Ekonomi dan Lingkungan KEBIJAKAN PEMBANG
Ekonomi dan Lingkungan
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI BERWAWASAN LINGKUNGAN
I. PENDAHULUAN
Pembangunan daerah sedang menghadapi tantangan serius berupa masalah-masalah dampak krisis
ekonomi dan dampak globalisasi. Dalam situasi dan kondisi seperti ini, kebijaksanaan pembangunan
daerah seyogyanya ditempatkan dalam tatanan strategi pemberdayaan masyarakat, termasuk dalam
pelaksanaan agenda pemulihan ekonomi saat ini, antara lain melalui pemberdayaan dan pemihakan
kepada sistem ekonomi kerakyatan untuk menuntaskan berbagai tantangan pembangunan yang ada.
Pembangunan adalah milik masyarakat (community base development), agenda
pemulihan ekonomi harus memihak kepentingan masyarakat mewujudkan kesejahteraannya
secara lebih adil dan lestari. Strategi pemberdayaan masyarakat perlu dipahami dan menjadi
komitmen segenap komponen masyarakat dalam menyelenggarakan kebijaksanaan ekonomi
melalui sistem perencanaan pembangunan yang realistis, maupun melalui upaya pemihakan
kepada ekonomi rakyat yang masih tertinggal dan rawan kondisi krisis.
Upaya pemberdayaan masyarakat dalam kerangka arah baru pembangunan,
merupakan perwujudan paradigma pembangunan berkelanjutan yang berorientasi pada
manusia (people centered sustainable development).
Strategi pemberdayaan masyarakat menekankan langkah nyata pembangunan yang
demokratis, yang berindikasikan proses pembangunan dari, oleh, dan untuk masyarakat, yang
berlangsung melalui serangkaian proses perubahan struktur dengan fungsi yang benar secara
berkesinambungan. Proses perencanaan pembangunan yang demikian itu ditujukan agar
setiap anggota masyarakat yang menikmati pembangunan haruslah mereka yang
menghasilkan, dan mereka yang menghasilkan haruslah yang menikmati.
Sejalan dengan hal tersebut kebijaksanaan pembangunan ekonomi daerah adalah
meletakkan masyarakat sebagai pelaku utama. Pembangunan demikian merupakan hal utama
dalam penajaman arah baru pembangunan seiring dengan agenda reformasi pembangunan,
yaitu pembangunan ekonomi yang demokratis dan berkeadilan. Penajaman arah baru
pembangunan tersebut ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui
perkembangan struktur masyarakat yang muncul dan dikembangkan berdasarkan kemampuan
masyarakat sendiri. Menyadari bahwa potensi dan kemampuan masyarakat yang tidak merata
maka perlu dirumuskan arah dan kebijaksanaan pembangunan dalam kerangka pembangunan
daerah yang dilaksanakan melalui strategi pemberdayaan dan pemihakan menuju masyarakat
yang maju, mandiri & berdaya-saing, sejahtera, dan berkeadilan.
II. ARAH BARU PEMBANGUNAN EKONOMI
(1)
(2)
(3)
Tujuan pembangunan nasional seperti yang dikemukakan dalam Pembukaan UUD 1945
adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Sedangkan cita-cita pembangunan adalah
melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
Arah baru pembangunan merupakan strategi pembangunan yang menempatkan secara
terintegrasi berbagai upaya, yaitu:
Upaya pemberdayaan dan pemihakan masyarakat,
Upaya pemantapan otonomi daerah, dan
Upaya modernisasi melalui perubahan struktur ke arah fungsional yang benar dan
berkelanjutan.
(1).
(2).
(3).
1.
2.
3.
4.
(1).
(2).
(3).
Untuk mencapainya maka perlu disusun kebijaksanaan dasar yang memuat beberapa
unsur penting, yaitu:
Mendorong penerapan mekanisme pasar yang bersahabat, yaitu yang sesuai dengan
pemahaman sosial politik serta tujuan pembangunan;
Pemberdayaan masyarakat sebagai pelaku utama ekonomi, baik sebagai produsen maupun
konsumen sehingga masyarakatlah yang merasakan langsung dampak pembangunan; dan
Penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai suatu upaya transformasi sistem
produksi dari perilaku subsistensial ke perilaku yang lebih kompetitif.
Mekanisme pasar yang bersahabat (market friendly mechanism) merupakan implikasi
dari pelaksanaan demokrasi ekonomi yang memberikan ruang gerak dan kesempatan luas dan
terbuka bagi semua pelaku ekonomi. Dalam konteks Indonesia pelaksanaan mekanisme pasar
perlu mengikuti dasar :
semangat kebersamaan (cooperative),
terbuka dan transparan (melalui prosedur yang benar),
adil (saling menguntungkan dan saling membantu melalui prinsip perpajakan dan/atau subsidi),
mampu memberikan peluang seoptimal mungkin peran serta aktif masyarakat dari segala
lapisan/kemampuan dalam kegiatan sosial ekonomi produktif.
Pemberdayaan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan dan/atau meningkatkan
kemandirian masyarakat. Dalam kerangka pembangunan daerah, upaya pemberdayaan
masyarakat dapat dilihat dari beberapa sisi pandang:
Mendorong terciptanya suasana atau iklim usaha yang memungkinkan masyarakat untuk
berkembang;
Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam membangun melalui berbagai pemberian
dukungan dana, pelatihan, pembangunan prasarana dan sarana baik fisik maupun sosial, serta
pengembangan kelembagaan di daerah;
Melindungi, melalui pemihakan kepada yang lemah untuk mencegah berlangsungnya
persaingan yang tidak seimbang, namun sebaliknya diupayakan menciptakan kemitraan
sinergis yang saling menguntungkan.
III. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT & PEMBANGUNAN DAERAH
3.1. Kebijakan Umum
Sejalan dengan berlakunya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah maka perlu upaya-upaya nyata pemberdayaan masyarakat dan pemerintah daerah
melalui peningkatan dan pengembangan kapasitas masyarakat dan pemerintah daerah dalam
menyelenggarakan pembangunan di daerah.
Paradigma pemberdayaan masyarakat adalah mengembangkan kapasitas masyarakat
yang dilakukan melalui pemihakan kepada yang tertinggal, dan dalam konteks pemerintahan
berarti pemberdayaan pemerintah daerah yang dilakukan melalui pemantapan pelaksanaan
otonomi daerah.
Berdasarkan atas kebijaksanaan otonomi daerah maka telah dilakukan penyempurnaan
mekanisme penyaluran dana sekaligus disertai pengalihan wewenang dalam perencanaan dan
penyelenggaraan pembangunan di daerah. Seiring dengan berkembangnya kemampuan
masyarakat yang semakin beragam maka perlu diidentifikasi program-program pembangunan
yang perlu segera dialihkan dan dilestarikan oleh masyarakat. Pemerintah bertindak sebagai
penyelenggara pelayanan umum (public service), serta bertindak sebagai fasilitator dan
dinamisator. Untuk itu perlu dibedakan antara program yang diselenggarakan oleh jajaran
pemerintah dan yang diselenggarakan oleh masyarakat. Demikian pula perlu diidentifikasi
kegiatan yang diselenggarakan pemerintah daerah (local government) dan pemerintah pusat.
Perlu pula diidentifikasi program dan kegiatan pembangunan yang sudah dapat dilaksanakan
oleh masyarakat dan yang masih menjadi tanggung-jawab pemerintah.
(1).
(2).
(3).
(4).
(5).
(1).
(2).
(3).
(4).
(5).
3.2.
(1)
(2)
(3)
Upaya pemberdayaan masyarakat diselenggarakan dengan sumber dana dari Bantuan
Langsung Masyarakat (BLM) yang bersifat block grant. Dana pembangunan berupa stimulan
dipergunakan untuk mendanai kegiatan yang langsung dimanfaatkan oleh masyarakat. Bantuan
dapat diberikan dalam bentuk:
Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia, termasuk pemberdayaan masyarakat dan
aparat (capacity building).
Menggerakkan dan meningkatkan perubahan struktur ekonomi rakyat mewujudkan
kesejahteraannya (modernization-structural change).
Membangun prasarana dasar yang mendukung kegiatan ekonomi rakyat.
Meningkatkan dan memantapkan kelembagaan masyarakat (institution building), dan
Mengembangkan monitoring dan evaluasi sebagai dasar penilaian dampak setiap program dan
bantuan (networking).
Sementara itu jajaran pemerintah menyelenggarakan kegiatan yang mendukung
pemberdayaan masyarakat sekaligus merupakan upaya pemberdayaan jajaran aparat
pemerintah daerah. Upaya pemberdayaan pemerintah daerah didanai dari alokasi Bantuan
Operasional dan Pemantauan (BOP) yang disesuaikan dengan besaran dan tujuan BLM yang
ditetapkan. Komponen BOP digunakan untuk membiayai investasi pemerintah yang diarahkan
untuk mendukung pemberdayaan masyarakat yang diprioritaskan pada beberapa hal:
Pengembangan pusat pemberdayaan dan pendampingan.
Pengembangan pusat penyedia informasi.
Pengembangan pusat inovasi teknologi.
Pengembangan perumusan regulasi; dan
Pengembangan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
GBHN tahun 1999 menyebutkan perlunya mempercepat pembangunan daerah dalam rangka
pemberdayaan masyarakat melalui penyediaan prasarana, pembangunan sistem agribisnis,
industri kecil dan kerajinan rakyat, pengembangan kelembagaan, penguasaan IPTEK, dan
pemanfaatan keunggulan sumberdaya alam daerah.
Dalam upaya pemberdayaan masyarakat tersebut, sangat mutlak harus ditingkatkan
penciptaan kondisi yang dapat mendorong kemampuan masyarakat untuk memperoleh dan
memanfaatkan hak-hak ekonomi, sosial, dan politik dalam rangka peningkatan kesejahteraan
dan kemandirian masyarakat .
3.2.1. Beberapa Permasalahan Serius
Permasalahan pemberdayaan masyarakat ditinjau dari aspek ekonomi adalah:
Kurang berkembangnya sistem kelembagaan ekonomi untuk memberikan kesempatan bagi
masyarakat khususnya masyarakat kecil dalam mengembangkan kegiatan usaha ekonomi
kompetitif.
Kurangnya penciptaan akses masyarakat ke input sumberdaya ekonomi berupa kapital, lokasi
berusaha/ lahan usaha, informasi pasar, dan teknologi produksi, dan
Lemahnya kemampuan masyarakat kecil untuk membangun organisasi ekonomi masyarakat
yang dapat meningkatkan posisi tawar dan daya saingnya.
