MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

DISUSUN OLEH TIM PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO

TAHUN 2013

Gambaran Isi Modul

Modul ini berisi ilustrasi umum mengenai Analisis Sosial yang digunakan selama mengajarkan Perspektif Gender dan HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas, diintegrasikan pada mata ajaran Kebidanan Komunitas. Modul Mahasiswa ini terdiri dari 9 pelajaran. Pelajaran Pertama mengenai

Konsep Asuhan Kebidanan Komunitas yang Berperspektif Gender dan HAM; Pelajaran Kedua tentang Asuhan Kebidanan di Komunitas;

Pelajaran Ketiga tentang Analisis Situasi dalam Asuhan Kebidanan Komunitas. Pelajaran Keempat membahas Pendekatan Analisis Sosial dalam Pelayanan Kebidanan Komunitas; Pelajaran Kelima tentang Perangkat Analisis Gender untuk Asuhan Kebidanan Komunitas; Pelajaran Keenam menjelaskan mengenai Perencanaan Partisipatif Berperspektif Gender, Pelajaran Ketujuh tentang Pemberdayaan Masyarakat dalam Pelayanan Kebidanan Komunitas. Pelajaran Kedelapan tentang Monitoring dan Evaluasi Asuhan Kebidanan Komunitas dan Pelajaran Kesembilan tentang Pedoman Praktis Pelayanan Kebidanan Komunitas yang merupakan penerapanan konsep, teori serta langkah dari keseluruhan pembelajaran dalam bentuk praktik Kebidanan Komunitas.

Tujuan Umum

Mahasiswi diharapkan memahami konsep dan teori mengenai kebidanan komunitas, terutama keterkaitannya dengan isu hak asasi manusia dan gender, sehingga mampu menerapkannya dalam menjalankan peranan kesehariannya di masyarakat.

Petunjuk Penggunaan Modul

1. Mahasiswi harus membaca modul ini sebelum kelas dimulai.

2. Mahasiswi ditugaskan untuk menjawab pertanyaan pada Uji Kemampuan Diri dan menyelesaikan setiap aktivitas yang terdapat pada setiap pelajaran.

Pelajaran 1

Konsep Asuhan Kebidanan Komunitas Berperspekti

Gender

Pelajaran 1. Konsep Asuhan Kebidanan Komunitas Berperspekti Gender

Perubahan peran menjadi ibu merupakan perubahan yang menyeluruh baik bio-Psiko-Sosial bagi kehidupan seorang perempuan yang juga dipengaruhi oleh berbagai factor seperti budaya, lingkungan dan sebagainya. Sehubungan dengan pelayanan klinis kebidanan di institusi pelayanan kesehatan belum dapat memenuhi kebutuhan akibat perubahan social budaya lingkungan lainnya yang terjadi, maka pelayanan kebidanan komunitas merupakan bentuk pelayanan kebidanan yang dapat mengatasi aspek-aspek tersebut.

Kematian ibu/bayi merupakan kegagalan kesehatan dan kegagalan social, oleh karena itu pola pelayanan ksesehatan ibu yang relevan dengan kondisi geografis,status keluarga dan tingkat pendidikan, budaya masyarakat sangat dibutuhkan. Pola pelayanan yang tepat adalah dengan mendekatkan pelayanan kebidanan ke masyarakat. Namun tugas bidan disini bukan hanya mendekatkan pelayanan kebidanan tetapi juga menjadi penggerak atau pemimpin yang bias menggerakkan masyarakat untuk mengaktualisasikan penghargaan hak-hak perempuan sebagai hak asasi manusia atau yang sering disebut dengan bidan sensitive gender.

Kerangka Konsep Penerapan Kacamata Gender pada Asuhan

Kebidanan Komunitas

Budaya (Agama & Suku)

Sisi Pandang Gender

Aktualisasi penghargaan hak-hak perempuan

Ekonomi (Kelas &

Sosial

sebagai hak asasi

(Kelas) Usia)

manusia: pandangan

hak-hak reproduksi sebagai hak perempuan

Sensitif Gender

Politik

Lingkungan dalam:

Aktualisasi penghargaan hak-hak perempuan sebagai hak asasi perempuan dan memandang hak-hak reproduksi sebagai hak-hak perempuan karena kita ingin menghasilkan bidan yang sensitif gender.

Lingkungan tengah:

Bidan dengan kacamata/sensitif gender  Hak-hak perempuan adalah hak-hak manusia, dan hak-hak reproduksi

adalah hak-hak perempuan. Bidan yang sensitif gender melihat pasiennya dari konteks kehidupan sosialnya di masyarakat.

 Gender membantu mengungkap hubungan kekuasaan yang tidak adil antara laki-laki dan perempuan. Paradigma bidan melihat perempuan

sebagai individu yang khusus. Kita harus menghormati setiap perempuan.

 Bidan yang sensitif gender tidak hanya menangani masalah fisik pasiennya saja.

 Seorang bidan harus menekankan di dalam benaknya bahwa isu gender merupakan kunci dalam meningkatkan kualitas pelayanan perempuan, dan secara tidak langsung memperbaiki kualitas kesehatan laki-laki dan seluruh keluarga, termasuk masyarakat

 Ceramah sebagai metode pengajaran kognitif, harus tumbuh dari hati dan tercermin dalam sikap. Seberapa jauh modul pengajaran

menekankan pada hati?

Lingkungan luar:

Dalam memberikan pelayanan kepada perempuan, pertimbangkan: pluralitas, etnis, usia, dan sebagainya. Toleransi dan sifat sensitif terhadap elemen agama merupakan kunci keberhasilan sebuah program kesehatan.

Sejarah Kebidanan Komunitas Di Indonesia

Dulu peran bidan tidak di gambarkan seperti di atas. Sebab sejarah pelayanan kebidanan komunitasndi indonesia diawali dari masa penjajahan Belanda. Pada tahun 1849 seiring dengan dibukannya pendidikan dokter jawa di Batavia (di rumah sakit militer Belanda sekarang RSPAD Gatot Subroto), pada tahun 1851 dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh dokter belanda (dr. W. Rosch). Fokus peran bidan hanya sebatas pelayanan di rumah sakit (bersifat klinis).

