Dokumen Rancangan Sistem Komunikasi Terpadu
Rancangan Sistem Komunikasi Terpadu
Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan pada
Sektor Kehutanan di Provinsi Sumatera
Selatan
(2)
2
Rancangan Sistem Komunikasi Terpadu
Pencegahan Kebakaran Hutan & Lahan Pada
Sektor Kehutanan di Provinsi Sumatera Selatan
Oleh: Laut Tarigan & Yoga Travolindra
Kontributor :
Dinas Kehutanan SUMSEL, Balai PPIKHL SUMSEL, BKSDA
SUMSEL, UPTD KPH,TN Berbak Sembilang, GIZ Bioclime
(3)
3 Kata Pengantar
Kebakaran Hutan dan Lahan merupakan salah satu masalah kerusakan ekologis yang sering terulang di beberapa wilayah di Indonesia. Kondisi ini diperburuk oleh anomali iklim dan cuaca yang dikenal dengan nama El-Nino, periode musim kemarau menjadi lebih lama dari musim kemarau yang normal. Pada Provinsi Sumatera Selatan musim
kemarau terjadi mulai bulan Juni – Juli dan berakhir di bulan Oktober sampai dengan
November, apabila bertepatan dengan anomali El-Nino maka musim kemarau akan
mulai lebih awal yaitu sekitar bulan April – Mei dan berakhir pada bulan November –
Desember. Seperti diketahui Provinsi Sumatera Selatan telah mengalami musim kemarau panjang dan El-Nino beberapa kali dan berakibat tingginya tingkat kebakaran, kabut asap yang terjadi selama beberapa bulan selama musim kemarau
sangat mengganggu banyak aspek dalam kehidupan sehari – hari. Kualitas udara
yang buruk, jarak pandang yang hanya beberapa meter dan masih banyak lagi dampak negatif yang timbul dari kebakaran hutan dan lahan.
Provinsi Sumatera Selatan mengalami kebakaran hutan dan lahan yang cukup parah di tahun 2015,menurut data statistik kebakaran hutan dan lahan dari Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan sepanjang tahun 2015 luasan kebakaran hutan yang terjadi di Provinsi Sumatera Selatan seluas ± 736.552 hektar dan sebanyak 27.043 hotspot yang terpantau di seluruh wilayah Provinsi Sumatera Selatan yang terdiri dari berbagai jenis tutupan lahan dan status lahan yang terbakar. Pada level nasional telah terbit peraturan dari Kementerian LHK terkait masalah DALKARHUTLAH yang harus di implementasikan oleh pihak pemerintah daerah. Provinsi Sumatera Selatan sendiri
semenjak tahun 2011 telah melaksanakan kegiatan pencegahan dan
penanggulangan dengan salah satu cara membentuk satuan tugas khusus yang terdiri dari beragam elemen yang berhubungan dengan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan dengan nama Satuan Tugas Pengendalian Kebakaran Hutan & Lahan Provinsi Sumatera Selatan yang diaktifkan sebelum musim kemarau sampai dengan berakhirnya musim kemarau setiap tahunnya.
Dengan tersedianya semua faktor pendukung untuk kegiatan pencegahan kebakaran hutan dan lahan baik dari kesiapan kelembagaan, program – program pemerintah maka diharapkan semua dapat berjalan degan sinergi dan mengarah kepada proses kerja yang sistematis. Dalam dokumen ini akan disampaikan sebuah sistem komunikasi terpadu pencegahan kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Sumatera Selatan yang sasaran utamanya adalah mesinergikan langkah & strategi lembaga sektor kehutanan dalam melakukan kegiatan pencegahan kebakaran hutan dan lahan mulai dari tingkat provinsi sampai dengan tingkat tapak dengan melibatkan secara aktif masyarakat dan elemen lainnya di level desa serta menguatkan peran UPTD KPH yang akan menjadi salah satu bagian utama dalam sistem ini.
(4)
4 Daftar Isi
Kata Pengantar ... 3
I. Pendahuluan. ... 6
1.1.Sejarah kejadian kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Sumatera Selatan. ... 7
1.2.Latar belakang perancangan Sistem Komunikasi Terpadu Pencegahan Kebakaran – Integrated Fires Prevention Communication System (IFPCS). 9 1.3.Dasar hukum dan kebijakan pemerintah. ... 12
1.3.1.Peran elemen pemerintah dalam kegiatan DALKARHUT. ... 12
1.3.2.Peran elemen pemerintah dalam memfasilitasi kelompok masyarakat desa peduli api. ... 13
II.Tujuan Perancangan Sistem Komunikasi Terpadu Pencegahan KARHUTLAH. .. 14
2.1.Rencana capaian rancangan sistem komunikasi terpadu pencegahan KARHUTLAH Provinsi Sumatera Selatan. ... 15
2.2.Pihak terkait dalam kegiatan penanggulangan kebakaran di Provinsi Sumatera Selatan ... 16
2.3.Identifikasi kondisi sistem pencegahan kebakaran yang ada di Provinsi Sumatera Selatan. ... 17
2.4.Aktor / Pelaku dalam proses pelaksanaan kegiatan dalam Sistem Komunikasi Terpadu Pencegahan Kebakaran Hutan & Lahan. ... 18
III.Perancangan Sistem Komunikasi Terpadu Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan………..20
3.1.Pembatasan perancangan sistem komunikasi terpadu. ... 22
3.2.Konsep Dasar sistem komunikasi terpadu pencegahan kebakaran hutan dan lahan Provinsi Sumatera Selatan ... 23
3.3.Komponen & tahapan kegiatan pencegahan Sistem Komunikasi Terpadu Pencegahan Kebakaran Hutan & Lahan. ... 24
3.3.1.Pembentukan organisasi Pos Kordinasi Provinsi, Pos UPTD KPH...24
3.3.2.Penggunaan Satu Peta Kerja Terpadu ... 25
3.4.Komponen peringatan dini pencegahan kebakaran hutan dan lahan. ... 27
3.4.1.Pengelolaan data peringatan dini bahaya kebakaran hutan ... 27
dan lahan ... 27
3.4.2. Pendistribusian data peringatan dini bahaya kebakaran hutan dan lahan ... 29
3.4.3.Sosialisasi & Pertemuan Desa Terkait Daerah Rawan Kebakaran. ... 32
3.5.Komponen monitoring & kesiapsiagaan KARHUTLAH. ... 35
(5)
5
3.5.5.Verifikasi Hotspot & Kejadian Kebakaran terpantau. ... 41
3.5.6.Kegiatan Pemadaman Dini Kebakaran ... 44
3.5.7.Pemadaman dini kebakaran dan pemadaman lanjutan. ... 47
3.8 Format Baku Pelaporan Hasil Kegiatan Lapangan. ... 51
3.9. Ketersediaan Sistem Jaringan Komunikasi... 55
3.10. Kebutuhan saran dan prasarana penerapan Sistem komunikasi terpadu Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Sumatera Selatan ... 56
3.10.1. Identifikasi kebutuhan sarana pendukung pelaksanaan Sistem Komunikasi Terpadu Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Sumatera Selatan. ... 58
IV.Kesimpulan & Saran ... 59
4.1.Kesimpulan. ... 59
4.2.Saran. ... 59
(6)
6 I. Pendahuluan.
Keanekaragaman hayati merupakan salah satu faktor yang menjadi tolak ukur dari kondisi alam dan lingkungan yang terkini, dari kondisi ini dapat dilihat sejauh mana upaya yang telah di tempuh untuk menjaga, memperbaiki, dan mengawasi kesinambungan tatanan keanekaragaman hayati pada suatu wilayah. Program pembangunan yang gencar dilakukan pada semua sektor saat ini menjadi penyebab utama yang terkait dengan kondisi sumber daya alam dan keanekaragaman hayati secara langsung. Berbagai kendala timbul dari dampak proses kemajuan industri yang berbasiskan lahan, mulai dari kebakaran hutan dan lahan, perambahan, ilegal loging dan masih banyak lagi mengakibatkan rusaknya ekosistem yang ada sampai dengan terancamnya spesies flora dan faunan tertentu yang dimana ini merupakan
bentuk degradasi ekosistem yang dapat menjadi pemicu permasalahan –
permasalahan baru yang bersifat bencana maupun berpengaruh ke sektor – sektor
lain seperti menurunya hasil produksi industri itu sendiri maupun berkurangnya pendapatan masyarakat yang bergantung sumber daya alam sekitar
Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang sedang berkembang pesat, salah satu pengusahaan yang sedang berkembang adalah industri yang bergerak pada bidang kehutanan dan komoditas perkebunan dan beberapa industri berkembang lainnya yang berbasiskan lahan sebagai objek utamanya, hal ini selain membawa hal positif juga membawa dampak negatif apabila tidak memperhatikan unsur keanekaragaman hayati dan kelestarian lingkungan yang berkesinambungan. Pada tahun 2015 Provinsi Sumatera selatan merupakan salah satu provinsi yang mengalami kejadian kebakaran hutan dan lahan yang cukup luas, Berdasarkan informasi dari Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan estimasi luasan
kebakaran ±736.552hektar yang terdiri dari beragam jenis tutupan lahan dan fungsi
penggunaan lahan.Penyebab utama dari kejadian ini adalah pengaruh musim kemarau dan anomali iklim El-Nino yang memperburuk kondisi cuaca menjadi ekstrim.
Provinsi Sumatera Selatan telah mengalami beberapa kali musim kemarau ekstrim yang berdampak terjadi bencana kabut asap yang disebabkan oleh kebakaran hutan dan lahan di hampir semua lokasi yang berhubungan dengan pengelolaan lahan. Kondisi ini di perburuk dengan areal yang menjadi lokasi utama yang sering terbakar adalah wilayah dengna tipe lahan gambut, baik yang sudah dikelola oleh pihak swasta melalui izin usaha pemanfaatan lahan untuk sektor usaha industri kehutanan maupun oleh pihak perusahaan kelapa sawit serta pengelolaan lahan dengan cara membakar yang masih dilakukan oleh kelompok masyarakat dalam penyiapan lahan pertanian.
(7)
7 1.1. Sejarah kejadian kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Sumatera Selatan. Provinsi Sumatera Selatan mempunyai wilayah dengan jenis tipologi hutan & lahan yang berbeda yaitu dataran tinggi di wilayah bagian barat didominasi oleh hutan sekunder dan pertanian masyarakat yang berbatasaan dengan 3 provinsi di Sumatera, dan wilayah dengan dataran rendah yang didominasi oleh wilayah yang mempunyai tipe lahan gambut dengan beragam pemanfaatan wilayahnya.
Pada grafik ini dapat dilihat dari tahun 2006 s/d 2016 kejadian kebakaran hutan dan
lahan selalu terjadi pada bulan September – Oktober yang bersamaan degan periode
musim kemarau di wilayah Indonesia. Kondisi ini akan semakin lebih buruk ketika
musim kemarau pada tahun – tahun tertentu bersamaan dengan anomali cuaca yaitu
El-Nino yang hampi dapat dipastikan apabila terjadi bersama akan berdampak buruk dengan begitu banyak terjadinya kebakaran hutan dan lahan.
Dampak yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan dan lahan dalam hal ini adalah kabut asap sangat berpengaruh kepada banyak sektor mulai dari menurunnya kualitas udara sehingga berdampak ngeatif bagi keseahatan masyarakat luas, terganggunya sistem transportasi terutama udara dan transportasi laut dan banyak sektor lainnya yang terimbas dari kejadian ini. Dampak yang menjadi sorotan publik baik pada level nasional maupun internasional adalah polusi yang dihasilkan dari dampak kebakaran yaitu kabut asap dinilai sebagai salah satu penyumbang terbesar fenomena gas rumah kaca dari kandungan karbon yang kemudian terlepas ke udara sehingga dapat menambah efek dari pemanasan global. Kabut asap juga mendapat kecaman
dari negara – negara tetangga yang juga terdampak secara langsung oleh kabut asap
dari kejadian kebakaran di sebagian besar wilayah gambut di Provinsi Sumatera Selatan.