3.2.2. Beberapa Tantangan
Tantangan utama dalam upaya pemberdayaan masyarakat adalah
bagaimana
membangun kelembagaan sosial-ekonomi yang mampu memberikan kesempatan bagi
masyarakat untuk mendapat lapangan kerja dan pendapatan yang layak, martabat dan
eksistensi pribadi, kebebasan menyampaikan pendapat, berkelompok dan berorganisasi, dan
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan publik.
Secara khusus untuk mengangkat masalah pemberdayaan ekonomi masyarakat
tantangan yang dihadapi adalah bagaimana memperbaiki iklim ekonomi makro dan
kegiatan ekonomi riil yang kondusif yang dapat menjamin kegiatan usaha ekonomi
masyarakat lebih kompetitif dan menguntungkan. Hal ini erat kaitannya dengan upaya
1.
2.
3.
4.
untuk memberikan akses masyarakat ke input sumberdaya ekonomi, pengembangan organisasi
ekonomi yang dikuasai oleh pelaku ekonomi kecil, dan meningkatkan bantuan fasilitas bantuan
teknis dan perlindungan bagi usaha masyarakat kecil.
3.2.3. Strategi Kebijakan
Dengan melihat permasalahan dan tantangan yang ada dalam rangka pemberdayaan
masyarakat, strategi kebijakan yang diambil adalah:
Membangun kelembagaan sosial masyarakat yang dapat memfasilitasi masyarakat untuk
memperoleh dan memanfaatkan sumberdaya yang berasal dari pemerintah dan dari
masyarakat sendiri untuk meningkatkan kesejahteraan sosial, martabat dan keberadaan,
maupun memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan publik.
Mengembangkan kapasitas organisasi ekonomi masyarakat untuk dapat mengelola kegiatan
usaha ekonomi secara kompetitif dan menguntungkan yang dapat memberikan lapangan kerja
dan pendapatan yang layak.
Meningkatkan upaya perlindungan bagi masyarakat miskin dengan menciptakan iklim ekonomi
makro, pengembangan sektor ekonomi riil, dan memberikan jaminan sosial kepada masyarakat
miskin termasuk bagi masyarakat yang terkena musibah atau menjadi korban akibat situasi
ekonomi, sosial, dan gangguan alam yang di luar kekuatannya.
Mengembangkan lembaga keswadayaan untuk membangun solidaritas dan ketahanan sosial
ekonomi masyarakat.
IV.
VISI PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH MASA DEPAN
Visi pembangunan ekonomi ke depan adalah memilih bidang ekonomi yang dapat
mewujudkan kesejahteraan sosial secara berkelanjutan. Mengingat sebagian besar penduduk
mempunyai orientasi kegiatan ekonomi berbasis sumberdaya alam, maka optimasi
pemanfaatannya harus menjadi perhatian. Dalam kerangka paradigma pembangunan manusia,
pembangunan berbasis sumberdaya lokal, dan pembangunan kelembagaan, maka
pembangunan harus difokuskan pada sektor-sektor unggulan. Dengan demikian visi
pembangunan ekonomi ke depan menempatkan “sektor unggulan tertentu” sebagai prioritas
utama dalam pembangunan ekonomi daerah.
Peran “sektor-sektor unggulan” dalam pembangunan daerah sangat luas, mencakup
berbagai indikator. Berdasarkan kenyataan ini, maka ditentukan prioritas kebijaksanaan
pembangunan di masa depan. Prioritas ke depan adalah keterkaitan yang kohesif antara
sasaran lingkungan mikro, makro, dan global yang cepat meningkatkan kesejahteraan sosialekonomi rakyat.
Sasaran lingkungan mikro
Sasaran lingkungan mikro adalah rakyat sebagai pelaku ekonomi yang sebagian besar
hidup dari sektor ekonomi riil. Pelaku ekonomi maju perlu mendapatkan suasana untuk
kegiatan ekonomi produktif yang berkesinambungan. Sementara pelaku ekonomi transisi
perlu didampingi oleh pemerintah. Sedangkan pelaku ekonomi tertinggal perlu mendapat
subsidi, pembinaan, dan perlindungan dalam berbagai bentuk pemberdayaan.
Bagi pelaku ekonomi tertinggal, maka sasaran pembangunan ekonomi adalah
meningkatkan akses masyarakat tertinggal terhadap faktor produksi terutama sumberdana,
teknologi dan manajemen, dan sistem distribusi.
Sasaran lingkungan makro
Sasaran lingkungan makro adalah keterkaitan antar sektor kegiatan ekonomi yang
semakin kuat dengan inti “sektor unggulan”. Pembangunan sektor unggulan memiliki dimensi
(1).
(2).
(3).
(4).
(5).
kaitan ke depan (forward linkages) dalam kegiatan industri pengolahan dan pemasaran serta
dimensi kaitan ke belakang (backward linkages) kegiatan faktor produksi primer.
Berkembangnya kedua dimensi kaitan sektor tersebut akan menciptakan kesempatan kerja
baru, menyerap tenaga kerja, menjadikan sektor unggulan sebagai penggerak ekonomi, dan
memantapkan swasembada “pangan”. Pembangunan “sektor unggulan” dilaksanakan dengan
dukungan langsung dari sektor-sektor lain terutama INDAG dalam kerangka pengembangan
sistem produksi modern dan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembangunan “sektor
unggulan” merupakan sektor pendorong dalam menggerakkan keterkaitan pembangunan
dengan sektor-sekor di bidang ekonomi yang dapat meningkatkan nilai tambah dan selanjutnya
bermuara pada kesempatan kerja yang luas dan pendapatan ekonomi yang memadai bagi para
pelaku pembangunan ekonomi (widely multiplier effects).
Sasaran lingkungan global
Sasaran lingkungan global adalah mempersiapkan “sektor unggulan” dalam
menghadapi tantangan global dan perdagangan bebas. Oleh karena itu, perlu segera
melakukan penajaman orientasi yaitu mempercepat peningkatan proses alih teknologi dan
aliran investasi masuk ke dalam sektor unggulan, mulai dari hulu hingga ke hilir. Besaran impor
untuk peningkatan produktivitas berupa teknologi dan investasi (modal) dapat memutar
kegiatan ekonomi secara luas. Muaranya pada peningkatan kemampuan produk unggulan
(comparative advantage) untuk meningkatkan daya saing (competitive advantage) dalam
lingkungan global guna menghasilkan produk yang mempunyai nilai jual dan digemari dalam
lingkungan pasar internasional.
Berdasarkan kerangka pikir tersebut maka program-program pembangunan “sektor
unggulan” seyogyanya berorientasi pada:
Pengembangan/penguatan akses ekonomi masyarakat --- terutama masyarakat tertinggal --terhadap fasilitas sumber pembiayaan;
Pengembangan/ penguatan kualitas sumberdaya manusia, termasuk peningkatan kualitas
jajaran aparat yg relevan ;
Pengembangan/penguatan kualitas prasarana / sarana yang mendukung langsung kegiatan
pembangunan “sektor unggulan” , seperti adopsi sistem teknologi tepat guna baik dalam bentuk
perangkat kerasnya (instrumen teknis) maupun perangkat lunaknya (prosedur) dan
pengembangan sistem informasi manajemen;
Penguatan kelembagaan pembangunan berbasis komunitas; dan
Penguatan kelembagaan keuangan yang dimiliki dan dikelola oleh masyarakat setempat.
V. KELOMPOK SASARAN PROGRAM
Paradigma pembangunan yang berorientasi pada rakyat menegaskan pentingnya
pemberdayaan
ekonomi
rakyat
dalam
menyelenggarakan
pembangunan
guna
mengembangkan kemampuan masyarakat sendiri. Sehingga masyarakat setempat mempunyai
hak, wewenang, dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri atas inisiatif sendiri
dalam urusan rumah tangga daerahnya.
Sejalan dengan berlakunya desentralisasi, mekanisme penyaluran bantuan
pembangunan yang semula direncanakan dikelola dan dilaksanakan oleh pemerintah pusat,
secara bertahap telah dialihkan kepada koordinasi pelaksanaannya oleh pemerintah daerah
dan akhirnya dapat disalurkan langsung dan dikelola sendiri oleh masyarakat yang paling
memerlukan, khususnya kelompok masyarakat pelaku ekonomi. Dengan pengalihan ini bantuan
dapat diterima dan dikelola langsung oleh masyarakat pelaku bisnis.
Perubahan mekanisme penyaluran dana dari mekanisme Daftar Isian Proyek (DIP) ke
mekanisme Daftar Alokasi Dana Pembangunan Daerah (DADPD), dan dari bantuan specific ke
bantuan block grant. Mekanisme yang telah berubah ini perlu dipahami aparat pembangunan
yang mempercepat tumbuhnya peran-serta masyarakat.
(1).
(2).
(3).
(1)
(2).
(1).
(2).
(3).
Pembangunan seyogianya dilaksanakan oleh masyarakat sendiri dan pemerintah
sebagai pihak yang memperlancar pelaksanaan dengan memberikan pelayanan sebaikbaiknya. Jajaran pemerintahan di daerah, baik jajaran pemerintah daerah dan instansi teknis
perlu membuat identifikasi kelompok sasaran program di daerah masing-masing berdasarkan
kondisi SDM, potensi sumberdaya, dan komoditas unggulannya secara akurat dan mutakhir.
Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pemberdayaan masyarakat, maka
peran kelompok fungsional masyarakat sangat diharapkan. Jajaran pemerintah daerah
diharapkan dapat membantu menyiapkan masyarakat dalam memanfaatkan bantuan sebagai
dana kegiatan ekonomi produktif. Penyiapan masyarakat dilakukan dalam wadah kelompok
lokal-tradisional yang tumbuh berdasarkan kondisi sosial budaya masyarakat setempat, seperti
kelompok tani, ternak dan nelayan. Penyiapan masyarakat dalam wadah kelompok ini
diharapkan dapat tumbuh menjadi embrio lembaga pengelola dana pembangunan yang mampu
merencanakan, melaksanakan, dan melestarikan kegiatan yang dilakukan sendiri oleh
masyarakat.
Pada dasarnya kelompok masyarakat dapat diklasifikasikan menjadi tiga tahapan, yaitu
Kelompok yang tidak/belum berorientasi pasar, dengan status pendapatan di bawah garis
pendapatan minimal atau kelompok tertinggal;
Kelompok yang berada pada tahapan transisi, dengan status pendapatan mulai meningkat dari
kondisi minimal dan mempunyai potensi pasar yang berkembang; dan
Kelompok yang sudah berorientasi pasar, dengan status pendapatan di atas rata-rata dan
mempunyai pasar potensial yang lebih maju.