Pada tahun 1952, sekolah bidan 4 tahun menitikberatkan pendidikan formal masih pada kualitas pertolongan persalinan di rumah sakit. Selain itu bidan bertugas secara mandiri di biro konsultasi (CB) yang saat ini menjadi Pada tahun 1952, sekolah bidan 4 tahun menitikberatkan pendidikan formal masih pada kualitas pertolongan persalinan di rumah sakit. Selain itu bidan bertugas secara mandiri di biro konsultasi (CB) yang saat ini menjadi

Pada tahun 1953 di Yogyakarta diadakan kursus tambahan bagi bidan (KTB), yang berfokus pada kesehatan masyarakat. Dengan demikian pemerintah mengakui bahwa peran bidan tidak hanya terbatas pada pelayanan di rumah sakit tetapi juga meluas pada pelayanan masyarakat, yang terbasis di balai kesehatan ibu dan anak (BKIA) di tingkat kecamatan. Ruang lingkup pelayanan BKIA meliputi: pelayanan antenatal, (pemberian pendidikan kesehatan, nasihat perkawinan, perencanaan keluarga, dll); intranatal; postnatal (kunjungan rumah, termasuk pemeriksaan dan imunisasi bayi, balita, san remaja); penyuluhan gizi, pemberdayaan masyarakat; serta pemberian makanan tambahan. Pengakuan ini secara formal dalam bentuk adanya bidan koordinator yang secara struktual tercatat di jenjang inspektorat kesehatan, mulai daerah tingkat I (Propinsi) sampai dengan II (Kabupaten).

Ketika konsep puskesmas dilaksanakan pada tahun 1967, pelayanan BKIA menjadi bagian dari pelayanan puskesmas. Secara tidak langsung, hal ini menyebabkan penyusutan peran bidan di masyarakat. Bidan di Puskesmas tetap memberikan pelayanan KIA dan KB di luar gedung maupun didalam gedung, namun hanya sebagai staf pelaksana pelayanan KIA, KB, Posyandu, UKS dan bukan sebagai perencana dan pengambil keputusan pelayanan di masyarakat. Tanpa disadari, bidan kehilangan keterampilan menggerakkan masyarakat, karena hanya sebagai pelaksana.

Pada tahun 1990-1996 konsep bidan di desa dilaksanakan untuk mengatasi tingginya angka kematian ibu. Pemerintah (BKKBN) menjalankan program pendidikan bidan secara missal (SPK + 1 tahun) ( SPK :Sekolah Perawat Kesehatan, lulusan SMP + 3 tahun). Bidan di desa (BDD) merupakan staf dari puskesmas di desa sebagai penanggung jawab di polindes. Ruang lingkup tugas BDD mencakup peran sebagai penggerak masyarakat, memiliki wilayah kerja dan narasumber berbagai hal.

Sayangnya materi dan masa pendidikan BDD tidak memberikan bekal yang cukup untuk bisa berperan maksimal.

Gerakan sayang ibu (GSI) saat Departemen Kesehatan merupakan inisiatif safe motherhood malah diprakarsai oleh Kantor Mentri Pemberdayaan Perempuan tahun 1996 dengan tujuan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk menurunkan AKI. Pada tahun yang sama (1996), Ikatan Bidan Indonesia (IBI) melakukan advokasi pada pemerintah yang melahirkan program pendidikan Diploma III Kebidanan (singkat akademi). Program baru ini memasukkan lebih banyak materi yang dapat membekali bidan untuk bisa menjadi agen pembaharu di masyarakat, tidak hanya di fasilitas klinis.

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

A. PENGERTIAN

1. Kebidanan Komunitas: (lihat definisi di Konsep Inti)

2. Peran dan Tanggung Jawab Bidan pada Pelayanan Kebidanan Komunitas Meliputi kemampuan memberikan penyuluhan dan pelayanan individu, keluarga dan masyarakat. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk menilai mana tradisi yang baik dan membahayakan, budaya yang sensitive gender dan tidak, nilai-nilai masyarakat yang adil gender dan tidak dan hokum serta norma yang ternyata masih melanggar hak asasi manusia. Disamping itu, bidan harus bertindak professional dalam bentuk:

a. Mampu memisahkan antara nilai-nilai dan keyakinan pribadi dengan tugas kemanusiaan sebagai bidan; dan

b. Mampu bersikap non judgemental (tidak menghakimi), nondiscriminative (tidak membeda-bedakan)dan memenuhi standar produser kepada semua kliem (perempuan, laki-laki, trans-gender)

3. Ruang Lingkup Pelayanan Bidan di Komunitas

a. Peningkatan kesehatan (preventif).

b. Pencegahan (preventif)

c. Diagnose dini dan pertolongan tepat guna.

d. Peminimalan kecacatan.

e. Pemulihan kesehatan (rehabilitasi).

f. Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat, organisasi sosial, kelompok masyarakat yang melakukan upaya untuk mengembalikan individu ke lingkungan keluarga dan masyarakat. Terutama pada kondisi dimana stigma masyarakat perlu dikurangi (TB, kusta, AIDS, KTD, KDRT, korban perkosaan, IDU).

B. TUJUAN PELAYANAN ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS Tujuan umum:

Seorang bidan komunitas mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya kesehatan perempuan di wilayah kerjanya.

Tujuan Khususnya:

 Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai dengan tanggung jawab bidan (lihat uraian di atas).  Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan nifas dan perinatal secara terpadu.  Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan resiko kehamilan, persalinan, nifas dan perinatal.

 Mendukung program-program

pemerintah

lainnya untuk

menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak.  Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh masyarakat setempat atau terkait.

C. PRINSIP PELAYANAN / ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

1. Kebidanan Komunitas sifatnya multidisiplin meliputi ilmu kesehatan masyarakat, social, psikologi, ilmu kebidanan dan lain-lain yang mendukung peran bidan di komunitas.

2. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat dan martabat kemanusiaan klien (lihat modul Etika Profesi dan Hukum)

3. Cirri kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit analisis, populasi bisa berupa kelompok sasaran (jumlah perempuan, jumlah KK, jumlah laki-laki, jumlah neonates, jumlah balita) dalam area yang bisa di tentukan sendiri oleh bidan. Contoh: jumlah perempuan usia subur dalam 1 RT atau 1 Kelurahan / kawasan perumahan/perkotaan.

4. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup hasil upaya bidan, tetapi hasil kerjasama dengan mitra-mitra seperti: PKK, kelompok ibu-ibu pengajian, kader kesehatan, perawat, PLKB, dokter, pekerja sosial dll.

Kegiatan Pembelajaran

1. Bedakan peran bidan di masyarakat dengan bidan di praktik swasta dan klinik

2. Telusuri sejaran bidan/kebidanan di kota asalmu.

Uji Kemampuan Diri

Instruksi : jawab pertanyaan berikut secara seksama!

1. Bagaimana anda mempersiapkan diri mengahadapi tantangan/kendala dalam memberikan pelayanan di komunitas? Jelaskan dengan menggunakan kerangka konsep diatas!

2. Buat ilustrasi kasus sesuai dengan pengalaman/observasi pribadi dengan mengambil salah satu tantangan/kendala diatas.

Pelajaran 2

Asuhan Kebidanan di

Komunitas

Pelajaran 2. Asuhan Kebidanan di Komunitas

A. ASUHAN ANTENATAL DI RUMAH Yang Perlu Diperhatikan

1. Pada awal ibu perlu konsultasi dengan SpOG/dokter untuk mengidentifikasi apakah ibu ada kontraindikasi untuk bersalin di rumah bersalin, pondok bersalin atau di rumah.

