Hukum Asuransi
Hukum Asuransi
Nama : Silvia Ratna Susilo
Nim
: 1123050069
Jurusan
: Ilmu Hukum-B-V
1. A. Apakah menurut saudara asuransi adalah perjanjian untunguntungan atau tidak,jelaskan alasannya?
Menurut saya asuransi itu mempunyai tujuan yang spesifik dan pasti
yang berkisar pada manfaat ekonomi bagi kedua pihak yang mengadakan
perjanjian. Secara umum, perjanjian asuransi diatur dalam dua kodifikasi,
baik dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata maupun dalam Kitab
Undang-undang Hukum Dagang. Dalam KUH Perdata, perjanjian asuransi
diklasifikasikan sebagai salah satu dari yang termasuk perjanjian untunguntungan sebagaimana yang tercantum pada Pasal 1774. Pasal pertama KUH
Dagang yang mengatur perjanjian asuransi dimulai dalam pasal 246 yaitu
yang memberikan batasan perjanjian asuransi.
Jadi meskipun perjanjian asuransi atau perjanjian pertanggungan
secara umum oleh KUH Perdata disebutkan sebagai salah satu bentuk
perjanjian untung-untungan, sebenarnya merupakan satu penerapan yang
sama sekali tidak tepat. Peristiwa yang belum pasti terjadi itu merupakan
syarat baik dalam perjanjian untung-untungan maupun dalam perjanjian
asuransi atau pertanggungan. Perjanjian itu diadakan dengan maksud untuk
memperoleh suatu kepastian atas kembalinya keadaan atau ekonomi sesuai
dengan semula sebelum terjadi peristiwa. Batasan perjanjian asuransi secara
formal terdapat dalam pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang
Maka dari itu Perjanjian Asuransi Bukan Persetujuan Untung-untungan
Perjanjian Asuransi bukanlah perjanjian yang termasuk kedalam
persetujuan untung-untungan, alasanya adalah karena :
a. Pengalihan resiko diimbangi dengan premi yang dibayarkan , sehingga
premi ini sebagai
pengganti dari kerugian yang timbul.
b. Kepentingan syarat mutlak
c. Kalaupun ada gugatan yang diajukan baik dari pihak penanggung
maupun tertanggung, diselesaikan melalui pengadilan.
d. Adanya suatu akibat hokum dari perjanjian tersebut
B. Sebutkan dan uraikan mengenai unsur-unsur perjanjian asuransi di
sertai dengan landasan hukumnya?
Menurut Pasal 1774 KUH Perdata, “Suatu persetujuan untung–untungan
(kans-overeenkomst) adalah suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai
untung ruginya, baik bagi semua pihak maupun bagi sementara pihak,
bergantung kepada suatu kejadian yang belum tentu”.
Beberapa hal penting mengenai asuransi:
1. Merupakan suatu perjanjian yang harus memenuhi Pasal 1320 KUH
Perdata;
2. Perjanjian tersebut bersifat adhesif artinya isi perjanjian tersebut sudah
ditentukan oleh Perusahaan Asuransi (kontrak standar). Namun demikian,
hal ini tidak sejalan dengan ketentuan dalam Undang-undang No.8 tahun
1999 tertanggal 20 April 1999 tentang Perlindungan Konsumen;
3. Terdapat 2 (dua) pihak di dalamnya yaitu Penanggung dan Tertanggung,
namun dapat juga diperjanjikan bahwa Tertanggung berbeda pihak
dengan yang akan menerima tanggungan;
4. Adanya premi sebagai yang merupakan bukti bahwa Tertanggung setuju
untuk diadakan perjanjian asuransi;
5. Adanya perjanjian asuransi mengakibatkan kedua belah pihak terikat
untuk melaksanakan kewajibannya.
Kesimpulannya unsur-unsur Asuransi adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Subyek hukum (penanggung dan tertanggung);
Persetujuan bebas antara penanggung dan tertanggung;
Benda asuransi dan kepentingan tertanggung;
Tujuan yang ingin dicapai;
Resiko dan premi;
Evenemen (peristiwa yang tidak pasti) dan ganti kerugian;
Syarat-syarat yang berlaku;
Polis asuransi.
