Upaya guru IPS dalam memotivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS: studi kasus di SMP Fathilah Pondok Pinang Jakarta selatan

(1)

(Studi kasus di SMP Fatahillah Pondok-Pinang Jakarta Selatan)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh :

Abdul Muhaimin

NIM. 105015000624

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

UPAYA GURU IPS DALAM MEMOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA

PELAJARAN IPS DI SMP FATAHILLAH PONDOK-PINANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Guna Memenuhi

Syarat-syarat dalam Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S I)

Oleh :

Abdul Muhaimin

NIM. 105015000624

Mengetahui

Dosen Pembimbing

Dr. Muhamad Arif, M.Pd

NIP. 19700606-199702-1-002

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010


(3)

Skripsi yang berjudul

UPAYA GURU IPS DALAM MEMOTIVASI

BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP FATAHILLAH

PONDOK-PINANG

telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal . Skripsi ini

telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Strata

Satu (S1) pada Jurusan IPS Program Studi Sosiologi-Antropologi.

Jakarta, 15 Desember 2010

Sidang Munaqasah

Dekan/

Pembantu Dekan/

Ketua Merangkap Anggota,

Sekertaris Merangkap Anggota,

Anggota,

Penguji I,

Penguji II,

Iwan Purwanto, M.Pd


(4)

(5)

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusanh Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

BAB II KAJIAN TEORI ... 6

A. Guru 1. Pengertian Guru ... 6

2. Peran, Tugas dan tanggung jawab guru ... 8

a. Peran Guru ... 8

b. Tugas Guru ... 11

c. Tanggung Jawab Guru... 12

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Peranan Guru ... 13

B. Motivasi Belajar ... 15


(6)

4. Macam-macam motivasi belajar ...19

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar ... 21

6. Upaya meningkatkan motivasi belajar ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 27

A. Metode Penelitian ... 27

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 27

C. Populasi dan Sampel ... 29

D. Teknik Pengumpulan Data ... 29

E. Instrumen Pengumpulan Data ... 31

F Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN... 40

A. Gambaran Umum SMP Fatahillah Pondok-Pinang ... 40

B. Deskripsi Data... 46

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 47

D. Analisis Hasil Angket dan Observasi Penelitian ...69

BAB V PENUTUP... 70

A. Kesimpulan... 70

B. Saran... . 71 DAFTAR PUSTAKA


(7)

Tabel 1 Tahap-tahap Perencanaan Penelitian ... 28

Tabel 2 Instrumen Untuk Mengukur Upaya Guru ... 33

Tabel 3 Instrumen Untuk Mengukur Motivasi Belajar ... 34

Tabel 4 Wawancara dengan kepala sekolah ... 35

Tabel 5 Wawancara dengan Guru IPS ... 35

Tabel 6 Observasi... 37

Tabel 7 Dokumentasi ... 37

Tabel 8 Keadaan Guru dan Karyawan ... 42

Tabel 9 Keadaan siswa ... 43

Tabel 10 Keadaan Sarana dan Prasarana ... 44

Tabel 11 Guru Mendorong Siswa Untuk Belajar ... 47

Tabel 12 Guru Mengadakan Apersepsi Sebelum Materi Dimulai ... 48

Tabel 13 Guru Menggunakan Metode Yang Bervariasi ... 52

Tabel 14 Guru Memberikan Tugas Setelah Materi Selesai ... 49

Tabel 15 Guru Memberikan Pujian Verbal Terhadap Sikap Positif Belajar Siswa ... 51

Tabel 16 Guru Memberikan Hadiah Kepada Siswa Yang Berprestasi ... 52

Tabel 17 Guru Memberikan Hukuman Berupa Tugas Kepada Siswa Yang Tidak Mengikuti Pelajaran Atau Mengerjakan Tugas... 53

Tabel 18 Guru Memberikan Hukuman Fisik Kepada Siswa Yang Tidak Mengikuti Pelajaran Atau Mengerjakan Tugas ... 54


(8)

Tabel 20 Guru Memberikan Ulangan Setiap Sub Bahasan Selesai ... 56

Tabel 21 Guru Memberitahukan Hasil Ulangan Kepada Siswa ... 56

Tabel 22 Guru Memberikan Dorongan Kepada Siswa Untuk Bekerja Sama Dengan Temannya Apabila Mengalami Kesulitan Belajar ... 57

Tabel 23 Guru Memberikan Teguran Kepada Siswa Yang Tidak Memperhatikan Pelajaran ... 58

Tabel 24 Guru Memberikan Bimbingan Atau Motivasi Kepada Siswa Yang Malas ... 59

Tabel 25 Guru Bertegur Sapa Dengan Siswa Di Luar Kelas ... 60

Tabel 26 Guru Mengakrabkan Diri Dengan Siswa Baik Di Dalam Maupun Di Luar Kelas ... 61

Tabel 27 Saya Sekolah Karena Ingin Belajar ... 62

Tabel 28 Saya Senang Mengikuti Pelajaran IPS Di Sekolah ... 63

Tabel 29 Saya Menyelesaikan Tugas Yang Diberikan Guru IPS ... 64

Tabel 30 Saya Belajar Karena Ingin Meningkatkan Pengetahuan ... 65

Tabel 31 Saya Rajin Belajar Agar Mendapatkan Pujian ... 66 Tabel 32 Saya Senang Jika Hasil Kerja Saya Yang Bagus Dipuji Oleh Guru Dan Itu Membuat Saya Semangat Belajar ... 66 Tabel 33 Saya Semangat Belajar Untuk Menjadi Juara ... 66


(9)

(10)

Lampiran 1 Pengajuan Proposal Skripsi

Lampiran 2 Bimbingan Skripsi

Lampiran 3 Riset/Wawancara

Lampiran 4 Surat Keterangan

Lampiran 5 Blanko Isisan Penelitian

Lampiran 6 Pedoman Wawancara Untuk Kepala Sekolah

Lampiran 7 Hasil Wawancara Dengan Kepala Sekolah

Lampiran 8 Pedoman Wawancara Untuk Guru IPS

Lampiran 9 Hasil Wawancara Dengan Guru IPS

Lampiran 10 Hasil Wawancara Dengan Guru IPS Lampiran 11 Angket Penelitian


(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam proses pendidikan di sekolah, faktor yang pertama kali kita jumpai adalah adanya interaksi antara guru dengan guru, murid dengan murid dan guru dengan murid selaku peserta didik. Hal ini yang terlihat dan terjadi didalam lingkungan sekolah. Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan adalah kebutuhan yang paling utama dan pokok yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Selain itu juga, pendidikan merupakan kebutuhan fundamental manusia, oleh karena itu praktek pendidikan hendaknya atas cinta kasih dan kesadaran bahwa peserta didik dalam posisi ketidakberdayaan yang sekaligus berpotensi untuk mandiri.

Guru dalam hal ini memiliki fungsi yang sangat penting bagi kelangsungan dan kelancaran dalam proses belajar mengajar. Menurut zakiyah darajat, guru adalah “seseorang yang memiliki kemampuan dan pengalaman yang dapat memudahkan dalam melaksanakan peranannya untuk membimbing murid, sanggup menilai diri sendiri, sanggup berkomunikasi dan bekerja

dengan orang lain dan juga mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada”.1

Dari pengertian diatas, bahwa guru itu bukanlah hanya sebagai penyalur ilmu pengetahuan kepada anak didiknya, tetapi sebagai tenaga

1

Zakiyah Darajat, Metodologi Pengajaran Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), cet. Ke-1, h. 266


(12)

professional yang dapat menjadikan anak didiknya mampu merencanakan, menganalisis dan menyimpulkan suatu masalah yang dihadapinya atau juga guru itu adalah seseorang yang mempunyai kegiatan untuk diarahkan kepada oaring lain.

Guru adalah pribadi kunci di kelas karena besar pengaruhnya terhadap perilaku dan belajar siswa, yang memiliki kecenderungan meniru dan beridentifikasi. Hal-hal yang berpengaruh itu antara lain otoritas akademis dan non akademis, kesehatan mental, kesenangan, cita-cita dan sikap dan suasana kelas yang diciptakan oleh guru serta tindakan-tindakannya. Pengaruh itu terjadi juga pada perkembangan intelek dan peningkatan motivasi belajar karena terpenuhinya berbagai kebutuhan siswa kendatipun dalam beberapa hal dapat juga menjadi hambatan seperti rasa cemas atau tindakan guru yang keliru.2

Salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh guru di sekolah adalah memberikan pelayanan kepada para siswa agar mereka menjadi siswa atau anak didik yang selaras dengan tujuan sekolah itu, dalam bidang pendidikan peran guru sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan siswa, baik sosial, budaya maupun ekonomi. Dalam keseluruhan proses pendidikan guru merupakan faktor utama yang bertugas sebagai pendidik. Guru memegang berbagai jenis peranan yang mau tidak mau harus dilaksanakannya sebagai seorang guru.

Betapa pentingnya peranan motivasi bagi setiap orang dalam kehidupan sehari-hari khususnya kegiatan belajar mengajar karena merupakan pendorong bagi perbuatan seseorang.

Untuk mengembangkan motivasi yang baik pada anak didik, yang lebih penting adalah membina pribadi anak didik agar dalam diri mereka terbentuk adanya pribadi yang mulia, luhur dan dapat diterima masyarakat, yaitu mengatur dan menyediakan situasi-situasi baik dalam lingkungan keluarga maupun sekolah, yang memungkinkan timbulnya kompetisi atau

2

Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung; Sinar Baru Algesindo, 2002), Cet. Ke-3, h. 40.


(13)

persaingan yang sehat antara anak didik dalam kegiatan belajar mengajar, dan membangkitkan semangat yang menimbulkan perasaan puas terhadap hasil-hasil dan prestasi yang telah mereka capai.

