MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MUTU PELAYANAN KEBIDANAN DISUSUN OLEH TIM PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO

TAHUN 2013

PENERAPAN STANDAR MUTU PELAYANAN KEBIDANAN PENDAHULUAN

A. Latar belakang :

Globalisasi mempertinggi arus kompetisi disegala bidang termasuk bidang kesehatan dimana perawat dan bidan terlibat didalamnya. Untuk dapat mempertahankan eksistensinya, maka setiap organisasi dan semua elemen-elemen dalam organisasi harus berupaya meningkatkan mutu pelayanannya secara terus menerus.. Kecenderungan masa kini dan masa depan menunjukkan bahwa masyarakat semakin menyadari pentingnya peningkatan dan mempertahankan kualitas hidup (quality of life).

Oleh karena itu pelayanan kesehatan yang bermutu semakin dicari untuk memperoleh jaminan kepastian terhadap mutu pelayanan kesehatan yang diterimanya. Semakin tinggi tingkat pemahaman masyarakat terhadap pentingnya kesehatan untuk mempertahankan kualitas hidup, maka customer akan semakin kritis dalam menerima produk jasa, termasuk jasa pelayanan kebidanan, oleh karena itu peningkatan mutu kinerja setiap bidan perlu dilakukan terus menerus.

Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu banyak upaya yang dapat dilaksanakan.Upaya tersebut jika dilaksanakan

secara terarah dan terencana ,dalam ilmu administrasi kesehatan dikenal dengan nama program menjaga mutu pelayanan kesehatan (Quality Assurance Program ).

Bidan merupakan tenaga kesehatan yang mempunyai tugas utama memberikan pelayanan kebidanan dan kesehatan reproduksi kepada individu perempuan, keluarga dan masyarakat. Dalam memberikan pelayanan tersebut, baik klien maupun bidan yang bersangkutan perlu mendapat perlindungan hukum. Untuk itu tenaga bidan perlu dipersiapkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menjalankan pekerjaan sesuai standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, bagi setiap tenaga bidan harus memiliki kompetensi minimal yang diperlukan untuk dapat mendukung penyelenggaraan praktik kebidanan secara aman dan tepat.

Modul ini di kemas dalam dua kegiatan belajar dan seluruhnya diberi alokasi waktu 32 jam. Dua kegiatan tersebut disusun dengan urutan sebagai berikut :  Kegiatan Belajar 1 : Standar pelayanan kebidanan dasar  Kegiatan Belajar 2 : Indikator Mutu Pelayanan Kebidanan

Dalam modul ini mahasiswa diminta untuk banyak membaca secara mandiri atau bersama teman-teman untuk mendapatkan gambaran dan penguasaan yang lebih mendalam dan luas tentang standar pelayananan

kebidanan dan indikator mutu pelayanan kebidanan.

B. Kompetensi Dasar

Diharapkan peserta didik dapat memahami:

1. Standar pelayanan kebidanan dasar

2. Indikator Mutu Pelayanan Kebidanan

C. Standar Kompetensi

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu menerapkan dan mengaplikasikan :

1. Standar pelayanan kebidanan dasar

2. Indikator Mutu Pelayanan Kebidanan

KEGIATAN BELAJAR

Kegiatan Belajar 1 : Standar Pelayanan Kebidanan Dasar

A. Standar Pelayanan Kebidanan Dasar

1. Pengertian Standar Pelayanan Kebidanan Standar merupakan masalah mutu yang muncul setelah ditemukan penyimpangan

terhadap standar yang telah ditetapkan. Pada akhir- akhir ini batasan pengertian

standar adalah :

a. Standar pelayanan kebidanan adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan,

b. Standar pelayanan kebidanan adalah kisaran variasi yang masih dapat diterima,

c. Standar pelayanan kebidanan adalah rumusan tentang penampilan atau nilai yang diinginkan yang mampu di capai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan,

d. Standar pelayanan kebidanan adalah spesifikasi dan fungsi atau tujuan yang harus dipenuhi oleh sebuah sarana pelayanan kesehatan agar pemakai jasa pelayanan kesehatan dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dari pelayanan kesehatan yang diselenggarakan,

e. Standar pelayanan kebidanan adalah norma dan tingkat kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dari sekian pengertian diatas walaupun rumusannya berbeda,

tetapi pengertian yang terkandung di dalamnya adalah sama. Standar menunjuk pada keadaan yang sangat ideal yang tercapai sesuai yang telah direncanakan.

2. Syarat Standar Standar pelayanan kebidanan mempunyai syarat standar:

1) Standar pelayanan kebidanan mempunyai pernyataan yang menjadi pedoman pelaksanaan,

2) Standar pelayanan kebidanan mengharapkan suatu hasil yang harus dicapai,

3) Standar pelayanan kebidanan mempunyai persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi,

4) Standar pelayanan kebidanan mempunyai proses, yang merupakan rangkaian dari langkah-langkah pokok yang dilaksanakan dalam pelayanan kebidanan yang perlu dilakukan untuk penerapan standar pelayanan,

5) Standar pelayanan kebidanan harus dapat diobservasi dan diukur,

6) Standar pelayanan kebidanan harus realistik.

3. Pengenalan Standar Pelayanan Kebidanan Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kesakitan dan kematian bayi (AKB). Karena:

1) Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan paripurna,

2) Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berfokus pada aspek pencegahan, promosi dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat,

3) Bidan bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang membutuhkannya, kapan dan dimana pun dia berada.

Untuk menjamin kualitas tersebut diperlukan suatu standar profesi sebagai acuan untuk melakukan segala tindakan dan asuhan yang

diberikan dalam seluruh aspek pengabdian profesinya kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik dari aspek input, proses dan output. Standar pelayanan kebidanan digunakan untuk menentukan kompetensi yang diperlukan bidan dalam menjalankan praktik sehari-hari. Standar pelayanan kebidanan yang dapat digunakan untuk menilai mutu pelayanan:

a) Pelayanan kebidanan yang dilakukan harus berorientasi pada kebutuhan masyarakat,

b) Bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak,

c) Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian bersama masyarakat, c) Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian bersama masyarakat,

e) Penentuan kegiatan prioritas yang langsung mempengaruhi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) sangat penting.

f) Pelayanan kebidanan yang dilakukan harus memanfaatkan fasilitas

sesuai standar yang dibutuhkan.

g) Menyusun rencana diklat Bidan dengan Pengembangan kurikulum pendidikan Bidan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan.

