magnesium untuk menanggulangi stres pada
Tugas Mata Kuliah : Nutrisi Mineral dan Vitamin
Dosen : Dr. Ir. Sumiati M.Sc
‘EFEK SUPLEMENTASI Mg PADA TERNAK BABI YANG
MENGALAMI STRES’
OLEH :
MEGA PRATIWI SARAGI
D251120101
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN PAKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Setiap ternak termasuk babi menghadapi berbagai pemicu stres selama
pemeliharaan. Stres pada ternak babi harus ditangani dengan tepat terutama selama
proses sebelum dipotong terutama saat berada dalam proses distribusi karena ini
merupakan pemicu stres utama (Gispert et al., 2000). Pemicu stres yang biasa terjadi
pada babi adalah transportasi, keadaan di rumah potong dan suhu lingkungan yang
tidak nyaman. Efek negatif stres ini diantaranya dapat mengakibatkan penurunan
kesejahteraan ternak, kerusakan dijaringan kulit babi, penurunan konsumsi pakan,
dan kerusakan karkas dan daging babi. Kerusakan daging ini tidak disukai oleh
konsumen dan sangat dihindari oleh peternak karena dapat menurunkan nilai jual
daging babi bahkan pada kondisi stres yang akut dapat mengakibatkan kematian
ternak.
Mineral Magnesium (Mg) dapat menurunkan efek negatif yang diakibatkan
oleh stres pada ternak babi. Mg dikenal sebagai kofaktor berbagai reaksi enzimatis
yang berkaitan dengan dengan metabolisme energi dan protein. Suplementasi Mg
selama masa pertumbuhan dapat mengurangi kortisol di saliva, lesi di kulit
(O’Driscoll et al., 2013). Pada keadaan stress akut pada ternak babi suplementasi Mg
dapat mengurangi lesi di daging pinggang (loin) (Peeters et al., 2005). Selanjutnya
Peeters et al. (2006) juga mengatakan bahwa suplementasi Mg pada pakan dapat
membuat ternak babi lebih tenang selama proses distribusi sehingga mengahsilkan
kualitas daging yang lebih baik. Ada beberapa bentuk Mg yang biasa dipakai sebagai
suplementasi diantaranya
Tulisan di bawah ini akan memaparkan bagaimana efek Mg dalam mengatasi
efek negatif dari stres pada ternak babi. Dalam tulisan ini akan dipaparkan hasil lima
jurnal 8 tahun terakhir yang ditulis oleh Panella-Riera et al. (2008), Panella-Riera et
al. (2009), Humphreys et al. (2009), Tang et al. (2008), dan O’Driscoll et al.(2013),
dengan topik pengaruh suplementasi Mg pada ternak babi yang mengalami stres.
Tujuan
Tujuan tulisan ini adalah untuk mengetahui dampak suplementasi Mg di
ternak babi untuk mengatasi dampak kondisi stres dan apa saja yang menjadi kendala
suplementasinya.
MATERI DAN METODE
Penelitian Panella-Riera et al. (2008) bertujuan untuk melihat efek
suplementasi MgCO3 pada kesejahteraan ternak dan kualitas karkas dan daging pada
ternak yang bergenotip berbeda yanitu halotan positif (nn) dan negatif (NN)
menggunakan 61 ternak babi dengan jumlah ternak yang positif mempunyai gen
halotan adalah 34 sementara ternak yang negatif halotan berjumlah 27. Ternak-ternak
ini akan diberi tiga pakan yang berbeda dimana kontrol adalah diet tanpa
suplementasi dan Magnesium adalah grup pakan yang diberi suplementasi 1,28 g
MgCO3/kg. Ternak diberi pakan perlakuan selama 5 hari sebelum dipotong dan
dijaga supaya mendapat kondisi stres yang minimal sekali. Diamati pengaruhnya
terhadap beberapa perameter seperti perilaku dan kualitas karkas dan dagingnya serta
apa saja kendala-kendala yang dihadapi saat suplementasi.
Selanjutnya masih penelitian yang dilakukan oleh Panella-Riera et al. (2009)
tentang suplementasi Mg dalam bentuk MgSO4 pada ternak dengan gen halotan
positif dan negatif terhadap konsumsi pakan, kesejahteraan ternak dan kualitas
daging babi. Sebanyak 69 ternak babi yang terdiri dari 36 ekor halotan positif (nn)
dan 33 ekor halotan negatif (NN) diberi pakan dengan suplementasi MgSO4 selama 5
hari sebelum dipotong. Ternak-ternak ini dihadapkan pada kondisi stres yaitu dengan
mencampurkannya dengan ternak babi lainnya ke dalam suatu truk dan
ditransportasikan melalui jalanan yang buruk selama 1 jam. Di tempat pemotongan
tingkah laku ternak diamati juga pada saat diberi CO2 untuk membuat ternak tersebut
pingsan.