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa kebakaran tahun 2015 adalah salah satu bencana kebakaran terbesar melebihi kejadian kebakaran pada tahun 2006 yang terjadi di Provinsi Sumatera Selatan dan kedua sesudah kejadian kebakaran
206 355 590 584 1.122 3.330 9.362
84.130
210.123 171.847
61.437
833
0 50000 100000 150000 200000 250000
Jan Peb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nop Des
J
u
m
l
ah
H
o
t
s
po
t
(8)
8 hutan tahun 1997 yang berdampak sangat luas terhadap berkurangnya luasan daerah berhutan dan kerusakan ekosistem lainnya karena terbakar.
Pada peta ini dapat dilihat bahwa sebagian besar dari wilayah dataran rendah di Provinsi Sumatera Selatan di kategorikan sebagai daerah rawan kebakaran hutan dan lahan.
39424
9595 5701
4560 832
8661 3367
8120 1826
16763
3541 2180
6201 787
68428077 1656
7234 27043
959
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(9)
9 1.2. Latar belakang perancangan Sistem Komunikasi Terpadu Pencegahan
Kebakaran – Integrated Fires Prevention Communication System (IFPCS). Provinsi Sumatera Selatan merupakan provinsi yang menempati urutan ke 1 dari luasan areal yang terbakar pada tahun 2015 dan Provinsi Kalimantan Tengah pada posis ke 2, hal ini menunjukan bahwa tingkat kebakaran hutan di Provinsi Sumatera Selatan masih tinggi dan belum tertanggulangi secara maksimal. Setiap tahun Provinsi Sumatera Selatan membentuk Satgas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan dengan dasar penunjukan dari SK Gubernur Provinsi Sumatera Selatan dalam komitmen untuk menekan jumlah maupun kejadian kebakaran hutan dan lahan. Kegiatan ini dikoordinir oleh pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dengan membentuk Pos Komando dan Kordinasi di kantor BPBD Palembang, kegiatan pada Posko ini adalah mengorganisir setiap elemen yang berkepentingan dalam hal pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Sumatera Selatan. Kegiatan pada posko ini juga melibatkan semua unsur baik TNI, POLRI serta SKPD yang menangani dan bergerak pada sektor landbase. Posko ini menjadi Posko induk level provinsi dimana semua kordinasi dan keputusan terkait kegiatan di laksanakan di posko ini.
Kegiatan pencegahan kebakaran hutan di Provinsi Sumatera Selatan juga mempunyai dasar hukum yang jelas dimana Provinsi Sumatera Selatan juga telah memiliki Peraturan Daerah No 8 Tahun 2016 tentang pengendalian kebakaran hutan dan / lahan. Hal ini juga kembali menunjukan komitmen pemerintah daerah dalam upaya untuk mencegah terjadinya kembali bencana kabut asap akibat kebakaran seperti yang terjadi pada tahun 2015.
Pada level Satuan Kerja Pemerintahan Daerah Provinsi mempunyai Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan yang memiliki unit kerja khusus untuk pengendalian kebakaran hutan yaitu Unit Pelaksana Teknis Dinas Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (UPTD PKHL). Unit kerja ini menjadi perpanjangan tangan Dinas Kehutanan dalam semua bentuk kegiatan mulai dari koordinasi,
pelatihan regu desa, kesiapsiagaan perusahaan sektor kehutanan, pelatihan –
pelatihan teknis dan berbagai bentuk upaya dalam pencegahan kebakaran pada level provinsi. Pada level provinsi juga terdapat beberapa lembaga kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang salah satu tugas pokok dan fungsi nya adalah pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di wilayah Provinsi Sumatera Selatan. Lembaga tersebut adalah Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan yang memiliki wewenang pada kawasan konservasi di wilayah kerjanya
Elemen pemerintah sebagai faktor utama dalam kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran juga dapat didukung dengan melibatkan secara aktif
kelompok – kelompok masyarakat sekitar kawasan yang sering terbakar atau
mempunyai tingkat kerentanan kebakaran yang tinggi. Sebagai elemen yang paling dekat dengan lokasi kejadian peran masyarakat harus di tingkatkan melalui wadah yang sudah diorganisir melalui tahapan pelatihan dan pendidikan mengenai pencegahan kebakaran. Peran masyarakat sebagai salah satu pihak yang dapat
(10)
10 melakukan berbagai bentuk upaya pencegahan kebakaran. Peran masyarakat tidak dapat dipisahkan dari rencana pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan. Beberapa bagian dari perundang-undangan menyebutkan dengan jelas bahwa masyarakat harus dilibatkan dan berperan aktif bersama lembaga pemerintah lainnya dalam mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan di wilayahnya. Pada tataran provinsi, tahun 2016 melalui Peraturan Menteri P.13 Tahun 2016 dibentuk lembaga baru berupa Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan Dan Lahan pada beberapa wilayah di Indonesia dan yang terutama mempunyai sejarah kebakaran hutan setiap tahunnya.
Salah satu rencana strategis Pemerintah Republik Indonesia melaui dokumen
“Grand Design Pencegahan Kebakaran Hutan,Kebun dan Lahan Tahun 2017 – 2019” yang disusun oleh 3 lembaga kementerian yaitu Kementerian Kordinator Bidang Perekonimian, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan maka dalam upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan pemerintah akan lebih menguatkan pada proses pencegahan.
Strategi penguatan diperlukan pada setiap tahap pencegahaan karena berdasarkan
pengalaman pada tahun – tahun sebelumnya kejadian kebakaran hutan dan lahan
sangat sulit diatasi apabila sudah sempat terjadi. Banyak daya & upaya dilakukan pada proses penanggulangan namun dampak dari usaha yang dilakukan cenderung masih tidak optimal akibat kondisi kebakaran dan faktor cuaca yang tidak mendukung dan ditambah lagi dengan faktor faktor lainnya.
Pe egaha
Pe a ggula gaPe ge dalia / Pe uliha da Pe a ga a Da pakKe e teria /Le aga, Pe da, TNI da Polri
INPRES No. / 5 Dikoordinasikan oleh
Menko Perekonomian
Dikoordinasikan oleh Menko Polhukam
Dikoordinasikan oleh Menko PMK FOKUS
UTAMA
(11)
11 Kesimpulan awal dari langkah dan upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan adalah mensinergiskan semua pihak yang berwenang dari berbagai level untuk dapat bekerja sama dengan efektif dan efisien dalam mendukung penanggulangan kebakaran. Sinergitas atar elemen di berbagai tingkatan juga dapat meminimalisir
kemungkinan tumpang tindihnya kegiatan dan progran pencegahan &
penanggulangan juga dapat mengarahkan bentuk – bentuk kegiatan ke lokasi yang
tepat sasaran.
Untuk mewujudkan ini maka Bioclime GIZ Project bekerja sama dengan pihak terkait mencoba untuk merancang sebuah sistem komunikasi terpadu pencegahan antar sektor kehutanan di wilayah Provinsi Sumatera Selatan
Sistem ini dirancang untuk menentukan konsep alur komunikasi yang ringkas dan cepat dalam penyampaian informasi dan laporan kegiatan dari tingkat provinsi, kabupaten dan desa. Rancangan sistem ini juga disusun untuk mengidentifikasi kebutuhan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mendukung kegiatan pencegahan kebakaran hutan lahan secara terpadu.
(12)
12 1.3. Dasar hukum dan kebijakan pemerintah.
Kegiatan pencegahan & penanggulangan kebakaran hutan dan lahan yang dilaksanakan pada semua level mempunyai beberapa dasar hukum yang menjadi landasan kegiatan sehingga dapat dipertanggunjawabkan dan tidak menyalahi aturan yang berlaku. Dengan adanya landasan hukum yang jelas juga membantu setiap pihak dalam berkegiatan sesuai wewenang dan tugas pokok fungsi yang berdasarkan peraturan yang ada. Salah satu perundang-undangan yang menjadi dasar dalam kegiatan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan adalah INPRES No 11 Tahun 2015 Tentang Peningkatan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan. Pada Dokumen INPRES ini diinstruksikan agar setiap elemen melakukan peningkatan upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan, selain itu juga dalam dokumen ini disebutkan kerjasama antar semua pihak dan peningkatan peran serta aktif masyarakat dan pemangku kepentingan dalam penanggulangan kebakaran hutan.
1.3.1. Peran elemen pemerintah dalam kegiatan DALKARHUT.
Untuk lebih spesifik mengenai perundang-undangan yang mengatur tentang pencegahan kebakaran hutan dan lahan adalah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang merupakan salah satu turunan dari INPRES No 11 Tahun 2015 adalah PERMEN LHK No.32 Tahun 2016 Tentang Pengendalian Kebakaran Hutan & Lahan,dalam dokumen peraturan ini lebih kepada penjabaran lebih luas tentang penguatan peran UPTD KPH dengan BRIGDALKARHUTLAH dan pelibatan kelompok masyarakat dan kolaborasi antar pihak pemegang izin dan pemangku wilayah. Pada peraturan ini juga di mengatur tentang keberadaan organisasi DALKARHUTLAH yang harus di bentuk pada level provinsi kabupaten, kecamatan sampai dengan tingkat desa. Dalam PERMEN No 32 Tahun 2016 juga mengatur tentang kewajiban pemenuhan kebutuhan SAPRAS oleh masing elemen yang terkait dengan bidang kehutanan.
Sarpras Pengendalian
Pencegahan
Sta dar
SarprasSarpras Posko Krisis
Ruangan Komputer Sarana Komunikasi
Kendaraan SOP Posko Internet
Pemadaman Lainnya
penyadartahuan/ kampanye
Keteknikan pencegahan
Pengelolaan kanal
Posko krisis
Peringatan dini
Deteksi dini
Perlengkapan pribadi
Perlengkapan regu
Peralatan regu
Kendaraan khususdalkar
Sarpas
pengolahan data dan komunikasi
Transportasi
Alat Berat
(13)
13 1.3.2. Peran elemen pemerintah dalam memfasilitasi kelompok
masyarakat desa peduli api.
Amanat PERMEN LHK No.32 tentang organisasi penanggulanagan kebakaran hutan dan lahan menyebutkan bahwa kelompok DALKARHUT masyarakat difasilitasi oleh elemen DALKARHUT pemerintah, baik dalam pembentukan keorganisasian ataupun fasilitasi kegiatan berkaitan penanggulangan kebakaran. Hal ini dapat di lihat lebih jelas pada dokumen PERMENLHK No 32 Tahun 2016 pada bagian Bab 4 Pasal 46 sampai dengan Pasal 64.
PERMEN No.32 juga menjelaskan struktur dan penjelasan posisi
BRIGDALKARHUTLAH pada level Kabupaten dan Kecamatan yang nantinya akan peran utamanya adalah UPTD KPH selaku pemangku pengelolaan kawasan hutan
pada wilayah kerjanya masing – masing. Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
melimpahkan sebagian besar peran pengendalian kebakaran hutan dan lahan pada setiap UPTD KPH, pada struktur dinas sendiri bidang yang mengurusi masalah DALKARHUTLAH akan di laksanakan oleh Bidang Perlindungan Hutan melalui Seksi DALKARHUTLAH yang akan dikepalai oleh seorang Kepala Seksi.