2. Bidan merujuk kepada SpOG/dokter bila ada komplikasi yang timbul.

3. Bidan menggunakan seluruh ketrampilannya bukan hanya untuk memberi asuhan pada keadaan fisik normal tetapi juga membantu ibu beradaptasi dengan perubahan karena kehamilan dan kesiapan menjadi ibu.

4. Mendorong ibu untuk membicarakan tentang perasaan, kecemasannya dengan suasana yang mendukung dan terjamin kerahasiannya.

5. Jika memungkinkan selama kehamilannya ibu dapat bertemu dengan semua bidan yang akan menolongnya di kamar bersalin dan postpartum.

Berbagai Penyebab Ibu Tidak ANC Di Poliknik atau Puskesmas

1. Ibu sakit.

2. Tidak ada transport.

3. Tidak ada yang menjaga anaknya yang masih kecil di rumah.

4. Kurang motivasi.

5. Takut/tidak mau ke RS/menghindar RS.

Upaya Mengatasi

1. Kunjungan rumah.

2. Berusaha memperoleh informasi : alasan tidak datang ke Poliklinik.

3. Jika ada masalah, mencoba untuk mencari pemecahannya.

4. Jelaskan pentingnya ANC.

5. Bantu ibu untuk merencanakan upaya – upaya pemecahan selanjutnya (misalnya bila ada masalah atau cara kontak dengan bidan).

Pelaksanaan ANC Di Rumah

1. Bidan hanya mmpunyai data keberadaan ibu hamil di wilayah kerjanya.

2. Bidan mengidentifikasi apakah ibu hamil memeriksakan kehamilannya dengan baik atau tidak.

3. Bagi Ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya, bidan harus melakukan ANC di rumah.

4. Sebelum ke rumah klien, bidan menentukan dulu kapan bisa berkunjung (kontrak waktu : tanggal, hari dan jam), diusahakan tidak mengganggu aktivitas ibu hamil dan keluarga.

5. Saat kunjungan rumah lakukakan pemeriksaan sesuai standar, kemudian mengidentifikasi lingkungan rumah bila ibu mempunyai rencana untuk melahirkan di rumah.

Perlengkapan Kerja Bidan

Mengacu pada standar yang berlaku dengan mempertimbangkan kebutuhan klien.

Pemilihan Tempat Persalinan

Yang Perlu Diperhatikan

1. Pengambilan keputusan untuk menentukan tempat persalinan di tentukan oleh ibu sendiri atas hasil konsultasi dengan bidan dan dokter.

2. Selama proses persalinan ibu memerlukan rasa tentram dan percaya terhadap orang yang menolongnya.

3. Pilihan dipengaruhi oleh :

a. Riwayat kesehatan dan kebidanan yang lalu.

b. Keadaan kehamilan saat ini.

c. Pengalaman melahirkan sebelumnya.

d. Ketersediaan tempat tidur, kondisi rumah dsb.

Persiapan Persalinan

Pada hakikatnya, antenatal care yang dilakukan seorang bidan adalah agar bersama – sama dengan semua ibu hamil dan suami/keluarganya membuat perencanaan dan persiapan persalinan untuk menjamin terlaksananya persalinan yang bersih dan aman. Dalam perencanaan tersebut perlu juga disertakan perencanaan menggunakan alat kontrasepsi pasca persalinan. Ada 5 (lima) hal yang penting yang perlu didiskusikan dengan ibu dan keluarganya, yaitu :

1. Membuat perencanaan persalinan yang perlu di tetapkan :  Tempat persalinan  Tenaga penolong persalinan terlatih  Bagaimana menjangkau tempat persalinan.  Siapa yang akan menjadi pendamping persalinan.  Besarnya biaya persalinan yang di butuhkan dan cara

memperolehnya.  Siapa yang akan mengurus keluarga saat ibu tidak di rumah.  Apakah rencana metode kontrasepsi pasca persalinan.

2. Membuat rencana pengambilan keputusan penanganan kasus gawat darurat, jika pengambilan keputusan utama dalam keluarga tidak ada di tempat. Yang perlu dibicarakan :  Siapa yang membuat keputusan tentang rujukan ibu kalau

diperlukan.

 Siapa pengambil keputusan utama dalam keluarga.  Siapakah yang boleh mengambil keputusan jika pengambil keputusan utama dalam keluarga tidak ada di tempat saat terjadi kasus gawat darurat.

3. Mengatur system transportasi jika terjadi kasus gawat darurat  Perencanaan ini perlu dipersiapkan lebih awal selama kehamilan,

meliputi :  Dimanakah ibu akan melahirkan ( desa, fasilitas kesehatan, rumah sakit )  Bagaimana caranya menjangkau tingkat layanan yang lebih lengkap jika terjadi gawat darurat  Ke fasilitas kesehatan manakah sang ibu harus ibu harus di rujuk  Bagaimana caranya memperoleh donor darah yang potensial

4. Membuat rencana tabungan Pihak keluarga harus didorong untuk menabung sehingga dana yang di butuhkan dapat tersedia untuk perawatan rutin selama kehamilan dan kasus gawat darurat. Pengalaman menunjukkan bahwa banyak ibu-ibu yang tidak mau mencari pertolongan lanjutan atau di rujuk karena tidak memiliki dana yang cukup. Bidan perlu mengupayakan dibentuknya suatu system untuk mendukung uapaya menyelamatkan ibu hamil atau melalui seseorang di lingkungan tersebut yang bisa mengorganisir pengadaan dukungan financial untuk ibu jika diperlukan, misalnya

dalam bentuk “ tabungan ibu bersalin “ (tabulin).

5. Menyiapkan peralatan untuk melahirkan Seorang ibu dan keluarganya dapat menyiapkan persalinannya

secara bersama-sama menyiapkan peralatan seperti popok atau secara bersama-sama menyiapkan peralatan seperti popok atau

B. PERTOLONGAN PERSALINAN

1. Domino ( Domiciliary In And Out )

 Pelayanan kombinasi antara rumah pasien dan unit kebidanan  Bidan dipanggil saat ada/mulai tanda persalinan  Pertolongan persalinan dilakukan di rumah sakit  Bila ada penyimpangan segera dapat ditangani  Bila persalinan tanpa komplikasi, ibu boleh pulang dalam 2-6 jam

postpartum

KEUNGGULAN KELEMAHAN

1. Pelayanan berkesinambungan

1. Risiko tertunda ke RS

2. Kurang kontak dengan kegiatan karena jarak yang jauh rutin RS

2. Merepotkan waktu pulang

3. Gangguan kehidupan keluarga

RS

minimal

4. Mudah memperoleh fasilitas untuk pertolongan emergency

5. Pilihan alternative untuk ibu yang

tidak

memenuhi

persyaratan untuk bersalin di rumah

mempertahankan Keterampilan

menolong

persalinan

2. BPS/Praktik Perseorangan atau Rumah Bersalin (RB) KEUNGGULAN

KELEMAHAN

1. Suasana rileks, bersahabat

1. Keterbatasan alat-alat untuk

2. Pelayanan berkesinambungan mengatasi komplikasi

3. Lebih di terima ibu dan

2. Lebih mahal pengunjung

4. Mudah memperoleh fasilitas emergency

3. Persalinan Di Rumah

Pertimbangan :  Setiap ibu mempunyai hak kepuasan atas dirinya

 Ada beberapa kondisi ibu yang mengharuskan bersalin di RS  Mengharapkan kualitas yang lebih tinggi  Anak lebih mendapatkan kasih saying, ayah lebih bebas

