Peningkatan Aktivitas Belajar Sejarah Pokok Bahasan “Organisasi Gerakan Non Blok, Asean Dan Oki” Melalui Pendekatan Kontekstual Model Kooperatif – JURNAL JP3

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SEJARAH POKOK BAHASAN
“ORGANISASI GERAKAN NON BLOK, ASEAN DAN OKI” MELALUI
PENDEKATAN KONTEKSTUAL MODEL KOOPERATIF
Oleh:
SUNARTO
Guru Sejarah SMAN 3 Jember
ABSTRACT . History Lesson is a subject that focuses on the formation of citizen
patriotism. Based on the results of preliminary observations on the teaching and
learning process there are a variety of student activities including student must be
actively paying attention and not passive in receiving lessons. The influence of
inactive students because students are not happy about these subject , or in other words
the teacher in explaining dislike in the hearts of the students so that the students lots of
jokes. Based on the above, the problem is formulated, Is the use of a contextual
approach to the cooperative model can enhance the activity of learning the history of
the subject " Organization of Non-Blok, ASEAN, and the OKI " of class XII IPS - 1
in the SMAN 3 Jember ? The objectives to be achieved in this study was to determine
whether there is an increase in the activity of learning the history of the subject "
Organization of Non-Blok, ASEAN, and the OKI " contextual approach through the
cooperative model of class XII IPS - 1 in The SMAN 3 Jember. The hypothesis
formulated action , if the cooperative model contextual approach applied in teaching
history subject " Organization Non-Blok, ASEAN, and the OKI " , then the activity

will increase student learning increases. study subjects were all students of Class XII
IPS - 1 by 29 students. Instrument data collection using guidelines observation
( observation , and the achievement of learning achieved by using teacher made tests
of learning achievement itself. Analysis of data to determine the success of actions
based on the qualifications diskriptor student learning activities, while determining the
success of the learning outcomes determined through daily test . The study concluded
that the contextual approach can increase the activity model of cooperative learning
the history of the subject " Organization of Non-Blok, ASEAN , and the OKI " of class
XII IPS - 1 in the SMAN 3 Jember.
Keywords : Activity Learning , Contextual Model Cooperative Approach

PENDAHULUAN
Dalam proses pembelajaran masih sering ditemui adanya kecenderungan
meminimalkan keterlibatan siswa. Dominasi guru dalam proses pembelajaran
menyebabkan kecenderungan siswa lebih bersifat pasif sehingga mereka lebih banyak
menunggu sajian guru daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, ketrampilan
atau sikap yang mereka butuhkan.
Salah satu model pembelajaran yang dapat dipilih guru untuk mengaktifkan siswa
belajar adalah pembelajaran melalui pendekatan kontekstual. Pembelajaran kontekstual
menekankan pada situasi dunia nyata yang memotivasi siswa agar mampu menghubungkan

pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Kegiatan pembelajaran yang demikian ini, diharapkan mendorong munculnya
lima bentuk cara belajar siswa; (1) siswa dapat menghubungkan situasi sehari-hari dengan
informasi yang diserap; (2) siswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep baru; (3) siswa
dapat menerapkan konsep dan informasi di depan; (4) siswa dapat mengkoordinasikan
konsep dan informasi yang diperoleh dengan pelajaran; dan (5) siswa dapat menstransfer
konsep dan informasi yang dimiliki kepada pelajar lain (Nurhadi, 2002).

Dari uraian di atas yang menjadi permasalahan di SMA Negeri 3 Jember, selama
ini proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (sejarah) yang ditemui masih secara
konvensional, seperti ekspositori, drill atau ceramah. Proses ini hanya menekankan pada
pencapaian tuntutan kurikulum dan penyampaian tekstual semata daripada
mengembangkan kemampuan belajar dan membangun individu. Kondisi seperti ini tidak
akan menumbuh kembangkan aspek kemampuan dan aktivitas siswa seperti yang
diharapkan. Akibatnya nilai-nilai yang didapat tidak seperti yang diharapkan. Dalam hal ini
guru ingin memperbaiki keadaan tersebut dengan mencobakan suatu strategi pembelajaran
yang belum pernah dilaksanakan, yaitu pendekatan pembelajaran yang akan membuat
siswa dapat belajar aktif dimana siswa lebih berpartisipasi aktif sehingga kegiatan siswa
dalam belajar jauh lebih dominan dari pada kegiatan guru dalam mengajar.
Dengan mengacu pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan di depan,

berikut ini dikemukakan rumusan masalahnya sebagai berikut, “Apakah pendekatan
kontekstual model kooperatif dapat meningkatkan aktivitas belajar sejarah pokok bahasan
“Organisasi Gerakan Non-Blok, ASEAN, dan OKI” pada siswa kelas XII IPS-1 di SMA
Negeri 3 Jember semester genap tahun pelajaran 2010/2011?
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah ada peningkatan aktivitas belajar sejarah pokok bahasan “Organisasi
Gerakan Non-Blok, ASEAN, dan OKI” melalui pendekatan kontekstual model kooperatif
pada siswa kelas XII IPS-1 di SMA Negeri 3 Jember.
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak, antara lain :
a. Bagi peneliti, sebagai pengalaman yang berharga dalam rangka mengembangkan
pengetahuan dan sebagai bekal untuk terjun dalam dunia pendidikan.
b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai sumbangsih pemikiran dan menambah wawasan
tentang pendekatan kontekstual model kooperatif yang dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa.
c. Bagi Sekolah, penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
peningkatan mutu pelajaran.
d. Bagi Peneliti lain, sebagai motivasi untuk melakukan penelitian yang sejenis sekaligus
pengembangannnya.
Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis yang merumuskan sebagai