Masyarakat Peduli Api
Wajib Fasilitasi
(14)
14 II. Tujuan Perancangan Sistem Komunikasi Terpadu Pencegahan
KARHUTLAH.
Kegiatan penanggulangan kebakaran hutan di Provinsi Sumatera Selatan menjadi agenda penting bagi pemerintah daerah maupun pusat, Provinsi Sumatera Selatan secara geografis berada di antara Provinsi Riau, Kalimantan Tengah dan Barat. Provinsi Sumatera Selatan juga mempunyai sejarah panjang kejadian kebakaran hutan dan lahan situasi akan lebih buruk ketika musim kemarau yang disertai dengan fenomena alam El-Nino. Pasca kejadian kebakaran tahun 2015 semua pihak berbenah dan berupaya untuk melakukan berbagai kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran.Pemerintah pusat melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menyusun rancangan program pencegahan dan penanggulangan yang akan diteruskan kepada pelaksana di level provinsi. Beberapa kementerian dan lembaga kementerian koordinator juga telah menyusun tahapan pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan.
Provinsi Sumatera Selatan sendiri telah menyiapkan serangkaian strategi pencegahan yang dipersiapkan menghadapi kejadian kebakaran hutan dan lahan pada saat musim kemarau setiap tahunnya. Seperti yang sudah di bahas pada bagian indentifikasi para pihak yang berkepentingan dalam kegiatan penanggulangan di Provinsi Sumatera Selatan bahwa pada level provinsi telah banyak elemen baik dari pemerintahan, swasta dan kelompok masyarakat yang melakukan upaya pencegahan KARHUTLAH. Beberapa poin dari perundang-undangan juga mengarahkan untuk setiap pihak yang mempunyai kewenangan dan TUPOKSI (Tugas Pokok & Fungsi) dalam DALKARHUT dapat berinteraksi dan bersinergi bersama untuk mewujudkan wilayahnya bebas dari KARHUTLAH setiap tahunnya. Salah satu penyebab utama Provinsi Sumatera Selatan harus berupaya semaksimal mungkin dalam kegiatan DALKARHULAH adalah akan diadakannya event internasional di Kota Palembang yaitu Asean Games ke 18 yang akan diadakan pada tahun 2018, untuk ini Provinsi Sumatera Selatan harus memastikan even ini tidak terkendala oleh permasalah kabut asap akibat kebakaran.
Secara khusus tujuan dari perancangan sistem ini adalah memberikan sebuah rancangan komunikasi terpadu yang ringkas dan mempunyai struktur komando yang jelas terhadap kegiatan pencegahan kebakaran hutan. Mengapa hanya pada tahap pencegahan?, karena tahapan pencegahan merupakan tahapan yang sangat penting dalam penanggulangan kebakaran hutan dan lahan. Bagaimana semua elemen yang akan terlibat dalam sistem ini dapat saling berinteraksi dengan cepat dan terpadu,bagaimana semua informasi dan instruksi pencegahan dari level provinsi dapat di distribusikan dan diterima serta di laksanakan dengan tepat oleh pihak kecamatan dan desa.
Perancangan ini akan memfokuskan pada instansi sektor kehutanan di Provinsi Sumatera Selatan yaitu Dinas Kehutanan & Balai PPI & KARHUTLAH, BKSDA dimana 2 lembaga ini yang mempunyai kewenangan dan TUPOKSI dalam pencegahan kebakaran hutan dan lahan pada wilayah kawasan hutan.
(15)
15 2.1. Rencana capaian rancangan sistem komunikasi terpadu pencegahan
KARHUTLAH Provinsi Sumatera Selatan.
Proses perancangan ini memiliki target capaian untuk menghasilkan sebuah dokumen awal yang dapat diakomodir dan dilaksanakan dalam kegiatan pencegahan kebakaran. Rancangan ini akan memfokuskan kepada institusi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam kegiatan penanggulangan kebakaran yaitu Dinas Kehutanan Provinsi, Balai PPI & KARHUTLAH, BKSDA, UPTD KPH dan Kelompok Masyarakat Peduli Api tingkat desa. Pada rancangan ini akan difokuskan bagaimana 2 lembaga sektor kehutanan dapat bersinergi karena 2 lembaga ini mempunyai komponen kelembagaan yang berfungsi sebagai ekemen BRIGDALKARHUT pada level kabupaten sampai dengan desa.
Dinas Kehutanan sebagai lembaga SKPD yang telah mempunyai banyak pengalaman dalam kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan. Selain itu Dinas Kehutanan juga merupakan lembaga pemerintah yang berwenang terhadap semua bentuk pengelolaan dalam kawasan hutan terutama hutan produksi yang hampir semua wilayahnya sudah berizin dan memilki penanggung jawab usaha yaitu pihak swasta. Pada level provinsi, Dinas Kehutanan merupakan bagian dari Satuan Tugas Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan yang difasilitasi oleh Badan Nasional Bencana Daerah dimana setiap tahun pada musim kemarau kegiatan Posko DALKARHUTLAH akan diaktifkan dimana pada Posko ini terdiri dari semua elemen baik pemerintah atau swasta akan bekerja sama dalam kegiatan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan diwilayah Provinsi Sumatera Selatan.Tugas utama dari Dinas Kehutanan dalam Posko Satgas DALKARHUTLAH Provinsi Sumatera Selatan adalah menyuplai informasi terkait sebaran hotspot yang dipantau setiap hari, mendukung analisa dan penyediaan informasi terkait daerah rawan kebakaran hutan dan lahan, mendukung data informasi dan jalur terbang operasi udara dan kordinasi terhadap pemegang izin usaha kehutanan ketika wilayahnya terpantau kebakaran atau titik hotspot dari satelit. Setiap elemen yang terlibat didalam Posko Satgas DALKARHUTLAH memiliki kontribusi yang berbeda sesuai dengan kapasitasnya masing - masing.
Pada tahun – tahun sebelumnya Dinas Kehutanan Provinsi akan berkordinasi aktif dengan pihak Dinas Kehutanan Kabupaten terkait kegiatan DALKARHUTLAH. Dinas Kabupaten akan mengkordinasikan semua kegiatan DALKARHUT terutama saat musim kemarau maupun saat terpantau kebakaran diwilayahnya. Dinas Kehutanan Kabupaten mempunyai wewenang untuk melaksanakan operasi pemadaman, patroli dan penyuluhan kepada masyarakat di wilyah yang dikategorikan rawan terjadi kebakaran. Awal bulan Januari 2017 terjadi perubahan peraturan dimana Dinas Kehutanan Kabupaten melebur ke Dinas Kehutanan Provinsi dan peran Dinas Kehutanan Kabupaten akan digantikan oleh UPTD KPH/L yang merupakan secara langsung dapat diterjemahkan sebagai perwakilan Dinas Kehutanan Provinsi pada level kabupaten yang sekaligus menggantikan peran dari Dinas Kehutanan Kabupaten yang telah melebur ke Dinas Kehutanan Provinsi. Berdasarkan kondisi ini
dengan penyusunan rancangan sistem komunikasi terpadu pencegahan
(16)
16 kebakaran hutan dan lahan secara menyeluruh mulai dari provinsi, kabupaten sampai ke desa
2.2. Pihak terkait dalam kegiatan penanggulangan kebakaran di Provinsi Sumatera Selatan
Pada setiap upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran di masing – masing
daerah akan mempunyai pihak – pihak yang berkepentingan mulai dari level provinsi,
kabupaten dan kecamatan. Setiap lembaga pemerintah yang mempunyai kewenangan dalam pengelolaan kawasan diharapkan akan berperan aktif dalam kegiatan penanggulangan kebakaran. Pada wilayah Provinsi Sumatera Selatan terdapat beberapa elemen yang mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan. Semua pihak tersebut akan berkordinasi bersama yang akan difasilitasi oleh pihak BPBD provinsi.
Beberapa pihak yang berkepentingan dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan di wilayah Provinsi Sumatera Selatan diantara adalah :
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sumatera Selatan
Komando Resort Militer Garuda Dempo
TNI Angkatan Udara Republik Indonesia
Badan Meteorologi dan Geofisika Palembang
Kepolisian Daerah Sumatera Selatan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan
Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Selatan
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Selatan
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Selatan
Balai PPI dan KARHUTLAH Wilayah Sumatera
Balai Pengelolaan Hutan Produksi
Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia (GAPKI)
Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia
Kelompok Masyarakat Peduli Api (KMPA)
Pada level provinsi SKPD yang mempunyai kewenangan adalah Dinas Kehutanan dimana Dinas Kehutanan mempunyai bidang kerja pada level kabupaten yang berwenang dalam pengelolaan sampai tingkat desa yaitu UPTD KPH. Secara struktural dan kewenangan UPTD KPH berada dibawah Dinas Kehutanan dan pembiayaan kegiatan dan program juga didukung oleh balai Kementerian Lingkungnan Hidup dan Kehutanan di provinsi yaitu Balai Pengelolaan Hutan Produksi (BPHP).
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Sumatera Selatan
Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera
Selatan
Pos Kordinasi Provinsi
Balai PPI & KARHUTLAH Wil
Sumatera latan
(17)
17 2.3. Identifikasi kondisi sistem pencegahan kebakaran yang ada di Provinsi
Sumatera Selatan.
Semua pihak yang yang mempunyai tupoksi terkait penanggulanagan kebakaran memiliki pasti sebuah sistem penanggulangan yang digunakan dalam pelaksanaan
kegiatan. Masing – masing pihak tentunya memiliki kewenagan tersendiri sesuai
dengan kapasitas lembaga nya.
Ketersediaan banyak pihak yang menangani sebuah masalah akan menimbulan keuntungan dan juga ketidakmaksimalan dalam pelaksanaan. Apabila di kordinasikan dengan baik maka berkemungkinan pelaksanaan kegiatan akan berjalan dengan efisien dan tepat sasaran, namun sebaliknya apabila masing – masing sektor tidak mempunyai sebuah konsep kordinasi dan komunikasi yang jelas maka akan timbul banyak tumpang tindih dan perulangan kegiatan di tempat yang sama sedangkan tempat / lokasi lain memerlukan tindakan segera. Kondisi seperti ini yang harapannya akan di minimalisir sehingga semua sumber daya pemadaman yang ada dapat di lakukan dengan tepat dan terkordinir dengan baik.
Dinas Kehutanan
Provinsi
BALAI Kementerian di Provinsi SUMSEL
Lembaga / Instansi terkait
DALKARHUT
Kebakaran Hutan & Lahan
Sistem Penanggulanan
KARHUTLAH
Sistem Penanggulanan
KARHUTLAH
Sistem Penanggulanan
KARHUTLAH
Penanggulangan KARHUTLAH
Di as Kehuta aProvi si SUMSEL KARHUTLAHBalai PPI & Lembaga/ Instansi Terkait
Kebakaran pada Kawasan Hutan
Kebakaran pada wilayah APL
Kebakaran pada wilayah Perkebunan
Kebakaran yang tidak termonitor BKSDA
(18)
18 2.4. Aktor / Pelaku dalam proses pelaksanaan kegiatan dalam Sistem
Komunikasi Terpadu Pencegahan Kebakaran Hutan & Lahan.
Proses alur komunikasi dalam sistem komunikasi terpadu kebakaran memerlukan beberapa peran kunci yang akan menjadi pelaku dan penanggungjawab setiap tahapan kegiatan, setiap posisi dari pemeran ini merupakan personil yang akan bertugas melaksanakan dan memastikan proses komunikasi yang terjadi dapat berjalan sesuai tahapan yang sudah ditentukan. Sebagai pemeran utama, aktor dalam sistem ini dapat menunjuk personil yang akan betugas untuk melaksanakan kegiatan yang bersifat teknis dan pemeran utama ini dapat menjalankan peran manajerial pada levelnya masing – masing. Berikut para aktor / pemeran utama yang akan terlibat dalam pelaksanaan sistem komunikasi terpadu ini.