Penelitan Humphreys et al.,(2009) menggunakan suplementasi MgSO4 untuk
melihat efeknya dalam memperbaiki kualitas daging babi selama kondisi stres dari
lingkungan. Sebanyak 160 ekor ternak babi dibagi dalam 4 kelompok yang masingmasing mendapat perlakuan pada bulan yang berbeda untuk mengevaluasi
dampaknya terhadap suhu lingkungan di bulan tersebut. Perlakuan suplementasi Mg
diberikan selama 14 hari sebelum dipotong dengan kadar MgSO 4 adalah 3,2
g/ekor/hari. setelah dipotong dagingnya diamati untuk melihat kualitas dagingnya.
Sekilas tentang materi dan metode yang dilakukan pada penelitian Tang et al.,
(2009) adalah sebagai berikut. Fokus penelitian ini adalah ingin melihat suplementasi
Magnesium dalam bentuk Magnesium-Aspartat (Mg-Asp) dengan perlakuan
transportasi dalam waktu singkat pada kualitas dagingnya dan ekspresi enzim μcalpain dan calpastatin. Sebanyak 24 ekor babi siap potong persilangan
(Duroc×Large White×Yorkshire) Bergen halotan negatif (NN) dengan bobot rata-rata
90 kg digunakan untuk melihat bagaimana efek suplementasi Mg-Asp dan stimulant
stres berupa transportasi dalam waktu pendek pada beberapa parameter diantaranya
kualitas daging dan level mRNA μ-calpain dan calpastatin levels di daging babi.
Penelitian terakhir yang akan dibahas adalah penelitian O’Driscoll et al.,
(2013). Dalam penelitian ini digunakan 448 sapi berumur 28 hari yang diberi
suplemen ektrak Mg-organik dengan kadar 0,5 % di pakan dan Mg ini berasal dari
laut. Ternak ini diberi stimulant stres berupa dicampur dengan ternak baru dan
diambil makanannya (tidak diberi makan) selama 21 jam. Dengan menggunakan
video tingkah laku ternak direkam selama 3 hari. Dalam penelitian ini juga mengukur
level kortisol di saliva dan lesi kulit ternak yang terpapar stres yang akut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pemaparan berikut ini akan menjelaskan hasil penelitian lima kelompok
peneliti tentang pengunaan mineral Mg pada ternak babi. Mineral Mg yang dipakai
mempunyai bentuk yang berbeda Panella-Riera et al. (2009) dan Humphreys et al.
(2009) mengunakan MgSO4, Panella-Riera et al. (2008) mengunakan Mg dalam
bentuk MgCO3, Tang et al. (2008) menggunakan Mg-Aspartat, sementara O’Driscoll
et al. (2013) menggunakan Mg organik yang berasal dari laut. Seluruh penelitian ini
pada dasarnya ingin mengetahui bagaimana pengaruh suplementasi Mg terhadap
mitigasi stres yang berasal dari berbagai kondisi, performa dan kualitas daging babi.
Pertama akan dibahas hasil penelitian Panella-Riera et al. (2008) pada tabel 1
di bawah ini terlihat bahwa suplementasi Mg tidak memberikan efek positif baik
pada perilaku ternak yang mengalami stres. Selain itu suplementasi juga tidak
memperbaiki kualitas karkas dan dagingnya. Jika dibandingkan dengan kontrol yang
tidak diberi suplementasi hasilnya tidak berbeda nyata. Pengaruh pemberian Mg juga
belum terlihat memeprbaiki kualitas karkas dan daging babi pada penelitian PanellaRiera et al. (2008) ini. Perbaikan karkas lebih disebabkan oleh gen bukan karena
suplementasi.
Tabel 1. Perilaku ternak babi yang diberi Mg pada kondisi stres
Tabel 2. Waktu yang dibutuhkan untuk menyeberangi jalur dan persentase usaha
mengasingkan diri pertama kali
Tabel 3. Kualitas karkas dan daging babi
Selanjutnya adalah penelitian Panella-Riera et al. (2009) yang ditunjukkan
oleh tabel 2 dan 3 di atas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan
MgSO4 belum memberikan efek positif terhadap tingkah laku maupun kualitas karkas
dan daging babi.