berikut, jika pendekatan kontekstual model kooperatif diterapkan dalam pembelajaran
sejarah pokok bahasan “Organisasi Gerakan Non-Blok, ASEAN, dan OKI”, maka aktivitas
belajar siswa akan meningkat meningkat
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Contextual Teaching and Learning adalah salah satu strategi pembelajaran yang
dikembangkan oleh The Washington State Consortium for Contextual Teaching and
Learning, yang melibatkan perguruan tinggi, 20 sekolah dan lembaga-lembaga yang
bergerak dibidang pendidikan di Amerika Serikat. Pembelajaran kontekstual merupakan
suatu upaya pendekatan pembelajaran pendidikan yang dikatakan sebagai hasil integrasi
dari banyak praktek pembelajaran, yang diharapkan bukan hanya ranah pengetahuan dan
ketrampilan proses siswa saja yang berkembang, tetapi juga dikembangkan sikap, nilai,
serta kreativitas dalam memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan sehari-hari
melalui interaksi dengan sesama siswa dengan mengembangkan ketrampilan sosial.
Pendekatan kontekstual, atau Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam
pembelajaran sejarah merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa untuk
membuat hubungan antara pengetahuan yang telah dimilikinya dengan penerapan dalam
kehidupan mereka, baik sebagai anggota keluarga maupun anggota masyarakat. Nurhadi


(2003), menyatakan bahwa dengan penerapan konsep belajar ini diharapkan hasil
pembelajaran di Indonesia khususnya di pendidikan tingkat menengah, akan lebih menjadi
bermakna, karena proses pembelajaran berlangsung dalam kegiatan siswa bekerja dan
mengalami sendiri secara langsung apa yang sedang dan perlu mereka pelajari, secara
kooperatif tetapi tetap mempertahankan prinsip kemandirian.
Selanjutnya diingatkan bahwa ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam
praktek pembelajaran konteksual yang terdiri dari :
a.
Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge);
b.
Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari
secara keseluruhan dahulu, kemudian memperhatikan secara detil;
c.
Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) dengan cara menyusun (a)
konsep sementara (synopsis); (b) melakukan sharing/berbagi ide kepada orang lain aga
mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu; (c) konsep tersebut direvisi
dan kemudian dikembangkan;
d.
Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge);
e.

Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan
pengetahuan (Nurhadi, 2004).
Cara Kerja Pendekatan Kontekstual dalam Proses Pembelajaran
Penerapan ketujuh komponen utama pendekatan pembelajaran kontekstual dalam
proses pembelajaran dapat disusun dalam 4 macam kegiatan yang terdiri dari kegiatan
awal, kegiatan inti, kegiatan pemantapan dan kegiatan penilaian.
Kegiatan Awal
Langkah 1:

- Mengorientasikan siswa pada masalah autentik melalui kegiatan
mengamati dan bertanya;
- Guru memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari terkait dengan
materi yang akan dipelajari;
- Siswa diminta untuk mendiskusikan tentang materi yang akan
diajarkan;
- Guru mengarahkan siswa agar memiliki kesamaan konsep dan ideide;
- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran terkait dengan materi yang
akan didiskusikan.

Kegiatan Inti

Langkah 2

Langkah 3

- Mengorganisasi siswa untuk belajar kooperatif (learning
community);
- Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok
terdiri dari 6 orang siswa guna mendiskusikan materi yang akan
disampaikan.
- Mendemonstrasikan cara untuk memecahkan masalah yang terkait
dengan materi (pemodelan);
- Pada fase ini guru memberikan contoh langkah-langkah yang harus
dilakukan oleh siswa dalam memecahkan masalah yang terkait
dengan materi;
- Siswa diminta untuk mengamati kegiatan tersebut, untuk kemudian
memikirkan bagaimana untuk menyelesaikan masalah yang terkait
dengan materi;
- Setelah siswa melakukan kegiatan tersebut di atas, guru menanyakan
kepada siswa bagaimana cara untuk menyelesaikan masalah, yang
terkait dengan materi yang didiskusikan;


Langkah 4

Langkah 5

- Menemukan, (inquiry) siswa dapat menyelesaikan masalah yang
terkait dengan materi yang telah didiskusikan;
- Guru meminta tiap-tiap kelompok untuk melakukan hal yang sama
dengan langkah 3 dengan menggunakan media yang telah disiapkan
untuk membuktikan apakah sudah benar atau belum;
- Melaporkan kegiatan
- Hasil kerja masing-masing kelompok dipresentasikan oleh salah
seorang wakil dari tiap kelompok di depan kelas;
- Kemudian secara bersama-sama menyimpulkan materi yang telah
didiskusikan;

Kegiatan Pemantapan
Langkah 6

: - Refleksi (reflection).