Level Provinsi.
1. Kepala SATKORLAK DALKARHUTLAH Provinsi Sumatera Selatan.
- Sebagai koordinator utama pada Pos Komando Penanggulangan
Kebakaran Hutan & Lahan di Level Provinsi Sumatera Selatan 2. Kepala Dinas Kehutanan.
- Mempunyai peran sebagai koordinator utama dalam semua kegiatan
dan pengambil keputusan dari hasil yang telah di laksanakan oleh semua pihak yang terlibat dalam sistem komunikasi terpadu.
3. Kepala Balak Konservasi Sumber Daya Alam
- Gugus tugas Kementerian yang mempunyai tupoksi penanggulangan
kebakaran hutan & lahan pada wilayah/kawasan konservasi 4. Kepala Balai PPI & KARHUTLAH.
- Sebagai koordinator pada bidang yang menjadi perwakilan dari pihak Kementrian LHK yang bekerjasama dan berkomunikasi langsung dengan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi.
5. Koordinator Utama Pos Koordinasi Provinsi.
- Bertugas sebagai perwakilan yang ditunjuk dan disepakati oleh
beberapa instansi Sektor Kehutanan pada sistem ini (Balai PPI KARHUTLAH, BKSDA, TN Sembilang & Dinas Kehutanan Provinsi) untuk mengkoordinir operasional kegiatan di Pos Provinsi
- Peran dari koordinator juga sebagai aktor manajerial dalam
mendistribusikan informasi dan menyusun laporan utama yang akan disampaikan kepada Instansi yang tergabung dalam Pos Koordinasi Provinsi dan mengkoordinir pengelolaan semua bentuk informasi yang keluar masuk dari Pos Provinsi ke Desa dan atau sebaliknya
(19)
19 Level Kabupaten/Kecamatan.
6. Kepala UPTD KPH
- Bertindak sebagai perpanjangan tangan dari Kepala Dinas Provinsi
dalam mengkoordinir semua bentuk proses pendistribusian informasi, operasional kegiatan dan pelaporan hasil kegiatan
- KAUPTD KPH juga bertindak sebagai Komandan
BRIGDALKARHUTLAH pada level kabupaten/wilayah kerja UPTD KPH
- Posisi ini juga akan berkordinasi dengan elemen – elemen terkait kegiatan pencegahan kebakran hutan & lahan pada level kabupaten dan kecamatan
7. Koordinator Pos Kordinasi Kabupaten
- Koordinator ini bertugas untuk mengatur bentuk - bentuk komunikasi yang terjadi dari level Provinsi – Desa
- Posisi ini dapat di isi oleh Kepala UPTD KPH
8. Koordinator Pos Kecamatan
- Tugas utama posisi ini adalah menjadi koordinator dari beberapa
komponen pencegahan pada mulai dari level kecamatan sampai dengan desa
- Memastikan distribusi informasi dari provinsi tersampaikan kepada regu
pelaksana lapangan, dan menerima serta mendistribusikan laporan pelaksanaan kegiatan kembali ke koordinator provinsi.
Level Desa 9. Kepala Desa
- Sebagai perangkat pemerintahan tingkat tapak Kepala Desa akan
mengkoordinir Regu Desa untuk setiap instruksi kegiatan yang diterima dari provinsi.
- Kepala Desa juga memastikan setiap instruksi dilaksanakan dan
menerima laporan tentang kegiatan yang dilaksanakan dan melaporkan kembali ke Koordinator Kecamatan.
- Kepala Desa membawahi beberapa Kepala Regu Pencegahan
KARHUTLAH Desa. 10. Kepala Regu Pemadam Desa
- Menerima instruksi dari Kepala Desa sebagai koordinator pada tingkat
desa yang berkaitan dengan kegiatan pencegahan kebakaran.
- Kepala regu juga bertugas untuk menghimpun laporan ringkas terkait kegiatan yang diinstruksikan oleh Kepala Desa.
(20)
20 III. Perancangan Sistem Komunikasi Terpadu Pencegahan Kebakaran Hutan
dan Lahan.
Sistem Informasi DALKARHUTLAH sangat dibutuhkan untuk mendukung kegiatan dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan, tanpa didukung oleh sebuah sistem yang baik maka dalam pelaksanaan proses kegiatan yang dilaksanakan akan sulit mencapai hasil yang maksimal. Sistem komunikasi terpadu ini diharapkan dapat memperjelas alur / tahapan komunikasi sesuai dengan jenis informasi, arah komunikasi dan umpan balik dari penerima dari informasi yang disampaikan.
Perancangan Sistem komunikasi terpadu Pencegahan KARHUTLAH ini akan fokus pada proses pengkomunikasian antar tahapan pada pengelolaan KARHUTLAH yaitu bagian pencegahan. Pemilihan bagian pencegahan karena pada tahap ini dapat diukur apakah kebakaran masih akan terjadi tanpa dapat di tanggulangi dengan cepat dan tepat atau kejadian kebakaran akan dapat dicegah sehingga kejadian kebakaran yang ada dapat segera ditanggulangi
Pe egaha
KARHUTLAH
Pe a ggula ga KARHUTLAH Pe a ga a Paskah KARHUTLAHSistem Peringatan Dini
Sistem Monitoring & Kesiapsiagaan
Pemetaan Daerah Rawan Sosialisasi Desa
Pe a taua Ke akara
Pemetaan Daerah Bekas Terbakar
Patroli & Grou d he k Daerah
Ra a
Verifikasi Daerah Bekas Ter akar
Kordi asi Pe ada a Kegiata Pe ada a
Kordi asi Pe a ga a Da pak Kejadia KARHUTLAH
E aluasi
Kordinasi Pencegahan antar Pihak
Pemantauan Hotspot/Kebakaran Patroli /Groundcheck
Hotspot Daerah Rawan
Patroli & Pemadaman Dini KARHULAH
Pengerahan Tenaga Pemadaman
(21)
21 PERMEN LHK No.32 Tahun 2016 pada Bab 5 Pasal 65 sampai dengan Pasal 90 membahas mengenai perlunya kordinasi kerja antar pihak dalam hal kegiatan
penanggulangan kebakaran, pada pasal – pasal tersebut juga membahas tata
hubungan kerja dan kordinasi antar instansi pengelola mulai dari tataran provinsi sampai dengan daerah. Berdasarkan ini semua elemen yang menangani masalah kebakaran hutan di Provinsi Sumatera Selatan dapat lebih bersinergi dalam kegiatannya, terutama elemen yang terkait dengan kegiatan penanggulangan
kebakaran pada sektor kehutanan yang leading sector nya adalah Dinas Kehutanan
Provinsi Sumatera Selatan dan Balai PPI & KARHUTLAH dan BKSDA untuk penanganan kebakaran hutan pada wilayah kawasan konservasi.
.
Sistem Terpadu Pencegahan KARHUTLAH
Balai Kementerian di Provinsi
SUMSEL
Dinas Kehutanan
Provinsi SUMSEL Lembaga /
Instansi terkait DALKARHUT
Kegiatan Pencegahan
Strategi Pencegahan
Pos Kordinasi Provinsi UPTD KPH
Kelompok Masyarakat
(22)
22 3.1. Pembatasan perancangan sistem komunikasi terpadu.
Tahapan yang akan menjadi fokus dalam perancangan sistem ini adalah tahapan pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Tahapan ini akan menentukan dalam
penanggulangan, pada tahapan ini akan dimaksimalkan upaya – upaya agar
kebakaran jangan sampai terjadi, ataupun ketika terjadi kebakaran yang ada dapat segera tertanggulangi sehingga tidak meluas dan menjadi tidak terkendali. Perancangan ini juga bertujuan untuk memaksimalkan sumber daya yang tersedia di
masing – masing level mulai dari provinsi, kabupaten dan desa. Sistem komunikasi
terpadu ini akan bersifat top down dan juga bottom up artinya arus informasi dan instruksi pelaksanaan kegiatan dapat bersumber dari level provinsi – kabupaten – desa ataupun sebaliknya. Penerapan sistem komunikasi terpadu ini akan dirancang sesingkat mungkin untuk menghindari panjangnya tahapan komunikasi yang biasanya berujung pada lambatnya penangan suatu kejadian kebakaran.
Sistem komunikasi terpadu yang akan dirancang diharapkan akan lebih ringkas dan jelas alur dan tahapan dari kegiatannya. Pada sistem ini nantinya akan jelas siapa yang akan melakukan apa kemudian kemana dan kepada siapa yang bertanggung jawab dalam setiap tahapan proses akan di jelaskan pada sistem komunikasi terpadu penanggulangan kebakaran hutan dan lahan
Secara umum berdasarkan ilustrasi diatas, sistem komunikasi terpadu akan digunakan untuk memaksimalkan arus komunikasi, instruksi dan laporan berdasarkan kejadian kebakaran yang terpantau di lapangan. Pada sistem komunikasi terpadu ini juga akan di tentukan sumber awal informasi dan arah pelaporan yang kemudian akan dilanjutkan dengan tindakan yang harus segera diambil dan siapa yang akan berwenang dalam hal pelaksanaannya. Informasi awal dapat bersumber pantauan provinsi kemudian diteruskan ke level kabupaten dan ditindaklanjuti oleh tingkat desa, ataupun informasi awal juga dapat bersumber dari level desa, yang kemdian diteruskan untuk ditindaklanjuti oleh pihak kabupaten dan bila diperlukan tindakan dari tingkat provinsi.
Kelompok Masyarakt Peduli Api
POS Kordinasi Provinsi
UPTD KPH
POS Kordinasi Provinsi
UPTD KPH
Kelompok Masyarakt Peduli Api Info
Awal
Info Awal
(23)
23 3.2. Konsep Dasar sistem komunikasi terpadu pencegahan kebakaran hutan
dan lahan Provinsi Sumatera Selatan
Untuk mendukung proses komunikasi antara pihak dibutuhkan sebuah skema alur komunikasi yang jelas dan dapat dipahami oleh setiap pihak yang terlibat, mulai dari wewenang, bentuk komunikasi dan arah komunikasi. Pada tabel ini ditampilkan sebuah struktur komunikasi antara Dinas Kehutanan dan Balai PPI DALKARHUTLAH pada level provinsi yang bersama di dalam semua wadah koordinasi level provinsi
yang akan merumuskan bentuk – bentuk instruksi dan informasi yang akan di teruskan
ke level kabupaten sampai dengan ke desa
Pos Koordinasi Provinsi
Pos UPTD KPH Pos Koordinasi
Kecamatan
Level Kabupaten /
Kecamatan
BRIGDALKARHUTLAH
Alur Pelaporan Alur Instruksi Alur Koordinasi
Kegiatan Pencegahan Regu IUP
Regu Desa
SATGAS DALKARHUTLAH Provinsi Sumatera
Selatan
Level Provinsi
Level Desa
Dinas Kehutanan Balai PPI
Regu MPA
(24)
24
3.3. Komponen & tahapan kegiatan pencegahan Sistem Komunikasi Terpadu
Pencegahan Kebakaran Hutan & Lahan.
3.3.1. Pembentukan organisasi Pos Kordinasi Provinsi, Pos UPTD KPH.
Pos Kordinasi Provinsi
Nama Kegiatan : Penguatan kelembagaan level provinsi
Bentuk kegiatan : Pembentukan Pos Kordinasi Terpadu Pencegahan
KARHUTLAH Provinsi SUMSEL.