4. Standar Pelayanan Kebidanan Minimal ( minimum requirement standard ) Standar persyaratan pelayanan kebidanan minimal adalah keadaan yang menunjukkan persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh Bidan untuk dapat menjamin melaksanakan pelayanan kebidanan yang bermutu.Standar persyaratan pelayanan kebidanan minimal ini diebdakan atas 3 macam.

a. Standar masukan Padda standar masukan ditetapkan persyaratan minimal unsur massukan yang perlu disediakan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kebidanan yang bermutu, yakni:

a) Jenis kegiatan pelayanan kebidanan, yaitu jenis-jenis kegiatan pelayanan kebidanan yang diprogramkan,

b) Jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana, yang sering dikenal dengan Standar ketenagaan (standar of personnel)

c) Jumlah dan kualifikasi sarana, yang sering dikenal dengan standar sarana (standar of facilities)

d) Jumlah dana (modal) yaitu ketersediaan sejumlah dana yang dibutuhkan untuk melaksanakan pelayanan kebidanan,

e) Ketersediaan kebijakan dengan peraturan-peraturan yang menjadi landasan hukum pelaksanaan pelayanan yang bermutu.

b. Standar lingkungan Pada standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal unsur lingkungan yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan

kebidanan yang bermutu, yakni: kebidanan yang bermutu, yakni:

b) Pola organisasi, yaitu bentuk dan jenis organisasi yang diperlukan untuk terselenggaranya pelayanan kebidanan yang bermutu, dan

c) Sistem manajemen yang harus dipatuhi oleh setiap pelaksana pelayanan kebidanan.

1) Kebersihan kamar empat pelayanan kebidanan,

2) Prosedur kerja,

3) Tata letak ruangan tempat pelayanan kebidanan

4) Tingkat disiplin kerja para petugas pelayanan kebidanan, dan

5) Keramahan para petugas pelayanan kebidanan Standar lingkungan ini disebut juga standar organisasi dan manajemen (standart of organization).

c. Standar proses Standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur-unsur proses yang harus dilakukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kebidanan yang bermutu yakni :

1) Tindakan medis, ayitu langkah-langkah yang harus dilaksanakan oleh seorang bidan dalam melakukan pelayanan kebidanan sebagai berikut :

a. Pelayanan antenatal

b. Pelayanan persalinan

c. Pelayanan nifas

d. Penanganan kegawatdaruratan obstetri-neonatal

2) Tindakan non medis

a. Pelayanan kehidupan keluarga sehat, yaitu bidan harus memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk hidup sehat dengan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kehamilan,

gizi, keluarga berencana, kesiapan keluarga dalam menghadapi kehamilan untuk menjadi orang tua.

b. Pelayanan pencatatan dan pelaporan

Gambar Kedudukan dan Peranan Standar dalam Program Menjaga Mutu

STANDAR LINGKUNGAN

STANDAR MASUKAN

STANDAR

STANDAR

PROSES

KELUARAN

PENYEBAB MASALAH MUTU MASALAH MUTU PELAYANAN PELAYANAN KEBIDANAN KEBIDANAN

5. Standar Penampilan Minimal ( minimum performance standard ) Menurut Abdul Bari, dkk, 2002. Yang dimaksud standar penampilan minimal adalah yang menunjuk pada penampilan pelayanan kesehatan yang masih diterima. Karena menunjuk pada unsur keluaran, maka standar ini sering disebut dengan standar keluaran (standard of output) atau lebih populer dengan sebutan standar penampilan ( standard of sperformance ).

Ruang lingkup standar pelayanan kebidanan meliputi 24 Standar (Wibisono Wijono, 2006) yaitu:

a. Standar pelayanan umum Standar 1 : Persiapan untuk hidup keluarga sehat Tujuan:

1) Memberikan penyuluh kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat dan terencana serta menjadi orang tua yang bertanggung jawab.

2) Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan, keluarga dan masyarakat terhadap segala hal yag berkaitan dengan kehamilan, termasuk penyuluhan kesehatan umum, gizi, KB dan 2) Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan, keluarga dan masyarakat terhadap segala hal yag berkaitan dengan kehamilan, termasuk penyuluhan kesehatan umum, gizi, KB dan

3) Masyarakat dan perorangan ikut serta dalam upaya mencapai kehamilan yang sehat, ibu, keluarga dan masyarakat meningkat pengetahuannya tentang fungsi alat-alat reproduksi dan bahaya kehamilan pada usia muda.

4) Bidan bekerjasama dengan kader kesehatan dan sektor terkait sesuai dengan kebutuhan.

Standar 2 :Pencatatan dan Pelaporan Tujuan:

1) Mengumpulkan, mempelajari dan menggunakan data untuk pelaksanaan penyuluhan, kesinambungan pelayanan dan penilaian kinerja.

2) Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya dengan seksama seperti yang sesungguhnya yaitu, pencatatan semua ibu hamil di wilayah kerja, rincian pelayanan yang telah diberikan sendiri oleh bidan kepada seluruh ibu hamil/ bersalin, nifas dan bayi baru lahir semua kunjungan rumah dan penyuluhan kepada masyarakat. Disamping itu, bidan hendaknya mengikutsertakan kader untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat yang berkaitan dengan ibu hamil, ibu dalam proses melahirkan,ibu dalam masa nifas,dan bayi baru lahir. Bidan meninjau secara teratur catatan tersebut untuk menilai kinerja dan menyusun rencana kegiatan pribadi untuk meningkatkan pelayanan.

3) Terlaksananya pencatatan dan pelaporan yang baik.

4) Tersedia data untuk audit dan pengembangan diri.

5) Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam kehamilan, kelahiran bayi dan pelayanan kebidanan.

