SURAT PERNYATAAN DIREKSI LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI – Tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI TIGA BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL

31 MARET 2011 DAN TAHUN YANG BERAKHIR

31 DESEMBER 2010 (DIAUDIT) DAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI TIGA BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL

31 MARET 2011 DAN 2010

Halaman

SURAT PERNYATAAN DIREKSI

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI – Tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2011 dan tahun yang berakhir 31 Desember 2010 (diaudit) dan laporan keuangan konsolidasi tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2011 dan 2010.

Laporan Posisi Keuangan Konsolidasi 1-2

Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasi

Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasi

Laporan Arus Kas Konsolidasi

Catatan Atas Laporan Keuangan Konsolidasi 6-39

ASET ASET LANCAR

48,914,699,082 Investasi tersedia untuk dijual

Kas dan setara kas

3e,3g,5

21,838,840,453 Piutang usaha

31,618,470 Pihak ketiga - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Rp 2.500.898.123 tahun 2011 dan Rp 2.551.698.123 tahun 2010

Pihak hubungan istimewa

3d,34

235,302,752,463 Piutang lain-lain

3e

Pihak hubungan istimewa

2,501,459,529 Pihak ketiga

7,214,908,239 Uang muka

3h,8

11,616,670,044 Biaya dibayar dimuka

12,581,570,080 Pajak dibayar dimuka

Jumlah Aset Lancar

ASET TIDAK LANCAR

Piutang kepada pihak hubungan istimewa

3d,3e,7,34 7,311,985,156 Aset pajak tangguhan

5,249,795,441 Investasi tersedia untuk dijual

3t

10 1,382,015,000 Aset bangun kelola serah - setelah dikurangi akumulasi amortisasi

Rp 772.190.201 tahun 2011 dan Rp 660.285.517 tahun 2010

1,577,808,154 Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan Rp 136.399.834.643 tahun 2011 dan Rp 125.524.834.516 tahun 2010

3j,11

147,635,959,871 Biaya eksplorasi yang ditangguhkan

3k,3m,12

27,257,508,269 Rekening bank dibatasi penggunaannya

Jumlah Aset Tidak Lancar

JUMLAH ASET

LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS LANCAR

68,478,983,370 Hutang usaha

Hutang bank jangka pendek

3f,15

54,601,671,294 Hutang lain-lain

Pihak hubungan istimewa

1,045,931,760 Pihak ketiga

3d,34

29,816,809,483 Pendapatan diterima dimuka

2,021,752,394 Hutang pajak

3,377,275,438 Biaya masih harus dibayar

3s,18

47,865,464,899 Hutang jangka panjang jatuh tempo dalam satu tahun

21 46,512,547,886 Liabilitas sewa pembiayaan

Bank

3,066,504,683 Pembelian aset tetap

3m,22

23 5,072,691,511 Jumlah liabilitas Lancar

LIABILITAS TIDAK LANCAR

Hutang jangka panjang - setelah dikurangi bagian jatuh tempo dalam satu tahun

3f

Bank

21 101,391,763,096 Liabilitas sewa pembiayaan

2,128,584,830 Pembelian aset tetap

3m,22

23 3,490,597,675 Liabilitas imbalan pasca kerja

12,059,436,571 Jumlah liabilitas Tidak Lancar

Modal saham - nilai nominal Rp 100 per saham Modal dasar - 2.400.000.000 saham Modal ditempatkan dan disetor -

25 77,000,000,000 Tambahan modal disetor

770.000.000 saham

26 21,597,063,722 Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali

9,374,556,225 Aset keuangan tersedia untuk dijual - net

3q,27

224,701,036 Saldo laba Ditentukan penggunaannya

3e,6

32 9,000,000,000 Tidak ditentukan penggunaannya

Kepentingan nonpengendali

11,499,923 Jumlah Ekuitas

JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS

31 MARET 2011 DAN 2010

268,227,340,023 3d,3r,28,34 230,928,223,954

BEBAN LANGSUNG

LABA KOTOR

BEBAN USAHA

LABA USAHA

PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN

Penghasilan bunga

186,339,422 Kerugian kurs mata uang asing

3s

3c (679,058,073) Keuntungan penjualan aset tetap

299,004,795 Beban bunga

3k,12

(5,348,157,441) Kepentingan Non Pengendali

0 - Lain-lain - bersih

Beban Lain-lain - Bersih

LABA SEBELUM PAJAK

TAKSIRAN BEBAN PAJAK

LABA BERSIH - TAHUN BERJALAN

Pendapatan ( Rugi ) Komprehensif lain : Aset keuangan tersedia untuk dijual - net

Total Pendapatan Komprehensif tahun berjalan

LABA YANG DAPAT DIATRIBUSIKAN KEPADA

845,317,965 Kepentingan Non Pengendali

Pemilik Entitas Induk

LABA KOMPREHENSIF YANG DAPAT DIATRIBUSIKAN KEPADA

683,334,982 Kepentingan Non Pengendali

Pemilik Entitas Induk

LABA BERSIH PER SAHAM DASAR

4.37 3t,33

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS KONSOLIDASI (TIDAK DIAUDIT) UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL

31 MARET 2011 DAN 2010

Selisih nilai transaksi

Aset keuangan

Saldo laba

Tambahan

restrukturisasi entitas

tersedia

Ditentukan

Tidak ditentukan

Kepentingan

Modal disetor

modal disetor

sepengendali

untuk dijual

penggunaannya

penggunaannya

Non Pengendali Jumlah ekuitas

Rp Saldo per 1 Januari 2010

13,203,678 211,030,099,455 Total laba rugi komprehensif tahun berjalan

526,728,724 1,109,129,982 Saldo per 31 Maret 2010

539,932,402 212,139,229,437 Saldo per 1 Januari 2011

11,499,923 214,022,081,598 Penyesuaian saldo kepentingan non pengendali

(236,200,960) (236,200,960) Total laba rugi komprehensif tahun berjalan

1,292,243,363 3,603,172,478 Saldo per 31 Maret 2011

Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi.

