Modul pratugas pendamping desa pemberdayaan kemendes

(1)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 1

Modul

Pelatihan Pratugas

PENDAMPING DESA


(2)

(3)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 3

KOMPETENSI KHUSUS

PENDAMPING DESA


(4)

(5)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 5

Pokok Bahasan

1

FASILITASI PENGELOLAAN

KEUANGAN DESA


(6)

(7)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 7 Pengantar

Pengelolaan Keuangan Desa sebagai rangkaian kegiatan, diawali dengan kegiatan Perencanaan, yaitu penyusunan APBDesa. Dengan demikian, penting untuk memahami secara tepat berbagai aspek APBDesa: fungsi, ketentuan, struktur, sampai mekanisme penyusunannya, sebagaimana diuraikan pada Bab ini.

Pengertian

Secara umum, pengertian perencanaan keuangan adalah kegiatan untuk memperkirakan pendapatan dan belanja untuk kurun waktu tertentu di masa yang akan datang. Dalam kaitannya dengan Pengelolaan Keuangan Desa, perencanaan dimaksud adalah proses penyusunan APBDes.

Sebagaimana telah dipaparkan pada Bab I, penyusunan APBDesa berdasar pada RKPDesa, yaitu rencana pembangunan tahunan yang ditetapkan dengan Peraturan Desa (Perdes). Dengan demikian, APBDesa yang juga ditetapkan dengan Perdes, merupakan dokumen rencana kegiatan dan anggaran yang memiliki kekuatan hukum.

Fungsi APB Desa

Sebagai dokumen yang memiliki kekuatan hukum, APBDesa menjamin kepastian rencana kegiatan, dalam arti mengikat Pemerintah Desa dan semua pihak yang terkait, untuk melaksanakan kegiatan sesuai rencana yang telah ditetapkan, serta menjamin tersedianya anggaran dalam jumlah yang tertentu yang pasti, untuk melaksanakan rencana kegiatan dimaksud. APBDesa menjamin kelayakan sebuah kegiatan dari segi pendanaan, sehingga dapat dipastikan kelayakan hasil kegiatan secara teknis.

Ketentuan Penyusunan APB Desa

Apa saja yang Harus Diperhatikan dalam Penyusunan APBDes?

Dalam menyusun APBDes, ada beberapa ketentuan yag harus dipatuhi:

 APBDesa disusun berdasarkan RKPDesa yang telah ditetapkan dengan Perdes.

SPB

1.1

Bahan Bacaan

Perencanaan Pengelolaan

Keuangan Desa


(8)

 APBDesa disusun untuk masa 1 (satu) tahun anggaran, terhitung mulai 1 Januari sampai 31 Desember tahun berikutnya.

 Rancangan APBDesa harus dibahas bersama dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

 APBDesa dapat disusun sejak bulan September dan harus ditetapkan dengan Perdes, selambat-lambatnya pada 31 Desember pada tahun yang sedang dijalani.

Selain itu, secara teknis penyusunan APBDesa juga harus memperhatikan: a. Pendapatan Desa

Pendapatan Desa yang ditetapkan dalam APBDes merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki kepastian serta dasar hukum penerimaannya. Rasional artinya menurut pikiran logis atau masuk akal serta sesuai fakta atau data.

b. Belanja Desa

Belanja desa disusun secara berimbang antara penerimaan dan pengeluaran, dan penggunaan keuangan desa harus konsisten (sesuai dengan rencana, tepat jumlah, dan tepat peruntukan), dan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Pembiayaan Desa

Pembiayaan desa baik penerimaan pembiayaan maupun pengeluaran pembiayaan harus disesuaikan dengan kapasitas dan kemampuan nyata/sesungguhnya yang dimiliki desa, serta tidak membebani keuangan desa di tahun anggaran tertentu. d. SiLPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggara)

Dalam menetapkan anggaran Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA), agar disesuaikan dengan kapasitas potensi riil yang ada, yaitu potensi terjadinya pelampauan realisasi penerimaan desa, terjadinya penghematan belanja, dan adanya sisa dana yang masih mengendap dalam rekening kas desa yang belum dapat direalisasikan hingga akhir tahun anggaran sebelumnya.

Mekanisme, Tugas, dan Tanggungjawab Pelaku dalam Penyusunan APB Desa

Mekanisme (prosedur dan tatacara) penyusunan APBDesa dapat dilihat pada bagan alur di bawah ini:


(9)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 9 Sekretaris

Desa

•Menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa berdasarkan RKPDesa tahun berkenaan.

•Menyampaikan rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa kepada Kepala Desa.

Kepala Desa

•Rancangan peraturan Desa tentang APBDesa disampaikan oleh Kepala Desa kepada Badan Permusyawaratan Desa untuk dibahas dan disepakati bersama.

Kepala Desa & BPD

•Rancangan peraturan Desa tentang APBDesa disepakati oleh Kepala Desa dan BPD pada bulan Oktober tahun berjalan


(10)

Membaca Struktur APB Desa

Struktur/susunan APBDes terdiri dari tiga komponen pokok: A. Pendapatan Desa

B. Belanja Desa C. Pembiayaan Desa

Masing-masing komponen itu diuraikan lebih lanjut, sebagai berikut: A. Pendapatan Desa

Pendapatan Desa, meliputi semua penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa.

Kelompok Pendapatan

Jenis Pendapatan Rincian Pendapatan

Pendapatan Asli Desa

a. Hasil Usaha b. Hasil Aset

c. Swadaya, partisipasi, gotong royong

d. Lain-lain Pendapatan Asli Desa

Hasil Bumdes, Tanah Kas Desa

Tambatan perahu, pasar desa, tempat pemandian umum, jaringan irigasi Membangun dengan kekuatan sendiri

yang melibatkan peran serta masyarakat berupa tenaga, barang yang dinilai dengan uang

 Hasil pungutan desa Transfer a. Dana Desa;

b. Bagian dari Hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota dan Retribusi Daerah;

c. Alokasi Dana Desa (ADD);

d. Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi; dan

e. Bantuan Keuangan APBD Kabupaten/Kota.

Pendapatan Lain-lain

a. Hibah dan Sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat; b. Lain-lain pendapatan Desa yang

sah.

 Pemberian berupa uang dari pihak ketiga

 Hasil kerjasama dengan pihak ketiga atau bantuan perusahaan yang berlokasi di desa


(11)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 11 B. Belanja Desa

Belanja desa, meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa. Belanja desa dipergunakan dalam rangka mendanai penyelenggaraan kewenangan Desa.

Kelompok Belanja Jenis Kegiatan (Sesuai RKP Desa)

Jenis Belanja dan Rincian Belanja

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa a.Kegiatan Pembayaran Penghasilan

Tetap dan

Tunjangan

b.Kegiatan operasional kantor

Belanja Pegawai

1. Pembayaran penghasilan tetap  Kepala Desa (1 org)

 Perangkat Desa (Kaur, Kasi, Kadus, dll mis. 11 org)

2. Pembayaran tunjangan  Kepala Desa

 Perangkat Desa (Kaur, Kasi, Kadus)  BPD (mis: 5 org)

3. Insentif RT dan RW (mis: 5 RW, 25 RT) 1.Belanja Barang dan Jasa

 ATK, Listrik, Air, Telepon

 Fotocopy/Penggandaan

 Benda Pos 2.Belanja Modal

 Komputer

 Mesin Tik

 Meja, Kursi, Lemari Pelaksanaan

Pembangunan Desa

Kegiatan

Pembangunan Jalan Lingkungan (Rabat Beton), dll (contoh)

1. Belanja Barang dan Jasa

 Upah  Sewa Mobil  Minyak Bekesting  Paku, Benang

2. Belanja Modal

 Marmer Prasasti  Beton Readymix  Kayu

 Pasir  Batu  Plastik Cor Pembinaan

Kemasyarakatan Desa

Kegiatan

Penyelenggaraan Keamanan dan Ketertiban

Lingkungan (contoh)

1. Belanja Barang dan Jasa

 Honor Pelatih  Transpor Peserta  Konsumsi  Alat Pelatihan  dll


(12)

Pemberdayaan Masyarakat Desa

Kegiatan Pelatihan Kelompok Tani (contoh)

1. Belanja Barang dan Jasa

 Honor Penyuluh Pertanian  Transpor Penyuluh  Konsumsi

 Alat Pelatihan

2. Belanja Modal

Belanja Tak Terduga

Komposisi Belanja dalam APBDesa

Pasal 100, PP 43 2014, Belanja Desa yang ditetapkan dalam APB Desa digunakan dengan ketentuan:

a. paling sedikit 70% (tujuh puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja Desa digunakan untuk mendanai penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa

b. paling banyak 30% (tiga puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja Desa digunakan untuk:

1. penghasilan tetap dan tunjangan kepala Desa dan perangkat Desa; 2. operasional Pemerintah Desa;

3. tunjangan dan operasional Badan Permusyawaratan Desa; dan 4. insentif rukun tetangga dan rukun warga

Perhitungan Penghasilan Tetap (Siltap) Aparat Pemerintah Desa

Pasal 81 PP 43 Tahun 2014, Penghasilan tetap kepala Desa dan perangkat Desa dianggarkan dalam APB Desa yang bersumber dari ADD.

Pengalokasian ADD untuk penghasilan tetap kepala Desa dan perangkat Desa menggunakan penghitungan sebagai berikut:

a. ADD yang berjumlah kurang dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) digunakan maksimal 60% (enam puluh perseratus);

b. ADD yang berjumlah Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp 700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah) digunakan maksimal 50% (lima puluh perseratus);

c. ADD yang berjumlah lebih dari Rp 700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah) sampai dengan Rp 900.000.000,00 (sembilan ratus juta rupiah) digunakan maksimal 40% (empat puluh perseratus);

d. ADD yang berjumlah lebih dari Rp 900.000.000,00 (sembilan ratus juta rupiah) digunakan maksimal 30% (tiga puluh perseratus).


(13)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 13 C. Pembiayaan Desa

Pembiayaan Desa meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

Penerimaan Pembiayaan

a. Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya b.Pencairan Dana Cadangan

c. Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan.

 Pelampauan penerimaan pendapatan terhadap belanja  Penghematan belanja

 Sisa dana kegiatan lanjutan.

Pengeluaran Pembiayaan

a. Pembentukan Dana Cadangan b. Penyertaan Modal Desa.

 Kegiatan yang penyediaan dananya tidak dapat sekaligus/sepenuhnya

dibebankan dalam satu tahun anggaran.

Mewujudkan Asas PKD dalam Kegiatan Perencanaan

Perencanaan adalah awal dari sebuah kegiatan. Bila perencanaan itu dilakukan dengan tepat dan baik, akan memberikan pengaruh yang besar terhadap pelaksanaan dan kemudian hasil kegiatan. Ketepata perencanaan itu akan terjamin bila dalam prosesnya benar-benar mengacu pada ketentuan dan didasarkan pada azas-azas Pengelolaan Keuangan Desa. Bagaimana agar azas-azas itu mewujud dalam proses perencanaan? Tabel di bawah ini, mencoba memberikan gambaran.