mengekspresikan perasaanya  Bidan harus mengembangkan hubungan antar keluarga, saling

percaya Keunggulan Persalinan di Rumah

1. Kepuasan yang unik bagi ibu, keluarga dan bidan

2. Setiap ibu mempunyai hak untuk mempertimbangkan pendapatnya

3. Meningkatkan control

4. Meminimalkan penggunaan obat dan intervensi pada ibu maupun bayi

5. Anak tetap mendapatkan perhatian dan kasih saying

6. Suami dapat mengekspresikan perasaan sayangnya

C. PERSALINAN DI RUMAH

1. Persiapan

a. Keluarga

1) Keluarga bersedia pertolongan persalinan dilakukan di rumah, memberikan ide untuk persalinan di rumah dan bersedia serta mampu memberikan dukungan yang diperlukan

2) Keluarga menginginkan pertolongan persalinan dilakukan di rumah

3) Kegiatan rumah tangga secara detail perlu dibahas membentuk jaringan kerja, siapa yang mengurus anak-anak 3) Kegiatan rumah tangga secara detail perlu dibahas membentuk jaringan kerja, siapa yang mengurus anak-anak

b. Rumah dan Tempat Pertolongan Persalinan Situasi dan kondisi yang perlu diketahui  Apakah cukup aman, hangat  Apakah tersedia ruangan yang akan digunakan untuk

menolong persalinan  Apakah tersedia air mengalir  Apakah kebersihan cukup terjamin  Apakah tersedia telepon

c. Rumah  Sejak awal kehamilan, rencana persalinan di rumah sudah di rencanakan lebih rinci pada akhir kehamilan  Bidan mengecek rumah sebelum kehamilan 37 minggu Jika ada pilihan, persyaratan yang harus dipenuhi adalah : Ruangan sebaiknya cukup jelas, jika ada karpet, di alasi dengan kertas tebal supaya tidak tembus, lampu dengan cahaya terang, tempat nyaman, tidak terganggu. Tempat tidur dapat dicapai dari dua sisi kasur yang melengkung dapat diluruskan dengan meletakkan papan dibawahnya.

2. Perlengkapan

a. Untuk pertolongan persalinan seperti: Waskom, sabun cuci, handuk, gayung, selimut, pakaian ganti, pembalut, kain pel, lampu

b. Untuk bayi: handuk lembut, tempat tidur untuk bayi, botol air panas untuk menghangatkan alas, handuk dan pakaian

3. Tata Cara Pelaksanaan Pertolongan Persalinan di Rumah

a. Penolong persalinan di rumah harus mengetahui dengan pasti :

 Adanya indikasi dan kontraindikasi pertolongan persalinan di rumah  Riwayat antenatalcare  Rencana rujukan dan kolaborasi

b. Bidan harus tetap memberikan asuhan dan berkonsultasi segera dan membuat catatan dengan tepat, pada kondisi berikut  Apabila bidan menganggap bahwa persalinan tidak boleh

dilakukan dirumah dan ibu menolak saran – saran untuk melahirkan di RS

 Apabila bidan atau suami menolak untuk menghadiri dokter

c. Tugas bidan (koordinator) memastikan adanya kebijakan lokal, tentang :  Kemudahan / dukungan untuk semua bidan yang praktik

menolong persalinan di rumah  Dukungan dalam situasi tertentu yang berhubungan dengan persalinan darah  Mampu membuat rencana terbaik untuk memberikan asuhan kepada ibu dan baayinya

4. Tindakan yang perlu dilakukan dalam menghadapi kasus emergency

a. Hindari tertundanya rujukan

b. Mengenal masalah dan memberikan instruksi dengan tepat

c. Ketika menunggu kedatangan dokter / rujukan, bidan selalu berada dekat pasien dan memberikan pertolongan emergency yang tepat

d. Jika mungkin menulis riwayat kasus dengan singkat

e. Pemantauan denyut nadi setiap 5 menit dan TD setiap 15 menit dan dicatat e. Pemantauan denyut nadi setiap 5 menit dan TD setiap 15 menit dan dicatat

g. Rujuk segera ke RS bila terjadi fatal distres atau persalinan macet

5. Harus diperhatikan dalam penatalaksanaan pertolongan persalinan di rumah

a. Keluarga harus tahu dengan tepat kapan dan bagaimana menghubungi bidan

b. Bidan sebaiknya pernah bertemu dengan keluarganya dan mengetahui rumah pasien dan cara mencapainya.

c. Bidan sebaiknya melakukan kunjungan untuk mengkaji situasi untuk mengantisipasi bila bidan dipanggil oleh klien secara mendadak

d. Jika tanda persalinan belum ada dan tidak perlu ditunggu, maka beritahukan kepada ibu dan keluarga dan cara menghubungi bidan dengan tepat dan mudah

e. Sebaiknya bidan mendampingi ibu mulai permulaan kala II sampai placenta dan selaputnya lahir, tinggal di rumah ibu selama 2 – 6 jam sampai kondisi baik, ibu dan bayi aman untuk ditinggal.

f. Prinsip asuhan persalinan dirumah sama seperti asuhan persalinaan di tempat lain

g. Selalu memberikan dukungan emosional dan fisik termasuk mengatasai nyeri persalinan, suaami pasien dapat dilibatkan untuk melakukan masage punggung ibu ataau membantu merubah posisi, memberikan kompres air hangat/dingin dsb

h. Observasi kondisi ibu dan bayi untuk melihat kemajuan persalinan dan kondisi abnormal agar persalinan berlangsung normal h. Observasi kondisi ibu dan bayi untuk melihat kemajuan persalinan dan kondisi abnormal agar persalinan berlangsung normal

j. Bila ada hal yang mungkin dapat menimbulkan konflik selama persalinan normal, sebaiknya dibicarakan dulu, terutama dalam menghadapi kasus emergency.

k. Setelah lahir, bayi diperiksa, ditimbang dan diberi pakaian l. Ibu dibersihkan agar merasa nyaman m. Ruangan dan alat dibersihkan n. Bidan melakukan pencatatan persalinan secara terinci, lengkap

dan tepat o. Bidan memberikan petunjuk tentang cara mengetahuinya, jika diperlukan p. Kunjungan pertama postpartum sekitar 6 jam sesudah persalinan (bagi ibu dan bayi) q. Bidan sebaiknya selalu siap untuk dipanggil secara mendadak untuk menolong persalinan dan situasi emergency. r. Alat – alat dab obat harus selalu di cek tanggal kadaluarsa