31 MARET 2011 DAN 2010

31 Maret

31 Maret

Rp

Rp

ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI

Penerimaan kas dari pelanggan 262,886,177,779 245,512,706,913 Pembayaran kas kepada pemasok, karyawan dan lainnya

(235,320,803,840) Kas dihasilkan dari operasi

10,197,103,073 Pembayaran bunga dan beban keuangan

(5,348,157,442) Pembayaran pajak penghasilan

(2,254,371,148) Penerimaan restitusi pajak pertambahan nilai

11,353,561,687 Kas Bersih Diperoleh Dari Aktivitas Operasi

ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI

Penerimaan bunga

186,339,422 Pencairan (penempatan) investasi tersedia untuk dijual

2,397,733,154 Penambahan piutang kepada pihak hubungan istimewa

3,501,768,541 795,253,217 Perolehan aset bangun kelola serah

(6,975,000) Perolehan aset tetap

(59,513,178,660) (2,841,933,561) Hasil penjualan aset tetap

1,289,950,000 Penambahan biaya eksplorasi yang ditangguhkan

(548,151,550) Rekening bank yang dibatasi penggunaannya

(3,829,875,981) (1,540,425,538) Kas Bersih Digunakan Untuk Aktivitas Investasi

ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN

Penurunan hutang kepada pihak hubungan istimewa

- Penambahan hutang bank jangka pendek

122,926,073,998 1,575,094,721 Pembayaran hutang bank jangka pendek

- Penambahan hutang bank jangka panjang

- Pembayaran hutang bank jangka panjang

- Pembayaran hutang pembelian kendaraan

(955,919,036) (3,942,655,678) Pembayaran kewajiban sewa pembiayaan

(1,285,935,558) (3,603,110,841) Kas Bersih Diperoleh dari (Digunakan Untuk) Aktivitas Pendanaan

KENAIKAN DAN PENURUNAN BERSIH KAS DAN SETARA KAS

KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN

KAS DAN SETARA KAS AKHIR TAHUN

1. UMUM

a. Pendirian dan Informasi Umum

PT. Radiant Utama Interinsco Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan akta notaris No. 41 tanggal 22 Agustus 1984 dari Hadi Moentoro, S.H., notaris di Jakarta. Akta pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. C2-574-HT.01.01.TH.85 tanggal 11 Pebruari 1985 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 49 tanggal 18 Juni 1985, Tambahan No. 860. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta notaris No. 3 tanggal 3 Juni 2008 dari P. Sutrisno A. Tampubolon, S.H., notaris di Jakarta, untuk menyesuaikan dengan Undang-Undang No. 40 tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas. Akta ini telah memperoleh persetujuan dari Menteri

Surat Keputusan No. AHU-44233.AH.01.02.TH.2008 tanggal 24 Juli 2008 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 99 tanggal 9 Desember 2008, Tambahan No. 26714.

Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan kantor pusat beralamat di Jalan Kapten Tendean No. 24, Mampang Prapatan, Jakarta. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1984.

Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama meliputi:

a. Jasa teknik instalasi dan rekayasa bidang minyak, gas bumi dan energi.

b. Jasa sertifikasi mutu.

c. Jasa survey bidang minyak, gas bumi dan energi.

d. Perdagangan besar (distributor) peralatan dan material bidang minyak dan gas bumi.

e. Jasa penyewaan peralatan pertambangan minyak dan gas bumi.

f. Jasa perbaikan dan perawatan instalasi pertambangan minyak dan gas bumi.

Jumlah karyawan tetap Perusahaan dan anak perusahaan rata-rata 360 dan 295 karyawan masing-masing untuk 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010.

Perusahaan tergabung dalam kelompok usaha Grup Radiant Utama. Susunan pengurus Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2011 adalah sebagai berikut:

Dewan Komisaris Komisaris Utama

Ahmad Ganis

Komisaris

Riza Jaya

Komisaris Independen

Winarno Zain

Dewan Direksi Direktur Utama

Sofwan Farisyi

Direktur

Ramzi Siddiq Amier Muhammad Hamid Rustanto Adji Widodo*

Komite Audit Ketua

Winarno Zain

Anggota

Wirawan B. Ilyas Sri Hartono

* ) Telah mengundurkan diri efektif 60 hari sejak tanggal 30 Juni 2010

b. Penawaran Umum Efek Perusahaan

Saham

Pada tanggal 30 Juni 2006, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal/Bapepam (sekarang menjadi Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan - Bapepam-LK) dengan suratnya No. S-824/BL/2006 untuk melakukan penawaran umum kepada masyarakat atas 170.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham dan harga penawaran Rp 250 per saham.

Pada tanggal 12 Juli 2006 dilakukan pencatatan 600.000.000 saham Perusahaan milik pemegang saham pendiri pada Bursa Efek Jakarta (sekarang menjadi Bursa Efek Indonesia).

Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, seluruh saham Perusahaan atau sejumlah 770.000.000 saham telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia.

c. Anak Perusahaan Dikonsolidasi

Perusahaan memiliki baik langsung maupun tidak langsung lebih dari 50% saham anak perusahaan berikut:

2. PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN BARU DAN REVISI (PSAK) DAN INTERPRETASI STÁNDAR AKUNTANSI KEUANGAN (ISAK)

a.

a. Standar yang berlaku pada tahun berjalan

Pada tahun berjalan, Perusahaan dan anak perusahaan menerapkan PSAK revisi yang berlaku untuk laporan

b. keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2010 sebagai berikut:

PSAK 26 (revisi 2008), Biaya Pinjaman

Menurut PSAK 26 revisi, biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan, konstruksi, atau pembuatan aset kualifikasian dikapitalisasi sebagai bagian biaya perolehan aset tersebut. Biaya pinjaman lainnya diakui sebagai beban. Penerapan standar ini tidak berpengaruh terhadap jumlah periode lalu dan sekarang, tetapi dapat mempengaruhi jumlah biaya pinjaman di masa datang.

PSAK 50 (revisi 2006), Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan dan PSAK 55 (revisi 2006), Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran

Penerapan PSAK 50 (revisi 2006) menghasilkan pengungkapan instrumen keuangan yang lebih luas termasuk beberapa pengungkapan kualitatif yang berkaitan dengan tujuan manajemen risiko keuangan seperti dijelaskan dalam Catatan 3e, 3f dan 4 atas laporan keuangan konsolidasi.

