Utang Luar Negeri di Pandang Dari Sudut (3)

UTANG LUAR NEGERI DI PANDANG DARI SUDUT ISLAM

Muhammad Jundi Robbani
NPM: 170410110017
Program Sarjana Jurusan Ilmu Pemerintahan;
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

ABSTRAK: Utang luar negeri atau pinjaman luar negeri adalah sebagian dari total
utang suatu negara yang diperoleh dari para kreditor di luar negara tersebut. Bentuk
utang dapat berupa uang yang diperoleh dari bank swasta, pemerintah negara lain, atau
lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia. Pemberian utang luar
negeri diawali pasca Perang Dunia II dimana negara-negara di wilayah utara, bank-bank
swasta serta lembaga keuangan internasional memberikan pinjaman kepada negaranegara dunia ketiga yang memiliki keinginan untuk mewujudkan kesejahteraan bagi
rakyatnya. Sebagai salah satu negara ketiga, Indonesia juga memiliki utang luar negeri
diawali sejak era orde lama hingga saat ini. Awalnya utang tersebut digunakan untuk
membiayai

pembangunan

namun


dikemudian hari selain untuk pembiayaan

pembangunan, utang luar negeri juga merupakan tambahan pembiayaan defisit anggaran
guna memacu pertumbuhan ekonomi yang diinginkan. Makalah ini melihat bagaimana
utang luar negeri di pandang dari sudut Islam, apakah lebih banyak dampak positifnya
atau dampak negatifnya.
Kata kunci

: utang luar negeri, IMF dan Bank Dunia, kesejahteraan rakyat, sudut

pandang Islam.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan ekonomi merupakan tahapan proses yang mutlak dilakukan oleh
suatu bangsa untuk dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat
bangsa tersebut. Pembangunan ekonomi suatu negara tidak dapat hanya dilakukan
dengan berbekal tekad yang membaja dari seluruh rakyatnya untuk membangun, tetapi
lebih dari itu harus didukung pula oleh ketersediaan sumberdaya ekonomi,
baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia, maupun sumber daya modal, yang
produktif.

Dengan kata lain, tanpa adanya daya dukung yang cukup kuat dari sumberdaya
ekonomi yang produktif maka pembangunan ekonomi mustahil dapat dilaksanakan
dengan baik dan memuaskan. Adapun kepemilikan terhadap sumberdaya ekonomi
ini oleh negara-nagara dunia ketiga tidaklah sama. Ada negara yang memiliki
kelimpahan pada jenis sumberdaya ekonomi tertentu, ada pula yang kekurangan. Pada
banyak negara dunia ketiga, yang umumnya memilki tingkat kesejahteraan rakyat yang
relatif masih rendah, mempertinggi tingkat pertumbuhan ekonomi memang sangat
mutlak diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi dari negara-negara
industri maju.
Oleh karena masih relatif lemahnya kemampuan partisipasi swasta domestik
dalam

pembangunan

ekonomi,

mengharuskan

pemerintah


untuk

mengambil

peran sebagai motor penggerak pembangunan ekonomi nasional. Seolah-olah segala
upaya dan strategi pembangunan difokuskan oleh pemerintah untuk mempertahankan

atau bahkan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi dari tahun ke
tahun.
Akibatnya, pemerintah negara-negara tersebut harus mendatangkan sumberdaya
ekonomi dari luar negara-negara lain untuk dapat memberikan dukungan yang cukup
bagi pelaksanaan program pembangunan ekonomi nasionalnya dengan dukungan
sumberdaya ekonomi dari luar negara tersebut, maka bukanlah sesuatu yang mustahil
apabila di beberapa negara dunia ketiga atau negara yang sedang berkembang, laju
pertumbuhan ekonomi dapat melebihi laju pertumbuhan ekonomi negara-negara industri
maju. Sumberdaya modal merupakan sumberdaya ekonomi yang paling sering
didatangkan oleh pemerintah negara-negara sedang berkembang untuk mendukung
pembangunan nasionalnya.
Hal ini terjadi karena adanya keterbatasan sumberdaya modal dalam negeri.
Sumberdaya modal didatangkan dari luar negeri, yang umunya dari negara-negara

industri maju, ini wujudnya bisa beragam, seperti penanaman modal asing (direct
invesment), berbagai bentuk investasi portofolio (portofolio invesment) dan pinjaman
luar negeri, dan tidak semuanya diberikan sebagai bantuan yang sifatnya cuma-cuma
(gratis). Tetapi

