Pengaruh Karakteristik Tujuan Anggaran Terhadap Prestasi Kerja Melalui Prestasi Kerja Aparat Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN

TERHADAP KEPUASAN KERJA MELALUI

PRESTASI KERJA APARAT PEMERINTAH

PROVINSI SUMATERA UTARA

T E S I S

Oleh

Lusi Elviani Rangkuti

077017046/Akt

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013

S

E K O L

A H

P A

S C

A S A R JA

N


(2)

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN

TERHADAP KEPUASAN KERJA MELALUI

PRESTASI KERJA APARAT PEMERINTAH

PROVINSI SUMATERA UTARA

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

Lusi Elviani Rangkuti

077017046/Akt

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(3)

Judul Penelitian : PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KEPUASAN KERJA MELALUI PRESTASI KERJA APARAT PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Nama Mahasiswa : Lusi Elviani Rangkuti Nomor Pokok : 077017046

Program Studi : Ilmu Akuntansi

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac)

Ketua Anggota

(Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak)

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof.Dr.Ir.A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Tanggal Lulus : 31 Januari 2013 Telah di uji pada

Tanggal : 31 Januari 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac Anggota : 1. Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak

2. Prof.Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak 3. Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak


(5)

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KEPUASAN KERJA MELALUI PRESTASI KERJA APARAT

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA PERNYATAAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ekonomi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Januari 2013

Penulis


(6)

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KEPUASAN KERJA MELALUI PRESTASI KERJA APARAT

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh karakteristik tujan anggaran terhadap kepuasan kerja melalui prestasi kerja di lingkungan Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang didistribusikan kepada 75 responden dari populasi yang berjumlah 96 aparat. Dalam menguji hipotesis teknik analisis jalur (path analysis). Berdasarkan hasil analisis bahwa kejelasan tujuan anggaran, dan evaluasi anggaran berpengaruh secara parsial terhadap prestasi kerja. Prestasi kerja berpengaruh secara parsial terhadap kepuasan kerja. Hasil penelitian ini secara simultan karakteristik tujuan anggaran (partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan tujuan anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran, dan tingkat kesulitan anggaran) berpengaruh terhadap kepuasan kerja melalui prestasi kerja.

Kata Kunci : Karakteristik Tujuan Anggaran, Kepuasan Kerja, Prestasi Kerja, dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.


(7)

THE INFLUENCE OF THE CHARACTERISTICS OF BUDGET OBJECTIVE ON WORK SATISFACTION THROUGH THE PERFORMANCE OF THE

GOVERNMENT OFFICIALS OF NORTH SUMATERA PROVINCE

ABSTRACT

The aim of the research was to verify the influence of the characteristics of budget objective on work satisfaction through the performance at the Regional Administration of North Sumatera Province. The data were gathered by distributing questionnaires to 96 officials as the population, and 75 of them were used as the samples. The hypothesis was tested by path analysis technique. Based on the result of the analysis, it was found that the clarity of budget objective and budget evaluation had partially influence on the performance. Partially, performance influenced the work satisfaction. Simultaneously, the characteristics of budget objective (participation of budget compilation, clarity of budget objective, budget feedback, budget evaluation, and level of difficulty of budget) influenced work satisfaction through performance.

Keywords: Characteristics of Budget Objective, Work Satisfaction,


(8)

KATA PENGANTAR

Segala pujian atas kebenaran, kebaikan dan keindahan hanya untuk Allah SWT semata. Alhamdulillah, puji syukur tiada henti kita panjatkan kepada Allah SWT atas karunia yang diberikanNya di dunia ini. Terutama karunia berupa selesainya tesis dengan Judul “Pengaruh Karakteristik Tujuan Anggaran Terhadap Prestasi Kerja Melalui Prestasi Kerja Aparat Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.” Semoga tesis akan menambah kebaikan bagi pengembangan imu pengetahuan.

Selanjutnya, Saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendorong saya untuk menyelesaikan pendidikan ini, khususnya kepada :

1. Bapak Prof. DR. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,(CTM), Sp.A(K), selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. DR. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah

Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. DR. Erman Munir, M.Sc, selaku Wakil Direktur I sekolah Pasca

Sarjana Sumatera Utara

4. Bapak Prof. DR. Alvi Syahrin, SH, M.S, selaku Wakil Direktur II Sekolah

Pasca Sarjana Sumatera Utara.

5. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, selaku Ketua Program

Studi Sekolah Pasca Sarjana Univeristas Sumatera Utara.

6. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku Sekretaris Program Studi

Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Prof. DR. Azhar Maksum, M.Ec, Ac. dan Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak,

selaku Pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan demi selesainya tesis ini.

8. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, selaku Penguji yang telah memberikan

masukan demi kesempurnaan isi tesis ini.

9. Pimpinan dan staf Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara yang telah

menyediakan waktu dan memberikan informasi yang diperlukan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.


(9)

10. Bapak dan Ibu, para dosen serta seluruh pegawai pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara atas ilmu dan bantuan yang diberikan.

11. Yang tercinta Sofdar Rangkuti, SE dan Ibunda Dra. Asnawati Matondang,

MSP yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing penulis sehingga dapat mencapai pendidikan sesuai dengan penulis cita-citakan juga kepada saudara-saudara yang teramat kusayangi dr. Irmayanti Rangkuti, M.Si serta M. Rizki Rangkuti, SE yang selalu setia membantu dan senantiasa mendorongku untuk menjadi lebih baik dan memberikan motivasi untuk menyelesaikan tesis ini.

12. Ayahanda mertua Sulaiman dan Ibunda mertua Salmiah Gultom, S.Pd yang

telah memberikan semangat dan motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

13. Khususnya kepada suamiku M. Irwansyah Putra, AMF, SE serta anakku M.

Abqary Fahmi, terima kasih atas energi dan spirit kebahagiaan yang selalu kalian berikan serta motivasi dan dukungan serta semangat selama penyelesaian tesis ini.

14. Semua sahabat-sahabatku di Universitas Islam Sumatera Utara khususnya di

Fakultas Kedokteran yang selalu setia membantuku.

Akhirnya hanya Allah SWT saja yang mampu membalas semua jasa orang-orang yang telah membantuku, mendorongku dan membimbingku. Semoga ridho dan berkah Allah atas mereka semuanya. Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun, harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh pembaca.

Medan, Januari 2013

Penulis


(10)

RIWAYAT HIDUP

1. NAMA : LUSI ELVIANI RANGKUTI

2. TEMPAT/TGL. LAHIR : MEDAN, 29 MEI 1982

3. AGAMA : ISLAM

4. ORANG TUA

a. AYAH : SOFDAR RANGKUTI, SE

b. IBU : DRA. ASNAWATI MATONDANG, M.SP

c. SUAMI : M. IRWANSYAH PUTRA, AMF, SE

d. ANAK : MUHAMMAD ABQARY FAHMI

5. ALAMAT : JL. BROMO GG. SEDERHANA NO. 11

6. PENDIDIKAN

a. SD : SD SWASTA PANCA BUDI MEDAN

b. SMP : SLTP NEGERI 18 MEDAN

c. SMU : SMU NEGERI 7 MEDAN

d. S1 : FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS

METHODIST INDONESIA MEDAN


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Originalitas ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Kepuasan Kerja ... 9

2.2. Anggaran ... 12

2.1.1. Pengertian Anggaran ... 12

2.1.2. Maanfaat dan Tujuan Anggaran ... 14

2.3. Karakteristik Tujuan Anggaran ... 19

2.3.1. Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran ... 17

2.3.2. Kejelasan Tujuan Anggaran ... 18

2.3.3. Umpan Balik Anggaran ... 20

2.3.4. Evaluasi Anggaran ... 21

2.3.5. Tingkat Kesulitan Anggaran ... 22

2.4. Prestasi Kerja ... 23

2.5. Hubungan Karakteristik Tujuan Anggaran dengan Kepuasan Kerja ... 25

2.6. Hubungan Karakteristik Tujuan Anggaran dengan Prestasi Kerja ... 27

2.7. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 29

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 32

3.1. Kerangka Konseptual ... 32

3.2. Hipotesis ... 34

BAB IV METODE PENELITIAN ... 36

4.1. Jenis Penelitian ... 36

4.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 35

4.3. Populasi Dan Sampel ... 37

4.3.1. Populasi ... 37

4.3.2. Sampel ... 37

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 38

4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 39


(12)

4.5.2. Definisi Operasional ... 40

4.6. Metode Analisis Data ... 45

4.6.1. Perumusan Model ... 45

4.6.2. Pengujian Validitas Dan Reliabilitas Instrumen ... 46

4.6.2.1. Uji Validitas ... 46

4.6.2.2. Uji Reliabilitas ... 47

4.6.3. Pengujian Asumsi Klasik ... 47

4.6.3.1. Uji Normalitas ... 47

4.6.3.2. Uji Multikolinearitas ... 48

4.6.3.3. Uji Heteroskedasitas ... 49

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

5.1. Hasil Penelitian ... 50

5.1.1 Deskripsi Data ... 50

5.1.1.1 Deskripsi Lokasi ... 50

5.1.1.2 Karakteristik Responden ... 50

5.1.1.3 Statistik Deskriptif ... 51

5.1.2 Uji Kualitas Data ... 53

5.1.2.1 Validitas ... 53

5.1.2.2 Reliabilitas ... 54

5.1.3 Uji Asumsi Klasik ... 55

5.1.3.1 Uji Normalitas ... 55

5.1.3.2 Uji Multikolinieritas ... 57

5.1.3.3 Uji Heteroskedasitisitas ... 59

5.1.4 Pengujian Hipotesis ... 60

5.1.4.1 Pengujian Hipotesis dengan Analisis Jalur dan Uji T ... 60

5.1.4.2 Pengujian Hipotesis dengan uji F ... 88

5.1.4.3. Analisis Koefisien Determinasi... 91

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 91

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 96

6.1. Kesimpulan ... 96

6.2. Keterbatasan Penelitian ... 97

6.3. Saran ... 98


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Penelitian Terdahulu ... 31

4.1. Sampel Penelitian ... 38

4.2. Definisi Operasional Penelitian... 44

5.1. Pengumpulan Data ... 50

5.2. Karakteristik Responden Pimpinan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51

5.3. Karakteristik Responden Pimpinan Berdasarkan Pendidikan ... 51

5.4. Statistik Deskriptif ... 52

5.5. Uji Validitas ... 53

5.6. Uji Reliabilitas Variabel ... 55

5.7. Uji Multikolinieritas ... 58

5.8. Uji Secara Simultan Sub Struktur I ... 60

5.9. Uji Secara Parsial Sub Struktur I ... 62

5.10. Korelasi Sub Struktur I... 68

5.11. Uji Simultan Sub Struktur II ... 72

5.12. Uji Parsial Sub Struktur II ... 73

5.13. Korelasi ... 79

5.14. Hasil Uji F Persamaan Sub Struktur I ... 88

5.15. Hasil Uji F Persamaan Sub Struktur II ... 89


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1 Kerangka Konseptual ... 32

4.1. Model Diagram Jalur... 45

5.1. Grafik Uji Normalitas Data Dependent Variable PK ... 56

5.2. Grafik uji Normalitas Data Dependent Variable KK ... 57

5.3. Uji Heteroskedastisitas Dependent Variable PK... 59

5.4. Uji Heteroskedastisitas Dependent Variable KK ... 59

5.5. Kurva Dua Sisi PDPA ... 63

5.6. Kurva Dua Sisi KTA ... 64

5.7. Kurva Dua Sisi PK ... 78


(15)

LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner ... 103

2. Data Hasil Penelitian ... 110

3. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 112

4. Statistik Deskriptif ... 122


(16)

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KEPUASAN KERJA MELALUI PRESTASI KERJA APARAT

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh karakteristik tujan anggaran terhadap kepuasan kerja melalui prestasi kerja di lingkungan Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang didistribusikan kepada 75 responden dari populasi yang berjumlah 96 aparat. Dalam menguji hipotesis teknik analisis jalur (path analysis). Berdasarkan hasil analisis bahwa kejelasan tujuan anggaran, dan evaluasi anggaran berpengaruh secara parsial terhadap prestasi kerja. Prestasi kerja berpengaruh secara parsial terhadap kepuasan kerja. Hasil penelitian ini secara simultan karakteristik tujuan anggaran (partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan tujuan anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran, dan tingkat kesulitan anggaran) berpengaruh terhadap kepuasan kerja melalui prestasi kerja.

