Psikologi Komunikasi Tentang Psikologi P

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik

antarindividu maupun dengan kelompok. Selama proses komunikasi, komunikator
memiliki peranan yang sangat penting dalam menyampaikan pesan. Seorang
komunikator dituntut untuk dapat menyampaikan pesan dengan baik, diterima
oleh komunikan, menghasilkan umpan balik, dan memiliki efek persuasif.
Artinya, dalam komunikasi yang efektif, dibutuhkan komunikator yang
kompeten. Misalnya saja, saat ada seseorang yang mengajarkan sekumpulan anakanak membaca. Orang lain dapat berasumsi bahwa orang tersebut adalah guru.
Anak-anak yang diajari membaca juga akan menganggap orang tersebut adalah
guru karena telah mengajari mereka membaca.
Itulah yang disebut dengan psikologi komunikator. Untuk dapat dipercayai
orang lain diperlukan, bukan saja, bias/dapat berbicara, melainkan memerlukan
penampilan yang meyakinkan. Dalam makalah ini akan menjelaskan sedikit tentang
karakteristik dari komunikator serta faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi
dari psikologi komunikator.


B.

Rumusan Masalah
a. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi psikologi komunikator?
b. Pengaruh apa saja dari psikologi komunikator?

C.

Tujuan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi

Komunikasi yang dibimbing oleh Ibu Zikri Neni.

1

BAB II
PENDEKATAN KONSEP

Dalam konsep psikologi pesan terdapat konsep berupa teknik pengendalian

perilaku orang lain yang disebut bahasa. Dengan bahasa yang merupakan
kumpulan kata, komunikator dapat mengatur perilaku komunikate (orang lain).
Bahasa merupakan media yang digunakan dalam berbicara dan berkomunikasi.
Bahasa adalah pesan dalam bentuk kata-kata dan kalimbat, yang disebut pesan
linguistik.
Secara fungsional bahasa dipahami sebagai kesepakatan diantara anggota
kelompok sosial untuk menggunakannya. Sedangkan secara formal, bahasa
dinyatakan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut
peraturan tata bahasa. Setiap bahasa memiliki peraturan bagaimana kata-kata
harus disusun dan dirangkaikan agar memiliki arti.1
Pengucapan dan penyampaian kata dan kalimat dengan cara-cara tertentu
dapat memberikan maksud tersendiri. Cara-cara tersebut disebut pesan
paralinguistic. Selain itu, manusia juga menyampaikan pesan dengan cara-cara lain
selain dengan bahasa, misalnya dengan isyarat, atau yang disebut sebagai
ekstralinguistik.
Pesan merupakan salah satu unsur yang penting dalam berkomunikasi,
sehingga makna dari pesan itu sendiri dapat memperlancar interaksi sosial
antarindividu. Sementara itu tujuan komunikasi sendiri adalah agar komunikan
dapat menerima pesan dari komunikator. Pesan sendiri terdiri dari pesan verbal
dan pesan nonverbal.

Pesan verbal adalah pesan yang digunakan dalam komunikasi yang
menggunakan bahasa sebagai media. Pesan verbal ditransmisikan melalui
kombinasi bunyi-bunyi bahasa dan digunakan untuk menyatakan pikiran,
1

Jalaluddin Rakmat, Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 2005, h. 279.

2

perasaan, dan maksud. Dengan kata lain, pesan verbal adalah pesan yang
diungkapkan melalui bahasa yang menggunakan kata-kata sebagai representasi
realitas atau makna.
Kelebihan dari pesan verbal adalah media paling efektif yang digunakan
manusia sebagai sarana berkomunikasi. Efektivitas tersebut dimungkinkan oleh
tiga

aspek

bahasa:


semanticity,

generativity

dan

displacement.