Menurut James O Whittaker sebagaimana dikutip oleh Wasti Soemanto. Motivasi adalah “kondisi yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang

ditimbulkan oleh motivasi tersebut”.3 Sedangkan menurut Alisuf Sabri

motivasi adalah “segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang

menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi sesuatu kebutuhan”.4

Dari pengertian diatas motivasi terjadi karena adanya suatu kebutuhan yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau perbuatan dan menjadi sebab kenapa seseorang melakukan suatu kegiatan dan menjadi pendorong untuk melakukan suatu kegiatan.

Selain itu, motivasi belajar timbul karena siswa merasakan kebutuhan akan belajar. Motivasi bisa datang dari dalam diri siswa sendiri maupun dari luar siswa. Motivasi dari dalam sering disebut motivasi intrinsik, sedang motivasi dari luar disebut motivasi ekstrinsik. Dalam hal ini sudah tentu peran guru sangat penting, yakni bagaimana menciptakan kondisi atau suatu proses yang mengarah siswa itu melakukan aktivitas belajar dan melakukan usaha-usaha yang dapat menimbulkan dan memberikan motivasi agar anak didiknya melakukan aktivitas belajar dengan baik.

Dari permasalahan tersebut, penulis akan berusaha membahasnya

dengan mengajukan sebuah penelitian dengan judul: “UPAYA GURU IPS

DALAM MEMOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA

PELAJARAN IPS DI SMP FATAHILLAH-PONDOK PINANG”.

3 Wasti Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), Cet. Ke-3, h.193. 4 Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1991), Cet. Ke-2, h.129.


(14)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat diidentifikasikan beberapa masalah, yaitu:

1. Bagaimana Upaya guru IPS dalam memotivasi belajar siswa pada mata

pelajaran IPS di SMP Fatahillah Pondok-Pinang.

2. Bagaimana menyatukan kemampuan atau potensi siswa di sekolah

3. Belum adanya usaha menumbuhkan aktivitas dan kreatifitas sehingga

terjadi dinamika dalam belajar mengajar.

C. Pembatasan Masalah

Untuk memberi kejelasan serta terbatasnya masalah yang dibahas dalam skripsi ini, maka penulis membatasi permasalah dalam judul skripsi ini sebagai berikaut:

1. Bagaimana Upaya guru IPS dalam memotivasi belajar siswa pada proses

pembelajaran IPS di SMP Fatahillah.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, supaya tidak terjadi kesimpangsiuran dan perbedaan interpretasi, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

“Upaya Guru IPS Dalam Memotivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS di SMP Fatahillah Pondok-Pinang”.

E. Manfaat dan Tujuan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui upaya guru IPS dalam memotivasi belajar siswa

pada mata pelajaran IPS.

b. Untuk mengetahui sudah terwujudnya upaya guru IPS dalam


(15)

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

a. Memberikan masukan bagi pihak-pihak terkait (guru-guru dan para

calon guru) dalam mengevaluasi dan memperbaiki efektivitas proses belajar mengajar.

b. Bagi penulis menjadi bahan masukan serta pelajaran bagaimana

menjadi seorang guru yang baik.

c. Bagi mahasiswa khususnya dari jurusan IPS Sosiologi-Antropologi

dalam menambah pengetahuannya tentang memotivasi siswa pada mata pelajaran IPS

d. Bagi siswa memberikan masukan dan dorongan dalam aktifitas belajar

disekolah


(16)

6 BAB II KAJIAN TEORI

A. Guru

1. Pengertian Guru

Sejalan dengan perkembangan tuntutan kebutuhan manusia, orang tua dalam situasi tertentu atau sehubungan dengan bidang kajian tertentu tidak dapat memenuhi semua kebutuhan pendidikan anaknya. Oleh karena itu mereka melimpahkan pendidikan anaknya kepada orang lain. Mereka tetap memegang tanggung jawab pertama dan terakhir dalam pendidikan anak, mempersiapkannya agar beriman kepada Allah dan berakhlak mulia, membimbingnya untuk mencapai kematangan berfikir dan keseimbangan psikis serta mengarahkannya agar membekali diri dengan berbagai ilmu dan keterampilan yang bermanfaat.

Orang yang menerima amanat orang tua untuk mendidik anak itu disebut “guru”, yang meliputi guru madrasah atau sekolah umum, sejak dari taman kanak-kanak sampai dengan sekolah menengah, dosen perguruan tinggi, kiayi di pondok pesantren dan sebagainya. Namun guru bukan hanya penerima amanat dari orang tua untuk mendidik anaknya, melainkan dari setiap orang memerlukan bantuan untuk mendidiknya.

“Guru secara etimologi (bahasa) berarti orang bekerja sebagai pengajar atau pemberi pelajaran di sekolah atau di kelas. Sedang secara terminologi guru adalah orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan


(17)

pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak

untuk dapat mencapai kedewasaan masing-masing”.1

Di zaman sekarang jabatan guru nampaknya sudah menjadi profesi yang menjadi mata pencaharian. Guru bukan hanya penerima amanat pendidikan, melainkan juga orang yang menyediakan dirinya sebagai pendidik prefesional. Hal ini dapat dilihat dari pendapat yang dikemukakan oleh beberapa para ahli pendidikan, antara lain:

a. Menurut Oemar Hamalik: “Guru adalah suatu jabatan profesional yang

harus memenuhi kriteria profesional yang meliputi syarat-syarat fisik,

mental atau kepribadian, keilmiahan/pengetahuan dan keterampilan”.2

b. Menurut Zakiyah Darajat yang dimaksud dengan guru adalah:

“seseorang yang memiliki kemampuan dan pengalaman yang dapat memudahkan dalam melaksanakan peranannya untuk membimbing murid, sanggup menilai diri sendiri, sanggup berkomunikasi dan bekerja dengan orang lain, dan juga mengetahui kelebihan dan

kekurangan yang ada”.3

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa guru itu bukanlah hanya sebagai pemberi ilmu pengetahuan saja kepada anak didiknya, melainkan juga sebagai tenaga profesional yang dapat menjadikan anak didiknya mampu merencanakan, menganalisa dan menyimpulkan masalah yang dihadapinya atau juga dapat disimpulkan bahwasannya guru itu adalah seseorang yang mempunyai kegiatan untuk diarahkan kepada orang lain.

1

Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta; Masagung, 1989), Cet. Ke-3, h. 123.

2

Oemar Hamalik, Pendidikan Guru, Konsep dan Strategi, (Bandung; Mandar Maju, 1991), h. 14.

3

Zakiyah Darajat, Metodologi Pengajaran Islam, (Jakarta; Bumi Aksara, 1996), Cet. Ke-1, h. 266.


(18)

2. Peran, Tugas dan Tanggung Jawab Guru a. Peran Guru

Sebagai suatu sistem, pendidikan memiliki sejumlah komponen yang saling berkaitan antara satu sama lain untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Salah satu komponen yang sangat penting adalah guru.

Dengan demikian, guru merupakan salah satu faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya dan sangat menentukan bagi keberhasilan proses belajar mengajar, karena bagi anak didik guru sering dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Jadi peranan guru adalah setiap pola tingkah laku yang merupakan ciri-ciri jabatan guru, yang harus dilakukan guru dalam tugasnya. Moch. Uzer Usmani berpendapat bahwa “peranan guru adalah serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan anak didiknya

yang menjadi tujuannya”.4

Peranan guru terbagi menjadi dua, yaitu peranan guru di sekolah dan peranan guru di masyarakat.

1) Peranan guru di sekolah

Peranan guru dalam hubungannya dengan sekolah khususnya murid bermacam-macam menurut situasi interaksi sosial yang dihadapainya, yaitu:

a) Situasi formal

Dalam proses belajar mengajar di kelas ketika mendidik dan mengajar murid, guru harus mampu menunjukkan kewibawaan atau otoritasnya. Artinya ia harus mampu mengatur dan mengontrol kelakuan anak. Kalau perlu ia dapat menggunakan kekuasaannya untuk memaksa anak belajar, melakukan tugasnya atau mematuhi peraturan. Dengan


(19)

kewibawaan ia bisa menegakkan disiplin demi kelancaran dan harus didukung oleh kepribadian guru.

b) Situasi informal

Dalam situasi ini guru mengundurkan hubungan informal dan jarak sosial, contohnya: waktu rekreasi, berolah raga dan lainnya. Murid-murid menyukai guru yang pada waktu demikian dapat bergaul lebih akrab dengan mereka dapat tertawa dan bermain lepas dari formalitas. Jadi guru hendaknya dapat menyesuaikan peranannya menurut situasi sosial yang dihadapainya.

Dari beberapa pendapat, peranan guru dalam interaksi dengan murid secara singkat adalah sebagai berikut:

(1)Sebagai informatory, yaitu sebagai pelaksana cara mengajar

informatif, labolatorium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.

(2)Sebagai organisator, yaitu pengelola kegiatan akademik,

silabus, workshop, jadwal pelajaran dan komponen-komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar.

(3)Sebagai motivator, guru harus merangsang dan memberikan

dorongan serta reinforcement untuk mendinamiskan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreatifitas) sehingga terjadi dinamika dalam belajar mengajar.

(4)Sebagai pengarah / director, dalam hal ini guru harus dapat

membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

(5)Sebagai inisiator, dalam hal ini guru sebagai pencetus ide-ide

kreatif dalam proses belajar yang dapat dicontoh untuk anak didiknya.

(6)Sebagai transmitter, guru juga akan bertindak sebagai penyeber

kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.

(7)Sebagai fasilitator, guru memberikan fasilitas/ kemudahan

dalam proses belajar mengajar. Seperti dengan menciptakan suasana kegiatan belajar yang serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar mengajar berlangsung secara efektif.

(8)Sebagai mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan

belajar mengajar, seperti penengah dalam diskusi dan sebagainya.