Asas Penerjemahannya dalam Perencanaan Yang dibutuhkan …

Partisipasi  Pemerintah Desa membuka ruang/mengikutsertakan masyarakat dalam menyusun RKP Desa maupun Rancangan APBDesa

 BPD melakukan konsultasi dengan masyarakat sebelum membahas Rancangan APBDesa bersama Pemerintah Desa

 Masyarakat memberikan masukan kepada Pemerintah Desa dan/atau BPD

 Komitmen Kepala Desa untuk melibatkan masyarakat secara optimal

 Warga masyarakat yang memahami ketentuan mauoun teknis penyusunan APBDesa  Aturan dan mekanisme kerja

BPD yang memastikan adanya konsultasi publik

 Tata kerja BPD untuk menyerap dan menampung aspirasi masyarakat.

Transparansi Mengumumkan, menginformasikan jadwal, agenda, dan proses perencanaan, serta hasil perencanaan secara terbuka kepada masyarakat

 Sosialisasi dilakukan secara resmi oleh Pemerintah Desa dan BPD

 Sarana prasarana

penyebartahuan informasi  Warga peduli informasi Akuntabel  Proses (tahap kegiatan) dilakukan

sesuai ketentuan

 Kegiatan dilakukan oleh pihak yang berkompeten

 Rencana disusun berdasarkan aspirasi masyarakat dan data

 Rencana disepakati oleh para pihak terkait

 Mengumumkan,

menyosialisasikan ketentuan dan proses peyusunan APBDesa  Pembahasan Rancangan

APBDesa dilakukan secara terbuka, dalam arti dapat dihadiri oleh masyarakat

 Warga yang peduli pembahasan APBDesa


(14)

Tertib dan Disiplin

Anggaran

 Mengalokasikan anggaran dalam jumlah tertentu dalam APBDesa untuk membiayai proses perencanaan  Anggaran dimaksud digunakan secara

tepat jumlah dan hanya untuk kegiatan perencanaan

Rincian kegiatan dalam proses perencanaan yang membutuhkan dukungan pendanaan secara wajar.


(15)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 15 Pengantar

Berdasarkan APBDesa yang dihasilkan pada tahap Perencanaan, dimulailah tahap Pelaksanaan. Kegiatan pokok pada tahap ini mencakup: penyusunan RAB, pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP), dan selanjutnya pelaksanaan kegiatan di lapangan. Hal yang juga sangat pentig untuk dipahami dengan tepat dan benar adalah tugas dan tanggungjawab masing-masing pelaku (Pengelola). Bab ini akan memaparkan secara rinci topik di atas. Pengertian

Pelaksanaan dalam Pengelolaan Keuangan Desa adalah rangkaian kegiatan untuk melaksanakan rencana dan anggaran yang telah ditetapkan APBDesa. Kegiatan pokok dalam fase pelaksanaan ini pada dasarnya bisa dipilah menjadi dua: 1) Kegiatan yang berkaitan dengan pengeluaran uang, dan 2) Pelaksanaan kegiatan di lapangan.

Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Desa, adalah:

 Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa (pasal 24 ayat 1 Permendagri 113 Tahun 2014).

 Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah (pasal 24 ayat 3 Permendagri 113 Tahun 2014).

 Pengeluaran desa yang mengakibatkan beban APBDesa tidak dapat dilakukan sebelum rancangan peraturan desa tentang APBDesa ditetapkan menjadi peraturan desa(pasal 26 ayat 1 Permendagri 113 Tahun 2014). Pengecualian untuk belanja pegawai yang bersifat mengikat dan operasional kantor yang sebelumnya telah ditetapkan dalam Peraturan Kepala Desa.

SPB

1.2

Bahan Bacaan

Pelaksanaan Keuangan Desa


(16)

Tugas dan Tanggungjawab Pelaku

Unsur Pengelola Tugas dan Tanggungjawab

Kepala Seksi (Kasi)  Meyusun RAB - Rencana Anggaran Biaya.  Mengajukan SPP – surat permohonan pencairan  Memfasilitasi pengadaan Barang dan Jasa  Mengerjakan Buku Kas Pembantu Kegiatsn Sekretaris Desa:  Memverifikasi RAB

 Memverifikasi persyaratan pengajuan SPP Kepala Desa  Mengesahkan RAB

 Menyetujui SPP

Bendahara  Melakukan pembayaran/pengeluaran uang dari kas Desa  Mencatat transaksi dan menyusun Buku Kas Umum  Mendokumentasikan bukti bukti pengeliaran

Rangkaian Kegiatan Pelaksanaan

Kegiatan awal yang harus dilakukan pada tahap ini meliputi: 1) Penyusunan RAB. 2) Pengadaan Barang dan Jasa. 3) Pengajuan SPP. 4) Pembayaran, dan 5) Pengerjaan Buku Kas Pembantu Kegiatan. Rangkaian kegiatan dimaksud, secara rinci diuraikan sebagai berikut: 1. Penyusunan RAB

Sebelum menyusun RAB, harus dipastikan tersedia data tentang standar harga barang dan jasa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan. Standar harga dimaksud diperoleh melalui survey harga di lokasi setempat (desa atau kecamatan setempat). Dalam hal atau kondisi tertentu, standar harga untuk barang dan jasa (tertentu) dapat menggunakan standar harga barang/jasa yang ditetapkan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Adapun prosedur dan tatacara penyusunan RAB adalah sebagai berikut:

 Pelaksana Kegiatan (Kepala Seksi) menyiapkan RAB untuk semua rencana kegiatan

 Sekretaris Desa memverifikasi RAB dimaksud

 Kepala Seksi mengajukan RAB yang sudah diverifikasi kepada Kepala Desa


(17)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 17 Contoh RAB

RENCANA ANGGARAN KEGIATAN DESA: MUTIARA KEC.: BATU MULIA

TAHUN ANGGARAN 2015 1. Bidang : Pelaksanaan Pembangunan Desa 2. Kegiatan : Jalan Lingkungan (Rabat Beton) 3. Waktu Pelaksanaan :

Rincian Pendanaan

No. URAIAN Volume Satuan Harga

Satuan Rp. Jumlah Rp.

1 2 3 4 5

1. Belanja Barang dan Jasa

1.1 Upah Pekerja 137 HOK 40.000 5.480.000 1.2 Upah Tukang 45 HOK 50.000 2.250.000 1.3 Paku 5-10 cm 11 Kg 16.000 176.000 1.4 Minyak Bekesting 4 Ltr 2.000 7.200

1.5 Benang 5 bh 3.000 15.000

1.6 Mobil Pik Up 4 hari 250.000 1.000.000

1.7 Ember 5 glg 5.000 25.000

Sub Total 1) 8.953.200 2. Belanja Modal

2.1 Beton Readymix 86 M3

800.000 68.800.000

2.2 Kayu Bekesting 2 M3

1.100.000 1.760.000

2.3 Pasir Urug 25 M3

110.000 2.706.000

2.4 Plastik cor 757 M2

2.000 1.514.000

2.5 Batu Scroup 11 M3

130.000 1.430.000 2.6 Papan Proyek 1 bh 150.000 150.000 2.7 Prasasti Marmer 1 bh 350.000 350.000


(18)

Sub Total 2) 76.710.000

Total 85.663.200,00

Desa Mutiara, tanggal... Disetujui/Mensahkan

Kepala Desa Pelaksana Kegiatan

2. Pengadaan Barang/Jasa

Berdasarkan RAB yang sudah disahkan Kepala Desa dan rencana teknis pengerjaan kegiatan di lapangan, Kepala Seksi (Pelaksana Kegiatan) memproses/memfasilitasi Pengadaan Barang dan Jasa guna menyediakan barang/jasa sesuai kebutuhan suatu kegiatan yang akan dikerjakan, baik yang dilakukan secara swakelola maupun oleh pihak ketiga. Pengadaan barang dan jasa dimaksud bertujuan untuk dan menjamin:

 Penggunaan anggaran secara efisien efisien  Efektifitas pelaksanaan sebuah kegiatan

 Jaminan ketersediaan barang dan jasa yang sesuai (tepat jumlah, tepat waktu, dan sesuai spesifikasi)

 Transparansi dan akuntabilitas dalam penyediaan barang/jasa

 Peluang yang adil bagi seluruh masyarakat atau pengusaha terutama yang berada di desa setempat untuk berpartisipasi

Dengan demikian, pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan prinsip-prinsip efisien, efektif, transparan, pemberdayaan masyarakat, gotong-royong, dan akuntabel serta sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa dapat berjalan sesuai dengan tata kelola pemerintahan yang baik dan memberikan manfaat yang optimal bagi pembangunan desa.

Prioritas bagi warga dan.atau pengusaha desa setempat, serta barang dan jasa yang tersedia atau dapat disediakan di desa setempat, mengandung maksud untuk mendorong peningkatan kegiatan ekonomi lolal/desa. Dengan demikian, memberikan dampak yang nyata bagi perkembangan eknomi masyarakat desa. Namun, proses pengadaan itu harus tetap berdasar pada ketentuan dan mekanisme yang ditetapkan dalam peraturan.


(19)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 19 Peraturan Pengadaan Barang dan Jasa di Desa

Pengadaan barang dan/atau jasa di Desa, sebagaimana diatur dalam PP No. 43 tahun 2014, diatur dengan peraturan bupati/walikota dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, setiap Bupati/Wali Kota wajib menerbitkan Peraturan Bupati/Walikota yang mengatur tatacara dan menggariskan ketentuan pengadaan barang dan jasa di desa.

Salah satu peraturan tentang pengadaan barang dan jasa adalah Perka LKPP No. 13 Tahun 2013 tentang Pedoman Tatacara Pengadaan Barang/Jasa di Desa. Dalam Perka dimaksud dinyatakan secara jelas bahwa pengadaan barang/jasa yang bersumber dari APBDesa di luar ruang lingkup pengaturan pasal 2 Perpres 54 /2010 jo Perpres 70/2012. Menurut Perka LKPP tersebut, tata cara pengadaan barang/jasa oleh Pemerintah Desa yang sumber pembiayaannya dari APBDesa ditetapkan oleh kepala daerah dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan Kepala LKPP dan kondisi masyarakat setempat. Berikut disajikan informasi tentang pokok-pokok pengaturan dalam Perka LKPP dimaksud:


(20)

3. Pengajuan SPP

Selanjutnya, Kepala Seksi sebagai Koordinator Pelaksana Kegiatan mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) sesuai prosedur dan tatacara sebagai berikut:

 Berdasarkan RAB tersebut, Pelaksana Kegiatan membuat Surat Permintaan Pembayaran (SPP) kepada Kepala Desa dilengkapi dengan Pernyataan Tanggung Jawab Belanja dan Bukti Transaksi. Ke

 Sekretaris Desa melakukan verifikasi terhadap SPP beserta lampirannya.