Bantuan program pembangunan akan sangat dipengaruhi oleh klasifikasi kelompok
masyarakat tersebut. Sudah bukan saatnya lagi semua bantuan program pembangunan
disama-ratakan dan direncanakan dari pusat (top-down planning). Untuk dapat melaksanakan
pemilahan kelompok sasaran maka perlu identifikasi secara rinci pada kelompok masyarakat
yang ada. Tersedianya pangkalan data yang memadai meliputi potensi sumberdaya manusia
dan masyarakat, potensi sumberdaya alam, tersedianya prasarana pendukung dan pelayanan
yang telah ada dan masih diperlukan akan sangat membantu penentuan sasaran pelayanan
kepada masyarakat. Pangkalan data ini sekaligus bermanfaat untuk penajaman alokasi bantuan
sebagai media pemantauan pembinaan dan melakukan penilaian kinerja pembangunan.
Bagi “kelompok tertinggal”, yang tidak mampu dan belum berorientasi pasar perlu secara
khusus diperhatikan untuk mendapatkan bantuan dana yang bersifat hibah bergulir (revolving
block grant) namun perlu disertai pendampingan & pembinaan intensif agar mampu mandiri.
Pemanfaatan bantuan hibah bergulir ini diarahkan untuk dioptimalkan sesuai potensi wilayah
dan kemampuan masyarakat.
Secara umum block grant tersebut dapat digunakan dalam dua bentuk, yaitu:
Investasi sosial yang tidak langsung menghasilkan pendapatan, seperti sarana dan prasarana,
termasuk teknologi tepat guna;
Investasi ekonomi yang meningkatkan pendapatan seperti “modal kerja”.
Sedangkan “kelompok transisi” yang sudah mampu ke luar dari kondisi tertinggal dapat
memperoleh bantuan dana semi-komersial, seperti antara lain kredit usaha tani (KUT) atau
Kredit kepada Koperasi (KKop), dan Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya (KKPA)
yang dapat dimanfaatkan membiayai kegiatan usahanya. Bagi kelompok ini masih perlu
disediakan pendampingan dan pembinaan sebagai upaya nyata pemberdayaan masyarakat.
Hal yang perlu ditanamkan dalam pembinaan kepada kelompok masyarakat ini dalam
mengelola bantuan modal usaha adalah adanya tiga sukses, yaitu:
Sukses dalam penyaluran dana secara lancar;
Sukses dalam memanfaatkan pengunaan bantuan modal secara adil;
Sukses dalam pengembalian pinjaman permodalan dan meningkatkan kemandirian yang pada
giliran selanjutnya dapat meningkatkan kesejahteraan.
Sejalan dengan semangat menuju mekanisme pasar yang bersahabat dan otonomi
daerah maka bagi kelompok yang sudah maju dan memenuhi kriteria orientasi pasar tidak lagi
harus mendapatkan bantuan dana yang disubsidi, tetapi diberikan kesempatan dan kemudahan
untuk mendapatkan pelayanan kredit komersial. Kelompok yang sudah berorientasi pasar perlu
difasilitasi, khususnya penyediaan informasi pasar untuk mengembangkan kemampuannya
lebih lanjut.
VI. SEKTOR-SEKTOR INDUSTRI DAN PERDAGANGAN
6.1. Pendahuluan
6.1.1. Latar Belakang
Salah satu dampak penting akibat dari liberalisasi perdagangan adalah bahwa
perkembangan unit-unit produksi dan distribusi sangat ditentukan oleh daya saing secara
internasional. Dalam situasi seperti ini kebijakan industrialisasi DAERAH seyogyanya berbasis
keunggulan kompetitif. Permasalahan klasik yang dihadapi adalah (1) rendahnya daya saing
produk industri daerah di pasar internasional, (2) lemahnya standarisasi kualitas produk, dan (3)
lemahnya promosi di tingkat internasional.
Industrialisasi pada hakekatnya merupakan suatu proses perubahan "Sistem Wilayah",
terutama "Subsistem Masyarakat" nya, dalam rangka untuk mencapai tingkat kesejahteraan
hidup masyarakat yang lebih baik. Pada kenyataannya proses perubahan tersebut melibatkan
transformasi struktural dan kultural di dalam sistem masyarakat.
Transformasi struktural ditandai oleh bergesernya struktur perekonomian dari
agraris ke arah industrialis dengan segala bentuk konsekwensinya, termasuk
pergeseran pergeseran dalam aspek-aspek pranata sosial-ekonomi dan sosioteknologi. Proses transformasi ini berlangsung secara bertahap dan
berkesinambungan dengan menggunakan masukan yang bersifat internal maupun
eksternal, baik masukan material, kebijakan, maupun informasi terutama informasi
tentang IPTEK yang tepat guna. Transformasi kultural pada hakekatnya merupakan
transformasi budaya masyarakat agraris menuju budaya masyarakat yang lebih
industrialis. Proses transformasi ini menyangkut banyak aspek kehidupan, antara lain
adalah:
1. Pandangan masyarakat tentang "Makna Hidup", dimana masyarakat agraris lebih banyak
menggantungkan hidupnya kepada nasib secara pasif;
2. Pandangan masyarakat tentang "Persepsi Waktu", dimana masyarakat agraris lebih mengacu
ke masa sekarang dan masa silam;
3. "Hubungan manusia dengan lingkungan alam sekitarnya", dimana masyarakat agraris lebih
berpandangan bahwa manusia harus tunduk dan hidup selaras dengan alam;
4. "Hubungan antara manusia
dengan sesamanya", dimana masyarakat agraris lebih
mengutamakan pola kehidupan gotong royong dan konsensus untuk kerja sama.
Sebagaimana telah disinggung di atas, proses industrialisasi dengan transformasi
strukturalnya secara langsung dan tidak langsung pasti akan terkait dengan mekanisme
interaksi antara sektor pertanian dan sektor industri. Mekanisme interaksi antar sektor ini dapat
berupa transfer sumberdaya manusia (tenaga kerja), transfer modal usaha, dan transfer IPTEK.
Pengalaman menunjukkan bahwa untuk lebih mendinamisasikan ekonomi masyaraakat maka
kebijakan pembangunan sektor industri harus memprioritaskan kaitan ke belakang ("backward
linkage").
Dalam perspektif pembangunan yang lebih luas, industrialisasi bukan merupakan
tujuan yang berdiri sendiri, tetapi lebih merupakan alat untuk mencapai beberapa tujuan lain
dari proses pembangunan. Beberapa tujuan yang ingin dicapai tersebut adalah :
1.
Penciptaan lapangan kerja seluas-luasnya bagi masyarakat;
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
Peningkatan produktivitas tenagakerja dan value added (nilai tambah) yang diperolehnya;
Pencapaian tingkat penghasilan yang memadai bagi masyarakat dan daerah;
Peningkatan kesejahteraan masyarakat;
Mendorong mekanisme akumulasi kapital (investasi) intern daerah, sehingga tidak selalu
memerlukan suntikan dana dari luar;
Mengembangan keterkaitan yang dinamis dengan sektor-sektor lain dalam ekonomi
regional, seperti sektor agraris. Hal ini akan menyangkut dua masalah penting, yaitu (i)
hubungan industrialisasi dengan peningkatan produksi dan produktivitas, baik melalui demand
linkage maupun input linkage, dan (ii) peluang bagi masyarakat untuk ikut menikmati
keuntungan yang berasal dari proses industrialisasi.
Paradigma pembangunan bidang industri adalah terwujudnya struktur ekonomi yang
seimbang dimana terdapat kemampuan dan kekuatan industri – perdagangan yang maju
didukung oleh kekuatan dan kemampuan pertanian yang tangguh, sejalan dengan
perkembangan kondisi dan potensi pembangunan. Hal ini akan dapat dicapai melalui
serangkaian kegiatan pembangunan yang bertahap. Dengan melalui peningkatan bidang
industri dan perdagangan secara bertahap ini diharapkan akan terpenuhi kebutuhan pokok
rakyat sesuai dengan tingkat kesejahteraannya.
Kebijakan pembangunan industri pada hakekatnya dibedakan menjadi dua, yaitu (i)
peningkatan pembangunan industri yang dapat menghasilkan mesin industri, baik industri berat
maupun industri ringan; dan (ii) peningkatan pembangunan industri kecil dan kerajinan rakyat
yang diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja baru, memperluas kesempatan kerja,
meningkatkan jumlah dan kualitas hasil produksi baik untuk pasar domestik maupun untuk
ekspor serta peningkatan pemanfaatan bahan baku lokal.
Kebijakan pokok pembangunan sektor industri tersebut di atas dapat dirinci sebagi
berikut:
Pembangunan industri dilakukan dalam rangka merombak struktur ekonomi ke arah struktur
yang lebih kokoh dan lebih seimbang antara pertanian, industri dan perdagangan. Hal ini
berarti pembangunan sub sektor agroindustri mendapatkan prioritas yang tinggi.
Pembangunan industri yang mengolah bahan mentah dan barang setengah jadi menjadi
barang jadi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan domestik dan peningkatan ekspor.
Pembangunan industri lebih diarahkan pada pengembangan industri kecil yang bersifat padat
karya, yang mampu memperluas kesempatan kerja dan memeratakan kesempatan berusaha.
Penyempurnaan, pengaturan, pembinaan dan pengembangan usaha industri kecil lebih
diprioritaskan dan diarahkan bagi usaha golongan ekonomi lemah.
Pembangunan industri yang menunjang sektor pertanian, seperti industri yang menghasilkan
alat dan sarana produksi pertanian serta industri yang mengolah hasil pertanian, mendapatkan
prioritas yang tinggi.
Pembangunan industri harus senantiasa diusahakan untuk mencegah pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup serta pemborosan
penggunaan sumberdaya alam, serta
menghindari rangsangan bagi tumbuhnya pola konsumsi mewah.
Khusus dalam hal keterkaitan antara sektor industri-perdagangan dengan sektor
pertanian masih terdapat beberapa jalur yang lemah, terutama antara produksi bahan baku
dan pengolahan hingga ke penawaran bahan masukan untuk pengemasan produk agroindustri.
6.1.2. Strategi
Visi
Visi 2020:
Terwujudnya sektor industri dan perdagangan sebagai tumpuan kemajuan dan kemandirian
perekonomian daerah secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Misi
1. meningkatkan kualitas dan kuantitas produk unggulan wilayah yang bernilai tambah besar dan
berdaya saing tinggi, dengan menerapkan teknologi yang ramah lingkungan
2. meningkatkan kinerja sistem perdagangan domestik dan peningkatan ekspor barang dan jasa,
3. menciptakan lapangan kerja/usaha baru yang dapat diakses oleh segenap masyarakat secara
berkeadilan dan berkelanjutan,
4. mengatasi masalah modal, promosi dan pemasaran, manajemen dan kualitas sumberdaya
manusia.
5. Melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan yang diperlukan untuk mendukung
keempat misi tersebut di atas.
Tujuan
Memperkukuh struktur ekonomi daerah secara berkelanjutan dengan jalan:
1. Perluasan dan penguatan serta pendalaman struktur industri, memperluas kesempatan
berusaha dan lapangan kerja, meningkatkan antar daerah / ekspor
2.
Mendorong pengembangan wilayah serta pemerataan hasil pembangunan melalui
peningkatan keterkaitan yang kuat dan saling mendukung antar industri, antara industri hulu
dengan industri hilir, antara industri dengan sektor ekonomi lainnya, serta antara usaha besar,
usaha menengah, usaha kecil, dan koperasi;
3. Peningkatan keanekaragaman dan kelancaran proses produksi dan distribusi produk unggulan
yang ramah lingkungan;
4. Pemantapan kegiatan rancang bangun, rekayasa, dan konstruksi yang berdaya saing tinggi;
5. Peningkatan penelitian dan pengembangan serta percepatan proses alih teknologi secara
berkelanjutan.
6. 2. Pilihan Program
6.2.1.
Program
PENGEMBANGAN
INDUSTRI
DENGAN
PENINGKATAN
PEMANFAATAN BAHAN BAKU LOKAL
2.1.1. Dasar Pertimbangan
Dua hal yang harus mendapatkan perhatian khusus dan prioritas dalam pembangunan
daerah di masa mendatang, yaitu proses transformasi ekonomi dan proses globalisasi.
Transformasi ekonomi terwujud dalam perubahan sumbangan menurut sektor, sumber
pertumbuhan ekonomi dan pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri.
Proses transformasi perlu diarahkan untuk keserasian dan keseimbangan, baik dari produksi
dan penyerapan tenaga kerja antar sektor pertanian dan industri maupun antar sektor
pedesaan dan sektor perkotaan. Pergeseran pola permintaan ke arah peningkatan produk
industri dan jasa berlandaskan ketangguhan sektor pedesaan ( dan tradisional ) akan
mendorong pertumbuhan yang dinamis.
Dalam situasi seperti sekarang, bukan hanya pertumbuhan ekonomi yang menjadi
masalah, yang terpenting adalah pembangunan masyarakat seutuhnya. Pembangunan tidak
hanya berarti pertumbuhan total, tetapi mencakup sasaran yang lebih luas, yaitu “peningkatan
kesejahteraan rakyat secara lebih merata”. Partisipasi masyarakat di dalam pembangunan
ekonomi dan penciptaan struktur ekonomi yang seimbang sangat diperlukan untuk
berlangsungnya pembangunan berkelanjutan. Dalam hubungan ini peningkatan partisipasi
masyarakat di wilayah pedesaan, dalam konteks linkage antara rural-urban, merupakan
strategi peningkatan kemandirian daerah dan masyarakat.
2.1.2. Tujuan
Pembangunan industri daerah bertujuan untuk meningkatkan produksi khususnya
industri kecil dan menengah yang berbahan baku lokal dan mengurangi ketergantungan bahan
baku impor, perluasan persebaran industri kecil dan menengah melalui sentra-sentra kawasan
serta menumbuh kembangkan usaha dan wirausaha baru industri kecil dan menengah.
Sasaran program ini adalah (1) meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi; (2) meningkatkan
ekspor; (3) menciptakan lapangan kerja baru; (4) mengatasi pemasalahan pada permodalan, pemasaran,
managemen dan kualitas sumberdaya manusia.
1.
2.
3.
4.
6.
2.1.3. Rencana Strategis
Pembangunan industri dan perdagangan dikembangkan secara bertahap dan terpadu
melalui peningkatan keterkaitan antar industri dan antara sektor industri dengan sektor ekonomi
lainnya, terutama dengan sektor ekonomi yang memasok bahan baku industri.
Pembangunan industri dan perdagangan meliputi upaya mengaitkan pengembangan
industri dengan perkembangan perdagangan, transportasi dan teknologi, penciptaan iklim yang
lebih mendukung dengan peningkatan pemberian insentif bagi penanaman modal dan
penyebaran pembangunan industri di berbagai kawasan sesuai dengan potensi masing-masing
kawasan, dengan peranserta aktif masyarakat dan disesuaikan dengan rencana umum tata
ruang. Guna memantapkan perkembangan industri dan perdagangan , pemusatan kekuatan
ekonomi dalam berbagai bentuk monopoli yang merugikan masyarakat harus dicegah.
Pembangunan industri yang mempunyai nilai tambah tinggi dan jangkauan strategis
seperti industri maritim, industri transportasi darat, industri telekomunikasi, industri informatika,
industri elektronika, industri energi, industri kimia, industri bioteknologi, industri alat dan mesin
pertanian, terus didorong perkembangannya agar menjadi lebih efisien dan memperkuat
struktur industri melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia yang andal, kemampuan
pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi secara sinergi
antar lembaga penelitian dan pengembangan pemerintah, swasta dan perguruan tinggi, baik di
dalam maupun di luar negeri.
Industri penghasil bahan baku, barang modal, komponen dan bahan penolong terus
dikembangkan untuk makin memperdalam struktur industri, meningkatkan efisiensi, kualitas dan
nilai tambah produk sehingga daya saing industri nasional meningkat dan mampu bersaing
secara regional dan global serta mengurangi ketergantungan pada impor dan menghasilkan
devisa.
Pembangunan agroindustri perlu ditingkatkan agar mampu menjamin pemanfaatan hasil
pertanian secara optimal dengan memberikan nilai tambah yang tinggi melalui upaya
pemanfaatan, pengembangan, penguasaan teknologi dan bioteknologi.
Industri yang mengolah bahan mentah termasuk hasil tambang lainnya serta industri
pengolahan hasil hutan terus ditingkatkan dalam rangka peningkatan nilai tambah dengan tetap
menjaga kelestarian dan fungsi lingkungan hidup serta meningkatkan peran aktif dan
kemampuan masyarakat luas dalam pengusahaannya dengan berbagai skala usaha.
2.1.4. Aktivitas
Pengembangan usaha kecil dan menengah sektor industri dan perdagangan (UKM-INDAG)
melalui peningkatan produksi, teknologi dan manajemen, serta kemudahan permodalan..
Menumbuhkan dan mengembangkan industri rumah tangga, kecil dan menengah baru dalam
rangka mengatasi pengangguran, kemiskinan, dan perluasan lapangan kerja.
Meningkatkan dan mengembangkan diversifikasi, kualitas dan desain produk dalam rangka
pengembangan pasar yang berorientasi ekspor.
Meningkatkan dan mengembangkan upaya standarisasi kualitas proses dan produk dengan
mengacu kepada kaidah-kaidah internasional.
Peningkatan utilisasi kapasitas produksi, untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan
sumberdaya lokal dalam kerangka pemberdayaan ekonomi rakyat.
6.2.2. Program PENGUASAAN TEKNOLOGI UNTUK PENINGKATAN KUALITAS
PRODUK
2.2.1. Dasar Pertimbangan
Upaya menjaga dan mempertahankan kualitas produk industri dalam persaingan global
harus ditunjang dengan cara yang sistematis dalam mendorong penemuan, inovasi, serta
peningkatan mutu dan efisiensi industri, perlindungan hak milik intelektual, dan hasil penelitian.
Standardisasi perlu disempurnakan agar mencapai tingkat pengakuan standar
internasional sehingga terjamin kualitas produksi industri.
Pemberian insentif bagi usaha masyarakat yang melakukan penelitian dan
pengembangan serta pelatihan perlu didorong.
2.2.2. Tujuan
Program peningkatan pemanfaatan dan penguasaan teknologi bertujuan untuk
meningkatkan pemanfaatan dan penguasaan teknologi dalam rangka meningkatkan efisiensi,
mutu dan daya saing industri sehingga mampu meningkatkan nilai tambah produk industri.
2.2.3. Rencana Strategis
1. Menguasai dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka alih teknologi;
2. Merekayasa dan menghasilkan produk unggulan yang bernilai tambah besar dan berdaya saing
tinggi;
2.2.4. Kegiatan
1. Peningkatan dan pengembangan teknologi tepat guna dalam kegiatan industri terutama yang
berskala kecil dan menengah.
2. Meningkatkan jenis dan kualitas layanan Unit Pelayanan Teknis (UPT).
3. Meningkatkan dan menyempurnakan data stastistik sebagai sumber informasi dalam
pengembangan IPTEK.
4. Pelatihan peningkatan kualitas SDM dalam rangka alih teknologi.
6.2.3. Program PENGEMBANGAN SISTEM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN PRODUK
UNGGULAN
2.3.1. Dasar Pertimbangan
Pembangunan industri meliputi upaya mengaitkan pengembangan industri dengan
perkembangan perdagangan, transportasi dan teknologi, penciptaan lklim yang kondusif dan
pemberian insentif bagi penanaman modal; penyebaran pembangunan industri di berbagai
kawasan sesuai dengan potensi masing-masing kawasan, dengan peranserta aktif masyarakat
dan disesuaikan dengan rencana umum tata ruang.
2.3.2. Tujuan
Pengembangan industri antar daerah bertujuan untuk meningkatkan keterkaitan antara
industri rumah tangga, kecil dan menengah serta daya saing dalam menghadapi era globalisasi
2.3.3. Rencana Strategis
1. Mendorong sinergi antara sektor industri dan sektor perdagangan serta sektor ekonomi lainnya
yang relevan;
2. Mentransformasikan ekonomi berbasis pertanian ke arah berbasis industri yang didukung oleh
jasa-jasa perdagangan yang memadai;
3. Meningkatkan informasi potensi industri dan potensi pasar domestik.
2.3.4. Kegiatan
1. Mendorong semakin mudahnya prosedur perizinan dan menghilangkan sekat-sekat
kewilayahan atau kedaerahan (Kabupaten).
2. Perencanaan dan strategi pengembangan industri DAERAH.
3. Penyediaan teknologi informasi dalam rangka meningkatkan informasi potensi industri.
4. Pengembangan pusat informasi pasar yang dapat mengakses pasar nasional dan global, serta
terintegrasi dengan daerah-daerah lain.
6.2.4. Program Penguatan Kelembagaan Ekspor Barang dan Jasa
2.4.1. Dasar Pertimbangan
Proses globalisasi mengandung implikasi bahwa suatu aktivitas yang sebelumnya
terbatas jangkauannya menjadi berkembang tidak terbatas. “Dunia tanpa batas” ini akan
meningkatkan arus perdagangan dan investasi dunia, dan setiap negara mempunyai peluang
untuk memanfaatkannya. Persiapan yang diperlukan untuk menangkap peluang tersebut
meliputi bidang IPTEK, sumberdaya manusia, manajemen dan sistem kelembagaan yang
diarahkan pada peningkatan daya saing ekonomi. Peningkatan daya saing ini dapat dilakukan
melalui peningkatan efisiensi sistem dan penguatan kelembagaan yang terkait.