- Guru menanyakan apa yang telah dipelajari siswa;
- Guru menanyakan kepada siswa apakah mereka senang dengan
pembelajaran yang dilakukan;
- Guru menanyakan kepada siswa apakah ada masukan atau saran
untuk perbaikan kegiatan inti;

Kegiatan Penilaian
Langkah 7

-

Penilaian autentik.
Guru memberikan penilaian langsung terhadap aktifitas siswa
selama proses belajar mengajar berlangsung berdasarkan kriteria
pada pedoman observasi;
Guru mengadakan tes formatif untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan;

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 3 Jember, subyek penelitian adalah
seluruh siswa Kelas XII IPS-1 sebanyak 29 siswa.
Sumber Data
Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :
1. Siswa, tentang aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran sejarah melalui pendekatan
kontekstual pada pokok bahasan Organisasi Gerakan Non-Blok, ASEAN, dan OKI kelas
XII IPS-1 SMA Negeri 3 Jember.
2. Guru, tentang aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran sejarah melalui
pendekatan kontekstual pada pokok bahasan Organisasi Gerakan Non-Blok, ASEAN,
dan OKI kelas XII IPS-1 SMA Negeri 3 Jember.
3. Dokumen tentang nilai hasil belajar siswa.
Prosedur Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen
penelitian: pedoman pengamatan (observasi), catatan lapangan, dan dokumentasi.
Pengamatan difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran sejarah melalui pendekatan
kontekstual pada pokok bahasan Organisasi Gerakan Non-Blok, ASEAN, dan OKI. Catatan
lapangan dilakukan dengan mencatat peristiwa nyata yang terjadi dalam kegiatan belajar
mengajar baik secara diskriptif maupun reflektif. Dokumentasi berupa kegiatan
mendokumen data verbal tertulis dan foto. Prestasi belajar diraih dengan menggunakan tes
prestasi belajar buatan guru sendiri


Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif yang
di dalamnya melibatkan kegitan penelaahan seluruh data yang telah dikumpulkan, reduksi
data (di dalamnya terdapat kegiatan pengkategorian dan pengklasifikasian) dan verifikasi,
serta penyimpulan data. Penentuan keberhasilan tindakan didasarkan pada dua tinjauan,
yakni proses belajar dan hasil belajar. Penentuan keberhasilan proses didasarkan pada
aktivitas belajar siswa, sedang penentuan keberhasilan hasil belajar melalui ulangan harian.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Siklus I
Perencanaan
Perencanaan tindakan meliputi kegiatan menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan kontekstual model kooperatif. Menyiapkan lembar
kegiatan siswa (LKS) yang menekankan pada aktivitas mengamati, menganalisis,
menyimpulkan, dan mengkomunikasikannya kepada teman sebaya. Membuat lembar
observasi untuk memantau kegiatan pembelajaran, membuat alat evaluasi untuk
mengetahui keberhasilan belajar siswa.
Pelaksanaan
Pada pelaksanaan tindakan ini, guru mensosialisasikan pembelajaran sejarah
melalui pendekatan kontekstual pada pokok bahasan Organisasi Gerakan Non-Blok,
ASEAN, dan OKI melalui pendekatan kontekstual model kooperatif seperti pada Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Saat kegiatan belajar mengajar, guru membagi kelas
menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok beranggotakan 5 sampai 6 siswa secara
heterogen, guru menyampaikan materi pembelajaran, guru memberi tugas kepada
kelompok untuk dikerjakan, anggota kelompok yang sudah menguasai diminta menjelaskan
pada anggota kelompoknya sampai anggota dalam kelompok itu mengerti, guru berkeliling
membimbing, mengawasi, dan langsung menilai proses pembelajaran terhadap siswa.
Sete1ah itu setiap kelompok wajib mempresentasikan hasil pembahasan di kelompoknya,
dan kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasannya. Guru
memberikan penjelasan (klarifikasi) bila terjadi kesalahan konsep dan memberikan
kesimpulan, pada akhir pertemuan diadakan evaluasi.
Observasi
Selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, observasi dilaksanakan secara
kolaborasi oleh dua pengamat, dengan menggunakan instrumen yang disiapkan.
a. Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran:
1) Aktivitas Guru
Hasil pengamatan terhadap terhadap aktivitas guru pada siklus I ditunjukkan
pada tabel berikut :
Tabel 1. Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran Kontekstual Model Kooperatif Siklus I
No
Kategori Aktivitas Guru
Kemunculan
1 Menyampaikan pendahuluan
20%
2 Menjelaskan materi/mendemontrasikan ketrampilan
25,71%
3 Memotivasi siswa dalam kelompok kooperatif
4,28%
4 Memberi latihan terbimbing dalam kelompok kooperatif
7,15%
Memeriksa pemahaman siswa dan memberikan umpan batik bagi
5
22,85%
siswa yang bertanya dan mengklarifikasi materi yang kurang jelas
6 Resitasi/tanya jawab
7,16%
7 Membantu siswa melakukan refleksi
12,85%