 Kepala Seksi mengajukan dokumen SPP yang sudah diverifikasi kepada Kepala Desa  Kepala Desa menyetujui SPP dan untuk selanjutnya dilakukan pembayaran.

4. Pembayaran

Prosedur dan tatacara pembayaran ditetapkan sebagai berikut:

 Kepala Seksi menyerahkan dokumen SPP yang telah disetujui/disahkan Kepala Desa  Bendahara melakukan pembayaran sesuai SPP

Bendahara melakukan pencatatan atas pengeluaran yang terjadi.

De

Tentang Pajak

Bendahara desa sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

 Pajak adalah perwujudan dari pengabdian dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

 Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak. Jadi wajib pajak terdiri dari dua golongan besar yaitu orang pribadi atau badan dan pemotong atau pemungut pajak.

 Pemotong pajak adalah istilah yang digunakan pemungut pajak penghasilan (PPh) atas pengeluaran yang sudah jelas /pasti sebagai penghasilan oleh penerimanya. Misal pengeluaran untuk gaji, upah, honorarium (imbalan kerja atau jasa) sewa, bunga, dividen, royalti (imbalan penggunaan harta atas modal). Bendahara diwajibkan untuk memotong PPh atas pembayaran terhadap penerima. Jenis-jenis PPh, ada PPh perorangan (PPh 21) dan PPh badan (PPh 23).

 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan terhadap penyerahan barang kena pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha. Prinsip dasar cara pemungutan PPN adalah penjual atau pengusaha kena pajak (PKP) memungut pajak dari si pembeli. Pembeli pada waktu menjual memungut PPN terhadap pembeli berikutnya. Penjual atau PKP wajib menerbitkan Faktur Pajak minimal dua rangkap. Lembar kedua untuk PKP penjual – namanya Pajak. Keluaran dan lembar pertama untuk PKP pembeli – namanya pajak masukan. Tarif PPN pada umumnya adalah 10% (sepuluh persen) dari harga jual selanjutnya yang harus dibayar oleh pembeli adalah 110% (seratus sepuluh persen).

 Setiap penerimaan dan pengeluaran pajak dicatat oleh Bendahara dalam buku pembantu kas pajak.


(21)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 21 5. Pengerjaan Buku Kas Pembantu Kegiatan

Kepala Seksi/Pelaksana Kegiatan bertanggungjawab terhadap tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan dengan mempergunakan Buku Kas Pembantu kegiatan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan didesa. Buku Kas Pembantu Kegiatan ini berfungsi untuk mencatat semua transaksi penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh Pelaksana Kegiatan.


(22)

BUKU KAS PEMBANTU KEGIATAN DESA……….. KECAMATAN……….. TAHUN ANGGARAN………. 1. Bidang :

2. Kegiatan :

No Tgl Uraian

Penerimaan (Rp.) Nom or Bukti Pengeluaran(Rp.) Jumlah Pengemba lian ke Bendahara Saldo Kas (Rp.) Dari Bendahara Swadaya Masyaraka t Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pindahan Jumlah dari halaman sebelumnya Jumlah

Total Penerimaan Total Pengeluaran

Total Pengeluaran + Saldo Kas

Desa……….. …….,Tanggal…… Pelaksana Kegiatan

Mewujudkan Asas PKD dalam Kegiatan Pelaksanaan

Tahap Pelaksanaan ini adalah tahap yang rawan tindakan dan/atau peristiwa yang potensial menghambat kelancaran pengerjaan kegiatan di lapangan, antara lain: konflik diantara pihak-pihak terkait, penyimpangan, penyelewengan, dan penyalahgunaan wewenang, karena pada tahap ini terjadi aliran uang yang nyata. Untuk menghindari semua itu, ketentuan dan azas-azas Pengelolaan Keuangan Desa harus diperhatikan dan diwujudkan secara sungguh-sungguh.

Asas Penerjemahannya dalam Pelaksanaan

Yang dibutuhkan ….

Partisipasi Masyarakat terlibat dalam: 1. Survey harga 2. Menyusun RAB

3. Memfasilitasi proses pengadaan barang dan jasa

 Kasi terkait membentuk tim penyusun RAB

 Ada warga yang mengerti tentang tatacara dan terampil menghitung RAB


(23)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 23

Transparansi  Barang dan jasa yang dibutuhkan diumumkan secara terbuka

 Standar harga hasil survey diumumkan secara terbuka  Spesifikasi barang dan jasa yang

dibutuhkan diumumkan secara terbuka

 (Bila pengadaan melalui pelelangan) Penawaran dari pemenang lelang diumumkan secara terbuka

 Data harga dan spesifikasi barang dan jasa yang umum berlaku di desa setempat

 Warga yang memiliki pengetahuan tentang harga dan spesifikasi barang dan jasa yang dibutuhkan  Warga yang memiliki kemampuan

dan/atau usaha penyediaan barang dan jasa

 Mengumumkan renvana pengadaan barang dan jasa

Akuntabel  Kegiatan dilakukan sesuai ketentuan, prosesur, dan tatacara yang telah ditetapkan  Kegiatan dilakukan oleh pihak

yang berkompeten

 Setiap kegiatan didukung dan dapat dibuktikan dengan dokumen yang dipersyaratkan  Menyampaikan laporan

perrtanggungjawaban

penggunaan dana secara bertahap selama rentang waktu pengerjaan kegiatan

 Membuka ruang bagi masyarakat untuk melakukan pemantauan

 Mengumumkan, menyosialisasikan kegiatan yang akan dilaksanakan  Menyosialisasikan ketentuan dan

tatacara pelaksanaan kegiatan  Warga yang memiliki keterampilan

melakukan pemantauan

Tertib dan Disiplin

Anggaran

 Mencatat/membukukan setiap transaksi pada hari transaksi terjadi.

 Data keuangan konsiten (tepat jumlah dan tepat penggunaan)


(24)

Pengantar

Penatausahaan adalah kegiatan yang nyaris dilakukan sepanjang tahun anggaran. Kegiatan ini berrtupu pada tugas dan tanggungjawab Bendahara. Ketekunan dan ketelitian menjadi syarat dalam melaksanakan kegiatan ini. Apa saja ketentuan yang harus dipatuhi, tugas dan tanggung jawab Pengelola, prosedur dan dokumen penatausahaan dipaparkan secara rinci pada Bab ini.

Pengertian

Penatausahaan adalah pencatatan seluruh transaksi keuangan, baik penerimaan maupun pengeluaran uang dalam satu tahun anggaran.

Ketentuan Pokok Penatausahaan

Pengelola Keuangan Desa, khususnya Bendahara, wajib memahami beberapa hal yang menjadi ketentuan pokok dalam Penatausahaan, agar kegiatan Penatausahaan berlangsung secara benar dan tertib. Secara ringkas, ketentuan pokok dimaksud disajikan pada tabel di bawah ini:

Transaksi/Kegiatan Ketentuan Pokok

Rekening Desa 1. Rekening Desa dibuka oleh Pemerintah Desa di bank Pemerintah atau bank Pemerintah Daerah atas nama Pemerintah Desa.

2. Spesimen atas nama Kepala Desa dan Bendahara Desa dengan jumlah rekening sesuai kebutuhan.

Penerimaan Penerimaan dapat dilakukan dengan cara: 1. Disetorkan oleh bendahara desa

2. Disetor langsung oleh Pemerintah supra desa atau Pihak III kepada Bank yang sudah ditunjuk

3. Dipungut oleh petugas yang selanjutnya dapat diserahkan kepada Bendahara Desa atau disetor langsung ke Bank.

SPB

1.3

Bahan Bacaan

Penatausahaan Keuangan

Desa


(25)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 25

Penerimaan oleh bendahara desa harus disetor ke kas desa paling lambat tujuh hari kerja dibuktikan dengan surat tanda setoran

Pungutan Pungutan dapat dibuktikan dengan:

1. Karcis pungutan yang disahkan oleh Kepala Desa 2. Surat tanda bukti pembayaran oleh Pihak III 3. Bukti pembayaran lainnya yang sah

Pengeluaran 1. Dokumen penatausahaan pengeluaran harus disesuaikan dengan peraturan desa tentang APBDesa atau Peraturan Desa tentang Perubahan APBDesa

2. Pengeluaran dilakukan melalui pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP)

Tugas, Tanggung jawab, dan Prosedur Penatausahaan

 Bendahara Desa wajib melakukan penatausahaan terhadap seluruh penerimaan maupu pengeluaran.

 Bendahara Desa wajib mempertanggungjawabkan penerimaan uang yang menjadi tanggungjawabnya melalui laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada kepala desa paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

 Kepala Seksi, selaku Pelaksana Kegiatan bertanggungjawab terhadap tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan dengan mempergunakan buku pembantu kas kegiatan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan didesa.

Prosedur penatausahaan penerimaan

a. Prosedur Penerimaan melalui Bendahara Desa

Penyetoran langsung melalui Bendahara Desa oleh pihak ketiga, dilakukan sesuai prosedur dan tatacara sebagai berikut:

1) Pihak ketiga/penyetor mengisi Surat Tanda Setoran (STS)/tanda bukti lain.

2) Bendahara Desa menerima uang dan mencocokan dengan STS dan tanda bukti lainya.

3) Bendahara Desa mencatat semua penerimaan

4) Bendahara Desa menyetor penerimaan ke rekening kas desa


(26)

Dilarang..!!

Bendahara Desa dilarang:

 Membuka rekening atas nama pribadi di bank dengan tujuan pelaksanaan APBDes.  Menyimpan uang, cek atau surat berharga, kecuali telah diatur melalui peraturan

perundang-undangan.

b. Prosedur Penerimaan melalui Bank

Penyetoran melalui bank oleh pihak ketiga dilakukan sesuai prosedur dan tata- cara sebagai berikut:

1) Bank yang ditunjuk oleh Pemerintah Desa dlm rangka menyimpan uang dan surat berharga lainnya yang ditetapkan sebagai rekening kas desa.

2) Pihak ketiga/penyetor mengisi STS/tanda bukti lain sesuai ketentuan yg berlaku. 3) Dokumen yg digunakan oleh bank meliputi :

 STS/Slip setoran

 Bukti penerimaan lain yg syah

4) Pihak ketiga/penyetor menyampaikan pemberitahuan penyetoran yg dilakukan melalui bank kepada bendahara desa dengan dilampiri bukti penyetoran/slip setoran bank yg syah.

5) Bendahara desa mencatat semua penerimaan yg disetor melalui bank di Buku Kas Umum dan Buku Pembantu bank berdasarkan bukti penyetoran/slip setoran bank

Buku Kas

Penatausahaan, baik penerimaan maupun pengeluaran dilakukan dengan menggunakan: 1)Buku Kas Umum

Buku Kas Umum ini berfungsi untuk mencatat semua transaksi baik penerimaan maupun pengeluaran yang berkaitan dengan kas (uang tunai).