D. ASUHAN POSTPARTUM Ibu yang baru pulang dari RS

1. Keputusan diambil oleh ibu, berdasarkan hasil konsultasi dengan RS dan bidan

2. Bidan memberikan informasi rinci tentang ringkasan proses persalinan hasil dan informasi lain relawan

3. Jika perlu mengunjungi pada sore hari atau esok harinya

Kunjungan Postpartum

1. Kunjungan rumah dilakukan pada hari ke 3, 7, 14, dan 40 hari

2. Ibu, suami/keluarganya diajarkan untuk mendemonstrasikan : cara menyusui bayi, cara memandikan, cara mencuci tangan, cara membuat susu, cara mensterilkan botol

3. Jika ibu mengeluh sakit perineum dapat dianjurkan untuk mengompres/cebok dengan air hangat

4. Saran yang diberikan harus realistis dan sesuai dengan keadaan.

5. Berbicara dengan bayi dan bereaksi dengan sabar ketika bayi menangis

6. Waktu kunjungan tidak terlalu lama sehingga perlu melibatkan keluarga untuk : memberikan perhatian penuh baik verbal maupun non verbal, siap siaga dan memberikan dukungan dalam beradaptasi dengan situasi baru

7. Bidan memantau status mental ibu dan sikap mental terhadap bayinya, suami dan anak anaknya

8. Memberitahukan cara mengenal taanda bahaya / masalah yang mungkin dihadapi

9. Bidan juga perlu mengobservasi reaksi anggota keluarga lainya

10. Siapakah waktu agar ibu dapat mengekspresikan perasaanya kecemasan terhadap bayinnya, anak – anak lainnya dan hubungan antar mereka

11. Bidan mendengarkan, memberikan dukungan dan dorongan terus menerus dan memberikan dukungan ekstra kepada ibu yang kurang mendapat dukungan dari keluarga

12. Pada akhir setiap kunjungan, bidan melengkapi catatan termasuk saran – saran yang diberikan, untuk mempermudah asuhan postpartum selanjutnya

13. Perencanaan : skrining test untuk mengetahui penyakit metabolisme, yang muncul pada hari ke 6 – 14

14. Sebelum hari ke 10 bidan mulai membicarakan tentang KB

a. Mendorong ibu untuk berpikir positif tentang rencana kehamilan berikutnya a. Mendorong ibu untuk berpikir positif tentang rencana kehamilan berikutnya

c. Dengan rileks mendorong suami untuk membicarakan awal seksual intercourse

d. Jelaskan lamanya pengeluaran iochea, kembalinya menstruasi, kesuburan, cara meminimalkan nyeri perineum, perubahan fisik dan psikologi

e. Jika ada kelainan/penyimpanan bagi bayi maupun ibunya, anjurkan untuk segera ke RS misalnya peradarahan Postpartum, gangguan mental, kejang, hipotermi. Bila mungkin ibu dan bayi dipisahkan

Pelajaran 3

Analisis Situasi dalam Asuhan

Kebidanan Komunitas

Pelajaran 3. Analisis Situasi dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Sumber Air Bersih Desa untuk Rumah Tangga

Sumber Air Bersih

10 2 Mata Air

25 5 Air Tadah Hujan

10 2 Air dalam kemasan

Tempat Buang Air Besar

Tempat pembuagan air besar juga menjadi masalah ketika tempat yang digunakan tidak memenuhi kesehatan. Jamban merupakan bentuk umum dari standar pembuangan air besar yang sehat. Bidan perlu mengetahui, sarana yang digunakan untuk buang air besar di masing-masing KK.

Sarana Buang Air Besar

Sumber Air Bersih

50 10 Lobang tanah

30 6 Ladang terbuka

10 2 Kolam

20 Danau / Telaga

Lantai Rumah Lantai rumah berupa tanah merupakan indikator kurang sehat, sebab lantai rumah dari tanah memiliki resiko terkena penyakit ISPA dan diare. Data tentang lantai rumah menjadi penting untuk menberi gambran kondisi kemiskinan warga. Namun demikian da beberapa masyaraka memandang Lantai Rumah Lantai rumah berupa tanah merupakan indikator kurang sehat, sebab lantai rumah dari tanah memiliki resiko terkena penyakit ISPA dan diare. Data tentang lantai rumah menjadi penting untuk menberi gambran kondisi kemiskinan warga. Namun demikian da beberapa masyaraka memandang

Lantai Rumah masing-masing Rumah Tangga Lantai Rumah

10 2 Ubin/tegel

50 Semen (aci)

Sampah Sampah merupakan produk sisa dari suatu proses produksi yang setiap hari di hasilkan baik di rumah tangga, pambrik, pasar, kandang dan lain-lain. Jenis sampah ini yang perlu diketahui, apa yang diakibatkannya jika sampah tidak dikelola dengan baik. Jika pegelolaan tidak baik akan berpengaruh pada penyakit ISPA dan juga diare. Dengan megenali jenis sampah, jumlah yang di hasilkan maka akan memudahkan melakukan penyelesaian berkait dengan sampah.

Sarana Pembuangan Sampah masing-masing Rumah Tangga Jenis

Persen Sampah

Jumlah

Organ Rumah tangga,Kandang ....... m3 ternak,pasar Non-organik

Pasar,rumah tangga,industri pabrik ........m3 Kimia

Industri,tambang HG untuk mercury Beracun

Industri

Contoh : Matrik Analisa Hubungan Masalah Kesehatan Dengan Faktor Resiko

Faktor Resiko

Lingkungan Demografi

Perilaku

Program

dan Layanan

kesehatan

Angka Masyarakat Pertolongan Akses Kondisi Kematian ibu miskin

geografi sulit masi

tidak sehat kesehatan

Cakupan

jauh

program rendah (ANC)

BBLR Masyrakat

ada Tanaman Miskin

Pola makan Tidak

PROGRAM DAN SARANA PELAYANAN KESEHATAN

Program dan Sarana Pelayanan Kesehatan yang ada sekarang ini merupakan fasilitas atau akses yang diberikan pemerintah kepada masyarakat. Sebuah Desa yang jauh dari tampat layanan kesehatan seperti Puskesmas atau Polindes, Maka akan kesulitan ketika harus minta pertolongan persalinan yang resiko karena perdarahan, ibu tersebut mungkin bisa bisa tertolong jiwanya. Puskesmas dan polindes (Bidan di Desa ) memiliki program untuk meningkatkan derajat kesehatan pada kelangsungan hidup anak. Tantu saja ini merupakan program yang baik, tetapi untuk melihat naik atau tidaknya diperlukan suatu analisis, bagimana kinerja program dan dampak apa yang ditimbulkannya. Maka untuk melihat program dan sarana pelayanan kesehatan perlu diketahui hal-hal dibawah ini yaitu :

1. Proses dan hasil (output) dari kinerja program dan pelayanan

2. Tenaga kesehatan, sarana dan biaya yang disediakan untuk program dan layanan

3. Keberadaan tenaga, sarana dan biaya merupakan input yang harus kelola dengan baik, agar input tersebut dapat dipakai untuk kelancaran program. Sedangkan prosesdan output merupakan rangkaian cara untuk mencapai tujuan program dan layanan kesehatan. Misal, bagaimana untuk menikatkan cakupan layanan pemeriksaan.ibu hamil,maka disini perlu ditentukan target tujuan yang dicapai,misal 90% ibu hamil terlayani,lalu program apa saja yang akan dilaksanakan untuk mencapainya. Disinilah pentingnya proses yang didukung oleh metode atau cara dan juga input untuk menghasilkan capaian pemeriksaan ibu hamil yang benar ( output ).

