suryani irma kus bptpbkl

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN PENAMPILAN BUAH
JERUK GERGA (RGL) DI KABUPATEN LEBONG PROVINSI BENGKULU
Sri Suryani M. Rambe, Irma Calista dan Kusmea Dinata
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

ABSTRAK
Jeruk Gerga Lebong (RGL) merupakan komoditas unggulan Kabupaten Lebong karena mempunyai keunggulan
kompetitif yaitu berbuah sepanjang tahun. Salah satu masalah yang dihadapi dalam pengembangan jeruk RGL adalah
produktivitas dan penampilan buah jeruk RGL belum optimal dan belum adanya rekomendasi pupuk jeruk RGL yang
spesifik lokasi. Pengkajian pemupukan jeruk RGL bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan penampilan buah jeruk.
Pengkajian dilaksanakan pada tahun 2012 di Kelurahan Rimbo Pengadang, Kecamatan Rimbo Pengadang, Kabupaten
Lebong. Pengkajian ini menggunakan RAK faktorial 2 faktor dengan faktor ke-1 adalah pemangkasan yang terdiri dari 2
perlakuan pangkas yaitu (1) pemangkasan rekomendasi (2 kali/bulan) dan (2) pemangkasan cara petani (2 kali setahun).
Faktor ke-2 adalah pemupukan yang terdiri dari 3 perlakuan pupuk yaitu: (1) berdasarkan hasil panen terangkut; (2)
berdasarkan analisis tanah dan tanaman dan (3) berdasarkan teknologi petani (kontrol). Pemupukan pada masing-masing
perlakuan dilakukan setiap 3 bulan. Pengamatan yang dilakukan meliputi keragaan vegetatif dan generatif tanaman. Hasil
pengkajian selama 3 kali pemupukan memperlihatkan bahwa perlakuan pemupukan berdasarkan analisis tanah dan tanaman
(dolomit 450 gr/m2 luas tajuk pohon/th + kompos 40 kg/pohon/th + 60 gr Urea dan 300 gr NPK/pohon/3 bulan)
menghasilkan jumlah buah tertinggi yaitu 133 buah/pohon dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Tidak ada interaksi
antara pemupukan dengan pemangkasan. Perlakuan pemangkasan rekomendasi dan cara petani tidak berbeda nyata
pengaruhnya terhadap produksi buah, tapi berpengaruh terhadap penampilan buah (warna lebih cerah).

Kata kunci: jeruk Gerga, pemupukan spesifik lokasi, pemangkasan tanaman

PENDAHULUAN
Semakin tingginya angka buah jeruk impor yang masuk ke Indonesia telah menimbulkan
kekhawatiran akan merosot kembali agribisnis jeruk nasional yang baru bangkit dari keterpurukannya
selama ini (Badan litbang, 2005). Untuk itu di rasakan perlu untuk mempromosikan buah jeruk
tropika yang tumbuh dengan baik pada iklim Indonesia diantaranya jeruk keprok. Jenis jeruk ini
memiliki banyak sekali variasi dengan penampilan dan rasa yang tidak kalah dengan jeruk impor.
Namun tingkat produksi jenis jeruk ini masih rendah karena terkendala banyak faktor di antaranya
rendahnya luas lahan produksi, jenis dan nama yang beragam dan teknologi budidaya yang belum
sesuai. Dengan demikian dalam upaya pengembangan jenis jeruk ini perlu dilakukan pengenalan
karakter dan keragaman jenis serta penerapan teknologi budidaya yang tepat (Martasari dan
Supriyanto, 2006). Salah satu jenis jeruk keprok yang dikembangkan di Provinsi Bengkulu adalah
jeruk Gerga Lebong yang sekarang terdaftar dengan nama jeruk varietas RGL. Jeruk tersebut
merupakan komoditas unggulan Kabupaten Lebong, karena mempunyai keunggulan kompetitif yaitu
berbuah sepanjang tahun (Suwantoro, 2010). Tanaman jeruk umumnya dapat berbuah setelah berumur
3 tahun dan buah paling banyak pada tanaman yang berumur lebih dari 5 tahun (Purnomosidhi et al.,
2007). Menurut pengalaman petani, jeruk RGL sudah mulai berbuah pada umur 2 tahun.
Kecamatan Rimbo Pengadang, KabupatenLebong, mempunyai topografi bergelombang
sampai berbukit dengan ketinggian 500-900 m dpl (BPS, 2010). Luas wilayah Kelurahan Rimbo