(27)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 27 BUKU KAS UMUM

DESA ……… KECAMATAN ………. TAHUN ANGGARAN ...

No. Tgl. KODE

REKENING URAIAN

PENERI-MAAN (Rp.)

PENGELU -ARAN

(Rp.)

NO BUKTI

JUMLAH PENGELUA

RAN KUMULATI

F

SALDO

1 2 3 4 5 6 7 8 9

JUMLAH Rp. Rp.

………., tanggal ………

MENGETAHUI BENDAHARA

DESA, KEPALA DESA,


(28)

2) Buku Kas Pembantu Pajak

Berfungsi untuk mencatat semua transaksi penerimaan dan pengeluaran pajak (khususnya PPh Pasal 21 dan PPn), dalam kaitannya Bendahara Desa sebagai Wajib Pungut (Wapu).

BUKU KAS PEMBANTU PAJAK

DESA ……… KECAMATAN ………. TAHUN ANGGARAN ...

No TANGGAL URAIAN PEMOTONGAN (Rp.)

PENYETORAN (Rp.)

SALDO (Rp.)

1 2 3 4 5 6

JUMLAH

...tanggal... Mengetahui


(29)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 29 3)

Buku Bank

Berfungsi untuk mencatat semua transaksi baik penerimaan maupun pengeluaran yang terkait dengan bank (penarikan, penyetoran, dll).

BUKU BANK DESA

DESA ……… KECAMATAN ………. TAHUN ANGGARAN ...

BULAN :

BANK CABANG :

REK. NO. :

N o

TGL TRAN SAKSI

URAIAN TRANSA

KSI

BUKTI TRANSAKS

I

PEMASUKAN PENGELUARAN

SALDO

SETOR AN (Rp.)

BUNGA BANK

(Rp.)

PENARI KAN (Rp.)

PAJAK (Rp.)

BIAYA ADMINIST

RASI (Rp.)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

TOTAL TRANSAKSI BULAN INI TOTAL TRANSAKSI KUMULATIF

MENGETAHUI

KEPALA DESA BENDAHARA DESA,

……….. ………


(30)

Selain berupa Buku Kas, Buku Bank dan Buku Kas Pembantu, bukti transaksi juga merupakan bagian dari penatausahaan dalam pengelolaan keuangan. Tanpa bukti transaksi, transaksi bisa dianggap tidak sah.

Bukti transaksi adalah dokumen pendukung yang berisi data transaksi yang dibuat setelah melakukan transaksi untuk kebutuhan pencatatan keuangan. Di dalam suatu bukti transaksi minimal memuat data: pihak yang mengeluarkan atau yang membuat. Bukti transaksi yang baik adalah di dalamnya tertulis pihak yang membuat, yang memverifikasi, yang menyetujui dan yang menerima.

Contoh Bukti Transaksi:

 Kuitansi: Merupakan bukti transaksi yang muncul akibat terjadinya penerimaan uang sebagai alat pembayaran suatu transaksi yang diterima oleh si penerima uang.

 Nota Kontan (Nota): Merupakan bukti pembelian atau penjualan barang yang dibayar secara tunai.

 Faktur: Merupakan bukti pembelian atau penjualan barang yang dibayar secara kredit.

 Memo Internal (Memo): Merupakan bukti transaksi internal antara pihak-pihakdalam internal lembaga. Misalnya: Pemakaian perlengkapan, penyusutan aktiva, penghapusan piutang, dll

 Nota Debit: Merupakan bukti pengembalian barang yang dibuat oleh pembeli. Barang dikembalikan biasanya karena cacat atau tidak sesuai pesanan.

 Nota Kredit: Merupakan bukti pengembalian barang yang dibuat oleh penjual. Barang dikembalikan biasanya karena cacat atau tidak sesuai pesanan

Nota


(31)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 31

Kwitansi

Status dan Fungsi Dokumen Penatausahaan

Buku Kas (Umum, Pajak, Pembantu Kegiatan, dan Bank), dan bukti-bukti transakasi adalah dokumen resmi milik Pemerintah Desa. Dokumen dimaksud berfungsi untuk sumber data untuk keperluan pemeriksaan/audit, dan juga sebagai barang bukti apabila diperlukan dalam proses hukum, dalam hal terjadi dugaan penyelewengan keuangan, atau tindak pidana lain terkait keuangan desa. Dengan demikian, tindakan secara sengaja menghilangkan, merusak, mengubah, seluruh atau sebagaian dokumen dimaksud adalah tindakan melawan hukum.

Mewujudkan Asas PKD dalam Kegiatan Penatausahaan

Bagaimana agar azas-azas Pengelolaan Keuangan Desa mewujud dalam kegiataan Penatausahaan?

Asas Penerjemahannya dalam Penatausahaan

Yang dibutuhkan….

Partisipasi Membuka peluang bagi kegiatan audit partisipatif

Warga yang memiliki kemampuan (pengetahuan dan ketermpilan) untuk meoakukan audit keuangan dan.atau proses

Transparan Mengumumkan secara terbuka Laporan Bulanan Bendahara

Akuntabel  Laporan bulanan Bendahara dilakukan secara rutin

 Dilakukan rekonsiliasi rekening setiap bulan

Tertib dan Disiplin

Anggaran

 Laporan bulanan Bendahara dilakukan tepat waktu

 Laporan bulanan Bendahara memuat semua transaksi dalam satu bulan laporan

 Data keuangan yang disampaikan konsisten

 Setiap transaksi dapat dibuktikan dengan bukti transaksi yang sah


(32)

LAPORAN REALISASI PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

SEMESTER PERTAMA PEMERINTAH DESA………….. TAHUN ANGGARAN…………. KODE REKENIN G

URAIAN JUMLAH

ANGGARAN (Rp.) JUMLAH REALISASI (Rp.) LEBIH/ KURANG (Rp.) KET.

1 2 3 4

1 PENDAPATAN

1 1 Pendapatan Asli Desa 1 1 1 Hasil Usaha

1 1 2 Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong

1 1 3 Lain-lain Pendapatan Asli Desa yang sah

1 2 Pendapatan Transfer 1 2 1 Dana Desa

1 2 2 Bagian dari hasil pajak &retribusi daerah kabupaten/ kota 1 2 3 Alokasi Dana Desa 1 2 4 Bantuan Keuangan 1 2 4 1 Bantuan Provinsi 1 2 4 2 Bantuan Kabupaten /

Kota

1 3 Pendapatan Lain lain 1 3 1 Hibah dan Sumbangan

dari pihak ke-3 yang tidak mengikat

1 3 2 Lain-lain Pendapatan Desa yang sah

JUMLAH PENDAPATAN 2 BELANJA

2 1 Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa 2 1 1 Penghasilan Tetap dan

Tunjangan 2 1 1 1 Belanja Pegawai:

- Penghasilan Tetap Kepala Desa dan Perangkat

- Tunjangan Kepala Desa dan Perangkat


(33)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 33

- Tunjangan BPD 2 1 2 Operasional Perkantoran 2 1 2 2 Belanja Barang dan Jasa

- Alat Tulis Kantor

- Benda POS

- Pakaian Dinas dfan Atribut

- Pakaian Dinas

- Alat dan Bahan Kebersihan

- Perjalanan Dinas

- Pemeliharaan

- Air, Listrik,dasn Telepon

- Honor

- dst………..

2 1 2 3 Belanja Modal

- Komputer

- Meja dan Kursi

- Mesin TIK

- dst………..

2 1 3 Operasional BPD

2 1 3 2 Belanja Barang dan Jasa

- ATK

- Penggandaan

- Konsumsi Rapat

- dst ……….

2 1 4 Operasional RT/ RW 2 1 4 2 Belanja Barang dan Jasa

- ATK

- Penggadaan

- Konsumsi Rapat

- dst ……….

2 2 Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa 2 2 1 Perbaikan Saluran Irigasi 2 2 1 2 Belanja Barang dan jasa

- Upah Kerja

- Honor

- dst………..

2 2 1 3 Belanja Modal

- Semen

- Material

- dst…………

2 2 2 Pengaspalan jalan desa 2 2 2 2 Belanja Barang dan Jasa :

- Upah Kerja

- Honor

- dst……… ………..


(34)

- Aspal

- Pasir

- dst ………

2 2 3 Kegiatan……… ………

2 3 Bidang Pembinaan Kemasyarakatan 2 3 1 Kegiatan Pembinaan

Ketentraman dan Ketertiban

2 3 1 2 Belanja Barang dan Jasa:

- Honor Pelatih

- Konsumsi

- Bahan Pelatihan

- dst………

2 3 2 Kegiatan………. 2 4 Bidang Pemberdayaan

Masyarakat

2 4 1 Kegiatan Pelatihan Kepala Desa dan Perangkat 2 4 1 2 Belanja Barang dan Jasa:

- Honor pelatih

- Konsumsi

- Bahan pelatihan

- dst………

2 4 2 Kegiatan……… …..

2 5 Bidang Tak Terduga 2 5 1 Kegiatan Kejadian Luar

Biasa

2 5 1 2 Belanja Barang dan Jasa:

- Honor tim

- Konsumsi

- Obat-obatan

- dst………

2 5 2 Kegiatan……… …

JUMLAH BELANJA SURPLUS / DEFISIT 3 PEMBIAYAAN

3 1 Penerimaan Pembiayaan 3 1 1 SILPA

3 1 2 Pencairan Dana Cadangan 3 1 3 Hasil Kekayaan Desa

Yang di pisahkan JUMLAH ( RP )


(35)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 35

3 2 Pengeluaran Pembiayaan 3 2 1 Pembentukan Dana

Cadangan

3 2 2 Penyertaan Modal Desa JUMLAH ( RP )

DISETUJUI OLEH

KEPALA DESA ……… TTD


(36)

Lembar Kerja Kelompok

LAPORAN REALISASI PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

SEMESTER AKHIR TAHUN PEMERINTAH DESA…………..

TAHUN ANGGARAN…………. KODE

REKENIN G

URAIAN JUMLAH

ANGGARAN (Rp.) JUMLAH REALISASI (Rp.) LEBIH/ KURANG (Rp.) KET.