Sistem dan kelembagaan ekspor barang dan jasa yang semakin efisien, efektif, dan
transparan, sangat diperlukan guna memberdayakan para pelaku usaha, serta meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk dapat memanfaatkan dan memperluas pasar di dalam dan luar
negeri.
2.4.2. Tujuan
Pembangunan perdagangan ditujukan untuk meningkatkan daya saing, memperlancar
arus barang dan jasa guna menjamin ketersediaan kebutuhan masyarakat antar wilayah,
melindungi masyarakat dari gejolak harga, menunjang peningkatan produksi, meningkatkan
pendapatan masyarakat terutama petani produsen, serta memperluas kesempatan usaha,
menciptakan lapangan kerja produktif, dan meningkatkan penerimaan devisa negara.
Pengembangan sistem perdagangan juga bertujuan untuk mendukung upaya
peningkatan daya saing global produk serta meningkatkan peranan ekspor dalam memacu
pertumbuhan ekonomi.
Sasaran jangka pendek adalah menurunnya hambatan prosedural dan permasalahan
likuiditas dan memperluas pasar ekspor dalam rangka mendorong ekspor, utamanya ekspor
non migas.
2.4.3. Rencana Strategis
Pembangunan perdagangan harus ditunjang oleh sumber daya manusia yang berakhlak
mulia serta professional dan berjiwa kewirausahaan, sistem kelembagaan, sistem distribusi,
sistem komunikasi, sistem transportasi, dan penyebaran informasi pasar yang semakin efektif
dan efisien, serta peraturan perundang-undangan yang mendorong persaingan sehat untuk
mencegah munculnya etatisme, berbagai bentuk monopoli, oligopoli, monopsoni, dan
oligopsoni yang merugikan masyarakat.
Pembangunan perdagangan juga diarahkan untuk meningkatkan penggunaan produksi
dalam negeri melalui kebijaksanaan perdagangan. Upaya secara sistematik perlu dilakukan
untuk menanamkan dan menumbuhkan nilai budaya bangsa dalam menghargai produk dalam
negeri sehingga merangsang perkembangan produksi domestik dalam menghadapi era
perdagangan bebas. Upaya tersebut perlu didukung secara terpadu dan berkesinambungan
oleh sektor-sektor terkait terutama industri, pertanian, transportasi, komunikasi, dan keuangan,
yang mendorong peningkatan produksi dalam negeri yang bermutu dan memenuhi standar
international meningkatkan kemampuan perluasan pasar baik dalam negeri maupun luar negeri.
Keberhasilan upaya tersebut akan memperluas lapangan kerja, kesempatan berusaha, dan
menghemat devisa dalam memperkukuh kemandirian bangsa.
Penyediaan kebutuhan pokok dan kebutuhan masyarakat lainnya serta usaha
pemasarannya perlu disesuaikan dengan pola produksi dan konsumsi masyarakat yang
didukung oleh sistem pembiayaan dan jasa sistem transportasi baik antar daerah maupun antar
pulau serta sarana, prasarana, dan kelembagaan distribusi yang mantap guna menjamin
penyebaran barang dan jasa secara merata dengan harga yang layak dan terjangkau oleh daya
beli masyarakat di seluruh wilayah tanah air dengan memperhatikan nilai tukar petani. Usaha
dometik dengan mengutamakan koperasi dan UKM untuk berperan seluas-luasnya dalam
penyediaan kebutuhan pokok dan kebutuhan masyarakat lainnya.
Guna mendorong ekspor, khususnya komoditas nonmigas, upaya peningkatan daya
saing, penerobosan serta perluasan pasar luar negeri terus dikembangkan melalui peningkatan
efisiensi produksi, mutu komoditi, standar internasional, jaminan kesinambungan dan ketepatan
waktu penyerahan, serta penganekaragaman produk dan pasar serta pengembangan sentra
pemasaran produk Indonesia di luar negeri, yang didukung oleh penyempurnaan sarana dan
prasarana perdagangan termasuk jaringan transportasi, informasi pasar, peningkatan promosi
serta peningkatan akses pasar inclalui kerja sama perdagangan internasional, baik bilateral
maupun multilateral. Berbagai sarana dan prasarana penunjang ekspor terutama kelembagaan
perkreditan, pembiayaan, per-asuransian, Ialu lintas keuangan, dukungan perangkat hukum
serta pelayanan usaha perlu dimantapkan. Dalam pelaksanaan ekspor perlu dibina keterkaitan
yang kuat antara perdagangan internasional dan perindustrian dengan sistem produksi dan
sistem pendukungnya; serta keterkaitan yang saling menguntungkan antara produsen dengan
lembaga pemasaran, khususnya koperasi, serta memperbesar efek ganda dan perluasan
lapangan kerja. Perluasan produk-produk unggulan disertai perluasan pasar negara tujuan
ekspor, perlu didorong dan pelaksanaannya dilakukan secara lebih transparan.
2.4.4. Kegiatan
1. Peningkatan utilitas kapasitas terpasang produk antara lain melalui perluasan pasar luar negeri non kuota,
2. Penyederhanaan prosedur kepabeanan dan berbagai bentuk fasilitas ekspor impor yang ada
untuk mengefektifkan aliran kredit modal dari perbankan.
3. Penataan sistem informasi perdagangan internasional.
4. Peningkatan akses informasi serta sistem fasilitasi perdagangan internasional kepada pelaku
usaha skala kecil dan menengah.
7. Optimalisasi upaya diplomasi perdagangan
8. Peningkatan kualitas penyebaran informasi kerjasama perdagangan internasioonal
9. Penataan kelembagaan dan sistem fasilitasi perdagangan internasional
10. Peningkatan partisipasi dunia usaha dalam penetrasi pasar luar negeri.
6.2.5. Program PENGUATAN INSTITUSI PASAR
2.5.1. Dasar Pertimbangan
Untuk mewujudkan landasan pembangunan daerah berkelanjutan yang kokoh,
penguatan institusi pasar yang mencakup pasar barang dan jasa, modal dan tenaga kerja ,
serta penguatan badan-badan usaha milik daerah sangat diperlukan agar mekanisme pasar
berjalan semakin baik sehingga sumberdaya pembangunan yang terbatas dapat teralokasikan
secara optimal. Ada empat masalah utama yang dapat menghambat bekerjanya mekanisme
pasar barang dan jasa, yaitu (1) adanya pemusatan kekuatan ekonomi dalam penguasaan
faktor produksi dan manajemen usaha melalui integrasi vertikal, integrasi horisontal, dan
konglomerasi; (2) penguasaan informasi yang tidak sama di antara pelaku ekonomi; (3) masih
lemahnya mekanisme hukum yang menunjang proses interaksi antara pelaku usaha, konsumen
dan masyarakat; dan (4) keterbatasan sarana dan prasarana penunjang mekanisme pasar
secara sehat, hal ini dapat mengakibatkan tingginya biaya-biaya transaksi.
Kebijaksanaan dan kegiatan perdagangan yang “fair” sangat diperlukan untuk
mendorong dan membantu pengusaha kecil, menengah, dan koperasi secara terpadu melalui
penciptaan iklim yang mendukung, penyediaan tempat usaha, kemudahan memperoleh
permodalan, peningkatan penyuluhan dan informasi pasar, serta pembinaan kemampuan,
perlindungan, dan pemberian kepastian berusaha. Kerja sama antara usaha besar, usaha
menengah, dan usaha kecil termasuk usaha informal serta tradisional terus didorong
perkembangannya dalam suasana kemitraan sepadan yang saling mendukung, saling
memperkuat, dan saling menguntungkan.
2.5.2. Tujuan
Program penguatan institusi pasar bertujuan menciptakan iklim yang kondusif bagi
kegiatan usaha yang kompetitif sehingga mampu meningkatkan daya saing daerah berbasis
efisiensi.
2.5.3. Rencana Strategis
Memperkuat kelembagaan yang mampu mendorong berlangsungnya mekanisme pasar
yang berkeadilan, mengurangi berbagai hambatan usaha, dan memberikan perlindungan
terhadap konsumen.
2.5.4. Kegiatan
1. Pengembangan transparansi proses persaingan usaha dan perlindungan konsumen.
2. Pengembangan jaringan dan kelembagaan informasi pasar barang dan jasa di daerah.
3. Penegakan peraturan perundang-undangan agar terjamin adanya kepastian hukum dalam
menjalankan usaha, dan pasar modal.
4. Pembangunan secara bertahap jaringan informasi pasar barang dan jasa dalam rangka
menyediakan dan memperluas akses masyarakat terhadap kebutuhan barang dan jasa.
5. Peningkatan aksesibilitas produsen primer dalam mekanisme pasar
6. Peningkatan daya saing terhadap tuntutan pasar global
7. Pengembangan sistem informasi dan mekanisme pasar modal daerah
8. Pengembangan skema modal yang kompetitif.
6.2.6. Program PENGEMBANGAN SDM DAN KELEMBAGAAN KOPERASI DAN UKM
2.6.1. Dasar Pertimbangan
Pemberdayaan koperasi diarahkan untuk memantapkan posisi dan peran koperasi yang
seimbang dengan usaha lainnya sehingga menjadi sokoguru perekonomian nasional dalam
pelaksanaan sistem ekonomi Pancasila guna mewujudkan demokrasi ekonomi. Pembangunan
koperasi sebagai gerakan nasional untuk memajukan ekonomi masyarakat ditujukan pada
penumbuhan budaya dan citra positif serta penguatan kelembagaan koperasi agar mampu
berperan sebagai wadah kegiatan ekonomi masyarakat yang tangguh dan berakar dalam
masyarakat melalui peningkatan kapasitas dan peranserta aktif anggota koperasi.
Pembangunan koperasi sebagai badan usaha ditujukan pada penguatan dan perluasan basis
usaha, peningkatan mutu sumber daya manusia terutama pengurus, pengelola, dan
anggotanya yang berakhlak mulia termasuk kewirausahaan dan profesionalisme koperasi
sehingga dengan kinerja yang makin sehat, kompetitif, dan mandiri, koperasi mampu menjadi
bangun usaha utama dalam perekonomian nasional guna memajukan kesejahteraan ekonomi
anggotanya sekaligus memacu kehidupan perekonomian terutama di perdesaan melalui
peningkatan akses dan pemanfaatan sumber daya, penciptaan iklim yang mendukung,
peningkatan kemampuan usaha dan kelembagaan, pengembangan koperasi dalam bidang
usaha unggulan bernilai tambah tinggi, peningkatan kemitraan usaha, serta perlindungan dari
praktek bisnis yang tidak sehat. Khusus koperasi di perdesaan perlu dikembangkan mutu dan
kemampuannya dan makin ditingkatkan perananya dalam kehidupan ekonomi di perdesaan.
