Sejarah perkembangan ilmu fiqh periode P

Kata pengantar
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena berkat Rahmat
dan Hidayah-Nya lah sehingga makalan ilmu fiqh ini dapat terselesaikan dengan
baik dan tepat waktu. Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah
ilmu fiqh, lebih tepatnya mengenai sejarah perkembangan ilmu fiqh. Didalam
makalah ini dibahas mengenai sejarah perkembangan ilmu fiqh khususnya pada
periode pembinaan/penyempurnaan yang meliputi penulisan dan pembukuan ilmu
fiqh, pesatnya gerakan ijtihad dan berbagai hal lainnya yang berhubungan dengan
sejarah perkembangan ilmu fiqh pada periode pembinaan/penyempurnaan. Tujuan
makalah ini dibuat adalah sebagai bahan diskusi pada mata kuliah ilmu fiqh.
Kami berterimah kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam proses
pembuatan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat luas, dan digunakan sebagaimana mestinya. Dan kami pun menyadari
‘’tak ada gading yang tak retak’’ dalam pembuatan makalah ini terdapat
kekurangan-kerungan, maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik/saran dari
ibu dosen dan teman-teman sekalian guna membantu penyempurnaan makalah ini.
Sekian, Terimah kasih

Kelompok 3

1


Daftar isi
Kata pengantar

……………………………………. 1

Daftar isi

……………………………………. 2

Bab 1
Pendahuluan
a. Latar belakang
b. Tujuan penulisan
c. Permasalahan

……………………………………. 3
……………………………………. 3
……………………………………. 3


Bab II
Pembahasan
a.
b.
c.
d.

Penulisan dan pembukuan
Pesatnya gerakan ijtihad
Kemajuan ilmu fiqh
Tokoh-tokoh yang terkenal

…………… 4
…………… 5
…………… 6
…………… 7

Bab III
Penutup
Kesimpulan


…………………………………... 9

Daftar pustaka

…………………………………... 10

2

BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang
Sebagaimana ilmu keagamaan lain dalam Islam, ilmu ushul fiqih tumbuh dan
berkembang dengan tetap berpijak pada Al-Quran dan Sunnah, ushul fiqih tidak
timbul dengan sendirinya, tetapi benih-benihnya sudah ada sejak zaman
Rasulullah dan sahabat. Masalah utama yang menjadi bagian ushul fiqih, seperti
ijtihad, qiyas, nasakh, dan takhsis sudah ada pada zaman Rasulullah sahabat.
Berbicara mengenai perkembangan ilmu fiqh tentu tidak dapat dilepaskan
dengan tahap-tahap atau periode-periode yang ada didalamnya. Para ahli membagi
sejarah perkembangan ilmu fiqh kepada beberapa periode yaitu, periode

pertumbuhan, periode sahabat, periode pembinaan/penyempurnaan, periode
kemunduran dan yang terakhir periode pembangunan kembali. Khususnya pada
periode penyempurnaan atau disebut juga periode pembinaan fiqh islam
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Pada masa ini penulisan dan pembukuan
hokum islam mulai dilakukan.
Untuk lebih lanjutnya kami akan menguaikan sedikit mengenai sejarah
perkembangan ilmu fiqh pada periode penyempurnaan/pembinaan yang meliputi
kemajuan ilmu fiqh, pesatnya gerakan ijtihad serta berbagai hal lain menyangkut
periode penyempurnaan/pembinaan.
B. Tujuan penulisan
Adapun tujuanpenulisan makalah ini yaitu dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah ilmu fiqh oleh bapak DR. MOH IBNU SULAIMAN S, M.A serta
juga mengharapkan kiranya makalah ini dapat memberikan pemahaman kepada
mahasiswa-I mengenai sejarah perkembangan ilmu fiqh khususnya pada periode
penyempurnaan/pembinaan, menjadikannya sebagai bekal referensi, dan poin
yang paling penting dari tujuan penulisan makalah ini adalah untuk bisa
menambah wawasan dan pengetahuan kami sebagai penulis.
C. Rumusan masalah
Untuk memudahkan penulis dalam menyusun makalah ini, maka dengan
berdasarkan pada uraian latar belakang tersebut diatas penulis menganggap

penting untuk membuat rumusan masalah antara lain :
a)
b)
c)
d)