Pengadang 7300 ha. Luas pertanaman jeruk RGL yang ada saat ini seluas 100 ha jeruk RGL dan
direncanakan 200 ha lagi pada tahun 2013. Ketinggian lokasi pengkajian sekitar 835 dpl. Keadaan
iklim rata-rata harian pada siang hari antara 28-32 oC dan pada malam hari 22-25 oC. Tipe iklim
berdasarkan Schmidt dan Ferguson mempunyai tipe iklim B dengan curah hujan 2500-4500
mm/tahun.
Masalah utama yang dihadapi dalam pengembangan jeruk RGL ini adalah masih sangat
terbatasnya dokumentasi informasi dan komponen teknologi hasil penelitian tentang jeruk RGL yang
dapat dirakit menjadi teknologi budidaya spesifik lokasi, terutama rekomendasi pupuk jeruk RGL
yang spesifik lokasi. Hal tersebut menyebabkan produktivitas dan penampilan buah jeruk RGL belum
optimal.

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dan mutu buah jeruk antara
lain melalui pemupukan. Estimasi jumlah hara yang terangkut bersama panen dalam 10 ton buah jeruk
adalah 29 kg N, P2O5 4 kg, K2O 63 kg, dan Ca 26 kg per hektar. Selain pemupukan, pemangkasan
juga dapat merangsang pembungaan.
Tujuan pengkajian ini adalah untuk memperoleh teknologi pemupukan yang spesifik lokasi
dan teknologi pemangkasan sehingga produktivitas yang optimal dan penampilan buah yang baik
dapat diperoleh dalam rangka mendukung program pengembangan kawasan hortikultura khususnya
jeruk RGL di Lebong.
BAHAN DAN METODA

Pengkajian dilakukan pada pertanaman jeruk RGL di Kelurahan Rimbo Pengadang,
Kecamatan Rimbo Pengadang, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu. Pengkajian jeruk RGL
dilaksanakan mulai Maret s/d Desember 2012. Kegiatan pengkajian dilaksanakan di lahan kering
dataran tinggi 830 m dpl. Luas pertanaman jeruk di lokasi pengkajian adalah 1,5 ha. Jarak tanam
yang digunakan 4 x 6,5 m yang ditanam secara zigzag. Tanaman yang digunakan adalah tanaman
yang sudah berbuah (pada awal pengkajian tanaman berumur sekitar 2 tahun).
Rancangan yang digunakan adalah RAK 2 faktor. Faktor ke-1 adalah perlakuan
pemangkasan yaitu; 1) pangkas sesuai rekomendasi dan 2) pangkas cara petani (kontrol). Faktor ke-2
adalah perlakuan pupuk, yaitu; 1) berdasarkan hasil panen yang terangkut dan 2) berdasarkan analisis
tanah/jaringan tanaman serta 3) berdasarkan perlakuan petani (kontrol). Dengan demikian didapatkan
6 kombinasi perlakuan. Ulangan dilakukan sebanyak 4 kali. Semua perlakuan diberi pupuk setiap 3
(tiga) bulan sekali. Adapun Kombinasi perlakuan dalam kajian pemangkasan dan pemupukan yaitu:
P1D1: pangkas rekomendasi+ pupuk berdasarkan hasil panen
P1D2: pangkas rekomendasi+ pupuk berdasarkan analisis tanah/tanaman
P1D3: pangkas rekomendasi + pupuk cara petani
P2D1: pangkas cara petani+ pupuk berdasarkan hasil panen
P2D2: pangkas cara petani + pupuk berdasarkan analisis tanah/tanaman
P2D3: pangkas cara petani + pupuk cara petani (kontrol)
Pemangkasan rekomendasi (Loka Penelitian Jeruk, 2003) yang dilakukan adalah
pemangkasan cabang/ranting/tunas yang tidak produktif dan buah yang tidak tumbuh sempurna/kecil