(9)Sebagai evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai


(20)

sosial sehingga mengetahui sejauh mana keberhasilan yang

dicapai siswa.5

2) Peranan guru di masyarakat

Peranan guru dalam masyarakat antara lain bergantung pada gambaran masyarakat tentang kedudukan guru. Kedudukan sosial guru berbeda dari negara ke negara lainnya, dari zaman ke zaman. Pada zaman Hindu misalnya guru menduduki tempat yang sangat terhormat sebagai satu-satunya sumber ilmu. Murid harus datang padanya untuk memperoleh ilmu sambil menunjukkan baktinya. Pada era kemerdekaan pekerjaan guru selalu dipandang

dalam hubungannya dengan ide pembangunan bangsa,

pembangunan negara dan masa depan bangsa, karena kedududkan yang istimewa itu masyarakat mempunyai harapan-harapan yang tinggi tentang peranan guru. Harapan-harapan yang tak dapat dilakukan oleh guru bahkan dapat menjadi norma yang turut menentukan kelakuan guru.

Penyimpangan dari kelakuan yang tidak etis oleh guru mendapat sorotan dan kecaman yang tajam. Masyarakat tidak dapat membenarkan pelanggaran-pelanggaran seperti berjudi, mabuk, pelanggaran seks dan sebagainya. Namun jika guru yang melakukannya maka dianggap sangat serius. Guru yang berbuat demikian akan dapat merusak murid-murid yang dipercayakan kepadanya. Orang yang kurang bermoral dianggap tidak akan mungkin menghasilkan anak didik yang mempunyai etika tinggi. Sebaliknya harapan-harapan masyarakat tentang kelakuan guru menjadi pedoman bagi guru. Guru-guru memperhatikan tuntutan masyarakat dalam segala situasi sosial di dalam dan di luar. Pada umumnya guru tidak menentang harapan-harapan masyarakat walaupun pada hakekatnya membatasi kebebasan mereka. Guru

5 Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rajawali Pers, 1990), Cet. Ke-3, h.142.


(21)

sendiri menerima pembatasan itu sebagai suatu yang wajar. Mereka berharap agar menjadi suri tauladan bagi anak didiknya. Untuk itu guru harus mempunyai moral yang tinggi. Walaupun demikian ada kesan bahwa kedudukan guru makin merosot dibandingkan dengan

beberapa puluh tahun yang lalu.6

Oleh karena itulah, peran guru sangat menunjang bagi pengembangan peserta didik, sudah tentu ini bermula dari pembebasan anak didik dari kebodohan kepada pengetahuan yang diberikan oleh guru melalui bimbingan dan memberikan pengarahan berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan.

b. Tugas Guru

Tugas guru dalam dunia pendidikan adalah mengajar dan mendidik, keduanya merupakan faktor yang sangat penting demi terlaksananya proses pendidikan. Dalam konteks inilah guru dalam melaksanakan tugasnya harus memiliki kemampuan didaktis dan mentransfer ilmu pengetahuan kepada anak didiknya.

Guru sebagai pengajar dan pendidik tidak dapat dipisah-pisahkan, melainkan keduanya saling mempengaruhi dan berkewajiban mendidik kecerdasan, memberikan pengetahuan dan melatih anak didik sehingga kecerdasan maupun rohaninya seimbang.

Untuk bisa menunaikan tugasnya ini, guru seharusnya memiliki segala sesuatu yang berguna demi tugasnya. Tuntutan inilah yang membatasi kedudukannya, sehingga akibatnya tidak semua orang dapat atau berhak menjadi guru.

Guru mempunyai tugas baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas dalam bentuk pengabdian. Apabila dikelompokkan terdapat 3 jenis tugas guru, yaitu: tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu

6


(22)

pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.

Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Bila seorang guru dalam penampilannya tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak akan dapat menanamkan benih pengajarannya itu kepada siswanya. Para siswa akan enggan menghadapi guru yang tidak menarik.

Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya, karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Tugas guru tidaklah terbatas di dalam masyarakat, bahkan guru pada hakekatnya merupakan komponen strategis yang memilih peran yang sangat penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa.

c. Tanggung Jawab Guru

Menurut Amstrong sebagaimana dikutip oleh Nana Sudjana membagi tanggung jawab guru menjadi lima kategori, yaitu;

1) Tanggung jawab dalam pengajaran

2) Tanggung jawab dalam memberikan bimbingan

3) Tanggung jawab dalam mengembangkan kurikulum

4) Tanggung jawab dalam profesi

5) Tanggung jawab dalam membina hubungan dengan

masyarakat.7

Dalam hal tanggung jawab, guru adalah orang yang berperan dalam mencerdaskan kehidupan anak didik. Seorang guru dituntut untuk mempunyai dedikasi dan loyalitas yang berusaha membimbing

7 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Algesindo, 2002), Cet. Ke-6, h. 15.


(23)

dan membina anak didik agar di masa mendatang menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Setiap hari guru meluangkan waktu demi kepentingan anak didik, segala perbuatan dan tingkah laku anak didiknya menjadi perhatian guru.

Memberikan ilmu pengetahuan kepada anak adalah suatu perbuatan yang mudah, tetapi untuk membentuk jiwa dan watak anak didik itulah yang nampak agak sukar, sebab anak didik yang dihadapi adalah makhluk yang memiliki otak dan potensi yang perlu dipengaruhi dengan sejumlah norma hidup sesuai dengan ideologi, falsafah dan agama.

Menjadi tanggung jawab guru untuk memberikan sejumlah norma itu kepada anak didik agar anak didik mengetahui mana perbuatan yang susila dan asusila, mana perbuatan yang bermoral dan amoral. Semua norma itu tidak hanya diberikan di dalam kelas akan tetapi di luar kelas pun sebaiknya guru memberikan contoh yang baik melalui sikap, tingkah laku dan perbuatan. Anak didik lebih banyak menilai apa yang ditampilkan dalam pergaulan di sekolah dan di masyarakat dari pada apa yang guru katakan, tetapi baik perkataan maupun apa yang guru tampilkan keduanya menjadi perhatian anak didik. Karena itu apa yang guru katakan harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Semua tugas dan tanggung jawab guru ini haruslah dapat dipahami oleh setiap orang yang akan memasuki dunia pendidikan, apalagi bagi mereka yang akan melaksanakan profesinya sebagai pengajar. Mereka haruslah benar-benar memahaminya agar tidak terjadi hal-hal yang dapat menyebabkan nama baik jenis profesi ini menjadi tidak baik.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peranan Guru

Guru atau pendidik mempunyai berbagai macam peranan yang sangat penting dalam proses pendidikan, agar guru dapat melaksanakan


(24)

tugasnya dengan sebaik-baiknya maka ia harus memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhinya dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

Di antara faktor-faktor yang mempengaruhi dan melekat pada guru antara lain:

a. Pribadi Guru

Faktor terpenting bagi seorang guru dalam perannya adalah kepribadiannya, karena kepribadian merupakan tolok ukur bagi berhasil atau tidaknya sebagai pendidik atau pembimbing bagi anak didiknya.

Anak didik akan terdorong untuk belajar, jika ia memiliki guru yang kepribadian tinggi, bersikap terbuka, sanggup mengadakan pembaharuan, antusias dan mempercayai anak didiknya. Jadi jelaslah, bahwa kepribadian pendidik sebagai subjek pendidikan menentukan jelasnya usaha dan niscaya dapat menentukan hasilnya pula.

b. Sikap Guru

Ada 2 (dua) macam sikap guru dapat mempengaruhi peranannya sebagai pendidik, yaitu:

1) Sikap hemeostatis, yaitu bersikap santai (penuh istirahat), mencari

yang mudah dan mengeluarkan tenaga yang sedikit mungkin. Pada jenis sikap ini, guru cenderung mencari yang mudah atau gampang, biasanya digunakan alat pendidikan yang konvensional yaitu berupa hukuman, ancaman, hadiah dan menggunakan nilai sebagai alat untuk mendorong, menekan atau membuat anak selalu patuh.

2) Sikap heterostatis, yaitu sikap yang ingin tumbuh, berkembang dan

mengaktualisir. Pada jenis sikap ini, guru penuh inisiatif, suka dan senang mengadakan eksperimen-eksperimen untuk meningkatkan mutu kerjanya.

c. Konsep Diri

Kegiatan belajar di sekolah akan berjalan dengan lancar, jika seorang guru mempunyai konsep diri yang realistis dan sehat, dan


(25)

mengakui baik dengan kata-kata maupun dengan perbuatan konsep dirinya ini dalam kegiatan mendidik. Guru yang seperti ini dapat menolong anak untuk mengenal dirinya sendiri dalam membuat rencana hidup atau studi yang realistis sesuai dengan pengalamannya

tersebut.8

d. Hubungan Antara Guru dengan Anak Didik

Ada sebuah ungkapan bahwa pendidik adalah pihak yang aktif, sedangkan anak didik adalah pihak yang pasif, hal ini apabila dilihat lebih jauh ada benarnya dan karena itu pula keduanya harus dipadukan guna tercapainya suatu keseimbangan.

Pada lain hal, guru yang kurang berinteraksi dengan anak didik, menyebabkan proses belajar mengajar itu kurang lancar. Selain itu, anak didik yang kurang dekat dengan guru, maka akan merasa dan takut untuk berpartisipasi secara aktif.

B. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi dan Fungsi Motivasi Belajar

Manusia bukanlah benda mati bergerak hanya apabila ada yang menggerakan dari luar, melainkan makhluk yang mempunyai daya-daya dalam dirinya sendiri untuk bergerak,yang biasa kita kenal dengan motivasi. Ada beberapa pendapat menurut para ahli tentang pengertian motivasi, antara lain:

Menurut James O Whittaker sebagaimana dikutip oleh Wasti Soemanto. Motivasi adalah “kondisi yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang

ditimbulkan oleh motivasi tersebut”.9 Sedangkan menurut Alisuf Sabri

motivasi adalah “segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku

8 Kartini Kartono, Bimbingan dan Dasar Pelaksanaan, Teknik Bimbingan Praktis, (Jakarta: Rajawali, 1985), h.9.

9 Wasti Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), Cet. Ke-3, h.193.


(26)

yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi sesuatu

kebutuhan”.10

Menurut Frederic Mc. Donald sebagaimana dikutip oleh Sardiman A.M. Motivasi adalah “perubahan dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan adanya tujuan”.11

Dan Soegarda poerbakawatja mengatakan bahwa “dalam kehidupan sehari-hari motivasi dapat menggerakkan kita untuk memenuhi kebutuhan primer untuk hidup seseorang untuk mencapai kepuasan

mental, kultur dan sebagainya”.12

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi itu terjadi karena adanya suatu kebutuhan yang dapat mendorong seseorang melakukan suatu kegiatan atau perbuatan dan menjadi sebab kenapa seseorang melakukan suatu kegiatan dan menjadi pendorong untuk melakukan suatu kegiatan.