Penelitian ke tiga yang akan dibahas adalah penelitian yang dilakukan oleh
Humphreys et al., (2009). Penambahan MgSO4 belum memberikan efek positif bagi
performa karkas yang dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Efek jenis babi, jenis kelamin, suhu lingkungan dan suplementasi pakan
pada performa karkas babi.
Selanjutnya adalah penelitian Tang et al., (2009) dimana hasilnya
menunjukkan ada potensi perbaikan performa ternak yang diberi suplementasi
MgSO4. Seperti yang terlihat pada tabel 5, 6, 7, dan 8 dibawah ini. Tabel 5
menunjukkan bahwa penambahan Mg-Asp cenderung dapat menurunkan konsentrasi
kortisol. Tabel 6 menunjukkan bahwa suplementasi Mg-Asp pada kondisi stres akibat
transportasi dalam waktu singkat tidak memberikan perbaikan yang berarti. Namun
terlihat penurunan nilai *L (makin besar nilai L makin pucat warna dagingnya) dan
peningkatan *a (skor warna merah). L adalah skor warna yang biasa digunakan pada
daging untuk menunjukkan indikasi warna yang lebih terang (putih atau terang) dan
*a untuk warna merah intensif. Konsentrasi enzim calpain yang mengatur
keempukan daging cenderung meningkat seperti terlihat di tabel 7.
Tabel 5. Konsentrasi kortisol di darah babi
Tabel 6. Efek Mg-Asp pada kualitas daging babi ketika diberi pemicu stres
transportasi jangka pendek
Tabel 7. Kandungan enzim pada daging babi yang diberi suplemen Mg-Asp
Hasil penelitian O’Driscoll et al., (2013) menunjukkan dampak positif
pemberian Mg-organik pada ternak babi. Gambar 1 dibawah ini menunjukkan skor
lesi pada ternak yang diberi suplementasi menurun dibandingkan dengan kontrol.
Level kortisol disaliva juga cenderung menurun pada ternak yang diberi suplemen
Mg dan diberi stimulan stres yakni dicampur dengan ternak babi yang baru. Hasilnya
yaitu kortisol ternak yang disuplementasi 1,67 ± 0,1 ng/ml dibandingkan dengan
kontrol 1,81 ± 0,1 nm/ml (P
Dosen : Dr. Ir. Sumiati M.Sc
‘EFEK SUPLEMENTASI Mg PADA TERNAK BABI YANG
MENGALAMI STRES’
OLEH :
MEGA PRATIWI SARAGI
D251120101
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN PAKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Setiap ternak termasuk babi menghadapi berbagai pemicu stres selama
pemeliharaan. Stres pada ternak babi harus ditangani dengan tepat terutama selama
proses sebelum dipotong terutama saat berada dalam proses distribusi karena ini
merupakan pemicu stres utama (Gispert et al., 2000). Pemicu stres yang biasa terjadi
pada babi adalah transportasi, keadaan di rumah potong dan suhu lingkungan yang
tidak nyaman. Efek negatif stres ini diantaranya dapat mengakibatkan penurunan
kesejahteraan ternak, kerusakan dijaringan kulit babi, penurunan konsumsi pakan,
dan kerusakan karkas dan daging babi. Kerusakan daging ini tidak disukai oleh
konsumen dan sangat dihindari oleh peternak karena dapat menurunkan nilai jual
daging babi bahkan pada kondisi stres yang akut dapat mengakibatkan kematian
ternak.
Mineral Magnesium (Mg) dapat menurunkan efek negatif yang diakibatkan
oleh stres pada ternak babi. Mg dikenal sebagai kofaktor berbagai reaksi enzimatis
yang berkaitan dengan dengan metabolisme energi dan protein. Suplementasi Mg
selama masa pertumbuhan dapat mengurangi kortisol di saliva, lesi di kulit
(O’Driscoll et al., 2013). Pada keadaan stress akut pada ternak babi suplementasi Mg
dapat mengurangi lesi di daging pinggang (loin) (Peeters et al., 2005). Selanjutnya
Peeters et al. (2006) juga mengatakan bahwa suplementasi Mg pada pakan dapat
membuat ternak babi lebih tenang selama proses distribusi sehingga mengahsilkan
kualitas daging yang lebih baik. Ada beberapa bentuk Mg yang biasa dipakai sebagai
suplementasi diantaranya
Tulisan di bawah ini akan memaparkan bagaimana efek Mg dalam mengatasi
efek negatif dari stres pada ternak babi. Dalam tulisan ini akan dipaparkan hasil lima
jurnal 8 tahun terakhir yang ditulis oleh Panella-Riera et al. (2008), Panella-Riera et
al. (2009), Humphreys et al. (2009), Tang et al. (2008), dan O’Driscoll et al.(2013),
dengan topik pengaruh suplementasi Mg pada ternak babi yang mengalami stres.
