MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI DISUSUN OLEH TIM PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO

TAHUN 2013

Pelajaran 1

Bimbingan dan Pelayanan Konseling

Tujuan Khusus

Mahasiswa diharapkan mampu:

1. Mengetahui definisi, tujuan dan maksud konseling;

2. Membedakan konseling dengan pemberian informasi dan nasihat;

3. Menjelaskan apa yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan dan tidak dilakukan dalam memberikan pelayanan konseling;

4. Menjelaskan bagaimana menangani saat-saat sulit ( misal: klien menangis, klien diam, dsb);

5. Menjabarkan tempat yang tepat untuk memberikan pelayanan konseling;

6. Mengetahui hak-hak klien; dan mengetahui kapan, kemana dan bagaimana merujuk klien

Konsep Inti

Konseling mencakup komunikasi dua arah antara klien dan konselor (petugas yang memberikan konseling) di mana masing-masing memanfaatkan waktu untuk bicara, mendegarkan dan mengajukan pertanyaan. Konselor/petugas tidak boleh menghakimi, bersifat sensitif dan menghormati emosi dan perasaan klien (perempuan). Konselor harus terlatih dan memiliki pengetahuan yang memadai serta mampu mengkomunikasikan dengan benar. Selain itu, konselor juga harus menjaga privacy, kerahasiaan, dan anomitas. Elemen penting dari konseling adalah kemampuan konselor dalam mengungkap dan mendegarkan kebutuhan, permasalahan dan pertanyaan, serta menginformasikan,menjelaskan dan menyakinkan klien dengan menggunakan bahasa dan istilah yang mudah di mengerti.

A. Definisi Konseling

Beberapa definisi konseling, yaitu:  Proses di mana konselor berusaha membantu dan memecahkan permasalahan yang di hadapi klien (Peter Keer, 1992).  Interaksi dua arah antara klien dan konselor di mana konselor menggali kebutuhan, pengetahuan, dan permasalahan seksulitas dan kesehatan reproduksi (SKR) klien, tanpa melihat jenis pelayanan kesehatan yang di tekuni petugas dan jenis pelayanan yang di minta klien (Engender Health,2003).

 (Khusus aborsi aman ); konseling adalah komunikasi tatap muka di mana konselor membantu perempuan membuat keputusan terhadap hal-hal yang terkait dengan keseluruhan pelayanan aborsi. Idealnya, pelayanan konseling di berikan oleh konselor yang sama sebelum, saat dan setelah pelayanan aborsi (WHO,1995).

Walaupun ada banyak definisi konseling, tetapi memiliki kesamaan dalam hal:  Proses: konseling biasanya di selenggarakan lebih dari satu kali pertemuan;

klien harus di perkenankan dan dipancing menyatakan perasaan dan

pendapatnya melalui interaksi dua arah antara klien dan petugas/konselor;

 Peran konselor: Peran konselor bukan untuk mencari atau memberikan solusi, tetapi memberikan informasi,pengetahuan,dukungan, dan semangat, kepada klien agar mampu membuat keputusannya sendiri; jadi keputusan akhir selalu dibuat oleh klien dan bukan oleh konselor/petugas.

Karena itu konseling dibedakan maknanya dengan pemberian informasi dan nasihat. Pemberian informasi dan nasihat merupakan komunikasi satu arah antara petugas dan klien (EngenderHealth, 2003). Bila dalam memberikan informasi, klien diberikan penjelasan mengenai data atau fakta yang ada untuk membantu klien memahami pentingnya isu-isu kesehatan reproduksi; pada pemberian nasihat, klien didorong untuk melakukansesuatu dalam menanggapi situasi tertentu.

B. Tujuan Dan Maksud Konseling

Konseling dapat dilakukan pada setiap tahapan dari perjalanan suatu prosesdengan informasi dan pendekatan yang selalu disesuaikan. Demikian pula halnya pada proses reproduksi; konseling dapat dilakukan pada tahapan remaja, pra-nikah, merencanakan keluarga, kehamilan, antenatal, masalah dan risiko reproduksi, persalinan dan berbagai tahapan dalam penatalaksanaan pengobatan atau tindakan. Berkaitan dengan pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif, konseling memiliki tujuan dan maksud sebagai berikut:

 Perubahan perilaku. Banyak klien yang tidak menyadari bahwa mereka memiliki perilaku yang beresiko. Konseling diharapkan bisa membantu klien untuk merubah perilaku rentan mereka sehingga dapat mengurangi mereka dari keterpaparan terhadap risiko.

 Meningkatkan ras percaya diri. Klien yang mengalami permasalahan kesehatan reproduksi biasanya cenderung menutup diri ari masyarakat dan keluarga. Konseling dapat membantu/menguatkan klien agar bisa lebih menerima kondisi tubuhnya secara positif.

 Pemecahan masalah. Klien perlu bantuan, dukungan dan semangat untuk menjaga kesehatannya. Konseling tidak hanya membantu klien keluar dari masalah yang melingkupinya, juga melindunginya dari permasalahan yang lebih kompleks. Sebagai contoh, saat klien dihadapkan pada permasalahan kehamilan tak diinginkan, konseling membantu klien memutuskan yang terbaik untuk tubuhnya.

 Efektifitas personal. Akar masalah seksualitas dan kesehatan reproduksi (SKR) sangat kompleks, bukan sekedar masalah medis tetapi sebanyak masalah sosial yang ada. Konsekuensi masalah yang SKR (Sosial dan medis)tidak hanya berdampak kepada klien itu sendiri tetapi juga anak- anaknya, pasangannya, dan mungkin masyarakatnya. Tuuan konseling adalah menginformasikan klien mengenai hak-hak dan pilihannya, serta memberdayakan klien untuk membuat keputusan. Konselor juga dapat  Efektifitas personal. Akar masalah seksualitas dan kesehatan reproduksi (SKR) sangat kompleks, bukan sekedar masalah medis tetapi sebanyak masalah sosial yang ada. Konsekuensi masalah yang SKR (Sosial dan medis)tidak hanya berdampak kepada klien itu sendiri tetapi juga anak- anaknya, pasangannya, dan mungkin masyarakatnya. Tuuan konseling adalah menginformasikan klien mengenai hak-hak dan pilihannya, serta memberdayakan klien untuk membuat keputusan. Konselor juga dapat

C. Karakteristik Bidan Sebagai Konselor

Sebagai seorang konselor , bidan sekurangnya harus memenuhi persyaratan berikut, yaiu memiliki: Kepribadian : rumah, hormat,bersahabat, tidak menghakimi, memiliki motivasi yang kuat untuk membntu sesama, empati, pemikiran yang luas dan terbuka, serta keinginan untuk belajar. Pengetahuan tentang: 1) fungsi proses dan isu seksual dan kesehatan reproduksi, termasuk proses kehamilan, metode kontrasepsi, infeksi menular seksual (IMS), HIV/AIDS,dan Aborsi (aman dan tidak aman); dan 2) aspek hukum terhadap praktik/pelayanan SKR serta nilai/norma sosial yang mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang. Keterampilan: keterampilan dalam membina hubungan dengan klien dan menyampaikan informasi tepat guna dan benar. Informasi yang disampaikan secara tidak benar dapat berakibat serius terhadap keseluruhan pelayanan. Studi yang diselenggarakan oleh population council (1994) menunjukan bahwa pelayanan berkualitasmenurut persepsi klien adalah bila:

 Klien diperlukan dengan layak;  Informasi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan, harapan dan

menjawab pertanyaannya; dan  Pelayanan medis yang memadai dan aman.

