MEMOTIVASI BELAJAR ANAK
MEMOTIVASI BELAJAR ANAK
Tanya :
Pengasuh rubrik psikologi yang terhormat, Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Saya seorang ibu dan mempunyai anak perempuan satu berumur 6 tahun.Saya mempunyai
masalah dengan anak saya. Kalau saya lihat anak saya bisa mengikuti pelajaran di sekolahnya,
tetapi kalau disuruh belajar atau mengulang pelajaran sekolah di rumah kok tidak mau, maunya
hanya bermain saja.. Di sekolahnya, guru anak saya menerapkan “wajib belajar” di rumah, bila
tidak belajar maka dapat hukuman dipindahkan ke kelas yang lebih rendah yaitu TK A (kecil).
Anak saya pernah bercerita bahwa ia pernah dimarahi gurunya karena tidak belajar, meski tidak
sampai kena hukuman, tapi sepertinya sudah membuat anak takut. Yang membuat saya heran
meski ia takut kena marah gurunya, tapi tidak membuat ia mau belajar. Padahal, saya sudah
mendorongnya untuk belajar yaitu dengan memilihkan waktu belajar, menemani dan
membimbingnya.
Memang akhir-akhir ini saya agak kendor dalam membimbingnya di rumah. Saya ingin
berbagi tugas dengan suami saya, agar suamilah yang membimbing atau menemani belajar anak
saya. Maksud saya agar suami dekat dengan anak saya, sedangkan saya yang menyelesaikan
segala urusan rumah tangga. Rupanya suami tidak sabar dan tidak mau menemani anak saya. Hal
ini membuat saya marah sehingga suasana rumah menjadi agak tegang. Saya mohon bantuan
bagaimana menimbulkan motivasi anak untuk belajar. Dan apakah suasana tegang antara saya
dengan suami saya mempengaruhi anak saya? Terima kasih atas jawabanya
Ibu Gerdi di Yogyakarta.
Jawab.
Wa’alaikum salam wwb.
Ibu Gerdi yang terhormat,
Sesungguhnya tugas guru dan orang tua pada anak seusia sekolah TK adalah
mempersiapkan anak secara bertahap memasuki dunia pendidikan yang “resmi” (serius) tanpa
menghilangkan aspek bermain. Hal ini untuk menumbuhkan kecerdasan seperti mengenalkan
huruf dan angka, dan memberikan bekal “ketrampilan” menuju kematangan emosional dan
sosialnya.
Bekal-bekal tersebut diberikan dengan cara merangsang anak dengan memberikan hal-hal
yang baru sama sekali bagi anak seperti mengenalkan huruf, angka, alam sekitar , cara
berinteraksi dengan lingkungan baik teman sebaya, adik maupun orang dewasa. Semua itu sudah
bisa disebut belajar. Jadi dapat dipahami bahwa belajar itu tidak hanya membaca, menulis dan
berhitung saja. Oleh karena itu ibu tak perlu bersedih mengapa anak ibu demikian. Yang perl ibu
perhatikan adalah apakah anak dapat menyelesaikan tugas-tugasnya disekolah, mampu bergaul
dengan teman-temannya, bisa mengembangkan perilaku-perilaku posititf sehari-hari.
Mengenai “wajib belajr” yang diterapkan oleh gurunya hendaknya dikonsultasikan apa yang
dimaksud dengan hal tersebut. Dan ceritakan dampak negatif ancaman hukuman itu pada anak
ibu. Supaya gurunya tahu bahwa cara tersebut tidak tepat untuk anak ibu.
Dorongan yang tepat terutama dari lingkungan terdekat si anak dapat menimbulkan motivasi
belajar. Maksudnya, orang dewasa di sekitar anak seharusnya membantu terciptanya situasi dan
suasana yang mendukung anak untuk belajar. Ini dapat dimulai dari hal-hal yang sederhana
seperti mematikan tivi saat anak belajar, sampai yang sifatnya komplek seprti pertengkaran
antara ayah dan ibu. Hal-hal ini dapat membuat anak merasa tenang dan aman, tidak selalu
terancam. Bila anak merasa aman dan tenang maka akan berpengaruh pada daya tahan anak
untuk belajar. Yang tak penting untuk diperhatikan adalah minat si anak apakah ia tampak
terpaksa atau tidak, dan taraf kemampuan belajar si anak. Bila anak tampak murung, sedih, maka
sebaiknya di hentikan. Usahakan agar suasana belajar tetap diwarnai keceriaan permainan.
