Chapter II Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Keinginan Memperoleh Pembiayaan Mudharabah dan Murabahah Pada Bank Syariah Kota Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perbankan Syariah
Bank syariah merupakan Islamic financial Institution dan lebih dari
sekedar bank (beyond banking) yang berlandasan Al- Qur’an dan Hadits
(tuntunan Rasulullah saw) yang mengacu pada prinsip muamalah, yakni sesuatu
itu boleh dilakukan, kecuali jika ada larangannya dalam Al-Qur’an dan hadits
yang mengatur hubungan antarmanusia terkait ekonomi, social, dan politik.
Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang
perbankan syariah dinyatakan bahwa bank syariah menjalankan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah dan mengacu pada fatwa yang dikeluarkan oleh
lembaga berwenang, dalam hal ini Dewan Syariah Nasional (DSN) dibawah
majelis Ulama Indonesia (MUI).
Bank syariah pun menjalankan fungsi penghimpunan dana masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkan nya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat. Organisasinya dilengkapi Dewan Pengawas Syariah (DPS) guna
menjamin bahwa operasionalnya tidak menyimpang dari kaidah syariah.
Penempatan dana di bank syariah bersifat investasi sehingga perolehan
(return) yang didapat tidak bias dipastikan karena praktik bisnis bias
menguntungkan atau mengalami kerugian sebagai konsekuensi investasi. Yang

bisa dipastikan hanya porsi bagi hasil (nisbah) antara bank dengan nasabah dalam
bentuk presentase. Sedangkan penempatan dana di bank konvensional selama ini

6

kurang mengandung resiko karena perolehan berupa bunga yang relative pasti dan
tetap. Prinsip investasi yang berlaku di bank syariah dapat menciptakan
harmonisasi perbedaan kepentingan antara penyimpan dana yang ingin mendapat
return tinggi, pemegang saham yang berharap spread besar untuk mengoptimalkan
interest difference agar bank memperoleh keuntungan besar, serta keinginan
pemakai dana dengan tuntutan tingkat bunga rendah.
Produk bank syariah relative lebih banyak dibandingkan dengan bank
konvensional yang antara lain bisa melakukan jual beli, sewa-menyewa, sewa
beli, berbagi hasil, bermitra modal, gadai, anjak piutang, serta jasa lainnya. Pada
bank konvensional terdapat produk tunggal kredit untuk pembiayaan, yaitu kredit
modal kerja, kredit investasi, kredit kepemilikan rumah dan mobil, kredit
multiguna, serta bentuk kredit lainnya. Produk bank syariah yang beragam
tersebut di dasari akadnya yang bervariasi.

2.2 Definisi Produk - Produk Bank Syariah

1. Murabahah

: Merupakan akad jual beli barang sebesar harga pokok

barang ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati. Berdasarkan
akad jual-beli tersebut bank membeli barang yang dipesan oleh dan
menjualnya kepada nasabah. Harga jual bank adalah harga beli dari
supplier ditambah keuntungan yang disepakati
2. Salam

: Secara etimologi Salam adalah salaf (pendahuluan) yang

berarti penjualan sesuatu dengan criteria tertentu (yang masih berada)
dalam tanggungan pembayaran segera/disegerakan. Atau akad disepakati

7

untuk membuat sesuatu dengan cirri-ciri tertentu dengan membayar
dahulu, sedangkan barangnya diserahkan kepada pembeli dilemudian hari.
3. Istishna


:

Suatu

(pemesan/pembeli)

dan

perjanjian
Shani

jual

beli

antara

(produsen/penjual),


Mustashni

dimana

barang

(mashnu’) yang akan diperjualbelikan itu harus dipesan terlebih dahulu
dengan criteria yang jelas. Dimana pembayaran nya dapat dilakukan di
awal, di tengah, dan di akhir.
4. Mudharabah :

Menurut

fiqih

,mudharabah

atau

disebut


juga

muqaradhah berarti berpergian untuk urusan dagang secara muamalah
berarti pemilik modal (shahibul maal) menyerahkan modalnya kepada
pekerja/pedagang

(mudharib)

untuk

diperdagangkan/diusahakan,

sedangkan keuntungan dagang itu dibagi menurut kesepakatan bersama.
5. Syirkah

: Suatu transaksi antara dua orang atau lebih yang dua-

duanya sepakat untuk melakukan kerja yang bersifat finansial dengan
tujuan mencari keuntungan.

6. Ijarah

: Suatu transaksi dimana barang yang mempunyai banyak

manfaat dan selama menggunakannya barang tersebut tidak mengalami
perubahan atau musnah, manfaat yang diambil tidak berbentuk zatnya
melainkan

sifatnya,

dan

dibayar

sewa.

Misalnya,

rumah


yang

dikontrakkan/disewa, mobil disewa untuk perjalanan.
7. Kafalah

: Kedudukan seseorang terhadap orang lain dalam

hubungan untuk menagih atau berhutang. Orang yang menyatakan

8

kesanggupannya atas dirinya sendiri, memberi kuasa menagih pada orang
lain baik itu berkaitan dengan orang atau harta.
8. Wakalah

: Makna Wakalah yang dapat diartikan mempercayakan,

menyerahkan mandat atau menjadikan wakil dalam urusan. Prinsip
wakalah tersebut mempunyai hak dan kewajiban tersendiri.
9. Wadi’ah


: Akad yang bersifat menjaga barang/ harta orang lain.

Pihak yang menerima titipan bertanggung jawab terhadap barang yang
dititipi, dimana penerima mempunyai amanah untuk menjaganya, baik
secara sharih (jelas) atau dilalah (tersirat).
10. Rahn

: Menahan sesuatu dengan cara yang dibenarkan yang

memungkinkan untuk ditarik kembali. Maksud menahan sesuatu adalah
barang yang mempunyai nilai harta menurut pandangan syara’ yang
dijadikan sebagai jaminan utang, kemudian pemilik harta tersebut
diperbolehkan mengambil utang seharga nilai barangnya atau sebagian.
11. Qardh

: Akad pemberian pinjaman dari bank kepada nasabah yang

dipergunakan untuk kebutuhan mendesak, seperti dana talangan dengan
kriteria


tertentu

dan

bukan

pinjaman

yang

bersifat

konsumtif.