yang dilakukan secara rutin (setiap 2 minggu). Pemangkasan cara petani adalah pemangkasan yang
dilakukan jika ada cabang/ranting yang patah dan jarang dilakukan (2 kali setahun).
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura menggunakan metode penentuan dosis
pupuk berdasarkan jumlah buah yang dipanen tahun sebelumnya, yaitu 3 % dari total bobot buah tiap
pohon dalam bentuk NPK (3:1:2) bersama pupuk kandang. Metode penentuan pupuk berdasarkan
hasil analisis tanah dan tanaman bertolak pada suatu kaidah bahwa pemupukan dilakukan jika jumlah
unsur hara di dalam tanah lebih rendah dari pada yang dibutuhkan tanaman dan tanaman itu sendiri
sebagai pengekstrak unsur hara dari tanah, sehingga untuk mengetahui kebutuhannya perlu
menganalisis jumlah unsur hara yang di ekstrak atau diserap tanaman tersebut dan jumlah unsur hara
yang tersedia di dalam tanah (Sutopo, 2010). Teknologi pemupukan eksisting (yang dilakukan petani)
adalah pemberian 1 kg campuran pupuk Urea dan NPK dengan perbandingan 1:5 dan pemberian 2 kg
pupuk kandang per tanaman untuk sekali pemupukan yang diberikan setiap 3 bulan.
Setelah dilakukan analisis tanah awal (unsur makro) dan analisis tanaman maka dilakukan
aplikasi pengapuran dan pemberian kompos. Aplikasi dolomit dan kompos diberikan pada tanaman
jeruk RGL dengan perlakuan pemupukan berdasarkan hasil analisis tanah/tanaman dan berdasarkan
hasil panen. Dua minggu setelah itu di ambil lagi sampel tanahnya dan dianalisis (panduan dari
Balitjestro). Penentuan dosis pupuk untuk perlakuan pemupukan berdasarkan panen yang terangkut
adalah 250 gr Urea dan 300 gr NPK/tanaman/3 bulan (325 kg Urea dan 390 kg NPK/ha/tahun). Dosis
pemupukan berdasarkan hasil analisis tanah/tanaman adalah 60 gr Urea dan 300 gr NPK/tanaman/3
bulan (78 kg Urea dan 390 kg NPK/ha/tahun). Populasi tanaman 325 batang/ha.

Aplikasi pengapuran tidak dilakukan pada perlakuan pupuk cara petani. Dosis pupuk petani
yaitu 167 gr Urea dan 833 gr NPK/tanaman/3 bulan (217 kg Urea dan 1.083 kg NPK/ha/tahun.

Data yang dikumpulkan dalam kajian ini adalah data primer dan data sekunder. Parameter
yang di ukur meliputi komponen vegetatif tanaman (tinggi tanaman dan diameter tajuk) dan
komponen generatif tanaman (jumlah bunga yang menjadi fruitset dan jumlah buah). Pengendalian
hama penyakit utama yang mempengaruhi pembungaan/pembuahan dilakukan sesuai kebutuhan. Data
yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan ANOVA dan uji LSD.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Status Hara Tanah
Hasil analisis tanah di lokasi pengkajian menunjukkan bahwa kandungan unsur Nitrogen
(N) relatif rendah, Fosfor (P) rendah dan Kalium (K) sedang (Tabel 1).
Tabel 1. Hasil analisis tanah sebelum dan setelah pemberian kapur dan kompos pada lahan
pengkajian jeruk RGL di Desa Rimbo Pengadang.
No
1
2.