dengan

berbagai

konsekuensi

baik

yang

bersifat

komersil

maupun politis. Pada satu sisi, datangnya modal dari luar negeri tersebut dapat

digunakan untuk mendukung program pembangunan nasional pemerintah, sehingga
target pertumbuhan ekonomi nasional dan peningkatan pendapatan per kapita
masyarakat meningkat.
Tetapi pada sisi lain, diterimanya modal asing tersebut dapat menimbulkan
berbagai masalah dalam jangka panjang, baik ekonomi maupun politik, bahkan pada
beberapa negara-negara yang sedang berkembang menjadi beban yang seolah-olah tak
terlepaskan, yang justru menyebabkan berkurangnya tingkat kesejahteraan rakyatnya.
Rumusan Masalah
1. Apa dampak utang luar negeri bagi Indonesia?

2. Bagaimana Islam memandang utang luar negeri?

TINJAUAN PUSTAKA
1. Utang Era Soekarno (1945-1966)


Jumlah utang Indonesia pada masa pemerintahan Soekarno sebesar US$6,3
miliar (US$4 miliar warisan utang Hindia Belanda & US$2,3 miliar adalah
utang baru)




Utang warisan Hindia Belanda disepakati dibayar dengan tenor 35 tahun sejak
1968 yang jatuh tempo pada 2003 lalu, sementara utang baru pemerintahan
Soekarno memiliki tenor 30 tahun sejak 1970 yang jatuh tempo pada 1999.

2. Utang Era Soeharto (1966-1998)


Total utang luar negeri sebesar US$171,8 miliar, hanya (73%) yang disalurkan
ke dalam bentuk proyek dan program, sedangkan sisanya (27%) menjadi
pinjaman yang idle1 dan tidak efektif.



Utang Orde Baru terdiri atas utang jangka panjang dengan tenor 10–30 tahun.
Maka, struktur utang yang jatuh tempo sepanjang tahun 2009 adalah sebesar
Rp94 T (Rp30 T utang domestik dan Rp64 T utang luar negeri)

3. Utang Era B.J Habibie (1998-1999)



Total utang luar negeri sebesar US$178,4 miliar dengan yang terserap ke dalam
pembangunan sebesar 70%, dan sisanya idle.



Banyak keraguan baik di kalangan investor domestik maupun investor asing
terhadap kestabilan perekonomian, sementara pemerintah sendiri saat itu tampak
lebih “disibukkan” dengan pesta demokrasi lima tahunan tersebut.

4. Utang Era Abdurahman Wahid/Gus Dur (1999-2001)

1

Idle = Tidak terpakai



Pemerintahan Gus Dur mencatatkan hal yang positif dalam hal utang, yaitu

terjadi penurunan jumlah utang luar negeri sebesar US$21,1 miliar, dari US$178
miliar pada 1999 menjadi US$157,3 miliar pada 2001.



Namun, utang nasional secara keseluruhan tetap meningkat, sebesar Rp38,9
triliun, dari Rp1.234,28 triliun pada 2000 menjadi Rp1.273,18 triliun pada
2001.



Sementara itu, porsi utang terhadap PDB2 juga mengalami penurunan, dari 89%
pada 2000 menjadi 77% pada 2001.

5. Utang Era Megawati Soekarnoputri (2001-2004)


Pada 2004, total utang Indonesia menjadi Rp1.299,5 triliun. (ULN sebesar
US$172,2 miliar)




Sejak 2002 hingga 2004, penyerapan utang mencapai 88% dari total utang luar
negeri yang ada, porsi utang terhadap PDB yang makin turun, yakni dari 77%
pada 2001 menjadi 47% pada 2004.

6. Utang Era Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2009)


Utang pemerintah sebesar Rp1.700 triliun terdiri dari Rp968 triliun utang dalam
negeri (57%) dan Rp732 triliun ULN (43%).



Tingkat penyerapan mencapai 95% dari total utang. Implikasi dari penyerapan
ini, Nilai PDB Indonesia pun makin tinggi. Selama lima tahun terakhir, rasio
utang negara terhadap PDB terlihat makin kecil, hingga menyentuh 32% pada
2009.

