Modul Pendamping Pemberdayaan Masyarakat Tingkat 1 mpdf

SYNCORE - always deliver value
Modul Pendamping Pemberdayaan Masyarakat Tingkat 1
posted by admin on November 9, 2014

Desa akan menjadi titik sentral pembangunan di Indonesia. Paska pengesahan UU No 6 tahun
2014 atau yang lebih dikenal dengan undang-undang desa maka kewenangan dan anggaran desa
akan ditambah. Penambahan kewenangan dan anggaran desa tersebut harus diikuti dengan
peningkatan kapasitas pengelolaan program dan anggaran. Tanpa hal tersebut maka inisiatif
pemberian kewenangan tersebut tidak akan memberi hasil yang baik.
Pada sisi lain saat ini tengah berkembang paradigma baru pemberdayaan masyarakat, yaitu lewat
program peningkatan financial literacy. Financial literacy adalah upaya untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat yang akan diberi bantuan tentang pengetahuan keuangan. Orang-orang
yang tidak paham mengenai keuangan (financial illiterate) maka ketika diberi bantuan maka akan

jadi dana yang cepat habis. Setelah mengetahui financial liter
Berkaca dari hal tersebut maka setiap desa butuh pendamping. Saat ini kurang lebih ada 70.000
desa di seluruh Indonesia. Untuk menyiapkan tenaga pendamping bagi sekian banyak desa
tersebut maka perlu ada aliansi antara perguruan tinggi, pemerintah daerah dan juga dari
pihak-pihak lain yang relevan.
Peran pendamping desa tersebut paling tidak bisa mendorong perkembangan perekonomian desa
lewat wirausaha, sesuai dengan penjelasan pasa 15 dalam UU 20/2008 tentang UMKM adalah

..melakukan konsultasi dan pendampingan kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah agar
mampu mengakses kredit perbankan dan/atau pembiayaan dari lembaga keuangan selain bank .
Meskipun demikian, peran pendamping tidak hanya berhenti sebatas membantu kelompok usaha
di desa dalam mendapatkan pendanaan dari bank, tetapi lebih dari pada itu, pendamping juga
berperan dalam membantu kelompok usaha membenahi aspek pemasaran, manajemen dan
keuangan. Sehingga tujuan satu desa satu kelompok usaha, satu kelompok usaha satu badan
usaha desa bisa terwujud. Badan Usaha Milik Desa (BumDes) sebaiknya dikelola dengan prinsip
social enterprises dan berbentuk koperasi.
Para pendamping tersebut bisa berasal dari berbagai kalangan. Saat ini ada pendamping dari
Konsultan Keuangan Mitra Bank, fasilitator dari program PNPM, Sarjana penggerak
pembangunan SP2W, LSM dan penyuluh-penyuluh dari instansi terkait. Selain
pendamping-pendamping tersebut masih ada para mahasiswa yang turun ke masyarakat baik
untuk memenuhi tugas perkuliahan maupun untuk program kuliah kerja nyata (KKN).
Untuk itu perlu ada standarisasi untuk pola pendampingan, sehingga pendampingan yang
dilakukan bisa sinergis dan berkelanjutan. Kami telah menyusun kurikulum dan modul pelatihan
untuk meningkatkan kompetensi pendamping.
Maksud & Tujuan
1. Meningkatkan kompetensi pendamping untuk pemetaan potensi desa dan membuat jejaring
desa wirausaha menuju one village one product, one village one corporation.
2. Meningkatkan kompetensi pendamping untuk penguatan kelembagaan dan manajerial agar

usaha mikro, kecil dan menengah naik kelas,
3. Meningkatkan kompetensi pendampinng dalam usaha linkage antara pelaku usaha di desa
dengan lembaga keuangan atau pihak-pihak terkait lainnya.
Paradigma Baru Pemberdayaan Masyarakat
Program pelatihan ini adalah satu bagian dari upaya terpadu untuk pemberdayaan masyarakat
dengan menggunakan paradigma baru. Prinsip-prinsip paradigma baru pemberdayaan
masyarakat adalah:
1. Menjadikan penerima bantuan sebagai subyek. Masyarakat harus siap untuk dibantu. Mereka
harus sadar bahwa hidup harus bekerja. Bekerja tidak asal bekerja, tetapi bekerja untuk
mendapatkan untung. Setelah mendapatkan untung maka sebagian ditabung.
2. Masyarakat harus diajari tentang fasilitas-fasilitas perbankan. Masyarakat akan dibimbing
untuk melek finansial (financial literacy). Selanjutnya dibiasakan untuk menabung (financial
inclusion). Sehingga memiliki rekam jejak yang baik dalam pengelolaan keuangan (financial
passport). Ketika masyarakat telah memiliki rekam jejak yang bagus dalam hal pengelolaan
keuangan, maka banyak pihak akan berkenan membantu.

3. Pemberdayaan harus berbasis potensi lokal. Potensi lokal ini digali dan dipetakan rantai nilai.
Selanjutnya diarahkan untuk membentuk cluster-cluster / kantong-kantong pengembagan
ekonomi menuju one village one product.
4. Pemberdayaan masyarakat harus dilembagakan bukan hanya sekedar proyek. Lembaga yang

dibentuk tidak harus berbentuk formal, bisa paguyuban, bisa kelompok usaha ataupun
berbadan hukum seperti CV atau Koperasi.
5. Upaya pendekatan kelembagaan tersebut harus dibuat perencanaan strategis untuk
meningkatkan kelas kelompok usaha dari mikro ke kecil, dari kecil ke menengah dan dari
menengah ke besar.
6. Masing-masing kelompok usaha harus ada pendamping. Pendamping diambil dari berbagai
pelaku pendampingan yang sudah detraining dengan paradigma baru.
7. Pendamping akan memonitor perkembangan usaha dengan sistem monitoring berbasis web,
sehingga kita akan bisa mendapatkan peta terbaru tentang sebaran usaha, perkembangan
usaha maupun status mana UMKM yang sudah dibantu bank, mana yang belum, permasalahan
dan kendala apa dll.
8. Fase terakhir adalah mendorong saling hubung antar pelaku usaha dan pihak-pihak terkait
(linkage). Usaha-usaha mikro akan diarahkan untuk mendapatkan bantuan CSR atau PKBL,
usaha kecil akan diarahkan mendapatkan KUR dan usaha menengah akan diarahkan untuk
mengakses pinjaman komersial.
Isi Modul
1. Paradigma Baru Pemberdayaan Masyarakat
2. Kemampuan fasilitasi
3. Pemetaan Potensi dan Studi Kelayakan
4. Penyusunan Proposal Usaha atau Proposal Kredit

Hubungi kami kalau anda membutuhkan modul tersebut !
Kontak kami
deny@syncoreconsulting.com atau lewat telepon di 0274-488599 (jam kerja)
Tags: modul
Permalink | Comments (0) | Last updated on May 13, 2015