BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Karakteristik Tujuan Anggaran Terhadap Prestasi Kerja Melalui Prestasi Kerja Aparat Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bagi organisasi dengan tenaga sumberdaya manusia yang dominan kepuasan kerja yang dirasakan para pegawainya adalah hal paling utama. Pegawai yang merasa tidak adanya kenyamanan dalam bekerja, kurang dihargai, tidak bisa berkonsentrasi penuh dalam pekerjaannya dan akan berakibat buruk dalam hasil pekerjaan dan prestasi kerja mereka. Kepuasan kerja pegawai, menurut Efendi (2006:291) dapat dilihat bahwa “pekerjaan tidak hanya sekedar melakukan pekerjaan, tetapi terkait juga dengan aspek lain seperti interaksi dengan rekan sekerja, atasan, mengikuti aturan-aturan dan lingkungan kerja tertentu yang sering kali tidak memadai atau kurang disukai.” Oleh karena itu, semua jenis organisai membutuhkan suatu sistem kerja yang secara serius memperhatikan hal kepuasan kerja para pegawainya, karena menurut Handoko (2001) “Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai kematangan psikologis dan pada gilirannya akan menjadi frustasi.”
Pemberlakuan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah membawa pengaruh signifikan terhadap kehidupan pemerintahan di daerah.
Sebagai pelengkap dan konsekuensi logis dari Undang-Undang tersebut, maka oleh Pemerintah Pusat diterbitkan lagi serangkaian aturan baik berupa Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Presiden (Keppres), Peraturan Menteri (Permen), dan Keputusan Menteri (Kepmen), dan aturan-aturan lainnya. Berbagai aturan tersebut, diantaranya adalah Permendagri (Peraturan Menteri Dalam Negeri) Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Berdasar Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 pasal 295 dan 296 dinyatakan bahwa salah satu komponen Laporan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku pengguna anggaran dan pengguna barang di lingkungan pemerintah daerah adalah Neraca. Ini berarti bahwa segala sesuatu yang neraca yang dimiliki masing-masing pemerintah daerah. Neraca dalam perspektif akuntansi dapat dipandang sebagai suatu media yang memberi gambaran atas posisi keuangan pada suatu waaktu tertentu. Posisi keuangan itu dapat berupa uang tunai, asset, utang, dan kekayaan bersih Pemerintah Daerah. Dengan kata lain, posisi keuangan yang dimiliki pemerintah daerah pada satu tanggal tertentu juga menjadi cerminan bagaimana cara pemerintah daerah melakukan pengelolaan terhadap sumber-sumber daya terutama sumberdaya manusia yang dimilikinya. Berdasarkan pada tinjauan yang demikian, maka posisi sumberdaya manusia menjadi posisi penting disamping kedudukan masalah keuangan.
Ishak (2002) mengatakan bahwa “sumberdaya manusia adalah pemegang kunci dari semua aktivitas. Banyaknya modal yang berhasil dikumpulkan, akan hilang tanpa makna jika sumberdaya manusia sebagai pengelolanya tidak memiliki kapasitas yang tepat untuk mengurus modal tersebut.” Dengan demikian sumberdaya manusia sangat penting kedudukannya di pemerintah daerah. Dalam pengembangan sumber daya manusia, sepanjang tahun 2008 Pemprovsu telah melakukan pembinaan sumberdaya manusia berkualitas yang merupakan salah satu lima agenda besar pembangunan. Selain itu dalam rangka meningkatkan kepuasan kerja aparat pemerintah Provinsi Sumatera Utara, mulai tahun 2009 Pemprovsu dilakukan peningkatan kesejahteraan PNS yaitu dibangunnya 1.000 unit rumah sederhana sehat (RSH) tipe 36 untuk pegawai negeri sipil Provinsi Sumatera Utara. Selain itu mulai tahun 2009 diberikan pengahasilan tambahan bagi PNS yang cukup signifikan dibanding tahun 2008 dimana untuk eselon II naik sebesar 150%, eselon
III 150%, eselon IV 250%, dan staf mencapai kenaikan 300% pemerintah Provinsi sumatera Utara sesuai dengan Teori Kepuasan Herzberg bahwa penghargaan berupa gaji, upah, tunjangan, promosi merupakan unsur pemuas.
Selanjutnya, Pemprovsu dalam hal peningkatan kepuasan kerja dalam penyusunan anggaran melaksanakan pendataan asset yang selama ini kurang mendapat perhatian sehingga banyak terancam hilang
. Ini terbukti dengan adanya sudah sebanyak 111
asset tak bergerak milik Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah disertifikasi
(www.regional.kompas.com) . Selain itu kurangnya perhatian dalam pendataan asset
ini juga menimbulkan beragam fenomena internal bagi masing-masing individu yang oleh Curtis (2006) disebut sebagai mood (efek psikologis individu yang bersumber dari lingkungan kerja). Mengingat lingkungan kerja instansi pengguna asset pada akhir-akhir ini cendrung membuat anggota organisasi menjadi stress dan memiliki beberpa bentuk sikap yang disfuctional, maka kepuasan kerja anggota menjadi salah satu variabel penting untuk dipahami dan diwujudkan (Bettencourt et.al. dalam Ishak, 2008). Dengan adanya pendataan asset ini akan membantu aparat pemerintah Provsu dalam menyusun anggaran dan mengelompokkan asset yang sesuai dengan mata anggaran yang berlaku sehingga tidak menimbulkan keraguan-keraguan yang dapat menimbulkan ketidakpuasan dalam penyusunan anggaran.