Pengembalian pinjaman sesuai dengan kesepakatan bersama.
12. Hawalah

: Pemindahan hutang dari tanggungan ashil (penerima


utang) kepada tanggungan muhal’alaih (yang bertanggung jawab) dengan
jalan ada nya penguat.

9

2.3 Definisi Mudharabah .
Definisi menurut fiqih, mudharabah atau disebut juga muqaradhah berarti
berpergian untuk urusan dagang secara muamalah berarti pemilik modal (shahibul
maal) menyerahkan modalnya kepada pekerja / pedagang (mudharib) untuk
diperdagangkan / diusahakan, sedangkan keuntungan dagang itu dibagi menurut
kesepakatan bersama.

2.3.1 Aspek Syariah Kontrak Mudharabah
2.3.1.1. Al – Qur’an dan Hadist tentang mudharabah
Akad mudharabah diperbolehkan dalam islam, karena bertujuan untuk
saling membantu antara pemilik modal dan seseorang yang ahli dalam
memutarkan

uang


(usaha/dagang).

Mudharib

sebagai

pengusaha

(entrepreuner)/pelaku usaha adalah sebagian dari orang-orang yang melakukan
perjalanan untuk mencari karunia dari ridha Allah.
“..dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia
allah SWT.. “ QS.Al Muzammil (73) : 20)
“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu dimuka bumi
dan carilah karunia Allah SWT.” (QS.Al Jum’ah (62) : 10)
“Tidak ada dosa bagi kamu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan
tuhanmu..” (QS. Al Baqarah (2) : 198 )
Diriwayatkan oleh ibnu abbas bahwasanya sayyida abbas jika kalau
memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah, ia mensyaratkan agar
dana nya tidak dibawa mengarungi lautan,menuruni lembah yang berbahaya,
menyalahi peraturan maka yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana

10

tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut ke Rasulullah SAW dan Rasulpun
memperkenalkannya (Hadist dikutip oleh imam Alfasi dalam Majama ‘ assawaid
4 /161). Hadist lain yang bersenada telah diriwayatkan olehh imam darul quthni
dari perawi-perawi yang dapat dipercaya.
Dari Syu’aib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda : “ Tiga perkara di
dalamnya terdapat keberatan, (1)menjual dengan pembayaran secara kredit,
(2)Muqaradah (nama lain dari Mudharabah), (3)mencampur gandum dengan
tepung untuk keperluan rumah dan bukan dijual. “ (HR. Ibnu Majah).
“Rahmat Allah SWT tercurahkan atas dua pihak yang sedang bekerjasama selama
mereka tidak melakukan pengkhianatan,manakala berkhianat maka bisnisnya akan
tercela dan keberkahanpun akan sirna daripadanya.”(HR. Abu Daud, Baihaqi, dan
Al Hakam).
2.3.1.2. Musyawarah dan Kesepakatan dalam Mudharabah
Kesepakatan kedua belah pihak antara bank dan nasabah sangat diperlukan
dalam menentukan keputusan dan mempelancar urusan. Dua belah pihak masingmasing mempunyai hak dan kewajiban yang sama, serta bersama menjaga amanah
dana masyarakat.
“ Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu‘‘(QS. Al Maidah
( 5 ) : 1)
“sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya’’ (QS Al
Isra ( 42 ): 38
“ Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan
Rasulullah dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepada, sedang kamu mengetahui. ‘’ (QS. Al Anfal ( 8 ): 27)

11

2.3.1.3 Jaminan dalam Mudharabah
Jaminan diperlukan untuk memperkecil resiko-resiko yang merugikan
bank akibat kelalaian, salah urus atau pelanggaran akad yang dilakukan oleh
nasabah selaku pengurus (mudharib).
“ Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai),
sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada
barang tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang. Akan tetapi jika
sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya), dan hendaklah dia
bertaqwa kepada Allah, Tuhannya; …” (QS. Al Baqarah ( 2 ) : 283 )
2.3.1.4 Saksi dalam Mudharabah
Persaksian merupakan alat bukti bagi hakim untuk memutuskan perkara.
Saksi harus orang yang adil bijaksana, tidak cacat mata, bias bicara (bukan bisu),
dan juga tidak cacat hukum.
“… Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki di
antara kamu jika tidak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seseorang lelaki,
maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi
yang kamu ridhai, supaya jika seseorang lupa maka seorang lagi
mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi enggan memberikan keterangan
apabila dipanggil, dan janganlah kamu jemu menulis utang itu, baik kecil
maupun besar,sampai batas waktu pembayaran. Yang demikian itu, lebih
adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksiandan lebih dekat kepada
tidak menimbulkan keraguanmu, (Tulislah mu’amalah itu) kecuali jika
muamalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu,
maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan
persaksikanlah apabila kamu berjual beli, dan janganlah penulis dan saksi
itu saling mempersulit.Jika kamu melakukan hak yang demikian itu,maka
sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan

12

bertaqwalah kepada Allah, Allah mengajarmu, dan Allah Maja mengetahui
segala sesuatu. ‘’ (QS. Al Baqarah ( 2 ) L 282)
2.3.1.5 Rukun Mudharabah
Rukun dalam transaksi mudharabah meliputi:
1. Shahibul Maal (pemilik modal)
2. Mudharib (pelaksana/usahawan)
3. Maal (Modal)
4. Kerja/Usaha
5. Keuntungan
6. Ijab Qabul
2.3.1.6 Ketentuan penyaluran dana Mudharabah
1. Penyaluran dana mudharabah adalah penyaluran dana yang disalurkan
oleh LKS kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif.
2. Dalam penyaluran dana ini LKS sebagai shahibul maal (pemilik dana)
membiayai 100% kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan pengusaha
(nasabah) bertindak sebagai mudharib atau pengelolah usaha.
3. Jangka waktu usaha, tata cara pengembalian dana dan pembagian
keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak (LKS
dengan pengusaha)
4. Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah disepakati
bersama dan sesuai dengan syari’ah; dan LKS tidak ikut serta dalam
manajemen perusahaan atau proyek tetapi mempunyai hak untuk
melakukan pembinaan dan pengawasan.
5. Jumlah dana penyaluran dana harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk
tunai dan bukan piutang.