Unsur-unsur Asuransi Pasal 246 KUHP
1. Suatu perjanjian asuransi muncul karena adanya kata sepakat ,mungkin
Sepakat benda / Syarat-syaratnya
Sepakat : Para pihak sepakat mengenai benda2 Syarat-syaratnya dan
apapun yang terjadi.
Jika tidak ada kata sepakat maka perjanjian asuransi batal. Pasal 251
KUHD
2. Adanya peralihan resiko dari seorang tertanggung kepada penanggung
3. Adanya premi dari tertanggung kepada penanggung
4. Adanya peristiwa tidak tertentu/belum pasti
5. Adanya ganti kerugian sebagai kewajiban penanggung kepada
tertanggung atas peristiwa yang terjadi
Semakin besar resiko yang ditanggung maka besar premi yang di bayar jadi
adanya prinsip keseimbangan.
C. Apa yang di maksud klausa all risk dalam asuransi, disertai dengan
contohnya serta dasar hukum yang mengaturnya?
Klausula All Risk
Klausula ini menentukan bahwa penanggung memikul segala resiko
atau benda yang diasuransikan. ini berarti penanggung akan mengganti
semua kerugian yang timbul akibat peristiwa apapun, kecuali kerugian yang
timbul karena kesalahan tertanggung sendiri (Pasal 276 KUHD) dan karena
cacat sendiri bendanya (Pasal 249 KUHD).
Material Damage (Section I)
Menjamin objek yang menderita suatu kerugian, kehancuran, atau kerusakan
fisik yang tidak terduga, tiba-tiba dan tidak disengaja selama berada pada
lokasi yang tercantum dalam ikhtisar polis atas hal-hal selain dari yang
disebutkan dalam pengecualian di dalam polis baik pengecualian umum
maupun khusus.
Beberapa contoh luas jaminan polis PAR – Munich Re :
Kebakaran
Petir
Ledakan
Kejatuhan pesawat terbang
Asap
Natural Perils : Flood, Landslide
Burglary, Theft
Dan resiko-resiko lain yang tidak disebutkan dalam pengecualian
Business Interruption (Section II)
Manfaat yang diberikan bagian ini terbatas pada hilangnya laba kotor yaitu :
a. Penurunan hasil penjualan (reduction in turn over)
b. Kenaikan biaya kerja dan jumlah yang dapat dibayarkan (increased in cost
of working) dikurangi dengan suatu jumlah yang dihemat selama jangka
waktu ganti rugi sehubungan dengan biaya dan pengeluaran dari usaha
tersebut yang dapat dibayarkan dari laba kotor yang hilang atau
berkurang sebagai akibat dari kerugian, kehancuran atau kerusakan
sebagai akibat dari kerugian, kehancuran atau kerusakan yang dapat
diberi ganti rugi berdasarkan dari
Material Damage (Section I)
Perluasan manfaat tambahan (material damage) yang dapat dilekatkan pada
polis property & fire :
1. Public Authorities Clause (klausula otoritas public-max 5% of SI)
2. Reinstatement Value Clause (klausula nilai pemulihan)
3. Sprinkler Leakage Clause (klausula kebocoran pipa otomatis-max 10% of
SI)
4. Temporary Removal Clause (klausula pemindahan sementara-max 10% of
SI)
5. Architect, Surveyors and Engineer Expense (klausula biaya-biaya arsitek,
surveyor dan konsultan-max 5% of SI)
6. All Other Contents (klausula isi lainnya dalam bangunan)
7. Bankers Clause (klausula bank)
8. Capital Additions Clause (klausula tambahan modal-max 10% of SI)
9. Leased Property Clause (klausula harta benda sewa beli)
10.Lessor Interest Clause (klausula kepentingan pihak yang menyewakan)
11.Stock Declaration Clause (klausula deklarasi stock barang-max 10% of SI)
12.Alteration Clause (klausula perubahan-max 10% of SI)
13.Minor Alteration and Repair Clause (klausula perubahan dan perbaikan
kecil-max 2,5% of SI)
14.Awning Blinds Signs or Other Fitting of Every Description Clause (klausula
perlengkapan diluar bangunan-max Rp. 20 juta)
15.Brand and Label Clause (klausula merek dan label)
16.Civil Authorities (klausula pejabat sipil)
17.Computer Record Clause (klausula data computer-max Rp. 10 juta)
18.Cost of Re-erection Clause (klausula biaya pemasangan kembali)
19.Designation Clause (klausula penamaan harta benda yang
dipertanggungkan)