3.


Unsur Hara

Hasil analisis tanah lahan jeruk RGL
sebelum pemberian kapur
setelah pemberian kapur
dan kompos
dan kompos

pH
Tersedia (ppm)
N
P
K-dd (K-dapat digunakan)
Total (mg 100g -1)
P
K

3,92

4,88


0,09
9,87
0,20

0,73
16,26
0,26

16,27
6,38

8,98
7,77

Keterangan: Hasil analisa Laboratorim Tanah BPTP Bengkulu.

Pada Tabel 1, tergambar hasil analisis daun jeruk memperlihatkan kecukupan hara tanaman
jeruk untuk unsur N sedang dan untuk unsur P maupun K rendah. Hasil analisis tanah setelah
pemberian kapur/dolomit dan kompos terlihat adanya peningkatan kandungan unsur hara tersedia

untuk unsur N, P dan K namun terjadi penurunan pada P total. Kondisi ini memperlihatkan bahwa
unsur P yang terikat dapat dilepaskan menjadi P tersedia dengan pemberian amelioran, yang
disebabkan tingginya daya serap unsur P oleh tanah di Kelurahan Rimbo Pengadang.
Pengaruh Pemupukan Terhadap Pembungaan dan Pembuahan Jeruk RGL
Hasil pengkajian pemupukan terhadap pembungaan tanaman jeruk RGL setelah
pemangkasan dan pemupukan pertama (pada bulan Juni 2012) memperlihatkan keragaman dari
keenam kombinasi perlakuan. Rata-rata jumlah kuncup bunga berkisar 0,0 - 4,0; bunga mekar 0,0 2,75; fruitset 0,25 - 12,25 dan pentil 20,25 – 109 (Tabel 2). Perlakuan dosis pupuk berdasarkan
analisis tanah dan tanaman menghasilkan jumlah fruitset yang tertinggi yaitu 12,25 tetapi tidak
berbeda nyata dengan jumlah fruitset pada perlakuan petani (11,3) tetapi berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya. Sedangkan jumlah 109 pentil buah pada perlakuan berdasarkan analisis
tanah/tanaman berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada masa pengkajian khususnya setelah
pemupukan pertama, curah hujan hanya sedikit sehingga kurang mendukung terjadinya pembungaan
dan juga banyak bunga yang gugur, sedangkan setelah pemupukan kedua, curah hujan tinggi yang
juga menyebabkan sebagian bunga gugur.

Tabel 2 . Perkembangan stadia pembungaan dan pembuahan pada pertanaman jeruk RGL setelah
pemangkasan dan pemupukan pertama.
Stadia pembungaan dan pembuahan
Perlakuan
P1D1= Pangkas rekomendasi dan aplikasi

250 gr Urea+300 gr NPK
P1D2= Pangkas rekomendasi dan aplikasi 60
gr Urea+300 gr NPK
P1D3= Pangkas rekomendasi dan pupuk 167
gr Urea+833 gr NPK
P2D1= Pangkas cara petani dan aplikasi 250
gr Urea dan 300 gr NPK
P2D2= Pangkas cara petani dan aplikasi 60 gr
Urea dan 300 gr NPK
P2D3= Pangkas cara petani dan pupuk 167 gr
Urea+833 gr NPK