13

6. LKS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari
mudharabah kecuali jika mudharib ( nasabah) melakukan kesalahan yang
disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian.
7. Pada perinsipnya, dalam penyaluran dana mudharabah tidak ada jjaminan,
namun agar mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat
meminta jaminan dari mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya
dapat dicairkan apabila mudharib terbukti melakukan pelanggaran
terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.
8. Kriteria pengusaha, prosedur penyaluran dana, dan mekanisme pembagian
keuntungan diatur oleh LKS dengan memperhatikan fatwa DSN.
9. Biaya operasional dibebankan kepada mudharib.
10. Dalam hal penyandang dana (LKS) tidak melakukan kewajiban atau
melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan, mudharib berhak mendapat
ganti rugi atau biaya yang telah dikeluarkan.
2.3.1.7 Rukun syarat penyaluran dana
Adapun Rukun Syarat dalam melakukan penyaluran dana pada
Mudharabah adalah :
1. Penyedia dana (Shahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus cakap
hukum.
2. Pernyataan ijab dan qobul harus dinyatakan oleh para pihak untuk
menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan konrtak (akad) dengan
memperhatikan hal-hal berikut :

14

a. Penawaran dan penerimaaan harus secara eksplisit menunjukkan
tujuan kontrak (akad).
b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak
c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondesi, atau dengan
menggunakan cara-cara komunikasi modern.
4. Modal ialah sejumlah uang dan atau asset yang diberikan oleh penyedia
dana kepada mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai berikut.
a. Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.
b. Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal
diberikan dalam bentuk aset, maka asset tersebut harus dinilai pada
waktu akad.
c. Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus djbayarkan kepada
mudharib, baik secara bertahap maupun tidak, sesuai dengan
kesepakatan dalam akad.
5.

Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan
dari modal. Syarat keuntungan berikut ini harus dipenuhi
a. Harus diperuntukan bagi kedua pihak dan tidak boleh diisyaratkan
untuk satu pihak.
b. Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan
dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk
persentase (nisbah) dari keuntungan sesuai kesepakatan. Perubahan
nisbah harus berdasarkan kesepakatan.

15

c. Penyedian

dana

menanggung

semua

kerugian

akibat

dari

mudharabah, dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun
kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau
pelanggaran kesepakatan.
Tabel 2.1
Perbedaaan Produk Bank Konvensional dengan Produk Mudharabah
Dasar Kegiatan
Usaha
Kredit usaha

Bank
Konvensional
Suku bunga

Produk
Mudharabah
Bagi hasil

Simpanan dana
(Deposito)
Pembiayaan
investasi

Suku bunga

Bagi hasil

Suku bunga

Bagi hasil

Keterangan
Sesuai dengan
kesepakatan
Sesuai dengan
kesepakatan
Sesuai dengan
kesepatan

2.3.1.8 Nisbah untuk financing atau pembiayaan
Karim (2004) menyatakan bahwa, bank syariah menetapkan nisbah bagi
hasil terhadap produk-produk pembiayaan yang berbasis Natural Uncertainty
Contracts (NUC), yakni akad bisnis yang tidak memberikan kepastian return
seperti mudharabah dan musyarakah, dengan mempertimbangkan dua hal, yaitu
referensi marjin keuntungan dan perkiraan keuntungan usaha yang dibiayai bank.
1. Referensi marjin keuntungan
Referensi tingkat marjin keuntungan adalah penetapan marjin bagi hasil
pembiayaan berdasarkan usul, rekomendasi, dan saran dari tim asset and
liabilities committee (ALCO) dengan mempertimbangkan criteria berikut:
a. Direct Competitor Market Rate (DCMR)
Tingkat marjin keuntungan rata-rata perbankan syariah, atau tingkat
marjin keuntungan rata-rata beberapa bank syariah yang ditetepkan

16

ALCO sebagai pesainbg langsung, atau tingkat marjin keuntungan
bank syariah tertentu yang ditetapkan sebagai pesaing langsung
terdekat.
b. Indirect Competitor Market Rate (ICMR)
Tingkat suku bunga rata-rata perbankan konvensional, atau tingkat
suku bunga rata-rata beberapa bank konvensional yang ditetapkan
ALCO sebagai pesaing tidak langsung, tingkat suku bunga bank
konvensaional tertentu yang ditetapkan sebagai pesaing tidak langsung
terdekat.
c. Expected Competitive Return for Investor (ECRI)
Target bagi hasil kompetitif yang diharapkan dapat diberikan kepada
nasabah pihak ketiga (investor)
d. Acquiring Cost
Biaya yang dikeluarkan oleh bank dan langsung terkait dengan upaya
untuk memperolehan dana pihak ketiga.
e. Overhead Cost
Biaya yang dikeluarkan olehbank yang tidak langsung terkait dengan
upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga.
2. Perkiraan tingkat keuntungan usaha yang dibiayai
Perkiraan tingkat keuntungan usaha dihitung dengan mempertimbangkan
criteria berikut ini :
a. Perkiraan penjualan
Terdiri dariperkiraan volume penjualan setiap bulan atau transaksi,

17

frekuensi penjualan setiap bulan, fluktuasi, rentan harga penjualan
yang dapat dinegosiasikan, dan marjin keuntungan setiap transaksi.
b. Lama Cash to Cash Cycle
Merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan Cash kembali
atau jumlah hari antara arus kas keluar pertama dengan arus kas masuk
berikutnya yang melibatkan antara lain: lamanya persediaan, lamanya
proses barang, dan lamanya piutang dagang. Cash to Cash Cycle
disebut juga dengan Cash Conversion Cycle
c. Perkiraan Biaya Langsung
Merupakan perkiraan biaya-biaya yang langsung berhubungan dengan
kegiatan penjualan, seperti biaya pengangkutan, biaya pengemasan,
dan biaya lain yang termasuk ke dalam Cost of Goods Sold (COGS)
d. Perkiraan Biaya Tidak Langsung
Merupakan perkiraan biaya-biaya yang tidak langsung berhubungan
dengan kegiatan penjualan, seperti biaya sewa kantor, biaya gaji
karyawan, dan biaya-biaya lain yang termasuk kedalam Overhead Cost
(OHC)
e. Delayed Factor
Delayed Factor adalah waktu yang ditambahkan pada cash to cash
cycle untuk mengantisipasi timbulnya keterlambatan pembayaran dari
mudharib kepada bank.