Kata Kunci : Karakteristik Tujuan Anggaran, Kepuasan Kerja, Prestasi Kerja, dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.


(17)

THE INFLUENCE OF THE CHARACTERISTICS OF BUDGET OBJECTIVE ON WORK SATISFACTION THROUGH THE PERFORMANCE OF THE

GOVERNMENT OFFICIALS OF NORTH SUMATERA PROVINCE

ABSTRACT

The aim of the research was to verify the influence of the characteristics of budget objective on work satisfaction through the performance at the Regional Administration of North Sumatera Province. The data were gathered by distributing questionnaires to 96 officials as the population, and 75 of them were used as the samples. The hypothesis was tested by path analysis technique. Based on the result of the analysis, it was found that the clarity of budget objective and budget evaluation had partially influence on the performance. Partially, performance influenced the work satisfaction. Simultaneously, the characteristics of budget objective (participation of budget compilation, clarity of budget objective, budget feedback, budget evaluation, and level of difficulty of budget) influenced work satisfaction through performance.

Keywords: Characteristics of Budget Objective, Work Satisfaction,


(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bagi organisasi dengan tenaga sumberdaya manusia yang dominan kepuasan kerja yang dirasakan para pegawainya adalah hal paling utama. Pegawai yang merasa tidak adanya kenyamanan dalam bekerja, kurang dihargai, tidak bisa mengembangkan segala potensi yang dimilikinya akan secara otomatis tidak dapat berkonsentrasi penuh dalam pekerjaannya dan akan berakibat buruk dalam hasil pekerjaan dan prestasi kerja mereka. Kepuasan kerja pegawai, menurut Efendi (2006:291) dapat dilihat bahwa “pekerjaan tidak hanya sekedar melakukan pekerjaan, tetapi terkait juga dengan aspek lain seperti interaksi dengan rekan sekerja, atasan, mengikuti aturan-aturan dan lingkungan kerja tertentu yang sering kali tidak memadai atau kurang disukai.” Oleh karena itu, semua jenis organisai membutuhkan suatu sistem kerja yang secara serius memperhatikan hal kepuasan kerja para pegawainya, karena menurut Handoko (2001) “Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai kematangan psikologis dan pada gilirannya akan menjadi frustasi.”

Pemberlakuan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah membawa pengaruh signifikan terhadap kehidupan pemerintahan di daerah. Sebagai pelengkap dan konsekuensi logis dari Undang-Undang tersebut, maka oleh Pemerintah Pusat diterbitkan lagi serangkaian aturan baik berupa Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Presiden (Keppres), Peraturan Menteri (Permen), dan Keputusan Menteri (Kepmen), dan aturan-aturan lainnya. Berbagai aturan tersebut,


(19)

diantaranya adalah Permendagri (Peraturan Menteri Dalam Negeri) Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Berdasar Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 pasal 295 dan 296 dinyatakan bahwa salah satu komponen Laporan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku pengguna anggaran dan pengguna barang di lingkungan pemerintah daerah adalah Neraca. Ini berarti bahwa segala sesuatu yang menyangkut harta/asset, utang, dan kekakayaan pemerintah daerah, tercermin di neraca yang dimiliki masing-masing pemerintah daerah. Neraca dalam perspektif akuntansi dapat dipandang sebagai suatu media yang memberi gambaran atas posisi keuangan pada suatu waaktu tertentu. Posisi keuangan itu dapat berupa uang tunai, asset, utang, dan kekayaan bersih Pemerintah Daerah. Dengan kata lain, posisi keuangan yang dimiliki pemerintah daerah pada satu tanggal tertentu juga menjadi cerminan bagaimana cara pemerintah daerah melakukan pengelolaan terhadap sumber-sumber daya terutama sumberdaya manusia yang dimilikinya. Berdasarkan pada tinjauan yang demikian, maka posisi sumberdaya manusia menjadi posisi penting disamping kedudukan masalah keuangan.

Ishak (2002) mengatakan bahwa “sumberdaya manusia adalah pemegang kunci dari semua aktivitas. Banyaknya modal yang berhasil dikumpulkan, akan hilang tanpa makna jika sumberdaya manusia sebagai pengelolanya tidak memiliki kapasitas yang tepat untuk mengurus modal tersebut.” Dengan demikian sumberdaya manusia sangat penting kedudukannya di pemerintah daerah. Dalam pengembangan sumber daya manusia, sepanjang tahun 2008 Pemprovsu telah melakukan pembinaan sumberdaya manusia berkualitas yang merupakan salah satu lima agenda besar pembangunan. Selain itu dalam rangka meningkatkan kepuasan


(20)

kerja aparat pemerintah Provinsi Sumatera Utara, mulai tahun 2009 Pemprovsu dilakukan peningkatan kesejahteraan PNS yaitu dibangunnya 1.000 unit rumah sederhana sehat (RSH) tipe 36 untuk pegawai negeri sipil Provinsi Sumatera Utara. Selain itu mulai tahun 2009 diberikan pengahasilan tambahan bagi PNS yang cukup signifikan dibanding tahun 2008 dimana untuk eselon II naik sebesar 150%, eselon III 150%, eselon IV 250%, dan staf mencapai kenaikan 300%

(www.mediabisnisonline.com).

Selanjutnya, Pemprovsu dalam hal peningkatan kepuasan kerja dalam penyusunan anggaran melaksanakan pendataan asset yang selama ini kurang mendapat perhatian sehingga banyak terancam hilang

Hal ini akan meningkatkan kepuasan kerja aparat pemerintah Provinsi sumatera Utara sesuai dengan Teori Kepuasan Herzberg bahwa penghargaan berupa gaji, upah, tunjangan, promosi merupakan unsur pemuas.

Ini terbukti dengan adanya sudah sebanyak 111

asset tak bergerak milik Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah disertifikasi

(www.regional.kompas.com). Selain itu kurangnya perhatian dalam pendataan asset

ini juga menimbulkan beragam fenomena internal bagi masing-masing individu yang oleh Curtis (2006) disebut sebagai mood (efek psikologis individu yang bersumber dari lingkungan kerja). Mengingat lingkungan kerja instansi pengguna asset pada akhir-akhir ini cendrung membuat anggota organisasi menjadi stress dan memiliki beberpa bentuk sikap yang disfuctional, maka kepuasan kerja anggota menjadi salah satu variabel penting untuk dipahami dan diwujudkan (Bettencourt et.al. dalam Ishak, 2008). Dengan adanya pendataan asset ini akan membantu aparat pemerintah Provsu dalam menyusun anggaran dan mengelompokkan asset


(21)

yang sesuai dengan mata anggaran yang berlaku sehingga tidak menimbulkan keraguan-keraguan yang dapat menimbulkan ketidakpuasan dalam penyusunan anggaran.

Anggaran merupakan salah satu masalah penting dalam pengelolaan keuangan pemerintah. (Kenis, 1979) mengemukakan anggaran merupakan penrnyataan mengenai apa yang diharap dan direncanakan dalam periode tertentu di masa yang akan datang. Mardiasmo (2004) menyatakan anggaran sektor publik terutama pemerintah penting, karena alasan-alasan sebagai berikut :

1. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan

pembangunan sosial-ekonomi, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

2. Adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tak terbatas dan terus

berkembang, sedangkan sumber daya yang ada terbatas.

3. Untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggungjawab terhadap

rakyat.

Anggaran merupakan komponen penting dalam organisasi. Pentingnya fungsi anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian perusahaan menjadikan penganggaran sebagai masalah penting bagi keberhasilan anggaran perusahaan. Dalam fungsi pengendalian, anggaran memiliki fungsi sebagai alat penilaian kinerja (Mardiasmo, 2002). Kinerja dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran. Dalam organisasi bisnis, bawahan/pelaksana anggaran menerima kompensasi berupa bonus apabila mampu memenuhi atau

melebihi target anggaran dan punishment bila tidak mampu memenuhi keinginan


(22)

karena manajer ingin kinerjanya dinilai baik. Untuk mencapai tujuan tersebut manajer akan berusaha mencapai target anggaran. Agar mempermudah pencapaian target, manajer berusaha memperkecil target dalam anggaran (Utomo, 2006). Adapun karakteristik tujuan anggaran yang perlu diperhatikan sebagai berikut (Kenis, 1979) :

1. Partisipasi dalam penyusunan anggaran (budgetary participation)

2. Kejelasan tujuan anggaran (budget goal clarity)

3. Umpan balik anggaran (budgetary feed back)

4. Evaluasi anggaran (budgetary evaluation)

5. Tingkat kesulitan anggaran (budget goal difficulty)

Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-undang Nomor 32 dan 33 Tahun 2004, serta Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara telah menetapkan penggunaan pendekatan penganggaran berbasis prestasi kerja atau kinerja dalam proses penyusunan anggaran, yaitu suatu sistem penganggaran yang harus disusun atas dasar :

1. Fungsi/kegiatan yang akan dilakukan oleh setiap satuan kerja/Kementerian/Lembaga. Hal ini berarti bahwa setiap pengalokasian anggaran belanja harus diorientasikan pada fungsi/kegiatan program yang akan

dilakukan oleh Kementeriaan/Lembaga (Budget Foolow Functions).