Timbulnya motivasi adalah karena adanya kebutuhan yang dirasakan, sehingga menimbulkan keinginan untuk memenuhi kebutuhan tersebut secara memuaskan. Sehingga di dalam diri seseorang itu terdapat kekuatan yang menggerakkan untuk melakukan suatu perbuatan. Kekuatan itu muncul karena ada yang mendorong, mengarahkan perbuatannya untuk mencapai tujuan guna memenuhi kebutuhan.

2. Pengertian Belajar

Belajar merupakan hal yang dapat dilakukan oleh siapapun dan dilakukan di manapun baik di sekolah, di rumah atau di lingkungan masyarakat yang ada untuk memperoleh pengetahuan.

10

Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1991), Cet. Ke-2, h.129.

11

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,…., h.73.

12

Soegarda Poerbakawajta, Ensiklopedia Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1981), Cet. Ke-2, h. 221.


(27)

Ada beberapa pendapat ahli tentang belajar antara lain: aliusuf Sabri berpendapat bahwa belajar adalah “Proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman dan latihan. Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat pula berupa memperoleh perilaku yang baru atau

memperbaiki/meningkatkan perilaku yang ada”.13

Menurut CT Morgan belajar dapat dirumuskan sebagai “suatu perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku sebagai akibat (hasil)

pengalaman yang lalu”.14 Sedangkan Howard berpendapat bahwa “belajar

adalah proses tingkah laku (dalam arti luas) yang ditimbulkan atau diubah

melalui praktek atau latihan”.15

Menurut Ngalim Purwanto “tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik itu fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/ berfikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap”.16

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses yang membawa perubahan tingkah laku pada diri individu, perubahan yang terjadi dalam belajar bukanlah perubahan yang terjadi dengan sendirinya melainkan terjadi setelah melalui usaha berupa pengalaman atau latihan-latihan.

Belajar adalah proses perubahan, dalam artian perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan saja, tetapi juga berbentuk kecakapan keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat dan penyesuaian diri yakni menyangkut segala aspek mental psikologis. Dari pengertian motivasi dan belajar dapat diambil rumusan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri

13 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. Ke-2, h. 60.

14 Singgih Dirgagunarsa, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Gunung Mulia, 1995), Cet. Ke-10, h. 22.

15 Wasti Soemanto, Psikologi Pendidikan,…., h. 99.

16 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung Remaja Karya, 1984), Cet. Ke-1, h. 85.


(28)

siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan, dengan harapan tujuan yang dikehendaki tercapai.

3. Fungsi Motivasi

Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang, makin tepat motivasi yang diberikan semakin baik keberhasilan pelajaran yang diberikan, motivasi menentukan intensitas usaha anak didik untuk belajar guna mencapai tujuan karena motivasi berkaitan dengan tujuan.

Fungsi motivasi menurut Sarlito Wirawan, yaitu: “sebagai perantara pada organisme atau manusia untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungan”.17

Fungsi motivasi menurut Nasution, yaitu:

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak

atau motor yang melepaskan energi.

2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah mana tujuan yang

hendak dicapai.

3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan

apa yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu, dengan menyampingkan perbuatan-perbuatan yang tidak

bermanfaat bagi tujuan itu.18

Di dalam kelas motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong dalam urusan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Dalam urusan pembelajaran, motivasi dapat menggalakkan rasa ingin tahu, rasa ingin memahami dan rasa kerja sama. Dalam pengelolaan kelas adalah menyediakan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi adalah sebagai pendorong dan penggerak untuk melakukan suatu perbuatan yang diarahkan dan melakukan suatu motivasi dalam belajar

17 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), Cet. Ke-6, h. 65.

18 Nasution, Didaktik Asas-asas Mengahar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. Ke-1, h. 76-77.


(29)

serta mengaktifkan semangat, minat dan perhatian siswa untuk belajar sehingga mampu mencari solusi yang mendukung tercapainya tujuan belajar.

4. Macam-macam Motivasi Belajar

Dalam belajar motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik.

a. Motivasi Intrinsik

Menurut Sardiman A.M mengatakan motivasi intrinsik adalah “motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya karena tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada

dorongan untuk melakukan sesuatu”.19

Muhibbin Syah mendefinisikan motivasi intrinsik sebagai “hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat

mendorongnya melakukan tindakan belajar”.20 Sedangkan M. Dalyono

berpendapat motivasi intrinsik adalah “dorongan yang datang dari hati

sanubari, umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu”.21

Menurut Alisuf Sabri motivasi adalah “motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar, misalnya ingin memahami suatu konsep, ingin memperoleh pengetahuan, ingin memperoleh kemampuan dan

sebagainya”.22

Dari beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi intrinsik mempunyai dorongan yang berasal dari dalam dirinya sendiri untuk mencapai tujuan belajar yang sebenarnya, tujuan menjadi orang yang memperoleh ilmu pengetahuan sehingga siswa belajar untuk mengetahui dan menguasai masalah yang dipelajari secara detil, bukan hal lain.

19

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi,…., h. 88.

20

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarata: Logos, 1999), Cet. Ke-1, h. 137.

21

M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), Cet. Ke-1, h. 57.

22


(30)

Dorongan untuk melaksanakan sesuatu datang dari kesadaran dalam diri tanpa ada paksaan dari luar, sebagai contoh siswa yang senang membaca atau karena ia ingin tahu atau mengerti apa yang dibaca, tidak perlu ada mendorongnya, ia mau membaca sendiri didorong oleh motivasinya.

b. Motivasi Ekstrinsik

Sumadi Suryabrata berpendapat bahwa motivasi ekstrinsik adalah “motif-motif yang berfungsi karena adanya perangsang dari luar”.23

Menurut Nasution “kegiatan belajar yang didorong oleh motivasi ekstrinsik adalah jika tujuan belajar yang ingin dicapai terletak di luar perbuatan itu, yakni tidak terkandung di dalam

perbuatan itu sendiri”.24

Menurut Muhibbin Syah motivasi ekstrinsik adalah “hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya

untuk melakukan kegiatan belajar”.25

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi ekstrinsik dalam belajar adalah daya penggerak yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan belajar guna mencapai tujuan belajar yang bukan sebenarnya.

Motivasi ekstrinsik ini bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, akan tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik atau sebagainya. Jadi bila dilihat dari segi tujuannya kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung berkaitan dengan esensi apa yang dilakukannya itu. Sebagai contoh seorang siswa belajar dengan giat karena esok harinya akan ujian dan ingin memperoleh nilai yang tinggi.

23

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), Cet. Ke-7, h. 70.

24

Nasution, Didaktik Asas-asas,…., h. 77.

25


(31)

Kuat lemahnya motivasi belajar turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Karena itu motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri (motivasi intrinsik), bukan berarti motivasi ekstrinsik tidak penting, sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah atau hal yang mendukung dalam proses belajar mengajar kurang menarik bagi siswa sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.

Kekurangan atau ketiadaan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses pembelajaran, materi pelajaran menjadi kurang menarik perhatian siswa. Maka dari itu guru harus mampu membangkitkan motivasi tersebut baik intrinsik maupun ekstrinsik.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Belajar dapat dipengaruhi oleh motivasi intrinsik ini berarti bahwa belajar dapat dibentuk di dalam diri individu, dan motivasi ekstrinsik artinya dapat dibentuk dari luar individu. Motivasi ini bisa kuat dan lemah karena ada beberapa hal yang mempengaruhinya. Adapun hal tersebut adalah: kematangan anak, usaha yang bertujuan goal, pengetahuan mengenai hasil dalam motivasi penghargaan dan hukuman, partisipasi dan perhatian.

a. Kematangan Anak

Untuk dapat mempengaruhi motivasi anak, harus

diperhatikan kematangan anak. Tidak bijaksana apabila

merangsang sebelum individu matang secara fisik, psikis dan sosial. Karena apabila guru tidak memperhatikan kematangan anak akan berakibat frustasi dan dapat mengurangi kapasitas belajar.

b. Usaha yang Bertujuan Goal dan Ideal

Apabila mata pelajaran telah disesuaikan dengan bijaksana

pada kapasitas dan sesuai dengan pertumbuhan dan


(32)

motivasi yang tidak banyak. Motif mempunyai tujuan atau goal. Makin terang makin kuat perbuatan itu didorong. Tiap usaha untuk membuat goal itu lebih kuat adalah suatu langkah menuju ke motivasi yang efektif.

c. Pengetahuan Mengenai Hasil Motivasi

Setiap usaha ada tujuan yang jelas dan usaha tersebut akan membawa pengaruh besar bagi orang yang mengerjakannya. Oleh karena itu hasil pekerjaan harus diberitahukan supaya dapat memperkuat motivasi seseorang. Pekerjaan yang tidak diketahui hasilnya merupakan pekerjaan yang sia-sia dan akibatnya akan melemahkan usaha selanjutnya.

d. Penghargaan dan Hukuman

Untuk meningkatkan motivasi belajar, guru dapat memberikan penghargaan dan hukuman. Penghargaan adalah motif yang positif. Penghargaan dapat berupa material dan spiritual, sedangkan hukuman merupakan motivasi yang negatif yang didasari dengan rasa takut. Sesuai dengan pendapat zakiyah darajat bahwa “seseorang yang ditakut-takuti mungkin akan memperbaiki

prestasinya, tetapi gagal lagi apabila tekanan sudah hilang”.26

e. Partisipasi

Partisipasi dapat mempengaruhi motivasi belajar karena salah satu dinamika anak adalah keinginan berstatus, keinginan untuk mengambil aktivitas-aktivitas untuk berpartisipasi. Oleh karena itu seorang guru harus memberikan kesempatan kepada anak untuk berpartisipasi pada setiap kegiatan.

f. Perhatian

Perhatian merupakan integritas antara motif dan sikap, dan tergantung dari rangsangan yang diberikan. Bila orang sedang

26 Zakiyah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta; Bumi Aksara, 1995), Cet. Ke-1, h.144.


(33)

dikuasai motif tertentu, maka perhatiannya pun akan tertuju pada hal-hal yang sesuai dengan motif yang menguasai.

