Ethics and the audit profession (8)

Ethics and the audit profession
A.

Definisi Etika

Etika (praksis) diartikan

sebagai nilai-nilai atau norma-norma moral yang mendasari

perilaku manusia. Etos didefinisikan sebagai ciri-ciri dari suatu masyarakat atau budaya. Etos
kerja,dimaksudkan sebagai ciri-ciri dari kerja, khususnya pribadi atau kelompok yang
melaksanakan kerja, seperti disiplin, tanggung jawab, dedikasi, integritas, transparansi dsb.
Etika (umum) didefinisikan sebagai perangkat prinsip moral atau nilai. Dengan kata lain,
etika merupakan ilmu yang membahas dan mengkaji nilai dan norma moral. Etika (luas) berarti
keseluruhan norma dan penilaian yang dipergunakan oleh masyarakat untuk mengetahui
bagaimana manusia seharusnya menjalankan kehidupannya.Etika (sempit) berarti seperangkat
nilai atau prinsip moral yang berfungsi sebagai panduan untuk berbuat, bertindak atau
berperilaku. Karena berfungsi sebagai panduan, prinsip-prinsip moral tersebut juga berfungsi
sebagai kriteria untuk menilai benar/salahnya perbuatan/perilaku.
B. Kode Etik
Pengertian Kode etik adalah nilai-nilai, norma-norma, atau kaidah-kaidah untuk mengatur

perilaku moral dari suatu profesi melalui ketentuan-ketentuan tertulis yg harus dipenuhi dan
ditaati setiap anggota profesi.
Isi Kode Etik


Karena kode etik merupakan wujud dari komitmen moral organisasi, maka kode etik
harus berisi :


mengenai apa yang boleh dan



apa yang tidak boleh dilakukan oleh anggota profesi,



apa yang harus didahulukan dan




apa yang boleh dikorbankan oleh profesi ketika menghadapi situasi konflik atau
dilematis,



tujuan dan cita-cita luhur profesi, dan



bahkan sanksi yang akan dikenakan kepada anggota profesi yang melanggar kode
etik.

Tujuan Utama Kode Etik


Terdapat dua tujuan utama dari kode etik.


Kode etik bertujuan melindungi kepentingan masyarakat dari kemungkinan

kelalaian, kesalahan atau pelecehan, baik disengaja maupun tidak disengaja oleh
anggota profesi.



Kode etik bermaksud melindungi keluhuran profesi dari perilaku perilaku
menyimpang oleh anggota profesi.

Syarat Kode Etik Optimal


Agar kode etik dapat berfungsi dengan optimal, minimal ada 2 (dua) syarat yang harus
dipenuhi.


Kode etik harus dibuat oleh profesinya sendiri. Kode etik tidak akan efektif
apabila ditentukan oleh pemerintah atau instansi di luar profesi itu.




Pelaksanaan kode etik harus diawasi secara terus-menerus. Setiap pelanggaran
akan dievaluasi dan diambil tindakan oleh suatu dewan yang khusus dibentuk.

C. Peranan Etika dalam Profesi Auditor
Audit membutuhkan pengabdian yang besar pada masyarakat dan komitmen moral yang
tinggi. Masyarakat menuntut untuk memperoleh jasa para auditor publik dengan standar
kualitas yang tinggi, dan menuntut mereka untuk bersedia mengorbankan diri.Itulah
sebabnya profesi auditor menetapkan standar teknis dan standar etika yang harus
dijadikan panduan oleh para auditor dalam melaksanakan audit.Standar etika diperlukan
bagi profesi audit karena auditor memiliki posisi sebagai orang kepercayaan dan
menghadapi kemungkinan benturan-benturan kepentingan.Kode etik atau aturan etika
profesi

audit

menyediakan

panduan

bagi


para

auditor

profesional

dalam

mempertahankan diri dari godaan dan dalam mengambil keputusan-keputusan sulit. Jika
auditor tunduk pada tekanan atau permintaan tersebut, maka telah terjadi pelanggaran
terhadap komitmen pada prinsip-prinsip etika yang dianut oleh profesi.Oleh karena itu,
seorang auditor harus selalu memupuk dan menjaga kewaspadaannya agar tidak mudah
takluk pada godaan dan tekanan yang membawanya ke dalam pelanggaran prinsip-prinsip

etika secara umum dan etika profesi. etis yang tinggi; mampu mengenali situasi-situasi
yang mengandung isu-isu etis sehingga memungkinkannya untuk mengambil keputusan
atau tindakan yang tepat.
D. Pentingnya Nilai-Nilai Etika dalam Auditing
Beragam masalah etis berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan auditing.