Aspek semanticity merujuk pada hakikat kata-kata (unsur utama bahasa) sebagai
simbol yang merepresentasikan objek atau realitas tertentu. Dengan kata-kata, kita
dapat menamai atau memberi label pada tindakan, pemikiran, perasaan, atau
orang sehingga kita dapat mengindentifikasi atau merujuknya tanpa harus
menghadirkannya secara langsung.
Aspek generativity (kadang-kadang disebut productivity) merujuk pada
kemampuan bahasa untuk menghasilkan pesan-pesan bermakna dalam jumlah tak
terbatas melalui kombinasi sejumlah simbol linguistik yang sangat terbatas.
Contoh, hanya dengan menggunakan tiga fonem a, i dan r, kita bisa membentuk
kata ‘air’, ‘Ira’, ‘ria’ dan ‘ari’ yang semua kata-kata ini memiliki makna.
Aspek displacement merujuk pada kemampuan bahasa untuk digunakan
sebagai sarana untuk membicarakan sesuatu yang ‘jauh’ dalam konteks ruang dan

waktu, atau sesuatu yang ada hanya dalam imajinasi.
Pesan verbal beberapa keterbatasan dalam penyampaian maksud seperti
yang disebutkan sebagai berikut:

 Jumlah kata yang tersedia dalam setiap bahasa sangat terbatas,
sehingga tidak semua objek dalam realita dapat diwakili oleh katakata.

 Kata-kata memiliki makna yang ambigu (makna ganda) dan
kontekstual, dimana kata-kata bersifat ambigu karena hubungan
antara kata dan objek yang diwakilinya bersifat arbitrer (semenamena). Kata yang diucapkan tidak merujuk pada objek, tetapi pada
persepsi dan interpretasi orang sebagai wakil dari objek tersebut.

3

 Makna kata-kata bersifat bias karena dipengaruhi oleh latar belakang
kebudayaan. Esensi bahasa dalam aktivitas berpikir terungkap
dengan jelas melalui kenyataan bahwa ketidakmampuan suku-suku
primitif memikirkan hal-hal yang ‘canggih’ bukan karena mereka
tidak dapat berpikir, tapi karena bahasa mereka tidak dapat
memfasilitasi mereka untuk melakukannya.


 Orang cenderung mencampuradukkan fakta, penafsiran, dan
penilaian karena kekeliruan persepsi sewaktu menggunakan bahasa.

Sedangkan pesan nonverbal didefinisikan sebagai semua tanda atau isyarat
yang tidak berbentuk kata-kata. Samovar dan Proter secara spesifik mendefinisikan
pesan nonverbal sebagai semua ransangan (kecuali ransangan verbal) dalam suatu
pengaturan komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan
lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim
atau penerima. Jadi, pesan nonverbal mencakup seluruh perilaku yang tidak
berbentuk verbal yang disengaja atau tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa
komunikasi secara keseluruhan.
Devito (1995: 175-176) menguraikan enam fungsi pesan nonverbal dalam
komunikasi interpersonal sebagai berikut:2
-

Fungsi aksentuasi, digunakan untuk membuat penekanan pada bagian
tertentu pesan nonverbal. Contohnya meninggikan nada suara.

-


Fungsi komplemen, digunakan untuk menyampaikan nuansa tertentu
yang tidak dapat diutarakan melalui pesan verbal.

-

Fungsi kontradiksi, digunakan untuk mempertentangkan pesan verbal
dengan pesan nonverbal dalam rangka mencapai maksud tertentu.

-

Fungsi regulasi, digunakan untuk menunjukkan bahwa komunikator ingin
mengatakan sesuatu.

2

Joseph A. Devito, The Interpersonal Communication Book, Harper Collin College Publisher: New
York, 1995, h. 175-176

4


-

Fungsi repetisi, digunakan untuk mengulangi maksud yang disampaikan
melalui pesan verbal.

-

A.

Fungsi substitusi, digunakan untuk mengganti pesan verbal tertentu.

Karakteristik Makna Pesan
a.

Makna ditentukan oleh komunikator
Makna tidak hanya ditentukan oleh pesan (baik verbal, nonverbal, atau

keduanya) tetapi juga ditentukan oleh interaksi pesan-pesan itu dan pikiran
serta perasaan komunikan. Ketika berkomunikasi, komunikan tidak hanya

‘menerima’ makna tapi juga ‘menciptakan’ makna. Oleh karena itu,
pemahaman atas suatu makna tidak dapat dilakukan hanya dengan
menganalisis pesan, tetapi juga dengan memahami pengirimnya. Sebagai
contoh, makna berupa pujian yang menyatakan seseorang berotak cerdas
cenderung dimaknai sebagai penghinaan bila hal itu disampaikan ketika
orang tersebut baru mengetahui dia gagal dalam sebuah ujian.

b.