18

2.3.1.9 Perhitungan Nisbah Bagi Hasil Untuk Pembiayaan
Berdasarkan teori yang dipaparkan di atas, maka dalam penentuan nisbah
bagi hasil pembiayaan dapat dihitung dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Faktor yang diperhatikan dalam penentuan nisabh financing :
a. Harga jual barang dagang
b. Harga jual kepada pembeli p.a (per annual)
c. Volume penjualan barang dagang per bulan
d. Nilai penjualan
e. Laba bersih penjualan barang dagang
2. Profit Margin
a. Cash to Cash periode = 360/ (DI +DR-DP)
b. Lama piutang/Day Receivable (DR) (data neraca)
c. Lama persediaan/Day Inventories (DI) (data neraca)
d. Lama utang dagang/Day Payable (DP) (pembayaran ke supplier dan
carry)
3. Profit margin per tahun
4. Hitung
a. Nisbah Shahibul Maal, adalah (Expected return/Actual return)x 100%
b. Nisbah Mudharib, adalah 100% - Nisbah Shahibul Maal
Contoh Perhitungan Nisbah
Contoh perhitungan nisbah bagi hasil untuk bisnis perdagangan kacang
kedelai yang dibiayai dengan fasilitas Mudharabah, dapat dihitung sebagai

19

berikut:
Harga jual kacang kedelai

=

Rp.2.150/ kg

Harga jual kepada nasabah

=

setara 16% p.a

Volume penjualan kedelai per bulan

=

65.000 kg

Nilai penjualan (65.000 x Rp.2.150 )

=

Rp. 139.750.000

Harga pokok pembelian

=_____Rp. 125.000.000__

Pendapatan penjualan kedelai

=

Rp. 14.750.000

Berapa nisbah bagi hasilnya?
Perhitungan Nisbah :
Volume penjualan

= 65.000 kg

Profit margin :
(Rp. 14.750.000/139.750.000)x 100%

= 10,55%

Lama piutang (data neraca 31-07-2003)

= 65 hari

Lama persediaan (data neraca 31-08-2003)

= 2 hari

Lama utang dagang :
(pembayaran ke supplier & carry)

=0

Cash to cash periode = 360/(DI+DR-DP)

= 5,4

Profit margin per tahun = 5,4 x 10,55

= 57%

Nisbah antara Shahibul Maal dengan Mudharib
Nisbah Bank Syariah : (16%)/ (57%)x100%

= 28%

Nisbah untuk Nasabah; 100% - 28%

= 72 %

Kasus Perhitungan Bagi Hasil (Mudharabah)

20

Seseorang nasabah mengajukan pembiayaan untuk modal kerja
dagang sebesar Rp.125.000.000 selama 1 tahun, dengan perbandingan bagi
hasil antara nasabah dan bank 72% : 28%. Bagaimana cara
perhitungannya?
Dengan cara melakukan bagi hasil setiap bulan dan pokok modal
dikembalikan pada saat akhir perjanjian.
Tabel 2.2
Kasus Perhitungan Bagi Hasil
BULAN

(A)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Kolom
(A)
(B)
(C)

PROYEKSI
PENDAPATAN

PENDAPATAN
AKTUAL

(B)
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000

(C)
6.000.000
5.000.000
7.000.000
4.000.000
2.500.000
3.000.000
3.500.000
6.500.000
5.500.000
4.250.000
4.500.000
4.575.000

NISBAH

Bank
28%
(D)
1.680.000,00
1.400.000,00
1.960.000,00
1.120.000,00
700.000,00
840.000,00
980.000,00
1.820.000,00
1.540.000,00
1.190.000,00
1.260.000,00
1.281.000,00

Nasabah
72%
(E)
4.320.000.00
3.600.000,00
5.040.000,00
2.880.000,00
1.800.000,00
2.160.000.00
2.520.000,00
4.680.000,00
3.960.000,00
3.060.000,00
3.240.000,00
3.294.000,00

CICILAN
POKOK

TOTAL
ANGSURAN

(F)

(G)
1.680.000,00
1.400.000,00
1.960.000,00
1.120.000,00
700.000,00
840.000,00
980.000,00
1.820.000,00
1.540.000,00
1.190.000,00
1.260.000,00
126.281.000,00

125.000.000,00

Keterangan Perhitungan
Bulan perjalanan pembiayaan yang dilakukan nasabah
Pendapatan proyeksi pendapatan yang diinginkan oleh pemilik modal (dapat dihitung
dengan bantuan alat statistic, misalnya regresi)
Pendapatan aktual mudharib adalah data pendapatan yang diperoleh mudharib dalam usaha

(D)

Bagian (nisbah) pendapatan pemilik modal, diperoleh dari porsi nisbah dikalikan dengan
pendapatan actual mudharib.

(E)

Bagian (nisbah) pendapatan pelaku usaha (mudharib), diperoleh dari porsi nisbah dikalikan
dengan pendapatan actual mudharib.
Pengembalian pokok modal, yaitu besaran dana yang dibayar pada akhir perjanjian.

(F)
(G)

Total pemberian nasabah kepada pemilik dana berdasarkan porsi yang disepakati setiap
bulannya.

21

2.4

Definisi Murabahah.
Murabahah Merupakan akad jual beli barang sebesar harga pokok barang

ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati. Berdasarkan akad jual-beli
tersebut bank membeli barang yang dipesan oleh dan menjualnya kepada nasabah.
Harga jual bank adalah harga beli dari supplier ditambah keuntungan yang
disepakati. Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada
nasabah berikut biaya yang diperlukan. Murabahah dapat dilakukan berdasarkan
pesanan atau tanpa pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank
melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah. Murabahah
berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk
membeli barang yang dipesannya. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara
tunai atau cicilan.
2.4.1 Aspek Syariah Kontrak Murabahah
2.4.1.1 Al Qur’an dan Hadist tentang Murabahah
Murabahah merupakan bagian dari jual beli dan sistem ini mendominasi
produk-produk yang ada di semua Bank Islam. Dalam islam, jual beli merupakan
salah satu sarana tolong-menolong antara sesama umat manusia yang diridhai oleh
Allah SWT.
“ Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...” (QS. Al
Baqarah (2) :275).
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka diantara kamu… “ (QS. An Nisa (4): 29).
“ Pendapatan yang paling afdhal adalah hasil karya tangan seseorang dan
jual beli yang mabrur. “ (HR. Ahmad,Al Bazzar,Ath-Thanarani).

