Pengembangan Infrastruktur Transportasi di indonesia

Pengembangan Infrastruktur Transportasi yang Hemat Energi untuk Mengurangi Efek
Urban Heat Island di Kawasan CBD Kota Surabaya (UP. Tunjungan)
Evlina Noviyanti (3214205001)
Pascasarjana Manajemen Pembangunan Kota, Jurusan Arsitektur, ITS
Jalan arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: evelyna.noviyanti@gmail.com

Abstrak
UP. Tunjungan merupakan kawasan CBD di Kota Surabaya dominan pembangunan berupa kawasan
perdagangan dan jasa, permukiman, industri dan fasilitas lainnya, dengan dominan bangunan high rise
building serta tingginya aktivitas karena merupakan kawasan strategis ekonomi yang berada di kawasan
Segi Empat Emas Tunjungan dan sekitarnya. Berdasarkan inventarisasi emisi Kota Surbaya tahun 2013
penyumbang emisi CO2 (polutan dan penyumbang panas di kawasan perkotaan) terbesar adalah dari
kegiatan transportasi on-road yaitu sebesar 70.85% dari sumber-sumber lainnya, dimana konsentrasi
terbesarnya berada di kawasan pusat Kota, yaitu UP. Tunjungan, yang mengindikasikan pula semakin besar
suhu di kawasan CBD, sehingga diperukan upaya dalam hal pengembangan infastruktur transportasi yang
hemat energi yang mampu mengurangi UHI dengan konsep-konsep TDM, TOD dalam pengembangnnya
yang berkelanjutan serta fasilitas pendukungnya di dalam konsep tersebut.
Kata Kunci: UHI, Transportasi, energi, TDM, TOD

1. LATAR BELAKANG

Meningkatnya urbanisasi, perubahan penggunaan
lahan dan aktivitas manusia mengambil bagian besar
untuk
kota
membutuhkan
energi
sangat
besar (Madlener & sunak, 2011). Bagian dari energi
ini
hilang
dalam
bentuk
panas
dan
panas
ini
terakumulasi
karena
terperangkap oleh struktur perkotaan (bangunan tinggi
, bahan bangunan, struktur perkotaan, ukuran

kota, efek rumah kaca perkotaan). Energi yang hilang
dalam bentuk panas ini terakumulasi seperti tingginya
tingkat emisi (pencemar udara dari hasil pembakaran)
yang menghasilkan panas dalam bentuk CO 2, dan
terserapnya panas dalam material bangunan perkotaan.
Lahan terbangun perkotaan, bangunan tinggi, bahan
bangunan seperti aspal, bangunan dengan bahan beton,
atap berwarna gelap, serta material-material yang
kedap air yang secara umum akan mengakibatkan
penyerapan kapasitas panas dan konduktivitas panas
yang tinggi kondisinya. Hal di atas menyebabkan
urban heat island yaitu kondisi suhu udara di
perkotaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
suhu udara di sekitarnya, kondisi ini dapat dirasakan
terutama pada kawasan CBD Kota Surabaya,
(Tursilawati, 2005).
Sektor transportasi memegang peran yang penting
dalam perekonomian setiap negara. Banyak sekali
tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai
transportasi yang berkelanjutan seperti konsumsi

energi dan pencemaran lingkungan. Sektor

transportasi mengkonsumsi 21 energi primer dan
bertanggung jawab atas 20% emisi gas rumah kaca
seluruh dunia (IEA, 2006 dalam Westerdahl et al,
2009). Beberapa tahun belakangan ini, studi di
Amerika Serikat, Eopa, dan Asia melaporkan bahwa
paparan polutan udara yang berasal dari transportasi
terhadap manusia berhubungan dengan cakupan efek
kesehatan yang merugikan kesehatan respiratori
(Brauer et al., 2002; Garshick et al., 2003; Oosterlee et
al.,1996; Peters et al., 1999a,b; Heinrich and
Wichmann, 2004 dalam Westerdahl et al,2009).
Perbedaan suhu antara satu bagian wilayah kota
dengan bagian lain seperti kecenderungan terjadinya
kutub panas di beberapa lokasi seperti jalan di depan
Plasa Tunjungan, Kawasan Pasar Turi dan Jl.
Pahlawan suhu siang hari dapat mencapai 41 °C
sedangkan suhu terendah mencapai 26 °C yang
cenderung berada di pusat kota dan mengalami