Makna yang disampaikan lewat pesan verbal dan nonverbal tidak
lengkap
Penyampaian pikiran atau perasaan dilakukan komunikator dengan

menggunakan seperangkat simbol. Pada dasarnya simbol-simbol itu
mewakili hanya sebagian dari totalitas pikiran atau perasaan yang ingin
disampaikan. Karena makna yang diterima dari orang lain bukan makna yang
utuh, setiap komunikan hanya dapat mengestimasi makna tersebut
berdasarkan pesan yang diterima dengan menggunakan pikiran dan
perasaannya sendiri.


5

c.

Makna bersifat unik
Karena makna ditentukan oleh pesan yang diterima dan pikiran serta
perasaan komunikan, maka orang yang berbeda tidak pernah
menginterpretasi sebuah pesan dengan makna yang sama. Bahkan,
karena setiap individu berubah, pesan yang diterima oleh seseorang
pada saat yang berbeda akan diinterpretasikan dengan makna yang
berbeda pula. Misalnya, pesan “I love you” yang diterima pemuda berusia
20 tahun dari pacarnya, akan diberi makna yang berbeda oleh orang
ketika dia berusia 50 tahun.

d.

Makna mencakup makna denotatif dan konotatif
Makna denotatif adalah definisi objektif dari kata atau pesan nonverbal
dan bersifat universal. Makna konotatif merupakan makna subjektif dan
bersifat emosional. Anggukan kepala yang normal, yang digunakan

untuk merespon pertanyaan “Kamu setuju?” mengungkapkan makna
denotatif. Namun bila anggukan kepala itu disertai dengan kedipan
mata atau senyuman sehingga terkesan tidak biasa, makna yang
terungkap lebih cenderung bersifat konotatif.

e.

Makna harus didasarkan pada konteks
Kata atau tingkah nonverbal yang sama, bisa mengungkapkan makna
yang sangat berbeda bila digunakan dalam konteks yang berbeda.
Ugkapan “Apa kabar?” yang disampaikan ketika berpapasan dengan
seorang teman bermakna “Halo”. Tapi bila ungkapan itu disampaikan
ketika mengunjungi teman yang sakit, makna yang terungkap adalah
“kondisi kesehatan”.

6

B.

Karakteristik Pesan
Disamping karakteristik makna pesan, pemahaman tentang karakteristik

pesan juga sangat dibutuhkan sebagai landasan untuk mengetahui bagaimana
makna disalurkan melalui pesan oleh komunikator kepada komunikan.

a.

Pesan berbentuk paket
Pada saat berkomnikasi, seluruh bagian sistem komunikasi biasanya

bekerjasama untuk menyampaikan suatu kesatuan makna (unified meaning).
Ketika seseorang mengungkapkan kemarahan dengan kata-kata, getaran
dan volume suara, ekspresi wajah, sorot mata dan sikap tubuhnya juga
memancarkan pesan kemarahan itu.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa pesan selalu diungkapkan dalam satu
paket gabungan antara unsur-unsur verbal dan nonverbal. Paket pesan ini
biasanya dianggap sebagai hal yang wajar sehingga tidak begitu
diperhatikan oleh komunikan, kecuali dia mendeteksi adanya double-bind
messages, atau kontradiksi antara pesan verbal dan pesan nonverbal yang
digunakan.

b.

Pesan dibentuk dengan menggunakan kaidah tertentu
Setiap pesan dibentuk dan diungkapkan dengan menggunakan kaidah-

kaidah tertentu. Pesan verbal dibentuk dan digunakan dengan mengikuti
aturan-aturan gramatika dan pragmatik yang berlaku dalam bahasa. Pesan
nonverbal juga dibentuk dan diungkapkan berdasarkan seperangkat norma
atau peraturan yang menggariskan tingkah-laku nonverbal apa yang sesuai,
diizinkan, atau diharapkan dalam situasi sosial tertentu.

c.