22

“ Dari suab ar rumi ra, bahwa rasullah bersabda: “ Tiga perkara di dalamnya
terdapat keberkatan (1) Menjual dengan pembayaran tangguh ( murabahah)
, (2) muqaradhah (nama lain dari mudharabah), (3)mencampurkan tepung
dengan gandum untuk kepentingan rumah bukan untuk diperjual belikan.

2.4.1.2 Musyawarah dan kesepakatan dalam Murabahah
Kesepakatan kedua belah pihak antara bank dan nasabah sangat diperlukan
dalam menentukan keputusan dan akan memperlancar urusan. Masing-masing
mempunyai hak dan kewajiban yang sama, serta bersama menjaga amanah dana
masyarakat.
“ Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan tuhannya dan
mendirikan

shalat,

sedang

urusan

mereka

(diputuskan)

dengan

musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki
yang kami berikan kepada mereka. “ (QS Asy-Syuura (42):38)
“ Dari Abu Said Al Hudri bahwa Rasulullah SAW bersabda: “
Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan secara suka sama suka. “ (HR.
Al Baihaqi, Ibnu Majah, dan shahih menurut Ibnu Hiban)
“ Dari Abdullah Ibnu Harits dari Hakim Ibnu Hizam berkata : Rasulullah
SAW bersabda: “ Penjual dan Pembelin sama-sama bebas menentukan jual
belinya selagi keduanya belum berpisah, jika keduanya jujur dan berterus
terang, maka jual beli mereka akan diberkati Allah, tetapi jika saling
mendustai dan curang maka berkah dalam jual beli mereka itu akan
terhapus.”
Rasulullah SAW bersabda:
“ Umatku tidak akan sepakat terhadap suatu kesesatan.” (HR. Ahmad bin
Hanbal, Ibnu Majah dan Ath Thabrani)

23

Rasulullah SAW bersabda :
“ umatku tidak akan sepakat terhadap suatu kesesatan “ (HR. ahmad bin
Hanbal, Ibnu Majah dan Ath Thabrani)

2.4.1.3 Jaminan dalam Murabahah
Jaminan diperlukan untuk memperkecil resiko-resiko yang merugikan
bank dan untuk melihat kemampuan nasabah dalam menanggung pembayaran
kembali atas utang yang diterima dari bank.
“ jika kamu dalam perjalanan (dan bermua’malah tidak secara tunai)
sedangkan kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada
barang tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang. Akan tetapi jika
sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnnya), dan hendaklah dia
bertaqwa kepada Allah, Tuhannya…(QS. Al Baqarah [ 2 ] : 283)
Dari Aisyah bahwasanya Nabi SAW pernah membeli bahan makanan dari
seorang Yahudi dengan utang dan beliau memberikan baju besinya sebagai
jaminan.“ (HR.Bukhari, Muslim, dan Nasa’I)
Dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Siapapun yang
bangkrut (muflis), lalu kreditornya mendapatkan barangnya sendiri pada si
bangkrut, maka kreditor itu lebih berhak untuk menarik kembali
barangnya itu daripada lainnya.’’(HR. bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’I,
dan Ibnu Majah).

2.4.1.4 Dokumentasi dalam Murabahah
Dokumentasi adalah salah satu syarat transaksi/pengikatnya antara
nasabah dengan bank yang dapat dipergunakan sebagai berikut:
“ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliuskannya. Dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan cara
24

benar Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah
telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang
yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan
hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah dia
mengurangi sedikitpun dari pada utangnya. Jika yang berhutang itu lemah
akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu
mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur…’’
(QS. Al Baqarah [ 2 ]: 282)
“ Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang dipikulnya)
dan janjinya .. ’’ (QS. Al Mu’minun [ 23 ]: 8)
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghianati Allah dan
Rasul dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui. ’’ (QS. Al Anfal [
8 ]: 27)
Dari Amru bin Said, dari bapaknya r.a. berkata ia: Bersabda Rasulullah
SAW : “ Orang-orang yang telah sanggup untuk membayar kewajibannya,
tetapi dilalaikannya juga, bolehlah orang merampas hartanya dan
menyiksanya (memasukkan nya dalam penjara). ’’ (HR. Abu Daud dan
Nasa’i)
Bersumber dari Amir bin Syuraid dari ayahnya dari Nabi SAW, beliau
bersabda : “ Memperpanjang (menunda-nunda) pembayaran (utang) atas
orang yang mampu adalah kezhaliman yang menghalalkan kehormatannya
dan siksanya. ’’ (HR. Imam yang Lima kecuali Imam Tirmidzi).

2.4.1.5 Rukun dan Ketentuan dalam Murabahah
Adapun rukun dalam Murabahah adalah sebagai berikut :
1. Penjual (Ba’i)
2. Pembeli (Musytari)
3. Objek Jual Beli (mabi’)

25

4. Harga (Tsaman)
5. Ijab Qabul
Ketentuan – ketentuan dalam Murabahah adalah :
1. Ketentuan tentang Murabahah’
a. Ketentuan umum murabahah dalam bank syariah
1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas
riba
2) Baarang yang diperjualbelikan tidak di haramkan oleh syariah
Islam
3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang
yang telah disepakati kualifikasinya.
4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank
sendiri, dan pembeliaan ini harus sah dan bebas riba.
5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara berhutang.
6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah
(pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntunganya.
Dalam kaitan ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok
barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut
pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.

26

8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad
tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan
nasabah berupa pengikatan jaminan dan atau asuransi.
9) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli
barang dari pihak ketiga (akad wakalah), akad jual beli murabahah
harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank.
b. Ketentuan murabahah kepada nasabah
1) Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu
barang atau asset kepada bank
2) Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli
terlebih dahulu asset yang dipesannya secara sah dengan
perdagangan.
3) Bank kemudiaan menawarkan asset tersebut kepada nasabah dan
nasabah harus menerima (membeli) nya sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakatinya, karena secara hokum perjanjian tersebut
mengikat; kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak
jual beli.
4) Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk
membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal
pemesanan.
5) Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya
rill bank harus dibayar dari uang muka tersebut.