Contoh Program dan Indikator

Cakupan Program

Nama

Kegiatan

KIA Pemeriksaan ibu Persentase ANC ( K 1 & K 4 ) hamil ( ANC )

Persentase pertolongan Pertolongan

NAKES

persalinan Persentase Kujungan Nifas ( KN1 ) Rujukan perawatan bayi (Kujungan masa Nifas )

Gizi Pemberian Fe ibu Persen Fe ( anamia ) hamil

Status Gizi Balita

Penimbanagan Persen yang ikut PMT balita

Persen ASI eks 6 bulan Pemberian PMT

ASI eksklusif Immunisasi Pemberian Imunisasi Persen Bayi yang diimunisasi TT,DPTdll

lengkap tepat waktu Keluarga

Pelayanan KB Persen akseptor baru Berencana

Persen IUD yang diberikan Persen yang memutus alat KB

Penanggung Indikator rendahnya

Penyebab Tujuan

Kegiatan Bahan

Waktu

jawab Tujuan pemakaian

yang Kotrasepsi

dapat Diukur

Akses dan Meningk

= Bidan Sekurang- cakupan

kurangnya KB rendah

=Siswa ada 2 an KB

kebidanan siklus pil. pada

aan KB di

- Ibu/bapak dan depo, 1 Laki-laki

pusat

remaja IUD yang dan

kesehata-

Maret

diberikan peremp

Jadwal

Mingg

di pusat uan usia

KB

u II

kesehatan reprodu

KB harian

orang yang

di pusat

= jumlah akseptor

baru dll Akses dan

= Bidan = Jumlah cakupan

orang yang KB rendah

=Siswa dikunjugi aan KB

kunjunga

ga u

Kebidanan dan sudah pada

n dari

yang

II dan

berkonsult laki-laki

rumah ke

hidup

III

asi; dan

= Orang uan usia

yang reprodu

KB pada

cil

menyataka ktif.

n puas

perempua -bahan

tinggal di

dan eduka si

Analisis Data dan Prioritas Pemecahan Masalah kesehatan Reproduksi

Membuat rencana aksi dan membuat rencana tindak lanjut Contoh:

Penanggung Indikator rendahnya

Penyebab Tujuan

Kegiatan

Bahan Waktu

jawab Tujuan pemakaian

yang kontrasepsi

dapat Diukur

Promosi KB Meningk

Bidan = jumlah yang

Mahasiswa laki-laki terbatas dan

at-kan

kelas KB

Tempa

Mingg

Kebidanan dan laki-laki

pengeta

baik laki-

perempuan merasa lebih

huan,

laki dan

macho dan

a-n

dengan anak praktik banyak

KB pada = % peserta = laki-laki

yang Pengetahu dan

menggunaka an peremp

n KB Modul uan usia

training produktif

Promosi KB Meningk Melakuka

Bidan = jumlah yang

Surat-

Maret

laki-laki, terbatas dan

Siswa perempuan laki-laki

II Kebidanan serta merasa lebih

remaja macho

Ibu/bapak yang turut dengan anak

dan remaja berpartisip banyak

praktik

kampany

KB pada

asi laki-laki

e melalui

Biaya

lomba

= jumlah peremp

dan

pembuat

orang yang uan usia

an poster

menonton produktif

acara tersebut.

= peserta dan penonton yang menyataka n memerluka n KB

Kegiatan Pembelajaran

1. Dengan menggunakan analisis situasi, jelaskan kondisi kesehatan reproduksi di desa asalmu?

2. sejauh mana pembagian peran gender bisa mempengaruhi kondisi kesehatan reproduksi seseorang?

Uji Kemampuan diri

Instruksi: Jawab pertanyaan berikut secara seksama!

1. Sebukan faktor-faktor yang bisa mempengaruhi status kesehatan reproduksi seseoran?

2. Di wilayah didekat anda tinggal ditemukan seseorang ibu meninggal karena mengalami pendarahan setelah beberapa

Pelajaran 4

Pendekatan Analisis Sosial dalam Pelayanan Kebidanan Komunitas

Pelajaran 4. Pendekatan Analisis Sosial dalam Pelayanan Kebidanan Komunitas

Analisis Sosial Definisi Analisis Sosial

Usaha memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang sebuah situasi sosial dengan menggali hubungan-hubungan historis dan strukturalnya. Serangkaian kegiatan membedah sesuatu masalah dari berbagai sudut pandang, memetakan situasi yang berhubungan dengan masalah dan selanjutnya mengidentifikasi dasar-dasar penyelesaian masalah

Fungsi Analisis Sosial

Sebelum masuk pada konsep analisis sosial, perlu dijelaskan di sini karena sebelumnya sudah ada analisis situasi. Dalam pendekatan analisis situasi sebenarnya sudah menyinggung permasalahan-permasalahan sosial, terutama pada perilaku sebagai faktor determinan derajat kesehatan. Seperti konsep sehat (health believe) ini sangat di pengaruhi oleh pengetahuan atau budaya yang berkembang di masyarakat. Seorang ibu akan memutuskan melahirkan anaknya di Puskesmas ini memerlukan prosesyang panjang tapi bisa juga pendek. Ada faktor kebiasaan, sehingga dengan mudah di putuskan, tetapi ada faktor lain yang sering berpengaruh yang menjadikan lama untuk membuat keputusan.

Membedakan antara analisis sosial dengan analisis situasi tidak perlu, yang penting adalah saling melengkapi. Dalam analisis situasi ada semacam tradisi dalam ilmu kesehatan, dimana analisis ini berkait dengan relasi antara independan dengan (antara faktor detrminan dengan derajat kesehatan). Ada ukuran-ukuran kuantitatif yang jelas, akurat, seperti tertuang dalam indikator, target, relasi statistik.

Sedangkan pada analisis sosial lebih kepada memberikan gambaran yang jelas (deskripsi) tentang makna yang ditangkap dari suatu fakta sosial.