Pesan disampaikan dalam tingkat kelangsungan yang variatif
Sebagian pesan disampaikan secara langsung dan sebagian lagi secara

tidak langsung. Pesan langsung ditandai oleh adanya pernyataan langsung

7

mengenai preferensi atau keinginan komunikator, sedangkan dalam pesan
tidak langsung si pembicara berupaya menyuruh pendengarnya mengatakan
atau melakukan sesuatu tanpa menyatakannya secara eksplisit.

d.

Pesan bervariasi dalam tingkat kepercayaan
Terdapat

dua

alasan

mengapa

komunikan

cenderung

lebih

mempercayai makna yang terungkap melalui pesan nonverbal ketika dia
mendeteksi konflik antara pesan verbal dan nonverbal yang dikirim
komunikator. Pertama, pesan verbal lebih mudah dipalsukan. Kedua, pesan
nonverbal terbentuk diluar kendali kesadaran individu.
Sinyal nonverbal biasanya dapat digunakan untuk menebak apakah
pembicara berbohong atau tidak. Sinyal-sinyal itu juga sangat membantu
untuk

mengungkapkan

kebenaran

yang

coba

ditutup-tutupi

oleh

kebohongan yang dideteksi.

e.

Pesan dapat digunakan dalam metakomunikasi
Seperti telah dijelaskan pada bagian Tinjauan Psikologis Terhadap Peran

Pesan Nonverbal di atas, pesan nonverbal memiliki fungsi metakomunikatif
yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi.
Pesan metakomunikatif berfungsi memberikan informasi tambahan untuk
memperjelas maksud. Hal itu dilakukan dengan memberdayakan fungsi
aksentuasi, repetisi, subsitusi, kontradiksi, dan komplemen pesan nonverbal
bagi pesan verbal.

8

BAB III
ANALISIS

Pesan yang disampaikan menjadi sangat penting dalam proses komunikasi,
karena hal ini berkaitan dengan makna yang disampaikan dan akan diterima oleh
komunikan. Melalui dimensi psikologi dapat dipahami bagaimana sebuah pesan
dapat mendukung maupun menghambat efektivitas komunikasi. Dalam hal ini,
pesan nonverbal sangat tepat untuk dijadikan objek analisis dari sisi psikologi.
Dalam setiap komunikasi terjadi sebuah interaksi langsung atau tatap muka,
secara sadar atau tidak, komunikator banyak menyampaikan pesan nonverbal.
Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang sedang belajar di kelas mengikuti diskusi
yang diadakan dosen, namun merasa gelisah dengan terus melihat jam tangan. Hal
ini dapat berarti mahasiswa tersebut sedang terburu-buru untuk melakukan
sesuatu sehingga merasa cemas akan waktu.
Perasaan dan emosi terungkap lebih cermat melalui pesan nonverbal
daripada pesan verbal. Bila pesan verbal lebih sesuai digunakan untuk
menyampaikan fakta, ilmu, atau keadaan, pesan nonverbal lebih potensial untuk
menyatakan perasaan. Ketiga, pesan nonverbal menyampaikan makna (maksud)
yang relatif bebas dari penipuan, distorsi, dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang
dimodifikasi secara sadar, kecuali oleh actor-aktor yang terlatih. Oleh karena itu,
komunikator biasanya lebih jujur ketika berkomunikasi melalui pesan nonverbal
dan sebaliknya, komunikan lebih percaya pada pesan nonverbal daripada pesan
verbal. Sebagai contoh, ketika seseorang sedang ada masalah dan menangis
kemudian ditanyakan oleh salah satu teman dekatnya tentang mengapa ia
menangis dan apakah ia baik-baik saja, ia menjawab tidak ada apa-apa, namun
matanya terlihat jelas bahwa ia habis menangis. Teman dekat orang tersebut tentu
akan meyakini bahwa ada masalah yang sedang mengganggu pikiran dan
emosinya.