6) Adanya kebijakan nasional/setempat untuk mencatat semua kelahiran dan kematian ibu dan bayi.

7) Sistem pencatatan dan pelaporan kelahiran dan kematian ibu dan bayi dilaksanakan sesuai ketentuan nasional atau setempat.

8) Bidan bekerja sama dengan kader/tokoh masyarakat dan memahami masalah kesehatan setempat.

9) Register Kohort ibu dan Bayi, Kartu Ibu, KMS Ibu Hamil, Buku KIA, dan PWS KIA, partograf digunakan untuk pencatatan dan pelaporan pelayanan. Bidan memiliki persediaan yag cukup untuk semua dokumen yang diperlukan.

10) Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menggunakan format pencatatan tersebut diatas.

11) Pemerataan ibu hamil.

12) Bidan memiliki semua dokumen yang diperlukan untuk mencatat jumlah kasus dan jadwal kerjanya setiap hari.

13) Pencatatan dan pelaporan merupakan hal yang penting bagi bidan untuk mempelajari hasil kerjanya.

14) Pencatatan dan pelaporan harus dilakukan pada saat pelaksanaan pelayanan. Menunda pencatatan akan meningkatkan resiko tidak tercatatnya informasi pentig dalam pelaporan.

15) Pencatatan dan pelaporan harus mudah dibaca, cermat dan memuat tanggal, waktu dan paraf.

b. Standar Pelayanan Antenatal Standar 3 : Identifikasi ibu hamil Tujuannya :

1) Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan

memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur

2) Ibu, suami, anggota masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan kehamilan secara dini dan teratur, serta mengetahui tempat pemeriksaan hamil

3) Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum kehamilan 16 minggu.

4) Bidan bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk menemukan ibu hamil dan memastikan bahwa semua ibu hamil telah memeriksakan kandungan secara dini dan teratur.

5) Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan masyarakat secara teratur untuk menjelaskan tujuan pemeriksaan kehamilan kepada ibu hamil, suami, keluarga maupun masyarakat.

Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Tujuaanya :

1) Memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi kehamilan

2) Bidan memberikan sedikitnya

4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal

3) Bidan juga harus mengenal kehamilan resti/ kelainan khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/infeksi HIV ; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat, dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas

4) Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama kehamilan

5) Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat. Deteksi dini dan komplikasi kehamilan

6) Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda bahaya kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan

7) Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi kegawatdaruratan

8) Bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas, termasuk penggunaan KMS ibu hamil dan kartu pencatatan hasil pemeriksaan kehamilan (kartu ibu )

9) Bidan ramah, sopan dan bersahabat pada setiap kunjungan

Standar 5 : Palpasi abdominal Bidan melakukan perkiraan usia kehamilan ibu, pertumbuhan janinnya, penentuan posisi letak dan posisi bagian bawah janin dengan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan melakukan partisipasi untuk dapat memperkirakan usia kehamilan.

Standar 6 : Pengelolaan anemia pada kehamilan Tujuan :

Menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung Ada pedoman pengelolaan anemia pada kehamilan

1. Bidan mampu :

1) Mengenali dan mengelola anemia pada kehamilan

2) Memberikan penyuluhan gizi untuk mencegah anemia

3) Menyediakan alat untuk mengukur kadar HB yang berfungsi baik dan siap digunakan

4) Menyediakan obat-obatan dan tablet zat besi untuk diberikan pada ibu hamil yang sewaktu-waktu memerlukan

5) Melakukan pencatatan tentang pelaksanaan pelayanan yang telah dilakukan secara lengkap dan benar

Proses yang harus dilakukan bidan : Memeriksa kadar HB semua ibu hamil pada kunjungan pertama dan pada minggu ke-28. HB dibawah 11gr% pada kehamilan termasuk anemia, dibawah 8% adalah anemia berat.Dan jika anemia berat terjadi, misalnya wajah pucat, cepat lelah, kuku pucat kebiruan, kelopak mata sangat pucat, segera rujuk ibu hamil untuk pemeriksaan dan perawatan selanjutnya. Sarankan ibu hamil dengan anemia untuk tetap minum tablet zat besi sampai 4-6 bulan setelah persalinan.

Standar 7 : Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan Tujuan :

Mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan dan melakukan tindakan yang diperlukan.

Pernyataan standar : Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada

kehamilan dan mengenal tanda serta gejala pre-eklampsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya

Hasilnya : Ibu hamil dengan tanda preeklamsi mendapat perawatan yang memadai dan tepat waktu, penurunan angka kesakitan dan kematian akibat eklampsi Persyaratannya :

Bidan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, pengukuran tekanan darah. Bidan mampu :

Mengukur tekanan darah dengan benar, mengenali tanda-tanda preeklmpsia, mendeteksi hipertensi pada kehamilan, dan melakukan tindak lanjut sesuai dengan ketentuan

Standar 8 : Persiapan persalinan Tercapainya kepastian persalinan yang direncanakan dalam lingkungan yang aman dan memedai yang dilaksanakan oleh Bidan yang mempunyai kemampuan dan keterampilan yang cukup yaitu Bidan yang bersangkutan dapat memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami/keluarganya pada trimester ke III dan melakukan persalinan bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan di rencanakan dengan baik. Prasyarat:

1) Semua ibu harus melakukan 2 kali kunjungan antenatal pada trimester terakhir kehamilan

2) Adanya kebijaksanaan dan protokol nasional/setempat tentang indikasi persalinan yang harus dirujuk dan berlangsung di rumah sakit

3) Bidan terlatih dan terampil dalam melakukan pertolongan persalinan yang aman dan bersih

4) Peralatan penting untuk melakukan pemeriksaan antenatal tersedia

5) Perlengkapan penting yang di perlukan untuk melakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman tersedia dalam keadaan DTT/steril

6) Adanya persiapan transportasi untuk merujuk ibu hamil dengan cepat jika terjadi kegawat daruratan ibu dan janin

7) Menggunakan buku KIA kartu ibu dan partograf

8) Sistem rujukan yang efektif untuk ibu hamil yang mengalami komplikasi selama kehamilan 8) Sistem rujukan yang efektif untuk ibu hamil yang mengalami komplikasi selama kehamilan

Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi. Pernyataan standar:

Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung. Hasilnya :

1) Ibu bersalin mendapatkan pertolongan darurat yang memadai dan tepat waktu bila diperlukan.