PSAK 55 (revisi 2006) termasuk Buletin Teknis No. 4, Ketentuan Transisi Penerapan Awal PSAK 50 (revisi 2006) dan PSAK 55 (revisi 2006, memberikan panduan pada pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan dan kontrak untuk membeli item non-keuangan. Antara lain, penerapan standar ini memerlukan penggunaan metode suku bunga efektif ketika aset atau kewajiban diukur pada biaya perolehan diamortisasi. Selain itu, PSAK ini juga mengubah cara Perusahaan dalam mengukur penurunan nilai aset keuangan tergantung pada klasifikasi instrumen keuangan. Karena PSAK ini diterapkan secara prospektif, penerapan awal tidak mempengaruhi jumlah-jumlah dalam laporan tahun 2009.

b. Standar dan interpretasi ini telah diterbitkan tetapi belum diterapkan

i. Berlaku untuk laporan keuangan yang dimulai atau setelah 1 Januari 2011:

PSAK 1 (revisi 2009), Penyajian Laporan Keuangan PSAK 2 (revisi 2009), Laporan Arus Kas PSAK 3 (revisi 2010), Laporan Keuangan Interim PSAK 4 (revisi 2009), Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri PSAK 5 (revisi 2009), Segmen Operasi PSAK 7 (revisi 2010), Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi PSAK 8 (revisi 2010), Peristiwa Setelah Periode Pelaporan PSAK 12 (revisi 2009), Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama PSAK 15 (revisi 2009), Investasi pada Entitas Asosiasi PSAK 19 (revisi 2010), Aset Tak Berwujud PSAK 22 (revisi 2010), Kombinasi Bisnis PSAK 23 (revisi 2010), Pendapatan PSAK 25 (revisi 2009), Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan PSAK 48 (revisi 2009), Penurunan Nilai Aset PSAK 57 (revisi 2009), Provisi, Liabilitas Kontinjensi dan Aset Kontinjensi PSAK 58 (revisi 2009), Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan ISAK 7 (revisi 2009), Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus ISAK 9, Perubahan atas Liabilitas Aktivitas Purnaoperasi, Restorasi, dan Liabilitas Serupa ISAK 10, Program Loyalitas Pelanggan ISAK 11, Distribusi Aset Nonkas Kepada Pemilik ISAK 12, Pengendalian Bersama Entitas: Kontribusi Nonmoneter oleh Venturer ISAK 14, Aset Tak Berwujud - Biaya Situs Web ISAK 17, Laporan Keuangan Interim dan Penurunan Nilai

ii. Berlaku untuk laporan keuangan yang dimulai atau setelah 1 Januari 2012:

PSAK 10 (revisi 2010), Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing PSAK 18 (revisi 2010), Akuntansi dan Pelaporan Program Manfaat Purnakarya PSAK 24 (revisi 2010), Imbalan Kerja PSAK 34 (revisi 2010), Kontrak Konstruksi PSAK 46 (revisi 2010), Pajak Penghasilan PSAK 50 (revisi 2010), Instrumen Keuangan: Penyajian PSAK 53 (revisi 2010), Pembayaran Berbasis Saham PSAK 60, Instrumen Keuangan: Pengungkapan PSAK 61, Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah ISAK 13, Lindung Nilai Investasi Neto dalam Kegiatan Usaha Luar Negeri ISAK 15, Batas Aset Manfaat Pasti, Persyaratan Minimum dan Interaksinya ISAK 18, Bantuan Pemerintah - Tidak Ada Relasi Spesifik dengan Aktivitas Operasi ISAK 20, Pajak Penghasilan - Perubahan dalam Status Pajak Entitas atau Para Pemegang Sahamnya

Standar dan interpretasi baru/revisi ini merupakan hasil konvergensi Standar Pelaporan Keuangan Internasional.

Sampai dengan tanggal penerbitan laporan keuangan, manajemen sedang mengevaluasi dampak dari standar dan interpretasi terhadap laporan keuangan, dan dapat diketahui bahwa di antara PSAK-PSAK yang akan berlaku pada tahun 2011, PSAK 1, Penyajian Laporan Keuangan, akan memberikan beberapa perubahan signifikan dalam penyajian laporan keuangan. PSAK 1 mensyaratkan entitas, antara lain:

Untuk menyajikan dalam laporan perubahan ekuitas, seluruh perubahan pemilik dalam ekuitas. Semua perubahan non-pemilik dalam ekuitas (contohnya pendapatan komprehensif) diminta untuk disajikan dalam satu laporan pendapatan komprehensif atau dalam dua laporan terpisah (laporan laba rugi dan laporan pendapatan komprehensif).

Untuk menyajikan laporan posisi keuangan pada permulaan dari periode komparatif terawal dalam suatu laporan keuangan lengkap apabila entitas menerapkan kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali retrospektif sesuai dengan PSAK 25.

Untuk menyajikan kepentingan non pengendali sebagai bagian dari ekuitas (sebelumnya disebut hak minoritas).

3. KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING

a. Penyajian Laporan Keuangan Konsolidasi

Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan prinsip dan praktik akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) No.

VIII.G.7 (Revisi 2000) tentang “Pedoman Penyajian Laporan Keuangan”.

Dasar penyusunan laporan keuangan konsolidasi, kecuali untuk laporan arus kas konsolidasi, adalah dasar akrual. Mata uang pelaporan yang digunakan untuk penyusunan laporan keuangan konsolidasi adalah mata uang Rupiah (Rp). Laporan keuangan konsolidasi tersebut disusun berdasarkan nilai historis, kecuali beberapa akun tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut.

Laporan arus kas konsolidasi disusun dengan menggunakan metode langsung dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

b. Prinsip Konsolidasi

Laporan keuangan konsolidasi mencakup laporan keuangan Perusahaan dan entitas yang dikendalikan oleh Perusahaan (Catatan 1c). Pengendalian ada apabila Perusahaan mempunyai hak untuk mengatur dan menentukan kebijakan keuangan dan operasi anak perusahaan tersebut sehingga memperoleh manfaat dari aktivitasnya. Pengendalian juga dianggap ada apabila Perusahaan memiliki baik secara langsung atau tidak langsung melalui anak perusahaan lebih dari 50% hak suara.

Hak minoritas terdiri dari jumlah kepemilikan pada tanggal terjadinya penggabungan usaha dan bagian minoritas dari perubahan ekuitas sejak tanggal dimulainya penggabungan usaha. Kerugian yang menjadi bagian minoritas melebihi hak minoritas dialokasikan kepada bagian induk perusahaan.

Hasil dari anak perusahaan yang diakuisisi atau dijual selama tahun berjalan dari tanggal efektif akuisisi atau sampai dengan tanggal efektif penjualan termasuk dalam laporan laba rugi konsolidasi.

Penyesuaian dapat dilakukan terhadap laporan keuangan anak perusahaan agar kebijakan akuntansi yang digunakan sesuai dengan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh Perusahaan.