penurunan suhu semakin menjauhi pusat kota
(www.ecoton.or.id, 2009). Meningkatnya suhu udara
di daerah perkotaan menciptakan lingkungan yang
tidak nyaman bagi masyarakat (Gilangrupaka, 2012).
Hal ini dibuktikan oleh Tursilowati
(2003)
menyatakan bahwa terlihat ketidak nyamanan
temperatur udara kota Surabaya
mempunyai
Temperature Relative Humidity (THI) > 26 dimana
lebih dari 20 adalah zona ketidak nyamanan di
Surabaya.
Sehingga diperlukan sebuah tulisan terkait
dengan
upaya
pengembangan
infrastruktur

1


transportasi yang ramah lingkungan, sesuai dengan
karakteristik kawasan UP. Tunjungan yang menjadi
kawasan penelitian

Metoda analisa ini dianggap metode yang
paling sesuai dikarenakan data-data yang telah
diperoleh sebelumnya berupa data-data kualitatif dan
teori-teori
yang
menunjang
terkait
upaya
pembangunan infrastruktur transportasi yang hemat
energi untuk mengurangi dampak Urban Heat Island.
Metode yang akan digunakan ini merupakan
upaya best practice yang telah digunakan daam sebuah
kawasan ataupun berupa teori yang mendukung dalam
bentuk upaya-upaya pembangunan infrastruktur
transportasi yang hemat energi untuk mengurangi
dampak Urban Heat Island, yang akan dideskripsikan

secara kualitatif dengan kondisi yang ada di UP.
Tunjungan, sehingga akan menjadi output.
3. TEORI
3.1 Transportasi yang Berkelanjutan
Litman dan Burwell (2006) menyatakan
bahwa transportasi yang berkelanjutan (sustainable
transport) merupakan salah satu aspek dari
keberlanjutan menyeluruh (global sustainability) yang
memiliki tiga komponen yang saling berhubungan,
yakni: lingkungan, masyarakat, dan ekonomi. Dalam
interaksi tersebut, transportasi memegang peran
penting di mana perencanaan dan penyediaan sistem
transportasi harus memperhatikan segi ekonomi,
lingkungan, dan masyarakat. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada Gambar 1.

Peta 1. Konsentrasi Emisi CO2 di Pusat Kota CBD
Kota Surabaya (UP. Tunjungan)

2. METODOLOGI

Dalam menganalisis upaya pembangunan
infrastruktur transportasi yang hemat energi untuk
mengurangi dampak Urban Heat Island ini dilakukan
dengan metode analisa data deskriptif kualitatif.
Menurut Bungin (2010), metode ini lebih
menekankan pada proses deskriptif, sehingga lebih
banyak menganalisis permukaan data, hanya
memerhatikan proses-proses kejadian suatu fenomena,
bukan kedalam data ataupun makna data. Terdapat 3
tahapan yang dilakukan dalam metode deskriptif
kualitatif, yaitu:
1. Reduksi Data, yaitu proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data mentah atau
data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Dengan kata lain proses
reduksi data ini dilakukan oleh peneliti secara
terus menerus saat melakukan penelitian untuk
menghasilkan data sebanyak mungkin.
2. Penyajian Data, yaitu penyusunan informasi

yang kompleks ke dalam suatu bentuk yang
sistematis, sehingga menjadi lebih selektif dan
sederhana serta memberikan kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan data dan
pengambilan tindakan.
3. Kesimpulan, yaitu merupakan tahap akhir dalam
proses analisa data. Pada bagian ini peneliti
mengutarakan kesimpulan dari data-data yang
telah diperoleh.