Kapabilitas koperasi ditingkatkan dengan mendayagunakan dan memadukan segenap
sumber daya untuk memberdayakan koperasi guna memantapkan pelaksanaan fungsi, peran,
dan kinerja koperasi yang didasari oleh semangat kebersamaan, kekeluargaan, dan
profesionalisme.
Pelaksanaan fungsi dan peran koperasi baik sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun
sebagai badan usaha diupayakan melalui peningkatan prakarsa dan peranserta aktif anggota
dan masyarakat secara luas dan peningkatan kemampuan usaha serta sarana dan prasarana
kelembagaan yang dikelola secara professional agar koperasi dapat menumbuhkan
kemampuan menolong diri sendiri dan melayani kepentingan ekonomi masyarakat, dan
peningkatan peran lembaga gerakan koperasi sebagai wadah perjuangan kepentingan dan
pembawa aspirasi gerakan koperasi. Kesadaran, kemauan, dan kemampuan berkoperasi di
seluruh lapisan masyarakat, terutama pada lembaga yang telah mandiri dan berakar di
masyarakat, terus ditingkatkan melalui penelitian dan pengembangan, penyuluhan, pendidikan
dan pelatihan, proses belajar masyarakat, serta bimbingan konsultasi.
Pembangunan koperasi dilakukan melalui penciptaan iklim usaha yang memberikan
kepastian berusaha serta kesempatan dan dukungan berusaha yang seluas-luasnya di segala
sektor ekonomi baik di dalam maupun di luar negeri dengan disertai kemudahan memperoleh
permodalan dan faktor produksi lainnya, pemberian bimbingan dan bantuan perkuatan serta
perlindungan dari praktek bisnis yang tidak sehat. Koperasi perlu lebih didorong dan diberi
keleluasaan yang memadai untuk menangani dan mengembangkan lembaga keuangan yang
sesuai dengan prinsip koperasi dan kebutuhan anggotanya. Koperasi perlu diberi peran seluasluasnya dalam penyediaan kebutuhan pokok anggota dan masyarakat. Untuk mengembangkan
dan melindungi usaha masyarakat yang diselenggarakan dalam wadah koperasi demi
kepentingan rakyat, perlu ditetapkan bidang kegiatan ekonomi yang hanya boleh diusahakan
oleh koperasi. Kegiatan ekonoini di suatu wilayah, baik yang telah berhasil diusahakan oleh
koperasi maupun yang memiliki potensi untuk diusahakan dalam wadah koperasi agar tidak
dimasuki oleh badan usaha lainnya dengan memperhatikan keadaan dan kepentingan ekonomi
nasional dalam rangka pemerataan kesempatan usaha dan penciptaan kesempatan kerja dan
lapangan kerja produktif.
Keterkaitan usaha secara vertikal dan horizontal antar koperasi dan antara koperasi
dengan usaha swasta dan usaha negara dalam bentuk kemitraan usaha perlu dilaksanakan
deng
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI BERWAWASAN LINGKUNGAN
I. PENDAHULUAN
Pembangunan daerah sedang menghadapi tantangan serius berupa masalah-masalah dampak krisis
ekonomi dan dampak globalisasi. Dalam situasi dan kondisi seperti ini, kebijaksanaan pembangunan
daerah seyogyanya ditempatkan dalam tatanan strategi pemberdayaan masyarakat, termasuk dalam
pelaksanaan agenda pemulihan ekonomi saat ini, antara lain melalui pemberdayaan dan pemihakan
kepada sistem ekonomi kerakyatan untuk menuntaskan berbagai tantangan pembangunan yang ada.
Pembangunan adalah milik masyarakat (community base development), agenda
pemulihan ekonomi harus memihak kepentingan masyarakat mewujudkan kesejahteraannya
secara lebih adil dan lestari. Strategi pemberdayaan masyarakat perlu dipahami dan menjadi
komitmen segenap komponen masyarakat dalam menyelenggarakan kebijaksanaan ekonomi
melalui sistem perencanaan pembangunan yang realistis, maupun melalui upaya pemihakan
kepada ekonomi rakyat yang masih tertinggal dan rawan kondisi krisis.
Upaya pemberdayaan masyarakat dalam kerangka arah baru pembangunan,
merupakan perwujudan paradigma pembangunan berkelanjutan yang berorientasi pada
manusia (people centered sustainable development).
Strategi pemberdayaan masyarakat menekankan langkah nyata pembangunan yang
demokratis, yang berindikasikan proses pembangunan dari, oleh, dan untuk masyarakat, yang
berlangsung melalui serangkaian proses perubahan struktur dengan fungsi yang benar secara
berkesinambungan. Proses perencanaan pembangunan yang demikian itu ditujukan agar
setiap anggota masyarakat yang menikmati pembangunan haruslah mereka yang
menghasilkan, dan mereka yang menghasilkan haruslah yang menikmati.
Sejalan dengan hal tersebut kebijaksanaan pembangunan ekonomi daerah adalah
meletakkan masyarakat sebagai pelaku utama. Pembangunan demikian merupakan hal utama
dalam penajaman arah baru pembangunan seiring dengan agenda reformasi pembangunan,
yaitu pembangunan ekonomi yang demokratis dan berkeadilan. Penajaman arah baru
pembangunan tersebut ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui
perkembangan struktur masyarakat yang muncul dan dikembangkan berdasarkan kemampuan
masyarakat sendiri. Menyadari bahwa potensi dan kemampuan masyarakat yang tidak merata
maka perlu dirumuskan arah dan kebijaksanaan pembangunan dalam kerangka pembangunan
daerah yang dilaksanakan melalui strategi pemberdayaan dan pemihakan menuju masyarakat
yang maju, mandiri & berdaya-saing, sejahtera, dan berkeadilan.
II. ARAH BARU PEMBANGUNAN EKONOMI
(1)
(2)
(3)
Tujuan pembangunan nasional seperti yang dikemukakan dalam Pembukaan UUD 1945
adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Sedangkan cita-cita pembangunan adalah
melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
Arah baru pembangunan merupakan strategi pembangunan yang menempatkan secara
terintegrasi berbagai upaya, yaitu:
Upaya pemberdayaan dan pemihakan masyarakat,
Upaya pemantapan otonomi daerah, dan
Upaya modernisasi melalui perubahan struktur ke arah fungsional yang benar dan
berkelanjutan.
(1).
(2).
(3).
1.
2.
3.
4.
(1).
(2).
(3).
Untuk mencapainya maka perlu disusun kebijaksanaan dasar yang memuat beberapa
unsur penting, yaitu:
Mendorong penerapan mekanisme pasar yang bersahabat, yaitu yang sesuai dengan
pemahaman sosial politik serta tujuan pembangunan;
Pemberdayaan masyarakat sebagai pelaku utama ekonomi, baik sebagai produsen maupun
konsumen sehingga masyarakatlah yang merasakan langsung dampak pembangunan; dan
Penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai suatu upaya transformasi sistem
produksi dari perilaku subsistensial ke perilaku yang lebih kompetitif.
Mekanisme pasar yang bersahabat (market friendly mechanism) merupakan implikasi
dari pelaksanaan demokrasi ekonomi yang memberikan ruang gerak dan kesempatan luas dan
terbuka bagi semua pelaku ekonomi. Dalam konteks Indonesia pelaksanaan mekanisme pasar
perlu mengikuti dasar :
semangat kebersamaan (cooperative),
terbuka dan transparan (melalui prosedur yang benar),
adil (saling menguntungkan dan saling membantu melalui prinsip perpajakan dan/atau subsidi),
mampu memberikan peluang seoptimal mungkin peran serta aktif masyarakat dari segala
lapisan/kemampuan dalam kegiatan sosial ekonomi produktif.
Pemberdayaan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan dan/atau meningkatkan
kemandirian masyarakat. Dalam kerangka pembangunan daerah, upaya pemberdayaan
masyarakat dapat dilihat dari beberapa sisi pandang:
Mendorong terciptanya suasana atau iklim usaha yang memungkinkan masyarakat untuk
berkembang;
Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam membangun melalui berbagai pemberian
dukungan dana, pelatihan, pembangunan prasarana dan sarana baik fisik maupun sosial, serta
pengembangan kelembagaan di daerah;
Melindungi, melalui pemihakan kepada yang lemah untuk mencegah berlangsungnya
persaingan yang tidak seimbang, namun sebaliknya diupayakan menciptakan kemitraan
sinergis yang saling menguntungkan.
III. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT & PEMBANGUNAN DAERAH
3.1. Kebijakan Umum
Sejalan dengan berlakunya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah maka perlu upaya-upaya nyata pemberdayaan masyarakat dan pemerintah daerah
melalui peningkatan dan pengembangan kapasitas masyarakat dan pemerintah daerah dalam
menyelenggarakan pembangunan di daerah.
Paradigma pemberdayaan masyarakat adalah mengembangkan kapasitas masyarakat
yang dilakukan melalui pemihakan kepada yang tertinggal, dan dalam konteks pemerintahan
berarti pemberdayaan pemerintah daerah yang dilakukan melalui pemantapan pelaksanaan
otonomi daerah.
Berdasarkan atas kebijaksanaan otonomi daerah maka telah dilakukan penyempurnaan
mekanisme penyaluran dana sekaligus disertai pengalihan wewenang dalam perencanaan dan
penyelenggaraan pembangunan di daerah. Seiring dengan berkembangnya kemampuan
masyarakat yang semakin beragam maka perlu diidentifikasi program-program pembangunan
yang perlu segera dialihkan dan dilestarikan oleh masyarakat. Pemerintah bertindak sebagai
penyelenggara pelayanan umum (public service), serta bertindak sebagai fasilitator dan
dinamisator. Untuk itu perlu dibedakan antara program yang diselenggarakan oleh jajaran
pemerintah dan yang diselenggarakan oleh masyarakat. Demikian pula perlu diidentifikasi
kegiatan yang diselenggarakan pemerintah daerah (local government) dan pemerintah pusat.
Perlu pula diidentifikasi program dan kegiatan pembangunan yang sudah dapat dilaksanakan
oleh masyarakat dan yang masih menjadi tanggung-jawab pemerintah.
(1).
(2).
(3).
(4).
(5).
(1).
(2).
(3).
(4).
(5).
3.2.