Seluruh transaksi antar perusahaan, saldo penghasilan dan beban dieliminasi pada saat konsolidasi.

c. Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing

Pembukuan Perusahaan dan anak perusahaan diselenggarakan dalam mata uang Rupiah. Transaksi- transaksi selama tahun berjalan dalam mata uang asing dicatat dengan kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi. Pada tanggal neraca, aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing disesuaikan untuk mencerminkan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut. Keuntungan atau kerugian kurs yang timbul dikreditkan atau dibebankan dalam laporan laba rugi konsolidasi tahun yang bersangkutan.

Pada tanggal neraca, kurs konversi yang digunakan Perusahaan dan anak perusahaan adalah sebagai berikut:

d. Transaksi Hubungan Istimewa

Perseroan melakukan transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Dalam laporan keuangan ini, istilah pihak yang mempunyai hubungan istimewa sesuai dengan ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 7, “ Pengungkapan Pihak – pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa”.

Jenis transaksi dan saldo dengan pihak – pihak yang mempunyai hubungan istimewa, baik yang dilaksanakan dengan ataupun tidak dilaksanakan dengan syarat serta kondisi normal yang sama untuk pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa, diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

e. Aset Keuangan

Seluruh aset keuangan diakui dan dihentikan pengakuannya pada saat tanggal diperdagangkan dimana pembelian dan penjualan aset keuangan berdasarkan kontrak yang mensyaratkan penyerahan aset dalam kurun waktu yang ditetapkan oleh kebiasaan pasar, dan awalnya diakui sebesar nilai wajar ditambah biaya transaksi, kecuali untuk aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, yang awalnya diukur sebesar nilai wajar.

Aset keuangan Perusahaan dan anak perusahaan diklasifikasi dalam kategori aset keuangan tersedia untuk dijual (AFS) dan pinjaman yang diberikan dan piutang. Pengklasifikasian ini tergantung pada hakekat dan tujuan aset keuangan dan ditetapkan pada saat pengakuan awal.

Metode suku bunga efektif

Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan dan mengalokasikan pendapatan bunga selama periode yang relevan. Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan kas di masa datang (termasuk semua biaya yang diterima yang merupakan bagian tak terpisahkan dari suku bunga efektif, biaya transaksi dan seluruh premium atau diskonto lainnya) selama perkiraan umur dari aset keuangan, atau jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih singkat.

Aset keuangan tersedia untuk dijual (AFS)

Aset keuangan AFS milik Perusahaan dan anak perusahaan adalah non-derivatif yang ditetapkan sebagai AFS atau tidak diklasifikasi sebagai (a) pinjaman yang diberikan dan piutang (b) dimiliki hingga jatuh tempo atau (c) aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi (FVTPL).

Investasi efek milik Perusahaan yang tercatat di bursa dan diperdagangkan pada pasar aktif diklasifikasi sebagai AFS dan dinyatakan pada nilai wajar. Nilai wajar ditentukan dengan cara seperti dijelaskan pada Catatan 6.

Perusahaan juga memiliki investasi AFS yang tidak memiliki harga kuotasi di pasar aktif dan nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal dinyatakan berdasarkan biaya perolehan. (Catatan 10).

Keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar diakui pada ekuitas kecuali untuk kerugian penurunan nilai, bunga yang dihitung dengan metode suku bunga efektif serta keuntungan dan kerugian selisih kurs atas aset moneter yang diakui pada laporan laba rugi. Jika aset keuangan dilepas atau ditetapkan mengalami penurunan nilai, akumulasi laba atau rugi yang sebelumnya diakui di ekuitas, direklas ke laporan laba rugi.

Pinjaman yang diberikan dan piutang

Pinjaman yang diberikan dan piutang merupakan aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif. Pinjaman yang diberikan dan piutang Perusahaan dan anak perusahaan diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif dikurangi penurunan nilai.

Bunga diakui dengan menggunakan metode suku bunga efektif, kecuali untuk piutang jangka pendek dimana pengakuan bunga tidak akan material.

Pinjaman yang diberikan dan piutang Perusahaan dan anak perusahaan meliputi kas dan setara kas, deposito berjangka dibatasi penggunaannya, piutang usaha, piutang lain-lain, piutang kepada pihak hubungan istimewa, rekening bank dibatasi penggunaannya dan aset tidak lancar lain-lain.

Penurunan nilai aset keuangan

Aset keuangan Perusahaan dan anak perusahaan, dievaluasi terhadap indikator penurunan nilai pada setiap tanggal neraca. Aset keuangan diturunkan nilainya bila terdapat bukti objektif, sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset keuangan, dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa datang investasi yang dapat diestimasi secara handal.

Untuk investasi ekuitas AFS Perusahaan dan anak perusahaan yang tercatat di bursa, penurunan yang signifikan atau jangka panjang pada nilai wajar dari investasi ekuitas di bawah biaya perolehannya dianggap sebagai bukti obyektif penurunan nilai.

Untuk aset keuangan lainnya, bukti obyektif penurunan nilai termasuk kesulitan keuangan signifikan yang Untuk aset keuangan lainnya, bukti obyektif penurunan nilai termasuk kesulitan keuangan signifikan yang

Untuk kelompok aset keuangan tertentu, seperti piutang, aset yang tidak dievaluasi penurunan nilainya secara individual, sebagai tambahan, dievaluasi penurunan nilainya secara kolektif. Bukti obyektif dari penurunan nilai portofolio piutang dapat termasuk pengalaman Perusahaan atas tertagihnya piutang di masa lalu, pening katan keterlambatan penerimaan pembayaran piutang dari rata-rata periode kredit, dan juga pengamatan atas perubahan kondisi ekonomi nasional atau lokal yang berkolerasi dengan kegagalan atas piutang.

Untuk aset keuangan yang diukur pada biaya perolehan yang diamortisasi, jumlah kerugian penurunan nilai merupakan selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang yang didiskontokan menggunakan suku bunga efektif awal dari aset keuangan.

Nilai tercatat aset keuangan tersebut dikurangi dengan kerugian penurunan nilai secara langsung atas aset keuangan, kecuali piutang yang nilai tercatatnya dikurangi melalui penggunaan akun penyisihan piutang. Jika piutang tidak tertagih, piutang tersebut dihapuskan melalui akun penyisihan piutang. Pemulihan kemudian dari jumlah yang sebelumnya telah dihapuskan dikreditkan terhadap akun penyisihan. Perubahan nilai tercatat akun penyisihan piutang diakui dalam laporan laba rugi.