Gambar 1. Interaksi antara Elemen dalam Sistem
yang Berkelanjutan
Gambar diatas menunjukkan terdapat
beberapa isu yang melatarbelakangi sustainable
development, beberapa elemen saling berkaitan seperti
polusi merupakan isu lingkungan tetapi juga
mempengaruhi kesehatan manusia. Oleh karena itu,
2

membatasi jumlah lahan parkir untuk kendaraan

pribadi. Transport Demand Management (TDM)
dilakukan melalui penerapan kebijakan dan strategi
transportasi untuk mengurangi penggunaan kendaraan
pribadi dan mendistribusikan beban transportasi yang
ada ke dalam moda transport, lokasi dan waktu
berbeda. Upaya ini dianggap merupakan penanganan
transportasi yang relatif murah untuk meningkatkan
tingkat pelayanan jaringan transportasi. Dengan
demikian penerapan TDM juga diharapkan dapat
menghasilkan kondisi lingkungan yang lebih baik,
meningkatkan kesehatan publik, yang pada akhirnya
dapat mendorong kesejahteraan masyarakat dan
tingkat kelayakan huni suatu kota
Menurut Sjafruddin, Ade, dijelaskan bahwa
terdapat sistem transportasi yang berkelanjutan yaitu

polusi juga merupakan isu di sektor sosial.
Sustainability is “the capacity for continuance into the
long term future”. Anything that can go on being done
on an indefinite basis is sustainable. Anything that

cannot go on being done indefinitely is unsustainable
(Center for Sustainability, 2004)
“… sustainability is not about threat analysis;
sustainability is about systems analysis. Specifically, it
is about how environmental, economic, and social
systems interact to their mutual advantage or
disadvantage at various space-based scales of
operation.” (Transportation Research Board, 1997)
Istilah
transportasi
berkelanjutan
sendiri
berkembang sejalan dengan munculnya terminologi
pembangunan berkelanjutan pada tahun 1987 (World
Commission on Environment and Development,
United Nation). Secara khusus transportasi
berkelanjutan diartikan sebagai “upaya untuk
memenuhi kebutuhan mobilitas transportasi generasi
saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi
mendatang dalam memenuhi kebutuhan mobilitasnya”.

OECD (1994) juga mengeluarkan definisi yang sedikit
berbeda yaitu: “Transportasi berkelanjutan merupakan
suatu transportasi yang tidak menimbulkan dampak
yang membahayakan kesehatan masyarakat atau
ekosistem dan dapat memenuhi kebutuhan mobilitas
yang ada secara konsisten dengan memperhatikan: (a)
penggunaan sumberdaya terbarukan pada tingkat yang
lebih rendah dari tingkat regenerasinya; dan (b)
penggunaan sumber daya tidak terbarukan pada
tingkat yang lebih rendah dari tingkat pengembangan
sumberdaya alternatif yang terbarukan.”

Gambar 2. Sistem Transportasi Berkelanjutan
(Sjafruddin)
3.2 Environmental Sustainable Transport (EST)

Kedua belas elemen EST tersebut sebenarnya
dapat dibagi-bagi menjadi 5 elemen mitigasi atau
pengurangan dampak perubahan iklim (Climate
Change) dan pencemaran udara. Kelima elemen
tersebut adalah:

3.2 Konsep TOD Sebagai Saah Satu Upaya
Pengembangan Transportasi Yang Hemat
Energi
Menurut (Widianto, 2009) Sebuah kawasan TOD
umumnya memiliki pusat kawasan berupa stasiun
kereta, metro, trem atau stasiun bus yang dikelilingi
oleh blok-blok hunian, perkantoran atau komersial
berkepadatan tinggi yang makin berkurang
kepadatannya ke arah luar. Kawasan TOD umumnya
memiliki radius 400-800m dari pusat terminal, yaitu
dalam jarak yang masih dapat ditempuh dengan
berjalan kaki. Selain sifatnya yang mixed used,
kawasan TDM umumnya dicirikan oleh fasilitas
pejalan kaki yang sangat nyaman, penyeberangan,
jalan yang tidak terlalu lebar, gradasi kepadatan
bangunan ke arah luar. Kawasan ini juga umumnya

1. Pengaturan tata ruang untuk mengakomodasi
pengurangan
pergerakan,
pengurangan
pergerakan
kendaraan
bermotor
dan
mengakomodasi Non Motorised Transport
(NMT)
2. Pengembangan Transportasi Massal dan
strategi pendukungnya
3. Bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar
fosil
4. Pengembangan Teknologi kendaraan yang
lebih ramah lingkungan
5. Pemeriksaan dan Perawatan Kendaraan
sebagai tahap pengendalian emisi kendaraan

3

Negara

bermotor
4. HASIL DAN DISKUSI
Pada pembahasa ini dilakukan komparasi dari
penerapan konsep transportasi yang ramah terhadap
penggunaan energi dari best practice di beberapa
Negara serta studi-studi yang mengacu pada 5
elemen mitigasi atau pengurangan dampak
perubahan iklim (Climate Change) dan pencemaran
udara dari Environmental Sustainable Transport
(EST), serta rencana pengembangan transportasi di
kawasan CBD Kota Surabaya (UP. Tunjungan)
yang tertuang dalam Draft RDTR UP. Tunjungan
2015, sehingga ha tersebut akan dijadikan pokok
pembahasan yang akan menjadi input dalam
memperoleh output hasil dari tuisan ini.

3.

4.

Belanda

2.

3.

Tabel 1. Penerapan Konsep Transportasi Ramah
Energi di beberapa Negara
Negara
Korea
Selatan

Curitiba

1.

Konsep Transportasi Ramah Energi
1. Merancang BMS (The Bus Management
System) dan TOPIS (The Transport
Operation and Information)
2. Menerapkan sistem BRT (Bus Raid
Transit)
3. Terdapat 3 jenis bus, pertama bus dengan
lantai rendah untuk kaum difabe, kedua
bus gabungan dan bis ramah lingkungan
(CNG), ketiga bus tersebut dilengkapi
sistem raha lingkungan dengan mengatur
sistem penggunaan bahan bakar sehingga
mencegah pemborosan
1. Membangun jalan-jalan penghubung dari
tempat tinggal penduduk langsung menuju
pusat kota
2. Menerapkan Trinary Road System yaitu
model jalanan yang menggunakan dua

Konsep Transportasi Ramah Energi
jalur jalan besar yang berlawanan arah,
serta ada dua jalur sekunder di tengah
yang dimanfaatkan sebagai jalur ekslusif
untuk busway
Menciptakan Master Plan perkotaan yang
akan memberikan prioritas kepada
pelayanan
publik
seperti
sanitasi,
mengurangi kemacetan lalu lintas dan
menciptakan pusat-pusat pertumbuhan
sosial dan ekonomi
Meningkatkan kesadaran masyarakat
Brazil
untuk
mau
menggunakan
transportasi publik, seperti metro dan BRT
Solaroad
adalah
jalanan
yang
mengumpulkan energi dari sinar matahari
dan merubahnya menjadi listrik
Menumbuhakan budaya untuk bersepeda.
Van Gogh Roosegaarde Bicycle Path
merupakan jalur khusus bersepeda dimana
mempunyai desain unik yang terinspirasi
dari Vincent van Gogh. Di jalur sepanjang
satu kilometer ini telah dilapisi cat khusus
yang dapat menyimpan cahaya di siang
hari dan mengeluarkannya di malam hari.
Selain itu, ditambahkan juga solar panel
agar jalanan tetap mengeluarkan cahaya di
kala cuaca berkabut.