20.Employees Personal Effect Clause (klausula barang-barang milik pribadi
pegawai-Rp. 500 ribu/employee max. Rp. 10 juta)
21.Fire Brigades Charges (klausula biaya pemadam kebakaran-5% of SI max
Rp. 10 juta)
22.General Interest Clause (klausula kepentingan bersama)
23.Internal Removal Clause (klausula pemindahan barang antar lokasi yang
dipertanggungkan)
24.Loss of Damage Goods Clause (klausula hilangnya barang yang rusak)
25.Outbuildings Clause (klausula bagian luar bangunan)
26.Selling Price Clause (klausula harga jual)
27.Services Clause (klausula perlengkapan penunjang)
28.Storage Warranty (klausula kewajiban tertanggung (warranty) tentang
penyimpanan barang)
29.Tenants Improvement Clause (klausula perbaikan oleh penyewa)
30.Vehicle Load Clause (klausula barang selama dalam kendaraan)
31.Workmens Clause (klausula pekerja)
32.Silent risk Clause (klausula risiko tidak beroperasi)
33.Impact by Own Vehicles Clause (klausula akibat tertabrak kendaraan
sendiri)
34.Klausul 4.12 (perluasan jaminan arus pendek)
35.Klausul 4.13 (perluasan jaminan terbakar sendiri (api yang timbul sendiri)
36.Klausul 4.14 (perluasan jaminan ASAP)
37.Klausul 4.15 (perluasan jaminan petir)
2. Apa yang di maksud dengan benda asuransi dan kepentingan ada
dalam satu tangan dan benda asuransi dan kepentingan tidak
berada dalam satu tangan jelaskan dengan contoh kasus?
3. Kasus 1
Pada tanggal 11 mei 2000, Ali pemilik sebuah kapal angkut bernilai
500 juta mengasuransukan kapalnya terhadap bahaya kebakaran
kepada perusahaan XYZ dengan jumlah 400 juta rupiah.Kapal angkut
tersebut
1.
Pencantuman Nilai Benda
Dalam ketentuan Pasal 256 KUHD yang mengatur tentang isi polis tidak terdapat
butir ketentuan mengenai nilai benda asuransi, yang dicantumkan adalah butir
mengenai yang diasuransikan. Mungkin dalam butir tersebut tercakup juga
penilaian benda yang diasuransikan. Pasal 273 KUHD mengatur tentang nilai benda
asuransi yang tidak dinyatakan dalam polis. Pasa 274 KUHD mengatur tentang nilai
benda asuransi yang dinyatakan dalam polis. Berdasarkan ketentuan kedua pasal
tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada keharusan pencantuman nilai benda
asuransi pada waktu mengadakan asuransi. Nilai benda asuransi dinyatakan atau
tidak dalam polis tidak menjadi persoalan.
Tidak ada keharusan pencantuman nilai benda asuransi dalam polis diperkuat oleh
alasan yang dinyatakan dalam Pasal 274 KUHD, walaupun nilai benda asuransi
dicantumkan dalam polis penanggung dapat mengajukan alasan untuk tidak
menyetujui nilai benda asuransi apabila menurut dugaannya nilai tersebut terlalu
tinggi. Di samping itu, mungkin juga terjadi bahwa nilai benda asuransi pada saat
terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian itu.
Apabila pada waktu mengadakan asuransi, nilai benda asuransi belum dinyatakan
dalam polis, maka jika terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian, tertanggung
memberitahukan kepada penanggungnya besar nilai benda asuransi itu dengan
menggunakan segala macam alat bukti (Pasal 273 KUHD). Alat-alat bukti tersebut
digunakan untuk meyakinkan penanggung bahwa nilai benda asuransi itu benar dan
layak. Polis yang tidak mencantumkan nilai benda asuransi disebut polis terbuka
(open policy).
Pada waktu mengadakan asuransi, tertanggung dan penanggung mengadakan
kesepakatan tentang nilai benda asuransi dengan memperhatikan keadaan, sifat,
dan tujuan benda itu. Apabila sudah ada kesepakatan, maka nilai benda asuransi itu
dicantumkan dalam polis, sehingga terdapat nilai benda yang tetap. Jika terjadi
peristiwa yang menimbulkan kerugian, nilai benda yang dicantumkan itulah
dijadikan dasar perhitungan ganti kerugian. Polis yang membuat nilai benda
asuransi disebut polis bernilai (valued policy).