D. Sebaiknya Dilakukan Dan Tidak Dilakukan Konselor

Konselor harus melakukan hal-hal berikut :  Ramah, terbuka dan simpatik  Mampu mengontrol perasaan, khususnya yang bersifat negative  Menyampaikan informasi yang tidak bias kepada klien  Mampu mendaptkan respon balik (feedback) dari klien

 Mampu berkomunikasi dengan sejawat dan melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi professional  Mampu menerima ide-ide dan pendapat klien tanpa menghakimi  Mampu membangun empati pada klien  Mampu menemukan solusi ynag baik Konselor sebaiknya jangan melakukan hal-hal berikut :  Memaksakan pendapat kepada klien  Menyampaikan informasi yang tidak dibutuhkan dan diharapkan klien  Menggunakan kata-kata dan istilah-istilah yang sulit dimengerti  Menyela, meremehkan dan mengkritik klien  Mengomentari atau memberikan saran kepada klien yang masalahnya

belum dipahami benar, atau menyutujui pendapat klien yang dibuat secara terburu-buru

 Memaksa klien menjawab pertanyaan  Menghakimi

E. Saat Saat Sulit Dalam Konseling

Dibawah ini beebrapa masalah yang sering dihadapi seorang konselor dilengkapi dengan beberapa saran bagaimana cara menghadapinya.

1. Klien yang diam

 Jika klien berdiam diri diawal pertemuan, pancinglah perhatiannya dengan cara yang halus. Konselor bisa mengatakan “ Saya bisa melihat bahwa anda sulit

untuk berbicara. Hal ini sering dialami oleh klien yang baru. Apakah anda merasa sedikit gelisah?” Tetap klien dan gunakan bahasa tubuh yang

memperlihatkan simpati dan perhatian. Tunggulah tanggapan dari klien.  Selama pembicaraan berlangsung, sikap diam klien merupakan sesuatu yang

wajar. Mungkin klien sedang berpikir atau memutuskan bagaimana mengutarakan perasaan atau pikiran-pikiranya. Berikanlah waktu kepada klien untuk berpikir.

2. Klien yang menangis

 Klien menangis karena berbagai alasan, untuk mengekspresikan kesedihan, mendapatkan simpati, menumpahkan segala emosi atau kegelisahan, atau

menghentikan pembicaraan. Jangan membuat dugaan mengapa klien anda menangis.

 Tunggu beberapa saat dan bila klien terus menangis, katakana tidak apa-apa menangis adalah reaksi wajar. Hal ini membuat klien merasa bebas mengekspresikan alasannya menangis. Anda dapat menanyakan alasan klien dengan lembut.

3. Klien menanyakan hal yang bersifat pribadi

 Secara umum, usahakan untuk tidak membicarakan hal pribadi anda karena akan mengalihkan perhatian klien.  Anda tidak perlu menjawab pertanyaan yang bersifat pribadi. Hubungan antara

klien dan konselor adalah professional, bukan hubungan yang bersifat social.  Dapat membantu klien jika anda ingin membicarakan pengalaman keluarga sendiri atau anda dapat menceritakan pengalaman orang lain, tanpa memberitahu nama atau mengidentifikasi orang tersebut sebagai klien.

 Kadang-kadang klien bertanya apakah konselor pernah menghadapi masalah yang sama. Sebaiknya jangan menjawab ya atau tidak, anda bisa mengatakan hal lain seperti “saya tahu kondisi seperti itu, tolong jelaskan kepada saya lebih lanjut”.

4. Klien ingin konselor yang mengambil keputusan

 Klien sebenarnya membutuhkan bantuan, dan anda dapat membantunya dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan seperti, “anda kelihatannya mengambil kesulitan dalam mengambil keputusan, mungkin anda kurang siap? Apakah anda ingin mendiskusikan hal ini lebih lanjut? Anda butuh informasi lebih banyak? Butuh waktu yang lebih lama untuk berfikir? Anda ingin membicarakan hal ini dengan orang lain, mungkin pasangan anda atau orang tua anda?”

 Anda dapat berkata, “saya dapat menjawab pertanyaan anda dan membantu anda memberikan beberapa alternative pilihan, tetapi andalah yang lebih tahu apa yang terbaik untuk kehidupan anda.

 Jika klien dapat memutuskan metode KB yang dipakai, berikan kondom atau spermisid untuk digunakan sewaktu-waktu.

5. Konselor tidak menemukan jalan keluar bagi masalah yang dihadapi klien

 Seorang konselor akan merasa cemas bila mereka yakin dengn apa yang harus disarankan. Walaupun konselor tersebut ahli dalam hal kesehatan reproduksi namun tidak selamanya dapat menemukan jalan keluar bagi masalah yang dihadapi klien.

 Ekspresikan rasa simpati  Kadang-kadang hal tersebutlah yang diinginkan klien, saran kepada klien

seseorang yang dapat membantunya.

6. Konselor tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan klien

 Katakan secara jujur dan terbuka bahwa anda tidak tau pemecahannya, namun dapat mencari jalan keluarnya bersama-sama. Diskusikan dengan supervisor, teman sejawat, atau cari referensi lain, lalu berikan pemecahan masalahnya dengan tepat.

7. Konselor membuat kesalahan

 Perbaiki kesalahan dan minta maaf. Hal terpenting adalah ketepatan bukan kesempurnaan; mengakui kesaahan, berarti konselor menunjukan penghargaan terhadap klien.

 Bersikaplah jujur. Semakin anda jujur, menunjukan perasaan disaat yang tepat (Tanpa harus menceritakan kehidupan pribadi anda) semakin mudah bagi klien untuk melakukan hal yang sama.

8. Konselor dan klien sudah saling kenal

 Tekankan soal kerahasiaan klien dan privasinya  Bila klien menginginkan, aturlah pertemuan dengan konslor lain.