Tujuan
Tujuan tulisan ini adalah untuk mengetahui dampak suplementasi Mg di
ternak babi untuk mengatasi dampak kondisi stres dan apa saja yang menjadi kendala
suplementasinya.
MATERI DAN METODE
Penelitian Panella-Riera et al. (2008) bertujuan untuk melihat efek
suplementasi MgCO3 pada kesejahteraan ternak dan kualitas karkas dan daging pada
ternak yang bergenotip berbeda yanitu halotan positif (nn) dan negatif (NN)
menggunakan 61 ternak babi dengan jumlah ternak yang positif mempunyai gen
halotan adalah 34 sementara ternak yang negatif halotan berjumlah 27. Ternak-ternak
ini akan diberi tiga pakan yang berbeda dimana kontrol adalah diet tanpa
suplementasi dan Magnesium adalah grup pakan yang diberi suplementasi 1,28 g
MgCO3/kg. Ternak diberi pakan perlakuan selama 5 hari sebelum dipotong dan
dijaga supaya mendapat kondisi stres yang minimal sekali. Diamati pengaruhnya
terhadap beberapa perameter seperti perilaku dan kualitas karkas dan dagingnya serta
apa saja kendala-kendala yang dihadapi saat suplementasi.
Selanjutnya masih penelitian yang dilakukan oleh Panella-Riera et al. (2009)
tentang suplementasi Mg dalam bentuk MgSO4 pada ternak dengan gen halotan
positif dan negatif terhadap konsumsi pakan, kesejahteraan ternak dan kualitas
daging babi. Sebanyak 69 ternak babi yang terdiri dari 36 ekor halotan positif (nn)
dan 33 ekor halotan negatif (NN) diberi pakan dengan suplementasi MgSO4 selama 5
hari sebelum dipotong. Ternak-ternak ini dihadapkan pada kondisi stres yaitu dengan
mencampurkannya dengan ternak babi lainnya ke dalam suatu truk dan
ditransportasikan melalui jalanan yang buruk selama 1 jam. Di tempat pemotongan
tingkah laku ternak diamati juga pada saat diberi CO2 untuk membuat ternak tersebut
pingsan.
Penelitan Humphreys et al.,(2009) menggunakan suplementasi MgSO4 untuk
melihat efeknya dalam memperbaiki kualitas daging babi selama kondisi stres dari
lingkungan. Sebanyak 160 ekor ternak babi dibagi dalam 4 kelompok yang masingmasing mendapat perlakuan pada bulan yang berbeda untuk mengevaluasi
dampaknya terhadap suhu lingkungan di bulan tersebut. Perlakuan suplementasi Mg
diberikan selama 14 hari sebelum dipotong dengan kadar MgSO 4 adalah 3,2
g/ekor/hari. setelah dipotong dagingnya diamati untuk melihat kualitas dagingnya.
Sekilas tentang materi dan metode yang dilakukan pada penelitian Tang et al.,
(2009) adalah sebagai berikut. Fokus penelitian ini adalah ingin melihat suplementasi
Magnesium dalam bentuk Magnesium-Aspartat (Mg-Asp) dengan perlakuan
transportasi dalam waktu singkat pada kualitas dagingnya dan ekspresi enzim μcalpain dan calpastatin. Sebanyak 24 ekor babi siap potong persilangan
(Duroc×Large White×Yorkshire) Bergen halotan negatif (NN) dengan bobot rata-rata
90 kg digunakan untuk melihat bagaimana efek suplementasi Mg-Asp dan stimulant
stres berupa transportasi dalam waktu pendek pada beberapa parameter diantaranya
kualitas daging dan level mRNA μ-calpain dan calpastatin levels di daging babi.
