Makalah Tuberkulosis di internet. doc
Makalah Tuberkulosis (TBC)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteriMikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan
bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk
mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru
dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade
terakhir ini di seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis /
TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian
(mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan
terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia
menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah
penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992,
menunjukkan
bahwa
Tuberkulosis
(TBC)
merupakan
penyakit
kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986 merupakan
penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance
memperkirakan
di
Indonesia
terdapat
583.000
penderita
Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau
insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat
Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun.
Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus
meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru,
dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular.
Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di
Indonesia.
Kenyataan
mengkhawatirkan,
mengenai
sehingga
kita
penyakit
harus
TBC
di Indonesia
waspada
mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC .
B.
Rumusan Masalah
sejak
begitu
dini
&
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1.
Apa penyakit TB Paru itu?
2.
Bagaimana Etiologi penyakit TB Paru?
3.
Bagaimana cara Penularan TB Paru?
4.
Apa gejala-gejala seseorang menderita TB Paru?
5.
Bagaimana cara penanggulangan/pencegahan TB Paru?
6.
Bagaimana cara pengobatan kepada penderita TB Paru?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui penyakit TB Paru
2.
Untuk mengetahui Etiologi penyakit TB Paru
3.
Untuk mengetahui cara Penularan TB Paru
4.
Untuk mengetahui gejala-gejala TB Paru
5.
Untuk mengetahui cara penanggulangan/pencegahan TB Paru
6.
Untuk mengetahui cara pengobatan kepada pendderita TB Paru
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan
oleh
bakteri
Mikobakterium
tuberkulosa.
Bakteri
ini merupakan bakteri basil yang sangat kuatsehingga memerlukan
waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi
organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Insidensi TBC
dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh
dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah
kesehatan,baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian
penyakit
(morbiditas),
maupun
diagnosis
dan
terapinya.
Dengan
penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga
setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara
dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992,
menunjukkan
bahwa
Tuberkulosis
(TBC)
merupakan
penyakit
kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986 merupakan
penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance
memperkirakan
di
Indonesia
terdapat
583.000
penderita
Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau
insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat
Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun.
Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus
meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru,
dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular.
Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di
Indonesia.
Kenyataan
mengkhawatirkan,
mengenai
sehingga
penyakit
kita
harus
TBC
di Indonesia
waspada
sejak
begitu
dini
&
mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC.
1.
PENYAKIT TBC
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki,
perempuan,miskin,
atau
kaya)
dan
dimana
saja. Setiap
tahunnya,
Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar
140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan,
Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia.
Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 19831993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2
– 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang
dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun
2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46%
diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.
2.
PENYEBAB PENYAKIT TBC
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri
Mikobakterium
tuberkulosa.
Bakteri
ini
berbentuk
batang
dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan
Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada
tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri
tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru
kadang
disebut
sebagai
Koch
Pulmonum
(KP).
Bakteri
Mikobakterium tuberkulosa.
a)
KUMAN TBC
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman TBC
(Mycobacterium tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman ini berbentuk
batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA).
Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam
jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa
tahun.
b)
TERJADINYA TBC
Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan
kuman TBC. Percikan dahak yang terhirup sangat kecil ukurannya,
sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosilierbronkus, dan terus
berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai
saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara membelah diri di
paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan
membawa kuman TBC ke kelenjar limfe disekitar hilus paru dan ini disebut
sebagai kompleks
primer.
Waktu antara
terjadinya
infeksi sampai
pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu.
Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi
tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer
tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya
tahan tubuh (imunitasseluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh
tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun
demikian ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister
atau
dormant
(tidur).
Kadang-kadang
daya
tubuh
tidak
mampu
menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan,
yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC.
Tuberkulosis Pasca Primer
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan
atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh
menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi buruk. Cirikhas dari
tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan
terjadinya kavitas atau efusi pleura.
3.
CARA PENULARAN TBC
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar
dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat
penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya
berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk
dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembangbiak menjadi banyak
(terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat
menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening.
Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh
organ
tubuh
seperti: paru-paru,
otak,
ginjal,
saluran
pencernaan,
tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ
tubuh
yang
paling
sering
terkena
yaitu
paru-paru.
Saat
Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan
segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat).
Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan
berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri
itu oleh sel-sel paru.
Mekanisme
sekitarnya
pembentukan
menjadi jaringan
dormant (istirahat).
dinding
parut
Bentuk-bentuk
dan
itu
membuat
bakteri
dormant inilah
TBC
yang
jaringan
di
akan menjadi
sebenarnya
terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan fotorontgen.
4.