Jika aset keuangan AFS dianggap menurun nilainya, keuntungan atau kerugian kumulatif yang sebelumnya telah diakui dalam ekuitas direklasifikasi ke laporan laba rugi dalam tahun yang bersangkutan.

Pengecualian dari instrumen ekuitas AFS, jika, pada periode berikutnya, jumlah penurunan nilai berkurang dan penurunan dapat dikaitkan secara obyektif dengan sebuah peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai tersebut diakui, kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui dipulihkan melalui laporan laba rugi hingga nilai tercatat investasi pada tanggal pemulihan penurunan nilai tidak melebihi biaya perolehan diamortisasi sebelum pengakuan kerugian penurunan nilai dilakukan.

Dalam hal efek ekuitas AFS, kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui dalam laporan laba rugi tidak boleh dipulihkan melalui laporan laba rugi. Setiap kenaikan nilai wajar setelah penurunan nilai diakui secara langsung ke ekuitas.

Penghentian pengakuan aset keuangan

Perusahaan dan anak perusahaan menghentikan pengakuan aset keuangan jika dan hanya jika hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset berakhir, atau saat mentransfer aset keuangan dan secara substansial mentransfer seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset kepada entitas lain. Jika Perusahaan dan anak perusahaan tidak mentransfer serta tidak memiliki secara substansial atas seluruh risiko dan manfaat kepemilikan serta masih mengendalikan aset yang ditransfer, maka Perusahaan dan anak perusahaan mengakui keterlibatan berkelanjutan atas aset yang ditransfer dan kewajiban terkait sebesar jumlah yang mungkin harus dibayar. Jika Perusahaan dan anak perusahaan memiliki secara substansial seluruh risiko dan manfaat kepemilikan aset keuangan yang ditransfer, Perusahaan dan anak perusahaan masih mengakui aset keuangan dan juga mengakui pinjaman yang dijamin sebesar pinjaman yang diterima.

b.

f. Kewajiban Keuangan dan Instrumen Ekuitas

Klasifikasi sebagai kewajiban atau ekuitas

Kewajiban keuangan dan instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh Perusahaan dan anak perusahaan diklasifikasi sesuai dengan substansi perjanjian kontraktual dan definisi kewajiban keuangan dan instrumen ekuitas.

Instrumen ekuitas

Instrumen ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan hak residual atas aset Perusahaan setelah dikurangi dengan seluruh kewajibannya. Instrumen ekuitas dicatat sebesar hasil penerimaan bersih setelah dikurangi biaya penerbitan langsung.Biaya penerbitan langsung disajikan sebagai bagian tambahan modal disetor dan tidak diamortisasi.

Kewajiban keuangan

Kewajiban keuangan Perusahaan dan anak perusahaan diklasifikasi sebagai kewajiban keuangan yang pada awalnya dinilai berdasarkan nilai wajar, setelah dikurangi biaya transaksi, dan selanjutnya diukur dalam biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif, dengan beban bunga diakui berdasarkan metode suku bunga efektif. Penghentian pengakuan kewajiban keuangan

Perusahaan dan anak perusahaan menghentikan pengakuan kewajiban keuangan, jika dan hanya jika, kewajiban Perusahaan dan anak perusahaan telah dilepaskan, dibatalkan atau kadaluarsa.

g. Kas dan Setara Kas

Untuk tujuan penyajian arus kas, kas dan setara kas meliputi kas dan bank dan investasi jangka pendek yang sangat likuid yang dapat segera dikonversikan ke sejumlah kas tertentu dan memiliki risiko perubahan nilai yang tidak signifikan.

h. Persediaan

Persediaan dinyatakan berdasarkan biaya perolehan atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah. Biaya perolehan ditentukan dengan metode masuk pertama, keluar pertama (FIFO).

i. Biaya Dibayar Dimuka

Biaya dibayar dimuka diamortisasi selama masa manfaat masing-masing biaya dengan menggunakan metode garis lurus.

j. Aset Bangun Kelola Serah

Aset tetap berupa bangunan dalam rangka bangun, kelola dan serah (B.O.T) dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dan diamortisasi berdasarkan taksiran masa manfaat aset dengan batas maksimum jangka waktu perjanjian B.O.T, yaitu antara 3 - 5 tahun menggunakan metode garis lurus.

k. Aset Tetap

Aset tetap yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif dicatat berdasarkan biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai.

Tanah tidak disusutkan. Aset tetap lainnya disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan taksiran masa manfaat aset tetap sebagai berikut

10 Peralatan proyek

2-8

Peralatan dan perlengkapan kantor

Masa manfaat ekonomis, nilai residu dan metode penyusutan direview setiap akhir tahun dan pengaruh dari setiap perubahan estimasi tersebut diterapkan secara prospektif.

Aset sewa pembiayaan disusutkan berdasarkan taksiran masa manfaat yang sama dengan aset yang dimiliki atau disusutkan selama jangka waktu yang lebih pendek antara periode masa sewa dan masa manfaat (Catatan 3n).

l. Penurunan Nilai Aset Non-Keuangan

Pada tanggal neraca, Perusahaan dan anak perusahaan menelaah nilai tercatat aset non-keuangan untuk menentukan apakah terdapat indikasi bahwa aset tersebut telah mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut, nilai yang dapat diperoleh kembali dari aset diestimasi untuk menentukan tingkat kerugian penurunan nilai (jika ada). Bila tidak memungkinkan untuk mengestimasi nilai yang dapat diperoleh kembali atas suatu aset individu, Perusahaan dan anak perusahaan mengestimasi nilai yang dapat diperoleh kembali dari unit penghasil kas atas aset.

Perkiraan jumlah yang dapat diperoleh kembali adalah nilai tertinggi antara harga jual neto atau nilai pakai. Jika jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aset non-keuangan (unit penghasil kas) kurang dari nilai tercatatnya, nilai tercatat aset (unit penghasil kas) dikurangi menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali dan rugi penurunan nilai diakui langsung ke laba rugi.

m. Sewa

Sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan secara substantial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Sewa lainnya, yang tidak memenuhi kriteria tersebut, diklasifikasikan sebagai sewa operasi.

Perusahaan dan anak perusahaan sebagai lessee mencatat aset sewa pembiayaan pada awal masa sewa sebesar nilai wajar aset sewaan yang ditentukan pada awal kontrak atau, jika lebih rendah, sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum. Kewajiban kepada lessor disajikan di dalam neraca sebagai kewajiban sewa pembiayaan.

