HUKUM ASURANSI 1

HUKUM ASURANSI
ANALISIS POLIS ASURANSI

NAMA : SAKTI ARYO PRABU SUNARYO
NIM : D1A014299

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2017

ANALISIS
Polis ansuransi adalah suatu perjanjian ansuransi atau pertanggungan yang bersifat
konsensual, tertulis dalam suatu akta antara pihak yang mengadakan perjanjian.
Asuransi merupakan salah satu jenis perjanjian khusus yang diatur dalam KUHD.
Sebagai perjanjian, maka ketentuan syarat-syarat sah suatu perjanjian dalam KUHPerdata
berlaku juga bagi perjanjian asuransi. Mengenai syarat sahnya perjanjian asuransi, sama seperti
sahnya perjanjian lainnya, yang terdapat dalam pasal 1320 KUHPerdata, antara lain :
a. Kesepakatan (consensus)

1.
2.

3.
4.
5.

Dalam mengadakan perjanjian asuransi, maka terlebih dahulu dibuat suatu kesepakatan
antara tertanggung dan penanggung, kesepakatan tersebut pada pokoknya meliputi :
Benda yang menjadi objek asuransi;
Pengalihan resiko dan pembayaran premi;
Evenement dan ganti kerugian;
Syarat-syarat khusus asuransi;
Dibuat secara tertulis dalam suatu akta yang disebut polis.

Kesepakatan antara tertanggung dan penanggung dibuat secara bebas, artinya tidak berada
di bawah pengaruh, tekanan, atau paksaan pihak tertentu. Kedua belah pihak sepakat
menentukan syarat-syarat perjanjian asuransi dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
b. Kewenangan (authory)
Kedua pihak antara tertanggung dan penanggung berwenang melakukan perbuatan
hukum yang diakui oleh undang-undang. Kewenangan berbuat tersebut ada yang bersifat
subjektif dan ada yang bersifat objektif. Kewenangan subjektif artinya kedua pihak sudah

dewasa, sehat ingatan, tidak berada di bawah perwalian (trusteeship), atau pemegang kuasa
yang sah. Kewenangan objektif artinya tertanggung mempunyai hubungan yang sah dengan
benda objek asuransi karena benda tersebut adalah kekayaan miliknya sendiri. Penanggung
adalah pihak yang sah mewakili perusahaan asuransi berdasarkan anggaran dasar perusahaan.
Apabila asuransi yang diadakan itu untuk kepentingan pihak ketiga, maka tertanggung yang
mengadakan asuransi itu mendapat kuasa atau pembenaran dari pihak ketiga yang
bersangkutan.
c. Objek tertentu
Objek tertentu dalam perjanjian asuransi merupakan objek atau benda yang dapat
diasuransikan, objek tersebut berdasarkan pasal 1 angka 2 undang-undang Nomor 2 tahun
1992 tentang Usaha perasuransian adalah benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia,

tanggungjawab hukum, serta semua kepentingan yang dapat hilang, rusak, rugi dan atau
berkurang nilainya.
d. Kausal yang halal
Kausal yang halal berarti, isi perjanjian tersebut tidak mengandung hal-hal yang dilarang
oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan tidak bertentangan
dengan kesusilaan.
Objek Asuransi
Pada pasal 1 angka 2 undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha

pereasuransian menyebutkan bahwa “objek asuransi adalah benda dan jasa, jiwa dan raga,
kesehatan manusia, tanggungjawab hukum serta semua kepentingan lainnya yang dapat
hilang, rusak, rugi dan berkurang nilainya”.
Dari hal tersebut maka dapat pula dikatakan bahwa objek asuransi terdiri dari:
a. Benda
b. Jiwa manusia
c. Hak dan kepentingan yang melekat pada benda.
Dalam dunia asuransi ada 6 macam prinsip dasar yang harus dipenuhi, yaitu insurable
interest, utmost good faith, proximate cause, indemnity, subrogation dan contribution.
Insurable Interest :
Adalah hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu hubungan keuangan, antara
tertanggung dengan yang diasuransikan dan diakui secara hukum.
Jadi, anda dikatakan memiliki kepentingan atas obyek yang diasuransikan apabila Anda
menderita kerugian keuangan seandainya terjadi musibah yang menimbulkan kerugian atau
kerusakan atas obyek tersebut. Kepentingan keuangan ini memungkinkan Anda mengasuransikan
harta benda atau kepentingan anda. Apabila terjadi musibah atas obyek yang diasuransikan dan
terbukti bahwa Anda tidak memiliki kepentingan keuangan atas obyek tersebut, maka Anda tidak
berhak menerima ganti rugi.
Utmost Good Faith :
Adalah suatu tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan lengkap, semua fakta yang

material (material fact) mengenai sesuatu yang akan diasuransikan baik diminta maupun tidak.
Artinya adalah : si penanggung harus dengan jujur menerangkan dengan jelas segala sesuatu
tentang luasnya syarat/kondisi dari asuransi dan si tertanggung juga harus memberikan
keterangan yang jelas dan benar atas obyek atau kepentingan yang dipertanggungkan.
Intinya adalah bahwa Anda berkewajiban memberitahukan sejelas-jelasnya dan teliti mengenai
segala fakta-fakta penting yang berkaitan dengan obyek yang diasuransikan. Prinsip inipun