2) Meningkatkan cakupan persalinan dan komplikasi lainnya yang ditolong tenaga kesehatan terlatih.

3) Berkurangnya kematian/ kesakitan ibu atau bayi akibat partus lama.

Standar 10 : persalinan kala II yang aman Tercapainya kepastian persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi dengan melakukan pertolongan persalinan bayi dan plasenta pada tempat yang telah dipersiapkan sesuai rencana yaitu diruangan yang bersih dan terlindungi dari jangkauan orang lain.

Untuk terlaksananya asuhan persalinan kala II yang bersih dan aman pada proses persalinan tersebut, maka bidan perlu :

1) Mempersiapkan pertolongan persalinan di ruangan yang hangat, bersih dan sehat.

2) Mempersiapkan perlengkapan untuk pertolongan persalinan bersih dan aman.

3) Mencatat hasil pemeriksaan KMS ibu hamil/buku KIA, kartu ibu dan partograf.

4) Melakukan sistem rujukan untuk kegawatdaruratan obstetri yang aktif.

Standar 11 : penatalaksanaan aktif persalinan kala III Tujuan :

Membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan, memperpendek waktu persalinan kala III, mencegah atoni uteri dan retensio plasenta.

Untuk terlaksananya penatalaksanaan kala aktif persalinan kala III pada proses persalinan tersebut, maka Bidan perlu :

1) Mempunyai keterampilan dan sudah terlatih dala melahirkan plasenta secara lengkap,

2) Menyediakan peralatan dan perlengkapan untuk melahirkan plasenta,

3) Menyiapkan obat-obatan oksitosin dan metode yang efektif untuk penyimpanan dan pengirimannya yang dijalankan dengan baik,

4) Melakukan sistem rujukan untuk kegawatdaruratan obstetri yang aktif.

Standar 12 : penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi Tujuan : Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi jika ada tanda- tanda gawat janin pada saat kepala janin meregangkan perineum.

Untuk terlaksananya penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi pada proses persalinan tersebut,

1) Bidan sudah terlatih untuk melaksanakan episiotomi dan menjahit perineum secara benar,

2) Bidan menyiapkan perlengkapan untuk melakukan episiotomi,

3) Bidan melakukan pencatatan hasil pemeriksaan dalam kartu ibu, partograf dan buku KIA.

d. Standar Pelayanan Nifas Standar 13 : perawatan bayi baru lahir Tujuan :Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya

pernafasan serta mencegah hipotermi, hipokglikemia dan infeksi. Untuk terlaksananya perawatan bayi baru lahir dengan segera dan tepat,

maka :

1) Bidan yang mendampingi persalinan dan memberikan perawatan bayi baru lahir adalah bidan yang sudah terlatih dan trampil,

2) Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir dengan menggunakan skor APGAR,

3) Bidan yan gmenolong bayi dapat melakukan upaya pernafasan dan melakuka resusitasi bayi baru lahir,

4) Bidan segera mengenal tanda-tanda hipotermi dan dapat melakukan tindakan yang tepat untuk mencegah dan menangani hipotermi,

5) Bidan melakukan pencegahan infeksi bayi baru lahir,

6) Bidan segera mengenal tanda-tanda hipoglikemia dan melakukan penatalaksanaan yang tepat jika terjadi

7) Bidan menyiapkan perlengkapan dan peralatan untuk perawatan yang bersih dan aman bagi bayi

8) Melakukan pencatatan di buku ibu, kartu bayi dan buku KIA

Standar 14 : penanganan kala IV/ pada 2 jam setelah persalinan Untuk dapat mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih dan aman selama persalinan kala IV untuk memulihkan kesehatan ibu dan bayi, meningkatkan asuhan sayang ibu dan sayang bayi, memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah persalinan dan mendukung terjadinya ikatan batin antara ibu dan bayinya. Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi paling sedikit selama 2 jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan.

Standar 15 : pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di Puskesmas dan rumah sakit atau melalui kunjungan ke rumah pada hari ke tiga, minggu

ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk mebantu pemulihan ibu dan bayi melalui penatalaksanaan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa

nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.

e. Standar penanganan kegawatan obstetrik dan neonatal Standar 16 : Penanganan perdarahan dalam kehamilan pada trimester III Bidan dapat mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan dan segera melakukan tindakan cepat dan tepat pertolongan pertama dan melakukan rujukan sehingga ibu yang mengalami perdarahan pada trimester III kehamilan segera mendapat pertolongan yang cepat dan benar.

Standar 17 : Penanganan kegawatan pada eklampsia Bidan mengenali secara tepat dan dini tanda dan gejala pre- eklampsia ringan, berat dan eklampsia sehingga bidan dapat mengambil tindakan yang tepat.

Standar 18 : Penanganan kegawatdaruratan pada partus lama/macet Bidan dapat mengenali secara tepat dan dini tanda dan gejala pre- eklampsia ringan, berat dan eklampsia sehingga Bidan dapat mengambil tindakan yang tepat. Untuk terlaksananya penanganan kegawatdaruratan pada partus lama/macet, maka Bidan harus :

1) Memantau dan mencatat secara berkala keadaan ibu dan janin, his dan kemajuan persalinan pada partograf dan catatan persalinan.

2) Jika terjadi penyimpangan kemajuan persalinan maka Bidan dapat melakukan palpasi uterus dengan teliti untuk mendeteksi gejala-gejala dan tanda lingkaranretraksi patologis.

3) Jika ibu mendapat hidrasi yang baik selama proses persalinan, agar ibu sering minum.

4) Menyuruh ibu untuk berjalan-jalan, merubah posisi selama proses persalinan dan kelahiran.

5) Meminta ibu untuk sering buang air kecil selama proses persalinan (sedikitnya setiap 2 jam).