27

Tabel 2.3
Perbedaan Produk Bank Konvensional dengan Produk Murabahah
Dasar Kegiatan
Usaha
Pembiayaan
kredit rumah
Pembiayaan
kredit bermotor
Kredit modal
kerja
Pembiayaan
investasi

Bank Konvensional

Produk
Murabahah

Suku bunga

Bagi hasil

Suku bunga

Bagi hasil

Suku bunga

Bagi hasil

Suku bunga

Bagi hasil

Keterangan
Sesuai dengan
kesepakatan
Sesuai dengan
kesepakatan
Sesuai dengan
kesepakatan
Sesuai dengan
kesepakatan

2.4.1.6 Penetapan Harga Jual Murabahah Yang Syar’i
Bank-bank syariah pada umumnya telah menggunakan murabahah sebagai
model pembiayaan yang utama. Praktik pada bank syariah di Indonesia, portofolio
pembiayaan murabahah mencapai 70-80%. Kondisi demikian ini tidak hanya di
Indonesia, namun juga terjadi pad bank-bank syariah, seperti di Malaysia,
Pakistan.
Sejumlah alas an diajukan untuk menjelaskan popularitas murabahah
dalam operasi investasi perbankan syariah : (i) murabahah adalah suatu
mekanisme investasi jangka pendek, dibandingkan dengan sitem bagi hasil
(musyarakah dan mudharabah), cukup memudahkan; (ii) mark-up dalam
murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga memastikan bahwa bank
dapat memperoleh keuntungan yang sebanding dengan keuntungan bank-bank
berbasis bunga yang menjadi saingan bank-bank syariah untuk mencampuri
manajemen bisnis, karena bank bukanlah mitra si nasabah, sebab hubungan
mereka dalam murabahah adalah hubungan antara kreditur dan debitur.

28

Berdasarkan kondisi dan alasan praktik murabahah di bank syariah, maka
ada semacam “kecaman” atau penilaian masyarakat terhadap praktik bank syariah
tidak jauh berbeda dengan bank konvensional (bank bunga). Dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh BI menunjukkan bahwa 15% responden menilai bank syariah
tidak ada bedanya dengan bank konvensional, “hanya beda bungkusnya.”
Kalangan awam juga menilai bahwa bank syariah dalam mengambil keuntungan
lebih besar dibandingkan dengan bank konvensional.
Kondisi inilah yang harus dicarikan solusinya. Karena selama ini kalangan
awam menilai yang namanya lembaga syariah selalu indentik dengan harga
murah. Sehingga jika terjadi penjualan barang oleh bank syariah dengan harga
lebih tinggi dibandingkan harga jual bank tidak syariah, maka bank syariah dinilai
lebih tidak islami. Padahal, suatu ketika memang bisa terjadi demikian adanya.
Oleh karena itu, perlu kiranya dicarikan kemasan produk murabahah yang
memberikan keuntungan secara adil antara pihak bank syariah dengan nasabah
peminjaman murabahah. Bagaimana kemasan murabahah dapat adil?
Bank syariah harus tidak hanya menjadikan tingkat suku bunga sebagai
rujukan dalam penentuan harga jual (pokok + margin) produk murabahah. Cara
penetapan margin yang hanya memicu pada suku bunga merupakan langkah sesat
sekaligus menyesatkan dan lebih berat lagi dapat merusak reputasi bank syariah.
Dalam praktiknya, barangkali tingginya margin yang diambil oleh pihak bank
syariah adalah untuk mengantisipasi naiknya suku bunga di pasar atau inflasi.
Sehingga kalau terjadi kenaikan suku bunga yang besar, maka bank syariah tidak
mengalami kerugoian secara rill, namun demikian apabila suku bunga di pasar

29

tetap stabil atau bahkan turun, maka margin murabahah akan lebih besar
dibandingkan dengan tingkat bunga pada bank konvensional.
Dengan penetapan margin keuntungan murabahah yang tinggi ini, secara
tidak langsung bahkan akan dapat menyebabkan inflasi yang lebih besar daripada
yang disebabkan oleh suku bunga. Oleh karena itu, perlu dicari format atau
formula yang tepat, agar nilai penjualan dengan murabahah tidak mengacu pada
sikap mengantisipasi kenaikan suku bunga selama masa pembayaran cicilan.
Karena, mengaitkan margin keuntungan murabahah dengan bunga perbankan
konvensional, baik di atasnya maupun di bawahnya, tetaplah bukan cara yang
baik.
Sebaiknya, penetapan harga jual murabahah dapat dilakukan dengan cara
Rasullullah ketika berdagang. Dalam menentukan harga penjualan, Rasul secara
transparan menjelaskan berapa harga belinya, berapa biaya yang telah dikeluarkan
untuk setiap komoditas dan berapa keuntungan wajar yang diinginkan. Cara yang
dilakukan oleh Rasullullah ini dapat dipakai sebagai salah satu metode bank
syariah dalam menentukan harga jual produk murabahah.
Sesuai dengan pembahasan tentang nilai ekonomi waktu untuk teori
pertukaran, maka secara matematis harga jual barang oleh bank kepada calon
nasabah pembiayaan murabahah yang syariah, dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Harga Jual Bank = Harga Beli Bank + ( waktu x Cost Recovery ) + Keuntungan
����� ���������� ���� ���������

Cost Recovery = �������� ������ ������ ���������� x Biaya Operasional 1 tahun

Keuntungan = % keuntungan yang diinginkan x Nilai Pembiayaan yang diberikan

30

Persentase keuntungan diperoleh dari perbandingan total biaya operasional
dengan total asset perusahaan,
dengan rumus :
Persentase =

����� ����� �����������
����� ���� ����������

x 100%

Biaya yang harus dikeluarkan dan dikembalikan (cost recovery) bisa
didekati dengan membagi proyeksi biaya operasional bank, dengan target volume
pembiayaan murabahah di bank syariah. Angka-angka tersebut dapat diperoleh
dari Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP). Angka yang diperoleh
kemudian ditambahkan dengan harga beli dari pemasok dan keuntungan yang
diinginkan, sehingga didapatkan harga jual. Margin dalam konteks ini adalah cost
recovery ditambah dengan keuntungan bank. Apabila margin ingin dihitung
persentasenya tinggal dibagi dengan harga beli barang dikalikan 100%.
Setelah angka-angka tersebut didapat, barulah persentase margin ini
dibandingkan dengan suku bunga. Jadi, suku bunga hanya dijadikan benchmark.
Agar pembiayaan murabahah kompetitif, margin murabahah tadi harus lebih kecil
dari bunga pinjaman. Jika masih lebih besar, maka yang harus dimainkan adalah
dengan memperkecil cost recovery dan keuintungan yang diharapkan.
Langkah pertama adalah menurunkan keuntungan. Jika keuntungan sudah
turun sampai batas minimalnya, dan ternyata marginnya masih lebih besar
daripada bunga bank, maka tentu ada yang tidak besar dengan cost recovery.
Artinya, efisiensi bank tersebutt rendah. Efisiensi yang rendah itu dapat
ditingkatkan dengan mengurangi biaya operasional pada target volume
pembiayaan yang sama. Efisiensi juga dapat dicapai dengan memperbesar target