2. Penyusunan rencana anggaran berbasis kinerja (performance budgeting sistem).

Hal ini merupakan pembaruan dalam sistem perencanaan anggaran belanja pemerintah, karena setiap pengeluaran anggaran yang terlokasikan harus terangkumkan dalam pencapaian kinerja kegiatan program yang ditunjukkan melalui keluaran (out put) dan hasil (out come) yang akan dicapai.


(23)

3. Disusun dengan prakiraan maju (progress estimate). Prakiraan maju dalam hal ini adalah bahwa penyusunan rencana kegiatan program yang akan dilaksanakan dan anggaran yang diperlukan, disusun dalam satu rangkaian prakiraan dua tahun berikutnya.

Penganggaran berbasis kinerja (PBK) merupakan suatu pendekatan dalam penyusunan anggaran yang didasarkan pada kinerja atau prestasi kerja yang ingin dicapai yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja para aparatur pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Penelitian yang dilakukan Anggraita (2009) menunjukkan bahwa karakteristik anggaran secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja manajer melalui variabel perantara (intervening) prestasi kerja manajer. Hasil penelitian ini sekaligus juga membuktikan bahwa prestasi kerja manajer memang merupakan perantara bagi hubungan antara karakteristik anggaran dengan kepuasan kerja manajer.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk melihat apakah fenomena yang telah diperoleh pada penelitian sebelumnya juga akan terjadi pada penelitian ini.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah karakteristik tujuan anggaran (partisipasi dalam penyusunan anggaran, kejelasan tujuan anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran, tingkat kesulitan anggaran) berpengaruh terhadap kepuasan kerja aparat Pemerintah Provinsi Sumatera Utara baik secara simultan maupun parsial?.


(24)

2. Apakah hubungan antara karakteristik tujuan anggaran dengan kepuasan kerja aparat Pemerintah Provinsi Sumatera Utara terjadi melalui prestasi kerja?. 1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh karakteristik tujuan anggaran yang terdiri dari partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan tujuan anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran, dan tingkat kesulitan anggaran terhadap kepuasan kerja.

2. Untuk membuktikan secara empiris bahwa pengaruh karakteristik tujuan anggaran terhadap kepuasan kerja terjadi melalui prestasi kerja.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemprovsu

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan tujuan anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran, dan tingkat kesulitan anggaran terhadap kepuasan kerja melalui prestasi kerja aparat pemerintah Propinsi Sumatera Utara.

2. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi, informasi dan wawasan teoritis khususnya masalah karakteristik tujuan anggaran terhadap kepuasan kerja melalui prestasi kerja (sebagai variabel intervening) sehingga dapat digunakan sebagai titik tolak untuk melakukan penelitian sejenis secara lebih mendalam.


(25)

1.5. Originalitas

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Anggraita (2009) dengan judul “Pengaruh Variabel Intervening Prestasi Kerja Terhadap Hubungan Karakteristik Anggaran dengan Kepuasan Kerja Manajer (Penelitian Terhadap Manajer Hotel-Hotel di Daerah Istimewa Yogyakarta). Beda penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah objek penelitian yang diteliti di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara serta penelitian ini sebelumnya belum pernah dilakukan di instansi pemerintahan. Oleh karena itu, peneliti memilih objek tersebut sebagai objek penelitian untuk melihat fenomena yang terjadi pada peneliti sebelumnya juga terjadi pada penelitian ini.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja (job statisfaction) sebagai suatu sikap umum seorang

individu terhadap pekerjaannya. Menurut Handoko (2001) kepuasan kerja adalah keadaan emosional para karyawan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dalam memandang pekerjaan mereka. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap kerja itu, seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap yang negative terhadap pekerjaan itu. (Robbins, 2001). Luthans (1998), menyatakan bahwa kepuasan kerja memiliki tiga dimensi. Pertama, kepuasan kerja adalah tanggapan emosional seseorang terhadap situasi kerjanya. Kepuasan ini bersifat abstrak, tidak dapat dilihat hanya dapat diduga. Kedua, kepuasan kerja hanya dapat ditentukan oleh sejauh mana hasil kerja memenuhi atau melebihi harapan seseorang. Jika mereka bekerja lebih berat dibandingkan orang lain pada organisasi yang sama, tetapi penghargaan yang diterima lebih rendah, maka mereka akan bersikap negatif terhadap pekerjaannya. Sebaliknya, jika mereka diperlakukan dengan baik, dan diberi penghargaan yang layak, maka mereka akan bersikap positif terhadap pekerjaannya. Ketiga,kepuasan kerja menunjukkan beberapa sikap seseorang yang saling terkait.

Menurut Luthans (1998) faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu: jenis pekerjaan yang dilakukan karena pekerjaan yang dapat memberikan kepuasan kerja adalah pekerjaan yang tidak membosankan dan dapat memberikan status. Gaji dan upah yang diterima karyawan karena gaji merupkan refleksi cara


(27)

pandang manajer terhadap kontribusi yang telah diberikan karyawan pada organisasi tersebut, kesempatan promosi untuk dapat lebih berkembang dalm organisasi tersebut, sikap supervisor dalam memberikan bantuan terhadap karyawan baik berupa teknis maupun dukungan moral, serta lingkungan dan rekan sekerja yang dapat memberikan bantuan secara teknis dalam melaksanakan tugas yang diberikan. Dengan adanya kepuasan kerja maka akan mempengaruhi produktivitas karena semakin tinggi kepuasan kerjanya maka akan semakin meningkat pula produtivitasnya, kemudian turn over (keinginan untuk berpindah kerja) karyawan akan berkurang keinginan untuk berpindah kerja karena jika karyawan merasa puas terhadap pekerjaannya maka kecil keinginan mereka untuk pindah kerja. Selain itu dapat mempengaruhi tingkat kehadiran karyawan dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas kerja misalnya kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, lebih cepat untuk mempelajari tugas-tugas, tidak banyak kesalahan yang dibuat, tidak banyak keluhan dan lebih mudah untuk dapat bekerjasama.

Kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem dan nilai yang berlaku pada dirinya. Ada 4 pendekatan teoritis yang membahas mengenai kepuasan kerja (Lawyer dalam Indriani, 1993) :

1. Fulfillmen theory 2. Equity theory 3. Discrepancy theory 4. Two-factor theory


(28)

Teori Fulfillment mengemukakan bahwa kepuasan kerja tergantung pada perbedaan antara apa yang diharapkan. Apabila yang didapat karyawan lebih rendah daripada yang diharapkan akan menyebabkan karyawan merasa tidak puas. Jadi seseorang akan merasa puas bila tidak ada perbedaan antara yang diinginkan dengan kenyataan karena batas minimum yang diinginkan telah dipenuhi.

Teori Equity memiliki prinsip bahwa orang akan merasa puas atau tidak

puas tergantung apakah ia merasakan adanya keandalan atau tidak atas suatu situasi. Perasaan ini dapat dirasakan dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor maupun ditempat lain. Menurut teori ini elemen-elemen equity yaitu : input, outcome dan comparison person. Yang dimaksud dengan input adalah segala sesuatu yang berharga yang dirasakan karyawan sebagai sumbangan terhadap pekerjaannya, misalnya : pendidikan, pengalaman, keahlian

dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan outcome adalah sesuatu yang

berharga yang dirasakan karyawan sebagai hasil dari pekerjaan seperti : pembayaran, simbol status, pengakuan, kesempatan dan sebagainya. Sedangkan

yang dimaksud dengan comparison person bisa berupa seseorang di organisasi

yang lain, ditempat lain/ bisa pula dengan dirinya sendiri dimasa lalu. Menurut teori ini, setiap karyawan akan membandingkan rasio input-outcomes dirinya dengan input-outcomes orang lain. Bila perbandingan itu dianggapnya cukup adil, maka ia akan merasa puas.

Teori terakhir yaitu teori dua faktor yang dikemukakan oleh Herzberg. Teori ini memberi situasi yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap pekerjaannya ke

dalam 2 kelompok yaitu : kelompok satisfiers atau motivator dan kelompok


(29)

membuktikan sumber kepuasan kerja yang terdiri dari prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri dan tanggung jawab. Dengan adanya faktor ini, maka akan menimbulkan kepuasan tapi jika faktor ini tidak ada, tidak selalu mengakibatkan ketidakpuasan.

Dissastifiers adalah faktor-faktor yang terbukti menjadi sumber ketidakpastian, yang terdiri dari kebijaksanaan dan administrasi organisasi, gaji, hubungan antar karyawan, kondisi kerja, keamanan kerja dan status. Perbaikan kondisi ini akan mengurangi atau menghilangkan ketidakpuasan, tetapi tidak akan menimbulkan kepuasan karena ia bukan sumber kepuasan

2.2. Anggaran

2.2.1. Pengertian Anggaran

Anggaran merupakan penjabaran dari rencana yang telah ditetapkan perusahaan. Anggaran juga merupakan proses pengendalian manajemen yang melibatkan komunikasi dan interaksi formal di kalangan para manajer dan karyawan dan merupakan bagian dari sistem pengendalian manajemen atas operasional perusahaan pada tahun berjalan. Program atau strategic plan yang telah disetujui pada tahap sebelumnya, merupakan titik awal dalam mempersiapkan anggaran. Anggaran menunjukkan jabaran dari program dengan menggunakan informasi terkini.

Menurut Anthony dan Govindarajan (2002), anggaran merupakan alat yang utama dalam perencanaan jangka pendek yang efektif dan pengendalian dalam organisasi. Sebuah anggaran operasi biasanya disusun untuk satu tahun dan menyatakan rencana pendapatan dan biaya untuk tahun yang bersangkutan.


(30)

Anggaran mempunyai karakteristik sebagai berikut (Anthony dan Govindarajan, 2002) :

1. Anggaran memperkirakan keuntungan yang potensial dari unit perusahaan. 2. Dinyatakan dalam istilah moneter, walaupun jumlah moneter mungkin

didukung dengan jumlah non-moneter (contoh : unit yang terjual atau diproduksi).

3. Biasanya meliputi waktu selama satu tahun.

4. Merupakan perjanjian manajemen, bahwa manajer setuju untuk bertanggungjawab untuk pencapaian tujuan suatu anggaran.

5. Usulan anggaran diperiksa dan disetujui oleh pejabat yang lebih tinggi dari pembuat anggaran.

6. Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu. 7. Secara berkala kinerja keuangan aktual dibandingkan dengan anggaran dan

perbedaannya dianalisis dan dijelaskan.

Menurut Garrison dan Noreen (2000) anggaran adalah rencana rinci tentang perolehan dan penggunaan sumber daya keuangan dan sumber daya lainnya untuk suatu periode tertentu. Adisaputro dan Asri (1995), memberikan definisi anggaran yang banyak dipakai adalah sebagai berikut : “ Suatu pendekatan yang formal dan sistematis daripada pelaksanaan tanggungjawab manajemen di dalam perencanaan, koordinasi dan pengawasan.” Dari definisi tersebut dapgat diambil intinya bahwa anggaran disusun dalam bentuk tertulis, berurutan dan berdasarkan logika. Selain itu anggaran juga dapat membantu manajer dalam hal pengambilan keputusan yang merupakan bagian dari fungsi manajer yang berdasrkan pada asumsi-asumsi tertentu.