FAKTOR ORANG TERKENA TBCDaya Tahan Tubuh yang kurang
Kemampuan untuk melawan infeksi adalah kemampuan pertahanan
tubuh untuk mengatasi organisme yang menyerang. Kemampuan tersebut
tergantung pada usia yang terinfeksi. Namun kekebalan tubuh tidak
mampu bekerja baik pada setiap usia. Sistem kekebalan tubuh lemah
pada saat kelahiran dan perlahan-lahan menjadi semakin baik menjelang
usia 10 tahun. Hingga usia pubertas seorang anak kurang mampu
mencegah penyebaran melalui darah, sekalipun lambat laun kemampuan
tersebut akan meningkat sejalan dengan usia.
Tinggal berdekatan dengan orang yang terinfeksi aktif Pekerjaan
kesehatan yang merawat Pasien TB. Pasien-pasien dengan dahak yang
positif pada hapusan langsung (TB tampak di bawah mikroskop) jauh lebih
menular, karena mereka memproduksi lebih banyak TB dibandingkan
dengan mereka yang hanya positif positif pada pembiakan. Makin dekat
seseorang berada dengan pasien, makin banyak dosis TB yang mungkin
akan dihirupnya.
Gizi Buruk
Terdapat bukti sangat jelas bahwa kelaparan atau gizi buruk
mengurangi daya tahan terhadap penyakit ini. Faktor ini sangat penting
pada masyarakat miskin, baik pada orang dewasa maupun pada anak.
Kompleks kemiskinan seluruhnya ini lebih memudahkan TB berkembang
menjadi penyakit. Namun anak dengan status gizi yang baik tampaknya
mampu mencegah penyebaran penyakit tersebut di dalam paru itu
sendiri.
Orang Berusia Lanjut atau Bayi Pengidap Infeksi HIV/AIDS
Pengaruh infeksi HIV/AIDS mengakibatkan kerusakan luas system
daya tahan tubuh, sehingga jika terjadi infeksi seperti tuberculosis maka
yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan
kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah
penderita TBC akan meningkat, dengan demikian penularan TBC di
masyarakat akan meningkat pula.
B.
GEJALA TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus
yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis
tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk
menegakkan diagnosa secara klinik.
1.
GEJALA SISTEMIK/UTAMA
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam.
a)
Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang
timbul.
b)
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
c)
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah).
d)
Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
2.
GEJALA KHUSUS
a)
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan
suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
b)
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
c)
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit
diatasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
d)
Pada anak – anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah
demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang - kejang.
C.
DIAGNOSIS TBC
1.
DIAGNOSIS PADA DEWASA
Diagnosis Tuberkulosis Pada Orang Dewasa. Diagnosis TB paru pada
orang
dewasa
dapat
ditegakkan
dengan
ditemukannya
BTA
pada
pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan
positif apabila sedikitnya dua dari tiga SPS BTA hasilnya positif. Bila hanya
1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto
rontgen dada atau pemeriksaan spesimen SPS diulang. Kalau hasil
rontgen mendukung TB, maka penderita diidagnosis sebagai penderita TB
BTA positif. Kalau hasil rontgen tidak mendukung TB, maka pemeriksaan
lain, misalnya biakan.
Apabila fasilitas memungkinkan, maka dapat dilakukan pemeriksaan
lain, misalnya biakan. Bila tiga spesimen dahak negatif, diberikan
antibiotik spektrum luas (misalnya kotrimoksasol atau Amoksisilin) selama
1 - 2 minggu. Bila tidak ada perubahan, namun gejala klinis tetap
mencurigakan TB, ulangi pemeriksaan dahak SPS : Kalau hasil SPS positif,
didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif. Kalau hasil SPS tetap
negatif, lakukan
pemeriksaan
foto rontgen
dada,
untukmendukung
diagnosis TB.
a)
Bila hasil rontgen mendukung TB, diagnosis sebagai penderita TB
BTA negatif rontgen positif.
b)
Bila hasil rontgen tidak mendukung TB, penderita tersebut bukan
TB.UPK yang tidak memiliki fasilitas rontgen, penderita dapat dirujuk
untuk difotorontgen dada.
2.
DIAGNOSIS MELALUI TEST KULIT
Test
kulit
TBC
dilakukan
dilengan.
Dalam
waktu
dua
atau
tigahari,pada lengan anda apakah ada reaksi. Bila reaksinya “positif”, ini
berartianda
mungkin
seseorangsudah
sudah
terinfeksi
terinfeksi
kuman
HIV
TBC.
dan
Kadang
TBC,
bisa
kala,
bila
saja terjadi
reaksi“negatif”dalam tes kulit TBC. Hal ini disebabkan sistim kekebalan
tubuhandatidak
berfungsi
benar.
Petugas Kesehatan
akan
menyampaikanpada seseorang tersebut tentang risiko terinfeksi TBC
ataupenyakit TBC.dan mungkin perlu tes medis atau perawatan.
D.
TBC PADA ANAK
Penyakit TB ini mudah sekali menyerang pada anak-anak kecil
yangbelum diimunisasi dengan vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin),
karena kurangnya gizi dan karena lingkungan yang kurang sehat. Tidak
cukup untuk sekedar memahami cara bagaimana anak-anak terinfeksi
tuberkulosis
atau
bagaimana
penyakit
tersebut dapat
menyebar.