Tujuan : Untuk meningkatkan kordinasi dan sinergi kegiatan pencegahan
kebakaran hutan dan lahan antar lembaga terutama Dinas Kehutanan Provinsi, Balai PPI KARHUTLAH dan BKSDA selaku Lembaga Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Provinsi Sumatera Selatan
Periode : Mei s/d November
Kelembagaan - SK Pembentukan Satgas
- Struktur Organisasi
- Dokumen Tugas dan Fungsi
- SAPRAS Operasional
- SAPRAS Komunikasi
Tugas Utama - Media Kordinasi antara Dinas Kehutanan,Balai PPI dan BKSDA
serta pihak lain yang terkait dalam penerapan Sistem komunikasi terpadu
Pencegahan KARHUTLAH Provinsi Sumatera Selatan.
- Pusat Pengelolaan data & kegiatan pencegahan kebakaran hutan sektor kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Pos UPTD KPH/L
Nama Kegiatan : Penguatan kelembagaan level kabupaten.
Bentuk kegiatan : Pembentukan Satgas Kordinasi Terpadu Pencegahan
KARHUTLAH tingkat wilayah kerja UPTD KPH.
Tujuan : Kordinator dan fasilator proses komunikasi dan tahapan
kegiatan pencegahan kebakaran antar pihak di level kabupaten & kecamatan maupun Pos Kordinasi Provinsi sampai dengan pelaksanaan kegiatan di level desa
Periode : Mei s/d November
Kelembagaan - SK Pembentukan Satgas
- Struktur Kelembagaan POSKO
- Dokumen Tugas dan Fungsi
- SAPRAS Operasional
- SAPRAS Komunikasi
Tugas Utama - Media Kordinasi antara Dinas Kehutanan & Balai PPI dan pihak
lain yang terkait dalam kegiatan DALKARHUT
- Kontrol proses Sistem komunikasi terpadu yang ketika sedang berlangsung
(25)
25 3.3.2. Penggunaan Satu Peta Kerja Terpadu
Pada kegiatan pencegahan diperlukan suatu bentuk sistem kordinasi dan komunikasi yang efektif dan jelas, dimana dalam berkegiatan dibutuhkan sebuah media yang dapat di terima dan dipahami oleh setiap pihak yang terlibat di dalamnya. Penggunaan informasi yang seragam dalam kegiatan pencegahan akan berpengaruh dalam proses perencanaan kegiatan dan pelaksanaan dimana dari dua hal tersebut akan mempengaruhi dari hasil kegiatan dan tujuan utama kegiatan pencegahan. Kegiatan pencegahan membutuhkan sebuah rangkaian kegiatan yang merupakan sebuah alur proses yang saling berhubungan, sebagian besar kegiatan pencegahan adalah kegiatan yang berbasiskan keruangan atau membutuhkan informasi yang berbasiskan spasial dalam menunjang kegiatan pencegahan yang akan dilakukan. Berkaitan dengan penggunaan informasi atau data yang seragam maka untuk kegiatan pencegahan ini diperlukan sebuah Peta Kerja Terpadu.
Peta Kerja Terpadu adalah sebuah bentuk peta kerja dengan format tertentu yang
dalam penggunaannya akan memudahkan setiap level atau tingkatan otoritas pihak –
pihak terkait dalam menyamakan persepsi dan memperjelas arahan kegiatan di lapangan. Penggunaan Peta Kerja Terpadu akan menghasilkan sebuah proses komunikasi yang lancar dalam proses penginstruksian sebuah arahan kegiatan terhadap berbagai bentuk kegiatan pencegahan.
Sebagai contoh sederhana adalah ketika pihak Pos Kordinasi Provinsi menginstruksikan kepada pihak Pos UPTD KPH untuk menuju ke lokasi tertentu dan karena Posko Kordinasi Provinsi serta UPTD KPH menggunakan peta degan format yang sama maka, pihak Pos UPTD KPH akan langsung memahami dan mempunyai gambaran ke lokasi mana yang dimaksudkan oleh / arahan dari Pos Kordinasi
Provinsi. Penerapan peta kerja terpadu dapat berupa hardcopy pada masing – masing
lokasi kantor dari Pihak yang berkompeten misalnya di Pos Kordinasi Provinsi, Pos UPTD KPH, Pos DALKAR Kabupaten/Kecamatan, Kantor Kepala Desa maupun
softcopy berupa file yang dapat digunakan pada aplikasi pada smartphone yang dapat digunakan dalam kegiatan teknis.Penyiapan dari Peta Informasi Terpadu ini difasilitasi oleh Pos Kordinasi Provinsi yang juga akan menjadi penyelenggara dan kordinator dalam pengelolaan data spasial pada implementasi Sistem komunikasi terpadu yang nantinya akan di terapkan.
(26)
26 Contoh Layout Peta Kerja Terpadu
Penerapan Peta Kerja Terpadu di harapkan dapat mempermudah kordinasi dan penentuan lokasi kegiatan dan dapat mengurangi kesalahpahaman dalam proses kordinasi dalam berkegiatan. Peta Kerja Terpadu yang digunakan adalah Peta yang berisikan tematik dasar diantaranya :
- Jaringan jalan
- Jaringan sungai
- Batas administrasi
- Batas Kawasan Hutan terbaru
- Batas wilayah izin usaha
- Titik fasilitas umum
- Titik sumber air
Selain informasi dasar yang ditampilkan, peta ini menggunakan format grid horizontal adalah huruf dan grid vertikal angka. Pengunaan informasi grid Geografis dan Proyeksi Mercator juga dapat ditambahkan pada Peta Kerja Terpadu untuk mempermudah penentuan lokasi yang lebih akurat. Untuk ukuran skala peta ini menggunakan skala 50000 agar peta kerja yang digunakan dapat menampilkan informasi yang baik dan relevan
(27)
27
3.4.
Komponen peringatan dini pencegahan kebakaran hutan dan lahan.3.4.1.Pengelolaan data peringatan dini bahaya kebakaran hutan dan lahan
Komponen ini merupakan bagian dari peringatan dini, pada bagian ini disusun tahapan dari kegiatan pengelolaan data cuaca sebagai informasi dasar yang digunakan dalam memperkirakan kemungkinan terjadinya kebakaran berdasarkan kondisi iklim dan cuaca. Data dasar yang di kumpulkan di dapat dari berbagai sumber informasi yang tersedia baik dari pihak khusus yang menyediakan maupun didapat dari pihak dari sektor kehutanan yang memiliki perangkat pemantauan cuaca dan iklim.
Deskripsi Kegiatan
Bentuk Kegiatan : Pengolahan Data FWI
Parameter : Kondisi Iklim dan Cuaca Lokal/Regional
Sumber Data : AWS Lokal, Prediksi BMKG, WLRT SESAME II
Periode Pelaksanaan : Januari s/d Desember Kordinator Kegiatan : Pos Koordinasi Provinsi Petugas Pelaksana : Staf Pos Kordinasi Provinsi Kebutuhan Sarana - SAPRAS Internet
- SAPRAS Perangkat Komputer
- Dokumen Formulasi Fire Weater Index
- Dokumen Prosedur Tetap
- Dokumen Petunjuk Pelaksanaan
a. JUKLAK Pengelolaan & Pendistribusian Informasi FWI b. JUKLAK Penyimpanan Dokumen ke Database
Bahan Informasi : Data parameter cuaca dari stasiun pengamatan cuaca
(28)
28 Data FWI BMKG Sumber Lainnya Analisis Sistem Peringkat Bahaya Kebakaran Data FWI LAPAN
Nilai Tingkat Bahaya Kebakaran Provinsi Sumatera Selatan
Skema Pengelolaan Data Pendukung Peringatan Dini Bahaya Kebakaran Hutan dan Lahan
No Tahapan Kegiatan
Estimasi Alokasi Waktu Asumsi Proses & Perangkat yang digunakan 1
Pengumpulan sumber – sumber data
terkait parameter cuaca yang akan diolah menjadi nilai peringkat bahaya kebakaran
2 Hari
Perangkat Komputer
Jaringan Internet
Jaringan GSM
2
Dari hasil pengolahan data dari sumber
– sumber yang relevan dihasilkan nilai
peringkat bahaya kebakaran 1 Hari
Perangkat Komputer
Jaringan Internet
Jaringan GSM
3
Informasi nilai peringkat bahaya kebakaran di distribusikan
2 Jam
Perangkat Komputer
Jaringan Internet
Jaringan GSM
4
Informasi nilai yang dihasilkan disimpan ke dalam basis data Pos Kordinasi
Provinsi 2 Jam
Perangkat Komputer
Jaringan Internet Pos Kordinasi Provinsi Basis data posko provinsi 1 2 4 Proses Distribusi Informasi 3 Kabupaten/ kecamatan
(29)
29 3.4.2. Pendistribusian data peringatan dini bahaya kebakaran hutan dan
lahan
Tahapan ini adalah tahapan dari proses sebelumnya yaitu pengelolaan data pendukung peringatan dini bahaya kebakaran, setelah data diolah kemudian segera di distribusikan kepada pihak yang memerlukan informasi tersebut. Informasi peringatan dini ini dapat menjadi acuan status kondisi lahan terkait kemudahan terjadinya kebakaran.
Informasi peringatan dini kebakaran hutan dan lahan ini juga dapat di jadikan dasar dari beberapa kegiatan lanjutan berupa patroli ke daerah yang masuk ke dalam status resiko tinggi terjadinya kebakaran. Informasi ini sangat berkaitan dengan kejadian kebakaran karena data peringatan dini terdiri dari beberapa parameter yang berhubungan langsung dengan kondisi lahan yang termonitor dari perangkat pengumpulan informasi iklim dan cuaca yang ada.
Deskripsi Kegiatan
Bentuk Kegiatan : Pendistribusian Status Tingkat Bahaya Kebakaran
Parameter : Kondisi Iklim dan Cuaca Lokal/Regi onal
Sumber Data : Hasil pengolahan data kondisi cuaca
Periode Pelaksanaan : Januari s/d Desember
Penanggung Jawab : Kordinator Posko Kordinasi Kehutanan Provinsi
Kordinator Kegiatan : Staf Pos Kordinasi Provinsi
Petugas Pelaksana : Staf Pos Kordinasi Provinsi
Kebutuhan Sarana - SAPRAS Internet
- SAPRAS Perangkat Komputer
- Dokumen Formulasi Fire Weater Index
- Dokumen Prosedur Tetap
- Dokumen Petunjuk Pelaksanaan
a. JUKLAK Pendistribusian Informasi FWI
b. JUKLAK Penyimpanan Dokumen ke Database c. Dokumen Pentunjuk Teknis
Bahan Informasi : Nilai parameter cuaca
(30)
30 Skema Alur Pendistribusian Informasi Status Tingkat Bahaya Kebakaran
berdasarkan parameter cuaca / Fire Weather Index (FWI) dari Pos Provinsi ke Regu Desa
Pos Kordinasi Provinsi
UPTD KPH
Kepala Desa
Posko Kecamatan
Update Status Bahaya Kebakaran di Desa Update Status Bahaya
Kebakaran Pada Pos Kecamatan
Proses instruksi untuk meneruskan
informasi yang diterima Bentuk proses
pelaporan terkait instruksi yang telah dilaksanakan Proses
koordinasi terkait informasi yang
diterima
Basis data Pos Kordinasi Provinsi
4 1
5
6
8
10
2
3 9
(31)
31
No Tahapan Kegiatan
Estimasi Alokasi
Waktu
Asumsi Proses & perangkat yang
digunakan 1
Kordinator Posko Provinsi
menyampaikan status FWI kepada UPTD KPH
15 Menit
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
2 Informasi di teruskan ke pada Posko
Kecamatan 15 Menit
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
3
Posko Kecamatan memerintahkan mengupdate status FDRS pada
masing – masing Pos Lapangan
30 Menit
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
4 Informasi FDR di teruskan kepada
Kepala Desa 15 Menit
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
5 Informasi FDR di teruskan kepada
Kepala Regu 15 Menit
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
6 Kepala Regu mengupdate status FWI
pada Papan FWI di Desa 30 Menit
Papan Penunjuk
tingkat rawan api
7
Kepala Regu menginformasikan kembali Kepada Kepala Desa bahwa Papan FWI sudah di upate sesuai dengan Instruksi
15 Menit
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
8
Kepala Regu menginformasikan kembali Kepada Kepala Desa bahwa Papan FWI sudah di upate sesuai dengan Instruksi
15 Menit
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
9
UPTD KPH mengkonfirmasi kembali ke Posko Provinsi Bahwa Papan FWI sudah di update sesuai Instruksi awal
15 Menit
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
10
Pihak Posko Provinsi menyimpan proses ini ke dalam bentuk laporan dan kemudian disimpan di Database Posko Provinsi
1 Jam
Perangkat telekomunikasi
(32)
32 3.4.3. Sosialisasi & Pertemuan Desa Terkait Daerah Rawan Kebakaran.