6) Mengamati tanda-tanda partus macet dan lama dengan melakukan palpasi abdomen, menilai penurunan janin, dan periksa dalam, menilai

penyusupan janin, dan pembukaan serviks.

7) Mengamati tanda-tanda gawat ibu dan gawat janin.

8) Periksa dengan teliti vagina dan kondisinya.

9) Periksa juga letak janin, pembukaan serviks apakah tipis, tegang atau mengalami edema.

10) Bila terlihat ada tanda dan gejala persalinan macet, gawat janin, atau tanda bahaya pada ibu, maka ibu dibaringkan miring ke sisi kiri dan berikan cairan IV dan rujuk segera ke Rumah Sakit yang memiliki sarana penanganan kebidanan yang memadai.

11) Bila dicurigai adanya ruptura uteri (his tiba-tiba berhenti atau syok berat) maka rujuk segera.

12) Bila kondisi ibu dan janin buruk dan pembukaan serviks sudah lengkap, maka bantu kelahiran bayi dengan ekstraksi vakum.

13) Bila keterlambatan terjadi sesudah kepala lahir lakukan episiotomi, anjurkan ibu dalam posisi berbaring terlentang dengan melipat kedua paha, kemudian lakukan tarikan kepala curam kebawah untuk melahirkan bahu depan, jangan pernah melakukan dorongan pada fundus karena akan mempengaruhi bahu lebih jauh dan menyebabkan ruptura uteri.

14) Buat dokumen partograf dan kartu ibu secara lengkap tentang kemajuan persalinannya..

Standar 19 : Persalinan dengan penggunaan vacum ekstraktor Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi vakum dengan

melakukaknnya secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan keamanannya bagi ibu, janin atau bayinya.

Standar 20 : Penanganan kegawatdaruratan retensio plasenta Bidan mampu mengenali retensi plasenta, dan dapat memberikan pertolongan pertama, termasuk plasenta manual dan penanganan perdarahan sesuai dengan kebutuhan.

Standar 21 : Penanganan pendarahan Postpartum primer Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24

jam pertama setelah persalinan (perdarahan postpartum primer) dan jam pertama setelah persalinan (perdarahan postpartum primer) dan

Standar 22 : Penanganan pendarahan Postpartum sekunder Tujuan :

Mengenali gejala dan tanda-tanda perdarahan postpartum sekunder serta melakukan penanganan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa ibu. Pernyataan standar :

Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala perdarahan post partum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa ibu, atau merujuknya.

Standar 23 : Penanganan sepsis puerperalis Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis sehingga dapat melakukan perawatan dengan segera dan merujuknya. Untuk terlaksananya penagnan sepsis puerperalis, maka Bidan harus :

1) Melakukan pengamatan tanda dan gejala infeksi sepsis puerperalis yang didiagnosa bila terjadi gejala sejak terjadinya pecah ketuban mulai dari hari ke 2 ( 2 x 24 jam).

2) Periksa tanda awal dan gejala infeksi saat memberikan pelayanan nifas

3) Memberitahukan keluarga ibu supaya waspada tanda dan gejala infeksi dan segera mencari pertolongan.

4) Periksa ibu dari kepala sampai kaki untuk mencari sumber infeksi.

5) Bila uterus nyeri, pengecilan uterus lambat atau terdapat perdarahan pervaginam mulai berikan infus ringer laktat, kemudian di rujuk ke rumah sakit.

6) Bila sepsis ringan, berikan antibiotika.

7) Pastikan ibu dan bayi di rawat terpisah, jauh dari keluarga sampai infeksi teratasi.

8) Peralatan yang dipakai ibu tidak boleh diapakai untuk keperluan lain, terutama pada ibu nifas/bayi lain.

9) Berikan nasehat pada ibu dan keluarga tentang pentingnya kebersihan diri, penggunaan pembalut steril dan membuangnya dengan hati-hati.

10) Beritahukan keluarga untuk memberikan makanan yang bergizi

11) Memberitahukan ibu untuk memberikan ASI.

12) Catat semua penilaian, semua tindakan yang dilakukan, dan semua pengobatan yang diberikan.

13) Cermati ibu dengan seksama dan jika kondisinya tidak membaik dalam

24 jam segera lakukan rujukan ke rumah sakit.

Standar 24 : Penanganan asfiksia neonatorum Bidan secepatnya dapat mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia untuk segera melakukan tindakan secepatnya, memulai resusitasi bayi baru lahir dan mengusahakan bantuan medis yang diperlukan, melakukan rujukan bayi baru lahir dengan tepat dan melakukan perawatan lanjutan yang tepat.

KEGIATAN BELAJAR

Kegiatan Belajar 2 : Indikator Mutu Pelayanan Kebidanan

Disiplin Dalam Standar Pelayanan Kebidanan ( SPK )

A. Pengertian Standar

Menurut Clinical Practice Guideline (1990) Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapain tertinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal.

B. Manfaat Standar Pelayanan Kebidanan

1) Standar pelayanan kebidanan berguna dalam penerapan norma

tingkat yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

2) Melindngi kepentingan Masyrakat.

3) Sebagai sarana untuk meningkatkan mutu pelayanan.

4) Untuk bahan yang menjadi landasan Bidan dalam melaksanakan praktik dan berkerja.

5) Sebagai dasar untuk menilai peksanaan pelaynan, menyusun rencana dan pengembangan pendidikan.

C. Format standar pelayanan Kebidanan

1) Tujuan merupakan tujuan standar

2) Pernyataan standar berisi pertanyataan tentang pelayanan kebidanan yang dilakukan, dengan penjelasan tingkat kompetensi yang diharapkan.

3) Hasil yang dicapai oleh pelayanan yang diberikan dan dinyatakan dalam bentuk yang dapat diatur.

4) Persyaratan yang diperlukan (misalnya alat,obat,keterampilan) afgar pelaksana pelayanan dapat menerapkan standar.

5) Proses berisi langkah-langkah pkok yang perlu diikuti untuk penerapana standar.

D. Standar Out Come

Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap pasien.