Wasalam.l
Sumber: SM-09-2002
Tanya :
Pengasuh rubrik psikologi yang terhormat, Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Saya seorang ibu dan mempunyai anak perempuan satu berumur 6 tahun.Saya mempunyai
masalah dengan anak saya. Kalau saya lihat anak saya bisa mengikuti pelajaran di sekolahnya,
tetapi kalau disuruh belajar atau mengulang pelajaran sekolah di rumah kok tidak mau, maunya
hanya bermain saja.. Di sekolahnya, guru anak saya menerapkan “wajib belajar” di rumah, bila
tidak belajar maka dapat hukuman dipindahkan ke kelas yang lebih rendah yaitu TK A (kecil).
Anak saya pernah bercerita bahwa ia pernah dimarahi gurunya karena tidak belajar, meski tidak
sampai kena hukuman, tapi sepertinya sudah membuat anak takut. Yang membuat saya heran
meski ia takut kena marah gurunya, tapi tidak membuat ia mau belajar. Padahal, saya sudah
mendorongnya untuk belajar yaitu dengan memilihkan waktu belajar, menemani dan
membimbingnya.
Memang akhir-akhir ini saya agak kendor dalam membimbingnya di rumah. Saya ingin
berbagi tugas dengan suami saya, agar suamilah yang membimbing atau menemani belajar anak
saya. Maksud saya agar suami dekat dengan anak saya, sedangkan saya yang menyelesaikan
segala urusan rumah tangga. Rupanya suami tidak sabar dan tidak mau menemani anak saya. Hal
ini membuat saya marah sehingga suasana rumah menjadi agak tegang. Saya mohon bantuan
bagaimana menimbulkan motivasi anak untuk belajar. Dan apakah suasana tegang antara saya
dengan suami saya mempengaruhi anak saya? Terima kasih atas jawabanya
Ibu Gerdi di Yogyakarta.
Jawab.
Wa’alaikum salam wwb.
Ibu Gerdi yang terhormat,
Sesungguhnya tugas guru dan orang tua pada anak seusia sekolah TK adalah
mempersiapkan anak secara bertahap memasuki dunia pendidikan yang “resmi” (serius) tanpa
menghilangkan aspek bermain. Hal ini untuk menumbuhkan kecerdasan seperti mengenalkan
huruf dan angka, dan memberikan bekal “ketrampilan” menuju kematangan emosional dan
sosialnya.
Bekal-bekal tersebut diberikan dengan cara merangsang anak dengan memberikan hal-hal
yang baru sama sekali bagi anak seperti mengenalkan huruf, angka, alam sekitar , cara
berinteraksi dengan lingkungan baik teman sebaya, adik maupun orang dewasa. Semua itu sudah
bisa disebut belajar. Jadi dapat dipahami bahwa belajar itu tidak hanya membaca, menulis dan
berhitung saja. Oleh karena itu ibu tak perlu bersedih mengapa anak ibu demikian. Yang perl ibu
perhatikan adalah apakah anak dapat menyelesaikan tugas-tugasnya disekolah, mampu bergaul
dengan teman-temannya, bisa mengembangkan perilaku-perilaku posititf sehari-hari.
Mengenai “wajib belajr” yang diterapkan oleh gurunya hendaknya dikonsultasikan apa yang
dimaksud dengan hal tersebut. Dan ceritakan dampak negatif ancaman hukuman itu pada anak
ibu. Supaya gurunya tahu bahwa cara tersebut tidak tepat untuk anak ibu.
Dorongan yang tepat terutama dari lingkungan terdekat si anak dapat menimbulkan motivasi
belajar. Maksudnya, orang dewasa di sekitar anak seharusnya membantu terciptanya situasi dan
suasana yang mendukung anak untuk belajar. Ini dapat dimulai dari hal-hal yang sederhana
seperti mematikan tivi saat anak belajar, sampai yang sifatnya komplek seprti pertengkaran
antara ayah dan ibu. Hal-hal ini dapat membuat anak merasa tenang dan aman, tidak selalu
terancam. Bila anak merasa aman dan tenang maka akan berpengaruh pada daya tahan anak
untuk belajar. Yang tak penting untuk diperhatikan adalah minat si anak apakah ia tampak
terpaksa atau tidak, dan taraf kemampuan belajar si anak. Bila anak tampak murung, sedih, maka
sebaiknya di hentikan. Usahakan agar suasana belajar tetap diwarnai keceriaan permainan.
Wasalam.l
Sumber: SM-09-2002