Kegiatan sosialisasi dan pertemuan desa dilakukan untuk meningkatkan kesadaran sekaligus juga menggali informasi dari masyarakat langsung di lapangan. Dari kegiatan ini akan terkumpul informasi yang dapat dijadikan salah satu dasar pemilihan dan penyusunan strategi pencegahan. Dengan dilakukannya sosialisasi dan kordinasi dengan pihak masyarakat ataupun pihak lain yang berada pada level tapak akan
memudahkan pihak – pihak pengambil keputusan untuk merencanakan berbagai
kegiatan pencegahan yang tepat sasaran. Strategi yang disusun pada level provinsi terkadang perlu penyesuaian dengan kondisi dilapangan, hal – hal seperti ini yang akan didapat ketika melakukan sosialisasi dan kordinasi dengan pihak pelaku pencegahan di tingkat desa.
Deskripsi Kegiatan
Bentuk Kegiatan : Sosialisasi & kordinasi pada tingkat Desa
Parameter : Identifikasi penyebab terjadinya kebakaran
Sumber Data : Informasi lapangan tentang potensi rawan kebakaran wilayah
Periode Pelaksanaan : Januari s/d Desember
Kordinator Kegiatan : Pos Koordinasi Provinsi
Petugas Pelaksana : Kelompok DALKARHUT Masyarakat & BRIGDALKARHUT KPHP
Kebutuhan Sarana - SAPRAS Komunikasi - SAPRAS Komputer
- SAPRAS Pertemuan Desa
- Dokumen Prosedur Tetap Sosialisasi & Pertemuan - Dokumen Petunjuk Pelaksanaan
a. JUKLAK Identifikasi Potensi Daerah Rawan KARHUTLAH
b. JUKLAK Pengumpulan Informasi Lapangan & Pelaporan
Bahan Informasi : Peta & Dokumen arahan identifikasi daerah - daerah rawan
(33)
33 No Tahapan Kegiatan Sosialisasi &
Kordinasi Daerah Rawan Kebakaran
Estimasi Alokasi Waktu
Asumsi Proses & Perangkat yang digunakan
1
UPTD KPH melakukan pengumpulan data & informasi terkait resiko dan lokasi – lokasi yang sering terjadi kebakaran serta potensi pendukung terjadinya kebakaran
1 Hari
Perangkat Komunikasi
Perangkat Komputer
Jarigan GSM
2
Pihak UPTD KPH melaporkan data dan informasi kepada pihak Pos Kordinasi Provinsi
30 Menit
Perangkat telekomunikasi
Perangkat Komputer
Jaringan GSM
3
Pihak Pos Kordinasi Provinsi melakukan identifikasi dan analisis terhadap data dan informasi yang diterima dari pihak UPTD KPH untuk menghasilkan identifikasi dan informasi mengenai kerentanan dan tingkat bahaya kebakaran
1 Hari
Perangkat telekomunikasi
Perangkat Komputer
Jaringan GSM
Peta Kerja Terpadu
4 Informasi hasil analisis di simpan ke dalam
basis data Pos Kordinasi Provinsi 1 Jam
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
5 Penyampaian materi kepada multipihak
yang berkepentingan 1 Jam
Perangkat Komunikasi
Jaringan Internert
6
Pada proses kordinasi dan sosialisasi akan mendapatkan input dan masukan yang lebih luas sehingga informasi identifikasi daerah rawan akan lebih objektif dan lengkap
3 Jam
Perangkat Komunikasi
Perangkat Komputer
7
Berdasarkan hasil proses kordinasi dan
sosialiasi didapatkan rumusan dan
identifikasi terhadap lokasi daerah rawan kebakaran
1 Jam
Perangkat Komunikasi
Perangkat Komputer
8 Hasil akhir dari identifikasi di simpan ke
dalam basis data Pos Kordinasi Provinsi 10 Menit
Perangkat Komunikasi
9
Hasil akhir identifikasi juga di distribusikan kepada semua pihak yang terkait proses sosialiasi dan kordinasi untuk dapat dijadikan bahan dasar dan acuan dalam rencana pencegahan kebakaran hutan pada wilayah yang menjadi tanggung jawab
masing – masing pemangku wilayah
1 Jam
(34)
34 Alur Kegiatan Identifikasi Daerah Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan
Data Lokasi Sering Terbakar
Identifikasi Kegiatan Pendukung
Terjadinya
Data Lokasi Potensi Terbakar
UPTD KPH
Pos Kordinasi Provinsi
Basis data Pos Kordinasi
Provinsi
Kegiatan Sosisaliasi &
Koordinasi UPTD KPH
Komponen KMPA & Desa
IUP Pos Kabupaten
& Kecamatan Pos Kordinasi
Provinsi Rumusan Identifikasi Lokasi
Potensi Terjadi Kebakaran 1
2
3
4
5
7
6
9 8 Analisis Awal Lokasi Rawan
Kebakaran & Strategi Pencegahan
(35)
35 3.5. Komponen monitoring & kesiapsiagaan KARHUTLAH.
3.5.3. Kegiatan pengelolaan dan distribusi data sebaran hotspot.
Pada proses ini dilaksanakan tahapan pengolahan dan pendistribusian informasi terkait sebaran hotspot yang dipantau oleh pihak Pos Kordinasi Provinsi. Pemantauan hotspot dilakukan untuk memantau indikasi lokasi yang berkemungkinan terjadi kebakaran namun secara umum hotspot masih harus di groundcheck / dilakukakn verifikasi langsung ke lapangan terhadap informasi yang didapat dari pemantauan satelit.
Pada saat musim kemarau atau tingkat resiko kebakaran berdasarkan info peringaktan dini kebakaran menunjukan nilai tinggi maka informasi hotspot yang terpantau harus segera di verifikasi karena berkemungkinan besar di lokasi hotspot terpantau memang titik api kebakaran.
Deskripsi Kegiatan :
Bentuk Kegiatan : Pembuatan Peta dan Pendistribusian Sebaran Hotspot
Parameter : Kondisi sebaran hotspot
Sumber Data : Informasi hotspot dari Satelit Terra Aqua MODIS & SNPP VIIRS
Periode Pelaksanaan : Januari s/d Desember Kordinator Kegiatan : Pos Kordinasi Provinsi Petugas Pelaksana : Staf Pos Kordinasi Provinsi Kebutuhan Sarana - SAPRAS Internet
- SAPRAS Perangkat Komputer
- Dokumen Prosedur Tetap
- Dokumen Petunjuk Pelaksanaan
a. JUKLAK Pengumpulan & Pengelolaan Data Hotspot b. JUKLAK Pendistribusian Informasi Hotspot
c. JUKLAK Penyimpanan Informasi ke Database
Bahan Informasi : Data pantauan hotspot harian
(36)
36
Data Hotspo t Harian dari VIIRS
Pengumpulan Data Hotspot Harian
Pengolahan Data Hotspot Harian
Peta & Informasi Sebaran Hotpsot
Harian
Skema Alur Pendistribusian Informasi kondisi sebaran hotspot terbaru, dari Pos Provinsi ke Regu Desa.
Pos Kordinasi Provinsi
Basis data Pos Kordinasi
Provinsi
UPTD KPH/GALAAG
Kepala Desa
Posko Kecamatan
Regu Desa Menerima Informasi & Peta Sebaran Hotspot
Harian Peta & Informasi Sebaran Hotspot Harian di Terima Oleh
Posko Kecamatan
Kepala Regu 1
2
4
5
6 7
8 9
3
(37)
37 No Tahapan Kegiatan Pengelolaan dan
Distribusi Informasi Hotspot
Estimasi Alokasi Waktu
Asumsi Proses & Perangkat yang digunakan
1
Proses pengelolaan data hotspot harian via internet oleh pihak Pos Kordinasi Provinsi dan data hasil pengolahan disimpan ke dalam database Posko Kordinasi Provinsi
1 Jam
Perangkat komputer
Jaringan internet
Jaringan GSM
2 Informasi di teruskan ke pada UPTD KPH 15 Menit
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
3
UPTD KPH menyampaikan dan
berkordinasi kepada Posko Kabupaten terkait Peta & Informasi Hotpot Harian
15 Menit
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
Peta Kerja Terpadu
4 Peta & Informasi Hotspot di teruskan
kepada Kepala Desa oleh UPTD PKH 1 Jam
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
Peta Kerja Terpadu
5 Peta & Informasi Hotspot di teruskan
kepada Kepala Regu oleh Kepala Desa 15 Menit
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
Peta Kerja Terpadu
6
Kepala Regu menyampaikan Peta & Informasi Hotspot kepada Regu kemudian berkordinasi lebih lanjut
15 menit
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
7
Kepala Regu mengkonfirmasi kepada Kepala Desa bahwa Regu Desa sudah menerima Peta & Informasi Hotspot Harian.
15 Menit
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
8
Kepala Desa mengkonfirmasi kepada UPTD KPH bahwa Peta & informasi Hotspot Harian sudah disampaikan kepada Kepala Regu
15 Menit
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
9
UPTD KPH mengkonfirmasi kembali ke Posko Provinsi bahwa Peta & Informasi Hotspot Harian telah disampaikan dan diterima oleh Kepala Regu dan Regu Desa
15 Menit
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
10 Proses kordinasi di simpan ke database
posko provinsi 1 Jam
Perangkat komputer
Jaringan internet
(38)
38 3.5.4. Patroli Pencegahan Kebakaran.
Kegiatann patroli dilaksanakan bila beberapa kriteria yang mengindikasikan bahwa kebakaran sudah mulai dengan mudah dapat terjadi akibat kondisi iklim dan cuaca yang mendukung dan jumlah hotspot yang terpantau juga meningkat. Kegiatan patroli yang berdasarkan kondisi iklim dan cuaca akan diarahkan ke lokasi yang masuk ke kategori lokasi yang lahannya mudah terbakar dan sulit dikendalikan bila api sudah menyala. Kegiatan patroli yang berdasarkan informasi sebaran hotspot.
Kegiatan ini dapat dilakukan oleh tim terpadu dari UPTD KPH dan Regu Kelompok Masyarakat atau pihak yang terkait pada level kecamatan dalam hal ini Posko Kecamatan.