31

volume pembiayaan pada biaya operasional yang sama. Hal ini dapat dicapai
dengan meningkatkan kualitas SDM bank syariah. Semakin berkualitas SDM
dalam meyakinkan nasabah untuk mendepositokan dananya ke bank syariah,
sehingga semakin banyak pula dana yang dapat disalurkan untuk pembiayaan
murabahah. Dengan demikian semakin besar peluang untuk meningkatkan
efisiensi.
Lebih cantik lagi, bila pengurangan biaya operasional dilakukan
bersamaan dengan meningkatnya volume pembiayaan. Efisiensi tinggi akan
segera diperoleh, cost recovery semakin kecil dan insya Allah keuntungan bank
akan meningkat walaupum dengan margin murabahah yang lebih kecil dari bunga
pinjaman bank konvensional. Hal penting yang perlu diingat dan dicatat, hasil
perhitungan margin yang dicantumkan dalam kontrak murabahah dinyatakan
dalam angka nominal, bukan bentuk persentasenya.
Efisiensi harga jual suatu bank syariah dengan bank syariah yang lain,
dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :
Margin dalam persentase =

���� ��������+����������
����� ����� ������ ����

x 100%

Contoh kasus :
Tuan ali berkeinginan membeli sebuah mobil untuk kepentingan usaha antar
jenput anak sekolah. Harga beli mobil sebesar Rp. 150.000.000. Pada saat ini tuan
Ali hanya memiliki dana Rp. 30.000.000, untuk mengatasi kekurangan dana
tersebut tuan Ali menghubungi bank syariah Rizqi Barokah Yogyakarta untuk
mendapatkan pemecahan masalah akibat kekurangan dana tersebut bank syariah
menawarkan solusi dengan akad al-Murabahah. Bila bank syariah memperkirakan

32

Biaya operasional Rp. 200.000.000 dalam 1 tahun, perkiraan jumlah pembiayaan
Rp. 5 miliar dan markup yang ditentukan (hanya sekali saja) 10% dari
pembiayaan al-Murabahah, lama pembiayaan 2 tahun. Bagaimana cara
penyelesaiaannya?
Jawab (Penyelesaian dengan Rumus Harga Jualn Efisien)
Data pembiayaan

1.

Harga Pokok Mobil

= Rp. 150.000.000

Dibayar nasabah ( uang muka )

= Rp. 30.000.000__

Kekurangan dibayar Bank

= Rp. 120.000.000

Hitunglah cost recovery:

Cost Recovery

= (Pembiayaan Murabahah/Estimasi Total Pembiayaan) X
Estimasi Biaya Operasi 1 tahun

Cost Recovery

= (Rp.120 juta/Rp. 5 Miliar) x Rp. 200 juta
= Rp. 4.800.000

2.

Hitung Margin Keuntungan
Margin keuntungan

= 10% x pembiayaan
= 10% x Rp 120 juta
= Rp. 12.000.000

3.

Hitung Harga Jual Bank

Harga Jual Bank

= Pembiayaan + (waktu x cost recovery) +
Margin
= Rp. 120 juta + (2 x Rp. 4.800.000) + Rp
12 juta
= Rp. 141.600.000

33

4.

Hitung Angsuran Pembiayaan

Angsuran Pembiayaan

= Rp. 141.600.000/24 bulan
= Rp. 5.900.000

5.

Hitung Margin dalam persentase

Hitung Margin dalam %

= (Cost Recovery + Margin) / Harga beli barang
=

[(2

x

Rp.4.800.000

+

Rp.

12

juta)

/

Rp.150.000.000] x 100% = 14,4% = 0,6 %

2.5 Teori Perilaku Masyarakat sebagai Konsumen
Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang/ organisasi
dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk
atau jasa setelah dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku konsumen
akan diperlihatkan dalam beberapa tahap yaitu tahap sebelum pembelian,
pembelian, dan setelah pembelian. Pada tahap sebelum pembelian konsumen akan
melakukan pencarian informasi yang terkait produk dan jasa. Pada tahap
pembelian, konsumen akan melakukan pembelian produk, dan pada tahap setelah
pembelian, konsumen melakukan konsumsi (penggunaan produk), evaluasi
kinerja

produk,

dan

akhirnya

membuang

Atau kegiatan-kegiatan

individu

yang

secara

produk

setelah

langsung

digunakan.

terlibat

dalam

mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk di dalamnya proses
pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.
Konsumen dapat merupakan seorang individu ataupun organisasi, mereka
memiliki peran yang berbeda dalam perilaku konsumsi, mereka mungkin berperan

34

sebagai initiator, influencer, buyer, payer atau user.
Dalam upaya untuk lebih memahami konsumennya sehingga dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, perusahaan dapat menggolongkan
konsumennya ke dalam kelompok yang memiliki kemiripan tertentu, yaitu
pengelompokan menurut geografi, demografi, psikografi, dan perilaku.
Perilaku konsumen mempelajari di mana, dalam kondisi macam apa, dan
bagaimana kebiasaan seseorang membeli produk tertentu dengan merek tertentu.
Keseluruhan ini sangat membantu manajer pemasaran di dalam menyusun
kebijaksanaan pemasaran perusahaan. Proses pengambilan keputusan pembelian
suatu barang atau jasa akan melibatkan berbagai pihak, sesuai dengan peran
masing-masing.
Peran yang dilakukan tersebut adalah: (1) Initiator, adalah individu yang
mempunyai inisiatif pembelian barang tertentu; (2) Influencer, adalah individu
yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Informasi mengenai kriteria
yang diberikan akan dipertimbangkan baik secara sengaja atau tidak; (3) Decider,
adalah yang memutuskan apakah akan membeli atau tidak, apa yang akan dibeli,
bagaimana membelinya; (4) Buyer, adalah individu yang melakukan transaksi
pembelian sesungguhnya; (5) User, yaitu individu yang mempergunakan produk
atau jasa yang dibeli.
Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan pembelian
terhadap suatu produk. Manajemen perlu mempelajari faktor-faktor tersebut agar
program pemasarannya dapat lebih berhasil. Faktor-faktor tersebut diantaranya
adalah faktor ekonomi, psikologis, sosiologis dan antropologis.