2.
Pengertian Nilai Benda Asuransi
Persoalan penting adalah pengertian nilai benda asuransi karena nilai itu dapat
berubah-ubah dari waktu ke waktu bergantung pada sifat dan keadaan benda
tersebut. Benda tetap seperti rumah dan tanah, nilainya tidak akan banyak
mengalami perubahan, bahkan mungkin tetap atau meningkat. Benda yang mudah
susut, rusak, atau busuk; seperti gas, hasil pertanian, dan buah-buahan yang sudah
masak akan mengalami perubahan nilai atau penyusutan, sehingga nilai pada
waktu diasuransikan akan menjadi berbeda dengan nilai pada waktu terjadi
peristiwa yang menimbulkan kerugian.
Demikian juga apabila nilai benda tersebut dihubungankan dengan tujuan
penggunaannya, misalnya benda itu diperdagangkan atau untuk dipakai sendiri,
seperti mobil, perlengkapan rumah tangga, atau semen untuk bangunan. Nilai
benda tersebut dapat berubah dan berbeda antara nilai pada waktu dibeli dan pada
waktu dijual lagi. Dengan kata lain, nilai benda pada waktu diadakan asuransi
berbeda dengan nilai benda pada waktu terjadi peristiwa yang menimbulkan
kerugian itu. Benda yang tidak diperdagangkan, misalnya benda sejarah atau
benda pusaka, mungkin tidak mengalami perubahan nilai, baik pada waktu
diadakan asuransi maupun pada waktu terjadi peristiwa yang merugikan itu.
Apabila benda asuransi itu mengalami kerusakan ataupun kehancuran akibat
peristiwa terhadap mana benda itu diasuransikan, nilai yang manakah yang
dijadikan dasar perhitungan ganti kerugian, apakah nilai benda pada waktu
diadakan asuransi atau nilai benda pada waktu terjadi peristiwa yang merugikan
itu? Jika berpedoman pada tujuan asuransi yaitu untuk memberikan ganti kerugian
yang sungguh-sungguh dialami oleh tertanggung, maka wajarlah apabila nilai
benda yang dijadikan dasar perhitungan adalah nilai benda pada waktu terjadi
peristiwa yang menimbulkan kerugian itu.
Karena yang djadikan dasar perhitungan adalah nilai pada waktu terjadi peristiwa,
maka nilai yang dipakai sebagai nilai benda asuransi adalah nilai penjualan, bukan
nilai pembelian jika benda itu benda perdagangan. Jika benda asuransi itu benda
untuk dipakai sendiri atau bukan benda perdagangan, maka benda yang dijadikan
nilai benda asuransi adalah nilai tukarnya. Scheltema juga menekankan pada nilai
penjualan (sale price) jika benda asuransi itu benda perdagangan dan nilai
penggantian atau nilai tukar (substitution price).
Dalam asuransi laut ada beberapa pasal yang mengatur nilai benda asuransi, yaitu
Pasal 612, Pasal 613, dan pasal 619 KUHD. Ketiga pasal tersebut merumuskan
pengertian nilai benda asuransi yang khusus digunakan dalam asuransi laut.
a.
Pasal 612 KUHD : nilai benda asuransi adalah nilai benda yang diangkut
ditambah biaya-biaya sampai di kapal pada waktu kapal berangkat dari pelabuhan
embarkasi.
b.
Pasal 613 KUHD: nilai benda asuransi adalah nilai benda sesungguhnya
ditambah biaya angkutan, bea masuk dan lain-lain apabila benda tersebut tiba
dengan selamat di pelabuhan tujuan asalkan dicantumkan dalam polis. Akan tetapi,
menurut Pasal 614 KUHD biaya-biaya tambahan itu gugur (tidak mengikat) jika
benda tersebut tidak sampai di pelabuhan tujuan.
c.
Pasal 619 KUHD: nilai benda asuransi adalah nilai benda kapal (hull) yang
telah ditetapkan dalam polis. Akan tetapi, dapat diadakan penaksiran lagi jika
menurut para ahli nilai badan kapal itu telah berkurang pada waktu terjadi peristiwa
berdasarkan penetapan pengadilan.