Deskripsi Kegiatan :
Parameter : Kondisi sebaran hotspot & status peringatan dini
Sumber Data - Informasi hotspot dari Satelit Terra Aqua MODIS & VIIRS - Informasi kondisi iklim & cuaca
Periode Pelaksanaan : Januari s/d Desember Kordinator Kegiatan : KPHP
Petugas Pelaksana - BRIDALKARHUT KPHP - Regu Desa
Kebutuhan Sarana - SAPRAS Transportasi - SAPRAS Komunikasi
- SAPRAS Perangkat Navigasi - Dokumen Prosedur Tetap
- Dokumen Petunjuk Pelaksanaan a. JUKLAK Patroli
b. JUKLAK Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Patroli
c. JUKLAK Pengumpulan Informasi Lapangan & Pelaporan
Bahan Informasi : Data indikasi lokasi resiko kebakaran
(39)
39 No Tahapan Kegiatan Patroli Pecegahan
Estimasi Alokasi Waktu
Asumsi Proses & Perangkat yang digunakan
1
Proses Pengelolaan Data Daerah Rawan Terbakar oleh pihak Pos Kordinasi
Provinsi dan data hasil pengolahan disimpan ke dalam database Posko Kordinasi Provinsi
1 Jam
Perangkat komputer
Jaringan internet
Jaringan GSM
2
Instruksi & Informasi Lokasi Patroli Daerah Rawan Kebakaran Berdasarkan Peta Kerja Terpadu di teruskan ke pada Pihak UPTD KPH
15 Menit
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
3
Pihak UPTD KPH menyampaikan dan berkordinasi kepada Posko Kabupaten terkait Peta & Informasi Daerah Rawan Terbakar
15 Menit
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
Peta Kerja Terpadu
4
Peta & Informasi Daerah Rawan Terbakar di teruskan kepada Kepala Desa oleh Pihak UPTD PKH
1 Jam
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
Peta Kerja Terpadu
5
Peta & Informasi Daerah Rawan Terbakar di teruskan kepada Kepala Regu oleh Kepala Desa
15 Menit
Perangkat Navigasi
Perangkat Komunikasi
Peta Kerja Terpadu
6
Kepala Regu menginstruksikan Regu Desa patroli ke lokasi berdasarkan Peta & Informasi Daerah Rawan Terbakar yang diterima
30 Menit
Perangkat Navigasi
Perangkat Komunikasi
Peta Kerja Terpadu
7
Regu melakukan kegiatan patroli ke lokasi dan menghimpun informasi kondisi lokasi dan sekitarnnya
3 Jam
Perangkat Navigasi
Perangkat Komunikasi
Peta Kerja Terpadu
8 Regu Desa menyampaikan informasi hasil
patroli kepada Kepala Regu 30 Menit
Perangkat Komunikasi
9 Kepala Regu menyampaikan laporan
mengenai hasil patroli 15 Menit
Perangkat Komunikasi
10 Kepala Desa meneruskan Laporan kepada
Pihak UPTD KPH 15 Menit
Perangkat Komunikasi
11 Pihak UPTD KPH meneruskan Laporan
kepada Pos Kordinasi Provinsi 15 Menit
Perangkat Komunikasi
12 Pos Kordinasi Provinsi menyimpan semua
laporan ke dalam database 30 Menit
Perangkat Komputer
Perangkat Komunikasi
(40)
40 Data lokasi
rawan kebakaran
Proses Analisis Daerah Rawan Kebakaran
Informasi Daerah Rawan Kebakaran
Hutan & Lahan
Alur Kegiatan Patroli Pencegahan berdasarkan parameter berdasarkan Daerah Rawan Kebakaran Hutan & Lahan dari Pos Provinsi ke Regu Desa
Basis data Pos Kordinasi
Povinsi 1
Pos Kordinasi Provinsi
UPTD KPH
Kepala Desa
Regu Desa
Posko Kecamatan 2
4
Peta & Informasi Sebaran Hotspot Harian di Terima
Oleh Posko Kecamatan
Patroli Ke Lokasi Yang Telah
Ditentukan
Kepala Regu 5
6
8 9 10
3
7
11
12
(41)
41 3.5.5. Verifikasi Hotspot & Kejadian Kebakaran terpantau.
Kegiatan ini merupakan tahapan dari informasi hotspot yang diterima oleh UPTD KPH yang kemudian diteruskan ke kelompok masyarakat desa. Kegiatan ini dilaksanakan untuk memastikan apakah hotspot yang terpantau di Pos Kordinasi Provinsi adalah benar kebakaran di lokasi. Informasi yang dikumpulkan oleh Pos Kordinasi Provinsi adalah informasi dari satelit yang pada dasarnya masih indikasi dan perlu di pastikan bahwa hotspot tersebut memang kebakaran atau bukan.
Verifikasi sangat penting terutama informasi hotspot yang diterima berada di wilayah yang memang masuk kategori daerah yang rawan terbakar. Kriteria lain dari hotspot yang terpantau adalah hotspot terpantau tersebut berada di wilayah gambut dalam dan kondisi parameter cuaca berada di status tinggi atau sangat tinggi.
Deskripsi Kegiatan.
Bentuk Kegiatan : Survei Lapangan
Parameter : Kondisi sebaran hotspot
Sumber Data - Info hotspot dari Satelit Terra Aqua MODIS & VIIRS
- Informasi kondisi cuaca dan iklim
Periode Pelaksanaan : Januari s/d Desember
Kordinator Kegiatan : Pos Kordinasi Provinsi
Petugas Pelaksana - BRIGDALKARHUT KPHP
- Regu Desa
Kebutuhan Sarana - SAPRAS Transportasi
- SAPRAS Komunikasi
- SAPRAS Perangkat Navigasi
- Dokumen Prosedur Tetap
- Dokumen Petunjuk Pelaksanaan
a. JUKLAK Patroli
b. JUKLAK Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Patroli c. JUKLAK Pengumpulan Informasi Lapangan &
Pelaporan
-
Bahan Informasi : Data indikasi titik api, sebaran hotspot terpantau
(42)
42 No Tahapan Kegiatan Verifikasi Kejadian
Kebakaran & Hotspot Terpantau
Estimasi Alokasi Waktu
Asumsi Proses & Perangkat yang digunakan
1
Proses Pengelolaan Data Hotspot oleh pihak Pos Kordinasi Provinsi dan data hasil pengolahan disimpan ke dalam database Posko Kordinasi Provinsi
1 Jam
Perangkat Komunikasi
Jaringan Internet
Jarigan GSM
2
Data Hasil Pengolahan selanjutnya di teruskan kepada UPTD KPH untuk di tindak
lanjut 15 Menit
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
3
Pihak UPTD KPH berkordinasi dengan pihak Pos Kecamatan terkait informasi yang diterima dari Pos Provinsi
15 Menit
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
Peta Kerja Terpadu
4
UPTD mengerahkan Tim
BRIGDALKARHUT untuk langsung
melakukan verifikasi Informasi Hotspot bersama dengan perangkat Desa &
Komponen Regu Desa 2 Jam
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
Perangkat Navigasi
Peta Kerja Terpadu
5
Tim BRIGDALKARHUT bersama
Komponen Desa menuju lokasi yang sesuai dengan Instruksi dari Pos Kordinator Provinsi
Perangkat Navigasi
Perangkat Komunikasi
Peta Kerja Terpadu
6 Hasil verifikasi dilaporankan kepada Kepala
Desa oleh Kordinator Tim BRIGDALKAR 30 Menit
7
Kordinator BRIGDALKARHUT langsung melaporkan status Data yang diverifikasi kepada Pos Kordinasi Provinsi dan juga berkordinasi dengan Pihak UPTD KPH
3 Jam
Perangkat Navigasi
Perangkat Komunikasi
Peta Kerja Terpadu
8
Pihak Pos Kordinasi Provinsi merangkum laporan verifikasi dan menyimpan ke basis data provinsi
30 Menit
Perangkat Komunikasi
(43)
43 Alur Kegiatan Patroli Pencegahan & Verifikasi Hotspot dari Pos Provinsi ke Regu Desa.
Posko Kecamatan 1
2
4 7
8
3
Basis data posko provinsi
Menuju Ke Lokasi Yang Telah Ditentukan
5
6 BRIGDALKARHUT
- UPTD KPH
- Regu Desa
UPTD KPH
Kepala Desa Pos Kordinasi
Provinsi
Pos Kecamatan akan berkordinasi dengan pihak UPTD
KPH terkait Verifikasi Hotspot yang telah dilakukan v
Data Hotspo t Harian dari VIIRS
Pengumpulan Data Hotspot Harian
Pengolahan Data Hotspot Harian
Peta & Informasi Sebaran Hotpsot
(44)
44 3.5.6. Kegiatan Pemadaman Dini Kebakaran
Tahapan kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan patroli dan pemadaman. Kegiatan ini dapat dilaksanakan tergantung dari jenis informasi awal yaitu dari Posko Kordinasi Provinsi maupun dari informasi di lapangan. Pemadaman dini merupakan salah faktor utama dalam pencegahan kebakaran karena kegiatan pemadaman dini menjadi penentu apakah kebakaran yang terjadi dapat segera ditanggulangi dan tidak meluas menjadi tak terkendali atau dapat segera dipadamkan.
Kegiatan ini memerlukan sistem komunikasi yang baik karena berkemungkinan akan menemukan kondisi dimana harus dilakukannya kegiatan pemadaman dini sekaligus / dibutuhkan kegiatan pemadaman dini pada waktu yang bersamaan di lokasi yang berbeda.Peran UPTD KPH sangat diperlukan kondisi ini, sebagai Koordinator BRIGDALKARHUTLAH UPTD KPH harus dapat mengkordinir semua elemen pencegahan kebakaran di wilayahnya dengan sistematis.
Deskripsi Kegiatan.
Bentuk Kegiatan : Kegiatan pemadaman langsung ketika kegiatan patroli
Parameter : Kondisi sebaran hotspot
Sumber Data - Informasi hotspot dari Satelit Terra Aqua MODIS & VIIRS - Informasi Patroli
- Laporan masyarakat Periode Pelaksanaan : Januari s/d Desember Kordinator Kegiatan : Pos Koordinasi Provinsi
Petugas Pelaksana - BRIDALKARHUT UPTD KPHP
- Regu Desa
Kebutuhan Sarana - SAPRAS Pemadaman Dini
- SAPRAS Transportasi
- SAPRAS Komunikasi
- SAPRAS Perangkat Navigasi
- Dokumen Prosedur Tetap
- Dokumen Petunjuk Pelaksanaan
a. JUKLAK Patroli & Pemadaman Dini
b. JUKLAK Pengumpulan Informasi Lapangan & Pelaporan
Bahan Informasi : Data indikasi titik api, sebaran hotspot terpantau
(1)
55 3.9. Ketersediaan Sistem Jaringan Komunikasi
Pada proses pelaksanaan kegiatan pencegahan kebakaran hutan dan lahan salah satu fungsi utama yang harus dipenuhi adalah ketersediaan media komunikasi yang memadai sehingga setiap bentuk penyampaian informasi dapat dilakukan tepat waktu dan diterima dengan baik sehingga akan menentukan bagaimana hasil akhir dari sebuah rangkaian proses sistem. Dalam hal pencegahan kebabakaran hutan dan lahan sangat dibutuhkan sebuah media dan jaringan komunikasi yang baik untuk dapat mendukung semua bentuk kegiatan pencegahan.