PEMBAHASAN

Dalam hasil penelitian ini akan membahas apa saja dampak yang dihasilkan dari
utang luar negeri tersebut dan bagaimana pandangan Islam tentang utang luar negeri.
PDB adalah sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam
wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun).
2

1. Utang menempati peran penting dalam Demokrasi dan Kapitalisme
Kalau kita telaah lebih mendalam, ideologi demokrasi dengan kapitalisme
sebagai basis kekuatan yang dikembangkan dunia terutama amerika, eropa dan negaranegara maju, punya pengaruh yang kuat terhadap utang ini. Karena dalam alam
demokasi, utang telah menempati peran penting melalui mekanisme ekonomi kapitalis.
Padahal tanpa terasa didalamnya mengandung riba karena adanya perhitungan time
value of money3.
2. Dampak Utang Luar Negeri
Pertama, dampak langsung dari utang yaitu cicilan bunga yang makin mencekik.
Kedua, dampak yang paling hakiki dari utang tersebut yaitu hilangnya kemandirian
akibat keterbelengguan atas keleluasaan arah pembangunan negeri, oleh si pemberi
pinjaman. Kalau kita simak pengalaman dan sejarah, betapa susahnya kita menentukan
arah pembangunan yang di cita-cita negeri ini. Penyebabnya adalah term and
condition atau syarat yang ditetapkan oleh di rentenir (negara-negara donor tersebut).
Terlihat jelas adanya indikator-indikator baku yang ditetapkan oleh Negera-negara

donor, seperti arah pembangunan yang ditentukan.
Baik motifnya politis maupun motif ekonomi itu sendiri. Misalnya kita ketahui
bahwa di dalam CGI4, selama ini Amerika Serikat dan Belanda dikenal sangat vokal
saat menekankan sejumlah persyaratan kepada Indonesia. Padahal, jumlah pinjaman
yang mereka kucurkan tak banyak, tak sebanding dengan kevokalannya. Terlebih lagi,
AS dan Belanda mampu memprovokasi anggota CGI lainnya untuk mengajukan syaratsyarat yang membebani Indonesia. Pada akhirnya arah pembangunan kita memang
penuh kompromi dan disetir, membuat Indonesia makin terjepit dan terbelenggu dalam
kebijakan-kebijakan yang dibuat negara Donor.
3. Bahaya Utang Luar Negeri sebagai Instrument Penjajahan
3

time value of money nilai waktu dari uang = nilai uang sekarang akan lebih berharga dari pada
nilai uang masa yang akan datang atau perbedaan nilai uang yang disebabkan karena
perbedaaan waktu
4

CGI adalah organisasi negara kreditor untuk Indonesia

Pertama, Abdurrahaman al-Maliki mengungkap lima bahaya besar yang jelasjelas tampak di depan mata yakni; sesungguhnya utang luar negeri untuk pendanaan
proyek-proyek milik negara adalah hal yang berbahaya terutama terhadap eksistensi
negara itu sendiri. Akibat lebih jauh adalah membuat masyarakat negara tersebut makin
menderita karena ini adalah jalan untuk menjajah suatu negara. Seperti yang kita
pahami bahwa Mesir dijajah Inggris melalui jalur utang, begitu pula Tunisia di
cengkram Perancis melalui jalur yang sama yaitu utang.
Kedua, sebelum hutang diberikan, negara-negara donor harus mengetahui
kapasitas dan kapabilitas sebuah negara yang berutang dengan cara mengirimkan pakarpakar ekonominya untuk memata-matai rahasia kekuatan/kelemahan ekonomi negara
tersebut dengan dalih bantuan konsultan teknis atau konsultan ekonomi. Saat ini di
Indonesia, sejumlah pakar dan tim pengawas dari IMF telah ditempatkan pada hampir
semua lembaga pemerintah yang terkait dengan isi perjanjian Letter of Intent (LoI)5.
Ini jelas berbahaya, karena berarti rahasia kekuatan dan kelemahan ekonomi
Indonesia akan menjadi terkuak dan sekaligus dapat dijadikan sebagai dasar penyusunan
berbagai persyaratan (conditionalities) pemberian pinjaman yang sangat mencekik leher
rakyat melarat seperti pemotongan subsidi bahan pangan, pupuk, dan BBM yang
akhirnya hanya menguntungkan pihak negara-negara donor sementara Indonesia hanya
dapat gigit jari saja menelan kepahitan ekonomi.
Ketiga, pemberian utang adalah sebuah proses agar negara peminjam tetap
miskin, tergantung dan terjerat utang yang makin bertumpuk-tumpuk dari waktu ke
waktu. Keempat, utang luar negeri yang diberikan pada dasarnya merupakan senjata
politik negara-negara kapitalis kafir Barat kepada negara-negara lain, yang kebanyakan
negeri-negeri muslim, untuk memaksakan kebijakan politik, ekonomi, terhadap kaum
muslimin. Tujuan mereka memberi utang bukanlah untuk membantu negara lain,
melainkan untuk kemaslahatan, keuntungan, dan eksistensi mereka sendiri.
Mereka menjadikan negara-negara pengutang sebagai alat sekaligus ajang untuk
mencapai kepentingan mereka. Dokumen-dokumen resmi AS telah mengungkapkan
Letter of Intent (LoI) adalah Sebuah perjanjian yang menjelaskan secara rinci maksud
perusahaan untuk melaksanakan aksi korporasi.
5