Berdasarkan uraian di atas, motivasi yang terdapat pada diri anak yang dapat berubah. Motivasi berkembang sesuai dengan taraf kesadaran seseorang akan tujuan yang hendak dicapainya. Semakin luas dan semakin sadar seseorang akan tujuan yang hendak dicapainya akan semakin kuat pula motivasi untuk mencapainya.

6. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

Ada beberapa upaya-upaya yang dapat guru gunakan dalam mempertahankan motivasi anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan, yaitu:

a. Apersepsi

Bahan apersepsi sangat membantu siswa dalam usaha mengolah bahan pelajaran yang diberikan oleh guru sehingga penjelasan guru mudah dimengerti oleh siswa.

b. Penggunaan Metode yang Bervariasi

Penggunaan metode yang bervariasi dapat menggairahkan belajar anak didik. Penggunaan ini dapat menjembatani gaya-gaya belajar anak didik dalam menyerap bahan pelajaran. Umpan balik dari anak didik akan bangkit sejalan dengan penggunaan metode mengajar yang sesuai dengan kondisi psikologis anak didik.

c. Memberi Tugas

Tugas adalah pekerjaan yang menuntut pelaksanaan untuk diselesaikan. Guru dapat memberikan tugas kepada anak didik sebagai bagian yang tak terpisahkan dari tugas belajar. Tugas dapat diberikan oleh guru setelah selesai menyampaikan materi, namun pemberian tugas dapat diberikan oleh guru harus disesuaikan dengan kemampuan anak.


(34)

d. Pujian

Dalam kegiatan belajar, pujian dapat dimanfaatkan sebagai alat motivasi, guru dapat memakai pujian untuk menyenangkan perasaan anak didik. Namun pujian harus diberikan sesuai dengan hasil kerja anak didik.

e. Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negative, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memehami prinsip-prinsip pemberian hukuman.

f. Memberi Ulangan

Para siswa giat belajar apabila mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu memberi ulangan merupakan sarana motivasi. Tetapi guru jangan terlalu sering memberi ulangan karena bisa membosankan. Dalam hal ini guru harus terbuka, bila ada ulangan harus memberi tahu muridnya.

g. Kerja Sama

Bersama-sama melakukan tugas dapat mempertinggi kegiatan belajar. Kerjasama dilakukan dalam metode proyek akan tetapi dalam mata pelajaran siapapun dapat dicari pokok-pokok yang dapat memupuk hubungan sosial yang sehat.

Mengingat demikian penting motivasi bagi siswa dalam belajar. Maka guru diharapkan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa-siswanya. Dalam usaha ini banyak cara yang dapat dilakukan. Sehubungan dengan pemeliharaan dan peningkatan motivasi siswa, menurut Slameto fungsi pengajar adalah:

1. Menggairahkan Siswa

Dalam kegiatan rutin di kelas sehari-hari pengajar berusaha menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan. Guru selalu memberikan pada siswa cukup banyak hal-hal yang perlu dipikirkan dan dilakukan. Guru harus memelihara minat siswa dalam belajar, yaitu dengan memberikan kebebasan tertentu untuk berpindah dari satu aspek ke


(35)

lain aspek pelajaran dalam situasi belajar “discovery learning” dan metode sumbang saran. Memberikan kebebasan semacam ini dapat meningkatkan kegairahan siswa, guru harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai keadaan awal siswa-siswanya.

2. Memberikan Harapan Realistis

Guru memelihara harapan-harapan siswa yang realistis,dan memodifikasikan harapan-harapan yang kurang atau tidak realistis. Untuk itu guru memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keberhasilan atau kegagalan akademis siswa pada masa lalu, dengan demikian pengajar dapat membedakan antara harapan-harapan yang realistis,pesimis atau terlalu optimis. Bila siswa telah banyak mengalami kegagalan, maka guru harus memberikan sebanyak mungkin keberhasilan pada siswa.

3. Memberikan Intensif

Bila siswa mengalami keberhasilan,pengajar diharapkan

memberikan hadiah pada para siswa (dapat berupa pujian, angka yang baik dan sebagainya) atas keberhasilannya, sehingga siswa terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Sehubungan dengan hal ini umpan balik merupakan hal yang sangat berguna untuk meningkatkan usaha siswa.

4. Mengarahkan

Pengajar harus mengarahkan tingkah laku siswa, dengan memberikan teguran, nasehat dan bimbingan serta guru melakukan pendekatan secara individual atau kelompok.

Salah satu ciri guru yang memberikan motivasi adalah “antusiasme, berarti guru peduli terhadap apa yang mereka ajarkan dan mengkomunikasikan kepada murid-muridnya, bahwa apa yang mereka ajarkan adalah penting dan sikap semangat ini terpancar dalam sikap guru

terhadap siswanya”.27

27 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta; PT. Rineka Cipta, 1991), h.175-181.


(36)

Dapat penulis simpulkan bahwa peranan guru sebagai motivator sangat penting dalam interaksi belajar mengajar, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, penampilan dalam arti personalisasi dan sosialisasi diri. Selain itu guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan untuk mendinamiskan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar.


(37)

27 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode deskriptif kualitatif.

Menurut Loncon dan Gumba sebagaimana dikutip oleh Nana Syaodih. Bahwa:

”penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bersifat naturalistik. Penelitian ini bertolak dari paradigma naturalistik, bahwa ”kenyataan itu berdimensi jamak” peneliti dan yang diteliti bersifat interaktif, tidak bisa dipisahkan, suatu kesatuan terbentuk secara simultan, dan bertimbal balik, tidak mungkin memisahkan sebab dengan akibat, dan penelitian ini

melibatkan nilai-nilai”.1

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat yang menjadi objek penelitian adalah SMP Fatahillah, Jln. Ciputat Raya No. 5 Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Ada beberapa alasan mengapa peneliti mengambil SMP Fatahillah-Pondok Pinang sebagai objek penelitian di antaranya:

a. SMP Fatahillah-Pondok Pinang adalah tempat Peneliti melaksanakan

kegiatan Praktek Profesi Keguruan Terpadu (PPKT), sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian skripsi.

1

Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005). h.60-61


(38)

b. SMP Fatahillah-Pondok Pinang merupakan salah satu tempat yang tepat dan layak untuk dijadikan sebagai objek penelitian, yang terkait tentang “Upaya Guru IPS dalam Memotivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS”.

c. SMP Fatahillah-Pondok Pinang memiliki lokasi yang tidak terlalu jauh

dan letaknya pun strategis. Sehingga mudah dijangkau, seperti motor serta mobil.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan bertahap mulai dari perencanaan sampai dengan penyusunan laporan penelitian. Adapun tahap-tahap penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.1

Tahap-tahap Perencanaan Penelitian

No Kegiatan Waktu

1 Pembuatan proposal skripsi 14 Januari 2010

2 Observasi lokasi penelitian 6 Februari 2010

3

4

Menyebarkan angket ke siswa kelas VII SMP Fatahillah Pengumpulan data

3 April 2010

17 April 2010

a Meminta izin kepada pihak

sekolah

6 Maret 2010

b Wawancara dengan kepala

sekolah

1 April 2010

c Wawancara dengan guru IPS 7 April 2010

d Meminta dokumentasi dengan

staf tata usaha terkait tentang tenaga pengajar (Guru) dan


(39)

karyawan, data siswa, dan sarana/prasarana

e Observasi kegiatan proses

belajar-mengajar di kelas VII

14 April 2010

5 Pengolahan data 1-21 April 2010

6 Penyusanan laporan 28Mei 2010

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek, subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya”.2 Berdasarkan batasan ini dapat ditegaskan bahwa

populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Fatahillah-Pondok Pinang, yang berjumlah 1 kelas dengan jumlah 34 orang siswa.

2. Sampel

Sampel adalah ”sebagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut”.3 Karena jumlah yang diteliti kurang dari

100 orang siswa, maka sampel dalam penelitian ini yaitu keseluruhan siswa kelas VII yang terdiri dari 34 orang siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang digunakan untuk pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran yang

menyeluruh mengenai objek yang sedang diteliti.

2

Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung: CV.Alfabeta, 2002), cet. 4, h. 55

3


(40)

Observasi adalah ”pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki, dalam arti luas, observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh

data tentang kondisi objektifitas SMP Fatahillah Pondok-Pinang”.4

Dalam hal ini penulis mengamati keadaan lingkungan sekolah seperti keadaan guru siswa, pelaksaan pembelajaran di kelas VII SMP Fatahillah serta sarana dan prasarana. Peneliti melakukan observasi terkait dengan upaya guru IPS dalam memotivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS, dengan cara melakukan pengamatan baik didalam kelas maupun diluar kelas.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi dan melengkapi data-data dengan cara bertanya langsung kepada responden.

Wawancara adalah ”tanya jawab antara si pemeriksa dan orang yang diperiksa. Maksudnya adalah agar orang yang diperiksa itu mengemukakan isi hatinya, pandangan-pandangannya, pendapatnya, dll.

Sehingga pemeriksa dapat lebih mengenalnya”.5

Dalam hal ini wawancara dilakukan dengan kepala sekolah dan guru mata pelajaran IPS SMP Fatahillah.

3. Angket

Angket adalah daftar pertanyaan yang langsung diberikan kepada responden baik secara langsung maupun tidak langsung.