Aktivitas guru yang dominan adalah menjelaskan materi (25,71%), dan
aktivitas guru dalam memeriksa pemahaman siswa, memberi umpan balik dan
mengklarifikasi materi yang kurang jelas (22,85%). Aktivitas pendahuluan yang
muncul sebanyak 20%. Pada tahap pendahuluan guru melakukan identifikasi
pengetahuan awal siswa terhadap pokok bahasan Organisasi Gerakan Non-Blok,
ASEAN, dan OKI. Guru juga memberi apersepsi berbentuk pertanyaan-pertanyaan
tentang Organisasi Gerakan Non-Blok, ASEAN, dan OKI. Tujuan pembelajaran juga
disampaikan pada tahap ini. Aktivitas guru-guru dalam memberi motivasi siswa
dalam kelompok kooperatif sebanyak 4,28%. Dalam ha1 ini guru memberi dorongan
tentang pentingnya kerja bersama dalam kelompok dan sistem penilaian dalam
pembelajaran kooperatif. Selama siswa bekerja kooperatif guru selalu memberi
bimbingan dalam kelompok-kelompok tersebut. Aktivitas bimbingan guru yang
muncul sebanyak 7,16%. Selama kegiatan pembelajaran kooperatif guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan meminta siswa yang lain untuk
menjawabnya. Guru mengklarifikasi pemahaman siswa yang kurang jelas. Aktivitas
tanya jawab yang muncul sebanyak 1,15%. Di akhir pembelajaran guru membantu
siswa melakukan refleksi (12,85%). Guru meminta siswa dari beberapa kelompok
menyampaikan catatan kecil tentang materi yang telah diperoleh selama kegiatan
pembelajaran. Refleksi yang dibuat siswa bisa berbeda, dan bagi siswa yang
refleksinya kurang lengkap bisa menambah dari siswa yang lain yang lebih lengkap.
2) Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa dapat ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 2. Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus I
No
Kategori Aktivitas Siswa
Kemunculan
1 Memperhatikan penjelasan guru
21,45%
2 Membaca/mengerjakan (buku siswa, LKS, Soal)
7,15%
3 Bekerja dalam kelompok kooperatif
11,43%
4 Mendemontrasikan kegiatan yang ada dalam LKS
20,00%
5 Menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi kelompok
11,41%
kooperatif
6 Berdiskusi/tanya jawab antara guru dan siswa
15,71%
7 Merefleksikan materi pelajaran
12,85%
Sejalan dengan aktivitas guru, aktivitas dominan siswa adalah
mendengarkan penjelasan guru (21,45%) dan mendemontrasikan kegiatan yang ada
pada LKS (20%). Penjelasan guru menyangkut definisi dan konsep Organisasi
Gerakan Non Blok, ASEAN dan OKI dengan berbagai ilustasi, guru berusaha
memancing siswa agar mengingat pengertian Organisasi Gerakan Non Blok, ASEAN
dan OKI. Kemudian mengaitkan pengertian Organisasi Gerakan Non Blok, ASEAN
dan OKI yang telah dikuasai oleh siswa dengan dunia nyata dalam kehidupan siswa
sehari-hari.
Pada saat ini, guru aktif juga menguatkan apa yang dilihat siswa. Dalam
proses penguatan ini, guru juga memperkaya dengan contoh-contoh Organisasi
Gerakan Non Blok, ASEAN dan OKI. Guru dianggap banyak menjelaskan karena
setelah demontrasi dan di luar tugas LKS, guru mengaitkan Organisasi Gerakan Non
Blok, ASEAN dan OKI ini dengan dunia nyata kehidupan siswa.
Pada tahap ini, pengamat menilai aktivitas guru, hasil pengamatan bahwa
sebenarnya penjelasan guru yang banyak didengarkan siswa bukanlah penjelasan dari
metode ceramah (langsung), melainkan perpaduan penjelasan pada metode
demontrasi dan metode tanya jawab.

b. Data prestasi belajar siswa
Data prestasi siswa dapat dilihat ada tabel 3 berikut :
Tabel 3 . Skor Prestasi Belajar Siswa Siklus I
Kelompok
l
2
3
4
5
6

Skor Perkembangan 1
25
20
20
20
20
20

Predikat
Hebat
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik

Dari hasil kuis pertama nilai yang diperoleh belum maksimal, karena dari 29
siswa yang mendapatkan nilai diatas 65 sebanyak 21 siswa (72,41 %). Ini berarti dari
pembelajaran siklus ke I, 8 siswa yang belum tuntas belajarnya. Dan dalam 6 kelompok
yang ada, hanya 5 kelompok yang berhak mendapat predikat, yaitu kelompok l dengan
predikat hebat, kelompok 2, kelompok 3, kelompok 5 dan kelompok 6 dengan predikat
baik, sedangkan kelompok 4 tidak mendapat predikat.
Refleksi
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, diperoleh hasil temuan sebagai berikut:
a. Terdapatnya keaktifan siswa dalam memperhatikan penjelasan guru.
b. Siswa aktif mendemontrasikan kegiatan yang ada pada LKS.
c. Guru aktif memeriksa pemahaman siswa dan memberi umpan balik bagi siswa yang
bertanya, dan mengklarifikasi materi yang kurang jelas.
d. Terdapatnya kesulitan siswa dalam belajar secara kooperatif sehingga masih bersikap
menonjolkan diri. Hal ini karena kurangnya aktivitas guru dalam rnengelola
pembelajaran untuk memotivasi dalam kelompok kooperatif dan memberikan latihan
bimbingan dalam kelompok kooperatif.
Siklus II
Perencanaan
Beberapa hal yang direncanakan guru untuk menyelesaikan permasalahan pada
siklus I adalah guru berusaha (a) menyampaikan tujuan pembelajaran dengan lebih variatif,
(b) membiasakan siswa bekerja dalam kelompok kooperatif dan memotivasi siswa untuk
bekerja kooperatif, (c) memberi latihan terbimbing dan lebih banyak memberi kesempatan
siswa untuk berinisiatif dan menemukan konsep, (d) lebih banyak memberi contoh yang
aplikasi dengan kehidupan nyata siswa agar terbiasa bersikap positif, dan (e) menyesuaikan
tingkat kesulitan dan jumlah butir soal dengan waktu yang tersedia.
Pelaksanaan
Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan memberi apersepsi berupa
pertanyaan kepada siswa tentang perlunya memiliki pengetahuan tentang Organisasi
Gerakan Non Blok, ASEAN dan OKI. Kemudian guru menyampaikan tujuan
pembelajaran, dilanjutkan dengan meminta siswa duduk dalam kelompok kooperatif. Guru
membagi LKS dan meminta siswa mengerjakan LKS tersebut sambil mengingatkan kepada
siswa tentang pentingnya bekerja kooperatif. Waktu yang digunakan untuk mengerjakan
LKS kurang lebih 10 menit. Kemudian guru meminta beberapa siswa mengerjakan hasil
kerja kelompoknya di papan tulis, dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab. Setelah
selesai guru membantu siswa melakukan refleski. Diakhir pembelajaran guru memberikan
kuis.