Kemungkinan adanya tuberkulosis pada anak yang kurusatau bila
ditemukan:
1.
Berat badan tidak naik atau turun selama lebih dari 14 minggu (adanya
grafik kenaikan berat badan akan sangat berguna).
2.
Kehilangan gairah dan mungkin juga berat badan selama 2 sampai 3
bulan.
3.
Salah satu dari (1) atau (2) yang dijelaskan di atas disertai dengan
menggigil atau batuk yang sesekali dapat menyerupai batuk rejan.
4.
Demam atau meriang selama lebih dari satu minggu tanpa penyebab
yang jelas.
5.
Salah satu diantara (1), (2), (3) serta tanda adanya cairan –
pekak, pada salah satu sisi dada.
6.
Perut membuncit, terutama bila teraba benjolan dan yang tetap
bertahan setelah pemberian obat cacing.
7.
Diare kronis dengan buang air besar tinja keputihan yang tidak sembuh
setelah
diberi
obat
cacing
atau
obat
untuk
giardiasis
(dengan
metronidazole).
8.
Jalan timpang, punggung kaku sukar membungkuk.
9.
Tulang belakang membungkuk, tidak atau kaku saat berjalan.
10. Pembengkakan lutut atau pergelangan kaki, tangan, siku atau bahkan
iga atau tulang atau sendi yang manapun yang tidak disebabkan cedera.
11. Pembengkakan kelenjar getah bening yang keras atau lembut, tidak
nyeri, terkadang dengan beberapa kelenjar getah bening kecil didekatnya
dan terkadang melekat tak teratur
E.
RIWAYAT TBC
10 Fakta Penting Mengenai Tbc
Tiap
tahun
selalu
terdapat
peningkatan
jumlah
penderita
TBC
yang tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. TBC membunuh lebih
banyak kaum muda dan wanita dibandingkan penyakit menular lainnya.
Terdapat sekitar 2 sampai 3 juta orang meninggal akibat TBC setiap
tahun. Sesungguhnya setiap kematian akibat TBC itu bisa dihindari. Setiap
detik, ada 1 orang yang meninggal akibat tertular TBC. Setiap 4 detik, ada
yang sakit akibat tertular TBC. Setiap tahun. 1 % dari seluruh populasi di
seluruh dunia terjangkit oleh penyakit TBC. Sepertiga dari jumlah
penduduk di dunia ini sudah tertular oleh kuman TBC (walaupun) belum
terjangkit oleh penyakitnya.
Penderita TBC yang tidak berobat dapat menularkan penyakit kepada
sekitar 10/15 orang dalam jangka waktu 1 tahun. Seperti halnya flu,
kuman TBC menyebar di udara pada saat seseorang yang menderita TBC
batuk
dan
bersin,
meludah
atau berbicara.
Kuman
TBC biasanya
menyerang paru-paru.
F.
PENCEGAHAN TBC
1.
TUJUAN PENCEGAHAN
a)
Menyembuhkan penderita
b)
Mencegah kematian
c)
Mencegah kekambuhan
d)
Menurunkan tingkat penularan
2.
PENCEGAHAN TBC
a)
Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan apabila batuk lebih
dari 3 minggu, merasa sakit di dada dan kesukaran bernafas segera
dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.
b)
c)
Saat batuk memalingkan muka agar tidak mengenai orang lain.
Membuang ludah di tempat yang tertutup, dan apabila ludahnya
bercampur darah segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.
d)
Mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih setelah digunakan
oleh penderita.
e)
Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus diimunisasi dengan
vaksin BCG. Karena vaksin tersebut akan memberikan perlindungan yang
amat bagus.
G.
1.
PEMBERANTASAN
TUJUAN PEMBERANTASAN
Pemberantasan penyakit TBC didasarkan untuk memutusmata
rantai virulenci penularan penyakit TBC supaya tidak terjadi prevalenci
penyakit TB yang lebih besar.
2.
PEMBERANTASAN PENYAKIT TBC
a)
Pengobatan pada penderita hingga sembuh
b)
Perlakuan pada rumah penderita untuk lebih memperhatikan factor
kesehatan lingkungan dengan menambah ventilator sebagai pengganti
udara, genteng kaca supaya sinar matahari dapat masuk, dan faktor
higiene lingkungan yang lain yang lebih baik.
c)
Sterilisasi Rumah pasca Penderita.
H.
PENGOBATAN
1.
JENIS OBAT
a)
Isoniasid
b)
Rifampicin
c)
Pirasinamid
d)
Streptomicin
2.
PRINSIP OBAT
Obat TB iberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis,
dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan,supaya semua
kuman dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan
ditelan
dalam
dosis
tunggal,sebaiknya
pada
saat
perut
kosong.