bahwa tujuan bantuan luar negeri AS adalah untuk mengamankan kepentingan AS itu
sendiri dan mengamankan kepentingan “Dunia Bebas” (negara-negara kapitalis). Jadi,
tujuan pemberian bantuan luar negeri tersebut sebenarnya bukan untuk membantu
negara-negara yang terbelakang, melainkan untuk menjaga keamanan Amerika dan
negara-negara kapitalis lainnya.
Kelima, utang luar negeri sebenarnya sangat melemahkan dan membahayakan
sektor keuangan (moneter) negara pengutang. Utang jangka pendek, berbahaya karena
akan dapat memukul mata uang domestik dan akhirnya akan dapat memicu kekacauan
ekonomi dan keresahan sosial. Untuk utang jangka panjang, juga berbahaya karena
makin lama jumlahnya semakin mencengkram, yang akhirnya akan dapat melemahkan
anggaran belanja negara dan membuatnya makin kesulitan dan terpuruk atas utangutangnya. Disitulah negara-negara donor makin memaksakan kehendak dan
kebijakannya yang sangat merugikan kepada negara.
4. Pandangan Hukum Islam terhadap Utang Luar Negeri
Kalau kita telaah lebih mendalam ada beberapa hal yang menjadikan utang Luar
negeri menjadi bathil6. Pertama Utang luar negeri tidak dapat dilepaskan dari bunga
(riba). Padahal Islam dengan tegas telah mengharamkan riba itu. Riba adalah dosa besar
yang wajib dijauhi oleh kaum muslimin dengan sejauh-jauhnya.
Allah SWT berfirman :
‫وأحل ال البيع وحرم الربا‬
Dan Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba…” (Qs. al-Baqarah:
275).
Rasulullah Saw bersabda:
‫الربا ثلثة وسبعون بابا وأيسرها مثل أن يكح الرجل أمه‬

6

Bathil = Setiap perbuatan yang dilarang oleh syariah, yang bernilai buruk itu masuk dalam
kategori batil

Riba itu mempunyai 73 macam dosa. Sedangkan (dosa) yang paling ringan (dari
macam-macam riba tersebut) adalah seperti seseorang yang menikahi (menzinai) ibu
kandungnya sendiri…” (HR. Ibnu Majah dan al-Hakim, dari Ibnu Mas'ud).
Kedua, terdapat unsur Riba Qaradl, yaitu adanya pinjam meminjam uang dari
seseorang kepada seseorang dengan syarat ada kelebihan atau keuntungan yang harus
diberikan oleh peminjam kepada pemberi pinjaman Riba semacam ini dilarang di dalam
Islam berdasarkan hadits-hadits berikut ini;
Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Burdah bin Musa; ia berkata,
“Suatu ketika, aku mengunjungi Madinah. Lalu aku berjumpa dengan Abdullah bin
Salam. Lantas orang ini berkata kepadaku: ‘Sesungguhnya engkau berada di suatu
tempat yang di sana praktek riba telah merajalela. Apabila engkau memberikan
pinjaman kepada seseorang lalu ia memberikan hadiah kepadamu berupa rumput
kering, gandum atau makanan ternak, maka janganlah diterima. Sebab, pemberian
tersebut adalah riba”. (HR. Imam Bukhari)
Juga, Imam Bukhari dalam “Kitab Tarikh”nya, meriwayatkan sebuah Hadits
dari Anas ra bahwa Rasulullah SAW telah bersabda, “Bila ada yang memberikan
pinjaman (uang maupun barang), maka janganlah ia menerima hadiah (dari yang
meminjamkannya)”.(HR. Imam Bukhari)
Ketiga utang luar negeri menjadi sarana (wasilah) timbulnya berbagai kemudharatan 7,
seperti terus berlangsungnya kemiskinan, bertambahnya harga-harga kebutuhan pokok
dan BBM, dan sebagainya. Semua jenis sarana atau perantaraan yang dapat membawa
kemudharatan padahal keberadaannya telah diharamkan adalah haram. Kaidah syara’
menetapkan:
‫الوسيلة إلى الحرام محرمة‬
Segala