Observasi
Berikut ini data hasil pengamatan kegiatan pembelajaran.
a. Data hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa dalam kelompok pembelajaran.
l ) Aktivitas Guru
Tabel 4. Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran KontekstualModel Kooperatif Siklus II
No
1
2
3
4
5
6
7

Kategori Aktivitas Guru
% Kemunculan
Menyampaikan pendahuluan I
17,50
Menjelaskan materi / mendemontrasikan ketrampilan
22,50
Memotivasi siswa dalam kelompok kooperatif
7,50
Memberi latihan terbimbing dalam kelompok Kooperatif
12,50
Memeriksa siswa dan pemahaman memberikan umpan balik
bagi siswa yang bertanya dan mengklarifikasi materi yang
20,00
kurang jelas
Resitasi/tanya jawab
10,00
Membantu siswa melakukan refleksi
10,00

Pada siklus II aktivitas guru pada pendahuluan sebanyak 17,50%. Pada
tahap ini guru memberi beberapa pertanyaan apersepsi tentang perubahan materi
yang telah dipelajari sebelumnya. Guru juga memberi informasi dan instruksi tentang
eksperimen yang dilakukan pada hari tersebut, serta mengingatkan kelompok untuk
bekerja lebih maksimal agar mendapat penghargaan Aktivitas yang dominan tetap
guru menjelaskan materi/ mendemontrasikan ketrampilan (22,50%) dan memeriksa
pemahaman siswa dan memberikan umpan balik bagi siswa yang bertanya dan
mengklarifikasi materi yang kurang jelas (30%). Meski sudah dengan sadar guru
bermaksud mengurangi dominasi aktivitasnya, tetapi karena pertanyaan siswa yang
beruntun akhirnya guru tetap menjelaskan, mendemontrasikan, dan memberikan
umpan balik pada siswa. Akibatnya, dominasi waktu untuk siklus ini tidak banyak
berubah Perubahan terjadi pada usaha guru memotivasi siswa untuk bekerja dalam
kelompok kooperatif (7,5%), lebih meningkat dari siklus sebelumnya yang hanya
4,28% Ini dilakukan oleh guru secara ketika beberapa siswa masih mempertanyakan
tentang Organisasi Gerakan Non Blok, ASEAN dan OKI. Guru banyak memotivasi
agar mereka berdiskusi dengan teman sekelompok sebelum bertanya kepada guru.
Langkah ini tampaknya berhasil, sehingga suasana diskusi dalam kelompok
kooperatif lebih hidup.
Permasalahan pada akhir siklus II ini adalah organisasi pelaporan dan
keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok kooperatif di
depan kelas. Dari 6 kelompok yang ada, yang berkesempatan mempresentasikan
hasil kerja kelompok kooperatifnya hanya 4 kelompok. Dari 4 kelompok yang tampil
rata-rata masih menunjukkan sikap ragu-ragu, khawatir salah. Cara melaporkan hasil
kerja kelompoknya pun masih kurang jelas. Meski demikian, tanggapan dari
kelompok lain sangat baik. Mereka secara antusias berebut kesempatan untuk
memberikan komentar. Bagi peneliti sampai pada siklus II ini suasana belajar
mengajar induktif dengan suasana ceria sudah mulai tampak. Hal yang akan
dimaksimalkan pada siklus III adalah suasana belajar dalam kelompok kooperatif,
karena menurut hemat peneliti ini merupakan kunci belajar secara induktif.
2) Aktivitas Siswa
Dalam kegiatan pembelajaran siswa sudah disiapkan untuk mengikuti
kegiatan belajar. Hal ini tampak antusias siswa dalam menjawab pertanyaan
apersepsi yang dilontarkan guru, juga ketika siswa diminta untuk melakukan
kegiatan praktikum siswa berebut mengacungkan tangan untuk melakukan

praktikum, serta siswa segera duduk dalam kelompok kooperatifnya ketika guru
minta.
Berikut data aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Tabel 5. Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus II
No
1
2
3
4
5
6
7

Kategori Aktivitas Siswa
Memperhatikan penjelasan guru
Membaca/mengerjakan (buku siswa, LKS, Soal)
Bekerja dalam kelompok kooperatif
Mendemontrasikan kegiatan yang ada dalam LKS
Menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi
kelompok kooperatif
Berdiskusi/tanya jawab antara guru dan siswa
Merefleksikan materi pelajaran

Kemunculan %
5
15
12,5
12,5
22,5
20
12,5

Aktivitas siswa sudah menunjukkan kesesuaian dengan aktivitas guru.
Aktivitas dominan siswa yang muncul adalah menyajikan hasil pengamatan dalam
kelompok kooperatif (22,5%), berdiskusi/tanya jawab antara guru dan siswa (20%),
dan bekerja dalam kelompok kooperatif (15%). Aktivitas dominan ini menunjukkan
bahwa suasana belajar dalam kelompok kooperatif telah berjalan. Presentasi di depan
kelas terhadap hasil diskusi pada kelompok kooperatif juga sudah berjalan.
b. Data prestasi belajar siswa
Berikut ini data tentang prestasi belajar siswa pada siklus II.
Tabel 6. Skor Prestasi Belajar Siswa Siklus II
Kelompok
1
2
3
4
5
6