(1)
(2)
(3)
Upaya pemberdayaan masyarakat diselenggarakan dengan sumber dana dari Bantuan
Langsung Masyarakat (BLM) yang bersifat block grant. Dana pembangunan berupa stimulan
dipergunakan untuk mendanai kegiatan yang langsung dimanfaatkan oleh masyarakat. Bantuan
dapat diberikan dalam bentuk:
Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia, termasuk pemberdayaan masyarakat dan
aparat (capacity building).
Menggerakkan dan meningkatkan perubahan struktur ekonomi rakyat mewujudkan
kesejahteraannya (modernization-structural change).
Membangun prasarana dasar yang mendukung kegiatan ekonomi rakyat.
Meningkatkan dan memantapkan kelembagaan masyarakat (institution building), dan
Mengembangkan monitoring dan evaluasi sebagai dasar penilaian dampak setiap program dan
bantuan (networking).
Sementara itu jajaran pemerintah menyelenggarakan kegiatan yang mendukung
pemberdayaan masyarakat sekaligus merupakan upaya pemberdayaan jajaran aparat
pemerintah daerah. Upaya pemberdayaan pemerintah daerah didanai dari alokasi Bantuan
Operasional dan Pemantauan (BOP) yang disesuaikan dengan besaran dan tujuan BLM yang
ditetapkan. Komponen BOP digunakan untuk membiayai investasi pemerintah yang diarahkan
untuk mendukung pemberdayaan masyarakat yang diprioritaskan pada beberapa hal:
Pengembangan pusat pemberdayaan dan pendampingan.
Pengembangan pusat penyedia informasi.
Pengembangan pusat inovasi teknologi.
Pengembangan perumusan regulasi; dan
Pengembangan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
GBHN tahun 1999 menyebutkan perlunya mempercepat pembangunan daerah dalam rangka
pemberdayaan masyarakat melalui penyediaan prasarana, pembangunan sistem agribisnis,
industri kecil dan kerajinan rakyat, pengembangan kelembagaan, penguasaan IPTEK, dan
pemanfaatan keunggulan sumberdaya alam daerah.
Dalam upaya pemberdayaan masyarakat tersebut, sangat mutlak harus ditingkatkan
penciptaan kondisi yang dapat mendorong kemampuan masyarakat untuk memperoleh dan
memanfaatkan hak-hak ekonomi, sosial, dan politik dalam rangka peningkatan kesejahteraan
dan kemandirian masyarakat .
3.2.1. Beberapa Permasalahan Serius
Permasalahan pemberdayaan masyarakat ditinjau dari aspek ekonomi adalah:
Kurang berkembangnya sistem kelembagaan ekonomi untuk memberikan kesempatan bagi
masyarakat khususnya masyarakat kecil dalam mengembangkan kegiatan usaha ekonomi
kompetitif.
Kurangnya penciptaan akses masyarakat ke input sumberdaya ekonomi berupa kapital, lokasi
berusaha/ lahan usaha, informasi pasar, dan teknologi produksi, dan
Lemahnya kemampuan masyarakat kecil untuk membangun organisasi ekonomi masyarakat
yang dapat meningkatkan posisi tawar dan daya saingnya.
3.2.2. Beberapa Tantangan
Tantangan utama dalam upaya pemberdayaan masyarakat adalah
bagaimana
membangun kelembagaan sosial-ekonomi yang mampu memberikan kesempatan bagi
masyarakat untuk mendapat lapangan kerja dan pendapatan yang layak, martabat dan
eksistensi pribadi, kebebasan menyampaikan pendapat, berkelompok dan berorganisasi, dan
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan publik.
Secara khusus untuk mengangkat masalah pemberdayaan ekonomi masyarakat
tantangan yang dihadapi adalah bagaimana memperbaiki iklim ekonomi makro dan
kegiatan ekonomi riil yang kondusif yang dapat menjamin kegiatan usaha ekonomi
masyarakat lebih kompetitif dan menguntungkan. Hal ini erat kaitannya dengan upaya
1.
2.
3.
4.
untuk memberikan akses masyarakat ke input sumberdaya ekonomi, pengembangan organisasi
ekonomi yang dikuasai oleh pelaku ekonomi kecil, dan meningkatkan bantuan fasilitas bantuan
teknis dan perlindungan bagi usaha masyarakat kecil.
3.2.3. Strategi Kebijakan
Dengan melihat permasalahan dan tantangan yang ada dalam rangka pemberdayaan
masyarakat, strategi kebijakan yang diambil adalah:
Membangun kelembagaan sosial masyarakat yang dapat memfasilitasi masyarakat untuk
memperoleh dan memanfaatkan sumberdaya yang berasal dari pemerintah dan dari
masyarakat sendiri untuk meningkatkan kesejahteraan sosial, martabat dan keberadaan,
maupun memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan publik.
Mengembangkan kapasitas organisasi ekonomi masyarakat untuk dapat mengelola kegiatan
usaha ekonomi secara kompetitif dan menguntungkan yang dapat memberikan lapangan kerja
dan pendapatan yang layak.
Meningkatkan upaya perlindungan bagi masyarakat miskin dengan menciptakan iklim ekonomi
makro, pengembangan sektor ekonomi riil, dan memberikan jaminan sosial kepada masyarakat
miskin termasuk bagi masyarakat yang terkena musibah atau menjadi korban akibat situasi
ekonomi, sosial, dan gangguan alam yang di luar kekuatannya.
Mengembangkan lembaga keswadayaan untuk membangun solidaritas dan ketahanan sosial
ekonomi masyarakat.
IV.
VISI PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH MASA DEPAN
Visi pembangunan ekonomi ke depan adalah memilih bidang ekonomi yang dapat
mewujudkan kesejahteraan sosial secara berkelanjutan. Mengingat sebagian besar penduduk
mempunyai orientasi kegiatan ekonomi berbasis sumberdaya alam, maka optimasi
pemanfaatannya harus menjadi perhatian. Dalam kerangka paradigma pembangunan manusia,
pembangunan berbasis sumberdaya lokal, dan pembangunan kelembagaan, maka
pembangunan harus difokuskan pada sektor-sektor unggulan. Dengan demikian visi
pembangunan ekonomi ke depan menempatkan “sektor unggulan tertentu” sebagai prioritas
utama dalam pembangunan ekonomi daerah.
Peran “sektor-sektor unggulan” dalam pembangunan daerah sangat luas, mencakup
berbagai indikator. Berdasarkan kenyataan ini, maka ditentukan prioritas kebijaksanaan
pembangunan di masa depan. Prioritas ke depan adalah keterkaitan yang kohesif antara
sasaran lingkungan mikro, makro, dan global yang cepat meningkatkan kesejahteraan sosialekonomi rakyat.
Sasaran lingkungan mikro
Sasaran lingkungan mikro adalah rakyat sebagai pelaku ekonomi yang sebagian besar
hidup dari sektor ekonomi riil. Pelaku ekonomi maju perlu mendapatkan suasana untuk
kegiatan ekonomi produktif yang berkesinambungan. Sementara pelaku ekonomi transisi
perlu didampingi oleh pemerintah. Sedangkan pelaku ekonomi tertinggal perlu mendapat
subsidi, pembinaan, dan perlindungan dalam berbagai bentuk pemberdayaan.
Bagi pelaku ekonomi tertinggal, maka sasaran pembangunan ekonomi adalah
meningkatkan akses masyarakat tertinggal terhadap faktor produksi terutama sumberdana,
teknologi dan manajemen, dan sistem distribusi.
Sasaran lingkungan makro
Sasaran lingkungan makro adalah keterkaitan antar sektor kegiatan ekonomi yang
semakin kuat dengan inti “sektor unggulan”. Pembangunan sektor unggulan memiliki dimensi
(1).
(2).
(3).
(4).
(5).
kaitan ke depan (forward linkages) dalam kegiatan industri pengolahan dan pemasaran serta
dimensi kaitan ke belakang (backward linkages) kegiatan faktor produksi primer.
Berkembangnya kedua dimensi kaitan sektor tersebut akan menciptakan kesempatan kerja
baru, menyerap tenaga kerja, menjadikan sektor unggulan sebagai penggerak ekonomi, dan
memantapkan swasembada “pangan”. Pembangunan “sektor unggulan” dilaksanakan dengan
dukungan langsung dari sektor-sektor lain terutama INDAG dalam kerangka pengembangan
sistem produksi modern dan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembangunan “sektor
unggulan” merupakan sektor pendorong dalam menggerakkan keterkaitan pembangunan
dengan sektor-sekor di bidang ekonomi yang dapat meningkatkan nilai tambah dan selanjutnya
bermuara pada kesempatan kerja yang luas dan pendapatan ekonomi yang memadai bagi para
pelaku pembangunan ekonomi (widely multiplier effects).
Sasaran lingkungan global
Sasaran lingkungan global adalah mempersiapkan “sektor unggulan” dalam
menghadapi tantangan global dan perdagangan bebas. Oleh karena itu, perlu segera
melakukan penajaman orientasi yaitu mempercepat peningkatan proses alih teknologi dan
aliran investasi masuk ke dalam sektor unggulan, mulai dari hulu hingga ke hilir. Besaran impor
untuk peningkatan produktivitas berupa teknologi dan investasi (modal) dapat memutar
kegiatan ekonomi secara luas. Muaranya pada peningkatan kemampuan produk unggulan
(comparative advantage) untuk meningkatkan daya saing (competitive advantage) dalam
lingkungan global guna menghasilkan produk yang mempunyai nilai jual dan digemari dalam
lingkungan pasar internasional.
Berdasarkan kerangka pikir tersebut maka program-program pembangunan “sektor
unggulan” seyogyanya berorientasi pada:
Pengembangan/penguatan akses ekonomi masyarakat --- terutama masyarakat tertinggal --terhadap fasilitas sumber pembiayaan;
Pengembangan/ penguatan kualitas sumberdaya manusia, termasuk peningkatan kualitas
jajaran aparat yg relevan ;
Pengembangan/penguatan kualitas prasarana / sarana yang mendukung langsung kegiatan
pembangunan “sektor unggulan” , seperti adopsi sistem teknologi tepat guna baik dalam bentuk
perangkat kerasnya (instrumen teknis) maupun perangkat lunaknya (prosedur) dan
pengembangan sistem informasi manajemen;
Penguatan kelembagaan pembangunan berbasis komunitas; dan
Penguatan kelembagaan keuangan yang dimiliki dan dikelola oleh masyarakat setempat.
V. KELOMPOK SASARAN PROGRAM
Paradigma pembangunan yang berorientasi pada rakyat menegaskan pentingnya
pemberdayaan
ekonomi
rakyat
dalam
menyelenggarakan
pembangunan
guna
mengembangkan kemampuan masyarakat sendiri. Sehingga masyarakat setempat mempunyai
hak, wewenang, dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri atas inisiatif sendiri
dalam urusan rumah tangga daerahnya.