F. Hak-Hak Klien

1. HARGA DIRI –hak untuk diperlakukan dengan sopan dan layak ;

2. INFORMASI –hak untuk mandapatkan informasi yang benar,termasuk: mengetahui nama pemberi pelayanan,pilihan pelayanan yang tersedia,mendapatkan jawaban yang jujur dan akurat atas pertanyaan yang diajukan;

3. AKSES – hak untuk mendapatkan pelayaanan tanpa dibedakan menurut jenis kelamin,kepercayaan,status pernikahan,suku atau usia;

4. PILIHAN –hak secara bebas untuk menentukan apakah ingin punya anak atau tidak,ingin menjadi akseptor KB atau tidak,dan memilih salah satu metode KB; termasuk hak untuk menerima atau menolak pengobatan serta hak untuk berubah pikiran dan membuat pilihan baru bila diinginkan;

5. KEAMANAN –hak untuk mendapatkan jaminan kerahasiaan atas informasi pribadi yang disampaikan klien kepada konselor;

6. PRIVACY –hak untuk tidak didengar atau diketahui orang lain selama proses konseling;

7. KERAHASIAAN –hak untuk mendapatkan jaminan kerahasiaan ats informasi pribadi yang disampaikan klien kepada konselor;

8. KENYAMANAN –hak untuk mendapatkan kenyamanan;

9. KEBERLANGSUNGAN –hak untuk menerima pelayanan dan metode selama dibutuhkan; dan

10. OPINI –hak untuk mengutarakan pandangan dan perasaan mengenai pelayanan.

G. Langkah-Langkah/Tahapan Konseling

1. Membina hubungan melalui membangun rappor t – tahap awal Membina hubungan yang ramah,yang dapat dipercaya dan menjamin kerahasiaan: 

Mengucapkan salam. 

Mempersilahkan klien duduk. 

Menciptakan situasi yang membuat klien merasa nyaman.

2. Identifikasi masalah Beberapa klien mungkin akan menyampaikan secara langsung permasalahannya saat konselor menanyakan maksud dan tujuan klien mendatangi konselor. Namun tidak jarang,konselor harus menggunakan keterampilannya untuk mampu menangkap permasalahan yang dihadapi dari cerita/penjelasan klien. Selama identifikasi masalah,konselor harus menjadi pendengar yang baik dan mengamati dari tanda-tanda non-verbal.

3. Penjelasan masalah Berikan informasi setepat dan sejelas mungkin sesuai dengan persoalan yang diajukan,termasuk berbagai alternatif jalan keluar.Hindari memberikan informasi yang tidak butuhkan klien.

4. Pengambilan keputusan Mendorong dan membantu klien untuk menentukan jalan keluar atas persoalan yang dihadapinya.

5. Menutup/menunda konseling Bila klien terlihat puas,ucapkan salam penutup.Bila diskusi dengan klien belum selesai dan klien belum mampu mengambil keputusan,tawarkan klien untuk mengatur pertemuan selanjutnya.

H. Tempat Konseling

Proses konseling tidak harus dilakukan di ruangan formal yang dilengkapi dengan perabotan dan berbagai materi informasi. Walaupun terkadang mungkin masih ideal, namun hendaknya kita juga mesti fleksibel terhadap kebutuhan klien. Klien dengan HIV/AIDS tidak akan merasa nyaman bila ia harus duduk di ruangan bersama dengan klien-klien lainnya. Ada kekhawatiran ia akan bertemu dengan orang yang dikenalnya dan bertanya alasan kedatangannya. Untuk klien seperti ini, tempat alternatif yang bisa terjaga privacy-nya (seperti perpustakaan, ruangan lain di klinik, atau ruangan terpisah lainnya), akan membuat klien merasa lebih nyaman. Klien pasca aborsi yang masih berbaring di ruangan pemulihan, membutuhkan dukungan dari konselor; keberadaan konselor di dekat klien dan dukungannya dapat menenangkan perasaan klien. Konselor tidak menunggu hingga klien Proses konseling tidak harus dilakukan di ruangan formal yang dilengkapi dengan perabotan dan berbagai materi informasi. Walaupun terkadang mungkin masih ideal, namun hendaknya kita juga mesti fleksibel terhadap kebutuhan klien. Klien dengan HIV/AIDS tidak akan merasa nyaman bila ia harus duduk di ruangan bersama dengan klien-klien lainnya. Ada kekhawatiran ia akan bertemu dengan orang yang dikenalnya dan bertanya alasan kedatangannya. Untuk klien seperti ini, tempat alternatif yang bisa terjaga privacy-nya (seperti perpustakaan, ruangan lain di klinik, atau ruangan terpisah lainnya), akan membuat klien merasa lebih nyaman. Klien pasca aborsi yang masih berbaring di ruangan pemulihan, membutuhkan dukungan dari konselor; keberadaan konselor di dekat klien dan dukungannya dapat menenangkan perasaan klien. Konselor tidak menunggu hingga klien

I. Merujuk klien

Seorang konselor tidak perlu memaksakan dirinya memberikan konseling. Saat ia mengalami xeyh klien ke konselor lain atau bersifat terbuka dengan menceritakan kondisinya dan meminta kesediaan klien untuk menunda waktu konseling. Beberapa kondisi dimana konselor dapat merujuk kliennya adalah: 1) Kurang menguasai isu/permasalahan klien; 2) Permasalahan yang dihadapi klien merupakan isu baru; 3) Bila memiliki keterlibatan emosi dengan klien; 4) memerlukan informasi lebih lanjut; 5) Keterbatasan waktu; 6) Permintaan klien; 7) Klien merasa tidak punya masalah; dsb

Kegiatan Pembelajaran Diskusikan perasaanmu kepada salah seorang teman sekelas mengenai isu-isu dibawah ini, dan minta dosenmu untuk memberikan komentar!

1. Istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga(KDRT), dan ingin meninggalkan suaminya.

2. Remaja yang mencari pertolongan aborsi ke dukun.

3. Perempuan tidak menikah yang terkena infeksi menular seksual (IMS).

4. Laki-laki menikah yang terinfeksi HIV positif.

5. Remaja usia 16 tahun yang menghamili pacarnya.

Catat hasil diskusi pada tabel dibawah ini:

Perasaan Pendapat Perasaanmu

Sumber dari

dosen Istri korban

perasaanmu

temanmu

KDRT Aborsi

remaja

Perempuan

dengan IMS Laki-laki

dengan HIV+ Remaja 16

tahun

Tuliskan essay (2 halaman) yang menjelaskan bagaimana perasaanmu dapat membantu atau menghalangi efektifitas pemberian konseling kepada klien yang mengalami permasalahan SKR Kunjungi dan perhatikan tempat pelayanan kesehatan disekitar tempat tinggalmu dan jelaskan bagaimana konseling diselenggarakan.

Uji kemampuan diri

Instruksi: Jawablah pertanyaan berikut Cari definisi konseling sebanyak-banyaknya beserta sumbernya.