(31)

Di dalam menyusun suatu anggaran perusahaan maka perlu diperhatikan beberapa syarat yakni bahwa anggaran tersebut harus realistis, luwes dan kontinyu. Realistis artinya tidak terlalu optimis dan tidak pula terlalu pesimis. Luwes artinya tidak terlalu kaku, mempunyai peluang untuk disesuaikan dengan keadaan yang mungkin berubah.

Dalam konteks anggaran daerah, anggaran daerah merupakan rencana kerja pemerintah daerah yang diwujudkan dalam bentuk uang selama periode waktu tertentu (satu tahun). Anggaran ini digunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya pengeluaran, membantu pengambilan keputusan dan prencanaan pembangunan, otorisasi pengeluaran dimasa-masa mendatang, sumber pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kerja dan sebagai alat untuk memotivasi pegawai dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai unit kerja (Raharjo, 2000).

2.2.2. Manfaat dan Tujuan Anggaran

Tujuan utama penyusunan anggaran (Copelend dalam Indriani,1993)

sebagai berikut (1) pernyataan harapan yang eksplisit (explicit satatemen of

epectation), (2) komunikasi (communication), (3) koordinasi (coordination), (4) sebagai suatu kerangka harapan dalam mempertimbangkan prestasi (epectation as a trame work performance).

Berikut ini akan dijelaskan tujuan penyusunan anggaran satu persatu. 1. Pernyataan harapan yang eksplisit

Salah satu tujuan penyusunan anggaran adalah untuk menyatakan harapan dengan bentuk formal. Seperti diketahui suatu organisasi pasti memiliki tujuan utama dalam jangka panjang. Misalnya ; kelangsungan hidup, kepuasan konsumen,


(32)

kesejahtraan karyawan, prestasi dan sebagainya. Tujuan jangka panjang ini dapat diperoleh secara bertahap dalam suatu priode waktu dengan kata lain, tujuan jangka panjang dipilih dalam perencanaan operasi jangka pendek. Anggaran dapat dikatakan sebagai alat untuk mengoperasikan tujuan yang akan dicapai oleh jangka pendek tersebut. Dengan demikian anggaran memformulasikan target prestasi harapan.

Target ini secara langsung dapat membantu kegiatan organisasi ; mengindentifikasikan masalah, membantu memotivasi karyawan tingkat bawah, dan menjelaskan hubungan aktivitas yang berlangsung dengan kebijaksanaan masa yang akan datang. Kondisi ini secara eksplisit juga menyatukan kontribusi penyusunan anggaran adalah perencanaan dan pengendalian manajerial.

2. Komunikasi

Tujuan penyusunan anggaran lain adalah mengkomunikasikan tujuan dan metode yang ditetapkan oleh manajemen puncak. Penyusunan anggaran yang berhubungan dengan kebijaksanaan dan tujuan fundamental di persiapkan oleh manajemen puncak. Anggaran formal itu sendiri tidak menjamin bahwa kegiatan organisasi secara otomatis sesuai dengan tujuan yang telah disusun dalam anggaran. Untuk itu, manajer dan karyawan tingkat bawah harus memahami dan mendukung tujuan tersebut. Dan mengkordinasikan usaha-usaha untuk mencapai tujuan itu. Dengan kata lain, karyawan harus tahu prestasi apa dari tujuan anggaran yang telah ditetapkan tersebut hendak dicapai.


(33)

3. Koordinasi

Tujuan lain dari penyusunan anggaran adalah koordinasi. Koordinasi menuntut adanya keselarasan tindakan bekerja dari setiap individu atau bagian dalam organisasi untuk mencapai tujuan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk menciptakan adanya koordinasi diperlukan perencanaan yang baik, yang dapat menunjukkan keselarasan rencana antara satu bagian dengan bagian lainnya.

Anggaran yang berfungsi sebagai alat perencanaan harus dapat menyesuaikan rencana yang dibuat untuk berbagai bagian dalam organisasi, sehingga rencana kegiatan yang satu akan selaras dengan lainnya. Untuk itu anggaran dapat dipakai sebagai alat koordinasi untuk seluruh bagian yang ada dalam organisasi karena semua kegiatan yang saling berkaitan antara satu bagian dengan bagian lainnya sudah diatur dengan baik.

4. Sebagai suatu kerangka harapan untuk mempertimbangkan prestasi Anggaran merupakan penentu tujuan, dengan kata lain anggaran sebagai alat mengimplementasikan tujuan tersebut. Dengan demikian, anggaran dapat digunakan untuk mencerminkan tingkat prestasi karyawan, dan kesuksesan karyawan pada tugas yang diberikan kepadanya. Oleh karena itu, anggaran dapat menjadi suatu bahan pertimbangan, melalui perbandingan antara prestasi yang sebenarnya atau yang telah ditetapkan dalam anggaran.

2.3. Karakteristik Tujuan Anggaran

Menurut Kenis (1979, p. 708) karakteristik tujuan anggaran meliputi sebagai berikut :


(34)

2. Kejelasan tujuan anggaran (budget goal clarity)

3. Umpan balik anggaran (budgetary feed back)

4. Evaluasi anggaran (budgetary evaluation)

5. Tingkat kesuliatan anggaran (budget goal difficulty)

2.3.1. Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran

Partisipasi anggaran pada sector publik terjadi ketika antara pihak eksekutif, legislative dan masyarakat bekerjasama dalam pembuatan anggaran (Sardjito dan Muthaher, 2007). Anggaran Anggaran dibuat oleh kepala daerah melalui usulan dari unit-unit kerja yang disampaikan kepada kepala bagian dan diusulkan kepada kepala daerah, dan setelah itu bersama-sama DPRD menetapkan anggaran yang dibuat sesuai dengan Peraturan daerah yang berlaku. Pada konteks pemerintah daerah, partisipasi anggaran menunjukkan pada luasnya partispasi bagi aparat pemerintah dalam memahami anggaran yang diusulkan oleh unit kerjanya dan pengaruh tujuan pusat pertanggungjawaban anggaran mereka. Partisipasi yang sukses akan memberikan beberapa manfaat antara lain (Arifin, 2007:25) :

1. Memberi pengaruh yang sehat pada kepentingan inisiatif, moral, dan

antusiasme.

2. Memberi hasil suatu rencana yang lebih baik, karena adanya kombinasi

pengetahuan beberapa individu.

3. Dapat meningkatkan kerjasama antar departemen.

4. Para karyawan dapat lebih menyadari situasi di masa yang akan datang, dan perhatian terhadap sasaran dan pertimbangan-pertimbangan.


(35)

Partisipasi dalam penyusunan anggaran merupakan keterlibatan yang meliputi pemberian pendapat, pertimbangan dan usulan dari bawahan kepada pimpinan dalam mempersiapkan dan merevisi anggaran. Partisipasi dalam proses penyusunan anggaran merupakan suatu proses kerjasama dalam pembuatan keputusan yang melibatkan dua kelompok atau lebih yang berpengaruh pada pembuatan keputusan di masa yang akan datang. Disini partsipasi menjadi salah satu unsur yang sangat penting yang menekankan pada proses kerjasama dari berbagai pihak, baik bawahan maupun manajer level atas. Penerapan partisipasi dalam penyusunan anggaran memberikan banyak manfaat antara lain (Siegel dan Marconi dalam Abriyani, 1998) sebagai berikut :

1. Partisipasi (orang yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran) menjadi

ego-involved tidak hanya task-involved dalam kerja mereka.

2. Partisipasi akan menaikkan rasa kebersamaan dalam kelompok, yang akibatnya akan menaikkan kerjasama anggota kelompok di dalam penetapan sasaran.

3. Partisipasi dapat mengurangi rasa tertekan akibat adanya anggaran.

4. Partisipasi dapat mengurangi rasa ketidaksamaan di dalam alokasi sumber daya diantara bagian-bagian organisasi.

Meskipun partisipasi mempunyai banyak manfaat bukan berarti partisipasi tidak mempunyai keterbatasan dan masalah yang berkaitan dengan partisipasi.

Sedangkan menurut (Siegel dan Marcaroni dalam Abriyani, 1998), masalah yang berkaitan dengan partisipasi ada 3 hal. Masalah pertama adalah adanya

kemungkinan manajer membentuk budget slack, slack merupakan perbedaan


(36)

dengan jumlah yang lebih besar yang ditambahkan pada kegiatan tersebut. Masalah kedua adalah Pseudoparticipation (partisipasi semu), yakni tampak berpartisipasi tapi dalam kenyataannya tidak, artinya para manajer ini (sebagai bawahan) ikut berpartisipasi, tetapi tidak diberi wewenang atau pendapat untuk menentukan atau menetapkan isi anggaran . Masalah ketiga adalah status dan pengaruh di dalam organisasi mengurangi efektifitas partisipasi. Hal ini disebabkan biasanya orang yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi akan mempunyai pengaruh yang lebih besar didalam proses penetapan sasaran.

2.3.2. Kejelasan Tujuan Anggaran

Kejelasan tujuan anggaran menunjukkan adanya tujuan anggaran yang dinyatakan secara spesifik dan jelas, dan dimengerti oleh siapa saja yang bertanggungjawab (Munawar, 2006:6) Kejelasan tujuan anggaran berhubungan dengan sejauh mana tujuan-tujuan anggaran dinyatakan secara khusus dan jelas serta dipahami oleh orang-orang yang bertanggungjawab memenuhinya. Dengan adanya kejelasan tujuan, dapat diinformasikan kepada manajer level bawah tentang apa yang diharapkan oleh manajer yang lebih tinggi. Sebaliknya, manajer yang lebih tinggi dapat mempelajari dukungan-dukungan dan persoalan-persoalan manajer di bawahnya melalui laporan-laporan dari bawah. Dengan kata lain tujuan anggaran yang jelas akan mengarahkan para pelaksana anggaran untuk merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan tanpa adanya keraguan dalam pelaksanaan anggaran.

Dalam penyusunan anggaran daerah harus dinyatakan secara jelas, spesifik dan dapat dimengerti oleh aparat pemerintah yang bertanggungjawab untuk menyusun dan melaksanakannya. Dengan adanya tujuan anggaran yang jelas, maka


(37)

akan mempermudah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan adanya kejelasan tujuan anggaran akan mempermudah aparat pemerintah provinsi dalam menyusun anggaran untuk mencapai target-target anggaran yang telah ditetapkan.