1. Kepuasan Pelanggan Setiap pelayanan jasa akan beerdampak pada kemauan dari pelanggan untuk mendatangi tempat dimana pelayanan itu dilaksanakan. Tingkat kepuasan adalah suatu fungsi dari perbedaan antara penampilan yang dirasakan dan harapan. Tingkatan kepuasan antara lain: Bila penampilan kurang dari harapan pelanggan tidak dipuaskan. 1)

Bila penampilan sebanding dengan harapan kepuasan pelanggan.

2) Apabila penampilan melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang.

Kepuasan pelanggan pengguna jasa pelayanan Kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor :

1) Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan

2) Sikap peduli (Empaty) yang ditunjukan oleh para petugas Kesehatan.

3) Biaya (Cost) besarnya biaya yang harus disediakan atau dibayarkan oleh pasien atas jasa pelayaan kebidanan yang telah mereka dapatkan.

2. Ketepan Pelayanan kebidanan dilakukan dengan tepat dan cermat

sesuai dengan keluhan yang disampaikan oleh ibu hamil/pasien sehingga hasil diagnosa dapat disesuaikan dengan tindakan- tindakan pelayanan yang benar dan pemberian pengobatan yang tepat.

3. Efisiensi dan efektifitas

1) Efisiensi mutu pelayanan Kesehatan merupakan dimensi penting dari suatu mutu karena efisiensi akan memengaruhi hasil pelayanan Kesehatan.

2) Pelayanan yang efisiensi akan memberikan perhatian yang optimal dari pada memaksimalkan pelayanan kepada pasien

dan masyarakat.

E. Meningkatkan kinerja Bidan

1. Pengertian Kinerja Kebidanan Bidan yang merupakan Tenaga fungsional pengelola pelayanan kebidanan yang bertindak sesuai standar pelayanan kebidanan yang bertindak sesuai standar pelayanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

2. Penilaian Kinerja Kebidanan Terdapat tiga konsep yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja bidan dalam pelayanan kebidanan yakni:

1) Responsitivitas (Responsiveness): menggambarkan kemampuan Bidan dalam menjalankan misi dan tujuannya terutama untuk memenuhi kebutuhan Masyarakat.

2) Responsibilitas ( Responsibility): pelaksanaan kegiatan pelayanan kebidanan dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi baik yang implisit atau eksplisit.

3) Akuntabilitas (accountability): menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi tunduk pada standar yang telah ditetapkan.

Indikator penilaian kinerja pelayanan kebidanan sebagai berikut:

1) Prosedur pelayanan kebidanan.

2) Persyaratan pelayanan kebidanan.

3) Kejelasan petugas pelayanan kebidanan.

4) Kedisiplinan petugas pelayanan kebidanan.

5) Tanggung jawab petugas pelayanan kebidanan.

6) Kemampuan petugas pelayanan kebidanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki petugas.

7) Kecepatan pelayanan kebidanan.

8) Keadilan mendapatkan pelayanan kebidanan.

9) Kesopanan dan keramahan bidan.

10) Kewajaran biaya pelayanan kebidanan.

11) Kepastian biaya pelayanan kebidanan.

12) Kepastian jadwal pelayanan kebidanan.

13) Kenyamanan lingkungan kebidanan.

Penilaian kinerja pelayanan kebidan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Penilaian secara internal adalah mengetahui apakah proses pencapaian tujuan sudah sesuai dengan rencana bila dilihat dari proses dan waktu, sedangkan penilaian keluat (eksternal) dilakukan dengan mengukur kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kebidanan yang diberikan oleh bidan yang melaksanakan pelayanan.

F. Daftar Tilik Pelaksanaan Program ANC di Puskesmas

Petunjuk : Amati apakah provider melakukan setiap langkah dalam daftar tilik ini dan beri tanda Y (Ya) atau T (Tidak). Jika langkah tidak dibutuhkan, tulis t/d pada kolom “catatan”. Tuliskan pula catatan lain tentang kinerja provider pada kolom “catatan”.

OBSERVASI LANGKAH / TUGAS CATATAN

(Ya/Tidak)

MONITORING DAN EVALUASI KINERJA

1. Datang ke puskesmas tepat waktu

2. Menggunakan teknik komunikasi

yang baik.

3. Menunjukkan bahasa tubuh yang

tepat.

4. Menggunakan teknik bertanya

yang tepat.

WAWANCARA AWAL

1. Menyapa klien dengan hormat

dan ramah.

2. Menilai apakah konseling sesuai untuk keadaan saat itu (jika tidak,

mengatur jadwal untuk konseling pada waktu yang lain).

3. Menjamin privasi yang diperlukan  Menutup pintu

 Mengupayakan pembicaraan tidak terdengar orang lain

4. Memonitor saat konsultasi bahwa  Pintu ruang periksa tertutup.  Pasien diberi ruang di balik

gorden, sekat atau kamar mandi untuk mengganti pakaian, jika diperlukan.

 Pasien dilindungi dengan selimut saat pemeriksaan fisik dan/atau ginekologis, jika perlu.

 Tidak ada orang lain yang keluar masuk ruangan saat pasien diperiksa

5. Menanyakan identitas (nama, umur, alamat, pendidikan, pekerjaan ibu).

6. Menanyakan riwayat kehamilan

dan persalinan terdahulu.

7. Menanyakan riwayat kehamilan sekarang (hamil yang keberapa,

keluhan utama, haid yang terakhir, siklus haid, dll).

8. Menanyakan riwayat penggunaan

kontrasepsi.

9. Menanyakan riwayat penyakit yang diderita pada kehamilan sekarang.

10. Menanyakan riwayat kesehatan

keluarga.

11. Mendiskusikan apa yang dibutuhkan klien, kekhawatiran

dan perasaannya dengan cara dan sikap yang simpatik.

12. Bila ada orang ketiga selama konseling, pemeriksaan, atau prosedur tindakan lain, staf

menjelaskan keberadaan orang tersebut dan meminta ijin dari klien.

13. Seluruh pelayanan diberikan dengan cara yang menghormati kerahasiaan dan privasi.

SKRINING

1. Melakukan pengamatan awal secara cermat untuk memastikan

tidak ada masalah dengan kondisi kesehatannya.