Anggaran merupakan salah satu masalah penting dalam pengelolaan keuangan pemerintah. (Kenis, 1979) mengemukakan anggaran merupakan penrnyataan mengenai apa yang diharap dan direncanakan dalam periode tertentu di terutama pemerintah penting, karena alasan-alasan sebagai berikut :
1. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan sosial-ekonomi, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
2. Adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tak terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber daya yang ada terbatas.
3. Untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggungjawab terhadap rakyat.
Anggaran merupakan komponen penting dalam organisasi. Pentingnya fungsi anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian perusahaan menjadikan penganggaran sebagai masalah penting bagi keberhasilan anggaran perusahaan. Dalam fungsi pengendalian, anggaran memiliki fungsi sebagai alat penilaian kinerja (Mardiasmo, 2002). Kinerja dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran. Dalam organisasi bisnis, bawahan/pelaksana anggaran menerima kompensasi berupa bonus apabila mampu memenuhi atau melebihi target anggaran dan punishment bila tidak mampu memenuhi keinginan manajer untuk mendapatkan bonus mendukung terjadinya senjangan anggaran karena manajer ingin kinerjanya dinilai baik. Untuk mencapai tujuan tersebut manajer akan berusaha mencapai target anggaran. Agar mempermudah pencapaian target, manajer berusaha memperkecil target dalam anggaran (Utomo, 2006). Adapun karakteristik tujuan anggaran yang perlu diperhatikan sebagai berikut (Kenis, 1979) :
1. Partisipasi dalam penyusunan anggaran (budgetary participation)
3. Umpan balik anggaran (budgetary feed back)
4. Evaluasi anggaran (budgetary evaluation)
5. Tingkat kesulitan anggaran (budget goal difficulty) Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-undang Nomor 32 dan 33
Tahun 2004, serta Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara telah menetapkan penggunaan pendekatan penganggaran berbasis prestasi kerja atau kinerja dalam proses penyusunan anggaran, yaitu suatu sistem penganggaran yang harus disusun atas dasar :
1. Fungsi/kegiatan yang akan dilakukan oleh setiap satuan kerja/Kementerian/Lembaga. Hal ini berarti bahwa setiap pengalokasian anggaran belanja harus diorientasikan pada fungsi/kegiatan program yang akan dilakukan oleh Kementeriaan/Lembaga (Budget Foolow Functions).
2. Penyusunan rencana anggaran berbasis kinerja (performance budgeting sistem).
Hal ini merupakan pembaruan dalam sistem perencanaan anggaran belanja pemerintah, karena setiap pengeluaran anggaran yang terlokasikan harus terangkumkan dalam pencapaian kinerja kegiatan program yang ditunjukkan melalui keluaran (out put) dan hasil (out come) yang akan dicapai.
3. Disusun dengan prakiraan maju (progress estimate). Prakiraan maju dalam hal ini adalah bahwa penyusunan rencana kegiatan program yang akan dilaksanakan dan anggaran yang diperlukan, disusun dalam satu rangkaian prakiraan dua tahun berikutnya.
Penganggaran berbasis kinerja (PBK) merupakan suatu pendekatan dalam penyusunan anggaran yang didasarkan pada kinerja atau prestasi kerja yang ingin Provinsi Sumatera Utara.
Penelitian yang dilakukan Anggraita (2009) menunjukkan bahwa karakteristik anggaran secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja manajer melalui variabel perantara (intervening) prestasi kerja manajer. Hasil penelitian ini sekaligus juga membuktikan bahwa prestasi kerja manajer memang merupakan perantara bagi hubungan antara karakteristik anggaran dengan kepuasan kerja manajer.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk melihat apakah fenomena yang telah diperoleh pada penelitian sebelumnya juga akan terjadi pada penelitian ini.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah karakteristik tujuan anggaran (partisipasi dalam penyusunan anggaran, kejelasan tujuan anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran, tingkat kesulitan anggaran) berpengaruh terhadap kepuasan kerja aparat Pemerintah Provinsi Sumatera Utara baik secara simultan maupun parsial?.
2. Apakah hubungan antara karakteristik tujuan anggaran dengan kepuasan kerja aparat Pemerintah Provinsi Sumatera Utara terjadi melalui prestasi kerja?.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh karakteristik tujuan anggaran yang terdiri dari partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan tujuan anggaran, terhadap kepuasan kerja.
2. Untuk membuktikan secara empiris bahwa pengaruh karakteristik tujuan anggaran terhadap kepuasan kerja terjadi melalui prestasi kerja.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pemprovsu
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan tujuan anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran, dan tingkat kesulitan anggaran terhadap kepuasan kerja melalui prestasi kerja aparat pemerintah Propinsi Sumatera Utara.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi, informasi dan wawasan teoritis khususnya masalah karakteristik tujuan anggaran terhadap kepuasan kerja melalui prestasi kerja (sebagai variabel intervening) sehingga dapat digunakan sebagai titik tolak untuk melakukan penelitian sejenis secara lebih mendalam.
1.5. Originalitas
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Anggraita (2009) dengan judul “Pengaruh Variabel Intervening Prestasi Kerja Terhadap Hubungan Karakteristik Anggaran dengan Kepuasan Kerja Manajer (Penelitian Terhadap Manajer Hotel-Hotel di Daerah Istimewa Yogyakarta). Beda penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah objek penelitian yang diteliti di Pemerintahan Provinsi pemerintahan. Oleh karena itu, peneliti memilih objek tersebut sebagai objek penelitian untuk melihat fenomena yang terjadi pada peneliti sebelumnya juga terjadi pada penelitian ini.