Pada Kegiatan pencegahan akan melibatkan beberapa pemeran utama yang akan terlibat aktif dalam setiap tahapan proes pencegahan kebakaran, pihak – pihak yang terlibat juga akan berinteraksi menggunakan media komunikasi dan berada pada posisi dan jarak yang berbeda. Media & jaringan komunikasi yang ada harus dapat menghubungkan pihak Pos Kordinasi yang berada di provinsi ke pihak UPTD KPH yang mempunyai otoritas pencegahan kebakan hutan di level kabupaten, media & jaringan komunikasi yang tersedia juga harus dapat berkomunikasi dengan elemen paling bawah yaitu warga desa maupun Regu Desa yang akan menjadi ujung tombak penyedia informasi mengenai kondisi aktual di lapangan.
Gambaran ketersediaan media dan jaringan komunikasi, 1: mengindikasikan ketersediaan jaringan komunikasi 0: mengindikasi tidak tersedianya jaringan komunikasi
Bentuk Komunikasi Pos Kordinasi Provinisi
Pos UPTD KPH
Regu Desa
Email 1 0 0
Sms 1 1 0
Telepon 1 1 1
Radio 0 1 1
Telepon satelit 1 1 1
Kendala lokasi yang jauh dan tidak dapat diakses melalui jalur kendaraan darat merupakan salah satu persoalan utama dalam kegiatan pencegahan kebakaran. Bagaimana informasi dari lokasi kejadian dapat langsung ditindaklanjuti dengan cepat akan terkendala ketika saran komunikasi tidak mendukung, informasi penting dari Pos Kordinasi Provinsi yang harus diterima oleh kelompok masyarakat akan terkendala dalam proses penyampaiannya ketika di lokasi tidak tersedia jaringan komunikasi yang memadai.
Ketersediaan jaringan komunikasi di lokasi atau di desa terkadang dapat di temui hanya di posisi / lokasi tertentu dan terkadang dengan kualitas tidak baik dan penuh keterbatasan. Kondisi ini harus menjadi perhatian utama untuk dapat menerapkan Sistem komunikasi terpadu yang nanti diharapkan dapat mensinergi kan banyak pihak dala kegiatan pencegahan.
(2)
56 3.10. Kebutuhan saran dan prasarana penerapan Sistem komunikasi terpadu
Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Sumatera Selatan Untuk dapat berjalan dengan baik dan maksimal sistem yang akan diterapkan membutuhkan sumber daya yang memadai dan sesuai dengan peruntukan dan kebutuhan dari penerapan sistem yang berjalan. Demikian juga dalam sistem yang akan di terapkan pada kegiatan pencegahan KARHUTLAH ini, terdapat beberapa kebutuhan agar bagian dari setiap proses dari sistem dapat dilaksanakan dan tidak mengganggu proses dari bagian lain dari sistem tersebut. Beberapa faktor sarana penunjang kegiatan yang diperlukan dapat dipisahkan berdasarkan kebutuhan diantaranya adalah :
Jaringan Internet
- Sarana yang utama dalam penerapan sistem
- Digunakan untuk pengumpulan informasi dan monitoring hotspot Perangkat Komputer
- Diperlukan dalam pengolahan data yang akan di distribusikan - Dapat digunakan juga sebagai perangkat komunikasi
Perangkat Pemadaman Regu
- Perangkat pemadam yang dapat dibawa ketika patroli
- Perangkat pemadam untuk regu patroli dan dapat digunakan dalam kegiatan pemadaman dini.
- Perangkat yang portable dan dapat di gunakan pada lokasi yang jauh dari aksesibilitas.
Perangkat Komunikasi Lapangan
- Handy Talkie untuk wilayah yang sama sekali tidak tersedia jaringan GSM
- Smartphone untuk wilayah yang masih tersedia jaringan komunikasi - Handphone satelit yang dapat digunakan setiap saat dan di lokasi
manapun
Sarana Transportasi Lapangan
- Kendaraan darat berupa mobil 4x4 untuk mengakses lokasi yang dapat ditempuh dengan kendaraan roda 4
- Kedaraan bermotor untuk transportasi ke lokasi yang tidak tersedia akses kendaraan roda 4, kendaraan bermotor juga dapat digunakan sebagai pilihan apabila dibutuhkan mobiliasi regu segera ke lokasi yang cukup sulit dijangkau dengan kendaraan roda 4
- Kendaraan perahu bermotor diperlukan untuk wilayah perairan.
Perahu bermotor juga digunakan untuk mobilisasi regu dan perangkat pemadaman
- Beberapa lokasi yang hanya dapat ditempuh menggunakan perahun bermotor pada saat patroli
Anggaran/ pendanaan operasional kegiatan Kelompok Masyarakat Peduli api
(3)
57 Kebutuhan sarana untuk menunjang proses sistem komunikasi terpadu
Kebutuhan Perangkat & Penggunaan
Pos Kordinasi
Provinsi
Pos UPTD KPHP
KADES
Kepala Regu
MPA
Perangkat Komputer 1 1 0 0
Jaringan Internet 1 1 1 1
Perangkat Pemadam Portable 0 1 0 1
Perangkat Komunikasi lapangan 1 1 1 1
Kendaraan Darat 1 1 1 1
Kendaraan Air 0 1 0 1
1: Kebutuhan Prioritas 0: Kebutuhan Non Prioritas
Pada setiap level ketersediaan perangkat penunjang kegiatan komunikasi harus ada yang siap setiap saat digunakan, pihak yang akan berkomunikasi pun harus dapat terhubung dengan baik karena dengan kesiapan semua sarana yang dibutuhkan komunikasi akan dapat terlaksana dan semua kegiatan dapat dilaksanakan dan terkordinasi sesuai dengan kapasitas pihak yang terkait
Distribusi informasi Penyampaian laporan Instruksi kegiatan
Desa Kecamatan Provinsi
Pos Kordinasi Provinsi
Pos UPTD KPH Proses
Komunikasi
Kebutuhan Sarana - Perangkat Komunikasi - Jaringan Komunikasi - Perangkat Komputer
Kecamatan
Kepala Desa/Regu Proses
Komunikasi Pos UPTD KPH
Distribusi informasi Penyampaian laporan Instruksi kegiatan - Perangkat Komunikasi
- Jaringan Komunikasi
- Perangkat Komunikasi - Jaringan Komunikasi Kebutuhan Sarana
- Perangkat Komunikasi - Jaringan Komunikasi - Perangkat Komputer
Proses Komunikasi Distribusi informasi Penyampaian laporan Instruksi kegiatan
(4)
58 3.10.1. Identifikasi kebutuhan sarana pendukung pelaksanaan Sistem Komunikasi Terpadu Pencegahan Kebakaran
Hutan dan Lahan Provinsi Sumatera Selatan.
Dasar Kegiatan Operasional Sekertariat Kebutuhan Perangkat Operasional Lapangan
Pos Kordinasi Provinsi
SK Pembentukan Pos Kordinasi Provinsi & dan Susunan Personil Anggaran Kegiatan
Ruangan Kegiatan Sarana Komunikasi Perangkat Komputer Jarigan Internet Peta Kerja Terpadu
Kendaraan Lapangan Peralatan Komunikasi
Pos UPTD KPH
SK Pembentukan Posko & Personil Anggaran Kegiatan
Ruangan Kegiatan Sarana Komunikasi Jaringan Internet Radio Rig
Kendaraan Operasional Sekertariat
Papan Status Bahaya Kebakaran Peta Kerja Terpadu
Peralatan Regu Pemadaman - Set Pompa mesin
- Set Pompa Portabel
Kendaraan Operasional Lapangan (Mobil & Motor)
Peralatan Komunikasi - Handphone
- Handy Talkie Perangkat Navigasi
- GPS Handheld
Kelompok Masyarakat Desa
SK Pembentukan Kelompok Desa & Personil
Anggaran Operasional
Sekertariat Kelompok Masyarakat Sarana Komunikasi
- Handphone - Handy Talkie Perangkat Navigasi
Papan Status Bahaya Kebakaran Peta Kerja Terpadu
Sarana Komunikasi - Handy Talkie - Handphone
Peralatan Regu Pemadaman - Set Pompa mesin
- Set Pompa Portabel Perangkat Navigasi
- GPS Handheld
Kendaraan Operasional - Perahu Motor
- Kendaraan roda 2 Seragam Lapangan Regu
(5)
59 IV.Kesimpulan & Saran
Untuk dapat memaksimalkan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan diperlukan sebuah rangkaian sistem yang berjalan degan terkordinir dan terarah dengan baik. Tahapan pencegahan adalah tahapan awal dimana pada tahapan ini apabila dilaksanakan dengan tepat akan mempengaruhi proses selanjutnya yaitu peanggulangan. Kegiatan penanggulangan akan membutuhkan banyak upaya dan terkadang juga tidak dapat lagi mencegah kebakaran yang sudah terlanjur meluas dan tak terkendali. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah penguatan pada tahapan pencegahan dengan menerapkan sistem yang dapat berjalan sistematis sehingga kebakaran dapat di cegah sedini mungkin dan kebakaran seperti di tahun 2015 tidak lagi terulang.
4.1. Kesimpulan.
Provinsi Sumatera Selatan mempunyai banyak sumber daya yang terlibat kepada upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Untuk dapat berfungsi dengan maksimal dibutuhkan sebuah keterpaduan kegiatan dan sebuah sistem yang dapat memaksimalkan semua upaya dan strategi yang akan dijalankan dalam setiap bentuk kegiatan guna mencegah kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Sumatera Selatan
4.2. Saran.
Seperti diketahui bahwa kebakaran yang meluas terjadi akibat tidak segeranya penanganan yang cepat dan terpadu. Salah satu kendala dari lambatnya penanganan dikarenakan lokasi kebakaran yang berada jauh dari jaringan aksesibilitas umum. Penyebab utama lambatnya penanganan adalah tidak tersedianya sistem komunikasi dan struktur komunikasi yang jelas antar pihak pihak yang terkait kegiatan pencegahan kebakaran. Untuk itu agar penanggulangan kebakaran dapat berjalan dengan baik terdapat beberapa poin yang harus menjadi perhatian dan segera di tindaklanjuti yang diantaranya adalah: Tersedianya struktur komunikasi & pelaporan kejadian kebakaran yang jelas dari lokasi tempat kejadian kepada pihak yang berkompeten untuk melakukan tidakan pencegahan dan pemadaman.
Pemilihan bentuk jaringan komunikasi yang sesuai dengan kondisi lapangan yang dapat digunakan untuk menghubungkan setiap elemen/pihak terutama pada lokasi yang dikategorikan rawan kebakaran Pelibatan kelompok – kelompok masyarakat secara aktif dan terorganisir
dengan baik karena masyarakat adalah sumber informasi yang paling dekat dengan kondisi sebenarnya dilapangan. Konsep pembentukan dan pembinaan kelompok masyarakat peduli api harus berkelanjutan dan tidak hanya digunakan ketika saat musim kemarau dan kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Penyiapan sarana dan prasaranan pencegahan kebakaran yang tepat guna dan sesuai dengan kebutuhan kondisi di lapangan.
(6)
60 Daftar Istilah
BRIGDALKARHUTLAH : Brigade Pencegahan Kebakaran Hutan & Lahan
DISHUT : Dinas Kehutanan
BKSDA : Balai Konservasi Sumber Daya Alam DALKARHUTLAH : Pencegahan Kebakaran Hutan & Lahan KARHUTLAH : Kebakaran Hutan & Lahan
INPRES : Instruksi Presiden
MPA : Masyarakat Peduli Api
Balai PPI & KARHUTLAH : Pencegahan Perubahan Iklim
PERMEN : Peraturan Menteri
POSKO : Pos Komando
UPTD KPH : Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesatuan Pengelolaan Hutan
SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah
SATGAS : Satuan Tugas