Nama : Silvia Ratna Susilo
Nim
: 1123050069
Jurusan
: Ilmu Hukum-B-V
1. A. Apakah menurut saudara asuransi adalah perjanjian untunguntungan atau tidak,jelaskan alasannya?
Menurut saya asuransi itu mempunyai tujuan yang spesifik dan pasti
yang berkisar pada manfaat ekonomi bagi kedua pihak yang mengadakan
perjanjian. Secara umum, perjanjian asuransi diatur dalam dua kodifikasi,
baik dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata maupun dalam Kitab
Undang-undang Hukum Dagang. Dalam KUH Perdata, perjanjian asuransi
diklasifikasikan sebagai salah satu dari yang termasuk perjanjian untunguntungan sebagaimana yang tercantum pada Pasal 1774. Pasal pertama KUH
Dagang yang mengatur perjanjian asuransi dimulai dalam pasal 246 yaitu
yang memberikan batasan perjanjian asuransi.
Jadi meskipun perjanjian asuransi atau perjanjian pertanggungan
secara umum oleh KUH Perdata disebutkan sebagai salah satu bentuk
perjanjian untung-untungan, sebenarnya merupakan satu penerapan yang
sama sekali tidak tepat. Peristiwa yang belum pasti terjadi itu merupakan
syarat baik dalam perjanjian untung-untungan maupun dalam perjanjian
asuransi atau pertanggungan. Perjanjian itu diadakan dengan maksud untuk
memperoleh suatu kepastian atas kembalinya keadaan atau ekonomi sesuai
dengan semula sebelum terjadi peristiwa. Batasan perjanjian asuransi secara
formal terdapat dalam pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang
Maka dari itu Perjanjian Asuransi Bukan Persetujuan Untung-untungan
Perjanjian Asuransi bukanlah perjanjian yang termasuk kedalam
persetujuan untung-untungan, alasanya adalah karena :
a. Pengalihan resiko diimbangi dengan premi yang dibayarkan , sehingga
premi ini sebagai
pengganti dari kerugian yang timbul.
b. Kepentingan syarat mutlak
c. Kalaupun ada gugatan yang diajukan baik dari pihak penanggung
maupun tertanggung, diselesaikan melalui pengadilan.
d. Adanya suatu akibat hokum dari perjanjian tersebut
B. Sebutkan dan uraikan mengenai unsur-unsur perjanjian asuransi di
sertai dengan landasan hukumnya?
Menurut Pasal 1774 KUH Perdata, “Suatu persetujuan untung–untungan
(kans-overeenkomst) adalah suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai
untung ruginya, baik bagi semua pihak maupun bagi sementara pihak,
bergantung kepada suatu kejadian yang belum tentu”.
Beberapa hal penting mengenai asuransi:
1. Merupakan suatu perjanjian yang harus memenuhi Pasal 1320 KUH
Perdata;
2. Perjanjian tersebut bersifat adhesif artinya isi perjanjian tersebut sudah
ditentukan oleh Perusahaan Asuransi (kontrak standar). Namun demikian,
hal ini tidak sejalan dengan ketentuan dalam Undang-undang No.8 tahun
1999 tertanggal 20 April 1999 tentang Perlindungan Konsumen;
3. Terdapat 2 (dua) pihak di dalamnya yaitu Penanggung dan Tertanggung,
namun dapat juga diperjanjikan bahwa Tertanggung berbeda pihak
dengan yang akan menerima tanggungan;
4. Adanya premi sebagai yang merupakan bukti bahwa Tertanggung setuju
untuk diadakan perjanjian asuransi;
5. Adanya perjanjian asuransi mengakibatkan kedua belah pihak terikat
untuk melaksanakan kewajibannya.
Kesimpulannya unsur-unsur Asuransi adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Subyek hukum (penanggung dan tertanggung);
Persetujuan bebas antara penanggung dan tertanggung;
Benda asuransi dan kepentingan tertanggung;
Tujuan yang ingin dicapai;
Resiko dan premi;
Evenemen (peristiwa yang tidak pasti) dan ganti kerugian;
Syarat-syarat yang berlaku;
Polis asuransi.