2.3.3. Umpan Balik Anggaran

Umpan balik merupakan tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan yang berfungsi sebagai variabel motivasional. Hasil dari usaha yang dilakukan dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan usahanya, serta dapat pula menjadi pendorong untuk bekerja lebih efesien dan berprestasi lebih baik. Becker dan Green (1962) menyatakan bahwa umpan balik anggaran adalah hasil yang diperoleh dari usaha untuk mencapai tujuan sebagai dasar untuk merasakan kesuksesan atau kegagalan dan tidak ada insentif untuk menunjukkan kinerja yang lebih baik, dan pada akhirnya menjadi tidak puas.

Pada umumnya, memberikan informasi kepada para pelaksana anggaran tentang kekurangan mereka dapat mendatangkan perasaan tidak senang, bahkan dapat membuat masalah semakin buruk. Akan tetapi untuk tujuan peningkatan prestasi dan peningkatan efesiensi, umpan balik tentang keberhasilan pegawai adalah sangat penting meskipun dalam beberapa hal rasa tanggung jawab yang tinggi dapat disertai perasaan frustasi yang tidak tertolerir apabila kegagalannya diungkapkan. Oleh sebab itu umpan balik harus dimaksudkan untuk memberitahu karyawan mengenai keberhasilan atau kegagalannya dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Disamping itu umpan balik akan dijadikan sebagai dasar


(38)

pengambilan keputusan yang tepat khususnya untuk perbaikan prestasi di masa yang akan datang maupun pencapaian efesiensi biaya organisasi.

Dalam konteks pemerintah provinsi, umpan balik anggaran yang diperolehnya yaitu dengan mengetahui hasil usaha aparat pemerintah prvinsi dalam menyusun anggaran maupun dalam melaksanakan anggaran sehingga mereka merasa sukses.

2.3.4. Evaluasi Anggaran

Evaluasi anggaran adalah tindakan yang dilakukan untuk menelusuri penyimpangan atas anggaran ke departemen yang bersangkutan dan digunakan sebagai dasar untuk penilaian kinerja departemen (Kenis, 1979). Evaluasi anggaran selalu dilaksanakan oleh aparat pemerintah provinsi yaitu dalam setiap menyiapkan anggaran, aparat pemerintah selalu melakukan evaluasi atau kegiatan-kegiatan yang telah diprogramkan. Evaluasi anggaran pada dasarnya membandingkan antara anggaran dengan pelaksanaan sehingga dapat ditentukan penyimpangan yang terjadi. Penyimpangan ini akan digunakan sebagai dasar untuk mengukur efesiensi serta penilaian prestasi. Prestasi ini akan digunakan sebagai dasar dalam memberikan penghargaan. Penghargaan yang berdasarkan atas prestasi yang telah dicapai akan menimbulkan ketidakpuasan. Penghargaan dapat berupa gaji, tunjangan, promosi, pengakuan, senyuman, pujian, dan sebagainya. Anggaran yang digunakan dalam mengevaluasi prestasi cenderung mempengaruhi perilaku dan prestasi para pelakunya. Menurut Brownell et.al (1978), evaluasi yang bersifat

punitive dapat menyebabkan rendahnya motivasi, sebaliknya evaluasi yang bersifat


(39)

Pada umumnya pemberian imbalan atau sanksi kepada para bawahan berdasarkan terpenuhi tidaknya anggaran aan mempengaruhi perilaku para pelaksana anggaran. Sebagai contoh seorang bawahan yang melampaui tingkat pengeluaran tidak akan dinaikkan gajinya, sementara bagi yang tetap dibawah anggaran akan dinaikkan gajinya. Dalam hal ini tingkah laku bawahan akan terarah kepada pencapaian anggaran, akan tetapi kemungkinan penggunaan anggaran sebagai alat evaluasi akan mengundang beberapa kelemahan sebagai berikut (Merchant, 1981) :

1. Imbalan untuk mencapai sasaran kinerja barangkali tidak dinilai tinggi oleh bawahan sebagaimana penilaian atasan.

2. Anggaran hanya merupakan salah satu syarat penilian kinerja. Disamping

anggaran masih banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam penilian kinerja.

3. Frekuensi peninjauan kinerja pada umumnya hanya sekali atau dua kali

dalam satu tahun.

4. Ada beberapa atasan yang tidak memandang anggaran sebagai alat evaluasi

yang cukup bermanfaat, karena dalam anggaran masih banyak faktor penaksirannya.

2.3.5. Tingkat Kesulitan Anggaran

Tujuan anggaran adalah rentang (range) dari sangat longgar dan mudah dicapai sampai sangat ketat dan tidak dapat dicapai (Munawar, 2006). Tujuan yang mudah dicapai gagal untuk memberikan suatu tantangan untuk partisipasi, dan memiliki sedikit pengaruh motivasi. Tujuan yang sangat ketat dan tidak dapat


(40)

dicapai mengarahkan pada perasaan gagal, frustasi, tingkat aspirasi yang rendah dalam pencapian tujuan anggaran dari partisipan penyusun anggaran.

Kenis (1979) manajer yang memiliki tujuan anggaran yang ”terlalu ketat” memiliki ketegangan kerja tinggi dan motivasi kerja rendah, kinerja anggaran, dan efisiensi biaya dibandingkan untuk anggaran memiliki tujuan anggaran ”tepat” atau ”ketat” tetapi dapat dicapai. Hal ini mengindikasikan bahwa ”ketat” tetapi dapat ”dicapai” adalah tingkat kesulitan tujuan anggaran. Dalam penetapan anggaran yang dilakukan oleh pihak eksekutif berdasarkan usulan yang disampaikan oleh unit kerja sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, dalam penyusunan anggaran oleh satuan unit kerja harus memperhatikan tingkat kesulitan anggaran yang akan dilaksanakan nantinya.

2.4. Prestasi Kerja

Prestasi kerja adalah tingkat pelaksanaan tugas yang bisa dicapai oleh seseorang, unit, atau divisi dengan menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan perusahaan

Setiap karyawan mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam melaksanakan tugas pekerjaannya. Dengan demikian keberhasilan kerja karyawan akan berbeda Untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan kerja seorang karyawan, maka harus dilakukan penilaian prestasi kerja karyawan untuk

Dalam konteks pemerintah daerah, prestasi kerja merupakan tingkat pelaksanaan tugas yang bisa dicapai oleh aparat pemerintah pada setiap unit kerja dengan menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi.


(41)

mengetahui peran aktif setiap karyawan dalam mencapai tujuan perusahaan. Karyawan yang berprestasi hendaknya diberi penghargaan sesuai peraturan yang berlaku. Dengan demikian maka karyawan akan merasa dihargai dan diperhatikan kemampuannya.

Prestasi kerja merupakan faktor yang mendukung keefektifan organisasi (Mahoney dalam Abriyani, 1998). Prestasi kerja didasarkan pada kemampuan manajer dalam melaksanakan tugas manajerialnya. Prestasi kerja manajer meliputi kemampuan manajer dalam prencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pegawasan, pemilihan staff, negosiasi, perwakilan dan prestasi kerja secara menyeluruh.

Prestasi kerja dipengaruhi oleh dua hal utama yaitu faktor organisasional dan faktor personal (Phalestie, 2009). Faktor organisasional meliputi sistem imbal jasa, kualitas pengawasan, beban kerja, nilai dan minat, serta kondisi fisik dan lingkungan kerja. Diantara berbagai faktor organisasional tersebut, faktor yang paling penting adalah faktor imbal jasa, dimana faktor tersebut akan diberikan dalam bentuk gaji, bonus, ataupun promosi. Selain itu, faktor organisasional kedua yang juga penting adalah kualitas pengawasan (supervisor quality) dimana seorang bawahan dapat memperoleh kepuasan kerja jika atasannya lebih kompeten dibandingkan dirinya (Phalestie, 2009). Sementara faktor personal meliputi ciri atau sifat kepribadian (personality trait), senioritas, masa kerja, kemampun ataupun ketrampilan yang berkaitan dengan bidang pekerjaan dan kepuasan hidup. Untuk faktor personal, faktor yang juga penting dalam mempengaruhi prestasi kerja adalah faktor status dan masa kerja. Pada umumnya, orang yang telah memiliki status pekerjaan yang lebih tinggi biasanya telah menunjukkan prestasi kerja yang


(42)

baik. Status pekerjaan tersebut dapat memberikannya kesempatan untuk memperoleh masa kerja yang lebih baik, sehingga kesempatannya untuk semakin menunjukkan prestasi kerja juga semakin besar.

2.5. Hubungan Karakteristik Tujuan Anggaran Dengan Kepuasan Kerja Partisipasi anggaran menunjukkan pada luasnya partisipasi bagi aparat pemerintah provinsi dalam menyusun anggaran yang diusulkan oleh unit kerjanya dan pengaruh tujuan pusat pertanggungjawaban anggaran mereka. Partisipasi hendaknya diarahkan kepada penetapan sasaran dengan diskusi yang cukup, yang memungkinkan setiap pelaksana menyadari bahwa sasaran tersebut diterima oleh seluruh anggota dalam organisasi (Arifin, 2007 : 25). Partisipasi harus diarahkan agar memberikan kesempatan yang cukup untk berinteraksi, sehingga semua anggota dalam organisasi dapat bekerjasama dengan baik serta dapat menerima sasaran-sasaran kelompok sebagai sasarannya sendiri. Partisipasi akan menimbuhkan sikap berani bertanggungjawab, yang memungkinkan tujuan anggaran akan diterima oleh setiap manajer sebagai tujuan mereka sendiri yang merupakan hasil pemikirannya (Arifin, 2007 : 26). Menurut teori kepuasan Maslow rasa memiliki dan harga diri merupkan kebutuhan manajer, yang jika terpenuhi akan meningkatkan kepuasan kerja. Menurut teori kepuasan ERG Alderfer (Gibson, et.all,, 1988), sumbangsih pemikiran manajer pusat pertanggungjawaban ini termasuk dalam unsur pertumbuhan, yaitu individu akan merasa puas jika dapat memberikan kontribusi yang kreatif dan produktif.

Kejelasan tujuan anggaran dapat digunakan sebagai sarana untuk mempengaruhi motivasi, perilaku, prestasi, dan kepuasan kerja. Sebaliknya


(43)

anggaran yang memiliki tujuan yang tidak jelas dapat membawa kebingungan, ketegangan, dan ketidak pastian. Pada umumnya manajer yang mempunyai tujuan anggaran yang jelas dan spesifik dapat berbuat lebih baik dari pada manajer yang tujuan anggarannya bersifat umum. Locke (1968) menyatakan bahwa tujuan anggaran yang jelas (spesifik) lebih baik dibandingkan dengan tidak adanya tujuan yang spesifik dan hanya mendorong karyawan untuk melakukan yang terbaik. Kejelasan tujuan anggaran disengaja untuk mengatur perilaku karyawan. Tujuan yang tidak jelas dapat menyebabkan kebingungan, tekanan, ketidakpuasan dari karyawan pelaksana anggaran.