1 2 3 4

PINDAHAN SALDO (SEMESTER PERTAMA )

1 PENDAPATAN

1 1 Pendapatan Asli Desa 1 1 1 Hasil Usaha

1 1 2 Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong

1 1 3 Lain-lain Pendapatan Asli Desa yang sah

1 2 Pendapatan Transfer 1 2 1 Dana Desa

1 2 2 Bagian dari hasil pajak &retribusi daerah kabupaten/ kota

1 2 3 Alokasi Dana Desa 1 2 4 Bantuan Keuangan 1 2 4 1 Bantuan Provinsi

1 2 4 2 Bantuan Kabupaten / Kota 1 3 Pendapatan Lain lain 1 3 1 Hibah dan Sumbangan dari

pihak ke-3 yang tidak mengikat 1 3 2 Lain-lain Pendapatan Desa yang

sah

JUMLAH PENDAPATAN

2 BELANJA

2 1 Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa 2 1 1 Penghasilan Tetap dan

Tunjangan 2 1 1 1 Belanja Pegawai:

- Penghasilan Tetap Kepala Desa dan Perangkat

- Tunjangan Kepala Desa dan Perangkat

- Tunjangan BPD 2 1 2 Operasional Perkantoran 2 1 2 2 Belanja Barang dan Jasa

- Alat Tulis Kantor - Benda POS

- Pakaian Dinas dfan Atribut - Pakaian Dinas

- Alat dan Bahan Kebersihan - Perjalanan Dinas


(37)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 37

- Pemeliharaan

- Air, Listrik,dasn Telepon - Honor

- dst………..

2 1 2 3 Belanja Modal - Komputer - Meja dan Kursi - Mesin TIK

- dst………..

2 1 3 Operasional BPD

2 1 3 2 Belanja Barang dan Jasa - ATK

- Penggandaan - Konsumsi Rapat

- dst ……….

2 1 4 Operasional RT/ RW 2 1 4 2 Belanja Barang dan Jasa

- ATK

- Penggadaan - Konsumsi Rapat

- dst ……….

2 2 Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa 2 2 1 Perbaikan Saluran Irigasi 2 2 1 2 Belanja Barang dan jasa

- Upah Kerja - Honor

- dst………..

2 2 1 3 Belanja Modal - Semen - Material

- dst…………

2 2 2 Pengaspalan jalan desa 2 2 2 2 Belanja Barang dan Jasa :

- Upah Kerja - Honor

- dst………..

2 2 2 3 Belanja Modal: - Aspal - Pasir

- dst ………

2 2 3 Kegiatan……… 2 3 Bidang Pembinaan

Kemasyarakatan 2 3 1 Kegiatan Pembinaan

Ketentraman dan Ketertiban 2 3 1 2 Belanja Barang dan Jasa:

- Honor Pelatih - Konsumsi - Bahan Pelatihan

- dst………

2 3 2 Kegiatan………. 2 4 Bidang Pemberdayaan


(38)

Masyarakat

2 4 1 Kegiatan Pelatihan Kepala Desa dan Perangkat

2 4 1 2 Belanja Barang dan Jasa: - Honor pelatih

- Konsumsi - Bahan pelatihan

- dst………

2 4 2 Kegiatan……….. 2 5 Bidang Tak Terduga

2 5 1 Kegiatan Kejadian Luar Biasa 2 5 1 2 Belanja Barang dan Jasa:

- Honor tim - Konsumsi - Obat-obatan

- dst………

2 5 2 Kegiatan……… JUMLAH BELANJA SURPLUS / DEFISIT

3 PEMBIAYAAN

3 1 Penerimaan Pembiayaan 3 1 1 SILPA

3 1 2 Pencairan Dana Cadangan 3 1 3 Hasil Kekayaan Desa Yang di

pisahkan JUMLAH ( RP )

3 2 Pengeluaran Pembiayaan 3 2 1 Pembentukan Dana Cadangan 3 2 2 Penyertaan Modal Desa

JUMLAH ( RP )

DISETUJUI OLEH

KEPALA DESA ……… TTD


(39)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 39 RANCANGAN PERATURAN DESA ...

NOMOR ... TAHUN... T E N T A N G

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN REALISASI PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

TAHUN ANGGARAN ... DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA ...

Menimbang : Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal .... Peraturan Daerah Kabupaten ... Nomor ... Tahun ... tentang ..., Kepala Desa wajib menyusun Peraturan Desa tentang Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan Anggaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ... Tahun Anggaran;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara tahun Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495)

2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5558);

4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor ... Tahun ... tentang Pengelolaan Keuangan Desa;

5. Peraturan Daerah Kabupaten ... Nomor ... Tahun ... tentang ... (Lembaran daerah Kabupaten ... Tahun ... Nomor ... );

6. Dst....

Dengan Kesepakatan Bersama

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ... MEMUTUSKAN

Menetapkan : RANCANGAN PERATURAN DESA ... TENTANG LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN REALISASI PELAKSANAAN ANGGARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA ... TAHUN ANGGARAN 20...MENJADI PERATURAN DESA ... TENTANG LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN REALISASI PELAKSANAAN ANGGARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA ... TAHUN ANGGARAN 20...

Pasal 1

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun Anggaran ... dengan rincian sebagai berikut: 1. Pendapatan Desa

Rp…... 2. Belanja Desa


(40)

b. Bidang Pembangunan Rp…... c. Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Rp…... d. Bidang Pemberdayaan Masyarakat Rp…... e. Bidang Tak Terduga Rp…... Jumlah Belanja Rp…...

Surplus/Defisit Rp…...

= = = = = = = = = === 3. Pembiayaan Desa

a. Penerimaan Pembiayaan Rp. ……... b. Pengeluaran Pembiayaan Rp. ... Selisih Pembiayaan ( a – b ) Rp……...

= = = = = = = = = =====

Pasal 2

Uraian lebih lanjut mengenai hasil pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa sebagaimana dimaksud Pasal 1, tercantum dalam lampiran Peraturan Desa ini terdiri dari:

1. Lampiran I : Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesaTahun Anggaran ...;

2. Lampiran II : Laporan Program Sektoral dan Program Daerah yang masuk ke desa.

Pasal 3

Lampiran-lampiran sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Desa ini.

Pasal 4 Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Desa ini dalam Lembaran Desa dan berita Desa oleh Sekretaris Desa.

Ditetapkan di ... Pada tanggal ... KEPALA DESA ...


(41)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 41 Lampiran I Peraturan Desa

Nomor : ...

Tentang : Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa Tahun Anggaran ...

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN REALISASI PELAKSANAAN APBDesa PEMERINTAH DESA ………

TAHUN ANGGARAN………. KODE

REKENING

URAIAN ANGGARAN

(Rp.) REALISAS I (Rp.) LEBIH/ KURANG (Rp.) KET.

1 2 3 4 5 6

1 PENDAPATAN

1 1 Pendapatan Asli Desa 1 1 1 Hasil Usaha

1 1 2 Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong

1 1 3 Lain-lain Pendapatan Asli Desa yang sah

1 2 Pendapatan Transfer 1 2 1 Dana Desa

1 2 2 Bagian dari hasil pajak

&retribusi daerah kabupaten/ kota

1 2 3 Alokasi Dana Desa 1 2 4 Bantuan Keuangan 1 2 4 1 Bantuan Provinsi

1 2 4 2 Bantuan Kabupaten / Kota 1 3 Pendapatan Lain lain 1 3 1 Hibah dan Sumbangan dari

pihak ke-3 yang tidak mengikat 1 3 2 Lain-lain Pendapatan Desa yang

sah

JUMLAH PENDAPATAN

2 BELANJA

2 1 Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa 2 1 1 Penghasilan Tetap dan

Tunjangan 2 1 1 1 Belanja Pegawai:

- Penghasilan Tetap Kepala Desa dan Perangkat

- Tunjangan Kepala Desa dan Perangkat

- Tunjangan BPD 2 1 2 Operasional Perkantoran 2 1 2 2 Belanja Barang dan Jasa


(42)

- Alat Tulis Kantor - Benda POS

- Pakaian Dinas dfan Atribut - Pakaian Dinas

- Alat dan Bahan Kebersihan

- Perjalanan Dinas

- Pemeliharaan

- Air, Listrik,dasn Telepon

- Honor

- dst………..

2 1 2 3 Belanja Modal

- Komputer

- Meja dan Kursi

- Mesin TIK

- dst………..

2 1 3 Operasional BPD

2 1 3 2 Belanja Barang dan Jasa

- ATK

- Penggandaan

- Konsumsi Rapat

- dst ……….

2 1 4 Operasional RT/ RW 2 1 4 2 Belanja Barang dan Jasa

- ATK

- Penggadaan

- Komsumsi Rapat

- dst ……….

2 2 Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa 2 2 1 Perbaikan Saluran Irigasi 2 2 1 2 Belanja Barang dan jasa

- Upah Kerja

- Honor

- dst………..

2 2 1 3 Belanja Modal

- Semen

- Material

- dst…………

2 2 2 Pengaspalan jalan desa 2 2 2 2 Belanja Barang dan Jasa :

- Upah Kerja - Honor

- dst………..

2 2 2 3 Belanja Modal:

- Aspal - Pasir

- dst ………


(43)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 43 2 3 Bidang Pembinaan

Kemasyarakatan 2 3 1 Kegiatan Pembinaan

Ketentraman dan Ketertiban 2 3 1 2 Belanja Barang dan Jasa:

- Honor Pelatih

- Konsumsi - Bahan Pelatihan - dst………

2 3 2 Kegiatan………. 2 4 Bidang Pemberdayaan

Masyarakat

2 4 1 Kegiatan Pelatihan Kepala Desa dan Perangkat

2 4 1 2 Belanja Barang dan Jasa:

- Honor pelatih - Konsumsi - Bahan pelatihan

- dst………

2 4 2 Kegiatan………. 2 5 Bidang Tak Terduga

2 5 1 Kegiatan Kejadian Luar Biasa 2 5 1 2 Belanja Barang dan Jasa:

- Honor tim - Konsumsi - Obat-obatan

- dst………

2 5 2 Kegiatan……… JUMLAH BELANJA SURPLUS / DEFISIT

3 PEMBIAYAAN

3 1 Penerimaan Pembiayaan 3 1 1 SILPA

3 1 2 Pencairan Dana Cadangan 3 1 3 Hasil Kekayaan Desa Yang di

pisahkan JUMLAH ( RP )

3 2 Pengeluaran Pembiayaan 3 2 1 Pembentukan Dana Cadangan 3 2 2 Penyertaan Modal Desa

JUMLAH ( RP )

- Pembiayaan Netto

(PENERIMAAN PEMBIAYAAN – PENGELUARAN PEMBIAYAAN )


(44)

ANTARA PEMBIAYAAN NETTO

DENGAN HASIL

SURPLUS/DEFISIT)

TANGGAL ...

TTD


(45)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 45 Lampiran II Peraturan Desa

Nomor : ...

Tentang : Laporan Kekayaan Milik Desa Sampai Dengan 31 Desember 20... LAPORAN KEKAYAAN MILIK DESA

SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20...

URAIAN TAHUN N

(Tahun Periode Pelaporan)

TAHUN N-1 (Tahun Sebelumnya) I. ASET DESA

A. ASET LANCAR

1.

Kas Desa

a. Uang kas di Bendahara Desa

b. Rekening Kas Desa

2.

Piutang

a. Piutang Sewa Tanah b. Piutang Sewa Gedung c. dst...