Angket adalah ”wawancara tertulis. Dalam angket pertanyaan-pertanyaan sudah disusun secara tertulis dalam lembar pertanyaan-pertanyaan. Orang yang akan diperiksa tinggal membaca pertanyaan-pertanyaan itu dan memberi jawaban-jawaban secara tertulis pula dalam kolom-kolom yang sudah disediakan. Jawaban-jawaban itu selanjutnya akan dianalisa untuk

mengetahui hal-hal yang sedang diselidiki”.6

4

Hadi Sutrisno, Metodologi Research Jld I, (Jakarta: Andi offset, 1986), h. 136

5

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2000), cet. Ke-8, h. 11

6


(41)

Dalam hal ini angket di berikan kepada seluruh siswa kelas VII SMP Fatahillah.

4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara mencatat kumpulan barang-barang dokumen yang mengandung petunjuk-petunjuk tertentu yang ada relevansinya dengan penelitian.

Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara mencatat kumpulan barang-barang dokumen yang mengandung petunjuk-petunjuk tertentu yang ada relevansinya dengan penelitian.

Dalam hal ini dokumentasi yang didapat yaitu terkait tentang daftar para guru dan karyawan, daftar siswa (kelas VI, VII A & B serta IX), data-data sekolah, dan struktur sekolah.

E. Instrumen Pengumpulan Data 1. Definisi Konseptual

Guru adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan pengalaman yang dapat memudahkan dalam melaksanakan peranannya untuk membimbing murid, sanggup menilai diri sendiri, sanggup berkomunikasi dan bekerja dengan orang lain, dan juga mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada. Guru itu bukanlah hanya sebagai pemberi ilmu pengetahuan saja kepada anak didiknya, melainkan juga sebagai tenaga professional yang menjadikan anak didiknya mampu merencanakan, menganalisa dan menyimpulkan masalah yang dihadapinya atau juga dapat disimpulkan bahwasanya guru itu adalah seseorang yang mempunyai kegiatan untuk diarahkan kepada orang lain.

Sedangkan Pengertian IPS adalah suatu ilmu yang mengkaji masalah-masalah sosial yang berkembang dalam kehidupan masyarakat. Dengan kata lain IPS adalah ilmu yang mempelajari masalah-masalah sosial.


(42)

Jadi, guru IPS adalah seseorang yang ahli dalam ilmu sosial/kemasyarakatan dan atau memiliki kemampuan dalam ilmu-ilmu sosial.

Motivasi adalah kondisi yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut. Sedangkan belajar adalah Proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman dan latihan. Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat pula berupa memperoleh perilaku yang baru atau memperbaiki/meningkatkan perilaku yang ada.

Jadi, motivasi belajar adalah suatu dorongan bagi seseorang untuk melakukan kegiatan proses pembelajaran. Dan motivasi belajar merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mempengaruhi seseorang untuk bertingkah laku serta berprilaku diluar dari kebiasaannya dalam kata lain melakukan suatu hal yang baru.

2. Definisi Operasional

Motivasi dalam laporan skripsi ini adalah motivasi atau dorongan guru IPS terhadap anak didik dalam proses pembelajaran agar siswa lebih giat dalam belajar khususnya pada mata pelajaran IPS. Adapun motivasi guru IPS terhadap anak didik adalah guru berusaha menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan, guru memelihara harapan-harapan siswa yang realistis,dan memodifikasikan harapan-harapan yang kurang atau tidak realistis, bila siswa mengalami keberhasilan, pengajar diharapkan memberikan hadiah pada para siswa (dapat berupa pujian, angka yang baik dan sebagainya) atas keberhasilannya, sehingga siswa terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran, dan guru mengarahkan tingkah laku siswa, dengan memberikan teguran, nasehat dan bimbingan serta guru melakukan pendekatan secara individual atau kelompok.


(43)

3. Kisi-kisi Instrumen penelitian Tabel. 3.2 Upaya Guru

No Variabel Dimensi Indikator Butir

Soal

Jumlah Soal

1. Upaya

guru IPS Menggairahkan siswa Memberikan intensif Mengarahkan siswa Interaksi dengan siswa a. Memberikan Dorongan Untuk Mau Belajar b. Mengadakan Apersepsi c. Menggunakan Metode Yang Bervariasi d. Memberikan Tugas a. Memberikan Penghargaan b. Memberi Hukuman c. Memberi Ulangan Dan Nilai d. Bekerjasama a. Menegur b. Memberi Nasihat / Bimbingan

a. Tegur Sapa

b. Akrab 1 2 3 4 5,6 7,8 9,10, 11 12 13 14 15 16 1 1 1 1 2 2 3 1 1 1 1 1


(44)

Tabel. 3.3 Motivasi Belajar Siswa

No Variabel Dimensi Indikator Butir

Soal

Jumlah Soal

1. Motivasi

belajar siswa Motivasi instrinsik Motivasi ekstrinsik a. Keinginan belajar b. Senang mengikuti pelajaran c. Selalu menyelesaikan tugas d. Meningkatkan pengetahuan

a. Ingin mendapat

pujian dari guru

b. Ingin menjadi

juara

c. Ingin

diperhatikan guru

d. Ingin mendapat

penghargaan atau hadiah dari guru atau sekolah 17 18 19 20 21,22 23 24 25 1 1 1 1 2 1 1 1


(45)

Tabel. 3.4

Wawancara dengan Kepala sekolah

No Indikator Butir

Soal Jumlah Soal 1 2 3 4 5 6

Tugas guru IPS.

Meningkatkan motivasi belajar siswa.

Pandangan terkait dengan upaya guru IPS.

Sudah efektifkah upaya tersebut dan bagaimana cara mengukur upaya guru IPS.

Sarana dan Prasarana.

Upaya yang dilakukan guru IPS dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. 1 2 3 4 5 6 1 1 1 1 1 1 Tabel 3.5

Wawancara dengan Guru Bid. IPS

No Indikator Butir

Soal Jum Soal 1 2 3 4 5

Minat siswa pd mata pelajaran IPS Nilai siswa pd mata pelajaran IPS.

Mata pelajaran IPS menjadi mata pelajaran terfavorit.

Metode yang digunakan dlm mengajar IPS. Waktu yang disediakan oleh sekolah.

1 2 3 4 5 1 1 1 1 1


(46)

6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Motivasi siswa dlm belajar IPS.

Upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

Sudah efektif upaya tersebut. Mengukur upaya tersebut.

Pemberian pujian dan hadiah langkah yang efektif dlm memotivasi belajar siswa. Memberikan hukuman dan teguran kepada siswa.

Menghadapi siswa yang malas belajar. Sarana dan prasarana yang menunjang motivasi belajar siswa.

Persiapan yang dilakukan dalam mengajar mata pelajaran yang tidak sesuai dengan latar belakang ibu.

Kendala dlm mengajar mata pelajaran IPS yang tidak sesuai dengan latar belakang ibu.

Menghilangkan persepsi siswa terhadap

mata pelajaran IPS yang terkenal

membosankan.

Hubungan Ibu dengan siswa baik disekolah maupun diluar sekolah.

6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1


(47)

Tabel. 3.6 Tentang Observasi

No Hal-hal yang ingin diteliti

1

2

3

4

Peniliti mengamati guru IPS dalam kegiatan belajar-mengajar terkait dengan upaya guru IPS dalam memotivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Peneliti mengamati sejauh mana guru IPS memotivasi siswa pada saat proses belajar-mengajar berlangsung. Baik itu didalam maupun diluar kelas.

Peneliti mengamati langsung apakah sudah berjalan atau belum upaya guru IPS dalam memotivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

Peneliti meninjau metode apa yang digunakan guru IPS dalam proses belajar mengajar yang terkait dengan memotivasi belajar siswa tersebut.

Tabel 3.7 Tentang Dokumentasi

No Hal-hal yang ditemukan dalam dokumentasi

1 2 3 4

Daftar nama-nama guru dan karyawan Daftar nama-nama siswa

Sarana dan prasarana

Diagram Kepengurusan SMP Fatahillah

F. Teknik Analisa Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, langkah selanjutnya adalah analisa data. Sebagaimana telah dikemukakan diatas, pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrument antara lain wawancara dan angket. Tiap-tiap instrumen tersebut berguna untuk melengkapi data yang satu dengan data yang lainnya. Data yang diperoleh


(48)

melalui observasi, dan wawancara digunakan untuk memperoleh informasi-informasi yang tidak dari angket. Untuk menganalisa data-data yang telah terkumpul maka dapat digunakan analisa kualitatif. Sedangkan data diperoleh melalui angket dan laporan hasil penelitian diolah atau dianalisa secara kuantitatif melaui beberapa tahapan yaitu:

1. Editing

Data yang telah diteliti lengkap tidaknya, perlu diedit yaitu dibaca sekali lagi dan diperbaiki, bila masih ada yang kurang jelas atau meragukan. Kegiatan yang dilakukan antara lain:

a. Pertanyaan, jawaban, catatan yang tidak jelas diperjelas dan

disempurnakan.

b. Coretan-coretan, kata-kata sandi atau singkatan diperjelas untuk

menghilangkan keragu-raguan terhadap data.

c. Mengubah kependekan dari jawaban menjadi kalimat yang lebih

bermakna.

d. Melihat konsistensi data dengan rencana penelitian.

e. Menyeragamkan jawaban responden pada kategori tertentu.

”Langkah editing ini betul-betul menuntut kejujuran intelektual dari peneliti, yakni peneliti tidak boleh mengganti jawaban, angka, atau apapun dengan maksud agar data tersebut sesuai dan konsisten dengan

rencana risetnya”.7

Tujuan dari editing adalah untuk mengurangi kesalahan yang ada pada daftar pertanyaan yang telah diselesaikan.