Skor Perkembangan 2
30
20
25
20
20
25

Predikat
Super Super I
Baik
Hebat
Baik I
Baik
Hebat

Dari hasil kuis kedua nilai yang diperoleh sudah ada peningkatan. Dari 29 siswa
yang mengikuti kuis, 25 siswa yang mendapatkan nilai di atas 65. Ini berarti pembelajaran
siklus II, 25 siswa (86.21%) yang belajarnya tuntas. Sedang dari kuis kedua ini diperoleh
jumlah kelompok yang meraih predikat meningkat menjadi 6 kelompok (pada kuis pertama
hanya 5 kelompok). Kelompok yang meraih predikat tersebut adalah kelompok 1 dengan
predikat super, kelompok dua dengan predikat baik, kelompok 3 dengan predikat hebat,
kelompok 4 dengan predikat baik, kelompok 5 dengan predikat baik dan kelompok 6
dengan predikat hebat.
Refleksi
Berdasarkan hasil observasi pada siklus II menunjukkan kemajuan dengan temuan
adanya peningkatan aktivitas guru da1am membimbing kelompok belajar untuk
memotivasi siswa agar mereka dapat bekerja secara kooperatif dengan teman
sekelompoknya. Hal ini berarti suasana diskusi dalam kelompok kooperatif lebih hidup dan
arus diskusi menyebar, tidak tampak siswa yang ingin menonjolkan diri. Namun pada
siklus ini masih terdapat kekurangannya yaitu keberanian siswa dalam mempresentasikan
hasil diskusi.

Siklus III
Perencanaan
Permasalahan yang terjadi pada siklus II akan diatasi pada siklus III. Beberapa hal
yang direncanakan guru untuk menyelesaikan permasalahan pada siklus II adalah (1) guru
berusaha memberi kesempatan kepada semua kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya, (b) guru berusaha menyesuaikan tingkat kesulitan dan jumlah butir
soal dengan waktu yang tersedia, (c) guru lebih memotivasi siswa agar tidak ragu-ragu
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas, dan (d) guru berusaha lebih
memberi kesempatan kepada siswa untuk menganalisis data dan mengembangkannya.
Pelaksanaan
Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan memberi apersepsi kepada siswa
dengan menanyakan materi pelajaran yang lalu dan sekarang. Kemudian memacing siswa
dengan bertanya, apakah pentingnya pengetahuan tentang Organisasi Gerakan Non Blok,
ASEAN dan OKI. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pada waktu itu siswa
sudah duduk dalam kelompok kooperatif. Guru membagi LKS dan meminta siswa
berdiskusi dengan teman sekelompoknya untuk pengerjaan LKS tersebut.
Observasi
a. Aktivitas Guru
1) Data hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus III ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 7. Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran Kontekstual Model Kooperatif Siklus III
N
o
1
2
3
4
5
6
7

Kategori Aktivitas Guru

Kemunculan %

Menyampaikan pendahuluan
Menjelaskan materi/mendemontrasikan Ketrampilan
Memotivasi siswa dalam kelompok kooperatif
Memberi latihan terbimbing dalam kelompok
kooperatif
Memeriksa Pemahaman siswa dan memberikan
umpan balik bagi siswa yang bertanya dan
mengklarifikasi materi yang kurang jelas
Resitasi/tanya jawab
Membantu siswa melakukan refleksi

18,75
25
6,25
25
9,37
6,25
9,38

Dominasi
waktu
digunakan
guru
untuk
menjelaskan
dan
mendemontrasikan ketrampilan dan memberikan latihan terbimbing pada kelompok
kooperatif yang masing-masing mengambil waktu 25%. Aktivitas lain, memotivasi
siswa (6,25%), memeriksa pemahaman siswa dan memberikan umpan balik (9,37%),
resitasi/tanya jawab (6,25%) dan membantu siswa melakukan refleksi (9,38%).
Sebagaimana siklus I dan ke II, aktivitas pendahuluan secara kuantitatif
tampak mengambil waktu banyak (18,75%). Hal ini disebabkan karena di dalam
aktivitas pendahuluan terdapat 4 sub aktivitas sehingga persentase yang terbaca pada
tabel tinggi. Analisis ini juga didukung oleh persentase penggunaan waktu secara
keseluruhan tiap siklus. Pada siklus I, pendahuluan mengambil Waktu 20%, siklus II
17%, dan siklus III 18,75%. Tampak bahwa pada setiap siklus, waktu yang
dibutuhkan kurang dari 20%, tidak sampai mengambil seperlima keseluruhan waktu.
2) Aktivitas Siswa
Pada siklus III tampak bahwa siswa lebih siap mengikuti kegiatan
pembelajaran. Ketika guru masuk siswa sudah siap dalam kelompok kooperatifnya.
Begitu juga ketika menjawab pertanyaan, apersepsi guru siswa tampak antusias, dan
berebut mengacungkan tangan untuk melakukan demontrasi di depan kelas.