Apabila paduan obat yangdigunakan tidak adekuat, kuman TB akan
berkembangmenjadi kuman kebal. Pengobatan TB diberikan dalan 2 Tahap
yaitu:
a)
Tahap intensif
Pada tahap intensif penderita mendapat obat (minumobat) setiap hari
selama 2 - 3 bulan.
b)
Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat (minumobat) tiga kali
seminggu selama 4 – 5 bulan.
3.
EFEK SAMPING OBAT
Beberapa
efek
samping
yang
mungkin
muncul
akibat
mengkonsumsi obatTB bervariasi mulai dari ringan hingga berat. Efek
samping
ringan
dapat
berupa
berubahnya
warna
urine
menjadi
kemerahan yang diakibatkan oleh rifampisin. Efek samping lainnya dapat
berupa nyeri sendi, tidak ada nafsu makan, mual, kesemutan dan rasa
terbakar di hati, gatal dan kemerahan dikulit gangguan keseimbangan
hingga kekuningan (ikterus). Jika pasien merasakan hal-hal tersebut,
pasien harus segera berkonsultasi dengan dokter untuk memperoleh
penanganan
lebih
lanjut,
fase
lanjutan.
Dalam
beberapa
kasus
pengobatan bisa berlangsung hingga delapan bulan.
I.
KASUS TBC
Untuk menegakkan diagnosa TBC Paru adalah dengan memeriksa
dahak seseorang yang di duga mengidap TBC. Pemeriksan dahak di
lakukan secara SPS (Sewaktu saat kontak pertama, Pagi hari ke 2 dan
Sewaktu juga saat hari ke2) dibawah pemeriksaan mikroskopis. Hasil
pemeriksaan mikroskopis ini sangat dijaga kualitas dengan melakukan
cros cek/ uji silang lagi juga menjaga hasil pemeriksaan sedian dahak BTA.
Metode Penemuan Kasus TBC paru
Dengan cara passive promotive case finding artinya penjaringan
tersangka penderita yang dating berkunjung ke unit pelayanan kesehatan
dengan
meningkatkan
penyuluhan
TBC
kepada masyarakat.
Bila
ditemukan penderita tuberculosis paru dengan sputum dahat BTA +,maka
semua orang yang kontak serumah dengan penderita harus diperiksa.
Apabila ada gejala-gejala suspek (Kecurigaan) TBC maka harus diperiksa
dahaknya.
Pengobatan Penderita TBC adalah dengan kombinasi beberapa jenis
obat dalam jumlah cukup dan dosis yang tepat selama 6 – 8 bulan.
Pengobatan penderita TBC terdiri atas 3 fase, yaitu:
1.
Fase Intensif yaiut Obat diminum setiap hari selama 2 bulan
2.
Fase Lanjutan yaitu Obat diminum seminggu 3 kali.
3.
Paduan OAT (OBat Anti Tuberkulosa) FDC.
Saat ini di Provinsi Kalimantan Selatan sudah menggunakan OAT FDC.
Kemasan Obat FDC (Fixed Dose Combination) 1 tablet obat mengandung
150 mg Rifamfisin, 75 mg INH, 400 mg Pyrazinamid dan 275 mg
Ethambutol, (Dikutip dari : Buku Saku Petugas Program TBC. Depkes RI
Diagram diagnosa TB)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Faktor yang mempengaruhi terjadinya kasu TBC pada NYS adalah
lingkungan
yang
lembab,
kurangnya
ventilasi
dan
sinar matahari,
Kemudian perilaku adalah tidak ada tempat khusus untuk dahak dan kalau
batuk tidak menutup mulut. Penyakit campak disebabkan oleh virus
morbilli. Tanda khasnya berupa Koplik spot di selaput lendir pipi, dan rash
kulit yang muncul pada hari ke 14 setelah terpapar virus campak.
Imunisasi campak efektif untuk memberi kekebalan terhadap penyakit
campak sampai seumur hidup.
Penyakit campak yang disebabkan oleh virus yang ganas ini dapat
dicegah
jika
seseorang
mendapatkan
imunisasi
campak.
Jumlah
pemberian imunisasi campak diberikan sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9
bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan, pemberian campak ke-1 sesuai
jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan,
penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai 12
bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan
harus diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella). Imunisasi campak terdiri
dari dosis 0,5 ml yang disuntikkan secara Subkutan, lebih baik pada
lengan atas. Pada setiap penyuntikan harus menggunakan jarum dan
syringe yang steril.
B.
1.
Saran
Perbaikan
lingkungan
(Pembuatan
jendela,
genting
kaca
dan
kebersihan rumah/lantai).
2.
Menutup mulut waktu batuk dan tempat khusus untuk dahak dan
pembuangan dahak tidak sembarangan.
REFERENSI
1.
http://id.scribd.com/doc/32087430/makalah-TBC
2.