2. Menjelaskan efek samping yang mungkin timbul dan memastikan

bahwa seluruhnya telah dimengerti.

3. Melakukan evaluasi selanjutnya (pemeriksaan fisik), jika terdapat indikasi. (konselor non medis harus merujuk klien untuk evaluasi lanjutan ini).

4. Mendiskusikan apa yang harus dilakukan bila klien merasakan suatu masalah.

5. Memberikan instruksi kunjungan

lanjutan.

6. Meyakinkan klien bahwa ia dapat kembali ke klinik kapan saja untuk

mendapatkan saran atau perawatan medis.

7. Meminta klien mengulang intruksi

yang telah diberikan.

8. Menjawab pertanyaan klien.

WAWANCARA LANJUTAN

1. Memberikan informasi tentang

keluarga berencana.

2. Memberikan informasi tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia, kelebihan dan keterbatasannya.

3. Membantu klien menentukan

metode yang sesuai.

FASILITAS, PERALATAN, PERSEDIAAN

1. Apakah mereka memiliki peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan?

2. Apakah mereka mempunyai

persediaan yang dibutuhkan?

3. Apakah peralatan dan fasilitas

memadai?

4. Apakah klinik ini memiliki ruang khusus sehingga konseling tidak

bisa dilihat dan didengar oleh orang lain?

5. Apakah mereka mempunyai

kendaraan, bila dibutuhkan?

PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN

1. Petugas mencuci tangan dengan benar sebelum dan sesudah kontak fisik dengan klien

 Tangan dibasahi dengan air mengalir  Cuci tangan dengan sabun  Gosokan secara cermat

selama 1-5 menit  Keringkan dengan handuk yang kering dan bersih, atau keringkan di udara

2. Pemeriksaan Umum  Kesadaran  Tinggi badan, berat badan

 Kenaikan berat badan selama hamil  Tensi  Nadi  Pernapasan

 Demam/tidak  Pucat/tidak

3. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan luar  Tinggi fundus uteri  Bentuk uterus  Pemeriksaan leopold  Perabaan gerak janin  Pemerikaan auskultasi  Pemeriksaan dalam (atas

indikasi)

4. Pemeriksaan laboratorium (atas indikasi)

 Hb  Urine

 Feces  Darah perifer lengkap

5. Pemberian imunisasi TT.  TT 1  TT 2

6. Pemberian obat : Fe, obat cacing, obat malaria, dan obat-obat

khusus (pusing, emesis, hypertensi, toxicosis).

7. Perawatan payudara  Memberitahukan agar pakaian jangan terlampau kencang

 Puting susu yang masuk supaya diurut dengan minyak agar dapat keluar

8. Penyuluhan : Gizi, kebersihan, olahraga, pekerjaan dan perilaku

sehari-hari, tanda-tanda risiko tinggi dll.

PENGELOLAAN MASALAH PELAYANAN

KEBIDANAN DI TINGKAT PELAYANAN

KESEHATAN PRIMER PENDAHULUAN

D. Latar belakang :

Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 angka kematian ibu masih tinggi yaitu 262/100.000 kelahiran hidup yang masih jauh diatas target. Angka Kematian Ibu (AKI) untuk MDG’s pada tahun 2015 yaitu sekitar 102/100.000 kelahiran hidup. Sementara Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia mencapai 35/1.000 kelahiran hidup atau dua kali lebih bessar dari target World Health Organization (WHO) sebesar 15/1.000 kelahiran hidup (Anonim, 2007). Berdasarkan profil Kesehatan Sumatera Barattahun 2007 AKI berkidar 228/100.000 kelahiran hidup dan AKB 30/1.000 kelahiran hidup.

Untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) perlu peningkatan standar dalam menjaga mutu pelayanan kebidanan. Ujung tombak penurunan AKI tersebut adalah tenaga kesehatan , dalam hal ini adalah bidan. Untuk itu pelayanan kebidanan harus mengupayakan peningkatanmutu dan memberi pelayanan sesuai standar yang mengacu pada semua persyaratan kualitas pelayanan dan peralatan kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Fokus pembangunan kesehatan terhadap tingginya AKI dan AKB masih terus menjadi perhatian yang sangat besar dari pemerintah karena salah satu indikator pembangunan sebuah bangsa AKI dan AKB.

Globalisasi mempertinggi arus kompetisi disegala bidang termasuk bidang kesehatan dimana bidan terlibat didalamnya. Untuk dapat mempertahankan eksistensinya, maka setiap organisasi dan semuaelemen- elemen dalam organisasi harus berupaya meningkatkan mutu pelayanannya secara terus menerus..Kecenderungan masa kini dan masa depan menunjukkan bahwa masyarakat semakin menyadari pentingnya peningkatan dan mempertahankan kualitas hidup (quality of life). Oleh karena itu pelayanan kesehatan yang bermutu semakin dicari untk

memperoleh jaminan kepastian terhadap mutu pelayanan kesehatan yang diterimanya. Semakin tinggi tingkat pemahaman masyarakat terhadap pentingnya kesehatan untuk mempertahankan kualitas hidup, maka customer akan semakin kritis dalam menerima produk jasa, termasuk jasa pelayanan kebidanan, oleh karena itu peningkatan mutu kinerja setiap bidan perlu dilakukan terus menerus.Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu banyak upaya yang dapat dilaksanakan.Upaya tersebut jika dilaksanakan secara terarah dan terencana ,dalam ilmu administrasi kesehatan dikenal dengan nama program menjaga mutu pelayanan kesehatan (Quality Assurance Program). Pengertian mutu pelayanan kesehatan itu sendiri menurut WHO 1988 adalah penampilan yang pantas atausesuai yang berhubungan dengan standar-standar dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapatmemberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan gizi .

Azwar (1996) mengatakan bahwa banyak hal yang perlu diperhatikan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu diantaranya yang dianggap mempunyai peranan yang cukup penting adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Sesuai dengan peraturan Undang- Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Pelayanan Kesehatan. Agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang diinginkan maka pelayanan harus memenuhi berbagai syarat diantaranya; tersedia dan berkesinambungan, dapat diterima dan wajar, mudah dicapai, mudah dijangkau, dan bermutu . kesehatan yang bermutu adil dan merata.