Penulisan dan pembukuan
Pesatnya gerakan ijtihad
Kemajuan ilmu fiqh
Tokoh-tokoh yang terkenal

3

BAB II
Pembahasan
Sejarah perkembangan ilmu fiqh periode Pembinaan/Penyempurnaan
( 5-6 H )
Periode ini berlangsung pembinaan hukum islam dilakukan pada masa
pemerintahan khalifah “Umayyah” (662-750) dan khalifah “Abbasiyah” (7501258). Di masa inilah, Lahir para ahli hukum Islam yang menemukan dan
merumuskan garis-garis hukum fikih Islam serta muncul berbagai teori hukum

Islam yang masih digunakan sampai sekarang
A. Penulisan dan pembukuan ushul fikih
Dalam sejarah pekembangan ilmu ushul fiqih pada abad 5 H dan 6 H ini
merupakan periode penulisan ushul fiqih terpesat yang diantaranya terdapat kitabkitab yang mnjadi kitab standar dalam pengkajian ilmu ushul fiqih slanjutnya.
Kitab-kitab ushul fiqih yang ditulis pada zaman ini, disamping mencerminkan
adanya kitab ushul fiqih bagi masing-masing madzhabnya, juga menunjukan
adanya alioran ushul fiqih, yakni aliran hanafiah yang dikenal dengan
alira fuqoha, dan aliran Mutakalimin
Salah satu yang mendorong diperlukannya pembukuan ushul fiqih adalah
perkembangan wilayah Islam yang semakin luas, sehingga tidak jarang
menyebabkan timbulnya berbagai persoalan yang belum diketahui kedudukan
hukumnya. Untuk itu, para ulama Islam sangat membutuhkan kaidah-kaidah
hukum yang sudah dibukukan untuk dijadikan rujukan dalam menggali dan
menetapkan hukum.
Dengan disusunnya kaidah-kaidah syar’iyah dan kaidah-kaidah lughawiyah
dalam berijtihad pada abad II Hijriyah, maka telah terwujudlah Ilmu Ushul
Fiqh.Dikatakan oleh Ibnu Nadim bahwa ulama yang pertama kali menyusun kitab
Ilmu Ushul Fiqh ialah Imam Abu Yusuf -murid Imam Abu Hanifah- akan tetapi
kitab tersebut tidak sampai kepada kita.
Diterangkan oleh Abdul Wahhab Khallaf, bahwa ulama yang pertama kali

membukukan kaidah-kaidah Ilmu Ushul Fiqh dengan disertai alasan-alasannya
adalah Muhammad bin Idris asy-Syafi’iy (150-204 H) dalam sebuah kitab yang
diberi nama Ar-Risalah. Dan kitab tersebut adalah kitab dalam bidang Ilmu Ushul
Fiqh yang pertama sampai kepada kita. Oleh karena itu terkenal di kalangan para
ulama, bahwa beliau adalah pencipta Ilmu Ushul Fiqh.
Pada periode ini, metode penggalian hokum juga bertambah banyak, baik
corak maupun ragamnya. Dengan demikian bertambah banyak pula kaidah-kaidah
istinbat hukum dan teknis penerapannya. Sebagai contoh Imam Abu Hanifah
dalam memutuskan perkara membatasi ijtihadnya dengan menggunakan al-Quran,
4