perantaraan

yang

diharamkan

7

Kemudharatan = Keburukan

membawa

kepada

yang

haram,

maka

ia

Keempat, bantuan luar negeri telah membuat negara-negara kapitalis yang kafir
dapat mendominasi, mengeksploitasi, dan menguasai kaum muslimin. Ini haram dan
tidak boleh terjadi.
Allah SWT berfirman:
‫ولن يجعل ال للكافرين على المؤمنين سبيل‬
Dan sekali-kali Allah tidak akan menjadikan jalan bagi orang-orang kafir untuk
menguasai kaum mu`minin.” (Qs. an-Nisaa: 141).
5. Hukum Syara8 tentang Utang Luar Negeri
Utang yang terkait dengan individu hukumnya mubah, untuk itu setiap individu
boleh berutang kepada siapa saja yang dikehendaki, berapa yang diinginkan baik kepada
sesama rakyat maupun kepada orang asing. Hanya saja, apabila utang atau bantuanbantuan tersebut membawa bahaya maka utang tersebut diharamkan. Adapun
berutangnya negara, maka hal itu seharusnya tidak perlu dilakukan, kecuali untuk
perkara-perkara yang urgen dan jika ditangguhkan dikhawatirkan terjadi kerusakan atau
kebinasaan, maka ketika itu negara dapat berutang, kemudian orang-orang ditarik pajak
dipakai untuk melunasinya.
Atau kalau memungkinkan digunakan dari pendapatan negara yang lain. Status
negara berutang itu mubah dalam satu keadaan saja, yaitu apabila di baitul mal tidak ada
harta, dan kepentingan yang mengharuskan negara hendak berutang, dan apabila
tertunda/ditunda dapat menimbulkan kerusakan. Oleh karena itu negara tidak boleh
berutang demi untuk kepentingan pembangunan proyek baik dari dalam negeri maupun
dari luar negeri. Sedangkan Untuk pengelolaan dan penanaman modal asing diseluruh
negara tidak dibolehkan termasuk larangan memberikan monopoli kepada pihak asing.
Larangan seluruh kegiatan tersebut adalah karena aktivitas tersebut terkait
langsung atau dapat menghantarkan pada perbuatan yang haram. Penanaman modal
Hukum syara adalah seperangkat peraturan berdasarkan ketentuan Allah tentang tingkah laku
manusia yang diakui dan diyakini berlaku serta mengikat untuk semua umat yang beragama
Islam
8

asing melalui bursa saham adalah haram sebab kegiatan dibursa saham adalah haram.
Kita tidak lagi berpikir bisakah kita keluar dari jeratan utang atau tidak, yang penting
dipikirkan justru harus ada upaya riil untuk menghentikan utang luar negeri yang
eksploitatif itu. Pertama, kesadaran akan bahaya utang luar negeri, bahwa utang yang
dikucurkan negara-negara kapitalis akan berujung pada kesengsaraan.
Selama ini, salah satu penghambat besar untuk keluar dari jerat utang adalah
pemahaman yang salah tentang utang luar negeri. Utang luar negeri dianggap sebagai
sumber pendapatan, dan oleh karenanya dimasukkan dalam pos pendapatan Negara.
Kucuran utang dianggap sebagai bentuk kepercayaan luar negeri terhadap pemerintah.
Sehingga, semakin banyak utang yang dikucurkan, semakin besar pula kepercayaan luar
negeri terhadap pemerintahan di sini.
Demikian juga pemahaman bahwa pembangunan tidak bisa dilakukan kecuali
harus dengan utang luar negeri. Kedua, keinginan dan tekad kuat untuk mandiri harus
ditancapkan sehingga memunculkan ide-ide kreatif yang dapat menyelesaikan berbagai
problem kehidupan, termasuk problem ekonomi. Sebaliknya mentalitas ketergantungan
pada luar negeri harus dikikis habis. sejumlah program yang dicanangkan negara donor
berpotensi menambah jumlah kaum miskin.
Program-program yang diajukan di bidang politik dan ekonomi antara lain : (1)
standarisasi Gaji (juga upah buruh) sehingga kenaikannya dibatasi dapat diatur dengan
undang-undang; (2) kebijakan di bidang kesehatan, dimana subsidi dikurangi yang
mengakibatkan tarif layanan kesehatan RS milik pemerintah melonjak, dan
mengeluarkan kebijakan kartu miskin mampu menyelesaikan masalah; (3) Adanya
Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan, yang mengakibatkan biaya pendidikan
Perguruan Tinggi makin mahal dan makin tidak terjangka masyarakat; (4) Subsidi BBM
harus dihilangkan; (5) Merosotnya nilai mata uang. Kondisi ini akan menyebabkan
ekspor besar-besaran dan menurunnya konsumsi dalam negeri. Pasar dalam negeri akan
mengalami kelangkaan barang akibat ekspor berlebihan. Langkanya barang, jelas dapat
melambungkan harga; (6) Liberalisasi ekonomi terhadap pihak luar negeri.
Ketiga, menekan segala bentuk pemborosan negara, baik oleh korupsi maupun
anggaran yang memperkaya pribadi pejabat, yang bisa menyebabkan defisit anggaran.