Pembayaran sewa dipisahkan antara bagian yang merupakan beban keuangan dan bagian yang merupakan pengurangan dari kewajiban sewa sehingga mencapai suatu tingkat bunga yang konstan (tetap) atas saldo kewajiban. Rental kontinjen dibebankan pada periode terjadinya.

Pembayaran sewa operasi diakui sebagai beban dengan dasar garis lurus (straight-line basis) selama masa sewa, kecuali terdapat dasar sistematis lain yang dapat lebih mencerminkan pola waktu dari manfaat aset yang dinikmati pengguna. Rental kontinjen diakui sebagai beban di dalam periode terjadinya.

Dalam hal insentif diperoleh dalam sewa operasi, insentif tersebut diakui sebagai kewajiban. Keseluruhan manfaat dari insentif diakui sebagai pengurangan dari biaya sewa dengan dasar garis lurus kecuali terdapat dasar sistematis lain yang lebih mencerminkan pola waktu dari manfaat yang dinikmati pengguna.

n. Biaya Eksplorasi yang ditangguhkan

RBB menggunakan metode akuntansi successful effort dalam mencatat biaya eksplorasi dan evaluasi (E&E), sesuai dengan PSAK 29, Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.

Biaya pre-license yang dikeluarkan untuk memperoleh hak eksplorasi suatu wilayah dibebankan langsung ke laporan laba rugi pada saat dikeluarkan. Biaya E&E pada awalnya dikapitalisasi sebagai aset E&E. Pembayaran yang dikeluarkan untuk memperoleh hak eksplorasi, biaya jasa teknis dan penelitian, akuisisi seismik, pengeboran dan pengujian eksplorasi dikapitalisasi sebagai aset E&E.

Aset berwujud yang digunakan untuk aktifitas E&E diklasifikasi sebagai aset minyak dan gas bumi. Akan tetapi karena aset berwujud tersebut dikonsumsi dalam pengembangan suatu aset E&E tidak berwujud, jumlah yang merefleksikan pemakaiannya dicatat sebagai biaya aset tidak berwujud. Biaya atas aset tidak berwujud tersebut termasuk biaya tetap, yang di dalamnya juga termasuk penyusutan aset minyak dan gas bumi yang digunakan untuk kegiatan E&E, bersamaan dengan biaya material lain yang digunakan selama tahap E&E.

Biaya E&E tidak diamortisasi sampai dengan diperoleh kesimpulan dari hasil penilaian.

Perlakuan aset E&E pada saat hasil penilaian diperoleh. Aset tidak berwujud dicatat sampai dengan keberadaan cadangan komersial dapat ditentukan dengan batasan tertentu termasuk penelaahan atas indikasi adanya penurunan nilai. Apabila cadangan komersial telah ditemukan, nilai tercatatnya setelah memperhitungkan penurunan nilai atas aset E&E, kemudian diklasifikasikan sebagai aset pengembangan dan produksi. Apabila cadangan komersial belum ditemukan, biaya yang telah dikapitalisasi harus dibebankan setelah kesimpulan hasil penilaian diperoleh.

o. Kewajiban Diestimasi

Kewajiban diestimasi diakui bila Perusahaan dan anak perusahaan memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu dan besar kemungkinan Perusahaan diharuskan menyelesaikan kewajiban serta jumlah kewajiban tersebut dapat diestimasi secara andal.

Jumlah diakui sebagai kewajiban diestimasi merupakan taksiran terbaik yang diharuskan untuk menyelesaikan kewajiban pada tanggal neraca, dengan memperhatikan unsur risiko dan ketidakpastian yang melekat pada kewajiban. Kewajiban diestimasi diukur menggunakan estimasi arus kas untuk menyelesaikan kewajiban kini dengan jumlah tercatatnya sebesar nilai kini dari arus kas tersebut.

Bila beberapa atau keseluruhan dari manfaat ekonomis mengharuskan penyelesaian kewajiban diestimasi diharapkan dapat dipulihkan dari pihak ketiga, piutang diakui sebagai aset apabila terdapat kepastian tagihan dapat diterima dan jumlah piutang dapat diukur secara andal.

p. Imbalan Pasca Kerja

Perusahaan dan anak perusahaan menghitung imbalan pasca kerja imbalan pasti untuk karyawan sesuai dengan Undang- Undang Ketenagakerjaan No. 13/2003. Tidak terdapat pendanaan yang disisihkan sehubungan dengan imbalan pasca kerja ini.

Perhitungan imbalan pasca kerja menggunakan metode Projected Unit Credit. Akumulasi keuntungan dan kerugian aktuarial bersih yang belum diakui yang melebihi 10% dari nilai kini kewajiban imbalan pasti diakui dengan metode garis lurus selama rata-rata sisa masa kerja yang diprakirakan dari para pekerja dalam program tersebut. Biaya jasa lalu dibebankan langsung apabila imbalan tersebut menjadi hak atau vested, dan sebaliknya akan diakui sebagai beban dengan metode garis lurus selama periode rata-rata sampai imbalan tersebut menjadi vested.

Jumlah yang diakui sebagai kewajiban imbalan pasti di neraca merupakan nilai kini kewajiban imbalan pasti disesuaikan dengan keuntungan dan kerugian aktuarial yang belum diakui dan biaya jasa lalu yang belum diakui.

q. Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali

Selisih antara harga pengalihan dengan nilai buku yang timbul dari pengalihan aset, hutang, saham atau bentuk instrumen kepemilikan lainnya dalam transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali diakui sebagai “Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali” dan disajikan sebagai unsur ekuitas.

r. Pengakuan Pendapatan dan Beban

Pendapatan kontrak atas penyediaan jasa yang dapat diestimasi dengan andal, diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari kontrak pada tanggal neraca. Hasil kontrak dapat diestimasi secara andal bila seluruh kondisi berikut ini dipenuhi:

Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal; Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan kontrak tersebut akan diperoleh Perusahaan; Tingkat penyelesaian dari suatu kontrak pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal; dan Biaya yang terjadi untuk kontrak dan untuk meyelesaikan kontrak tersebut dapat diukur dengan andal.

Bila hasil transaksi kontrak penyediaan jasa tidak dapat diestimasi dengan andal, pendapatan diakui hanya sejauh yang berkaitan dengan biaya kontrak yang dapat diperoleh kembali.

Bila jumlah biaya kontrak memungkinkan melebihi jumlah pendapatan jasa penyediaan, estimasi kerugian diakui segera sebagai beban.

Pendapatan sewa dari sewa operasi diakui sebagai pendapatan dengan dasar garis lurus selama masa sewa.