Tabel 8. Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus III
No
1
2
3
4
5
6
7

Kategori Aktivitas Siswa
Memperhatikan penjelasan guru
Membaca/mengerjakan (buku siswa, LKS, Soal)
Bekerja dalam kelompok kooperatif
Mendemontrasikan kegiatan yang ada dalam LKS
Menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi
kelompok kooperatif
Berdiskusi tanya/jawab antara guru dan siswa
Merefleksikan materi pelajaran

Kemunculan %
12,5
15.62
9,38
15,62
25
12,5
9,38

Pada siklus III aktivitas siswa da1am kelompok kooperatif lebih dipertajam
lagi, menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi kelompok kooperatif (25%),
membaca/ mengerjakan LKS (15,62%), dan mendemontrasikan kegiatan yang ada
pada LKS (15,62%).
b. Data Prestasi Siswa
Tabe1 9. Skor Prestasi Belajar Siswa Siklus III
Kelompok
1
2
3
4
5
6

Skor Perkembangan 3
30
30
25
30
20
30

Predikat
Super
Super
Hebat
Super
Baik
Super

Dari hasil kuis ketiga terjadi peningkatan prestasi belajar siswa. Dari 29 orang
siswa yang mendapatkan nilai diatas 65 sebanyak 28 siswa, ini berarti pembelajaran siklus
III ada 28 siswa (96,55%) tuntas belajarnya. Kelompok 1 dan kelompok 2 dengan predikat
super, kelompok 3 dengan predikat hebat, kelompok 4 dengan predikat super, kelompok 5
predikat baik, dan kelompok 6 dengan predikat super. Hal ini berarti ada peningkatan.
Refleksi
Berdasarkan hasil observasi pada siklus III, diperoleh hasil temuan adanya
peningkatan aktivitas siswa dalam kelompok kooperatif, dan peningkatan aktivitas guru
dalam membimbing kelompok kooperatif dalam mengerjakan tugas.
Pembahasan Hasil Penelitian
Pada siklus I, aktivitas guru yang menonjol dalam kegiatan pembelajaran adalah
menyampaikan pendahuluan (20%). Tahap pendahuluan ini memerlukan waktu yang cukup
banyak karena di dalamnya terdapat beberapa sub aktivitas operasional, yaitu (a)
identifikasi kemampuan awal siswa, (b) pemberian apersepsi, (c) menyampaikan tujuan
pembelajaran, dan (d) penjelasan tahapan kerja untuk tatap muka pada pertemuan itu.
Langkah guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran sudah sesuai dengan
langkah-langkah model pembelajaran kooperatif yang meliputi menyampaikan tujuan
pembelajaran dan memotivasi siswa (Ibrahim, dkk.2000). Berdasarkan prinsip
pembelajaran kontekstual siswa belajar dalam kontek, dalam sesuatu yang terkait dengan
kebutuhan yang diterapkan dalam kehidupan mereka (Nur, 2001).

Aktivitas guru dalam memberikan umpan balik bagi siswa yang bertanya, dan
mengklarifikasi materi yang kurang jelas (22,85%). Penjelasan guru menggunakan
perpaduan penjelasan metode diskusi, demontrasi dan tanya jawab. Siswa aktif dalam
mendemontrasikan kegiatan yang ada pada lembar kegiatan siswa (LKS) dengan
melakukan eksperimen. Eksperimen dari pembelajaran kontekstual, yaitu mengontrol dan
mengarahkan siswa menjadi pembelajar yang mandiri (self regulated-learners) dengan cara
memperkenankan siswa selalu melakukan uji coba (trial and error), sehingga siswa dengan
bimbingan yang sedikit dapat memproses informasi, memecahkan masalah, dan
memanfaatkannya (Depdikbud, 2002).
Siswa mengerjakan lembar kegiatan siswa (LKS) dengan cara berkelompok 5 - 6
siswa, dengan kemampuan yang berbeda. Yang menjadi kendala dalam pembentukan
kelompok adalah pada saat siswa diminta duduk dalam kelompok kooperatif, siswa masih
kebingungan duduk di bangkunya dan beberapa siswa lupa dengan nama-nama anggota
kelompoknya, sehingga bertanya kepada guru. Kelemahan pada siklus I ini dicoba diatasi
pada siklus berikutnya. Sesuai dengan indikator pembelajaran kontekstual dengan
pembentukan kelompok siswa diharapkan berpartisipasi secara teratur dalam diskusi
dengan cara berbagi (sharing), berkomunikasi, dan menanggapi konsep dan keputusan
penting.
Hasil dari lembar kegiatan siswa (LKS) disajikan oleh beberapa kelompok.
Kegiatan ini berlangsung dalam keadaan siswa dan guru sangat antusias. Banyak siswa
aktif dalam kegiatan tanya jawab, bahkan beberapa siswa tetap ingin memberikan
pendapatnya meskipun jawaban tersebut ternyata sama dengan kelompok sebelumnya
Hanya kelemahannya siswa masih tampak menonjolkan diri sendiri dan bukan mewakili
kelompoknya. Ini dipengaruhi oleh kurangnya guru dalam memotivasi siswa untuk bekerja
kooperatif dan kurangnya guru memberi latihan terbimbing dalarn kelompok kooperatif.
Pada siklus II, aktivitas guru yang menonjol dalam kegiatan pembelajaran adalah
menyarnpaikan pendahuluan (17,50%). Tahap pendahuluan memerlukan waktu yang
banyak karena terdapat sub aktivitas operasional seperti yang sudah dibahas pada siklus I.
Tujuan pembelajaran yang disampaikan guru masih belum menunjukkan peningkatan dari
siklus I. Langkah guru memberi persepsi sesuai dengan ciri pembelajaran kontekstual, yaitu
selalu mengaitkan informasi dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa.
Aktivitas dominan guru yang lain adalah memberi umpan balik bagi siswa yang
bertanya, dan mengklarifikasi materi yang kurang jelas. Guru berusaha agar contoh yang
diberikan siswa dapat mengembangkan sikap positif siswa. Peningkatan aktivitas guru
memotivasi siswa dalam kelompok kooperatif (menjadi 7,5% dari 4,28% pada siklus I) dan
memberi latihan terbimbing dalam kelompok (menjadi 12,5% dari 7,15% pada siklus I).
Berdasarkan indikator pembelajaran kooperatif, langkah guru membentuk
kelompok belajar dan memotivasi siswa bekerja kooperatif. Guru memotivasi agar mereka
berdiskusi dengan teman sekelompok sebelum bertanya kepada guru. Langkah ini
tampaknya berhasil, sehingga suasana diskusi dalam kelompok kooperatif lebih hidup.
Latihan terbimbing yang muncul 12,5% dilakukan guru dalam menjelaskan materi. Guru
meminta beberapa siswa untuk membantu melaksanakan eksperimen, serta memancing
siswa untuk membuat simpulan dari eksperimen tersebut.
Sejalan dengan kegiatan guru, aktivitas siswa dalam pembelajaran adalah siswa
aktif menyajikan hasil pengamatan pada kelompok kooperatif (12,5%). Hal ini masih
terdapat kelemahan, yaitu keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi
kelompok kooperatif di depan kelas. Hanya 4 kelompok yang tampil, rata-rata masih
menunjukkan sikap ragu-ragu, khawatir salah. Cara melaporkan hasil kerja masih kurang.
Pada siklus III, kegiatan guru menonjol pada pemberian latihan terbimbing dalam
kelompok kecil (25%). Hal ini sejalan dengan aktivitas siswa dalam menyajikan hasil
pengamatan dalam diskusi kelompok kooperatif (25%), mengerjakan LKS (15,62%), dan
mendemontrasikan kegiatan yang ada dalam LKS (15,62%).