Banyak auditor menghadapi masalah serius karena mereka melakukan hal-hal kecil yang
tak satu pun tampak mengandung kesalahan serius, namun ternyata hanya menumpuknya
hingga menjadi suatu kesalahan yang besar dan merupakan pelanggaran serius terhadap
kepercayaan yang diberikan.Untuk itu pengetahuan akan tanda-tanda peringatan adanya
masalah etika akan memberikan peluang untuk melindungi diri sendiri, dan pada saat
yang sama, akan membangun suasana etis di lingkungan kerja.Masalah-masalah etika
yang dapat dijumpai oleh auditor yang meliputi permintaan atau tekanan untuk:


Melaksanakan tugas yang bukan merupakan kompetensinya.



Mengungkapkan informasi rahasia.



Mengkompromikan integritasnya dengan melakukan pemalsuan, penggelapan,
penyuapan dan sebagainya.
Mendistorsi




obyektivitas

dengan

menerbitkan

laporan-laporan

yang

menyesatkan.
E. Dilema Etika
Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang di mana keputusan mengenai
perilaku yang pantas harus dibuat.Auditor banyak menghadapi dilema etika dalam
melaksanakan tugasnya. Bernegosiasi dengan auditan jelas merupakan dilema etika.Ada
beberapa alternatif pemecahan dilema etika, tetapi harus berhati-hati untuk menghindari
cara yang merupakan rasionalisasi perilaku tidak beretika.

Berikut ini adalah metode rasionalisasi yang biasanya digunakan bagi perilaku tidak
beretika:


Semua orang melakukannya. Argumentasi yang mendukung penyalahgunaan
pelaporan pajak, pelaporan pengadaan barang/jasa biasanya didasarkan pada

rasionalisasi bahwa semua orang melakukan hal yang sama, oleh karena itu dapat
diterima.


Jika itu legal, maka itu beretika. Menggunakan argumentasi bahwa semua
perilaku legal adalah beretika sangat berhubungan dengan ketepatan hukum.
Dengan pemikiran ini, tidak ada kewajiban menuntut kerugian yang telah
dilakukan seseorang.



Kemungkinan ketahuan dan konsekuensinya. Pemikiran ini bergantung pada
evaluasi hasil temuan seseorang. Umumnya, seseorang akan memberikan

hukuman (konsekuensi) pada temuan tersebut.

F. Pemecahan Dilema Etika


Pendekatan enam langkah berikut ini merupakan pendekatan sederhana untuk
memecahkan dilema etika:
1. Dapatkan fakta-fakta yang relevan
2. Identifikasi isu-isu etika dari fakta-fakta yang ada
3. Tentukan siapa dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi oleh
dilema etika
4. Identifikasi alternatif-alternatif yang tersedia bagi orang yang memecahkan
dilema etika
5. Identifikasi konsekuensi yang mungkin timbul dari setiap alternatif
6. Tetapkan tindakan yang tepat.

1. Prinsip-prinsip kode etik
a. Tanggung Jawab
CPA memberikan jasa yang penting dan erlu dalam sistem persaingan bebas yang dianut
di Amerika Serikat. Seluruh CPA memiliki tanggung jawab kepada mereka yang

menggunakan jasa profesional CPA. Selain itu para CPA memiliki tanggung jawab yang
berkesinambungan untuk bekerja sama dengan para nggota lainnya.
b. Kepentingan Publik

c.

d.

e.

f.