Sumber: Hasil Kompilasi, 2015

Tabel 2. Best Practice Dari Berbagai Studi dan Dokumen
Angkutan
Umum+
Manajemen Lalu
Lintas
Masterplan
Transportasi
Ramah
Lingkungan,
Dephub,
Direktorat
BSTP (2009)

Penerapan sistem
angkutan umum
yang handal,
yang terintegrasi
serta didukung
dengan Road
Pricing serta
parking poicy

Program Langit

Restrukturisasi

Bahan Bakar
Alternatif untuk
Mengganti Minyak
Bumi atau Bahan
Bakar Fosil
Penggunaan biomass
dan CNG/PG untuk
jangka pendek, dan
teknoogi (solar, wind,
thermal energy)
untuk jangka panjang

Perencanaan
Tata Ruang

-

Perencanaan

Menerapkan
TOD untuk
mengurangi
pergerakan

4

Pengembangan
Teknologi
Kendaraan yang
Menghasilkan
Minim CO2
Pengembangan
kendaraan listrik
hybrid dan
fuelcell untuk
jangka panjang

Mengakomoda
si NonMotorisedTransport

-

Perbaikan

NMT untuk
mendukung
konsep TOD
dan TDM

Inspeksi
dan
Pemelihara
an
Kendaraan
Pengendali
an emisi
kendaraan
bermotor
dengan
inspeksi
kondisi
mesin dan
gas buang
kendaraan
bermotor.
Penguatan

Angkutan
Umum+
Manajemen Lalu
Lintas

Bahan Bakar
Alternatif untuk
Mengganti Minyak
Bumi atau Bahan
Bakar Fosil

Perencanaan
Tata Ruang

Biru,
Kementrian
Negara
Lingkungan
Hidup
Tahun 2012

dan reformasi
angkutan umum

Asian Institute
of Technology
(2004)

-

Electricity Car,
Methane, Fuel Cell

-

Kajian
Pembangunan
Transportasi
dan Perubahan
Iklim dalam
Mendukung
Konektivitas
dan
Pembanguan
Berkelanjutan,
2013

-

Mendorong
penggunaan energy
yang terbarukan

Green
Transportation:
Upaya
Mewujudkan
Transportasi
Ramah
Lingkungan

Penerapan
kebijakan
ride-sharing,
three-in-one,
car-pooling,
congestion
pricing,
pengenaan tarif
parkir yang
tinggi pada
kawasankawasan CBD,
pembatasan plat
nomor kendaraan
yang dapat
dioperasikan
pada kawasan
atau waktu
tertentu serta
penggeseran
waktu kerja
(staggering work
hours) dan
pemisahan waktu
kerja dan sekolah
untuk
mengurangi
beban lalulintas

Kendaraan berbahan
bakar alternatif.
Beberapa teknologi
bahan bakar alternatif
seperti biodiesel,
ethanol, hydrogen
atau kendaraan
dengan teknologi
yang dapat
menggunakan 2 jenis
bahan bakar secara
bergantian (flexible
fuel vehicle)

Regulasi dan
kelembagaan
dalam
pengembangan
sistem
transportasi
yang andal dan
berkelanjutan,
terutama dalam
kaitannya
terhadap
pengembangan
wilayah dan
perubahan iklim
Penerapan
(TDMTransport
Demand
Management)
dan Transit
Oriented
Development
(TOD)

Pengembangan
Teknologi
Kendaraan yang
Menghasilkan
Minim CO2

inventarisasi
emisi gas buang
dari berbagai
sumber beserta
rekomendasi
penanganan

5

Teknologi
Hybrid,
Teknologi Fuel
Cell dan Mobil
Listrik
-

Sepeda listrik,
kendaraan
hybrid,
kendaraan
hypercar

Mengakomoda
si NonMotorisedTransport
sarana
transportasi
tidak
bermotor,
yaitu
pedestrian
way dan jaur
sepeda
Jalur sepeda
dan
peningkatan
jalur
pedestrian
-

Menyediakan
fasilitas untuk
mendorong
penggunaan
sarana
angkutan tak
bermotor
seperti jalur
sepeda, jalur
pejalan kaki
yang dapat
mengurangi
ketergantunga
n kepada
kendaraan
bermotor.