Aktivitas siswa menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi kelompok
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus II. Siswa sudah tampak percaya
diri dan diskusi tampak hidup karena keberanian dari siswa lain untuk menanggapi. Siswa
juga sudah tampak bekerja kooperatif, tidak ada yang menonjolkan diri. Hanya saja
kelemahan dari kegiatan ini adalah siswa kurang bisa menyeleksi jawaban, sehingga tetap
berpendapat meskipun pendapat tersebut sama dengan pendapat lainnya. Namun suasana
pembelajaran yang demikian sudah baik dan merupakan susana pembelajaran diharapkan
dari kegiatan pembelajaran yang terbentuk lingkungan kerjasama di antara siswa
(Hernowo, 2001)
Dengan demikian salah satu ciri pembelajaran kontekstual dimana contoh-contoh
yang diberikan dapat mengembangkan sikap positif pada diri siswa sudah tampak
dibandingkan dengan siklus I dan siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran
kontekstual yang diterapkan guru sudah berhasil mengembangkan sikap positif siswa.
Sikap positif yang dimaksud adalah sikap siswa menghargai temannya, etika berdiskusi.
Pada siklus yang pertama siswa masih bersikap menonjolkan diri, kurang bisa bekerja
kooperatif, dan kurang menghargai pendapat temannya. Pada siklus II sikap menonjolkan
diri sudah berkurang dan mulai bisa bekerja kooperatif. Pada siklus III sikap yang negatif
tersebut sudah tidak tampak. Diakhir pembelajaran guru memberikan kuis untuk mengukur
prestasi belajar siswa. Pada siklus ini tampak bahwa prestasi belajar siswa meningkat cukup
tajam, dari siklus I yang tuntas 21 siswa (72.41%), siklus II 25 siswa (86.21%), meningkat
28 siswa menjadi 96,55% pada siklus ke III.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, maka dapat
disimpulkan bahwa, pendekatan kontekstual model kooperatif dapat meningkatkan aktivitas
belajar sejarah pokok bahasan “Organisasi Gerakan Non-Blok, ASEAN, dan OKI” pada
siswa kelas XII IPS-1 di SMA Negeri 3 Jember.
Saran-saran
Berdasarkan simpulan di atas dikemukakan saran-saran antara lain :
1. Hendaknya guru menggunakan pendekatan ini sebagai alternatif tindakan dalam
mengatasi pembelajaran Sejarah khususnya peningkatan aktivitas belajar siswa.
2. Untuk memperoleh gambaran hasil belajar yang lebih menyeluruh, sebaiknya teknik
penilaian autentik yang diterapkan secara bervariasi.
3. Bagi peneliti lain, hendaknya dapat mengembangkan penelitian ini
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional, 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah :
Buku 5 Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual. Jakarta: Depdiknas
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya
Kasihani dan Astini, Contextual Teaching and Learning dalam Pembelajaran Bahasa
Inggris Makalah pada Pelatihan TOT Guru Mata Pelajaran SLTP dan MA dari
Enam Propinsi. Di Surabaya tanggal 20 Juni s/d 6 Juli 2001
Nurhadi, 2002. Pendekatam Kontekstual. Jakarta : Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama,
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional
Nur, Muhammad, 2001. Pengajaran dan pernbelajaran Kontekstual. Makalah pada
Pelalihan TOT Guru Mata Pelajaran SLTP dan MTs Enam Propinsi. Di Surabaya
tanggal 20 Juni s/d 6 Juli 2001