Umpan balik anggaran merupakan tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan yang berfungsi sebagai variabel motivasional (Arifin, 2007 : 26). Hasil dari usaha yang dilakukan dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengetahui keberhasilan atu kegagalan usahanya, serta dapat pula menjadi pendorong untuk bekerja lebih efisien dan berprestasi lebih baik. Umpan balik anggaran bagi manajer pusat pertanggungjawaban merupakan pengakuan atas prestasi yang dicapai. Tanpa adanya pengakuan akan menimbulkan ketidakpuasan bagi manajer pusat pertanggungjawaban. Menurut teori kepuasan Herzberg pengakuan prestasi merupakan unsur pemuas atas usaha yang dilakukan.

Evaluasi anggaran menunjuk pada luasnya perbedaan anggaran yang digunakan kembali oleh individu pimpinan departemen dan digunakan dalam evaluasi kinerja mereka (Munawar, 2006). Prestasi yang diperoleh dalam pencapaian anggaran merupakan dasar dalam pemberian imbalan atau hukuman yang menimbulkan kepuasan kerja. Kepuasan kerja dapat memotivasi untuk berusaha mencapai tujuan anggaran yang telah ditetapkan.


(44)

Anggaran yang baik adalah anggaran dengan tingkat kesulitan yang masih dimungkinkan untuk dicapai, sehingga para pelaksana termotivasi untuk bekerja lebih efisien. Untuk alasan motivasi dan peningkatan prestasi ini maka tujuan anggaran harus ketat namun dapat dicapai sehingga tidak menimbulkan rasa keputusasaan yang dapat mengakibatkan timbulnya rasa ketidakpuasan bagi para pelaku anggaran.

2.6. Hubungan Karakteristik Tujuan Anggaran Dengan Prestasi Kerja

Partisipasi dalam penyusunan anggaran berkenaan dengan tingkat partisipasi aparat pemerintah dalam mempersiapkan anggaran dan pengaruhnya terhadap sasaran anggaran pada masing-masing unit kerja. Partisipasi dalam penyusunan anggaran akan memotivasi aparat pemerintah provinsi untuk mencapai sasaran anggaran. Motivasi timbul sebagai akibat dari anggaran yang lebih realistis. Anggaran yang realistis akan menimbulkan rasa percaya diri untuk mencapinya. Hasil penelitian Milani (1975), menujukkan terdapat hubungan yang sangat lemah antara partisipasi anggaran dengan prestasi kerja tetapi terdapat hubungan positif dan signifikan antara partispasi dalam penyusunan anggaran dengan sikap terhadap pekerjaan dan perusahaan. Abriyani (1998) menunjukkan hubungan yang searah antara partisipasi anggaran dengan kepuasan kerja sehingga dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi partisipasi penyusunan anggaran maka akan semakin tinggi kepuasan kerja, selain itu ditemukan juga hubungan positif yang menunjukkan hubungan searah antara partipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajer sehingga dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi partisipasi dalam penyusunan anggaran maka semakin tinggi kinerja manajer.


(45)

Kejelasan sasaran anggaran berkenaan dengan luasnya sasaran anggaran yang dinyatakan secara jelas, spesifik, dan dipahami oleh aparat pemerintah yang bertanggungjawab terhadap pencapaian anggaran. Kejelasan sasaran anggaran akan meningkatkan prestasi anggaran, karena jelas apa yang harus dilaksanakan untuk mecapai sasaran anggaran. Begitu juga sasaran yang spesifik akan menghasilkan prestasi yang lebih tinggi dari pada sasaran anggaran yang tidak jelas (Siregar dan Dalimunthe, 1999). Hasil penelitian Latham dan Yuk (1975), Steers (1976), Ivancevich (1976), menunjukkan adanya pengaruh positif kejelasan sasaran anggaran terhadap kepuasan kerja dan keterikatan sasaran serta pencapaian sasaran.

Umpan balik anggaran berkenaan dengan sejauh mana sasaran anggaran telah tercapai. Umpan balik merupakan variabel motivasi yang penting untuk diketahui oleh para anggota organisasi. Jika anggota organisasi tidak mengetahui hasil dari usahanya, berarti mereka tidak mempunyai dasar untuk menentukan usahanya sukses atau gagal. Dengan demikian tidak akan mendorong anggota organisasi untuk meningkatkan prestasinya. Kemungkinan lain para anggota organisasi akan merasa tidak puas. Hasil penelitian Steers (1975), Kim dan Hammer (1976), menunjukkan adanya hubungan yang positif signifikan antara umpan balik dan prestasi kerja.

Evaluasi anggaran berkenaan dengan usaha mencari tahu besarnya penyimpangan (variance) masing-masing pusat pertanggungjawaban. Evaluasi anggaran dimaksudkan untuk mengetahui prestasi manajer pusat pertanggungjawaan. Dalam konteks Pemerintah daerah, evaluasi anggaran ini dimaksudkan untuk mengetahui prestasi aparat pemerintah selaku partisipan


(46)

anggaran Provinsi Sumatera Utara pada masing-masing unit kerja. Hasil penelitian Welsch (1976), menunjukkan penggunaan anggaran dalam penilaian prestasi cendrung mempengaruhi perilaku, sikap, dan prestasi para partisipan. Pendekatan hukuman (punitive approach) menghasilkan motivasi yang lebih rendah dan sikap negatif, sedangkan pendekatan sandaran (supportive approcah) menghasilkan sikap da perilaku positif.

Pada umumnya semakin sulit suatu sasaran, semakin tinggi pula prestasinya, sepanjang sasaran tersebut telah disepakati pihak partisipan.Sasaran yang sangat sulit dan tidak mungkin untuk dicapai akan menimbulkan frustasi bukan prestasi. Begitu juga sasaran yang terlalu mudah untuk dicapai tidak menimbulkan tantangan dan motivasi untuk melaksanakannya. Sasaran yang ideal adalah sasaran yang sulit untuk dicapai tapi masih mungkin untuk dicapai. Menurut Hofstede (1967), sasaran anggaran yang lebih ketat akan menimbulkan motivasi yang lebih tinggi dalam batas tertentu, namun pengetahun berikutnya akan mengurangi motivasi. Hasil penelitian Carol dan Tosi (1970), menunjukkan hubungan positif dan signifikan antara tingkat kesulitan anggaran dengan prestasi. 2.7. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berkaitan dengan partisipasi dalam penyusunan anggaran dengan kepuasan kerja dilakukan oleh Puspaningsih (1998) membuktikan bahwa role ambiguity merupakan variabel antara dalam hubungan antara partipisai dalam penyusunan anggaran dengan kepuasan kerja. Safitri (2006) menunjukkan bahwa hubungan partisipasi dalam penyusunan anggaran dan kepuasan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan, dan pada hubungannya partipasi dalam penyusunan anggaran dan kinerja karyawan menunjukkan bahwa


(47)

partisipasipasi dalam penyusunan anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

Karakteristik tujuan anggaran meliputi partisipasi dalam penyusunan anggaran, kejelasan tujuan anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran, dan tingkat kesulitan anggaran. Chrisanti (2008) meneliti Pengaruh Karakteristik Tujuan Penyusunan Anggaran Terhadap Kepuasan Kerja Manajer Menengah pada BUMN di Surabaya, dengan manajer menengah sebagai responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel karakteristik tujuan penyusunan anggaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja manajer menengah dengan nilai Fhitung sebesar 16,846 > Ftabel sebesar 2,62. Pengaruh

variabel karakteristik tujuan penyusunan anggaran secara parsial diperoleh hasil signifikan antara variabel partisipasi anggaran dengan kepuasan kerja manajer menengah dengan nilai thitung sebesar 2,695 > ttabel sebesar 1,711 dan thitung sebesar

-2,695 < -ttabel

Hasil penelitian (Anggraita, 2009) menunjukkan bahwa karakteristik anggaran secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja manajer melalui varibel perantara (intervening) prestasi kerja manajer. Hasil penelitian ini sekaligus membuktikan bahwa prestasi kerja manajer memamng merupakan perantara bagi hubungan antara karakteristik anggaran dengan kepuasan kerja manajer.

sebesar -1,711.

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh karakteristik tujuan anggaran terhadap kepuasan kerja melalui pretasi kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(48)

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti

Judul Penelitian Variabel Yang

Digunakan

Hasil Penelitian

Puspaningsih (1998)

Pengaruh Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Manajer : Role Ambiguity sebagai Variabel Antara

Variabel Independen ; Partispasi dalam penyusunan anggaran. Variabel Dependen : Kepuasan kerja dan kinerja manajer. Variabel Intervening : Role Ambiguity

Mmenunjukkan hubungan yang searah antara partisipasi anggaran dengan kepuasan kerja sehingga dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi partisipasi penyusunan anggaran maka akan semakin tinggi kepuasan kerja, selain itu ditemukan juga hubungan positif yang menunjukkan hubungan searah antara partipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajer sehingga dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi partisipasi dalam penyusunan anggaran maka semakin tinggi kinerja manajer.

Safitri (2006)

Pengaruh Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan : Job Relevant Information (JRI) Sebagai Variabel Antara (Studi Pada PT. Merapi Utama Pharma Cabang Yogyakarta)

Variabel Independen: Partisipasi dalam penyusunan anggaran. Variabel Dependen: Kepuasan kerja dan Kinerja karyawan. Variabel Intervening: Job Relevant Information (JRI)

Partisipasi dalam penyusunan anggaran berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT. Merapi Utama Pharma Cabang Yogyakarta Sementara di sisi lain partisipasi anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap terhadap JRI dan kinerja karyawan. Sedangkan dalam pengujian hubungan antara partisipasi anggaran dengan kepuasan kerja yang dimediasi informasi job relevan (IJR) menunjukkan adanya pengaruh positif dan tidak signifikan.

Chrisanti (2008)

Pengaruh Karakteristik Tujuan Penyusunan Anggaran Terhadap Kepuasan Kerja Manajer Menengah Pada BUMN di Surabaya

Variabel Independen: Partisipasi anggaran, kejelasan anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran, kesulitan anggaran. Variabel Dependen: Kepuasan kerja manajer menengah

Secara bersama-sama variabel karakteristik tujuan penysunan anggaran yang meliputi partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran, kesulitan anggaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja manajer menengah dengan nilai F hitung sebesar 16,846 > F tabel sebesar 2,62.