Buku Saku Petugas Program TBC. Depkes RI Diagram diagnosa TB
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteriMikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan
bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk
mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru
dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade
terakhir ini di seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis /
TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian
(mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan
terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia
menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah
penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992,
menunjukkan
bahwa
Tuberkulosis
(TBC)
merupakan
penyakit
kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986 merupakan
penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance
memperkirakan
di
Indonesia
terdapat
583.000
penderita
Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau
insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat
Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun.
Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus
meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru,
dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular.
Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di
Indonesia.
Kenyataan
mengkhawatirkan,
mengenai
sehingga
kita
penyakit
harus
TBC
di Indonesia
waspada
mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC .
B.
Rumusan Masalah
sejak
begitu
dini
&
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1.
Apa penyakit TB Paru itu?
2.
Bagaimana Etiologi penyakit TB Paru?
3.
Bagaimana cara Penularan TB Paru?
4.
Apa gejala-gejala seseorang menderita TB Paru?
5.
Bagaimana cara penanggulangan/pencegahan TB Paru?
6.
Bagaimana cara pengobatan kepada penderita TB Paru?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui penyakit TB Paru
2.
Untuk mengetahui Etiologi penyakit TB Paru
3.
Untuk mengetahui cara Penularan TB Paru
4.
Untuk mengetahui gejala-gejala TB Paru
5.
Untuk mengetahui cara penanggulangan/pencegahan TB Paru
6.
Untuk mengetahui cara pengobatan kepada pendderita TB Paru
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan
oleh
bakteri
Mikobakterium
tuberkulosa.
Bakteri
ini merupakan bakteri basil yang sangat kuatsehingga memerlukan
waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi
organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Insidensi TBC
dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh
dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah
kesehatan,baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian
penyakit
(morbiditas),
maupun
diagnosis
dan
terapinya.
Dengan
penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga
setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara
dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992,
menunjukkan
bahwa
Tuberkulosis
(TBC)
merupakan
penyakit
kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986 merupakan
penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance
memperkirakan
di
Indonesia
terdapat
583.000
penderita
Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau
insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat
Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun.
Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus
meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru,
dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular.
Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di
Indonesia.
Kenyataan
mengkhawatirkan,
mengenai
sehingga
penyakit
kita
harus
TBC
di Indonesia
waspada
sejak
begitu
dini
&
mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC.
1.
PENYAKIT TBC
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki,
perempuan,miskin,
atau
kaya)
dan
dimana
saja. Setiap
tahunnya,
Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar
140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan,
Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia.
Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 19831993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2
– 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang
dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun
2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46%
diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.
2.
PENYEBAB PENYAKIT TBC
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri
Mikobakterium
tuberkulosa.
Bakteri
ini
berbentuk
batang
dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan
Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada
tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri
tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru
kadang
disebut
sebagai
Koch
Pulmonum
(KP).
Bakteri
Mikobakterium tuberkulosa.
a)
KUMAN TBC
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman TBC
(Mycobacterium tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman ini berbentuk
batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA).
Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam
jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa
tahun.
b)
TERJADINYA TBC
Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan
kuman TBC. Percikan dahak yang terhirup sangat kecil ukurannya,
sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosilierbronkus, dan terus
berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai
saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara membelah diri di
paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan
membawa kuman TBC ke kelenjar limfe disekitar hilus paru dan ini disebut
sebagai kompleks
primer.
Waktu antara
terjadinya
infeksi sampai
pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu.
Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi
tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer
tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya
tahan tubuh (imunitasseluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh
tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun
demikian ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister
atau
dormant
(tidur).
Kadang-kadang
daya
tubuh
tidak
mampu
menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan,
yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC.
Tuberkulosis Pasca Primer
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan
atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh
menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi buruk. Cirikhas dari
tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan
terjadinya kavitas atau efusi pleura.
3.
CARA PENULARAN TBC
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar
dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat
penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya
berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk
dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembangbiak menjadi banyak
(terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat
menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening.
Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh
organ
tubuh
seperti: paru-paru,
otak,
ginjal,
saluran
pencernaan,
tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ
tubuh
yang
paling
sering
terkena
yaitu
paru-paru.
Saat
Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan
segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat).
Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan
berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri
itu oleh sel-sel paru.
Mekanisme
sekitarnya
pembentukan
menjadi jaringan
dormant (istirahat).
dinding
parut
Bentuk-bentuk
dan
itu
membuat
bakteri
dormant inilah
TBC
yang
jaringan
di
akan menjadi
sebenarnya
terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan fotorontgen.
4.