9

Pesan nonverbal memiliki fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan
untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Pesan metakomunikatif
berfungsi memberikan informasi tambahan untuk memperjelas maksud. Hal itu
dilakukan

dengan

memberdayakan

fungsi

aksentuasi,

repetisi,

kontradiksi, dan komplemen pesan nonverbal bagi pesan verbal.

10

subsitusi,

BAB IV
PENUTUP

Pesan merupakan salah satu unsur yang penting dalam berkomunikasi,
sehingga makna dari pesan itu sendiri dapat memperlancar interaksi sosial
antarindividu. Sementara itu tujuan komunikasi sendiri adalah agar komunikan
dapat menerima pesan dari komunikator. Pesan sendiri terdiri dari pesan verbal
dan pesan nonverbal.
Pesan verbal adalah pesan yang digunakan dalam komunikasi yang
menggunakan bahasa sebagai media. Pesan verbal ditransmisikan melalui
kombinasi bunyi-bunyi bahasa dan digunakan untuk menyatakan pikiran,
perasaan, dan maksud. Dengan kata lain, pesan verbal adalah pesan yang
diungkapkan melalui bahasa yang menggunakan kata-kata sebagai representasi
realitas atau makna.
Sedangkan pesan nonverbal didefinisikan sebagai semua tanda atau isyarat
yang tidak berbentuk kata-kata. Samovar dan Proter secara spesifik mendefinisikan
pesan nonverbal sebagai semua ransangan (kecuali ransangan verbal) dalam suatu
pengaturan komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan
lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim
atau penerima.
Fungsi pesan nonverbal dalam komunikasi interpersonal menurut Devito
adalah sebagai fungsi aksentuasi, fungsi komplemen, fungsi kontradiksi, fungsi
regulasi, fungsi repetisi, dan fungsi substitusi.
Karakteristik makna pesan adalah makna ditentukan oleh komunikator,
makna yang disampaikan lewat pesan verbal dan nonverbal tidak lengkap, makna
bersifat unik, makna mencakup makna denotatif dan konotatif, dan makna harus
didasarkan pada konteks.

11

Sedangkan karakteristik pesan adalah pesan berbentuk paket, pesan
dibentuk dengan menggunakan kaidah tertentu, pesan disampaikan dalam tingkat
kelangsungan yang variatif, pesan bervariasi dalam tingkat kepercayaan, pesan
dapat digunakan dalam metakomunikasi.

12

DAFTAR PUSTAKA

Rahmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005.
Devito, Joseph A. 1995. The Interpersonal Communication Book. New York: Harper
Collins College Publisher.
Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2007.

13

Dokumen yang terkait

FAKTOR–FAKTOR YANG MENJADI DAYA TARIK PENYIAR RADIO MAKOBU FM (Studi pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2003 UMM)

0 72 2

PENGARUH PENILAIAN dan PENGETAHUAN GAYA BUSANA PRESENTER TELEVISI TERHADAP PERILAKU IMITASI BERBUSANA (Studi Tayangan Ceriwis Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Komunikasi Angkatan 2004)

0 51 2

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2

Dari Penangkapan Ke Budidaya Rumput Laut: Studi Tentang Model Pengembangan Matapencaharian Alternatif Pada Masyarakat Nelayan Di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur

2 37 2

Komunikasi antarpribadi antara guru dan murid dalam memotivasi belajar di Sekolah Dasar Annajah Jakarta

17 110 92

Perilaku Komunikasi Waria Di Yayasan Srikandi Pasundan (Studi Deskriptif Mengenai Perilaku Komunikasi Waria di Yayasan Srikandi Pasundan di Kota Bandung)

3 50 1

Eksistensi Diri Penari Jaipong di Kota Sukabumi (Studi Deskriptif Tentang Eksistensi Diri Penari Jaipong di Kota Sukabumi)

4 40 1

Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Sistem Komputerisasi Kantor Pertahanan (KKP) Terhadap Kualitas Pelayanan Sertifikasi Tanah Di Kantor Pertanahan Kota Cimahi

24 81 167

Peranan Komunikasi Antar Pribadi Antara Pengajar Muda dan Peserta Didik Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar ( Studi pada Program Lampung Mengajar di SDN 01 Pulau Legundi Kabupaten Pesawaran )

3 53 80