Hadis, fatwa-fatwa sahabat yang telah disepakati dan berijtihad dengan
menggunakan penalarannya sendiri, seperti istihsan. Abu Hanifah tidak mau
menggunakan fatwa ulama pada zamannya. Sebab ia berpandangan bahwa mereka
sederajat dengan dirinya. Imam Maliki –setelah al-Quran dan Hadis- lebih banyak
menggunakan amal (tradisi) ahli madinah dalam memutuskan hukum, dan
maslahah-mursalah.
Pada periode inilah ilmu Ushul Fiqih dibukukan. Ulama pertama yang
merintis pembukuan ilmu ini adalah Imam Syafi’i, ilmuan berkebangsaan
Quraish. Ia memulai menyusun metode-metode penggalian hukum Islam, sumbersumbernya serta petunjuk-petunjuk Ushul Fiqih. Dalam penyu-sunannya ini,

Imam Syafi’i bermodalkan peninggalan hukum-hukum fiqih yang diwariskan oleh
generasi pendahulunya, di samping juga rekaman hasil diskusi antara berbagai
aliran fiqih yang bermacam-macam,
Sebenarnya,jauh sebelum dibukukannya ushul fiqih, ulama-ulama
terdahulu telah membuat teori-teori ushul yang dipegang oleh para pengikutnya
masing-masing. tak heran jika pengikut para ulama tersebut mengklaim bahwa
gurunyalah yang pertama menyusun kaidah-kaidah ushul fiqih.
Kalau dikembalikan pada sejarah, yang pertama berbicara tentang ushul
fiqih sebelum dibukukannya adalah para sahabat dan tabi’in. Hal ini tidak
diperselisihkan lagi. Namun yang diperselisihkan adalah orang yang mula-mula
mengarang kitab ushul fiqih sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri yang bersifat
umum dan mencakup segala aspeknya. Untuk itu kita perlu mengetahui terlebih
dahulu teori-teori penulisan dalam ilmu ushul fiqih. Secara garis besar ada dua
teori penulisan yang dikenal yakni.
Pertama, merumuskan kaidah-kaidah fiqiyah bagi setiap bab dalam bab
fiqih dan menganalisisnya serta mengaplikasikan masalah furu’ atas kaidahkaidah tersebut. Teori inilah yang ditempuh oleh golongan Hanafi dan merekalah
yang merintisnya.
Kedua, merumuskan kaidah-kaidah yang dapat menolong seorang mujtahit
dan meng-istinbat hukum dari sumber hukum syar’i, tanpa terikat oleh pendapat
seorang faqih atau suatu pemahaman yang sejalan dengannya maupun yang

bertentangan. Cara inilah yang ditempuh Al-Qur’an-syafi’i dalam kitabnya arrisalah, suatu kitab yang tersusun secara sempurna dalam bidang ilmu ushul dan
independen. Kitab seperti ini belum ada sebelumya, menurut ijma’ ulama dan
catatan sejarah (sulaiman:64).(3)
B. Pesatnya gerakan ijtihad
Di antara factor yang menyebabkan pesatnya gerakan ijtihad pada masa ini
adalah karena meluasnya daerah kekuasaan Islam, mulai dari perbatasan Tiongkok
di sebelah Timur sampai ke Andalusia (Spanyol), sebelah barat.

5

Sudah barang tentu, perluasan daerah dari suatu Negara akan berdampak
semakin luas pada jumlah dan bobot persoalan yang dihadapi, baik menyangkut
social politik ketatanegaraan maupun hal-hal yang perlu disesuaikan oleh
pemimpin dan para ulamanya. Mereka, terutama ulam-ulama, dituntut untuk
berfatwa dalam menghadapi persoalan-persoalan hokum yang frekuensinya selalu
bertambah dari masa ke masa. Keadaan ini menantang mereka untuk menafsirkan
ayat-ayat Al Quran atau hadis-hadis nabi berdasarkan penalaran ilmiah yang
intens ( ijtihad ).
Dan, kondisi seperti ini pulalah anatra lain yang menyebabkan lahirlahnya
pemikir-pemikir besar dengan berbagai karya besarnya, seperti Imam Abu