Anggaraita (2009)

Pengaruh Variabel Intervening Prestasi Kerja Terhadap Hubungan Karakteristik Anggaran dengan Kepuasan Kerja Manajer (Penelitian Terhadap Manajer Hotel-Hotel di Daerah Istimewa Yogyakarta)

Variabel Independen : Karakteristik Anggaran Variabel Dependen : Kepuasan Kerja Variabel Intervening : Prestasi Kerja

Karakteristik anggaran secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja manajer melalui variabel perantara (intervening) prestasi kerja manajer. Hasil penelitian sekaligus membuktikan bahwa prestasi kerja manajer memang merupakan perantara bagi hubungan antara karakteristik anggaran dengan kepuasan kerja manajer


(49)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konseptual

Penelitian ini membahas ketergantungan satu variabel dependen yaitu kepuasan kerja pada lima variabel independen yang menjelaskan karakteristik tujuan anggaran dengan prestasi kerja sebagai variabel intervening. Model yang dikembangkan dalam penelitian ini tampak dalam gambar 3.1. sebagai berikut :

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual

Karakteristik tujuan anggaran mempunyai pengaruh terhadap kepuasan kerja melalui prestasi kerja (sebagai variabel intervening) aparat pemerintah provinsi pada pusat pertanggungjawabannya. Hal ini disebabkan karena semakin besar adanya partisipasi dalam menyusun anggaran, tujuan anggaran yang jelas, adanya feed back (umpan balik) dari anggaran terhadap aparat pemerintah provinsi pada pusat pertanggungjawabannya, evaluasi anggaran yang baik, serta tingkat kesulitan pencapaian target anggaran sesuai dengan yang telah distandardkan oleh

Karakteristik Tujuan Anggaran :

1. Partispasi dalam Penyusunan Anggaran (X1)

2. Kejelasan Tujuan Anggaran (X2) 3. Umpan Balik Anggaran (X3) 4. Evaluasi Anggaran (X4)

5. Tingkat Kesulitan Anggaran (X5)

Kepuasan Kerja (Y2) Prestasi Kerja


(50)

organisasi akan berpengaruh terhadap kepuasan kerja aparat pemerintah pada pusat pertanggungjawabannya.

Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran

Partisipasi dalam penyusunan anggaran akan menciptakan rasa memiliki, bertanggungjawab yang memungkinkan tujuan anggaran akan diterima oleh setiap manajer sebagai tujuan mereka sendiri karena merasa bahwa anggaran tersebut adalah hasil pemikiran mereka. Hal ini akan meningkatkan kepuasan kerja karena individu akan merasa puas jika dapat memberikan kontribusi yang kreatif dan produktif sehingga dapat pula meningkatkan prestasi kerja. Jadi, semakin banyak partispasi dalam penyusunan anggaran akan meningkatkan kepuasan kerja melalui prestasi kerja

Kejelasan Tujuan Anggaran

Ketidakjelasan sasaran dalam penyusunan anggaran dapat menimbulkan keraguan dalam bertindak. Keraguan ini akan menimbulkan rasa ketidakpuasan, jadi semakin jelas tujuan anggaran maka akan meningkatkan kepuasan kerja. Kejelasan tujuan anggaran akan meningkatkan prestasi kerja karena jelas apa yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan anggaran.

Umpan Balik Anggaran

Dengan umpan balik, partisipan anggaran dapat mengetahui kemajuan kinerjanya. Umpan balik merupakan pengakuan atas prestasinya, dan dengan adanya pengakuan akan menyebabkan kepuasan bagi para partisipan anggaran. Jadi semakin tinggi umpan balik yang diterima maka kepuasan kerja akan semakin meningkat melalui prestasi kerjanya karena adanya pengakuan atas prestasi kerjanya.


(51)

Evaluasi Anggaran

Evaluasi anggaran dilakukan untuk mengetahui prestasi kerja partisipan anggaran. Penghargaan atas prestasi ini dapat berupa gaji, tunjangan, promosi, pengakuan, senyuman, pujian, dan sebagainya yang merupakan unsur pemuas dalam teori kepuasan Herzberg. Semakin sering diadakan evaluasi anggaran maka akan meningkatkan prestasi kerja dan kepuasan kerja karena adanya penghargaan atas prestasi kerja sehingga dapat pula meningkatkan kepuasan kerja partisipan anggaran.

Tingkat Kesulitan Anggaran

Anggaran yang mungkin dicapai akan menumbuhkan motivasi dalam pencapaian tujuan anggaran. Semakin tujuan anggaran dapat dicapai oleh partisipan anggaran maka akan menimbulkan rasa berprestasi sehingga kepuasan kerja juga dapat terpenuhi.

Prestasi Kerja dengan Kepuasan Kerja

Semakin tiggi prestasi kerja maka akan menimbulkan kepuasan kerja yang tinggi pula karena rasa berprestasi ini merupakan salah satu unsur pemuas sesuai dengan teori kepuasan Herzberg.

3.2. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual yang telah diuaraikan sebelumnya, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Karakteristik tujuan anggaran berupa partisipasi penyusunan anggaran,

kejelasan tujuan anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran, tingkat kesulitan anggaran berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja.


(52)

H2 : Karakteristik tujuan anggaran berupa partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan tujuan anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran, tingkat kesulitan anggaran berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja melalui prestasi kerja.


(53)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang dirancang untuk menguji pengaruh karakteristik tujan anggaran terhadap kepuasan kerja melalui prestasi kerja di lingkungan Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan metode causal research yaitu bentuk riset konklusif yang bertujuan untuk memperoleh pengujian yang tepat dalam menarik kesimpulan hubungan sebab akibat antar variabel. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik (Indriantoro, dan Supomo, 1999).

Rancangan Model teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan tekhnik analisis jalur (path analysis). Untuk ketepatan perhitungan sekaligus mengurangi human errors digunakan program komputer yang dibuat khusus untuk membantu pengolahan data statistika yaitu program SPSS dengan tingkat signifikan pada confidence level 95% dengan Alpha 0,05.

4.2. Lokasi Penelitian / Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lingkungan Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara di 19 dinas, 10 badan, 3 kantor.


(54)

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Pegawai di Bagian Keuangan yang bekerja di berbagai Dinas, Badan, dan Kantor di Provinsi Sumatera Utara.

4.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian populasi. Sampel merupakan elemen-elemen populasi yang akan menjadi objek penelitian. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara sampling jenuh (sensus) yaitu teknik penarikan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel. Adapun yang menjadi responden ditentukan dengan kriteria sebagai berikut :

a. Kepala Dinas, Badan dan Kantor di Provinsi Sumatera Utara. Responden ini dipilih karena mereka terlibat langsung dalam penyusunan rencana anggaran satuan unit kerja yang nantinya digunakan sebagai usulan dalam penetapan APBD Provinsi Sumatera Utara.

b. Pegawai di bagian keuangan dan anggaran yaitu Bendahara dan Kepala

Sub.Bagian Keuangan di setiap Dinas, Badan dan Kantor yang berpartisipasi dalam penyusunan anggaran dan ikut berpartisipasi di rapat RKA (Rencana Kerja Anggaran). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 4.1 berikut ini :


(55)

Tabel 4.1.Sampel Penelitian

No. Tempat Kerja Responden Jumlah

Responden

I. Dinas :

1. Dinas Pendidikan

2. Dinas Kehutanan dan Perikanan 3. Dinas Kesehatan

4. Dinas Pemuda dan Olahraga

5. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan 6. Dinas Kesejahteraan dan Sosial

7. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 8. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 9. Dinas Kehutanan

10. Dinas Perhubungan

11. Dinas Perindustrian dan Perdagangan 12. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 13. Dinas Pendapatan

14. Dinas Pertanian 15. Dinas Perkebunan

16. Dinas Pertambangan dan Energi 17. Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman 18. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air 19. Dinas Komunikasi dan Informatika

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 II. Badan :

1. Badan Penelitian dan Pengembangan 2. Badan Lingkungan Hidup

3. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 4. Badan Pendidikan dan Pelatihan

5. Badan Penanaman Modal dan Promosi

6. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa 7. Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi

8. Badan Ketahanan Pangan 9. Badan Kepegawaian Daerah

10.Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 III. Kantor :

1. Kantor Pengolahan Data Elektronik 2. Kantor Penghubung Daerah 3. Kantor Satuan Pamong Praja

3 3 3 Jumlah kuesioner yang disebarkan 96 Jumlah kuesioner yang dikembalikan 75 Kuesioner yang bisa digunakan 75 Presentase kuesioner yag bisa digunakan 78.1

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa

persepsi para responden terhadap variabel-variabel yang digunakan. Modus komunikasi untuk memperoleh data dari responden dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan


(56)

metode distribusi langsung (direct distribution method), yaitu mendatangi para responden secara langsung untuk menyerahkan ataupun mengumpulkan kembali kuesioner. Dua minggu setelah dikirimkan, kuesioner tersebut diambil kembali oleh peneliti. Pengiriman dan pengambilan kuesioner yang dilakukan secara langsung oleh peneliti bertujuan untuk memperoleh tingkat pengembalian kuesioner yang tinggi. Dillman dalam Cooper dan Schindler (2001) mengemukakan bahwa tingkat pengembalian kuesioner sebesar 30% dipandang memuaskan.

Penyebaran kuesioner kepada responden dapat dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari Bappeda setempat, untuk selanjutnya membagikan kuesioner tersebut kepada responden.

4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel 4.5.1. Klasifikasi Variabel

Penelitian ini melibatkan tiga jenis variabel, yaitu variabel bebas berupa karakteristik tujuan anggaran yang terdiri atas partisipasi dalam penyusunan anggaran, kejelasan tujuan anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran, dan tingkat kesulitan anggaran. Variabel terikat yaitu kepuasan kerja dan variabel mediasi yaitu prestasi kerja.

4.5.2. Definisi Operasional

Definisi dan pengukuran dari masing-masing variabel penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:


(57)

1. Variabel Karakteristik Tujuan Anggaran

Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang telah diuji coba oleh Munawar, 2006.

Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran

Partisipasi dalam penyusunan anggaran adalah tingkat pengaruh dan keterlibatan responden dalam menyusun anggaran di unit kerja. Indikator yang dipakai untuk mengukur variabel ini terdri dari 5 item pertanyaan yang berkaitan dengan:

1. Pengaruh responden dalam penentuan dan perumusan tujuan anggaran. 2. Pengaruh responden dalam penetapan dan pengendalian tujuan anggaran.

Skala pengukuran yang digunakan adalah Skala Interval dengan menggunakan skala lima poin, dimana skor terendah (poin 1) menunjukkan partisipasi rendah sedangkan skor tinggi (poin 5) menunjukkan partisipasi tinggi mulai : ”sangat tidak setuju”, ”tidak setuju”, ”netral”, ”setuju”, dan ”sangat setuju”.

Kejelasan Tujuan Anggaran

Kejelasan tujuan anggaran adalah luasnya sasaran anggaran yang dinyatakan secara jelas, spesifik, dan dipahami oleh aparat pemerintah terhadap pencapaian sasaran anggaran. Indikator yang dipakai untuk mengukur variabel ini terdiri dari 3 item pertanyaan yang berkaitan dengan:

1. Pengetahuan responden mengenai tujuan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) pada unit kerjanya serta kejelasan dan perincian tujuan anggaran tersebut. 2. Pengetahuan responden mengenai tujuan prioritas anggaran yang ingin dicapai. Skala pengukuran yang digunakan adalah Skala Interval dengan menggunakan skala lima poin mulai : ”sangat tidak setuju”, ”tidak setuju”, ”netral”, ”setuju”, dan ”sangat setuju”.