Keempat, melakukan pengembangan dan pembangunan kemandirian dan ketahanan
pangan. Dengan membangun sektor pertanian khususnya produk-produk pertanian
seperti beras, kacang, kedelai, tebu, kelapa sawit, peternakan dan perikanan yang masuk
sembako, dan memberdayakan lahan maupun barang milik negara dan umum. Seperti
laut, gunung, hutan, pantai, sungai, danau, pertambangan, emas, minyak, timah,
tembaga, nikel, gas alam, batu bara dll. Kelima, mengatur ekspor dan impor yang akan
memperkuat ekonomi dalam negeri dengan memutuskan import atas barang-barang luar
negeri yang diproduksi di dalam negeri dan membatasi import.
KESIMPULAN DAN SARAN
Utang luar negeri memang dibutuhkan oleh negara-negara ketiga atau negara
berkembang untuk memajukan pembangunan, dan itu tidak dapat dipungkiri utang luar
negeri menjadi salah satu pendapat suatu negara. Di Indonesia sendiri utang luar negeri
sudah menjadi tradisi turun menurun dari presiden pertama sampai sekarang dan tidak
dapat dicegah, walaupun utang Indonesia sempat mengalami penurunan pada masa Gus
Dur, dan Megawati Soekarnoputri, namun mengalami penaikkan kembali saat Susilo
Bambang Yudhoyono.
Di dalam Islam sendiri utang suatu negara itu diperbolehkan apabila memang
dalam keadaan yang sangat urgent dan negara sudah tidak mempunya persediaan
cadangan kas sama sekali. Alangkah lebih bijak dan arif bilamana kita dapat
memanfaatkan semua sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia untuk
menghidupi negara ini bukan mengandalkan dari utang luar negeri yang notabene
adalah akal-akalan kaum barat untuk menghancurkan negara ini, dan apabila kita bisa
memanfaatkan dengan maksimal segala sumber daya alam yang ada insya allah negara
kita menjadi negara maju, makmur, dan sejahtera tanpa utang dari luar negeri.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Topatimasang, Roem. 1999. Hutang itu hutang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rudolf H, Strahm. 1999. Kemiskinan Dunia Ketiga: Menelaah Kegagalan
Pembangunan di Negara Berkembang. Jakarta: Pustaka Cidesindo Pt.
Al-Maliki, Abdurrahman. 2001. Politik Ekonomi Islam. Bangil: Al-Izzah.
'Abdul Baaqi, Muhammad Fu'aad. 2011. Kumpulan Hadits Shahih Bukhari-Muslim.
Solo: Insan kamil.

Sumber Internet:
http://blog.re.or.id/macam-macam-riba.htm
http://rumaysho.com/hukum-islam/muamalah/3438-tidak-amanah-dalam-melunasihutang.html
http://rumaysho.com/hukum-islam/muamalah/2816-kredit-lewat-pihak-ketigabank.html
http://rumaysho.com/hukum-islam/muamalah/2818-cara-melunasi-hutang-riba.html
http://www.researchgate.net/publication/43330267_UTANG_LUAR_NEGERI_PEMER
INTAH_INDONESIA__PERKEMBANGAN_DAN_DAMPAKNYA
http://muhaiminkhair.wordpress.com/2010/04/29/masalah-hutang-luar-negeri-indonesiadan-alternatif-solusinya-dalam-perspektif-kebijakan-ekonomi-makro-islam/
http://viahzrdous99.blogspot.com/2010/11/dampak-hutang-luar-negeri-bagi.html
http://hizbut-tahrir.or.id/2009/01/21/utang-luar-negeri-fakta-bahaya-dan-tinjauanhukum-syara/