Kuncup

Bunga mekar

Fruit set

Pentil


0,0a

0,0a

2,5c

20,5c

1,8a

0,3a

0,3c

20,3c

0,5a

0,3a


1,5c

35,3bc

5,0b

1,5a

6,3b

27,3c

0,3c

0,0a

12,3a

109a

4,0b

2,8a

11,3a

63,3b

Setelah aplikasi pemupukan ketiga maka perbedaan dalam stadia pembungaan dan
pembuahan pada masing-masing perlakuan semakin bervariasi (Tabel 3). Perlakuan dosis pupuk
berdasarkan hasil panen terangkut menghasilkan jumlah buah paling sedikit yaitu 34 dan 69. Hal ini
diduga disebabkan karena umur tanaman masih muda (2-3 tahun) sehingga belum dapat dijadikan
sebagai acuan dalam menentukan dosis pupuk yang tepat. Hasil kajian ini memperlihatkan bahwa
penggunaan dosis pupuk berdasarkan hasil panen yang terangkut hanya bisa dipakai pada tanaman
yang sudah sering berbuah, bukan untuk tanamann yang baru sekali atau dua kali berbuah. Sdangkan
hasil penelitian Sutopo et all., (2006) menunjukkan bahwa dosis pupuk N, P dan K yang
direkomendasikan berdasarkan hasil panen untuk tanaman pamelo Nambangan di Entisol Sukomoro,
Kabupaten Magetan adalah 150% dari total NPK yang terangkut buah atau setara dengan 2,775% (2
N, 1 P2O5 dan 4 K2O) dari bobot buah yang dipanen per tahun.
Perlakuan dosis pupuk berdasarkan hasil analisis tanah dan tanaman menghasilkan jumlah
buah rata-rata yang terbanyak yaitu 133 buah yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada
hasil kajian selama 3 kali pemupukan terjadi kecenderungan peningkatan jumlah buah yang lebih
tinggi pada perlakuan dengan dosis pupuk berdasarkan hasil analisis tanah/tanaman. Sebagai
perbandingan jumlah jeruk keprok Selayar di Sulawesi baru mencapai 26 buah dengan penerapan
teknologi budidaya (Asaad dan Warda, 2006).
Tabel 3. Stadia pembuahan jeruk RGL pada bulan Desember 2012.
Perlakuan
P1D1= Pangkas rekomendasi dan aplikasi
250 gr Urea+300 gr NPK
P1D2= Pangkas rekomendasi dan aplikasi 60
gr Urea+300 gr NPK
P1D3= Pangkas rekomendasi dan pupuk 167
gr Urea+833 gr NPK
P2D1= Pangkas cara petani dan aplikasi 250
gr Urea dan 300 gr NPK
P2D2= Pangkas cara petani dan aplikasi 60 gr
Urea dan 300 gr NPK
P2D3= Pangkas cara petani dan pupuk 167
gr Urea+833 gr NPK

Stadia pembungaan dan pembuahan
Buah kecil Buah sedang Buah besar Jumlah Buah
1,3