Kepentingan publik didefinisikan sebagai kemakmuran kolektif dari komunitas manusia
dan institusi yang dilayani oleh CPA. Kepentingan publik yang harus dilindungi oleh
CPA meliputi kepentingan klien, pemberi kredit, pemerintah, pegawai, pemegang saham,
dan masyarakat umum. Suatu ciri mulia dari sebuah profesi adalah kesediaannya untuk
menerima tanggung jawab profesional kepada publik.
Integrita.
Integritas merupakan karakteristik pribadi yang tidak dapat dihindari dalan diri seorang
CPA. Elemen ini merupakan tolak ukur dengan mana setiap anggota pada akhirnya harus

memepertimbangkan semua keputusan yang dibuat dalam penugasan. Integritas juga
menunjukkan tingkat kualitas yang menjadi dasar kepercayaan publik.
Objektivitas dan independensi
Objektivitas adalah suatu sikap mental. Meskipun prinsip ini tidak dapat diukur secara
tepat, namun wajib untuk dipegang oleh semua anggota. Objektivitas berarti tidak
memihak dan tidak berat sebelah dalam semua hal yang berkaitan dengan penugasan.
Independensi merupakan dasar dari sturktur filosofi profesi. Bagaimana kompetennya
seorang CPA dalam melaksanakan audit dan jasa atestasi lainnya, pendapatnya akan
menjadi kurang bernilai bagi mereka yang mengandalkan laporan keuangan auditor
apabila CPA tidak independen. Dalam memberikan jasa-jasa tersebut, para anggota harus
bersikap independen dalam segala hal. Artinya para anggota harus bertindak dengan
integritas dan objetivitas. Para anggota haru bersikap independen dalam penampilan.
Untuk mengujinya, para anggota dilarang mempunyai kepentingan keuangan atau
hubungan usaha dengan klien.
Kecermatan dan keseksamaan
Prinsip kecermatan atau keseksamaan adalah pusat dar pencarian terus menerus akan
kesempurnaan dalam melaksanakan profesional. Keseksamaan mengharuskan setiap CPA
untuk melaksanakan tanggugn jawab profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan,
Kompetensi adalah gasil dari pendidikan dan pengalaman. Pendidikan diawali dengan
persiapan diri untuk memasuki profesi tersebut. Dilanjutkan dengan pendidikan profesi
berkelanjutan melalui jenjang karir anggota. Pengalaman meliputi kerja magang dan
penerimaan tanggung jawab yang meningkat selama usia profesional anggota.
Keseksamaan meliputi keteguhan, kesungguhan, serta sikap energik dalam menerapkan
dan mengupayakan pelaksanaan jasa-jasa profesional. Hal itu berarti seorang CPA harus
cermat dan seksama dalam melaksanakan pekerjaan, memperhatikan standar teknis dan
etika yang dapat diterapkan, serta menyelesaikan jasa yang dilaksanakan dengan segera.
Lingkup dan sifat jasa
Prinsip ini hanya dapat diterapkan kepada anggota yang memberikan jasa kepada
masyarakat. Dalam memutuskan apakah akan memberikan jasa yang spesifik dalam
situsasi tertentu, maka CPA tersebut harus mempertimbangkan semua prinsp-prinsip yang
telah ada sebelumnya. Apabila ternyata tidak ada prinsip yang dapat dipenuhi, maka
penugasan tersebut harus ditolak. Selanjutnya seorang CPA harus:
 Hanya berpraktik pada suatu kantor yang telah mengimplementasikan prosedur
pengendalian mutu.
 Menetukan apakah lingkup dan sifat jasa lain yang diminta oleh klien tidak akan
menciptakan pertentangan kepentingan dalam pemberian jasa audit bagi klien.
 Menilai apakah jasa yang diminta konsisten dengan peran seorang profesional.