Penelitian terakhir yang akan dibahas adalah penelitian O’Driscoll et al.,
(2013). Dalam penelitian ini digunakan 448 sapi berumur 28 hari yang diberi
suplemen ektrak Mg-organik dengan kadar 0,5 % di pakan dan Mg ini berasal dari
laut. Ternak ini diberi stimulant stres berupa dicampur dengan ternak baru dan
diambil makanannya (tidak diberi makan) selama 21 jam. Dengan menggunakan
video tingkah laku ternak direkam selama 3 hari. Dalam penelitian ini juga mengukur
level kortisol di saliva dan lesi kulit ternak yang terpapar stres yang akut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pemaparan berikut ini akan menjelaskan hasil penelitian lima kelompok
peneliti tentang pengunaan mineral Mg pada ternak babi. Mineral Mg yang dipakai
mempunyai bentuk yang berbeda Panella-Riera et al. (2009) dan Humphreys et al.
(2009) mengunakan MgSO4, Panella-Riera et al. (2008) mengunakan Mg dalam
bentuk MgCO3, Tang et al. (2008) menggunakan Mg-Aspartat, sementara O’Driscoll
et al. (2013) menggunakan Mg organik yang berasal dari laut. Seluruh penelitian ini
pada dasarnya ingin mengetahui bagaimana pengaruh suplementasi Mg terhadap
mitigasi stres yang berasal dari berbagai kondisi, performa dan kualitas daging babi.
Pertama akan dibahas hasil penelitian Panella-Riera et al. (2008) pada tabel 1
di bawah ini terlihat bahwa suplementasi Mg tidak memberikan efek positif baik
pada perilaku ternak yang mengalami stres. Selain itu suplementasi juga tidak
memperbaiki kualitas karkas dan dagingnya. Jika dibandingkan dengan kontrol yang
tidak diberi suplementasi hasilnya tidak berbeda nyata. Pengaruh pemberian Mg juga
belum terlihat memeprbaiki kualitas karkas dan daging babi pada penelitian PanellaRiera et al. (2008) ini. Perbaikan karkas lebih disebabkan oleh gen bukan karena
suplementasi.
Tabel 1. Perilaku ternak babi yang diberi Mg pada kondisi stres
Tabel 2. Waktu yang dibutuhkan untuk menyeberangi jalur dan persentase usaha
mengasingkan diri pertama kali
Tabel 3. Kualitas karkas dan daging babi
Selanjutnya adalah penelitian Panella-Riera et al. (2009) yang ditunjukkan
oleh tabel 2 dan 3 di atas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan
MgSO4 belum memberikan efek positif terhadap tingkah laku maupun kualitas karkas
dan daging babi.
Penelitian ke tiga yang akan dibahas adalah penelitian yang dilakukan oleh
Humphreys et al., (2009). Penambahan MgSO4 belum memberikan efek positif bagi
performa karkas yang dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Efek jenis babi, jenis kelamin, suhu lingkungan dan suplementasi pakan
pada performa karkas babi.
Selanjutnya adalah penelitian Tang et al., (2009) dimana hasilnya
menunjukkan ada potensi perbaikan performa ternak yang diberi suplementasi
MgSO4. Seperti yang terlihat pada tabel 5, 6, 7, dan 8 dibawah ini. Tabel 5
menunjukkan bahwa penambahan Mg-Asp cenderung dapat menurunkan konsentrasi
kortisol. Tabel 6 menunjukkan bahwa suplementasi Mg-Asp pada kondisi stres akibat
transportasi dalam waktu singkat tidak memberikan perbaikan yang berarti. Namun
terlihat penurunan nilai *L (makin besar nilai L makin pucat warna dagingnya) dan
peningkatan *a (skor warna merah). L adalah skor warna yang biasa digunakan pada
daging untuk menunjukkan indikasi warna yang lebih terang (putih atau terang) dan
*a untuk warna merah intensif. Konsentrasi enzim calpain yang mengatur
keempukan daging cenderung meningkat seperti terlihat di tabel 7.
Tabel 5. Konsentrasi kortisol di darah babi
Tabel 6. Efek Mg-Asp pada kualitas daging babi ketika diberi pemicu stres
transportasi jangka pendek
Tabel 7. Kandungan enzim pada daging babi yang diberi suplemen Mg-Asp
Hasil penelitian O’Driscoll et al., (2013) menunjukkan dampak positif
pemberian Mg-organik pada ternak babi. Gambar 1 dibawah ini menunjukkan skor
lesi pada ternak yang diberi suplementasi menurun dibandingkan dengan kontrol.
Level kortisol disaliva juga cenderung menurun pada ternak yang diberi suplemen
Mg dan diberi stimulan stres yakni dicampur dengan ternak babi yang baru. Hasilnya
yaitu kortisol ternak yang disuplementasi 1,67 ± 0,1 ng/ml dibandingkan dengan
kontrol 1,81 ± 0,1 nm/ml (P