Hanifiah dengan salah seorang muridnya yang terkenal Abu Yusuf(Penyusun kitab
ilmu ushul fiqh yang pertama), Imam Malik dengan kitab al-Muwatha’, Imam
Syafe’I dengan kitabnya al-Umm atau al-Risalat, Imam Ahmad dengan kitabnya
Musnad, dan beberapa nama lainnya beserta karya tulis dan murid-muridnya
masing-masing.
C. Kemajuan dalam ilmu fikih
kelemahan politik di Baghdad, yang ditandai dengan lahirnya beberapa daulah
kecil, membawa arti bagi perkembanangan peradaban dunia Islam. Peradaban
Islam tak lagi berpusat di Baghdad, tetapi juga di kota-kota seperti Cairo,
Bukhara, Ghaznah, dan Markusy. Hal itu disebabkan adanya perhatian besar dari
para sultan, raja-raja penguasa daulah-daulah kecil itu terhadap perkembangan
ilmu dan peradaban.
Hingga berdampak pada kemajuan dibidang ilmu ushul fiqih yang
menyebabkan sebagian ulama memberikan perhatian khusus untuk mndalaminya,
antara lain Al-Baqilani, Al-Qhandi, abd. Al-jabar, abd. Wahab Al-Baghdadi, Abu
Zayd Ad Dabusy, Abu Husain Al Bashri, Imam Al-Haramain, Abd. Malik AlJuwani, Abu Humaid Al Ghazali dan lain-lain. Mereka adalah pelopor keilmuan
Islam di zaman itu. Para pengkaji ilmu keislaman di kemudian hari mengikuti
metode dan jejak mereka, untuk mewujudkan aktivitas ilmu ushul fiqih yang tidak
ada bandinganya dalam penulisan dan pengkajian keislaman , itulah sebabnya
pada zaman itu, generasi Islam pada kemudian hri senantiasa menunjukan

minatnya pada produk-produk ushul fiqih dan menjadikanya sebagi sumber
pemikiran.
Pada masa ini fiqih islam mengalami kemajuan pesat sekali. Penulisan dan
pembukuan hukum islam dilakukan secara intensif, baik berupa penulisan hadishadis nabi, fatwa-fatwa para sahabat dan tabi’in, tafsir Al-Qur’an, kumpulan
pendapat-pendapat imam-imam fiqih, dan penyusunan ilmu ushul fiqh.
Tercapainya kemajuan ini berkat perhatian begitu besar terhadap ilmu
fikih khususnya atau ilmu pengetahuan umumnya. Khalifah Abasiah Harun AlRasyid (786 M-809 M) dan Khalifah Al-Makmum (813 M-833 M), tercatat