35

Alasan mengapa seseorang membeli produk tertentu atau alasan mengapa
membeli pada penjual tertentu akan merupakan faktor yang sangat penting bagi
perusahaan dalam menentukan desain produk, harga, saluran distribusi, dan
program promosi yang efektif, serta beberapa aspek lain dari program pemasaran
perusahaan.
Adapun beberapa teori perilaku konsumen adalah sebagai berikut:
1. Teori Ekonomi Mikro. Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen
akan berusaha memperoleh kepuasan maksimal. Mereka akan berupaya
meneruskan pembeliannya terhadap suatu produk apabila memperoleh
kepuasan dari produk yang telah dikonsumsinya, di mana kepuasan ini
sebanding atau lebih besar dengan marginal utility yang diturunkan dari
pengeluaran yang sama untuk beberapa produk yang lain;
2. Teori Psikologis. Teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis
individu yang dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang
psikologis ini sangat kompleks dalam menganalisa perilaku konsumen,
karena proses mental tidak dapat diamati secara langsung;
3. Teori Antropologis. Teori ini juga menekankan perilaku pembelian dari
suatu kelompok masyarakat yang ruang lingkupnya sangat luas, seperti
kebudayaan, kelas-kelas sosial dan sebagainya.
(Sumber: http://pakarbisnisonline.com)

36

2.6. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Aiyub (2007) Analisis Perilaku Masyarakat
Terhadap Keinginan Menabung Dan Memperoleh Pembiayaan Pada Bank
Syari’ah Di Nanggroe Aceh Darussalam. Tujuan dari penelitian tersebut adalah
Bagaimana perilaku kelompok masyarakat di wilayah penelitian terhadap
perbankan Islam. Hasil dari penelitian tersebut Pengetahuan masyarakat tentang
Bank Syariah sangat terbatas, masih sebatas pernah mendengar namanya saja dan
tidak semua dari mereka yang mengaku pernah mendengar mampu menyebutkan
dengan baik nama Bank Syariah. Kebanyakan masyarakat mendengar Bank
Syariah dari media massa dan dari teman selain dari media lainnya. Pengetahuan
masyarakat tentang sistem pengelolaan Bank Syariah juga masih sangat rendah,
hanya 47 orang (9.4%) yang tahu tentang sistem bagi hasil dan 1 orang saja
(0,2%) yang tahu tentang wadiah. Demikian pula pengetahuan masyarakat
terhadap produk Bank Syariah, baik produk penghimpun dana (3.2%), produk
penyaluran dana (2.4%) dan produk jasa (0%) masih sangat rendah sekali.
Rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap Bank Syariah melahirkan persepsi
atau pandangan yang keliru terhadap Bank Syariah dan ini akan membentuk
preferensi yang rendah pula yang berakhir dengan rendahnya keputusan
masyarakat untuk memilih Bank Syariah. Persepsi masyarakat terhadap bunga
yang diberikan oleh Bank Konvensional masih beragam, 80 orang (16%)
mengatakan halal, 298 orang (59.60%) mengatakan haram, 114 orang (22.80%)
menyebutkan subhat dan 8 orang (1,6%) mengatakan ragu-ragu. Preferensi
masyarakat terhadap keuntungan relatif (68%), Sistem bagi hasil (71%), multi

37

keuntungan (72.6%) dan kesungguhan mencari informasi (63.4%). Dari keempat
konstruk yang ditanyakan ternyata menunjukkan preferensi yang sangat tinggi dan
ini menunjukkan pengembangan Bank Syariah sangat berpotensi tinggi.
Keinginan menabung dan memperoleh pembiayaan pada Bank Syariah sangat
tinggi yaitu 462 orang (92.4%) dan 446 orang (93.2%) (hasil penambahan antara
jawaban sangat bersedia dan bersedia).
Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kajian Pembangunan
Universitas Diponegoro bekerja sama dengan Bank Indonesia pada tahun 2004
yang menunjukkan hasil bahwa Perilaku masyarakat yang dilihat dari dua aspek
masing-masing keinginan masyarakat untuk menabung dan memperoleh
pembiayaan di Bank Syariah. Ada 59% penduduk yang menginginkan untuk
menabung di Bank Syariah dan 55,11% penduduk menginginkan untuk
memperoleh pembiayaan dari bank syariah. Ditinjau dari pengembangan bank
syariah di Jawa Tengah maupun DIY bahwa pengembangan bank syariah
memiliki prospek yang sangat menggembirakan. Hal ini tercermin dimana
sebagian besar responden mempunyai respon yang positif meskipun mereka
belum mengenal sistem dan produk produk perbankan syariah.
Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Wahab yang berjudul “Faktor
Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Masyarakat Muslim Dalam Memilih
Perbankan Syariah Di Kota Makassar”, di mana hasil penelitian menunjukkan
bahwa preferensi, persepsi dan sikap berpengaruh baik secara parsial maupun
secara simultan terhadap perilaku masyarakat muslim dalam memilih perbankan

38

syariah. Preferensi masyarakat merupakan yang paling dominan memengaruhi
perilaku masyarakat dalam memilih perbankan syariah.

2.7. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
teori yang relevan, belum didasarkan atas fakta-fakta empiris yang diperoleh dari
pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis
terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban empiris (sugiyono, 1992).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Perilaku masyarakat menunjukkan bahwa
masyarakat memiliki keinginan yang tinggi untuk memperoleh pembiayaan
Mudharabah Dan Murabahah”.
Hipotesis dalam penelitian ini :
1. Perilaku masyarakat terhadap produk Mudharabah saling berhubungan.
2. Perilaku masyarakat terhadap produk Murabahah saling berhubungan.

2.8. Kerangka Konseptual
Penentuan variabel Perilaku Masyarakat terhadap keinginan untuk
memperoleh pembiayaan Mudhrabah dan Murabahah disesuaikan dengan
kebutuhan dan tujuan dari penelitian ini. Berikut penulis jabarkan dalam gambar
di bawah ini.

39

Perilaku Masyarakat

Mudharabah

Murabahah

Gambar 2.1
Skema Kerangka Konseptual

40

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45