2. Coding

Coding adalah ”mengubah data menjadi kode-kode yang dapat dimanipulasi sesuai dengan prosedur analisis statistik tertentu. Oleh karena itu, pemberian kode pada jawaban-jawaban sangat penting untuk memudahkan proses analisis data. Kode apa yang akan digunakan, tergantung kepada kesukaan peneliti, bisa kode angka atau huruf. Pada

umumnya, orang lebih menyukai kode angka”.8

7

Kasiram Muhammad, Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), cet. I. h. 132

8


(49)

3. Tabulating

Setelah semua data diberi kode dan telah direkam dalam coding dan dicatat dalam coding book, maka langkah selanjutnya adalah tabulasi data. Tabulasi yaitu “menyajikan data dalam bentuk table-tabel agar mudah dianalisis. Model tabulasi, sangat tergantung pada tujuan analisis

dan model analisis yang akan digunakan”.9 Ini untuk memudahkan penulis

dalam mengolah data yang di edit. Tabulating bertujuan untuk mendapatkan gambaran frekuensi dalam setiap item yang penulis kemukakan. Untuk itu dibuatkan satu tabel yang mempunyai kolom setiap bagian angket, sehingga terlihat jawaban satu dengan yang lain.

Setelah melakukan proses diatas, langkah selanjutnya adalah menganalisa data. Dalam menganalisa data, penulis menggunakan cara yaitu:

1. Persentase

Persentase artinya setiap data dipresentasikan setelah ditabulasikan dalam jumlah frekuensi jawaban responden untuk setiap alternatif jawaban. Pedoman yang penulis gunakan dalam mencari persentase data adalah:

Keterangan :

P = Angka Persentase

f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = Number of Cases (Jumlah Frekuensi/banyaknya individu).10

9

Kasiram Muhammad, Metodologi, …., h. 136

10

Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,2004), cet.XIV, h. 43


(50)

40 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMP Fatahillah Pondok-Pinang 1. Sejarah Berdirinya SMP Fatahillah Pondok-Pinang

Sejarah singkat berdirinya SMP Fatahillah Pondok-Pinang, pada tahun 1976 dengan mendirikan Majlis Taklim Assa’adatain dengan mengelola pengajian kaum ibu.

Setelah Majlis Taklim Assa’adatain yang kegiatannya berupa pengajian kaum ibu berjalan selama 4 tahun, para anggota jamaah pengajian kaum ibu merasakan pentingnya mendirikan madrasah untuk anak-anak mereka yang sudah memasuki usia sekolah dan bias belajar agama secara simultan.

Akhirnya pada tahun 1980 berdirilah Madrasah Ibtida’iyah Assa’adatain yang dipelopori atau dirintis oleh HM. Hasan. Setelah Madrasah Ibtida’iyah Assa’adatain berkembang secara pesat, maka pada tahun 1986 didirikan pula SMP Fatahillah dengan harapan anak-anak yang telah menamatkan Madrasah Ibtida’iyah dapat melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi.

Mengingat perhatian dan dukungan masyarakat yang besar, anak-anak mereka terutama keluarga yang secara ekonomi kurang mampu, maka pada tahun 1989 didirikan pula SMK Fatahillah dengan jurusan Administrasi Perkantoran.


(51)

SMP Fatahillah dalam perjalanannya tentu saja mengalami pasang surut. Dari sejak berdiri sampai sekarang telah dipimpin oleh 4 orang Kelapa Sekolah, yaitu Drs. H. Daliman, MM, dari tahun 1986-1995 (sekarang Kowas Jak-Bar), Drs. H. Widodo, M.Pd, dari tahun 1995-2004 (sekolah Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 9), Drs. Idham Kholid, dari tahun 2004-2008 dan terakhir Dra. Lilis Nurhayati, dari tahun 2008 sampai sekarang.

2. Keadaan Guru dan Karyawan a. Keadaan Guru dan Karyawan

Posisi guru dalam dunia pendidikan memiliki tugas dan kewajiban yang cukup berat, atau kekuasaan penyelenggaraan pendidikan ditentukan maju mundurnya suatu sekolah tergantung pada tanggung jawab dan profesionalisme para guru.

Dalam dunia pendidikan memang ada faktor-faktor lain yang menjadi pendukung keberhasilan penyelenggaraan pendidikan, tetapi faktor guru lebih dominan, guru bertanggung jawab membimbing dan membina aktualisasi potensi anak didik agar mampu mengatasi segala persoalan yang dihadapi kelak setelah dewasa. Kemampuan dan kemandirian anak didik dalam mengatasi masalah hidupnya dapat menjadi ukuran keberhasilan pendidikan yang dilakukan.

Jumlah guru yang terdapat di SMP Fatahillah adalah sebanyak 15 orang guru, dari jumlah guru terdiri 6 orang guru tetap, 4 orang guru tidak tetap, 5 orang guru Bantu/Honor dan 3 orang guru PNS. Adapun jumlah karyawan di SMP Fatahillah sebanyak 4 orang, yang terdiri dari 3 orang sebagai karyawan administrasi tata usaha dan 1 orang OB (Ofies Boy). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.1

1


(52)

Tabel 3

Keadaan Guru dan Karyawan Pendidikan

No Nama Tempat Tgl Lahir

Jenjang Jurusan Tahun Mengajar

1 Dra. Lilis Nurhayati Tasikmalaya, 16. 04.

1962 S1

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Kepala Sekolah/Baha

sa Indonesia

2 Hamilah, BA Jakarta, 04. 09. 1963 D3 B.Indonesia 1986 Bahasa

Indonesia 3 Idrus Syarifuddin, S.Ag

NIP. 150340467 Jakarta, 24. 05. 1973 S 1 PAI 1999 Agama Islam

4 Rohiyat Sitopang, S.pd

NIP. 131666179 Ciamis, 16. 09. 1957 S 1 PLS 2002 Matematika

5 Tuti Sarmaini Purba, S.Ag

NIP. 150330560 Pakkat, 09. 05. 1970 S 1 PAI -

Agama Islam/BK

6 Drs. Abdul Haris Jakarta, 12. 04. 1963 S 1 PAI 1991 Penjaskes

7 Misani, S.Pd Cirebon, 01. 05.

1968 S 1 Biologi - IPA Biologi

8 Sartiningsih, S.Pd Wonogiri,

22.02.1970 S 1 B.Inggris 1999

Bahasa Inggris

9 Sumiati, S.Ag Jakarta,12 . 07. 1974 S 1 PAI 2006 IPS Terpadu

10 Ainul Wardah, M.Pd Padang,

29. 09. 1974 S2 M.Pendidikan 2006 Seni Budaya

11 Ir. Nurmaningsih Palembang, 05. 07.

1975 S 1 AGRO 2001 IPA Terpadu

12 Eko Zulham, SH Banjarnegara, 18.

06. 1980 S1 Hukum 2002 TIK

13 Imas Masriah, S.Sos.I Bekasi, 29. 11. 1980 S 1 PMI 2003 PPKn

14 Umi Kulsum Jakarta, 09. 02. 1965 S LA - - Staf Tata

Usaha

15 Yoyodianto Jakarta, 18. 04. 1960 SLA - 1980 Staf Tata

Usaha

16 Sulaiman Ekatama Jakarta, 20. 07. 1988 SLA - 2006 Tata Usaha


(53)

b. Keadaan Siswa

Siswa merupakan potensi yang harus dimanfaatkan oleh guru dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif dengan demikian keberadaan murid merupakan faktor yang sangat penting dalam proses belajar mengajar selain eksistensi guru.

Siswa yang berada di SMP Fatahillah pada tahun pelajaran 2009-2010 dengan jumlah keseluruhan adalah sebanyak 123 orang siswa. Yang terdiri dari kelas VII sebanyak 1 kelas dengan berjumlah 34 orang siswa, kelas VIII sebanyak 2 kelas berjumlah 53 orang siswa dan kelas IX sebanyak 1 kelas berjumlah 36 orang siswa. Untuk

keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.2

Tabel 4 Keadaan Siswa

No Kelas Laki-laki Perempuann Jumlah

1 VII 24 10 34

2 VIII 31 22 53

3 IX 13 23 36

Jumlah 68 55 123

c. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang di miliki di SMP Fatahillah Pondok-Pinang cukup mendukung atas kelancaran dalam proses pendidikan. Dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai amat mempengaruhi tingkat kemajuan dan mutu akan pendidikan. Untuk melihat lebih jauh mengenai rincian keadaan sarana dan prasarana yang terdapat di SMP Fatahillah Pondok-Pinang dapat dilihat pada

tabel dibawah ini.3

2

Arsip/Dokumen (Siswa dan siswi SMP Fatahillah )

3


(54)

Tabel 5

Keadaan Sarana dan Prasarana

No Sarana Jumlah Kondisi

01 Ruang Belajar 4 Ruang Baik

02 Ruang Guru 1 Ruang Baik

03 Ruang Kepala Sekolah 1 Ruang Baik

04 Ruang Perpustakaan 1 Ruang Baik

05 Lapangan olah raga 1 Ruang Baik

06 Laboratorium Komputer 1 Ruang Baik

07 Laboratorium IPA 1 Ruang Baik

08 Ruang Osis 1 Ruang Baik

09 Ruang UKS 1 Ruang Baik

10 Gudang 1 Ruang Baik

11 Ruang Ibadah/Mushallah 1 Ruang Baik

12 Kantin 1 Ruang Baik

13 Ruang TU 1 Ruang Baik

14 Toilet Siswa 4 Ruang Baik

15 Toilet Guru 1 Ruang Baik

3. Struktur Organisasi

Sekolah sebagai lembaga pendidikan memerlukan adanya organisasi yang baik agar sekolah itu dapat menuju kepada tujuannya. Dari struktur organisasi tersebut akan nampak tugas dan wewenang serta jabatan dari masing-masing personel. Adapun struktur organisasi SMP

Fatahillah Pondok-Pinang dapat dilihat dibawah ini.4

4


(55)

Struktur Organisai SM P Fatahillah

Keterangan :

: Garis Komando : Garis konsultasi

R.M .Tangga Sarana dan Prasarana

Laborat or ium Per pustakaan

Guru

Hum as Kesiswaan

Kurikulum

Wali Kelas

Urusan Tata Usaha Kepala Sekolah

W .Kepala Sekolah Komit e Sekolah

Sisw a Yayasan


(56)

B. Deskripsi Data

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan mengenai upaya guru IPS dalam memotivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di SMP Fatahillah Pondok-Pinang, penulis memperoleh data sebagai berikut:

1. Kegiatan Proses Pembelajaran IPS Kelas VII di SMP Fatahillah Pondok-Pinang

Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal

Apersepsi

a. Guru IPS memeriksa kehadiran siswa, kebersihan dan kerapihan kelas

b. Memotivasi dengan mengajukan beberapa pertanyaan awal yang

terkait dengan materi pembahasan yang akan dibahas sekarang.

c. Mengulang pelajaran minggu lalu kepada siswa dimana untuk

merangsang daya ingat siswa. Kegiatan inti

a. Siswa mengamati media yang terdapat di papan tulis.

b. Tanya jawab terkait dengan materi pembahasan.

c. Memberikan penjelasan kepada siswa tentang materi yang akan

dibahas.