2. PERATURAN PERILAKU
Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk
oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan
lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi
lingkup dan penerapannya.
Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai Interpretasi dan atau
Aturan
Etika
sampai
dikeluarkannya
aturan
dan
interpretasi
baru
untuk
menggantikannya. Kepatuhan-kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua standar
dalam masyarakat terbuka, tergantung terutama sekali pada pemahaman dan tindakan sukarela
anggota. Di samping itu, kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh sesama
anggota dan oleh opini publik, dan pada akhirnya oleh adanya mekanisme pemrosesan
pelanggaran Kode Etik oleh organisasi, apabila diperlukan, terhadap anggota yang tidak
menaatinya. Jika perlu, anggota juga harus memperhatikan standar etik yang ditetapkan oleh
badan pemerintahan yang mengatur bisnis klien atau menggunakan laporannya untuk
mengevaluasi kepatuhan klien terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh
anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada
instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung-jawab
profesionalnya.
Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian: (1) Prinsip Etika, (2) Aturan Etika, dan (3)
Interpretasi Aturan Etika. Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang
mengatur pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh
Kongres dan berlaku bagi seluruh anggota, sedangkan Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota
Himpunan dan hanya mengikat anggota Himpunan yang bersangkutan.
Aturan Etika :
Independensi, Integritas, dan Obyektifitas
Standar Umum dan Prinsip Akuntansi
Tanggungjawab kepada Klien
Tanggungjawab kepada Rekan Seprofesi
Tanggung jawab dan praktik lain
2. Kode Etik Akuntan Publik di Indonesia
Setiap bidang profesi tentunya harus memiliki aturan-aturan khusus atau lebih dikenal dengan
istilah “Kode Etik Profesi”. Dalam bidang akuntansi sendiri, salah satu profesi yang ada yaitu
Akuntan Publik. Sebenarnya selama ini belum ada aturan baku yang membahas mengenai kode
etik untuk profesi Akuntan Publik.
Namun demikian, baru-baru ini salah satu badan yang memiliki fungsi untuk menyusun dan
mengembangkan standar profesi dan kode etik profesi akuntan publik yang berkualitas dengan
mengacu pada standar internasional yaitu Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) telah
mengembangkan dan menetapkan suatu standar profesi dan kode etik profesi yang berkualitas
yang berlaku bagi profesi akuntan publik di Indonesia.Kode Etik Profesi Akuntan Publik (Kode
Etik) ini terdiri dari dua bagian, Bagian perrtama dari Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar
etika profesi dan memberikan kerangka konseptual untuk penerapan prinsip tersebut. Bagian

kedua dari Kode Etik ini memberikan ilustrasi mengenai penerapan kerangka konseptual tersebut
pada situasi tertentu.Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus
diterapkan oleh setiap individu dalam kantor akuntan publik (KAP) atau Jaringan KAP, baik
yang merupakan anggota IAPI maupun yang bukan merupakan anggota IAPI, yang memberikan
jasa profesional yang meliputi jasa assurance dan jasa selain assurance seperti yang tercantum
dalam standar profesi dan kode etik profesi. Untuk tujuan Kode Etik ini, individu tersebut di atas
selanjutnya disebut ”Praktisi”. Anggota IAPI yang tidak berada dalam KAP atau Jaringan KAP
dan tidak memberikan jasa profesional seperti tersebut di atas tetap harus mematuhi dan
menerapkan Bagian pertama dari Kode Etik ini. Suatu KAP atau Jaringan KAP tidak boleh
menetapkan kode etik profesi dengan ketentuan yang lebih ringan daripada ketentuan yang diatur
dalam Kode Etik ini.Setiap Praktisi wajib mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip dasar dan
aturan etika profesi yang diatur dalam Kode Etik ini, kecuali bila prinsip dasar dan aturan etika
profesi yang diatur oleh perundang-undangan, ketentuan hukum, atau peraturan lainnya yang
berlaku ternyata berbeda dari Kode Etik ini. Dalam kondisi tersebut, seluruh prinsip dasar dan
aturan etika profesi yang diatur dalam perundang-undangan, ketentuan hukum, atau peraturan
lainnya yang berlaku tersebut wajib dipatuhi, selain tetap mematuhi prinsip dasar dan aturan
etika profesi lainnya yang diatur dalam Kode Etik ini.

3. Kaidah etika adalah penjelasan yang diterbitkan dan jawaban atas pertanyaan tentang peraturan
perilaku yang diserahkan pada AICPA oleh para praktisi dan pihak lain yang berkepentingan
dengan persyaratan etis.