Pelajaran 2

Komunikasi Interpersonal

Tujuan Khusus

Mahasiswi diharapkan mampu:

1. Mendefinisikan komunikasi interpersonal ; dan

2. Menjelaskan lima aspek penting dari komunikasi interpersonal:  Komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah  Komunikasi verbal dan non-verbal  Pertanyaan tertutup dan terbuka  Keterampilan mendengarkan efektif  Paraphrasing

3. Menggunakan alat bantu

Konsep Inti

Komunikasi interpersonal adalah hubungan timbale balik untuk berbagi informasi, opini dan perasaan yang dilakukan sekurangnya antara dua orang Ada lima aspek penting dari komunikasi interpersonal

1) Komunikasi satu arah versus dua arah;

2) Komunikasi verbal dan non-verbal ;

3) Pertanyaan tertutup dan terbuka ;

4) Kterampilan mendengar efektif dan paraphrasing; dan

5) Menggunakan alat bantu sederhana

A. Definisi Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah proses penyebaran dan berbagi informasi,opini dan perasaan antara dua orang yang dilakukan secara langsung atau tatap muka antara sekurangnya dua orang. Konseling yang baik membutuhkan keterampilan berkomunikasiyang baik.kemampuan membina rapport , memancing informasi, serta menyampaikaninformasi secara efektif,penting untuk mendukung terpenuhinya kebutuhan informasi klien dan pengambilan keputusan. Pertanyaan terbuka dapat memotivasi klien untuk bercerita mengenai dirinya ; keterampilan mendengarkan efekif dan paraphrasing dapat membantu meningkatkan pemahaman klien. Untuk memberikan informasi yang tepat,konselor harus mampu menyampaikan peengetahuannya tentang isu-isu SKR secara efektif. Kemampuan menjelaskan dengan menggunakan bahasa dan istilah yang mudah dimengerti (dengan atau tanpa bantuan gambar), akan membuat klien merasa nyaman.

B. Lima Aspek Penting Dari Komunikasi Interpersonal

1. Komunikasi Satu Arah Vs. Komunikasi Dua Arah

Petugas biasanya memberikan informasi dan nasihat kepada klien tanpa memberikan kesempatan klien menyampaikan kebutuhan dan keperluannya.petugas cenderung menyampaikan informasi searah dengan asumsi bahwa mereka lebih tau apa yang terbaik untuk diketahui klien. Padahal,seharusnya klienlah yang membuat keputusan.keputusan yang terbiaik hanya tercapai bila klien mampu bercerita dan mengekspresikan keperluan dan perasaannya informasi yang tepat dan benar dari konselor membuat klien percaya diri untuk mengambil kepuyusan yang terbik untuk dirinya.

2. Komunikasi satu arah :

 Hanya satu pihak yang aktif berbicara , tidak memberikan kesempatan pihak lain untuk bertanya atau mengekspresikan perasaan dan

pendapatnya .

 Petugas/konselor tidak mengetahui apakah klien memahami informasi yan di berikan , sehingga terjadi salah pengertian .  Bisa disampaikan dalam waktu yang singkat , seperti tiak efesien dalam membangun pemahaman .

3. Komunikasi dua arah :

 Memungkinkan kedua pihak sama sama berkesempatan untuk berbagi informasi dengan pendapat dan klarifikasi informasi dengan pertanyaan .

 Memancing diskusi dan interaksi aktif antara klien dan petugas , meningkatkan pemahaman kedua belah pihak , dan memungkinkan

petugas mengetahui apakah komunikasi telah memenuhi kebutuhan klien .

 Membutuhkan waktu yang lebih lama , tetapi lebih efesien karena bisa meyakinkan bahwa masing masing pihak memiliki pengertian yang akurat.

4. Komunikasi Verbal dan Non Verbal

Komunikasi verbal : komunikasi dengan menggunakan kata kata atau kalimat . pemilihan kata kata yang harus dilakukan secara hati hati agar lawan bicara tidak tersinggung. Gunakan kata kata atau kalimat yang mudah dimengerti, hindari istilah istilah teknis atau medis yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut .

5. Komunikasi non verbal : komunikasi tanpa menggunakan kata kata, melainkan ekspresi wajah atau bahasa tubuh . contoh :  Menganggukkan kepala;  Menggenggam tangan klien;  Mempertahankan kontak mata.

Factor factor yang mempengaruhi komunikasi verbal adalah :  Kontak mata ;  Bahasa tubuh ;  Tekanan suara ;  Ekspresi wajah ;

6. Cara Bertanya

Konselor harus menguasai teknik bertanya untuk mengukur kebutuhan dan pengetahuan klien secara akurat. Ada 2 jenis pertanyaan , tertutup dan terbuka. Pertanyaan tertutup biasanya memerlukan jawaban yang singkat, seringkali hanya satu kata. Pertanyaan terbuka memungkinkan jawaban yang panjang dan sering melibatkan pendapat dan perasaan klien. Kedua jenis pertanyaan tersebut memiliki peran penting dalam pelayanan konseling SKR yang terintegrasi. Sebaiknya konselor tidak hanya tergantung pada pertanyaan tertutup saja karena akan membatasi interaksi klien dan konselor. Konselor yang terampil dalam menggunakan kedua jenis pertanyaan memudahkanya dalam membantu klien mengemukakan permasalahan dan perasaannya. Mengapa kita perlu bertanya selama proses konseling ?  Untuk mengetahui kebutuhan dan pengetahuan klien tentang SKR ;  Untuk melibatkan klien sebagai patner aktif dan memancing kebutuhan,

perhatian dan pilihannya ;  Untuk membina hubungan baik dengan cara menunjukan perhatian dan minat ;  Agar bisa memprioritasakan isu inti pada konseling yang biasanya

dilakukan dalam waktu yang singkat ;  Untuk mengetahui tingkat pendidikan dan bahasa yang mudah dimengerti klien ;  Untuk menghindari pengulangan informasi yang sudah di ketahui klien ; dan  Untuk memperbaiki salah pengertian terhadap isu tertentu.

7. Pertanyaan tertutup

 Berapa usiamu ?  Berapa jumlah anakmu ?  Apakah rumahmu jauh dari klinik ?  Kapan mulai terjadinya pendarahan ?

 Apakah kamu telah menupayakan cara tertentu sebelum datang ke klinik ini ?

8. Pertanyaan terbuka berguna memerlukan jawaban yang panjang. Jenis pertanyaan ini juga dapat digunakan untuk mengetahui pikiran dan perasaan klien. Karena itu pertanyaan terbuka biasa digunakan di awal pengobatan medis atau konseling untuk mengetahui kondisi dan riwayat medis klien. Contoh :  Bagaimana perasaanmu ketika tahu dirimu hamil ?  Bagaimana perasaanmu sekarang ?  Apa yang menurutmu akan terjadi jika diketahui kamu ada disini ? apa

yang menjadi keberatan/perhatianmu mengenai hal tersebut ?  Apa pertanyaan atau perhatian suami/pasanganmu mengenai kehamilanmu ?  Apa rencanamu untuk melindungi diri dari kemungkinan terjadi kehamilan lagi ?  Apa yang membuatmu memutuskan untuk menggunakan metode KB yang sama dengan kakakmu ?