FAKTOR ORANG TERKENA TBCDaya Tahan Tubuh yang kurang
Kemampuan untuk melawan infeksi adalah kemampuan pertahanan
tubuh untuk mengatasi organisme yang menyerang. Kemampuan tersebut
tergantung pada usia yang terinfeksi. Namun kekebalan tubuh tidak
mampu bekerja baik pada setiap usia. Sistem kekebalan tubuh lemah
pada saat kelahiran dan perlahan-lahan menjadi semakin baik menjelang
usia 10 tahun. Hingga usia pubertas seorang anak kurang mampu
mencegah penyebaran melalui darah, sekalipun lambat laun kemampuan
tersebut akan meningkat sejalan dengan usia.
Tinggal berdekatan dengan orang yang terinfeksi aktif Pekerjaan
kesehatan yang merawat Pasien TB. Pasien-pasien dengan dahak yang
positif pada hapusan langsung (TB tampak di bawah mikroskop) jauh lebih
menular, karena mereka memproduksi lebih banyak TB dibandingkan
dengan mereka yang hanya positif positif pada pembiakan. Makin dekat
seseorang berada dengan pasien, makin banyak dosis TB yang mungkin
akan dihirupnya.
Gizi Buruk
Terdapat bukti sangat jelas bahwa kelaparan atau gizi buruk
mengurangi daya tahan terhadap penyakit ini. Faktor ini sangat penting
pada masyarakat miskin, baik pada orang dewasa maupun pada anak.
Kompleks kemiskinan seluruhnya ini lebih memudahkan TB berkembang
menjadi penyakit. Namun anak dengan status gizi yang baik tampaknya
mampu mencegah penyebaran penyakit tersebut di dalam paru itu
sendiri.
Orang Berusia Lanjut atau Bayi Pengidap Infeksi HIV/AIDS
Pengaruh infeksi HIV/AIDS mengakibatkan kerusakan luas system
daya tahan tubuh, sehingga jika terjadi infeksi seperti tuberculosis maka
yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan
kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah
penderita TBC akan meningkat, dengan demikian penularan TBC di
masyarakat akan meningkat pula.
B.
GEJALA TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus
yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis
tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk
menegakkan diagnosa secara klinik.
1.
GEJALA SISTEMIK/UTAMA
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam.
a)
Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang
timbul.
b)
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
c)
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah).
d)
Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
2.
GEJALA KHUSUS
a)
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan
suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
b)
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
c)
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit
diatasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
d)
Pada anak – anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah
demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang - kejang.
C.
DIAGNOSIS TBC
1.
DIAGNOSIS PADA DEWASA
Diagnosis Tuberkulosis Pada Orang Dewasa. Diagnosis TB paru pada
orang
dewasa
dapat
ditegakkan
dengan
ditemukannya
BTA
pada
pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan
positif apabila sedikitnya dua dari tiga SPS BTA hasilnya positif. Bila hanya
1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto
rontgen dada atau pemeriksaan spesimen SPS diulang. Kalau hasil
rontgen mendukung TB, maka penderita diidagnosis sebagai penderita TB
BTA positif. Kalau hasil rontgen tidak mendukung TB, maka pemeriksaan
lain, misalnya biakan.
Apabila fasilitas memungkinkan, maka dapat dilakukan pemeriksaan
lain, misalnya biakan. Bila tiga spesimen dahak negatif, diberikan
antibiotik spektrum luas (misalnya kotrimoksasol atau Amoksisilin) selama
1 - 2 minggu. Bila tidak ada perubahan, namun gejala klinis tetap
mencurigakan TB, ulangi pemeriksaan dahak SPS : Kalau hasil SPS positif,
didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif. Kalau hasil SPS tetap
negatif, lakukan
pemeriksaan
foto rontgen
dada,
untukmendukung
diagnosis TB.
a)
Bila hasil rontgen mendukung TB, diagnosis sebagai penderita TB
BTA negatif rontgen positif.
b)
Bila hasil rontgen tidak mendukung TB, penderita tersebut bukan
TB.UPK yang tidak memiliki fasilitas rontgen, penderita dapat dirujuk
untuk difotorontgen dada.
2.
DIAGNOSIS MELALUI TEST KULIT
Test
kulit
TBC
dilakukan
dilengan.
Dalam
waktu
dua
atau
tigahari,pada lengan anda apakah ada reaksi. Bila reaksinya “positif”, ini
berartianda
mungkin
seseorangsudah
sudah
terinfeksi
terinfeksi
kuman
HIV
TBC.
dan
Kadang
TBC,
bisa
kala,
bila
saja terjadi
reaksi“negatif”dalam tes kulit TBC. Hal ini disebabkan sistim kekebalan
tubuhandatidak
berfungsi
benar.
Petugas Kesehatan
akan
menyampaikanpada seseorang tersebut tentang risiko terinfeksi TBC
ataupenyakit TBC.dan mungkin perlu tes medis atau perawatan.
D.
TBC PADA ANAK
Penyakit TB ini mudah sekali menyerang pada anak-anak kecil
yangbelum diimunisasi dengan vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin),
karena kurangnya gizi dan karena lingkungan yang kurang sehat. Tidak
cukup untuk sekedar memahami cara bagaimana anak-anak terinfeksi
tuberkulosis
atau
bagaimana
penyakit
tersebut dapat
menyebar.