3.

Persediaan

a. Kertas Segel

b. Materai

c. dst...

JUMLAH ASET LANCAR

B. ASET TIDAK LANCAR

1.

Investasi Permanen

- Penyertaan Modal Pemerintah Desa

2.

Aset Tetap

- Tanah

- Peralatan dan Mesin

- Gedung dan bangunan

- Jalan, Jaringan dan Instalasi

- dst...

3.

Dana Cadangan

- Dana Cadangan

4.

Aset tidak lancar Lainnya JUMLAH ASET TIDAK LANCAR JUMLAH ASET (A + B)

II.KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK JUMLAH KEKAYAAN BERSIH( I – II )

TANGGAL ... TTD


(46)

Penjelasan tabel:

1. Aset desa adalah barang milik desa yang berasal dari kekayaan asli desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah.

2. Uang kas adalah uang milik Pemerintah Desa, baik yang disimpan di Bendahara Desa maupun di rekening kas desa.

3. Piutang Desa adalah tagihan uang desa kepada pihak yang mengelola kekayaan desa, antara lain berupa tanah, gedung yang diharapkan akan dilunasi dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun anggaran sejak ditetapkannya kerjasama tersebut.

4. Persediaan adalah suatu kekayaan berupa barang milik pemerintah desa yang dinilai dengan uang baik berupa uang kertas maupun surat berharga dalam periode normal, antara lain kertas segel, materai, deposito, giro.

5. Aset Desa tidak lancar meliputi penyertaan modal pemerintah desa dan aset tetap milik desa antara lain tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, jaringan dan instalasi.

6. Dana cadangan adalah dana yang disisikan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan dana yang relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.

7. Kewajiban adalah utang yang timbul karena adanya pinjaman oleh Pemerintah. 8. Kekayaan bersih adalah selisih antara aset dan kewajiban pemerintah desa.


(47)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 47 Lampiran III Peraturan Desa

Nomor : ...

Tentang : Program Sektoral dan Program Daerah yang masuk Ke Desa PROGRAM SEKTORAL DAN PROGRAM DAERAH YANG MASUK KE DESA

Tanggal : ...…………

Desa : ………

Kecamatan : ………

Kabupaten : ..………… No. Jenis

Kegiatan

Lokasi Kegiatan

Rincian

Kegiatan Volume Satuan

Sumber Dana Jumlah (Rp)

Sub Total Jenis Kegiatan (1) Rp.

Sub Total Jenis Kegiatan (2) Rp.

Sub Total Jenis Kegiatan (3) Rp.

Sub Total (4) Rp.

Total (1 s/d 4) Rp.

tanggal, ... Kepala Desa (...)


(48)

Pengantar

Pelaporan dan Pertanggungjawaban adalah babakan terakhir dalam siklus Pengelolaan Keuangan Desa. Hal-hal pokok yang perlu dipahami berkenaan dengan Bab ini mencakup: pengertian dan makna laporan pertanggungjawaban, tahap, prosedur, dan tatacara penyampaian laporan pertanggungjawaban. Selain itu perlu dihayati bahwa pada hakikatnya laporan pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa adalah pemenuhan tanggungjawab kepada masyarakat-rakyat desa atas pengelolaan uang dan kepentingan rakyat oleh Pemerintah Desa.

Pelaporan

Pelaporan merupakan salah satu mekanisme untuk mewujudkan dan menjamin akuntabiltas pengelolaan keuangan desa, sebagaimana ditegaskan dalam asas Pengelolaan Keuangan Desa (Asas Akuntabel). Hakikat dari pelaporan ini adalah Pengelolaan Keuangan Desa dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai aspek: Hukum, administrasi, maupun moral. Dengan demikian, pelaporan pengelolaan keuangan desa menjadi kewajiban PemerintaD desa sebagai bagian tak terpisahkan dari penyelengaraan pemerintahan desa.

Fungsi

Pelaporan sebagai salah satu alat pengendalian untuk:  Mengetahui kemajuan pelaksanaan kegiatan, dan

 Mengevaluasi berbagai aspek (hambatan, masalah, faktor-faktor berpengaruh, keberhasilan, dan sebagainya) terkait pelaksaan kegiatan

Prinsip

Hal-hal penting atau prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pelaporan ini, antara lain:

a) Menyajikan informasi data yang valid, akurat dan terkini.

SPB

1.4

Bahan Bacaan

Pelaporan dan

Pertanggungjawaban

Pengelolaan Keuangan Desa


(49)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 49 b) Sistematis (mengikuti kerangka pikir logis)

c) Ringkas dan jelas

d) Tepat waktu sesuai kerangka waktu yang telah ditetapkan dalam Permendagri

Tahap, dan Prosedur Penyampaian Laporan

Pelaporan yang dimaksud dalam Pengelolaan Keuangan Desa adalah penyampaian laporan realisasi/pelaksanaan APB Desa secara tertulis oleh Kepala Desa (Pemerintah Desa) kepada Bupati/Walikota sesuai ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang dipilah dalam dua tahap:

 Laporan Semester Pertama disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota paling lambat pada akhir bulan Juli tahun berjalan

 Laporan Semester Kedua/Laporan Akhir disampaiakan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota paling lambat pada akhir bulan Januari tahun berikutnya.

Dokumen

Dokumen laporan yang disampaikan adalah

1. Form Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa Semester I, untuk Laporan Semester I 2. Form Realisasi Laporan Akhir, Untuk laporan akhir

Laporan Pertanggungjawaban

Laporan Pertanggungjawaban ini pada dasarnya adalah laporan realisasi pelaksanaan APBDesa yang disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota setelah tahun anggaran berakhir pada 31 Desember setiap tahun. Laporan pertanggungjawaban ini harus dilakukan oleh Kepala Desa paling lambat pada akhir bulan Januari tahun berikutnya.

Laporan Pertanggungjawaban ini ditetapkan dengan Peraturan Desa dengan menyertakan lampiran:

1. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa sesuai Form yang ditetapkan.

2. Laporan Kekayaan Milik Desa, dan

3. Laporan Program Sektoral dan Program Daerah yang masuk ke Desa Pertanggungjawaban Kepada Masyarakat

Sejalan dengan prinsip transparansi, akuntabel, dan partisipatif yang merupakan ciri dasar tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance), maka pertanggungjawaban tidak hanya disampaikan kepada pemerintah yang berwenang, tetapi juga harus disampaikan kepada masyarakat baik langsung maupun tidak langsung.

Secara langsung, pertanggungjawaban kepada masyarakat bisa disampaikan melalui Musyawarah Desa sebagai forum untuk membahas hal-hal strategis, yang dihadiri BPD dan unsur-unsur masyarakat lainnya. Selain itu, laporan pertanggungjawaban juga dapat disebarluaskan melalui berbagai sarana komunikasi dan informasi: papan Informasi Desa, web site resmi pemerintah kabupaten atau bahkan desa.


(50)

Penyampaian Informasi Laporan Kepada Masyarakat

Ditegaskan dalam asas pengelolaan keuangan adanya asas partisipatif. Hal itu berarti dalam pengelolaan keuangan desa harus dibuka ruang yang luas bagi peran aktif masyarakat. Sejauh yang ditetapkan dalam Permendagri, Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban realisasi/pelaksanaan APBDesa wajib diinformasikan secara tertulis kepada masyarakat dengan menggunakan media yang mudah diakses oleh masyarakat. Maksud pokok dari penginformasian itu adalah agar seluas mungkin masyarakat yang mengetahui berbagai hal terkait dengan kebijakan dan realisasi pelaksanaan APBDesa. Dengan demikian, masyarakat dapat memberikan masukan, saran, koreksi terhadap pemerintah desa, baik yang berkenaan dengan APBDesa yang telah maupun yang akan dilaksanakan.

Mewujudkan Asas PKD dalam Kegiatan Pelaporan dan Pertanggungjawaban

Sebagaimana telah dinyatakan di atas bahwa hakikat Pelaporan dan Pertanggungjawaban adalah Pengelolaan Keuangan Desa dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai aspek: Hukum, administrasi, maupun moral. Hal itu dapat dipenuhi apabila azas-azas Pengelolaan Keuangan Desa diwujudkan secara baik dan benar.

Asas Penerjemahannya dalam Pelaporan dan Pertanggungjawaban

Yang dibutuhkan

Partisipasi Membuka ruang bagi masyarakat untuk mencermati laporan pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa

Mengagendakan

penyampaian Laporan pertanggungjawaban dalam Musyawarah Desa

Transparansi  Menginformasikan secara terbuka Laporan realisasi/pelaksanaan APBDesa  Menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban dalam forum Musyawarah Desa

 Pengelolaan secara efektif media/sarana

penyampaian informasi  Aspirasi masyarakat agar

LPj diagendakan dalam Musyawarah Desa

Akuntabel  Laporan Semester I dan Laporan akhir sesuai Form yang telah ditetapkan  Isi/materi Lapaoran sesuai

 Dokumen Laporan

Pertanggungjawaban sesuai ketentuan  Laporan Pertanggungjawaban disusun

melalui proses pembahasan dengan BPD

 Laporan disampaikan kepada Bupati/Walikota sesuai ketentuan  Laporan diinformasikan kepada

masyarakat secara terbuka

 Warga yang memiliki pengethuan terkait laporan

pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa

 Warga yang peduli dan menaruh perhatian terhadap laporan pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa

Tertib dan Disiplin

Anggaran

 Laporan dilakukan tepat waktu  Data dalam laporan konsisten/sesuai  Data keuangan dalam laporan tepat

jumlah


(51)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 51

Pokok Bahasan

2

PENGEMBANGAN

EKONOMI PERDESAAN


(52)

(53)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 53

LEMBAR KASUS

“Potensi Ekonomi Kawasan Perdesaan”

Di bawah ini adalah peta sebuah kawasan perdesaan di sebuah Kecamatan yang menggambarkan hubungan antara Desa A dengan desa B.

Keterangan kondisi masing-masing Desa adalah sebagai berikut:

NO POTENSI DESA A DESA B Uraian Uraian

1 FISIK

Tanah/Lahan

Jalan antar Desa Ke Desa pusat ekonomi melalui Desa B ke arah ibu kota kecamatan dengan kondisi macadam dan agak rusak

Ke arah kecamatan

Pasar Induk 5.5 km dari desa 5 km dari desa Persawahan Ada 2 x padi 1 x palawija termasuk

sentra produksi

Ada 2 x padi 1 x palawija termasuk sentra produksi

Kolam ikan Nila, gurami dan mujair Nila, gurami dan mujair Tanaman Turi, Keres, bambu Turi, keres, bambu 2 NON FISIK

Lembaga non formal

System ijon, rentenir System ijon, rentenir

Lembaga pendidikan

SD, SMA sejauh 3.5 km dari desa SMP, SMA 3 km dari desa ke kecamatan

Lembaga Keuangan

Belum ada 5.5 km dari desa Belum ada 6 km dari desa

Lembaga Selain lembaga Desa terdapat juga PKK, LPM dan beberapa lembaga sosial desa lainnya.