9. Mendengarkan Efektif

Mendengarkan efektif merupakan cara menunjukan perhatian dan membangun rapport dengan klien. Konselor yang tidak menunjukan perhatian akan menimbulkan asumsi bahwa klien dianggap tidak penting atau diremehkan. Jika hal tersebut terjadi, maka akan sulit untuk membangun kepercayaan klien. Mendengarkan efektif juga merupaka “kunci” dari konseling. Cara ini

efisien untuk mengungkap kebutuhan dan keperluan klien. Mendengarkan efektif dapat dilakukan dengan berperilaku positif dengan cara cara :  Menjaga kontak mata (sesuaikan dengan budaya setempat);  Menunjukan minat mendengar;  Menunjukan perhatian dengan cara tidak melakukan kegiatan lain atau

memotong pembicaraan;  Tidak bicara kepada orang lain saat mendengarkan;

 Mengajukan pertanyaan yang relevan;  Menunujukan empati;

Refleksi dengan cara menulang kata kata klien dengan kata kata sendiri;  Mengutip kata kata klien ke dalam diskusi berikutnya;  Membayangkan misalnya berada di situasi klien saat mendengarkan;

dan  Sekali kali biarka klien dalam keadan terdiam, berikan klien waktu untuk berpikir, ajukan pertanyaan dan bicara.

10. Membuat Kesimpulan (PARAPHRASING)

Membuat kesimpulan ( paraphrasing) berarti menucapkan kembali pesan pesan yang disampaikan klien secara sederhana dengan menuggunakan kata kata sendiri.

Tujuan dari membuat kesimpulan adalah:  Meyakinkan diri bahwa kita telah memahami kondisi klien sepenuhnya;  Membiarkan klien tahu bahwa kita sedang berusaha memahami pesan

pesan dasar klien; dan  Menyimpulkan atau mengklarifikasi apa yang klien katakan.

11. Menggunakan Bahasa Sederhana dan Alat Bantu

 Agar komunikasi efektif, konselor menjelaskan isu SKR dengan cara yang mudah dimengerti oleh kilen. Tidak mudah menemukan cara sederhana

untuk menjelaskan isu SKR kepada klien, hanya mungkin bila sering dipraktikan.

 Mencari tahu hal hal yang sudah diketahui klien dan istilah yang mudah dimengerti klien (misalnya bahasa pergaulan, bahsa standar, atau istilah istilah medis) untuk menghindari dua kesalahan : 1) menjelaskan sesuatu diluar kemampuan daya tangkap klien ; atau 2) buang waktu menjelaskan hal yang sudah diketahui klien (bisa menyinggung perasaan klien).

 Pilih kata kata yang tepat. Seringkali kata kata yang muncul dalam pikiran terlalu klinis atau memojokkan. Agar komunikasi berlangsung efektif, konselor harus pandai memilih kata kata yang mudah dipahami oleh klien.

 Konselor juga harus mampu mengidentifikasi kata/istilah yang digunakan klien untuk menyebutkan bagian tubuh atau kegiatan tertentu, sehingga ketika menggunakan istilah medisnya, penjelasannya bisa merujuk pada istilah tersebut.

 Bahasa daerah bisa dipertimbangkan untuk digunakan bila dapat menjembatani terbentuknya pengertian karena bisa membantu klien mengatasi rasa malu dalam mendiskusikan topic sensitive.

 Penggunaan bahasa yang sederhana dengan menjelaskan anatomi dan fisiologi reproduksi dapat dilatih. Latiahn berguna untuk melatih konselor dalam menjelaskan system internal yang kompleks kepda klien, meningkatkan keterampilan berkomunikasi yan baik serta membangun rasa percaya diri.

Kegiatan pembelajaran Kasus:

Anda adalah seorang klien perempuan menikah yang mengetahui bahwa suami berselingkuh dengan perempuan lain. Akhir akhir ini anda mengalami keputihan. Suatu haru anda datang ke klinik untuk konseling KB dan ingin bertanya tentang keputihan. Ketika bertemu engan konselor, anda kaget karena orang lalu lalang di sekitar ruang konseling sehingga orang lain bisa mendengar pembicaraan dan pada saat konseling, pandangan konselor tidak terfokus kepada anda. Konselor bercerita tentang staf petugas kesehatan lainnya dan terlihat tidak mendengar apa yang anda katakana. Ketika anda katakan bahwa ingin konseling KB, konselor hanya menanyakan usia dan jumlah anak. Dia sama sekali tidak menanyakan hal lainnya bahkan tidak mendengarkan ketika anda menjelaskan bahwa mengalami keputihan. Anda merasa bahwa konselor harusnya lebih tahu. Anada jadi merasa bahwa masalah yang anda alami tidak penting, sehingga anda berhenti menjelaskan. Konselor mengakhiri konseling sambil mengatakn bahwa pil KB yang terbaik untuk ada. Anda sebagai klien dihadapkan pertanyaan berikut :

1. Apa yang anda rasakan selama konseling?

2. Apa yang membuatmu berpikir konselor tidak mendengarkanmu?

3. Apa yang anda rasakan ketika konselor tidak mendengarkan penjelasanmu?

4. Apa yang dapat konselor lakukan agar bisa lebih memahami kebutuhanmu?

Uji kemampuan diri

Instruksi: jawab pertanyaan dengan hati hati Mengapa seorang konselor harus menguasai keterampilan berkomunikasi interpersonal?

Pelajaran 3

Konseling Feminis

Tujuan khusus

Mahasiswa diharapkan mampu:

1. Mendiskusikan prinsip-prinsip konseling feminis

2. Mendiskusikan strategi feminis

3. Menjelaskan tanggung jawab dan etika konseling feminis; dan

4. Mendiskusikan apa yang dimaksud dengan perempuan bermental menurut perspektif konselor.

Konsep inti

 Peremuan yang sehat mental , sangat percaya pada kemampuan dirinya dan tidak melakukan hal-hal tertentu yang tidak sesuai dengan keinginannya; tidak mengorbankan dirinya atau menjadi korban perbuatan orang lain.

 Perempuan merupakan tenaga ahli untuk dirinya sendiri, ia memiliki kemampuan diri untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya.  Terapi feminis tidak memutuskan , melainkan membantu klien mencari solusi yang terbaik untuk dirinya.  Klien berhak mendapat informasi apapun yang menyangkut tubuhnya, dan menyatakan keberatan bila klien tidak mendaptakn pelayanan yang dibutuhkan.