Unsur-unsur Asuransi Pasal 246 KUHP
1. Suatu perjanjian asuransi muncul karena adanya kata sepakat ,mungkin
Sepakat benda / Syarat-syaratnya
Sepakat : Para pihak sepakat mengenai benda2 Syarat-syaratnya dan
apapun yang terjadi.
Jika tidak ada kata sepakat maka perjanjian asuransi batal. Pasal 251
KUHD
2. Adanya peralihan resiko dari seorang tertanggung kepada penanggung
3. Adanya premi dari tertanggung kepada penanggung
4. Adanya peristiwa tidak tertentu/belum pasti
5. Adanya ganti kerugian sebagai kewajiban penanggung kepada
tertanggung atas peristiwa yang terjadi
Semakin besar resiko yang ditanggung maka besar premi yang di bayar jadi
adanya prinsip keseimbangan.
C. Apa yang di maksud klausa all risk dalam asuransi, disertai dengan
contohnya serta dasar hukum yang mengaturnya?
Klausula All Risk
Klausula ini menentukan bahwa penanggung memikul segala resiko
atau benda yang diasuransikan. ini berarti penanggung akan mengganti
semua kerugian yang timbul akibat peristiwa apapun, kecuali kerugian yang
timbul karena kesalahan tertanggung sendiri (Pasal 276 KUHD) dan karena
cacat sendiri bendanya (Pasal 249 KUHD).
Material Damage (Section I)
Menjamin objek yang menderita suatu kerugian, kehancuran, atau kerusakan
fisik yang tidak terduga, tiba-tiba dan tidak disengaja selama berada pada
lokasi yang tercantum dalam ikhtisar polis atas hal-hal selain dari yang
disebutkan dalam pengecualian di dalam polis baik pengecualian umum
maupun khusus.
Beberapa contoh luas jaminan polis PAR – Munich Re :
Kebakaran
Petir
Ledakan
Kejatuhan pesawat terbang
Asap
Natural Perils : Flood, Landslide
Burglary, Theft
Dan resiko-resiko lain yang tidak disebutkan dalam pengecualian
Business Interruption (Section II)
Manfaat yang diberikan bagian ini terbatas pada hilangnya laba kotor yaitu :
a. Penurunan hasil penjualan (reduction in turn over)
b. Kenaikan biaya kerja dan jumlah yang dapat dibayarkan (increased in cost
of working) dikurangi dengan suatu jumlah yang dihemat selama jangka
waktu ganti rugi sehubungan dengan biaya dan pengeluaran dari usaha
tersebut yang dapat dibayarkan dari laba kotor yang hilang atau
berkurang sebagai akibat dari kerugian, kehancuran atau kerusakan
sebagai akibat dari kerugian, kehancuran atau kerusakan yang dapat
diberi ganti rugi berdasarkan dari
Material Damage (Section I)
Perluasan manfaat tambahan (material damage) yang dapat dilekatkan pada
polis property & fire :
1. Public Authorities Clause (klausula otoritas public-max 5% of SI)
2. Reinstatement Value Clause (klausula nilai pemulihan)
3. Sprinkler Leakage Clause (klausula kebocoran pipa otomatis-max 10% of
SI)
4. Temporary Removal Clause (klausula pemindahan sementara-max 10% of
SI)
5. Architect, Surveyors and Engineer Expense (klausula biaya-biaya arsitek,
surveyor dan konsultan-max 5% of SI)
6. All Other Contents (klausula isi lainnya dalam bangunan)
7. Bankers Clause (klausula bank)
8. Capital Additions Clause (klausula tambahan modal-max 10% of SI)
9. Leased Property Clause (klausula harta benda sewa beli)
10.Lessor Interest Clause (klausula kepentingan pihak yang menyewakan)
11.Stock Declaration Clause (klausula deklarasi stock barang-max 10% of SI)
12.Alteration Clause (klausula perubahan-max 10% of SI)
13.Minor Alteration and Repair Clause (klausula perubahan dan perbaikan
kecil-max 2,5% of SI)
14.Awning Blinds Signs or Other Fitting of Every Description Clause (klausula
perlengkapan diluar bangunan-max Rp. 20 juta)
15.Brand and Label Clause (klausula merek dan label)
16.Civil Authorities (klausula pejabat sipil)
17.Computer Record Clause (klausula data computer-max Rp. 10 juta)
18.Cost of Re-erection Clause (klausula biaya pemasangan kembali)
19.Designation Clause (klausula penamaan harta benda yang
dipertanggungkan)