Tidak menggunakan ukuran kuantitatif, yang penting fakta soaia diungkap, dijelaskan sehingga oleh setiap orang dapat di pakai gambaran dan selanjutnya dapat digunakan sebagai rujukan untuk melengkapi lebih lanjut. Dalam analisis social, relasi antara fakta menjadi penting, karena setiap fakta seringkali tidak berdiri sendiri, missal, kebiasaan merawat tali pusat bayi dengan di popok pakai daun sirih, tidaklah berdiri sendiri, kebiasaan itu didapat dari moyang mereka dan keyakinan itu yang, menjadikan perilaku semakin mendapat pengesahan.

Dalam kasus ini, relasi yang lain bahwa adalah kenyataan ini bisa juga dilihat banyaknya tanaman Sirih, yang mungkin dihasilkan oleh adanya keputusan bersama untuk melestarikan tanaman-tanaman yang dapat digunakan untuk obat, dan sangat mungkin keputusan bersama ini menjadi peraturan desa. Analisis situasi merupakan proses upaya untuk mendapatkan permasalahan yang berkaitan dengan derajat kesehatan, melalui survey atau pencatatan maka diperoleh masalah kesehatan, kemudian melakukan pelacakan pada faktor-faktor yang berpengaruh pada munculnya angka kesakitan atau kematian.

Sedangkan dalam analisis social, target untuk menemukan masalah tidak ada, disini merupakan penjelajahan (explorasi) fakta-fakta social, kekayaan social yang dimiliki oleh suatu masyarakat. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan jika fakta social yang kita dapati untuk merupakan masalah. Missal, ada “paham” yang menolak imunisasi, ini merupak an kenyataan social yang “dianggap” sebagai masalah, karena akan menghambat jalannya program imunisasi.

Dalam analisis sosial ini, yang diperlukan adalah kemampuan seseorang dalam menangkap apa yang dimaksud fakta-fakta social, kekayaan social dan relasinya. Untuk itu dalam melakukan analisis social perlu diketahui elemen-elemen berikut :

1. Jumlah penduduk, KK

2. Komposisi penduduk bedasar jenis kelamin, kelompok umur

3. Mata pencaharian termasuk pembagian kerja antara lelaki dengan perempuan

4. Jumlah dusun, RT/RW

5. Agama dan Keyakinan

6. Lembaga Desa (seperti Pamong Desa, Badan Perwakilan Desa, Dukuh)

7. Sarana kesehatan yang tersedia seperti Polindes, Posyandu, Bidan, Mantri Kesehatan, Dokter, Dukun

8. Perkumpulan ibu-ibu, bapak-bapak, remaja

9. Iuran pembangunan daerah (IPEDA)

10. Kegiatan ronda malam

11. Program kebersihan lingkungan Desa

12. Ritual upacara adat (mitoni, tetes, sunat, jagong bayi dll)

13. Konsep sehat sakit

14. Pengertian KB, Aborsi, Kesehatan alat reproduksi

15. Program kesehatan (Posyandu Balita, Usila) Jadi, analisis social berfungsi untuk mengidentifikasi persoalan-persoalan kesehatan di komunitas, mencari akar masalah dan mencarisolusi yang tepat.

Siklus Analisis Sosial

Cara

Pandang/Teori

Refleksi

Menetukan Situasi Ipoleksosbud

Aksi

Menetukan

Strategi

Menetukan

Masalah

Sosial

Akar

Masakah

Hubungan gender dengan Determinan Kesehatan lain

Masyarakat dipedesaan di Indonesia kebanyakan masih tergantung pada sektor pertanian. Pengeluaran rata-rata per kapita mereka mudah menurun secara cepat dibawah garis kemiskinan (didefinisikan sebagai pendapatan per kapita perbulan-rata-rata sebesar Rp 41.588;Djajadilaga, 2003). Dalam kondisi seperti ini, masyarakat biasanya lebih memprioritaskan pengeluaran untuk kebbutuhan dasar pangan, bukan kebutuhan sandang apalagi kesehatan. Akibatnya masyarakat mengalami berbagai permasalahan kesehatan yang dampaknya terutama terlihat lebih jelas pada perempuan dan anak.

Bidan desa memainkan peran penting untuk kelangsungan hidup ibu dan anak,terutama di daerah pedesaan. Masih tinggi kebutuhan perempuan terhadap pelayana persalinan oleh tenaga bidan. Tren pemanfaatan tenaga bidan desa disejumlah kabupapaten untuk pelayanan masa kehamilan (antenatal care)/ANC dan masa nifas (postpartum care)menunjukan peningkatan (parker dan roestam,2002,p.19). bahkan dibeberapa kabupaten, pemanfaatan bidan untuk ANC hingga mencapai 100 persen. Hal ini menunjukan bahwa bidan sangat berperan dalam meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan pengobatan dasar, khususnya pelayanan ibu dan anak di daerah pedesaaan (UNUCEF, 1997; Center for Health Research,2001).

Namun permasalahan terkait kesehatan reproduksi perempuan tidak hanya mencakup masalah klinis saja, tetapi non klinis. Sering kali perempuan dihadapkan dengan ketakutan yang bisa berdampak kepada kondisi kesehatan reproduksinya, misalnya : takut KB, karena takut disuntik, takut punya anak, karena sudah banyak anak atau baru saja melahirkan, dan lain-lain. Sebagai tokoh penting di desa, seorang bidan seharusnya tidak hanya berperan dalam hal pemperian pelayanan kesehatan reproduksi, tetapi juga dalam membantu pemecahan masalah, baik yg terkait maupun tidak, dengan kesehatan reproduksi yang berkembang di masyarakat. Keterampilan yang mereka miliki, secara klinis maupun non Namun permasalahan terkait kesehatan reproduksi perempuan tidak hanya mencakup masalah klinis saja, tetapi non klinis. Sering kali perempuan dihadapkan dengan ketakutan yang bisa berdampak kepada kondisi kesehatan reproduksinya, misalnya : takut KB, karena takut disuntik, takut punya anak, karena sudah banyak anak atau baru saja melahirkan, dan lain-lain. Sebagai tokoh penting di desa, seorang bidan seharusnya tidak hanya berperan dalam hal pemperian pelayanan kesehatan reproduksi, tetapi juga dalam membantu pemecahan masalah, baik yg terkait maupun tidak, dengan kesehatan reproduksi yang berkembang di masyarakat. Keterampilan yang mereka miliki, secara klinis maupun non

Kegiatan pembelajaran

1. Analisis kasus henayah di bawah ini, tentukan faktor determinannya

2. Bagaimana cara mengatasi masalah yang di hadapi henayah agar tidak terulang lagi pada perempuan lain?

ILUSTRASI : KASUS HENAYAH

Henayah (bukan nama sebenarnya), dari desa selinjang, kecamatan keruak, lombok timur, seorang perempuan mudah, lincah, berani berbicara, suka melakukan protes, akhirnya dinikahi oleh seorang kepala dusun yang juga haji. Mungkin Henayah, sebagai istri kepala dusun yang ke empat, secara resmi. Henayah, merasa tidak mampu menghadapi kenyataan bahwa anak-anak muda laki-laki sebayanya atau yang sedikit terpaut di atasnya merasa tidak pantas menikahinya. Mereka (lelaki) lebih senang mencari perempuan yang jauh lebih mudah, tampilan fisikyang menarik menjadi idaman bagi setiap lelaki. Dan itu juga terjadi pada lelalki mudah yang masih 17 an, mereka lalu menikah mencari yang lebih mudah umur