A. Prinsip-Prinsip Konsling Feminis

Akar dari setiap permasalahan memilikikomponen sosial dan pribadi. Dalam hal ini, masyarakat tidak dapat untuk diminta menyesuaikan diri sengan sisuasi yang tidak adil/ penuh dengan kekerasan. Tetapi, perhatian pada penyebab sosial dari tekanan mental dan emosional tidak dapat digunakan sebagai alasan untuk minta pertanggungjawaban seseorang. Setiap orang harus dapat menerima kesalahan dan mengambil langkah yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut guna merubah situasi yang ada.

Perempuan harus berusaha untuk mencapai status kebebasan secara ekonomi dan psikologis dan dapat membina hubungan yang setara dengan kaum laki-laki dan perempuan yang lain. Kekuatan dari sebuah hubungan haruslah bersifat setara. Ahli terapi (therapist) dapat mengurangi adanya perbedaan kekuasaan yang dimiliki dengan para klien melalui sebuah proses keterbukaan diri yang sesuai.

Setiap orang memiliki cara sendiri untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan. Mereka merupakan pakar untuk diri mereka sendiri. Para konselor bukanlah ahlinya. Konselor membantu kliennya dalam kelompok maupun individual untuk menemukan solusi bagi permasalahan mereka. Konselor tidak pernah berusaha memberikan jalan keluar terhadap masalah orang lain. Tidak ada formula tertentu dalam melakukan konsling. Perempuan lain bukanlah musuh. Demikian pula kaum laki-laki, sekalipun mereka bersikap kasar dan menekan.

B. Strategi Feminis

Para ahli terapi memiliki kewajiban terhadap klien mereka menurut nilai-nilai tertentu mereka. Komunikasi yang jelas dan terbuka sangatlah diutamakan, tidak disarankan untuk menunjukan tingkah laku yang bersifat tertutup dan manipulatif. Kaum perempuan diajarkan saat yang tepat menggunakan komunikasi yang bersifat terbuka.

Ahli terapi haruslah memulai sesi mereka dengan posisi mempercayai apa yang disampaikan oleh klien mereka. Akan tetapi, ahli terapi haruslah mampu untuk menghadapi tingkah laku yang bertentangan. Sang ahli terapi dapat memberikan pendapatnya yang berfungsi sebagai persepsi dan bukan sebagai penentu “yang Ahli terapi haruslah memulai sesi mereka dengan posisi mempercayai apa yang disampaikan oleh klien mereka. Akan tetapi, ahli terapi haruslah mampu untuk menghadapi tingkah laku yang bertentangan. Sang ahli terapi dapat memberikan pendapatnya yang berfungsi sebagai persepsi dan bukan sebagai penentu “yang

C. Tanggung Jawab Dan Etika

 Menjaga kerahasiaan  Jelaskan berbagai nilai yang dianut secara jelas  Dalam melakukan terapi, klien harus belajar mengenai filosofi dan prinsip

perawatan terapeutik  Memastikan keelamatan dan kesejahteraan dari pasien terutama dalam konseling  Di larang untuk membina hubungan emosional (Misalnya menjalin hubungan seksual) dengan sang klien  Ahli terapi haruslah memberi pelayanan penuh kepada klien. Prinsip kesetaraan dalam sebuah  hubungan tidak bearti bahwa anda akan mendapatkan konselin atau sikap

peduli  Uji diagnostik di lakukan dengan teliti. jika seorang klien harus menjalani sebuah pemeriksaan atau/terapi, maka yang bersangkutan berhak untuk mendapatkan hasil dari uji tersebut serta mengajukan keberatan terhadap hasil yang di berikan

 Klien berhak terhadap akses informasi yang ada dalam arsipnya, terutama atas informasi yang diberikan kepada badan atau ahli lainnya  Menjunjung tingggi hak asasi manusia terutama hak kesehatan reprodukusi dan seksualitas (misalnya: prinsip yang di anut terhadap orientasi seksual seseorang)

 Menciptakan susana yang memberikan ruang bagi klien untuk mengajukan

keberatan atas jawaban yang diberikan,mencari pendapat lain atau meninggalkan konselor tanpa mendapatkan hambatan apapun.

 Karena pemasalahan perempuan memiliki sebab-sebab sosial,konselor wajib untuk melakukan aksi sosial

D. Perempuan Sehat Secara Mental: Pandangan Terapi Feminis

 Memberikan nilai yang tinggi terhadap dirinya sendiri sebagai seorang individu dan sebagai perempuan, tidak merendahkan diri.

 Bersikap sesuai dengan kenyamanan dengan dirinya dan situasi yang dihadapi, secara sadar menolak untuk menyesuaikan diri dengan sterotipe dari gender yang secara umum berlaku kecuali jika yang bersangkutan melakukannya secara sadar dan sebagai hasil dari sebuah perenungan.

 Secara konsisiten berusaha mencapai pemenuhan emosi, sosial dan ekonomi. Berusaha keras untuk mencapai otonomi sebelum mencapai situasi yang saling membutuhkan dengan pihak lain.

 Menggabungkan otonomi dan saling ketergantungan dalam bentuk membina hubungan baik dengan orang lain baik secara pribadi maupun dalam berbagai kegiatan sosial.

 Menghargai adanya perbedaan dan persamaan, dan lebih menyukai adanya perbedaan dalam dirinya dengan orang lain dibandingkan mengikuti sereotipe.

 Tidak mengorbankan dirinya sendiri, tidak membiarakan dirinya menjadi korban perbuatan orang lain, tidak menunjukkan dirinya sebagai seorang korban dan tidak menjadikan orang lain sebagai korban.

 Menikmati kekuatan atas keinginan dan emosi dirinya sendiri. Menunjukkan kekuatan ini dengan penuh semangat, dan bertanggung jawab.

 Berani mengambil resiko mengambil tindakan tanpa mementingkan aspek pencapaian keberhasilan dan kegagalan.

 Menjaga dirinya sendiri tanpa disertai dengan perasaan bersalah, serta

menerima kenyataan bahwa sangat penting umtuk merawat orang lain.

Kegiatan pembelajaran

Lakukan simulasi konseling feminis di kelasmu

Uji kemampuan diri

Instuksi: jawablah pertanyaan berikut ini! Bedakan konseling feminis dengan konseling pada umumnya! Sebutkan kelebihan dan kekurangan dari konseling feminis!

Pelajaran 4

Praktik Konseling

Tujuan Khusus

Mahasiswi diharapkan mampu:

1. Memahami proses dalam menyiapkan sesi konseling;

2. Mendemostrasikan pendekatan GATHER dan REDI dalam konseling;

3. Mendiskusikan berbagai isu kesehatan reproduksi seperti keluarga Berencana (KB), keterlibatan laki-laki, kesehatan reproduksi remaja, kehamilan tak diinginkan, Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) atau Infeksi Menular Seksual (IMS) (termasuk HIV/AIDS), Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT);

4. Mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan informasi penting dari klien; dan

5. Menerapkan keterampilan melakukan konseling dalam bentuk simulasi.

Konsep Inti

1. Kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi merupakan konsep yang tumpah tindih dan saling terkait. Istilah seksualitas dan kesehatan reproduksi (SKR) ditujukan kepada seluruh aspek terkait dengan seksualitas dan reproduksi.