29,5

3,0

33,8c

78,8

10,0

6,0

94,8ab

12,5

71,3

8,3

92,0bc

32,0

34,3

2,8

69,0c

44,3

88,5

0,3

133,0a

19,0

49,0

6,5

74,5c

Pada bulan Desember 2012 terlihat sebagian daun pertanaman jeruk Gerga berwarna
kekuningan di bagian pinggir dan hijau di sekitar tulang daun yang diduga merupakan gejala
defisiensi unsur hara mikro. Bagian tanaman tersebut sedang dianalisis di Laboratorium Balai
Penelitian Tanah Bogor. Jika memang hal tersebut adalah gejala defisiensi, maka perlu dilakukan
pemberian pupuk mikro.
Pengaruh Pemangkasan Pada Produktivitas dan Kualitas Buah
Sejak awal tanam hingga berumur 2 tahun, pertanaman jeruk RGL dilokasi pengkajian
belum pernah dilakukan pemangkasan pembentukan. Pemangkasan yang dilakukan hingga umur 2
tahun hanya jika ada tanaman yang patah atau ranting/cabang rusak (umumnya 2 kali dalam setahun).
Dalam pengkajian ini dilakukan pemangkasan yang intensif (setiap 2 minggu) yang dibandingkan
dengan yang biasa dilakukan petani. Jumlah buah pada pertanaman jeruk RGL dengan perlakuan
pemangkasan yang intensif ternyata tidak berbeda nyata dengan cara petani. Hal ini terjadi karena
tidak adanya pemangkasan bentuk pada tahun pertama sehingga perkembangan tajuk daun kurang
sempurna.
Dari hasil analisis statistik, tidak ada interaksi antara faktor ke-1 yaitu 2 perlakuan
pemangkasan tanaman jeruk RGL dan faktor ke-2 yaitu 3 perlakuan dosis pupuk. Dengan aplikasi dua
perlakuan pemangkasan terlihat bahwa ternyata ada pengaruh pemangkasan terutama karena
kelebatan daun mempengaruhi warna buah terutama yang berada didalam atau dibawah kerimbunan
daun yang menyebabkan penampilan warna buah menjadi beragam. Buah yang pucat (penampilan
kurang menarik) banyak terjadi pada pertanaman dengan pangkasan cara petani dimana sebagian buah
ternaungi dan sedikit memperoleh sinar matahari karena pertumbuhannya kurang teratur.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Aplikasi dolomit (kapur) 450 gr/m2 luas tajuk, kompos 40 kg/tanaman/th, 60 gr Urea dan 300 gr
NPK/tanaman yang diberikan setiap 3 bulan (78 kg Urea dan 390 kg NPK/ha/tahun) menghasilkan
jumlah buah jeruk Gerga (RGL) terbanyak yaitu 133 buah/tanaman (26,7 kg) dan berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya.
2. Pengaruh pemangkasan yang intensif tidak meningkatkan jumlah buah jeruk, tetapi mampu
memperbaiki penampilan buah jeruk RGL khususnya warnanya (Oranye cerah).

DAFTAR PUSTAKA
Asaad, M dan Warda. 2006. Kajian Penerapan Teknologi Budidaya Pada Jeruk Keprok Selayar. Prosd.
Seminar Nasional Jeruk Tropika Indonesia. Batu, 28-29 Juli 2005. Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan
Buah Subtropika. Batu. ;199-211.
Badan Litbang Pertanian. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jeruk. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta.
BPS Kab. Lebong. 2010. Lebong Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebong. Tubei.
Loka Penelitian Jeruk dan Hortikultura Subtropik. 2003. Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat, Strategi
Pengendalian Penyakit CVPD. Puslitbang Hortikultura. Bogor.
Martasari, C dan Supriyanto, A. 2006. Jeruk Keprok Tropika Indonesia: Keragaman Kultivar dan Karakter,
Sentra Produksi dan Teknologi Inovasinya. Prosd. Seminar Nasional Jeruk Tropika Indonesia. Batu, 2829 Juli 2005. Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika. Batu. ;36-53.
Puslitbang Hortikultura. 2003. Pedoman Umum Penelitian dan Pengkajian Penerapan Perbaikan Pengelolaan
Tanaman (PTT) jeruk: Puslitbang Hortikultura. Bogor. ;11 hal.
Purnomosidhi, P., Suparman, Roshetko dan Mulawarman. 2007. Perbanyakan dan Budidaya Tanaman BuahBuahan: Durian, Mangga, Jeruk, Melinjo dan Sawo. Pedoman Lapang, Edisi Kedua. World groforestry
Centre (ICRAF) dan Winrock International. Bogor, Indonesia:42p.
Sutopo, Supriyanto, A dan Suhariyono. 2006. Penentuan Dosis Pupuk N.P.K Berdasarkan Hasil Panen Pada
Tanaman Pamelo. Prosd. Seminar Nasional Jeruk Tropika Indonesia Batu, 28 -29 Juli 2005. Balai
Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika. Batu. ;243-251.
Sutopo. 2010. Teknologi budidaya jeruk sehat. http:// ( 9 April 2011).
Suwantoro, B. 2010. Mengenal Jeruk Rimau Gerga Lebong Lebih Dekat. Balai Benih Hortikultura Rimbo
Pengadang. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Lebong.