Selain lembaga Desa terdapat juga PKK, LPM dan beberapa lembaga sosial desa lainnya.


(54)

Tambahan informasi

Penduduk setempat bermata pencaharian pegawai negeri, petani, perikanan darat maupun pertukangan, TNI Polri.

Penduduk setempat bermata pencaharian pegawai negeri, Polri, TNI, petani, perikanan darat

Sebagai tambahan informasi, kedua Desa di atas merupakan kawasan pertanian dengan tambahan potensi unggulan perikanan tawar yang ditunjang dengan lembaga ekonomi non formal yaitu sistem ijon, bank thithil atau bank plecit yang berasal dari luar desa. Lokasi pasar induk jauh dari kedua desa tersebut, sedangkan jalan penghubung antar desa sampai ke ibukota kecamatan masih berupa macadam dan agak rusak.

Langkah Kerja

1. Diskusikan di masing-masing kelompok (Kelompok Desa A dan Kelompok Desa B) kondisi Desa dengan menggunakan analisis SWOT dan rancanglah strategi pengembangan ekonomi Desa.

2. Pilih wakil kelompok untuk membicarakan strategi pengembangan ekonomi antar-Desa (kawasan perdesaan).

LEMBAR KERJA

TABEL ANALISIS SWOT KELOMPOK DESA: ...


(55)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 55 Pendahuluan

Masyarakat desa masih jauh dari kata sejahtera, menurut Indeks Desa Membangun (IDM) sebanyak 18,87% desa termasuk dalam kategori desa sangat tertinggal, sebanyak 45,41% desa berstatus desa tertinggal, sebanyak 30,66% desa termasuk dalam kategori desa berkembang, sebanyak 4,83% desa berstatus desa maju, dan persentase terendah desa mandiri sebanyak 0,23% dari total jumlah desa. Permasalahan umum di desa saat ini adalah kemiskinan dan ketimpangan. Menurut data BPS September 2015 sebanyak 62,75% penduduk miskin Indonesia berada di desa. Selanjutnya rasio gini di desa pada 2014 sebesar 0,32 lebih rendah dibandingkan rasio gini kota yang mencapai 0,43.

Ketimpangan kepemilikan asset ditunjukan oleh data penguasaan lahan pertanian. Berdasarkan data sebesar 88% desa di Indonesia menggantungkan hidup penduduknya pada sektor pertanian. Terdapat 16.170 desa yang melakukan peralihan lahan dari lahan pertanian sawah menjadi lahan pertanian non sawah dan lahan non pertanian. Dimana 41,1% desa melakukan peralihan lahan sawah pertanian menjadi lahan pertanian non sawah. Sedangkan lahan yang beralih fungsi menjadi lahan non pertanian sebanyak 58,9% dari total desa yang melakukan peralihan fungsi lahan sawah pertanian (BPS, Podes 2014).

Fakta lain menunjukkan sumberdaya yang ada di Desa malah dikuasai oleh bukan penduduk desa, sehingga Desa tidak dapat menikmati hasil sumberdaya yang mereka miliki. Hal inilah yang memicu semakin tingginya ketimpangan pendapatan yang akut. Selain itu, masalah yang terjadi di Desa adalah Desa sebagai produsen barang primer dan konsumen barang tersier. Dapat diartikan bahwa Desa hanya sebagai pemasok kebutuhan barang olahan, hasil barang olahan tersebut akan dijual kembali ke Desa. Pada akhirnya, sumber daya Desa terus tersedot untuk memenuhi kebutuhan bahan mentah di kota dan penjualan komoditas Desa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Pokok Kebijakan

Tri Matra Pembangunan Desa adalah pokok kebijakan yang dilakukan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi untuk menindaklanjuti fakta di atas. Program pertama (Matra I) adalah Jaring Komunitas Wiradesa. Masalah yang dihadapi saat ini adalah perampasan daya manusia warga Desa itu yang ternyatakan pada situasi ketidakberdayaan, kemiskinan dan bahkan marjinalisasi. Program kedua (Matra II) adalah Lumbung Ekonomi Desa. Masalah utama yang ada di desa adalah penguasaan sumberdaya yang ada di desa. Terakhir, Program ketiga (Matra III) adalah Lingkar Budaya Desa.

SPB

2.4

Bahan Bacaan

Pengembangan Ekonomi

Kawasan Perdesaan


(56)

Pembangunan Desa haruslah dilakukan karena kolektivisme, yang di dalamnya terdapat kebersamaan, persaudaraan, solidaritas, dan kesadaran untuk melakukan perubahan secara bersama.

Salah satu Implementasi Tri Matra Pembangunan Desa kepada Desa adalah mendorong desa untuk mendirikan BUM Desa sebagai penopang perekonomian di Desa. BUM Desa dapat menjadi representasi Desa dalam mengelola sumber daya yang dimiliki Desa. Di samping itu, permasalahan keterbatasan desa untuk mengakses pasar dapat diatasi oleh BUM Desa. Dengan menerapkan strategylinkage antar BUM Desa (BUM Desa bersama dan BUMADes) penghasil bahan baku perantara dengan industri yang bergerak di sektor hilir. Dalam skema ini, BUM Desa berfungsi sebagai penyedia input bagi industri pengolahan akhir.

BUM Desa

Geliat pengembangan ekonomi perdesaan dapat dipicu melalui lembaga ekonomi yang dimiliki oleh desa, yaitu BUM Desa. BUM Desa secara jelas diatur pada Permendesa No.4 Tahun 2015. Pendirian BUM Desa bertujuan :

1. Meningkatkan perekonomian Desa;

2. Mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa; 3. Meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi Desa;

4. Mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan pihak ketiga; 5. Menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan layanan umum

warga;

6. Membuka lapangan kerja;

7. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Desa; dan

8. Meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan Asli Desa.

Pendirian BUM Desa hanya dapat dilakukan melalui Musyawarah Desa. Pokok bahsan yang dibicarakan dalam Musyawarah Desa meliputi: (a) Pendirian BUM Desa sesuai dengan kondisi ekonomi dan sosial budaya masyarakat; (b) Organisasi pengelola BUM Des; (c) Modal usaha BUM Desa; dan (d) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUM Desa

Hasil kesepakatan Musyawarah Desa menjadi pedoman bagi pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa untuk menetapkan Peraturan Desa tentang Pendirian BUM Desa. BUM Desa dapat terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan hukum yang berupa lembaga bisnis yang kepemilikan sahamnya berasal dari BUM Desa dan masyarakat. BUM Desa juga dapat membentuk unit usaha meliputi :

a. Perseroan Terbatas sebagai persekutuan modal, dibentuk berdasarkan perjanjian, dan melakukan kegiatan usaha dengan modal yang sebagian besar dimiliki oleh BUM Desa, sesuai dengan peraturan perundangundangan tentang Perseroan Terbatas; dan

b. Lembaga Keuangan Mikro dengan andil BUM Desa sebesar 60 (enam puluh) persen, sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang lembaga keuangan mikro. Sumberdaya yang ada di desa harus dikelola dengan ekonomis dan berkelanjutan. Selain itu, diversifikasi jenis usaha BUM Desa dapat dilakukan untuk memperluas segmen pasar. Pengembangan potensi usaha ekonomi desa dapat dilakukan melalui BUM Desa, antara lain :


(57)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 57 a. Bisnis Sosial (Social Business) Sederhana

Memberikan pelayanan umum (serving) kepada masyarakat dan memeperoleh keuntungan finansial. Contoh : air minum desa, lumbung pangan, dan usaha listrik Desa

b. Bisnis Penyewaan Barang

Melayani kebutuhan masyarakat desa dan ditujukan untuk memperoleh Pendapatan Asli Daerah. Contoh : alat transportasi, gedung pertemuan, dan rumah toko

c. Usaha Perantara

Memberikan jasa pelayanan kepada warga. Contoh : Jasa pembayaran listrik, pasar desa untuk memasarkan produk masyarakat dan jasa pelayanan lainnya

d. Bisnis yang berproduksi dan/atau berdagang

Menyediakan barang-barang tertentu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun dipasarkan pada skala pasar yang lebih luas. Contoh : pabrik es, hasil pertanian, sarana produksi pertanian dan kegiatan produktif lainnya

e. Bisnis Keuangan

Memenuhi kebutuhan usaha-usaha skala mikro yang dijalankan oleh pelaku usaha ekonomi desa. Contoh : memberikan akses kredit dan peminjaman masyarakat desa f. Usaha Bersama

Sebagai induk dari unit-unit usaha yang dikembangkan masyarakat Desa baik dalam skala lokal Desa maupun kawasan perdesaan. Contoh : dapat berdiri sendiri serta diatur dan dikelola secara sinergis oleh BUM Desa agar tumbuh menjadi usaha bersama dan dapat pula menjalankan kegiatan usaha bersama seperti desa wisata yang mengorganisir rangkaian jenis usaha dari kelompok masyarakat

Namun, segala upaya ini harus didasari oleh aksi kolektif pemerintah desa dan masyarakat. Sehingga BUM Desa memiliki nilai transformasi sosial, ekonomi dan budaya. Hal inilah yang menjadikan BUM Desa sebagai salah satu lembaga ekonomi rakyat yang berperan sebagai pilar demokrasi ekonomi.


(58)

BUM Desa bersama

Dalam rangka kerja sama antar-Desa dan pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa bersama yang merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih. Pendirian BUM Desa bersama disepakati melalui Musyawarah antar Desa yang difasilitasi oleh badan kerjasama antar Desa yang terdiri dari : (a) Pemerintah Desa; (b) Anggota Badan Permusyawaratan Desa; (c) Lembaga Kemasyarakatan Desa; (d) Lembaga Desa lainnya; dan (e) Tokoh masyarakat dengan mempertimbangkan keadilan gender. BUM Desa bersama ditetapkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa tentang Pendirian BUM Desa bersama.

BUM Desa Antar-Desa

BUM Desa dapat melakukan kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih. Kerjasama antar 2 ( dua) BUM Desa atau lebih dapat dilakukan dalam satu kecamatan atau antar kecamatan dalam satu kabupaten/kota. Kerjasama antar dua BUM Desa atau lebih harus mendapat persetujuan masing-masing Pemerintah Desa. Kerjasama antar dua BUM Desa atau lebih dibuat dalam naskah perjanjian kerjasama. Naskah perjanjian kerjasama antar dua BUM Desa atau lebih paling sedikit memuat :

a. Subyek kerjasama; b. Obyek kerjasama; c. Jangka waktu; d. Hak dan kewajiban; e. Pendanaan;

f. Keadaan memaksa; g. Pengalihan aset; dan h. Penyelisaian perselisihan

Naskah perjanjian kerjasama antar dua BUM Desa atau lebih ditetapkan oleh Pelaksana Operasional dari asing-masing BUM Desa yang bekerjasama. Kegiatan kerjasama antar dua BUM Desa atau lebih dipertanggungjawabkan kepada Desa masing-masing sebagai pemilik BUM Desa. Dalam hal kegiatan kerjasama antar unit usaha BUM Desa yang berbadan hukum diatur sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan tentang Perseroan Terbatas dan Lembaga Keuangan Mikro.