2. Konseling SKR terpadu adalah interaksi dua arah antara klien dan petugas dengan tujuan untuk menilai dan mengetahui seluruh kebutuhan, pengetahuan dan perhatian klien terhadap SKR, terlepas dari pelayanan kesehatan yang disediakan petugas maupun jenis pelayanan yang diminta oleh klien.

3. Konseling merupakan komponen penting dari pelayanan SKR terpadu, yang ditujukan untuk memberdayakan klien agar dapat memanfaatkan beragam pelayanan yang tersedia di klinik setempat maupun rujukan dengan sebaik- baiknya.

A. Persiapan Konseling

Terdiri dari 4 langkah, yaitu :

1. Persiapan diri;

2. Persiapan tempat;

3. Persiapan materi-materi informasi; dan

4. Pencatatan sesi konseling (termasuk isu-isu yang rahasia).

B. Persiapan Diri

Konseling yang baik memerlukan konselor yang:  Memiliki motivasi mendengarkan dan menolong orang lain. Idealnya,

seorang konselor harus siap mental dalam memberikan bantuan;  Memfokuskan konsentari pada saat konseling untuk mendengarkan klien;  Memiliki informasi dari pemikiran kreatif yang berguna bagi klien; dan  Mampu bekerja sama dengan klien dengan tujuan memberdayakan klien

dalam membuat keputusan mengenai kesehatan reproduksi dan seksualnya.

C. Persiapan tempat

Konseling bisa dilakukan dimana saja, asalkan nyaman bagi klien maupun konselor. Walaupun demikian, konselor tetap harus menyiapkan tempat khusus untuk konseling. Berikut adalah beberapa kiat mempersiapkan tempat konseling yang nyaman:  Tempat tidak perlu luas asal bersih;  Furniture tidak perlu lengkap; cukup meja kecil; 3 kursi dan lemari kecil

untuk meletakkan alat-alat konseling dan materi informasi;  Perhatikan penerangan dan saluran udara;  Warna dinding sebaiknya warna pastel (tidak putih) agar menimbulkan efek

menenangkan dan menyegarkan perasaan dan pikiran klien;

 Bunga atau tanaman kecil, gambar atau poster akan menambahkan aura selamat datang; dan  Tisu dan minuman disediakan untuk mengantisipasi klien menangis.

D. Persiapan Materi-Materi Informasi

Information kids, seperti flipchart yang berisi informasi-informasi praktis mengenai SKR yang disajikan menarik dan dilengkapi gambar-gambar dan grafik; berguna saat konselor memberikan informasi SKR kepada klien, mengingatkan konselor agar tidak lupa memberikan informasi yang dibutuhkan klien, serta membantu meningkatkan pemahaman dan pengetahuan yang benar sehingga klien bisa membuat keputusannya sendiri. Materi Informasi, seperti brosur, leaflet, dan booklet mengenai isu-isu SKR akan membantu meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien. Bila memungkinkan klien diberikan materi informasi yang bisa dibawa pulang. Hal ini dapat membantu klien mengingat beberapa hal penting dan dapat digunakan untuk meyampaikan informasi yang sama kepada orang lain (keluarga, kerabat, teman).

Pencatatan Sesi Konseling

Merupakan hal penting dalam konseling. Mengingat klien mungkin berkunjung beberapa kali, sehingga perlu untuk menyimpan riwayat latar belakang klien berikut masalah yang dihadapinya. Pencatatan harus standar dan sistematis, dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari hal-hal yang terlupakan. No. Rekam Medis

Nama Klien

Alamat : (Dapat berupa alamat, nama, nomor telpon) Nama Konselor

Respon Keputusan Tanggal Kunjungan

Alasan

Keluhan/Informasi

Klien

Konselor Klien/Rencana

Table 1. Catatan Konseling

E. Kerahasiaan

Beberapa hal yang harus dilakukan konselor untuk menjaga kerahasiaan klien :

1. Tidak menyebarkan data diri klien kepada orang lain. Termasuk rekan sejawak dan keluarga (klien atau konselor) tanpa sepengetahuan klien;

2. Melakukan konseling dengan suara yang pelan, atau di ruangan terpisah agar klien yakin bahwa percakapannya tidak akan terdengar oleh orang lain;

3. Menyimpan catatan konseling di tempat khusus. Beberapa hal bisa menjadi bahan pertimbangan konselor: Catatan klien di klinik atau rumah sakit: catatan klien yang disimpan di rekam medis klinik/rumah sakit memungkinkan bahwa lebih dari satu orang konselor/petugas bisa memiliki akses terhadap catatan tersebut. Catatan konseling terpisah: beberapa fasilitas kesehatam menyimpan catatan klien dalam rekam medis secara terpisah sehingga cerita-cerita pribadi, masalah klien tidak diketahui petugas lainnya. Catatan pribadi konselor: konselor juga dapat menulis/mencatat beberapa hal umum di rekam medis rumah sakit/klinik. Hal ini dilakukan untuk menjaga kerahasiaan klien.

F. Pendekatan GATHER dan REDI

Pendekatan GATHER dan REDI merupakan kerangka kerja yang umumnya digunakan dalam memeberikan konseling mengenai isu –isu kesehatan reproduksi. Pendekatan GATHER biasanya digunakan untuk konseling layanan KB untuk membantu klien memilih metode KB yang baik dan cocok. Langkah- langkah GATHER tidak mudah untuk diterapkan dalam konseling isu-isu kesehatan reproduksi lainya (selain yang disebutkan diatas) karena itu diperkenalkan REDI sebagai langkah baru.

1. Pendekatan Gather

GATHER merupakan singkatan dari:  Greet/Salam - berikan salam dengan sikap bersahabat kepada

klien segera ketika bertemu. Buatlah klien merasa nyaman dengan bertanya mengenai hal-hal yang kecil.

 Ask/Tanya - apa dan bagaimana konselor dapat membantu klien. Tanyakan masalah mereka; gunakan intonasi suara yang mengisyaratkan ketertarikan, perhatian dan keakraban.

 Tell/Tanggapan - jangan lupa menanggapi/merespon klien.  Help/Bantu

- bantu klien dalam membuat keputusannya

sendiri.

 Explain/Terangkan  Return/Kembali - ingatkan klien Selain KB, pendekatan GATHER juga dapat diterapkan pada isu-isu SKR yang lain (seperti seksualitas dan pencegahan HIV/ISR) yang disebut dengan pendekatan GATHER perlindungan ganda. Penekanannya adalah kontrasepsi (kondom) tidak hanya untuk mencegah kehamilan tapi dapat juga untuk mencegah ISR pada saat yang bersamaan.