30 tahun biasanya sudah punya cucu. Jarak umur Henayah dengan suaminya terpaut 25 tahun, yang mestinya sepantas sebagai anaknya. Namun tidak, henayah dijadikan istri nya yang ke empat status kepala dusundan haji merupakan”harapan”dunia material dan surga bagi Henayah, dan itu lazim. Bahwa lelaki akan membawa istrinya kesurga merupakan harapan bagi seorang perempuan, dan menjadi jaminan jika suaminya seorang yang memahami agama apalagi bergelar haji. Dalam perjalan perkawinannya, Henayah selalu mendapat kasih sayang dari suami seperti istri-istri yang lain, perkara adil atau tidak sulit ungkapakan. Henayah, akhirnya hamil, dan pada masa hamil mudah tubuh

henayah masih kelihatan bagus, segar dan tidak terlalu gemuk. Suaminya merasa senang dan bangga akan punya anak lagi, dari seorang perempuan yang cantik. Lama kelamaan tubuh Henayah menjadi gemuk dan gembrot karena kehamilannya. Seperti yang terjadi biasanya atau sering ditemui di daerah itu, suami suadah merasa tidak tertarik dengan tubuh yang dimiliki istrinya, gembrot tidak membuat nafsu.sudah pasti, suami melirik ke perempuan yang lebih memberikan gairah birahinya, ketika istri-istri terdahulu juga sudah Tidak menarik ditinggalkan pasti mencari lain. Istri istri akan mudah diceraiakan. Jika tidak menyetujui tindakan suaminya untuk menikah lagi. Dan ini menjadi suatu dalilyang kuat ketika suami bertahan dengan berbagai alasantermasuk menggunakan dalh agama. Henayah, dengan naluri yang dimiliki sebagaiperempuan yang berani bicara, mulai protes. Mulai dari menyalahkandirinya sendiri, “kenapa aku kawin dan hamil”, sampai memprotes kekuasaan lelaki dan legitimasi agama. Dengan keberaniannya, henayah menantang suaminya dan menuntut apa yang menjadi haknya dan tidak menyetujui suaminya nikah lagi. Tapi apa yang didapat, Henayah dicerai. Kenyataan telah terjadi, Henayah mau menggugurkan anaknya, tidak mungkin, DOSA. Kalaupun mau nekad, dia tidak tahu caranya atau dimana. Henayah mengurung diri, sambil meratapi tubuhnya yang sedang mengandung besar. Dia tidak pernah memeriksa kandungannya, hatinya galau, uang sudah tidak diberi lagi oleh suami,malu kepada orang tuanya.henayah stres Henayah akhirnya melahirkan dengan perdarahan yang cukup banyak dan posisi bayi yang terlilit, tetangga hanya bisa menolong dengan cara sederhana, dengan memberi “asapan”(upaya untuk memberi kehangatan) pada henayah. Akhirnya bayi yang lahir meninggal. Menyesalkah henayah dengan kematian bayinya? Tidak semuanya. Henayah bersyukur tidak henayah masih kelihatan bagus, segar dan tidak terlalu gemuk. Suaminya merasa senang dan bangga akan punya anak lagi, dari seorang perempuan yang cantik. Lama kelamaan tubuh Henayah menjadi gemuk dan gembrot karena kehamilannya. Seperti yang terjadi biasanya atau sering ditemui di daerah itu, suami suadah merasa tidak tertarik dengan tubuh yang dimiliki istrinya, gembrot tidak membuat nafsu.sudah pasti, suami melirik ke perempuan yang lebih memberikan gairah birahinya, ketika istri-istri terdahulu juga sudah Tidak menarik ditinggalkan pasti mencari lain. Istri istri akan mudah diceraiakan. Jika tidak menyetujui tindakan suaminya untuk menikah lagi. Dan ini menjadi suatu dalilyang kuat ketika suami bertahan dengan berbagai alasantermasuk menggunakan dalh agama. Henayah, dengan naluri yang dimiliki sebagaiperempuan yang berani bicara, mulai protes. Mulai dari menyalahkandirinya sendiri, “kenapa aku kawin dan hamil”, sampai memprotes kekuasaan lelaki dan legitimasi agama. Dengan keberaniannya, henayah menantang suaminya dan menuntut apa yang menjadi haknya dan tidak menyetujui suaminya nikah lagi. Tapi apa yang didapat, Henayah dicerai. Kenyataan telah terjadi, Henayah mau menggugurkan anaknya, tidak mungkin, DOSA. Kalaupun mau nekad, dia tidak tahu caranya atau dimana. Henayah mengurung diri, sambil meratapi tubuhnya yang sedang mengandung besar. Dia tidak pernah memeriksa kandungannya, hatinya galau, uang sudah tidak diberi lagi oleh suami,malu kepada orang tuanya.henayah stres Henayah akhirnya melahirkan dengan perdarahan yang cukup banyak dan posisi bayi yang terlilit, tetangga hanya bisa menolong dengan cara sederhana, dengan memberi “asapan”(upaya untuk memberi kehangatan) pada henayah. Akhirnya bayi yang lahir meninggal. Menyesalkah henayah dengan kematian bayinya? Tidak semuanya. Henayah bersyukur tidak

Uji kemampuan diri

Intruksi: jawab pertanyaan berikut secara seksama! Sebutkan beda analisis situasi dengan analisis sosial.

Pelajaran 5

Perangkat Analisis Gender untuk Asuhan Kebidanan Komunitas

Pelajaran 5. Perangkat Analisis Gender untuk Asuhan Kebidanan Komunitas

Hardvard Analytical Framework and People-Oriented Planning

Alat analisis gender Hardvard ini dikembangkan di Hardvard Institute Amerika. Asumsi yang mendasarinya bahwa ada hubungan ekonomi dalam alokasi sumber daya alam dengan pembagian peran kerja antara perempuan dan laki-laki. Alat ini bertujuan membantu perencana dalam merancang proyek yang efisien dan meningkatkan produktivitas secara menyeluruh, yang dilakukan melalui pemetaan kerja laki-laki dan perempuan dalam sebuah komunitas. Ada 4 komponen utama dalam Hardvard Analytical Framework:

1. Profil kegiatan; mengidentifikasi tugas-tugas produkif dan reproduktif terkait, menggunakan pertanyaan inti “siapa melakukan apa?”.

Parameter lain yang dapat diukur adalah dominasi gender dan umur, alokasi waktu, tempat kegiatan atau dapat ditambahkan kategori kegiatan kemasyarakatan yang bersifat sosial politik/keagamaan.