(58)

Umpan Balik Anggaran

Umpan balik anggaran adalah hasil yang diperoleh dari upaya aparat pemerintah untuk mencapai tujuan anggaran yang telah ditetapkan sebagai dasar untuk merasakan kesuksesan atau kegagalan. Indikator yang dipakai untuk mengukur variabel ini terdiri dari 3 item pertanyaan yang berkaitan dengan:

1. Besarnya umpan balik yang diterima responden dalam pencapaian tujuan anggaran serta pengaruhnya terhadap kinerja responden.

2. Pedoman yang diterima responden mengenai penyimpangan anggarannya. 3. Pemberitahuan dari pimpinan mengenai seberapa baik responden bekerja untuk

mencapai tujuan anggaran.

Skala pengukuran yang digunakan adalah Skala Interval dengan menggunakan skala lima poin mulai : ”sangat tidak setuju”, ”tidak setuju”, ”netral”, ”setuju”, dan ”sangat setuju”.

Evaluasi Anggaran

Evaluasi anggaran adalah tindakan yang dilakukan oleh aparat pemerintah untuk menilai apakah tujuan anggaran yang telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya. Indikator yang dipakai untuk mengukur variabel ini terdiri dari 10 item pertanyaan yang berkaitan dengan:

1. Pencapaian efisiensi biaya yang dapat dilakukan responden sebagai pengawas anggaran unit kerja.

2. Sikap dan penilaian pimpinan kepada responden atas penyimpangan anggaran unit kerja yang telah dilakukan.

3. Penjelasan responden kepada pimpinan mengenai item-item yang menyebabkan penyimpangan anggaran unit kerja.


(59)

Skala pengukuran yang digunakan adalah Skala Interval dengan menggunakan skala lima poin mulai : ”sangat tidak setuju”, ”tidak setuju”, ”netral”, ”setuju”, dan ”sangat setuju”.

Tingkat Kesulitan Anggaran

Tingkat kesulitan anggaran adalah tingkat kesulitan pencapaian anggaran yang telah ditetapkan oleh aparat pemerintah. Indikator yang dipakai untuk mengukur variabel ini terdiri dari 5 item pertanyaan yang berkaitan dengan:

1. Tingkat kesulitan dan usaha responden dalam pencapaian tujuan anggaran. 2. Tingkat keahlian dan pengetahuan yang dimiliki responden dalam pencapaian

anggaran.

3. Pendapat responden mengenai tujuan anggaran yang ingin dicapai pada unit kerjanya.

Skala pengukuran yang digunakan adalah Skala Interval dengan menggunakan skala lima poin mulai : ”sangat tidak setuju”, ”tidak setuju”, ”netral”, ”setuju”, dan ”sangat setuju”.

2. Variabel Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja adalah sikap seseorang terhadap pekerjaannya. Variabel ini diukur

dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan dari Minnesotta Satisfaction

Questionaire (MSQ), untuk mengukur kepuasan kerja berdasarkan berbagai dimensi pekerjaan yang terdiri dari 20 item pertanyaan yang disederhanakan dari 100 pertanyaan. Indikator yang dipakai untuk mengukur variabel ini terdiri dari : 1. Tingkat kestabilan responden dan kesempatan mengerjakan tugas sendiri

2. Kesempatan responden untuk mengerjakan pekerjaannya dengan metodenya sendiri dan dalam hal membantu rekan kerjanya.


(1)

UBA ,009 ,162 ,000 . ,000 ,000 ,000

EA ,002 ,025 ,000 ,000 . ,000 ,000

TKA ,004 ,028 ,000 ,000 ,000 . ,000

PK ,208 ,039 ,007 ,000 ,000 ,000 .

N KK 75 75 75 75 75 75 75

PDPA 75 75 75 75 75 75 75

KTA 75 75 75 75 75 75 75

UBA 75 75 75 75 75 75 75

EA 75 75 75 75 75 75 75

TKA 75 75 75 75 75 75 75

PK 75 75 75 75 75 75 75

Variables Entered/Removedb

Model Variables

Entered

Variables

Removed Method

dimension0 1

PK, PDPA, KTA, UBA, EA, TKAa

. Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: KK

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

dimension0 1 ,540a 0,291 0,229 10,017 2,125

a. Predictors: (Constant), PK, PDPA, KTA, UBA, EA, TKA b. Dependent Variable: KK

ANOVA Model

b

Sum of Squares df Mean Square F Sig.


(2)

Residual 6823,67 6 100,34

Total 9625,38 7

a. Predictors: (Constant), PK, PDPA, KTA, UBA, EA, TKA b. Dependent Variable: KK

Coefficientsa Model

Unstandardized Coefficient

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 65,124 21,439 3,038 ,003

PDPA ,551 ,315 ,191 1,748 ,085 ,870 1,149

KTA ,652 ,729 ,164 ,894 ,374 ,311 3,216

UBA ,283 ,694 ,078 ,408 ,685 ,284 3,527

EA ,730 ,371 ,308 1,968 ,053 ,426 2,348

TKA ,707 1,188 ,129 ,595 ,554 ,223 4,482

PK -2,829 1,044 -,345 -2,708 ,009 ,642 1,559

a. Dependent Variable: KK

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue Condition

Index

Variance Proportions

(Constant) PDPA KTA UBA EA TKA PK

dimension

0 1 dimension1

1 6,935 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00

2 ,036 13,813 ,00 ,32 ,02 ,00 ,02 ,01 ,00

3 ,011 25,001 ,04 ,25 ,21 ,00 ,02 ,01 ,07

4 ,010 26,863 ,00 ,01 ,03 ,10 ,47 ,08 ,00

5 ,004 40,734 ,14 ,28 ,58 ,13 ,40 ,03 ,02

6 ,003 51,723 ,00 ,05 ,07 ,72 ,00 ,86 ,00

7 ,002 66,982 ,81 ,08 ,10 ,04 ,08 ,00 ,90

a. Dependent Variable: KK

Casewise Diagnostics Case Number

a

Std. Residual KK Predicted Value Residual

dimensio

1 1,203 80 67,95 12,047

2 -,117 70 71,18 -1,176


(3)

4 -,094 81 81,95 -,946

5 ,609 80 73,90 6,105

6 -,433 64 68,34 -4,342

7 -,433 64 68,34 -4,342

8 -,305 65 68,06 -3,059

9 1,308 80 66,89 13,106

10 -,060 76 76,60 -,600

11 1,026 80 69,72 10,277

12 ,152 76 74,48 1,520

13 -,471 65 69,72 -4,723

14 -,783 69 76,84 -7,840

15 ,572 76 70,27 5,726

16 -,260 74 76,60 -2,600

17 ,593 74 68,06 5,941

18 ,734 80 72,64 7,355

19 ,734 80 72,64 7,355

20 3,069 100 69,26 30,743

21 -1,685 60 76,88 -16,883

22 -,288 74 76,88 -2,883

23 -1,212 60 72,14 -12,138

24 -1,268 60 72,70 -12,701

25 1,777 100 82,20 17,802

26 1,231 74 61,67 12,328

27 -,233 65 67,33 -2,329

28 1,409 80 65,89 14,115

29 -,233 65 67,33 -2,329

30 ,411 76 71,88 4,117

31 1,039 100 89,59 10,407

32 -1,665 60 76,67 -16,675

33 ,412 74 69,87 4,127

34 -,763 65 72,64 -7,645

35 ,559 74 68,40 5,599

36 -1,245 63 75,47 -12,474

37 -1,545 60 75,47 -15,474

38 1,706 100 82,91 17,092

39 ,612 76 69,87 6,127


(4)

41 ,054 76 75,46 ,543

42 -,662 65 71,63 -6,632

43 -,662 65 71,63 -6,632

44 ,335 76 72,64 3,355

45 ,273 74 71,27 2,730

46 ,057 74 73,43 ,569

47 ,734 80 72,64 7,355

48 ,142 80 78,57 1,426

49 1,685 100 83,12 16,877

50 -1,125 60 71,27 -11,270

51 ,339 74 70,60 3,398

52 -1,058 60 70,60 -10,602

53 -,732 60 67,33 -7,329

54 1,468 100 85,29 14,708

55 ,073 74 73,26 ,736

56 -,908 65 74,10 -9,098

57 ,142 80 78,57 1,426

58 -,825 65 73,26 -8,264

59 -,193 76 77,94 -1,938

60 ,790 100 92,08 7,917

61 -,843 60 68,44 -8,441

62 ,339 74 70,60 3,398

63 -1,998 65 85,01 -20,011

64 ,273 74 71,27 2,730

65 -1,491 63 77,94 -14,938

66 -1,125 60 71,27 -11,270

67 ,340 100 96,59 3,408

68 -,225 80 82,26 -2,258

69 -,127 70 71,27 -1,270

70 -,011 80 80,11 -,113

71 ,971 81 71,27 9,730

72 ,551 80 74,48 5,522

73 -,781 64 71,82 -7,821

74 -1,381 64 77,84 -13,836

75 -,992 65 74,93 -9,932


(5)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 61,67 96,59 74,19 6,153 75

Std. Predicted Value -2,034 3,641 ,000 1,000 75

Standard Error of Predicted Value

1,628 7,183 2,786 1,276 75

Adjusted Predicted Value 60,46 95,18 73,93 6,246 75

Residual -20,011 30,743 ,000 9,603 75

Std. Residual -1,998 3,069 ,000 ,959 75

Stud. Residual -2,388 3,286 ,012 1,056 75

Deleted Residual -34,317 35,245 ,252 11,895 75

Stud. Deleted Residual -2,476 3,556 ,015 1,080 75

Mahal. Distance ,969 37,057 5,920 7,357 75

Cook's Distance ,000 ,862 ,042 ,127 75

Centered Leverage Value ,013 ,501 ,080 ,099 75


(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH

0 6 124

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAPKINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH PADA PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT.

0 4 12

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH PADA PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KOTA YOGYAKARTA.

0 3 17

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH Pengaruh Karakteristik Tujuan Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah Studi Empiris Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Karanganyar.

0 6 19

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH DI Pengaruh Karakteristik Tujuan Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah Di Kabupaten Boyolali.

0 1 16

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH DI KABUPATEN PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH DI KABUPATEN SUKOHARJO.

0 2 13

I. Pertanyaan Identifikasi - Pengaruh Karakteristik Tujuan Anggaran Terhadap Prestasi Kerja Melalui Prestasi Kerja Aparat Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

0 0 31

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepuasan Kerja - Pengaruh Karakteristik Tujuan Anggaran Terhadap Prestasi Kerja Melalui Prestasi Kerja Aparat Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

0 0 23

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Karakteristik Tujuan Anggaran Terhadap Prestasi Kerja Melalui Prestasi Kerja Aparat Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

0 0 8

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KEPUASAN KERJA MELALUI PRESTASI KERJA APARAT PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada

0 0 15