Biaya langsung awal yang terjadi dalam proses negosiasi dan pengaturan sewa ditambahkan ke jumlah tercatat dari aset sewaan dan diakui dengan dasar garis lurus selama masa sewa.

Beban diakui pada saat terjadinya.

s. Pajak Penghasilan

Beban pajak kini ditentukan berdasarkan laba kena pajak dalam periode yang bersangkutan yang dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku.

Aset dan kewajiban pajak tangguhan diakui atas konsekuensi pajak periode mendatang yang timbul dari perbedaan jumlah tercatat aset dan kewajiban menurut laporan keuangan dengan dasar pengenaan pajak aset dan kewajiban kecuali perbedaan yang berhubungan dengan pajak penghasilan final. Kewajiban pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaan temporer kena pajak dan aset pajak tangguhan diakui untuk perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, sepanjang besar kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba kena pajak pada masa datang.

Pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau secara substansial telah berlaku pada tanggal neraca. Pajak tangguhan dibebankan atau dikreditkan dalam laporan laba rugi, kecuali apabila pajak tersebut terkait dengan transaksi yang langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekutias dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas.

Aset dan kewajiban pajak tangguhan disajikan di neraca konsolidasi, kecuali aset dan kewajiban pajak tangguhan untuk entitas yang berbeda, atas dasar kompensasi sesuai dengan penyajian aset dan kewajiban pajak kini.

t. Laba Per Saham

Laba per saham dasar dihitung dengan membagi laba bersih residual dengan jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar pada tahun yang bersangkutan.

u. Informasi Segmen

Informasi segmen disusun sesuai dengan kebijakan akuntansi yang dianut dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan konsolidasi. Bentuk primer pelaporan segmen adalah segmen usaha sedangkan segmen sekunder adalah segmen geografis.

Segmen usaha adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa (baik produk atau jasa individual maupun kelompok produk atau jasa terkait) dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan segmen lain.

Segmen geografis adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa pada lingkungan (wilayah) ekonomi tertentu dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan pada komponen yang beroperasi pada lingkungan (wilayah) ekonomi lain.

v. Penggunaan Estimasi

Penyusunan laporan keuangan konsolidasi sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mengharuskan manajemen membuat estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah aset dan kewajiban yang dilaporkan dan pengungkapan aset dan kewajiban kontinjensi pada tanggal laporan keuangan serta jumlah pendapatan dan beban selama periode pelaporan. Realisasi dapat berbeda dengan jumlah yang diestimasi.

4. INSTRUMEN KEUANGAN, TUJUAN DAN KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN

a. Kebijakan Akuntansi

Rincian kebijakan akuntansi penting dan metode yang diterapkan (termasuk kriteria pengakuan, dasar pengukuran, dan dasar pengakuan pendapatan dan beban) untuk klasifikasi aset keuangan, kewajiban keuangan dan instrumen ekuitas diungkapkan dalam Catatan 3e dan 3f.

b. Klasifikasi Instrumen Keuangan

Pada tanggal 31 Maret 2010, aset keuangan dan kewajiban keuangan Perusahaan dan anak perusahaan adalah sebagai berikut:

Rp Aset keuangan

Aset keuangan tersedia untuk dijual 23,457,934,252 Investasi tersedia untuk dijual

Pinjaman yang diberikan dan piutang Kas dan setara kas

36,776,605,944 Piutang usaha

249,029,660,384 Piutang lain-lain

25,235,268,076 Piutang kepada pihak hubungan istimewa

8,513,012,549 Rekening bank dibatasi penggunaannya

9,400,405,549 Aset tidak lancar lain-lain

9,004,185,863 Jumlah

Rp Kewajiban keuangan

Hutang bank jangka pendek 84,093,211,441 Hutang usaha

60,879,666,797 Hutang lain-lain

51,191,614,983 Biaya masih harus dibayar

64,499,313,406 Hutang bank jangka panjang

148,931,801,809 Kewajiban sewa pembiayaan

3,909,153,955 Hutang pembelian kendaraan

33,621,220,450 Jumlah

Pada tanggal pelaporan tidak terdapat konsentrasi yang signifikan atas risiko kredit. Jumlah tercatat yang tercermin di atas merupakan eksposur maksimum risiko kredit Perusahaan dan anak perusahaan untuk pinjaman yang diberikan dan piutang.

c. Tujuan dan Kebijakan Manajemen Risiko Keuangan

Risiko-risiko utama yang timbul dari instrumen keuangan Perusahaan dan anak perusahaan adalah risiko kredit, risiko nilai tukar, risiko suku bunga dan risiko likuiditas. Manajemen menelaah dan mengeluarkan kebijakan untuk mengelola masing-masing risiko. Perusahaan dan anak perusahaan menerapkan kebijakan manajemen risiko yang bertujuan untuk meminimalkan pengaruh ketidakpastian pasar terhadap kinerja keuangan Perusahaan dan anak perusahaan. Berikut ini ringkasan kebijakan dan pengelolaan manajemen risiko tersebut:

Manajemen risiko kredit

Perusahaan dan anak perusahaan bertujuan untuk memperoleh pertumbuhan pendapatan yang berkelanjutan dengan meminimalkan kerugian yang terjadi karena eksposur risiko kredit. Risiko kredit timbul dari risiko kegagalan dari counterpart atas kewajiban kontraktual yang dapat mengakibatkan kerugian keuangan kepada Perusahaan dan anak perusahaan. Perusahaan dan anak perusahaan meminimalkan eksposur risiko kredit yang timbul dari piutang usaha dengan kebijakan untuk memastikan bahwa transaksi dilakukan dengan pelanggan dengan riwayat catatan kredit yang baik. Untuk aset keuangan lainnya seperti kas dan setara kas, Perusahaan meminimalkan risiko kredit dengan melakukan penempatan pada pihak-pihak yang bereputasi (Catatan 5).

Piutang usaha Perusahaan dan anak perusahaan terdiri dari beberapa pelanggan dan tersebar dalam wilayah geografis Indonesia. Konsentrasi atas risiko kredit terbatas karena para pelanggan tidak terkait. Perusahaan dan anak perusahaan tidak memiliki eksposur risiko kredit yang signifikan kepada satu pihak atau group yang memiliki karakteristik yang sama.