G = GREET/Berikan Salam kepada klien dengan sopan dan hangat. Hargai kedatangan klien, dan jelaskan bahwa diskusi tersebut bersifat rahasia. Kedua hal tersebut merupakan bagian sangat penting dalam membangun “kepercayaan” dan rasa aman klien dalam berbagai perasaan dan

masalahnya, khususnya isu yang berhubungan dengan HIV dan ISR, seksualitas dan pencegahan HIV – IMS dan Kehamilan).

A = ASK/Tanyakan klien hal-hal umum menyangkut dirinya, seperti nama, usia, anggota keluarga, dan lain-lain. Tanyakan alasan kedatangan klien (yakinkan klien bahwa hal yang sama juga diajukan kepada klien lainnya agar dapat memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya). Tanyakan mengenai kehidupan seksual dan riwayat seksual klien; apa yang mereka ketahui mengenai perilaku seks pasangannya, HIV, dan IMS, KB, dan kondom; apakah mereka beresiko terinfeksi HIV dan IMS, kehamilah tidak diingankan, atau kekerasan, atau mereka mempunyai masalah kesehatan seksual lainnya.

T = TELL/Informasikan kepada klien berbagai jenis pelayanan yang tersedia, pilih kontrasepsi (termasuk cara kerja, keampuhan dalam mencegah HIV- IMS serta kehamilan, dan pengaruhnya terhadap seksualitas), cara-cara mencegah HIV-IMS (dengan menekankan pada penggunan kondom), serta penyebaran HIV dan IMS dan resikonya. Ruang lingkup dan kapasitas pemberian informasi diberikan menurut kasus per kasus.

H = HELP/Bantulah klien untuk membuat keputusan terbaik termasuk mengurangi resiko HIV dan IMS atau kehamilan tidak diinginkan, klien menentukan sendiri tingkat resiko mereka terhadap HIV daan IMS, dan memutuskan upaya yang akan dilakukan untuk meuurunkan resiko tersebut. Konselor juga membantu klien memilih metode KB yang dapat melindunginya dari kehamilan dan terkena HIV-IMS. Bantu klien mengantisipasi reaksi pasangan saat memperkenalkan kondom atau mendiskusikan seksualitas atau perilaku IMS beresiko. Jelaskan besar biaya yang harus ditanggung oleh klien. Apabila penggunaan kondom pria tidak H = HELP/Bantulah klien untuk membuat keputusan terbaik termasuk mengurangi resiko HIV dan IMS atau kehamilan tidak diinginkan, klien menentukan sendiri tingkat resiko mereka terhadap HIV daan IMS, dan memutuskan upaya yang akan dilakukan untuk meuurunkan resiko tersebut. Konselor juga membantu klien memilih metode KB yang dapat melindunginya dari kehamilan dan terkena HIV-IMS. Bantu klien mengantisipasi reaksi pasangan saat memperkenalkan kondom atau mendiskusikan seksualitas atau perilaku IMS beresiko. Jelaskan besar biaya yang harus ditanggung oleh klien. Apabila penggunaan kondom pria tidak

E = EXPLAIN/Terangkan mengenai kerja dari fasilitas kesehatan, cara kerja metode KB dan pengaruhnya terhadap seksualitas, proteksi ganda kondom, pencegahan IMS, pengobatan lain yang harus dilkukan klien dan pasangannya, atau tidak melakukan aktifitas seksual sampai dinyatakan sembuh dari infeksi. Peragakan pemakaian kondom dengan menggunakan model penis dan minta klien untuk mencobanya. Cari tahu rencana klien untuk mengurangi resiko HIV dan IMS atau kehamilan tidak diinginkan. Cari tahu juga bagaimana klien menangani menghadapi rintangan. Jika memungkinkan, mainkanlah peranan untuk bernegosiasi terhadap penggunaan kondom atau memperkenalkan diskusi mengenai seksualitas, penggunaan kondom atau penurunan resiko IMS.

R = RETURN/Kunjungan ulang. Apabila memungkinkan, jadwalkan kunjungan ulang dengan klien untuk mengetahui perkembangan klien. Sediakan informasi tambahan, sumber-sumber, atau rekomendasi sebanyak yang dibutuhkan (untuk konseling dan tes sukarela, pelayanan dan dukungan HIV, pemeriksaan IMS atau pengobatan ISR). (Engender Health,2002)

Pendekatan Redi

Ada 4 tahap pendekatan REDI, yaitu :

Tahap 1 : Membangun Hubungan Tahap 2 : Eksplorasi

 Menyambut klien  Cari tahu kebutuhan klien,  Membuat pendahuluan

resiko, kehidupan seksual,  Memperkenalkan

sosial dan seksualitas

topik

kehidupan

lingkungannya  Menjanjikan kerahasiaan

 Cari tahu pengetahuan klien dan berikan informasi yang dibutuhkan

 Bantu klien menerima atau memutuskan

kehamilannya atau resiko HIV dan IMS

Tahap 3 : Pengambilan Keputusan Tahap 4 : Menjalankan Keputusan

 Identifikasi keputusan yang  Buatlah rencana yang konkrit diperlukan klien

dan spesifik untuk menjalankan  Identifikasi

pilihan-pilihan

keputusan

klien dalam

 Identifikasi keterampilan yang keputusan

mengambil

klien dalam  Jabarkan

diperlukan

menjalankan keputusan kekurangan, dan konsekuensi

keuntungan,

 Keterampilan praktis, bila dari tiap pilihan

diperlukan, dengan bantuan  Bantulah klien untuk membuat

petugas

keputusan yang nyata  Buat rencana tindak lanjut

Beberapa hal yang menyebabkan pendekatan REDI tepat digunakan untuk konseling kesehatan reproduksi terpadu, yaitu : 1) menekankan pada tanggung jawab klien untuk membuat keputusan dan menjalankannya; 2) memberikan panduan yang mempertimbangkan hubungan seksual klien dn konteks sosial; dan

3) tantangan yang mungkin dihadapi klien dalam menjalankan keputusannya serta menawarkan pengembangan keterampilan untuk membantu klien mengahadapi segala tantangan.

G. Isu-Isu Khusus Kesehatan Reproduksi Keluarga Berencana

Beberapa pengetahuan kunci  Metode Kontrasepsi dapat dikelompokkan menjadi 5: 1) Metode Alami

(kalender, senggama terputus); 2) Metode Hormonal (pil, suntik, implant);

3) Metode Perintang (kondom, spermicide diafragma); 4) Metode

Operasi (vasektomi, tubektomi); 5) Intra Uterine Device (IUD/Spiral).  Kondom mempunyai fungsi ganda: mencegah kehamilan tidak diinginkan dan mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS).  Petugas kesehatan versus klien berdasarkan metode control. IUD,