Kemungkinan adanya tuberkulosis pada anak yang kurusatau bila
ditemukan:
1.
Berat badan tidak naik atau turun selama lebih dari 14 minggu (adanya
grafik kenaikan berat badan akan sangat berguna).
2.
Kehilangan gairah dan mungkin juga berat badan selama 2 sampai 3
bulan.
3.
Salah satu dari (1) atau (2) yang dijelaskan di atas disertai dengan
menggigil atau batuk yang sesekali dapat menyerupai batuk rejan.
4.
Demam atau meriang selama lebih dari satu minggu tanpa penyebab
yang jelas.
5.
Salah satu diantara (1), (2), (3) serta tanda adanya cairan –
pekak, pada salah satu sisi dada.
6.
Perut membuncit, terutama bila teraba benjolan dan yang tetap
bertahan setelah pemberian obat cacing.
7.
Diare kronis dengan buang air besar tinja keputihan yang tidak sembuh
setelah
diberi
obat
cacing
atau
obat
untuk
giardiasis
(dengan
metronidazole).
8.
Jalan timpang, punggung kaku sukar membungkuk.
9.
Tulang belakang membungkuk, tidak atau kaku saat berjalan.
10. Pembengkakan lutut atau pergelangan kaki, tangan, siku atau bahkan
iga atau tulang atau sendi yang manapun yang tidak disebabkan cedera.
11. Pembengkakan kelenjar getah bening yang keras atau lembut, tidak
nyeri, terkadang dengan beberapa kelenjar getah bening kecil didekatnya
dan terkadang melekat tak teratur
E.
RIWAYAT TBC
10 Fakta Penting Mengenai Tbc
Tiap
tahun
selalu
terdapat
peningkatan
jumlah
penderita
TBC
yang tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. TBC membunuh lebih
banyak kaum muda dan wanita dibandingkan penyakit menular lainnya.
Terdapat sekitar 2 sampai 3 juta orang meninggal akibat TBC setiap
tahun. Sesungguhnya setiap kematian akibat TBC itu bisa dihindari. Setiap
detik, ada 1 orang yang meninggal akibat tertular TBC. Setiap 4 detik, ada
yang sakit akibat tertular TBC. Setiap tahun. 1 % dari seluruh populasi di
seluruh dunia terjangkit oleh penyakit TBC. Sepertiga dari jumlah
penduduk di dunia ini sudah tertular oleh kuman TBC (walaupun) belum
terjangkit oleh penyakitnya.
Penderita TBC yang tidak berobat dapat menularkan penyakit kepada
sekitar 10/15 orang dalam jangka waktu 1 tahun. Seperti halnya flu,
kuman TBC menyebar di udara pada saat seseorang yang menderita TBC
batuk
dan
bersin,
meludah
atau berbicara.
Kuman
TBC biasanya
menyerang paru-paru.
F.
PENCEGAHAN TBC
1.
TUJUAN PENCEGAHAN
a)
Menyembuhkan penderita
b)
Mencegah kematian
c)
Mencegah kekambuhan
d)
Menurunkan tingkat penularan
2.
PENCEGAHAN TBC
a)
Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan apabila batuk lebih
dari 3 minggu, merasa sakit di dada dan kesukaran bernafas segera
dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.
b)
c)
Saat batuk memalingkan muka agar tidak mengenai orang lain.
Membuang ludah di tempat yang tertutup, dan apabila ludahnya
bercampur darah segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.
d)
Mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih setelah digunakan
oleh penderita.
e)
Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus diimunisasi dengan
vaksin BCG. Karena vaksin tersebut akan memberikan perlindungan yang
amat bagus.
G.
1.
PEMBERANTASAN
TUJUAN PEMBERANTASAN
Pemberantasan penyakit TBC didasarkan untuk memutusmata
rantai virulenci penularan penyakit TBC supaya tidak terjadi prevalenci
penyakit TB yang lebih besar.
2.
PEMBERANTASAN PENYAKIT TBC
a)
Pengobatan pada penderita hingga sembuh
b)
Perlakuan pada rumah penderita untuk lebih memperhatikan factor
kesehatan lingkungan dengan menambah ventilator sebagai pengganti
udara, genteng kaca supaya sinar matahari dapat masuk, dan faktor
higiene lingkungan yang lain yang lebih baik.
c)
Sterilisasi Rumah pasca Penderita.
H.
PENGOBATAN
1.
JENIS OBAT
a)
Isoniasid
b)
Rifampicin
c)
Pirasinamid
d)
Streptomicin
2.
PRINSIP OBAT
Obat TB iberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis,
dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan,supaya semua
kuman dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan
ditelan
dalam
dosis
tunggal,sebaiknya
pada
saat
perut
kosong.