Strategi Pengembangan BUM Desa

Secara umum strategi pembangunan BUMDesa dapat dilakukan melalui tiga skema berikut. Pertama, strategi replika. Skema ini memiliki arti bahwa strategi pembangunan yang pernah berhasil (succes story) diimplementasikan BUM Desa akan digunakan sebagai konsep pemberdayaan BUM Desa lainnya. Strategi ini menempatkan partisipasi oleh masyarakat desa sebagai aktor yang paling penting. Dikarenakan kesadaran dan rasa memiliki (sense of belonging) BUM Desa dari masyarakat itu sendirilah yang dapat membantu tumbuh kembangnya BUM Desa tersebut.

Kedua, linkage strategy. Maksudnya, pembangunan dilakukan satu lini dengan pembangunan desa tetangga, sama halnya dengan strategi replikasi, desa bukan bagian keseluruhan dari wilayah pemerintah daerah. Oleh karena itu, penghubung strategi itu bukan hanya lintas pemerintah desa tetapi juga masih dalam lingkup satu pemerintahan daerah. Secara umum, linkage strategy di desa-desa tetangga lebih mudah dilakukan, karena kemauan politik yang lebih mudah untuk diakomodasi. Misalnya, jika pembangunan di desa menempatkan intensifikasi penangkapan ikan tertentu, maka daerah lain di wilayah


(59)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 59 pemerintah daerah yang sama harus disiapkan pasar yang memadai. Dengan begitu, setiap penawaran barang yang muncul akan langsung diterima oleh pasar.

Ketiga, strategi otonomi. Dalam beberapa hal, Pemerintahan desa memiliki sumber daya yang memadai untuk dimaksimalkan. Namun, dalam implementasinya sumber daya yang ada tersebut belum digali secara maksimal, sehingga berbagai potensi yang seharusnya bisa hadir belum menyeruak. Ini bisa terjadi karena selain regulasi yang ada memberikan kewenangan bagi pemerintahan desa untuk memaksimalkan potensi yang ada, juga disebabkan semangat desentralisasi memberikan pondasi bagi pemerintahan desa untuk berlomba menjadi lebih baik dari wilayah lain. Makna lain dari strategi ini adalah pembangunan hanya cocok dilakukan apabila suatu desa memiliki infrastruktur ekonomi, sosial dan politik yang memadai sehingga secara mandiri dapat melakukan proses pembangunan tanpa harus melakukan replikasi maupun keterkaitan dengan desa lain[.]


(1)

2. Dalam bidang studi yang disampaikan pada pelatihan terdapat proses-proses kerja yang sangat lambat, sehingga sulit dilihat dengan mata, dan dapat ditangkap berkat bantuan media pembelajaran

3. Hal-hal atau kejadian-kejadian yang proses kerjanya sangat cepat sehingga sangat sulit untuk diamati

4. Benda-benda yang terlampau besar sulit dibawa ke dalam kelas untuk dipelajari, sehingga dengan bantuan model tiruan barulah benda-benda tersebut dapat dipelajari dengan mudah

5. Hal-hal yang abstrak ternyata sulit diamati dengan pengindraan, misalnya proses berpikir memecahkan masalah dan ternyata lebih mudah dipelajari dengan bantuan bagan arus atau media lainnya

6. Peristiwa masa lampau atau kejadian yang mungkin terjadi pada masa datang sangat sulit diamati

7. Proses-proses yang harus dikerjakan dalam mempelajari manajemen, yang memerlukan bantuan media pelatihan agar menarik perhatian dan minat peserta

Jenis-jenis Media

Media pembelajaran mengalami perkembangan melayani pemanfaatan teknologi. Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut Azhar Arsyad (2002) mengklasifikasikan media atas empat kelompok: (1) Media hasil teknologi cetak; (2) Media hasil teknologi audio-visual; 3) Media hasil teknologi berbasis komputer; dan 4) Media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer

Menurut Azhar Arsyad dari segi teori belajar, berbagai kondisi dan prinsip-prinsip psikologis yang perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media adalah sebagai berikut:

a) Motivasi. Harus ada kebutuhan, minat, atau keinginan utuk belajar dari pihak peserta didik sebelum meminta perhatiannya untuk mengerjakan tugas dan latihan

b) Perbedaan individual. Peserta didik belajar dengan cara dan tingkat kecepatan yang berbeda-beda

c) Tujuan pembelajaran. Jika peserta didik diberitahukan apa yang diharapkan mereka pelajari melalui media pembelajaran itu, kesempatan untuk berhasil dalam pembelajaran semakin besar

d) Organisasi isi. Pembelajaran akan lebih mudah jika isi dan prosedur atau keterampilan fisik yang akan dipelajari diatur dan diorganisasikan ke dalam urutan-urutan yang bermakna

e) Persiapan sebelum belajar. Peserta didik sebaiknya telah menguasai secara baik pelajaran dasar atau memiliki pengalaman yang diperlukan secara memadai yang mungkin merupakan prasyarat untuk penggunaan media dengan sukses. Dengan kata lain, ketika merancang materi pelajaran, perhatian harus ditujukan kepada sifat dan tingkat persiapan peserta didik


(2)

Pembelajaran Pada Orang Dewasa

Proses pembelajaran pada orang dewasa (adult learning) memerlukan pendekatan dan metode yang berbeda dengan pembelajaran pada anak-anak. Pengembangan pendekatan adult learning dimotori oleh Malcom Knowles (dalam Lieb, 1991), yang mengidentifikasi karekateristik karakteristik pembelajar dewasa sebagai berikut:

1. Orang dewasa bersifat otonom dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, mereka butuh kebebasan.

2. Orang dewasa telah mengakumulasi pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan, termasuk aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan, tanggung jawab dalam keluarga dan pendidikan sebelumnya

3. Orang dewasa berorientasi pada tujuan.

4. Orang dewasa berorientasi pada sesuatu yang relevan, mereka harus tahu alasan mengapa mereka harus belajar sesuatu

5. Orang dewasa bersifat praktis, mereka memfokuskan diri pada hal-hal yang bermanfaat langsung dalam kehidupan dan pekerjaannya

6. Sebagaimana semua pembelajar lainnya, orang dewasa membutuhkan perhatian dan penghargaan

Metode pembelajaran pada orang dewasa adalah dengan menggunakan pengalaman, yang disebut dengan experiential learning. Dalam experiential learning, pengelola kelas lebih bersifat sebagai seorang fasilitator. Untuk itu perlu dikenali fungsi-fungsi fasilitatif sebagai berikut:

a) Emotional stimulation, dimana perilaku ekspresif fasilitator harus mampu merangsang ekspresi emosi peserta secara lebih bebas

b) Caring, dimana fasilitator harus mampu mengembangkan hubungan interpersonal yang hangat dan bersahabat.

c) Meaning attribution, dimana fasilitator berfungsi untuk menyediakan penjelasan kognitif atas perilaku dan kegiatan yang dilaksanakan, atau dengan kata lain fasilitator harus mampu mengarahkan peserta dalam pemberian arti atas sesuatu pengalaman belajar

d) Executive function, dimana fasilitator berfungsi sebagai seorang eksekutif dalam kelas. Participant Centered Training

Peserta merupakan pusat perhatian dari suatu pelatihan. Dalam pendekatan pelatihan yang berpusat pada peserta ini, proses belajar bertumpu pada peserta. Seorang trainer tidak selalu


(3)

simulasi, maupun focused group discussion. Metode-metode tersebut memang hanya bisa dijalankan jika para pesertanya mau terlibat secara aktif. Oleh karenanya, dalam pelaksanaannya dirancang agar menyenangkan untuk dilakukan, mudah, tidak melelahkan, didasarkan pada pengalaman pribadi peserta, dan dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil

Rancangan Materi

Selain pendekatan pembelajaran, hal lain yang juga sangat penting untuk diperhatikan dalam merancang suatu pelatihan adalah materi pelatihan. Materi pokok yang akan disajikan dalam suatu pelatihan sangat bergantung pada hasil analisis kebutuhan pelatihan. Selain hal tersebut, perlu diperhatikan pula bagaimana agar materi (dalam bentuk pengetahuan, informasi) dapat tersimpan dengan lebih baik dalam memori sehingga konsekuensinya juga akan lebih mudah dipanggil kembali ketika diperlukan (untuk diaplikasikan). Materi harus disampaikan dengan cara sedemikian rupa agar menimbulkan recency effect, primacy effect, self-reference effect dan generation effect.

Recency effect dan primacy effect berhubungan dengan urutan masuknya informasi ke dalam sistem memori. Informasi yang disajikan di bagian awal sehingga masuk terlebih dahulu ke dalam sistem memori, akan lebih mudah dipanggil kembali. Ini yang disebut dengan primacy effect. Sebaliknya, informasi yang paling akhir masuk merupakan informasi yang paling segar dalam ingatan sehingga juga lebih mudah untuk dipanggil kembali, ini yang disebut dengan recency effect

Self-reference effect dan generation effect berhubungan dengan isi materi dan cara penyampaiannya. Informasi-informasi yang dihubungkan dengan diri sendiri (peserta) akan lebih mudah untuk diingat kembali (selfreference effect) dan informasi yang dibuat, dihasilkan dan disusun sendiri juga akan lebih mudah untuk dingat (generation effect) Metode pembelajaran pengalaman (experiential learning) sangat mendukung untuk dapat diperolehnya kedua efek memori tersebut. Dalam experiential learning, materi pelatihan diberikan dalam bentuk pengalaman-pengalaman, baik langsung maupun tidak langsung, nyata maupun simbolik, sehingga mereka mengalami sendiri akan sesuatu yang dipelajari. Mereka kemudian merefleksikan pengalaman-pengalaman mereka sendiri dan dari padanya mereka membuat sendiri suatu konsep abstrak dari apa yang dipelajarinya. Dengan demikian para peserta akan mendapatkan sekaligus self-reference effect dan generation effect.

Materi yang satu dengan yang lainnya dalam suatu pelatihan, selain mempertimbangkan efek-efek memori tersebut, dalam penyajiannya juga harus diorganisasikan agar dapat saling dihubungkan dan mengikuti urutan yang logis. Urutan tersebut dapat mengikuti pola-pola yang ada, bergantung pada isi materi dan tujuan diberikannya materi tersebut[.]


(4)

(5)

Pokok Bahasan

4

FASILITASI

PELAYANAN SOSIAL DASAR


(6)