Kegiatan Akhir/Penutup

a. Menyimpulkan materi pelajaran yang belum dipahami atau jelas,

sehingga siswa menjadi paham atau jelas.

b. Mempersilahkan kepada siswa untuk bertanya terkait dengan materi

pembahasan yang kurang dimengerti.

2. Upaya Guru IPS dalam Memotivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS di SMP Fatahillah Pondok-Pinang

Dari penelitian yang penulis temukan di lapangan yaitu tentang memotivasi belajar siswa didalam kelas maupun diluar kelas, dengan kata lain motivasi instrinsik maupun ekstrinsik. Kedua inilah yang menjadi hambatan bagi seorang guru IPS. Untuk memperoleh data dan informasi


(57)

dilapangan penulis menggunakan beberapa cara seperti melalui wawancara dengan kepala sekolah dan guru IPS, observasi untuk mengetahui informasi mengenai lingkungan sekolah, mengetahui keadaan siswa dalam proses belajar di kelas, mengetahui proses mengajar guru IPS terhadap siswanya di dalam kelas, angket yang diberikan kepada siswa-siswi kelas VII sebagai responden dalam penelitian ini, serta dokumentasi untuk mendapatkan bukti-bukti yang tersurat dalam bentuk arsip seperti daftar nama guru dan karyawan, siswa, sarana dan prasarana, dan struktur sekolah.

Angket penelitian terdiri dari 25 item yang meliputi upaya guru IPS dalam memotivasi belajar siswa dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 34 orang, semuanya diambil dari keseluruhan siswa kelas VII.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Tabel 6

Guru IPS Mendorong Siswa Untuk Mau Belajar

No Alternatif Jawaban F %

a. Selalu 23 68

b. Sering 9 26

c. Kadang- kadang 2 6

d. Tidak Pernah - 0

1

Jumlah 34 100 %

Berdasarkan tabel di atas, terlihat responden yang menjawab selalu 68 %, sering 26 %, Kadang-kadang 6 % dan Tidak pernah 0 % responden yang ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam mengajar guru IPS

selalu mendorong siswa agar mau belajar.5

5


(58)

Namun hal tersebut sejalan dengan hasil observasi yang peneliti temukan atau amati di kelas VII, sebagai berikut:

Dari pengamatan dilapangan peneliti mendapatkan bahwa guru IPS selalu memberikan dorongan kepada siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung, salah satunya dengan cara memberikan perhatian khusus kepada siswa baik itu siswa yang serius dalam belajar maupun yang tidak, ternyata hal tersebut berpengaruh besar bagi siswa dalam menerima pelajaran khususnya pada mata pelajaran IPS.6

Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa guru IPS dalam kegiatan proses belajar mengajar berlangsung, selalu memberikan dorongan kepada siswa supaya lebih bersemangat dalam belajar sehingga pembelajaran IPS di kelas VII menjadi lebih baik.

Tabel 7

Guru IPS Mengadakan Appersepsi Sebelum Menyampaikan Materi

No Alternatif Jawaban F %

a. Selalu 16 47

b. Sering 13 38

c. Kadang- kadang 5 15

d. Tidak Pernah -

2

Jumlah 34 100 %

Berdasarkan tabel di atas, terlihat responden yang menjawab selalu 47 %, sering 38 %, Kadang-kadang 15 % dan Tidak pernah 0 % responden yang ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa menyatakan guru IPS selalu mengadakan appersepsi sebelum menyampaikan

materi.7

Dari hasil pengamatan atau observasi di kelas VII SMP Fatahillah, yaitu:

6

Hasil Observasi, tanggal 14 April 2010

7


(1)

Tabel 32

MOTIVASI BELAJAR SISWA

No 4 3 2 1 Hasil

1 124 3 4 0

2 88 24 8 0

3 52 27 24 0

4 108 15 4 0

5 16 18 24 12

6 72 21 18 0

7 104 9 6 2

8 48 24 26 1

9 20 12 24 13

632 153 138 28 951

27.9706

Rata-rata 3.10784

Jumlah 77.6961

Dari hasil tabel Motivasi Belajar Siswa di atas, terlihat jelas bahwa angket yang diberikan siswa SMP Fatahillah kelas VII, di peroleh rata-rata yaitu 3,10 atau 77,69. Dengan demikian, Memotivasi Belajar Siswa pada mata pelajaran IPS di SMP Fatahillah Pondok-Pinang Baik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa, Upaya Guru IPS Dalam Memotivasi Belajar Siswa pada mata pelajaran IPS di SMP Fatahillah Pondok-Pinang, ternyata tidak jauh beda hasil yang didapatkan dari kedua tabel di atas.


(2)

(3)

69

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan maka penulis dapat mengambil kesimpulan:

1. Upaya guru IPS dalam memotivasi belajar siswa sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat pada upaya guru dalam mengadakan apersepsi sebelum menyampaikan materi.

2. selain itu guru IPS juga memberikan pujian yang dapat memotivasi belajar siswa serta menciptakan kondisi atau proses belajar yang membuat siswa tertarik dan bersemangat mengikuti kegiatan belajar yang meliputi: penggunaan metode yang bervariasi, pemberian tugas, mengadakan ulangan dan guru selalu menjalin hubungan yang dekat/baik dengan siswa, selain itu guru IPS juga kadang-kadang memberikan hukuman berupa tugas sebagai alat untuk memperbaiki tingkah laku siswa yang sisesuaikan dengan tingkat kesalahan siswa dan untuk mengatasi kesulitan siswa dalam belajar guru memberikan bimbingan atau motivasi kepada siswa serta mendorong siswa untuk bekerja sama dengan teman.

3. Mengenai kondisi belajar siswa pada mata pelajaran IPS dapat terlihat dari sikap dan cara atau tindakan mereka dalam proses belajar mengajar.


(4)

70

4. ternyata motivasi belajar siswa kelas VII sudah berjalan dengan baik. Ini dapat dilihat dari motivasi yang berasal dari dalam diri siswa yakni: keinginan mereka untuk belajar, sikap senang terhadap mata pelajaran IPS yang menunjukkan mereka memiliki minat yang cukup tinggi, dan selalu menyelesaikan tugas yang diberikan guru serta keinginan untuk meningkatkan pengetahuannya. Sedangkan motivasi yang berasal dari luar diri siswa dapat terlihat pada kedisiplinan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru dan sikap belajar siswa yang tekun dan sungguh-sungguh bila ada ulangan, kadang-kadang untuk mendapatkan pujian atau hadiah serta untuk menjadi juara.

B. Saran

1. Hendaknya guru IPS mmpertahankan penggunaan metode yang bervariasi dalam mengajar, atau bahkan lebih ditingkatkan lagi agar siswa tidak mudah bosan dalam mengikuti pelajaran IPS.

2. Hendaknya guru dapat menghilangkan persepsi yang kurang baik mengenai pelajaran IPS agar tidak lagi dikenal dengan pelajaran yang membosankan.

3. hendaknya kepala sekolah dan bagian kurikulum lebih memberikan waktu yang lebih untuk mata pelajaran IPS terpadu sehingga pokok bahasan dapat disampaikan seluruhnya kepada siswa.

4. Hendaknya siswa dapat meningkatkan motivasi belajarnya pada mata pelajaran IPS sehingga tidak hanya terpengaruh dari luar diri siswa atau dari guru.

5. Pengadaan buku-buku mengenai pengetahuan sosial di sekolah perlu tingkatkan karena dapat menambah wawasan pengetahuan sosial siswa.


(5)

Dalyono M., Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1997, Cet. Ke-1

Darajat Zakiyah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, Cet. Ke-1

---, Metodologi Pengajaran Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, Cet. Ke-1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka, 1999

Halimah Ihat, Penalitian Pendidikan, Bandung: Upi Press, 2007, cet. Ke-1

Hamalik Oemar, Pendidikan Guru, Konsep dan Strategi, Bandung: Mandar Maju, 1991

---, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2002, Cet. Ke-3

Kartono Kartini, Bimbingan dan Dasar Pelaksanaan, Teknik Bimbingan Praktis, Jakarta: Rajawali, 1985

Kasiram Muhammad, Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian, Malang: UIN-Malang Press, 2008, cet. I

Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005

Nasution, Didaktik Asas-asas Mengahar, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, Cet. Ke-1 ---, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1994, Cet. Ke-1

Nawawi Hadari, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, Jakarta: Masagung, 1989, Cet. Ke-3

Nurdin Syafruddin, Model pembelajaran Yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, Ciputat: Quantum Teaching, 2005, Cet. I

Poerbakawajta Soegarda, Ensiklopedia Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1981, Cet. Ke-2


(6)

Purwanto Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Karya, 1984, Cet. Ke-1

Sabri Alisuf , Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, Cet. Ke-2

---, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1991, Cet. Ke-2

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991

Soemanto Wasti, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1990, Cet. Ke-3 Sudjono Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT.RajaGrafindo

Persada,2004, cet.XIV

Sudjana Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Algesindo, 2002, Cet. Ke-6

Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, Bandung: CV.Alfabeta, 2002, cet. 4

Suryabrata Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995, Cet. Ke-7

Syah Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarata: Logos, 1999, Cet. Ke-1

Syah Muhibbin, Psikologi PendidikanSuatu Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995

Wirawan Sarwono Sarlito, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang, 1991, Cet. Ke-6