‬
‫مؤ ي إ‬
‫ن ك إذتاَمباَ ذ‬
‫ع ذذلىَ اَل ي م‬
‫مإني ذ‬
Artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah
di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah
merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat
itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS.

an-Nisa’, 4:103)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa shalat itu diwajibkan dalam waktu yang telah
ditentukan, maka tidak boleh mengerjakannya sebelum waktunya, dan tidak boleh pula
mengerjakannya sesudah habis waktunya. Maka orang-orang yang suka meninggalkan
shalat atau mengerjakan shalat di luar waktunya, diancam dengan siksaan di neraka
jahannam, sedang orang yang bertaubat dan beramal shalih, mereka akan diberi
kenikmatan di surga dengan tidak dirugikan sedikit pun. Dalam suatu ayat Allah SWT
berfirman:

‫خل ي ف ذ‬
‫صل ذة ذ ذوُاَت صب ذعمففوُاَ اَل ص‬
‫ت‬
‫ضاَ م‬
‫م ذ‬
‫فذ ذ‬
‫خل ذ ذ‬
‫وُاَ إ‬
‫ف إ‬
‫فأ ذ‬
‫ن ب ذعيد إه إ ي‬

‫عوُاَ اَل ص‬
‫شففهذ ذ‬
‫م ي‬
‫مفف ذ‬
َ‫حا‬
‫ف ي ذل ي ذ‬
‫سففوُي ذ‬
‫ن وُذع ذ إ‬
‫صففاَل إ م‬
‫ن ت ذففاَ ذ‬
‫قففوُي ذ‬
‫فذ ذ‬
‫ب ذوُآَ ذ‬
‫ إ إل ص ذ‬.َ‫ن غ ذي يففا‬
‫ل ذ‬
‫مفف ذ‬
‫مفف ي‬
‫فذمأوُل ذئ إ ذ‬
‫ن ذ‬
(60-59:‫شي يمئاَ )مريم‬

‫ك ي ذد ي م‬
‫جن ص ذ‬
‫موُ ذ‬
‫ن اَل ي ذ‬
‫خملوُ ذ‬
‫ة وُذل ذ ي مظ يل ذ م‬
Artinya: “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang
menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan
menemui kesesatan. Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka
mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun.” (QS. Maryam,
19:59-60)

‫ذ‬

Menurut al-Haitamiy, dimaksudkan dengan ‫صل ذة ذ‬
‫ضاَ م‬
‫( أ ذ‬menyia‫عوُاَ اَل ص‬
nyiakan shalat), bukanlah meninggalkan shalat sama sekali, melainkan yang
dimaksudkan dengan pernyataan tersebut ialah menunda shalat atau mengakhirkan
shalat di luar waktunya. Menurut Sa’id ibnil-Musayyab, yang dimaksudkan dengan

pernyataan tersebut, ialah: tidak shalat dzuhur hingga datang waktu ‘asar, tidak shalat

‘asar hingga datang waktu maghrib, tidak shalat maghrib hingga datang waktu ‘isya,
tidak shalat ‘isya hingga datang waktu fajar, dan tidak shalat fajar hingga terbit
matahari.
Dari penjelasan tersebut daapatlah ditarik kesimpulan bahwa menunda shalat
tanpa adanya alasan syar’iy, adalah berdosa besar, yang ancamannya sangat
mengerikan. *sd)