6

sebagai khalifah yang memiliki kontribusi besar bagi munculnya ilmuan besar dg
berbagai bidang ilmunya. Diantara factor lain yang sangat menentukan pesatnya
perkembangan ilmu fiqh khususnya atau ilmu pengetahuan umumnya, pada
periode ini adalah sebagai berikut:
1. Adanya perhatian pemerintah (khalifah) yang besar tehadap ilmu fiqh
khususnya.
2. Adanya kebebasan berpendapat dan berkembangnya diskusi-diskusi ilmiah
diantara para ulama.
3. Telah terkodifikasinya referensi-referensi utama, seperti Al-Qur’an (pada
masa khalifah rasyidin), hadist (pada masa Khalifah Umar Ibn Abdul
Aziz), Tafsir dan Ilmu tafsir pada abad pertama hijriah, yang dirintis Ibnu
Abbas (w.68H) dan muridnya Mujahid(w104H) dan kitab-kitab lainnya.
D. Tokoh-tokoh yang terkenal
Pada periode inilah muncul para mujtahid yang sampai sekarang masih
berpengaruh dan pendapatnya diikuti oleh umat Islam diberbagai belahan dunia.
Mereka itu diantaranya adalah:
1. Imam Abu Hanifah (Al-Nukman ibn Tsabit) : 700-767 M
Ia lahir di Kufah pada tahun 80 H dan wafat di Bagdad pada tahun 150 H.
Sebagaimana ulama yang lain, Abu Hanifah memiliki banyak halangan untuk
berdiskusi berbagai ilmu agama. Semula materi yang sering di diskusikan adalah
tentang ilmu kalam yang meliputi al-Qada dan Qadar. Kemudian ia pindah ke
materi-materi fiqh Al-Khatib al-Bagdadi menuturkan bahwa Abu Hanifah tadinya
selalu berdiskusi tentang ilmu kalam.
Sebagaimana ulama lain, sumber syariat bagi Abu Hanifah adalah AlQur’an dan Al-Snnah, akan tetapi ia tidak mudah menerima hadiah yang
diterimanya. Lahannya menerima hadis yang diriwayatkan oleh jama’ah dari
jama’ah, atau hadist yang disepakati oleh fuqaha di suatu negeri dan diamalkan;
atau hadist ahad yang diriwayatkan dari sahabat dalam jumlah yang banyak (tetapi
tidak mutawatir) yang di pertentangkan.1[9]
Abu Hanifah dikenal sebagai imam ahlul al-ra’yu, dalam menghadapi nas
al-Qur’an dan al-Sunnah. Maka ia dikenal sebagai ahli di bidang ta’lil al-ahkam
dan qiyas.
2. Malik Bin Anas: 713-795 M
Ia lahir pada tahun 93 H dan wafat pada tahun 179 H. Malik bin Anas
tinggal di Madinah dan tidak pernah kemana-mana kecuali beribadah Haji ke
Mekkah. Imam Malik menempatkan Al-Qur’an sebagai sumber hukum pertama,
kemudian al hadist sedapat mungkin hadist yang mutawatir atau masyhur.
3. Muhammad Idris Al-Syafi’i: 767-820 M
Ia lahir di Ghazah atai Asqalan pada tahun 150 H. Ia berguru kepada Imam
Malik di Madinah. Kesetiannya kepada Imam Malik ditunjukkan dengan nyantri
di tempat sang guru hingga sang guru wafat pada tahun 179 H. Imam Syafi’i
1[9] Muhammad Zuhri.op.cit, hal 98
7

pernah juga berguru kepada murid-murid Abu Hanifah. Ia tinggal di Bagdad
selama dua tahun, kemudian kembali ke Mekkah. Akan tetapi tidak lama
kemudian ia kembali ke Irak pada tahun 198 H, dan berkelana ke Mesir.
Dalam pengembaraannya, ia kemudian memahami corak pemikiran ahl alra’yu dan ahl al-Hadis. Ia berpendapat bahwa tidak seluruh metode ahl al-ra’yu
baik diambil sama halnya tidak seluruh metode ahl al-Hadis harus diambil. Akan
tetapi menurutnya tidak baik pula meninggalkan seluruh metode berpikir mereka
masing-masing. Dengan demikian Imam Syafi’i tidak fanatik terhadap salah satu
mazhab, bahkan berusaha menempatkan diri sebagai penegah antara kedua
metode berpikir yang ekstrim. Ia berpendapat bahwa qiyas merupakan metode
yang tepat untuk menjawab masalah yang tidak manshus. 2[10] Menurut Imam
Syafi’i tata urutan sumber Hukum Islam adalah:
1) Al Qur’an dan Al-Sunnah
2) Bila tidak ada dalam Al Qur’an dan Al Sunnah, ia berpindah ke Ijma.
4. Ahmad Bin Hambal (Hanbal): 781-855 M
Ia lahir di Bagdad pada tahun 164 H. Ia tinggal di Bagdad sampai akhir
hayatnya yakni tahun 231 H. Negeri-negeri yang pernah ia kunjungi untuk belajar
antara lain adalah Basrah, Mekkah, Madinah, Syam dan Yaman. Ia pernah berguru
kepada Imam Syafi’i di Bagdad dan menjadi murid Imam Syafi’i yang terpenting,
bahkan ia menjadi mujtahid sendiri.
Menurut Imam Ahmad, sumber hukum pertama adalah Al-Nushush, yaitu
Al Qur’an dan Al Hadist yang marfu. Apabila persoalan hukum sudah didapat
dalam nas-nas tersebut, ia tidak beranjak ke sumber lain, tidak pula menggunakan
“metode ijtihad”. Apabila terdapat perbedaan pendapat di antara para sahabat,
maka Imam akan memilih pendapat yang paling dekat dengan Al Qur’an dan Al
Sunnah.