menjelaskan risiko-risiko yang dijamin maupun yang dikecualikan, segala persyaratan dan
kondisi pertanggungan secara jelas serta teliti.
Proximate Cause :
Adalah suatu penyebab aktif, efisien yang menimbulkan rantaian kejadian yang menimbulkan
suatu akibat tanpa adanya intervensi suatu yang mulai dan secara aktif dari sumber yang baru
dan independen.
Jadi apabila kepentingan yang diasuransikan mengalami musibah atau kecelakaan, maka
pertama-tama dicari sebab-sebab yang aktif dan efisien yang menggerakkan suatu rangkaian
peristiwa tanpa terputus sehingga pada akhirnya terjadilah musibah atau kecelakaan tersebut.
Suatu prinsip yang digunakan untuk mencari penyebab kerugian yang aktif dan efisien adalah:
"Unbroken Chain of Events" yaitu suatu rangkaian mata rantai peristiwa yang tidak terputus.
Indemnity :
Adalah suatu mekanisme dimana penanggung menyediakan kompensasi finansial dalam

upayanya menempatkan tertanggung dalam posisi keuangan yang ia miliki sesaat sebelum
terjadinya kerugian (KUHD pasal 252, 253 dan dipertegas dalam pasal 278).
Subrogation :
Adalah pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung setelah klaim dibayar.
Prinsip subrogasi diatur dalam pasal 284 kitab Undang-Undang Hukum Dagang, yang berbunyi:
"Apabila seorang penanggung telah membayar ganti rugi sepenuhnya kepada tertanggung, maka
penanggung akan menggantikan kedudukan tertanggung dalam segala hal untuk menuntut pihak
ketiga yang telah menimbulkan kerugian pada tertanggung".
Contribution:
Adalah hak penanggung untuk mengajak penanggung lainnya yang sama-sama menanggung,
tetapi tidak harus sama kewajibannya terhadap tertanggung untuk ikut memberikan indemnity.
Anda dapat saja mengasuransikan harta benda yang sama pada beberapa perusahaan asuransi.
Namun bila terjadi kerugian atas obyek yang diasuransikan maka secara otomatis berlaku prinsip
kontribusi.
Dari polis asuransi sinarmas net yang menjadi objek analisis , dikatakan memenuhi
prinsip-prinsip asuransi yang tercantum diatas, sehingga tidak terjadi permasalah atau sengketa
yang menyebabkan salah satu pihak baik itu penanggung maupun tertanggung mengalami
kerugian. Oleh karena itu setiap polis asuransi harus dengan jelas menyatakan atau menyebutkan
mengenai hal-hal seputar asuransi.
Dalam asuransi tidak menutup kemungkinan terjadinya suatu sengketa yang tidak diduga

di kemudian hari yang nantinya akan menjadi permasalahan atau sengketa para pihak yang
memungkinkan terjadinya penyelesaian melalui musyawarah, mediasi, arbitrase, pengadilan dan
lain lain. Sehingga perlu adanya suatu kesepakatan yang telah disepakati oleh para pihak

mengenai hal tersebut. Sehingga polis asuransi sinar mas net telah mengaturnya secara jelas
dalam konsensual, terdapat dalam pasal 32 BAB V mengenai syarat umum.
Yang berbunyi : apa bila perselisihan antara penanggung dan tertanggu sebagai akibat
dari penafsiran atas tanggung jawab atau besarnya ganti rugi dari polis ini, maka perselisihan
tersebut akan diselesaikan melalui perdamaian atau musyawarah dalam waktu paling lama 60
hari sejak timbulnya perselisihan. Perselisihan timbul sejak penanggung atau tertanggung,
menyatakan secara tertulis ketidak sepakatan atas hal yang diperselisihkan apabila penyelesaian
perselisihan melalui perdamaian atau musyawarah tidak dapat dicapai, penanggung memberikan
memberikan kebeasan kepada tertanggung untuk memilih salah satu cara penyelesaian snegketa
sebagaimana diatur dibawah ini :
A. Badan Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI)
Dengan dinyatakan dan disepakati bahwa tertangung dan penanggung akan melakuan
penyelesaian sengketa melalui BMAUI sesuai dengan syarat dan ketentuan yang
berlaku di BMAI
B. Arbitrase
Dengan ini dinyatakan dan disepakati bahwa tertanggung dan penanggung akan

melakukan penyelesaian sengketa melalui majelis arbitrase adhock sebagai berikut :
 Majelis arbitrase adhoc terdiri dari 3 orang arbiter tertangung dan penangung
masing-masing menunjuk seorang arbiter dalam waktu 30 hari kalender
setelah diterimanya pembertitahuan yang kemudian kedua arbiter tersebut
memilih dan menunjuk arbiter ketiga dalam waktu 14 hari kalender setelah
arbiter yang kedua ditunjuk, arbiter ketiga mkenjadi ketua majelis arbitrase
adhoc.
 Dalam hal terjadi ketidak sepakatan dalam penunjukan arbiter ketiga
tertangung dan atau penanggung dapat mengajukan permohoan kepada ketua
pengadilan republik Indonesia no.30 tahun 1999 tanggal 12 agustus tentang
arbitrase penyelesaian sengketa.