20.Employees Personal Effect Clause (klausula barang-barang milik pribadi
pegawai-Rp. 500 ribu/employee max. Rp. 10 juta)
21.Fire Brigades Charges (klausula biaya pemadam kebakaran-5% of SI max
Rp. 10 juta)
22.General Interest Clause (klausula kepentingan bersama)
23.Internal Removal Clause (klausula pemindahan barang antar lokasi yang
dipertanggungkan)
24.Loss of Damage Goods Clause (klausula hilangnya barang yang rusak)
25.Outbuildings Clause (klausula bagian luar bangunan)
26.Selling Price Clause (klausula harga jual)
27.Services Clause (klausula perlengkapan penunjang)
28.Storage Warranty (klausula kewajiban tertanggung (warranty) tentang
penyimpanan barang)
29.Tenants Improvement Clause (klausula perbaikan oleh penyewa)
30.Vehicle Load Clause (klausula barang selama dalam kendaraan)
31.Workmens Clause (klausula pekerja)
32.Silent risk Clause (klausula risiko tidak beroperasi)
33.Impact by Own Vehicles Clause (klausula akibat tertabrak kendaraan
sendiri)
34.Klausul 4.12 (perluasan jaminan arus pendek)
35.Klausul 4.13 (perluasan jaminan terbakar sendiri (api yang timbul sendiri)
36.Klausul 4.14 (perluasan jaminan ASAP)
37.Klausul 4.15 (perluasan jaminan petir)
2. Apa yang di maksud dengan benda asuransi dan kepentingan ada
dalam satu tangan dan benda asuransi dan kepentingan tidak
berada dalam satu tangan jelaskan dengan contoh kasus?
3. Kasus 1
Pada tanggal 11 mei 2000, Ali pemilik sebuah kapal angkut bernilai
500 juta mengasuransukan kapalnya terhadap bahaya kebakaran
kepada perusahaan XYZ dengan jumlah 400 juta rupiah.Kapal angkut
tersebut
1.
Pencantuman Nilai Benda
Dalam ketentuan Pasal 256 KUHD yang mengatur tentang isi polis tidak terdapat
butir ketentuan mengenai nilai benda asuransi, yang dicantumkan adalah butir
mengenai yang diasuransikan. Mungkin dalam butir tersebut tercakup juga
penilaian benda yang diasuransikan. Pasal 273 KUHD mengatur tentang nilai benda
asuransi yang tidak dinyatakan dalam polis. Pasa 274 KUHD mengatur tentang nilai
benda asuransi yang dinyatakan dalam polis. Berdasarkan ketentuan kedua pasal
tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada keharusan pencantuman nilai benda
asuransi pada waktu mengadakan asuransi. Nilai benda asuransi dinyatakan atau
tidak dalam polis tidak menjadi persoalan.
Tidak ada keharusan pencantuman nilai benda asuransi dalam polis diperkuat oleh
alasan yang dinyatakan dalam Pasal 274 KUHD, walaupun nilai benda asuransi
dicantumkan dalam polis penanggung dapat mengajukan alasan untuk tidak
menyetujui nilai benda asuransi apabila menurut dugaannya nilai tersebut terlalu
tinggi. Di samping itu, mungkin juga terjadi bahwa nilai benda asuransi pada saat
terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian itu.
Apabila pada waktu mengadakan asuransi, nilai benda asuransi belum dinyatakan
dalam polis, maka jika terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian, tertanggung
memberitahukan kepada penanggungnya besar nilai benda asuransi itu dengan
menggunakan segala macam alat bukti (Pasal 273 KUHD). Alat-alat bukti tersebut
digunakan untuk meyakinkan penanggung bahwa nilai benda asuransi itu benar dan
layak. Polis yang tidak mencantumkan nilai benda asuransi disebut polis terbuka
(open policy).
Pada waktu mengadakan asuransi, tertanggung dan penanggung mengadakan
kesepakatan tentang nilai benda asuransi dengan memperhatikan keadaan, sifat,
dan tujuan benda itu. Apabila sudah ada kesepakatan, maka nilai benda asuransi itu
dicantumkan dalam polis, sehingga terdapat nilai benda yang tetap. Jika terjadi
peristiwa yang menimbulkan kerugian, nilai benda yang dicantumkan itulah
dijadikan dasar perhitungan ganti kerugian. Polis yang membuat nilai benda
asuransi disebut polis bernilai (valued policy).