BAB III
2[10] Ibid, hal: 113
8

Penutup
Kesimpulan
Dari makalah ini dapat kita tarik kesimpulan:
Sejarah perkembangan ilmu fiqh pada masa penyempurnaan/pembinaan fiqih
islam mengalami kemajuan pesat sekali. Penulisan dan pembukuan hukum islam
dilakukan secara intensif, baik berupa penulisan hadis-hadis nabi, fatwa-fatwa
para sahabat dan tabi’in, tafsir Al-Qur’an, kumpulan pendapat-pendapat imamimam fiqih, dan penyusunan ilmu ushul fiqh.
Di antara factor yang menyebabkan pesatnya gerakan ijtihad pada masa ini
adalah karena meluasnya daerah kekuasaan Islam, mulai dari perbatasan Tiongkok
di sebelah Timur sampai ke Andalusia (Spanyol), sebelah barat.
Tercapainya kemajuan yang pesat pada masa ini berkat perhatian begitu besar
terhadap ilmu fikih khususnya atau ilmu pengetahuan umumnya. Khalifah
Abasiah Harun Al-Rasyid (786 M-809 M) dan Khalifah Al-Makmum (813 M-833
M), tercatat sebagai khalifah yang memiliki kontribusi besar bagi munculnya
ilmuan besar dg berbagai bidang ilmunya.

Daftar Pustaka

9

H. Alaiddin Koto, Ilmu Fikih dan Ushul Fikih, Jakarta, RajaGrafindo Persada,
2004
Syafi’I,Rahmat, Ilmu Ushul Fiqih, cv pustaka setia bandung,2007,bandung
Ash-Shiddieqy, T.M. Hasbi. Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, (Jakarta:
Bulan Bintang), 1971.

10

Dokumen yang terkait

AN ALIS IS YU RID IS PUT USAN BE B AS DAL AM P E RKAR A TIND AK P IDA NA P E NY E RTA AN M E L AK U K A N P R AK T IK K E DO K T E RA N YA NG M E N G A K IB ATK AN M ATINYA P AS IE N ( PUT USA N N O MOR: 9 0/PID.B /2011/ PN.MD O)

0 82 16

FRAKSIONASI DAN KETERSEDIAAN P PADA TANAH LATOSOL YANG DITANAMI JAGUNG AKIBAT INOKULASI JAMUR MIKORIZA ARBUSKULAR DAN BAKTERI PELARUT FOSFAT (Pseudomonas spp.)

2 31 9

Sejarah perkembangan pendidikan Islam di Thailand selatan (patani) pada Abad ke XVII sampai XX

2 73 64

Hubungan Kuantitatif Struktur Aktifitas Senyawa Nitrasi Etil P -Metoksisinamat Terhadap Aktivitas Anti Tuberkulosis Melalui Pendekatan Hansch Secara Komputasi

1 34 82

Pengaruh pemahaman fiqh muamalat mahasiswa terhadap keputusan membeli produk fashion palsu (study pada mahasiswa angkatan 2011 & 2012 prodi muamalat fakultas syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

0 22 0

Efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 6 bulan di Kelurahan Bintaro Jakarta

6 85 140

Peran World Wide Fund for nature (WWF) dalam program Heart Of Borneo (HOB) di Indonesia periode 2012-2013

9 81 139

Pembangunan Augmented Reality Sebagai media Pembelajaran Sejarah Indonesia pada Kelas X SMA Berbasis Dekstop Studi Kasus SMAN 1 Dayeuh Kolot

2 21 1

Tinjauan mengenai perkembangan penyaluran kredit pensiunan dan non pensiunan pada Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Pusat Bandung Periode 1998-2002 : laporan kerja praktek

0 34 1

Matematika Kelas 6 Lusia Tri Astuti P Sunardi 2009

13 252 156