Apabila paduan obat yangdigunakan tidak adekuat, kuman TB akan
berkembangmenjadi kuman kebal. Pengobatan TB diberikan dalan 2 Tahap
yaitu:
a)
Tahap intensif
Pada tahap intensif penderita mendapat obat (minumobat) setiap hari
selama 2 - 3 bulan.
b)
Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat (minumobat) tiga kali
seminggu selama 4 – 5 bulan.
3.
EFEK SAMPING OBAT
Beberapa
efek
samping
yang
mungkin
muncul
akibat
mengkonsumsi obatTB bervariasi mulai dari ringan hingga berat. Efek
samping
ringan
dapat
berupa
berubahnya
warna
urine
menjadi
kemerahan yang diakibatkan oleh rifampisin. Efek samping lainnya dapat
berupa nyeri sendi, tidak ada nafsu makan, mual, kesemutan dan rasa
terbakar di hati, gatal dan kemerahan dikulit gangguan keseimbangan
hingga kekuningan (ikterus). Jika pasien merasakan hal-hal tersebut,
pasien harus segera berkonsultasi dengan dokter untuk memperoleh
penanganan
lebih
lanjut,
fase
lanjutan.
Dalam
beberapa
kasus
pengobatan bisa berlangsung hingga delapan bulan.
I.
KASUS TBC
Untuk menegakkan diagnosa TBC Paru adalah dengan memeriksa
dahak seseorang yang di duga mengidap TBC. Pemeriksan dahak di
lakukan secara SPS (Sewaktu saat kontak pertama, Pagi hari ke 2 dan
Sewaktu juga saat hari ke2) dibawah pemeriksaan mikroskopis. Hasil
pemeriksaan mikroskopis ini sangat dijaga kualitas dengan melakukan
cros cek/ uji silang lagi juga menjaga hasil pemeriksaan sedian dahak BTA.
Metode Penemuan Kasus TBC paru
Dengan cara passive promotive case finding artinya penjaringan
tersangka penderita yang dating berkunjung ke unit pelayanan kesehatan
dengan
meningkatkan
penyuluhan
TBC
kepada masyarakat.
Bila
ditemukan penderita tuberculosis paru dengan sputum dahat BTA +,maka
semua orang yang kontak serumah dengan penderita harus diperiksa.
Apabila ada gejala-gejala suspek (Kecurigaan) TBC maka harus diperiksa
dahaknya.
Pengobatan Penderita TBC adalah dengan kombinasi beberapa jenis
obat dalam jumlah cukup dan dosis yang tepat selama 6 – 8 bulan.
Pengobatan penderita TBC terdiri atas 3 fase, yaitu:
1.
Fase Intensif yaiut Obat diminum setiap hari selama 2 bulan
2.
Fase Lanjutan yaitu Obat diminum seminggu 3 kali.
3.
Paduan OAT (OBat Anti Tuberkulosa) FDC.
Saat ini di Provinsi Kalimantan Selatan sudah menggunakan OAT FDC.
Kemasan Obat FDC (Fixed Dose Combination) 1 tablet obat mengandung
150 mg Rifamfisin, 75 mg INH, 400 mg Pyrazinamid dan 275 mg
Ethambutol, (Dikutip dari : Buku Saku Petugas Program TBC. Depkes RI
Diagram diagnosa TB)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Faktor yang mempengaruhi terjadinya kasu TBC pada NYS adalah
lingkungan
yang
lembab,
kurangnya
ventilasi
dan
sinar matahari,
Kemudian perilaku adalah tidak ada tempat khusus untuk dahak dan kalau
batuk tidak menutup mulut. Penyakit campak disebabkan oleh virus
morbilli. Tanda khasnya berupa Koplik spot di selaput lendir pipi, dan rash
kulit yang muncul pada hari ke 14 setelah terpapar virus campak.
Imunisasi campak efektif untuk memberi kekebalan terhadap penyakit
campak sampai seumur hidup.
Penyakit campak yang disebabkan oleh virus yang ganas ini dapat
dicegah
jika
seseorang
mendapatkan
imunisasi
campak.
Jumlah
pemberian imunisasi campak diberikan sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9
bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan, pemberian campak ke-1 sesuai
jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan,
penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai 12
bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan
harus diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella). Imunisasi campak terdiri
dari dosis 0,5 ml yang disuntikkan secara Subkutan, lebih baik pada
lengan atas. Pada setiap penyuntikan harus menggunakan jarum dan
syringe yang steril.
B.
1.
Saran
Perbaikan
lingkungan
(Pembuatan
jendela,
genting
kaca
dan
kebersihan rumah/lantai).
2.
Menutup mulut waktu batuk dan tempat khusus untuk dahak dan
pembuangan dahak tidak sembarangan.
REFERENSI
1.
http://id.scribd.com/doc/32087430/makalah-TBC
2.
Buku Saku Petugas Program TBC. Depkes RI Diagram diagnosa TB