2.
Pengertian Nilai Benda Asuransi
Persoalan penting adalah pengertian nilai benda asuransi karena nilai itu dapat
berubah-ubah dari waktu ke waktu bergantung pada sifat dan keadaan benda
tersebut. Benda tetap seperti rumah dan tanah, nilainya tidak akan banyak
mengalami perubahan, bahkan mungkin tetap atau meningkat. Benda yang mudah
susut, rusak, atau busuk; seperti gas, hasil pertanian, dan buah-buahan yang sudah
masak akan mengalami perubahan nilai atau penyusutan, sehingga nilai pada
waktu diasuransikan akan menjadi berbeda dengan nilai pada waktu terjadi
peristiwa yang menimbulkan kerugian.
Demikian juga apabila nilai benda tersebut dihubungankan dengan tujuan
penggunaannya, misalnya benda itu diperdagangkan atau untuk dipakai sendiri,
seperti mobil, perlengkapan rumah tangga, atau semen untuk bangunan. Nilai
benda tersebut dapat berubah dan berbeda antara nilai pada waktu dibeli dan pada
waktu dijual lagi. Dengan kata lain, nilai benda pada waktu diadakan asuransi
berbeda dengan nilai benda pada waktu terjadi peristiwa yang menimbulkan
kerugian itu. Benda yang tidak diperdagangkan, misalnya benda sejarah atau
benda pusaka, mungkin tidak mengalami perubahan nilai, baik pada waktu
diadakan asuransi maupun pada waktu terjadi peristiwa yang merugikan itu.
Apabila benda asuransi itu mengalami kerusakan ataupun kehancuran akibat
peristiwa terhadap mana benda itu diasuransikan, nilai yang manakah yang
dijadikan dasar perhitungan ganti kerugian, apakah nilai benda pada waktu
diadakan asuransi atau nilai benda pada waktu terjadi peristiwa yang merugikan
itu? Jika berpedoman pada tujuan asuransi yaitu untuk memberikan ganti kerugian
yang sungguh-sungguh dialami oleh tertanggung, maka wajarlah apabila nilai
benda yang dijadikan dasar perhitungan adalah nilai benda pada waktu terjadi
peristiwa yang menimbulkan kerugian itu.
Karena yang djadikan dasar perhitungan adalah nilai pada waktu terjadi peristiwa,
maka nilai yang dipakai sebagai nilai benda asuransi adalah nilai penjualan, bukan
nilai pembelian jika benda itu benda perdagangan. Jika benda asuransi itu benda
untuk dipakai sendiri atau bukan benda perdagangan, maka benda yang dijadikan
nilai benda asuransi adalah nilai tukarnya. Scheltema juga menekankan pada nilai
penjualan (sale price) jika benda asuransi itu benda perdagangan dan nilai
penggantian atau nilai tukar (substitution price).
Dalam asuransi laut ada beberapa pasal yang mengatur nilai benda asuransi, yaitu
Pasal 612, Pasal 613, dan pasal 619 KUHD. Ketiga pasal tersebut merumuskan
pengertian nilai benda asuransi yang khusus digunakan dalam asuransi laut.
a.
Pasal 612 KUHD : nilai benda asuransi adalah nilai benda yang diangkut
ditambah biaya-biaya sampai di kapal pada waktu kapal berangkat dari pelabuhan
embarkasi.
b.
Pasal 613 KUHD: nilai benda asuransi adalah nilai benda sesungguhnya
ditambah biaya angkutan, bea masuk dan lain-lain apabila benda tersebut tiba
dengan selamat di pelabuhan tujuan asalkan dicantumkan dalam polis. Akan tetapi,
menurut Pasal 614 KUHD biaya-biaya tambahan itu gugur (tidak mengikat) jika
benda tersebut tidak sampai di pelabuhan tujuan.
c.
Pasal 619 KUHD: nilai benda asuransi adalah nilai benda kapal (hull) yang
telah ditetapkan dalam polis. Akan tetapi, dapat diadakan penaksiran lagi jika
menurut para ahli nilai badan kapal itu telah berkurang pada waktu terjadi peristiwa
berdasarkan penetapan pengadilan.