Modul Pengelolaan Masalah Pelayanan Kebidanan di Tingkat Pelayanan Kesehatan Primer ini disusun dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa dan motivasi agar dapat mengaplikasikan sesuai displin ilmu yang ada agar memiliki standar kompotensi yang diaharapkan.

E. Kompetensi Dasar

Diharapkan peserta didik dapat memahami:

3. Visi,Misi dan Strategi Menteri Kesehatan

4. Perubahan paradigma pelayanan kebidanan

5. Sistem pelayanan kesehatan

6. Issue etik Pelayanan Kebidanan

7. Etik Issue dan dilema Pelayanan Kebidanan

F. Standar Kompetensi

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu menerapkan dan mengaplikasikan : Pengelolaan Masalah Pelayanan Kebidanan di Tingkat Pelayanan Kesehatan Primer

KEGIATAN BELAJAR

Visi misi dan strategi Kementerian Kesehatan Visi:

Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.

Misi:

1. Meningkatkan derajat Kesehatan Mayarakat melalui pemberdayaan Masyarakat, termasuk swasta dan Masyarakat madani.

2. Melindungi Kesehatan Masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya Kesehatan yang paripurna, merata bermutu dan berkeadilan.

3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya Kesehatan.

4. Menciptakan tata kelola ke Pemerintahan.

Strategi:

1. Meningkatkan pemberdayaan Masyarakat swasta dan Masyarakat madani dalam pembangunan Kesehatan melalui kerjasama Nasiona dan global.

2. Meningkatkan pelayanan Kesehatan yang merata, terjangkau bermutu dan berkeadilan, serta berbasis bukti, dengan mengutamakan pada upaya promotif dan preventif.

3. Meningkatkan

pembangunan Kesehatan, terutama mewujudkan jaminan sosial Kesehatan Nasional.

pembiayaan

4. Meningkatkan pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan yang merata dan bermutu.

5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat Kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemamfaatan, dan mutu sediaan farmasi, alat Kesehatan dan makanan.

6. Meningkatkan manajement Kesehatan yang akuntabel, transparan berdayaguna dan berhasil guna untuk memantapkan desentralisasi Kesehatan yang bertanggung jawab.

Nilai :

1. Pro rakyat

2. Inklusif

3. Responsive

4. Efektif

5. Bersih

A. Perubahan paradigma Pelayanan Kebidanan

Bidan dalam bekerja memberikan pelayanan ke profesionalnya dengan berpegang

pandangan terhadap manusia/perempuan, lingkungan, perilaku, pelayanan Kesehatan/kebidanan dan keturunan.

1. Perempuan Perempuan sebagaimana halnya manusia adalah makhluk bio-psiko- sosio-kultural yang utuh.

2. Lingkungan Lingkungan merupakan semua yang terlibat dalam interaksi individu pada waktu melaksanakan aktifitasnya, baik lingkungan fisik, psikososial, biologis maupun budaya.

3. Perilaku Merupakan hasil seluruh pengamalan manusia dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,sikap dan tindakan.

Pelayanan kebidanan adalah individu,keluarga,dan Masyarakat yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan pelayanan kebidanan dapat dibedakan menjadi :

1. Pelayanan Primer ialah layanan Bidan yang sepenuhnya menjadi tanngungjawab Bidan.

2. Pelayanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh Bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan.

3. Pelayanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh Bidan dalam rangka rujukan ke system layanan yng lebih tinggi atau sebaliknya.

4. Keturunan Keturunan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas

manusia.

B. Sistem pelayanan Kesehatan

a) Pengertian System adalah suatu keterkaitan diantara elemen-elemen pembentuknya dalam pola tertentu untuk mencapai tujuan tertentu ( System is

interconnected parts of elements in certain pattern of work ). Berdasarkan pengertian ini dapat di interprestasikan ada dua prinsip dasar suatu system, yakni:

1. Elemen, komponen atau bagian pembentuk system ;dan

2. Interconnection, yaitu saling keterkaitan antar komponen dalam pola tertentu.

b) Tujuan Sistem Pelayanan Kesehatan Depkes 2004. Memberikan arahan system Kesehatan dengan tujuan adalah:

1. Meningkatkan status Kesehatan Masyarakat.

2. Meningkatkan responsiveness terhadap harapan Masyarakat. Dalam hal ini Masyarakat puas terhadap pelayanan Kesehatan.

3. Menjamin keadilan dalam kontribusi pembiayaan. Berdasarkan pengertian tersebut diatas maka system Kesehatan ada dua hal yang perlu diperhatikan yakni:

1) Elemen, komponen atau bagian pembentuk system yang berupa actor-aktor pelaku;dan

2) Interconnection berupa fungsi dalam system yang saling terkait dan dimiliki oleh elemen-elemen system.

c) Pelaku-pelaku yang terlibat dalam system pelayanan Kesehatan adalah

1. Pemerintah yang terdiri atas pemerintah pusat,propinsi,dan Kabupaten/Kota.

2. Swasta

3. BP swasta

4. Masyarakat

d) Bentuk system pelayanan Kesehatan Bentuk pelayanan Kesehatan berdasarkan tingkat pelayanannya.

1. Pelayanan Kesehatan primer atau tingkat pertama. Contoh :Puskesmas dan Klinik.

2. Pelayanan Kesehatan sekunder atau tingkat kedua. Contoh :Rumah Sakit tipe C dan tipe D.

3. Pelayanan Kesehatan tersier atau tingkat ketiga. Contoh :Rumah Sakit tipe A dan tipe B.

e) Tingkat pelayanan system Kesehatan. Pelayanan Kesehaatan dalam system pelayanan Kesehatan diantaranya

sebagai berikut:

1. Promosi Kesehatan (Health promotion)

2. Perlindungan khusus (Spesific protection)

3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (arly diagnosis and promt treatment)

4. Pembatasan cacat (Disabilty limitation)

5. Rehabilitasi (Rehabilitation)