Inspeksi
dan
Pemelihara
an
Kendaraan
pengujian
kendaraan
bermotor

-

-

Angkutan
Umum+
Manajemen Lalu
Lintas

Bahan Bakar
Alternatif untuk
Mengganti Minyak
Bumi atau Bahan
Bakar Fosil

Perencanaan
Tata Ruang

Pengembangan
Teknologi
Kendaraan yang
Menghasilkan
Minim CO2

Mengakomoda
si NonMotorisedTransport

Inspeksi
dan
Pemelihara
an
Kendaraan

pada jam puncak

Sumber: Hasil Kompilasi, 2015
Selain dari best practice dari beberapa Negara
dan studi terkait pengembangan infrastruktur
transportasi yang ramah, juga diakukan review
terkait dokumen Rencana Detail Tata Ruang UP.
Tunjungan Tahun 2014 (CBD Kota Surabaya)

dalam upaya pengembangan infrastruktur yang
mampu mendukung konsep yang telah dilakukan
sebelumnya (best practice dari beberapa Negara
dan studi terkait pengembangan infrastruktur
transportasi yang ramah).

1. Jaur Pedestrian

Pengembanagn jalur pedestrian Yaitu Jalan
Darmo – Jalan Urip Sumoharjo – Jalan Basuki
Rahmat – Jalan Embong Malang – Jalan Praban –
Jalan Bubutan – Jalan Pahlawan – Jalan Baliwerti
– Jalan Tunjungan – Jalan Gubernur Suryo –
Jalan Panglima Sudirman. Pengembangan ini
dilakukan untuk mendukung perngembangan
transit oriented development di Kota Surabaya
yang terintegrasi antar moda angkutan umum.

Ket: Pengembangan jalur
pedestrian prioritas di CBD Kota
Surabaya yang mengikuti jalur
AMC (angkutan Massal Cepat)

UP. Tunjungan. Angkutan ini berangkat dari stasiun
di Terminal Joyoboyo (UP Wonokromo), melewati
UP Tunjungan, UP Tanjung Perak, kemudian
kembali lagi ke Terminal Joyoboyo melewati UP
Tunjungan. Keberadaan AMC ini juga ditunjang
oleh feeder dari segala penjuru Kota Surabaya,
kendaraan feeder yang dimaksud dapat berupa lyn
atau bus.

2. Pengembangan Angkutan Umum
Pengembangan angkutan umum di CBD Kota
Surabaya yaitu dengan upaya mengembangkan BRT,
Mikrolet, dan AMC, dimana Konsep Angkutan
Masal Cepat (AMC) ini merupakan bagian dari
konsep TOD yang akan diterapkan pada Kota
Surabaya. AMC disini berupa tram yang melewati
median jalan yang melewati CBD Surabaya yaitu

6

Gambar 1.: Ilustrasi Tram dan Feeder yang dapat digunakan (a), ilustrasi tram di Jalan Basuki Rahmat
Sumber: diolah dari World Bank, 2014