Manajemen risiko nilai tukar mata uang asing

Perusahaan dan anak perusahaan memiliki eksposur terhadap fluktuasi nilai tukar yang timbul dari transaksi dengan pelanggan maupun pemasok yang didenominasi dalam mata uang US$. Pada tanggal neraca, aset dan kewajiban moneter Perusahaan dan anak perusahaan adalah sebagai berikut:

31 Maret 2011

Mata uang US$

Mata uang SGD

Mata uang lainnya/*)

ekuivalen dalam Rp

ekuivalen dalam Rp ekuivalen dalam Rp

Rp ASET Kas dan setara kas

Rp

Rp

42,454,373 - Piutang usaha

3,533,035,308 62,076,218 Jumlah Aset Moneter

Pinjaman jangka pendek

- Hutang usaha

772,273,835 517,724,133 Biaya masih harus dibayar

- Jumlah Kewajiban Moneter

772,273,835 517,724,133 Jumlah Aset (Kewajiban) Moneter - Bersih

2,803,215,846 (455,647,915) Ekuivalen dalam Mata Uang Asing

401,549 (50,678) *) Mata uang lainnya disajikan dalam ekuivalen US$

menggunakan kurs yang berlaku pada tanggal neraca.

Fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, mengakibatkan Perusahaan dan anak perusahaan mengalami kerugian kurs mata uang asing sebesar Rp 642,387,642 dan Rp 679,058,073 untuk 31 Maret 2011 dan 2010.

Berikut ini sensitivitas Perusahaan dan anak perusahaan untuk perubahan 1% nilai tukar mata uang US$ terhadap Rupiah pada tanggal 31 Maret 2011, dengan variabel lain konstan terhadap laba sebelum pajak Perusahaan dan anak perusahaan. Analisis sensitivitas ini hanya mencakup akun moneter dalam mata uang US$ yang beredar dan penyesuaian penjabarannya pada akhir periode untuk perubahan 1% kurs mata uang US$.

terhadap laba Perubahan kurs

sebelum pajak Rp Mata uang Rupiah terhadap US$ Penguatan

175,435,278 Pelemahan

(175,435,278) Mata uang Rupiah terhadap SGD Penguatan

Manajemen risiko suku bunga

Risiko suku bunga adalah risiko dimana arus kas atau nilai wajar di masa datang atas instrumen keuangan Perusahaan dan anak perusahaan akan berfluktuasi akibat perubahan suku bunga pasar.

Eksposur risiko arus kas Perusahaan dan anak perusahaan terutama timbul dari deposito berjangka, hutang bank jangka panjang (Bank Negara Indonesia) dan hutang bank jangka pendek (Bank Negara Indonesia, ANZ (dahulu Royal Bank of Scotland), dan Standard Chartered Bank) yang menggunakan suku bunga mengambang. Eksposur risiko nilai wajar terutama timbul hutang bank jangka pendek (Bank DBS Indonesia), hutang bank jangka panjang (Bank DBS Indonesia, dan Bank Pembangunan Daerah Riau), sewa pembiayaan dan pembelian kendaraan yang menggunakan suku bunga tetap. Perusahaan dan anak perusahaan memonitor perubahan suku bunga pasar untuk memastikan suku bunga Perusahaan dan anak perusahaan sesuai dengan pasar.

Analisis sensitivitas dibawah ini, ditentukan berdasarkan eksposur suku bunga terhadap kewajiban keuangan yang menggunakan suku bunga mengambang pada tahun 2011. Analisa ini disajikan dengan asumsi saldo kewajiban keuangan pada akhir periode pelaporan beredar sepanjang tahun.

Manajemen risiko likuiditas

Risiko likuiditas muncul terutama dari pendanaan umum atas operasi Perusahaan. Perusahaan memiliki kebijakan untuk mengelola likuiditas secara hati-hati dengan memelihara kecukupan saldo kas dan ketersediaan modal kerja. Pemeliharaan tersebut dilakukan dengan cara mempertahankan cadangan yang memadai, fasilitas perbankan, dengan terus memantau rencana dan realisasi arus kas dengan cara pencocokkan profil jatuh tempo aset keuangan dan kewajiban keuangan.

Tabel berikut merupakan analisis kewajiban keuangan Perusahaan dan anak perusahaan pada tanggal

31 Maret 2011 berdasarkan jatuh tempo dari tanggal neraca sampai dengan tanggal jatuh tempo. Jumlah yang diungkapkan dalam tabel adalah berdasarkan jatuh tempo kontraktual kewajiban keuangan yang tidak didiskontokan termasuk bunga yang akan diakru, kecuali apabila Perusahaan dan anak perusahaan berhak dan berkeinginan membayar kewajiban sebelum jatuh tempo.

Telah jatuh

Tiga bulan

tempo atau

sampai

Satu sampai

kurang dari

dengan

dengan

Lebih dari

Suku

tiga bulan

satu tahun

lima tahun

lima tahun

Tanpa dikenakan bunga

183,150,209,890 Instrumen dengan tingkat suku bunga tetap

151,926,498,007 Instrumen dengan tingkat suku bunga mengambang

Pada tanggal 31 Maret 2011, Perusahaan dan anak perusahaan mempunyai fasilitas kredit yang belum digunakan yang ditujukan untuk mengurangi risiko likuiditas.

d. Nilai Wajar Instrumen Keuangan

Nilai wajar aset keuangan dan kewajiban keuangan dengan syarat dan kondisi standar dan diperdagangkan di pasar aktif ditentukan dengan mengacu pada harga kuotasi pasar sebagai berikut:

Nilai wajar efek hutang ditetapkan berdasarkan harga pasar yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tanggal neraca.

Nilai wajar reksadana disajikan sebesar nilai aset bersih reksa dana tersebut pada tanggal neraca yang dihitung oleh bank kustodian.

Kecuali seperti dirinci dalam tabel berikut ini, manajemen berpendapat bahwa nilai tercatat aset dan kewajiban keuangan yang dicatat sebesar biaya perolehan diamortisasi dalam laporan keuangan mendekati nilai wajarnya karena jatuh tempo dalam jangka pendek atau jumlah terbawa berdasarkan suku bunga pasar.

Nilai tercatat

Nilai wajar

Aset tidak lancar lain-lain 9,004,185,863 9,004,185,863

Kewajiban

Hutang bank jangka panjang 148,931,801,809 148,931,801,809 Kewajiban sewa pembiayaan

3,909,153,955 3,909,153,955 Hutang pembelian kendaraan

33,621,220,450 33,621,220,450 Jumlah

Dokumen yang terkait

ANALISIS DANA PIHAK KETIGA PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE TRIWULAN I 2002 – TRIWULAN IV 2007

40 502 17

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22