diihat konsep AMC yang melewati UP.
Tunjungan adalah AMC trem.
b. Pengembangan feeder berupa bus dan
lyn, Sebagai kawasan pusat kota, UP
Tunjungan merupakan persimpangan
jalur berbagai macam lyn dan bus yang
ada di Kota Surabaya, sehingga dapat
menunjang keberadaan konsep AMC
tersebut.
c. Pengembangan
jalur
pedestrian
sebagai upaya mendukung adanya
konsep TOD, yang mengikuti jalur
AMC di kawasan UP. Tunjungan yaitu
pada jalan Jalan Darmo – Jalan Urip
Sumoharjo – Jalan Basuki Rahmat –
Jalan Embong Malang – Jalan Praban
– Jalan Bubutan – Jalan Pahlawan –
Jalan Baliwerti – Jalan Tunjungan –
Jalan Gubernur Suryo – Jalan
Panglima Sudirman.
d. Fasilitas pendukung berupa jembatan
penyebrangan, jalur sepeda, kawasan
yang nyaman dan rindang (dalam hal
ini
dibutukan
beberapa
jenis
pepohonan yang rimbun) serta yang
mampu menyerap CO2 ataupun pousi
udara menjadi oksigen yang baru serta
menurunkan suhu pada kawasan CBD
Kota Surabaya.
3. Mendorong penggunaan energi terbarukan
pada kendaraan, dalam hal ini dapat
mengadaptasi sistem yang dimiliki oleh
Belanda yaitu Solaroad yaitu jalanan yang
mengumpulkan energi dari sinar matahari
dan merubahnya menjadi listrik, sehingga
kedepannya dapat berkembang jenis
kendaraan bermotor dengan bersumber
pada penggunaan listrik sebagai bahan
bakar nya, dimana listrik yang dihasilkan
didapat dari panas yang ditampung. Serta
konsep yang dapat diadaptasi dari Van
Gogh Roosegaarde Bicycle Path di Belanda
yang merupakan jalur khusus bersepeda

Berdasarkan pembahasan diatas, pengembangan
infrastruktur yang dapat dikembangkan sebagai
upaya pengembangan transportasi yang ramah
terhadap energi sehingga mampu mampu
menurunkan suhu udara perkotaan dari efek UHI
adalah
1. Melakukan
manajemen
kebutuhan
transportasi dengan TDM, Mencegah
terjadinya perjalanan yang tidak perlu
(unnecessary mobility) atau dengan
penggunaan teknologi angkutan yang dapat
mengurangi dampak lingkungan akibat
kendaraan bermotor. Bentuk-bentuk yang
terkait dengan upaya pencegahan atau
pengurangan jumlah perjalanan yang tidak
perlu dapat berupa pengembangan kawasan
terpadu yang masuk kategori compact city
seperti kawasan super-block, kawasan
mix-used zone, maupun transit-oriented
development. Selain itu, pengurangan
jumlah perjalanan dapat dilakukan dengan
melakukan manajemen kebutuhan transport
(TDM- Transport Demand Management)
2. Penerapan Transit Oriented Development
(TOD). Transit Oriented Development dan
pengembangan infrastruktur pendukungnya
pada kawasan-kawasan terpadu di CBD
Kota Surabaya yang berlokasi pada
jalur-jalur transportasi utama seperti jalur
KA, AMC, Dengan akses yang mudah
terhadap aktivitas hunian, komersial dan
perkantoran serta jaringan transportasi
umum yang terpadu. dengan fasilitas
infrastruktur yang memadai, konsep
kawasan
TOD
diharapkan
dapat
mengurangi
kebutuhan
pergerakan
transportasi antar kawasan dan mengurangi
penggunaan kendaraan bermotor pribadi.
Berikut
salah
satu
pendetailan
pengembagan
infrastruktur
untuk
mendukung adanya konsep TOD.
a. Pengembangan angkutan umum, AMC
(angkutan Massal Cepat), dimana jika
7

ketergantungan
masyarakat
terhadap
penggunaan kendaraan pribadi. Jarak
optimum yang dapat dijangkau dengan
berjalan kaki umumnya adalah sekitar
400-500 meter, serta membudayakan
masyarakat dalam hal penggunaan NMT
(Non- Motorised- Transport) untuk
mendukung ha
tersebut
diperlukan
perbaikan
sarana transportasi tidak
bermotor, yaitu pedestrian way dan jaur
sepeda
5. Pengendalian emisi kendaraan bermotor
dengan inspeksi kondisi mesin dan gas
buang kendaraan bermotor.

yang mempunyai desain unik yang
terinspirasi dari Vincent van Gogh. Di jalur
sepanjang satu kilometer ini telah dilapisi
cat khusus yang dapat menyimpan cahaya
di siang hari dan mengeluarkannya di
malam hari. Selain itu, ditambahkan juga
solar panel agar jalanan tetap mengeluarkan
cahaya di kala cuaca berkabut.
4. Menyediakan fasilitas untuk mendorong
penggunaan sarana angkutan tak bermotor
seperti jalur sepeda, jalur pejalan kaki yang
dapat mengurangi ketergantungan kepada
kendaraan bermotor, dimana penyediaan
sarana dan jalur pejalan kaki yang aman
dan
nyaman
dapat
mengurangi
5. KESIMPULAN
Dari beberapa studi kasus dan best practice
konsep pengembangan transportasi yang bertujuan
untuk memindahkan orang dan barang dari satu
tempat ke tempat lain dengan cepat, aman, dan
nyaman serta terpenuhi tanpa memberikan dampak
yang
berarti
terhadap
lingkungan
yaitu
pengembangan transportasi yang ramah dan
berkelanjutan dari pemaparan di atas, dapat di
simpulkan bahwa transportasi ramah lingkungan
adalah upaya untuk mengurangi ketergantungan
masyarakat pada sebuah perkotaan atau suatu
wilayah terhadap penggunaan kendaraan bermotor,
yang membutuhkan banyak bahan bakar yang dapat
menghasilkan polusi dan meningkatkan suhu
perkotaan, sehingga sebagai upaya tersebut dapat
dilakukan
dengan
mengembangkan
kawasan-kawasan
terpadu,
yang
lokasinya
berdekatan ataupun yang akan direncanakan
berdekatan dengan jalur angkutan umum masal,

sehingga mampu mengurangi kebutuhan perjaanan
antar kawasan, penerapan prinsip TDM dan TOD
untuk meningkatkan
efisiensi,.pengembangan
prasarana jalan, pengembangan energi alternatif
yang yang ramah terhadap lingkungan dan mampu
mengurangi adanya pousi udara dari pembakaran,
serta yang tidak kaah pentingnya adalah upaya
masyarakat
untuk
mendukung
dan
turut
berpartisipasi dalam upaya penerapan sistem dan
kebijakan yang dihasikan sebagai salah satu upaya
pemerintah dalam menerapkan sistem transportasi
yang berkelanjutan.
Serta jika sistem TOD dapat terealisasi secara
menyeluruh, maka akan menciptakan lingkungan
yang
bebas
polusi.
Serta
mengurangi
ketergantungan terhadap BBM, karena TOD dapat
menekan angka penggunaan kendaraan bermotor.

DAFTAR PUSTAKA
1) Draft Rencana Detail Tata Ruang Up. Tunjungan
2015
2) Widianto. J Doni. 2009. Green Transport:
Upaya Mewujudkan Transportasi Yang Ramah
Lingkungan.
Dalam
buletin
pentaanruang. http://penataanruang.pu.go.id/bull
etin/upload/data_artikel/Topik%20Lain%20Gree
n%20Transport%20edited%201.160509.pdf
.
diunduh 13 Mei 2015 Pukul 10:47 WIB

3)

4)

5)

8

https://annisamuawanah.wordpress.com/2013/08
/22/transportasi-berkelanjutan-sustainable-transp
ortation/
http://teknopreneur.com/it/teknopreneur-model-t
ransportasi-umum-ramah-lingkungan-korea-sela
tan
http://www.menlh.go.id/evaluasi-kualitas-perkot
aan-2012-program-langit-biru/