Sejalan dengan berlakunya desentralisasi, mekanisme penyaluran bantuan
pembangunan yang semula direncanakan dikelola dan dilaksanakan oleh pemerintah pusat,
secara bertahap telah dialihkan kepada koordinasi pelaksanaannya oleh pemerintah daerah
dan akhirnya dapat disalurkan langsung dan dikelola sendiri oleh masyarakat yang paling
memerlukan, khususnya kelompok masyarakat pelaku ekonomi. Dengan pengalihan ini bantuan
dapat diterima dan dikelola langsung oleh masyarakat pelaku bisnis.
Perubahan mekanisme penyaluran dana dari mekanisme Daftar Isian Proyek (DIP) ke
mekanisme Daftar Alokasi Dana Pembangunan Daerah (DADPD), dan dari bantuan specific ke
bantuan block grant. Mekanisme yang telah berubah ini perlu dipahami aparat pembangunan
yang mempercepat tumbuhnya peran-serta masyarakat.
(1).
(2).
(3).
(1)
(2).
(1).
(2).
(3).
Pembangunan seyogianya dilaksanakan oleh masyarakat sendiri dan pemerintah
sebagai pihak yang memperlancar pelaksanaan dengan memberikan pelayanan sebaikbaiknya. Jajaran pemerintahan di daerah, baik jajaran pemerintah daerah dan instansi teknis
perlu membuat identifikasi kelompok sasaran program di daerah masing-masing berdasarkan
kondisi SDM, potensi sumberdaya, dan komoditas unggulannya secara akurat dan mutakhir.
Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pemberdayaan masyarakat, maka
peran kelompok fungsional masyarakat sangat diharapkan. Jajaran pemerintah daerah
diharapkan dapat membantu menyiapkan masyarakat dalam memanfaatkan bantuan sebagai
dana kegiatan ekonomi produktif. Penyiapan masyarakat dilakukan dalam wadah kelompok
lokal-tradisional yang tumbuh berdasarkan kondisi sosial budaya masyarakat setempat, seperti
kelompok tani, ternak dan nelayan. Penyiapan masyarakat dalam wadah kelompok ini
diharapkan dapat tumbuh menjadi embrio lembaga pengelola dana pembangunan yang mampu
merencanakan, melaksanakan, dan melestarikan kegiatan yang dilakukan sendiri oleh
masyarakat.
Pada dasarnya kelompok masyarakat dapat diklasifikasikan menjadi tiga tahapan, yaitu
Kelompok yang tidak/belum berorientasi pasar, dengan status pendapatan di bawah garis
pendapatan minimal atau kelompok tertinggal;
Kelompok yang berada pada tahapan transisi, dengan status pendapatan mulai meningkat dari
kondisi minimal dan mempunyai potensi pasar yang berkembang; dan
Kelompok yang sudah berorientasi pasar, dengan status pendapatan di atas rata-rata dan
mempunyai pasar potensial yang lebih maju.
Bantuan program pembangunan akan sangat dipengaruhi oleh klasifikasi kelompok
masyarakat tersebut. Sudah bukan saatnya lagi semua bantuan program pembangunan
disama-ratakan dan direncanakan dari pusat (top-down planning). Untuk dapat melaksanakan
pemilahan kelompok sasaran maka perlu identifikasi secara rinci pada kelompok masyarakat
yang ada. Tersedianya pangkalan data yang memadai meliputi potensi sumberdaya manusia
dan masyarakat, potensi sumberdaya alam, tersedianya prasarana pendukung dan pelayanan
yang telah ada dan masih diperlukan akan sangat membantu penentuan sasaran pelayanan
kepada masyarakat. Pangkalan data ini sekaligus bermanfaat untuk penajaman alokasi bantuan
sebagai media pemantauan pembinaan dan melakukan penilaian kinerja pembangunan.
Bagi “kelompok tertinggal”, yang tidak mampu dan belum berorientasi pasar perlu secara
khusus diperhatikan untuk mendapatkan bantuan dana yang bersifat hibah bergulir (revolving
block grant) namun perlu disertai pendampingan & pembinaan intensif agar mampu mandiri.
Pemanfaatan bantuan hibah bergulir ini diarahkan untuk dioptimalkan sesuai potensi wilayah
dan kemampuan masyarakat.
Secara umum block grant tersebut dapat digunakan dalam dua bentuk, yaitu:
Investasi sosial yang tidak langsung menghasilkan pendapatan, seperti sarana dan prasarana,
termasuk teknologi tepat guna;
Investasi ekonomi yang meningkatkan pendapatan seperti “modal kerja”.
Sedangkan “kelompok transisi” yang sudah mampu ke luar dari kondisi tertinggal dapat
memperoleh bantuan dana semi-komersial, seperti antara lain kredit usaha tani (KUT) atau
Kredit kepada Koperasi (KKop), dan Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya (KKPA)
yang dapat dimanfaatkan membiayai kegiatan usahanya. Bagi kelompok ini masih perlu
disediakan pendampingan dan pembinaan sebagai upaya nyata pemberdayaan masyarakat.
Hal yang perlu ditanamkan dalam pembinaan kepada kelompok masyarakat ini dalam
mengelola bantuan modal usaha adalah adanya tiga sukses, yaitu:
Sukses dalam penyaluran dana secara lancar;
Sukses dalam memanfaatkan pengunaan bantuan modal secara adil;
Sukses dalam pengembalian pinjaman permodalan dan meningkatkan kemandirian yang pada
giliran selanjutnya dapat meningkatkan kesejahteraan.
Sejalan dengan semangat menuju mekanisme pasar yang bersahabat dan otonomi
daerah maka bagi kelompok yang sudah maju dan memenuhi kriteria orientasi pasar tidak lagi
harus mendapatkan bantuan dana yang disubsidi, tetapi diberikan kesempatan dan kemudahan
untuk mendapatkan pelayanan kredit komersial. Kelompok yang sudah berorientasi pasar perlu
difasilitasi, khususnya penyediaan informasi pasar untuk mengembangkan kemampuannya
lebih lanjut.
VI. SEKTOR-SEKTOR INDUSTRI DAN PERDAGANGAN
6.1. Pendahuluan
6.1.1. Latar Belakang
Salah satu dampak penting akibat dari liberalisasi perdagangan adalah bahwa
perkembangan unit-unit produksi dan distribusi sangat ditentukan oleh daya saing secara
internasional. Dalam situasi seperti ini kebijakan industrialisasi DAERAH seyogyanya berbasis
keunggulan kompetitif. Permasalahan klasik yang dihadapi adalah (1) rendahnya daya saing
produk industri daerah di pasar internasional, (2) lemahnya standarisasi kualitas produk, dan (3)
lemahnya promosi di tingkat internasional.
Industrialisasi pada hakekatnya merupakan suatu proses perubahan "Sistem Wilayah",
terutama "Subsistem Masyarakat" nya, dalam rangka untuk mencapai tingkat kesejahteraan
hidup masyarakat yang lebih baik. Pada kenyataannya proses perubahan tersebut melibatkan
transformasi struktural dan kultural di dalam sistem masyarakat.
Transformasi struktural ditandai oleh bergesernya struktur perekonomian dari
agraris ke arah industrialis dengan segala bentuk konsekwensinya, termasuk
pergeseran pergeseran dalam aspek-aspek pranata sosial-ekonomi dan sosioteknologi. Proses transformasi ini berlangsung secara bertahap dan
berkesinambungan dengan menggunakan masukan yang bersifat internal maupun
eksternal, baik masukan material, kebijakan, maupun informasi terutama informasi
tentang IPTEK yang tepat guna. Transformasi kultural pada hakekatnya merupakan
transformasi budaya masyarakat agraris menuju budaya masyarakat yang lebih
industrialis. Proses transformasi ini menyangkut banyak aspek kehidupan, antara lain
adalah:
1. Pandangan masyarakat tentang "Makna Hidup", dimana masyarakat agraris lebih banyak
menggantungkan hidupnya kepada nasib secara pasif;
2. Pandangan masyarakat tentang "Persepsi Waktu", dimana masyarakat agraris lebih mengacu
ke masa sekarang dan masa silam;
3. "Hubungan manusia dengan lingkungan alam sekitarnya", dimana masyarakat agraris lebih
berpandangan bahwa manusia harus tunduk dan hidup selaras dengan alam;
4. "Hubungan antara manusia
dengan sesamanya", dimana masyarakat agraris lebih
mengutamakan pola kehidupan gotong royong dan konsensus untuk kerja sama.
Sebagaimana telah disinggung di atas, proses industrialisasi dengan transformasi
strukturalnya secara langsung dan tidak langsung pasti akan terkait dengan mekanisme
interaksi antara sektor pertanian dan sektor industri. Mekanisme interaksi antar sektor ini dapat
berupa transfer sumberdaya manusia (tenaga kerja), transfer modal usaha, dan transfer IPTEK.
Pengalaman menunjukkan bahwa untuk lebih mendinamisasikan ekonomi masyaraakat maka
kebijakan pembangunan sektor industri harus memprioritaskan kaitan ke belakang ("backward
linkage").
Dalam perspektif pembangunan yang lebih luas, industrialisasi bukan merupakan
tujuan yang berdiri sendiri, tetapi lebih merupakan alat untuk mencapai beberapa tujuan lain
dari proses pembangunan. Beberapa tujuan yang ingin dicapai tersebut adalah :
1.
Penciptaan lapangan kerja seluas-luasnya bagi masyarakat;
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
Peningkatan produktivitas tenagakerja dan value added (nilai tambah) yang diperolehnya;
Pencapaian tingkat penghasilan yang memadai bagi masyarakat dan daerah;
Peningkatan kesejahteraan masyarakat;
Mendorong mekanisme akumulasi kapital (investasi) intern daerah, sehingga tidak selalu
memerlukan suntikan dana dari luar;
Mengembangan keterkaitan yang dinamis dengan sektor-sektor lain dalam ekonomi
regional, seperti sektor agraris. Hal ini akan menyangkut dua masalah penting, yaitu (i)
hubungan industrialisasi dengan peningkatan produksi dan produktivitas, baik melalui demand
linkage maupun input linkage, dan (ii) peluang bagi masyarakat untuk ikut menikmati
keuntungan yang berasal dari proses industrialisasi.
Paradigma pembangunan bidang industri adalah terwujudnya struktur ekonomi yang
seimbang dimana terdapat kemampuan dan kekuatan industri – perdagangan yang maju
didukung oleh kekuatan dan kemampuan pertanian yang tangguh, sejalan dengan
perkembangan kondisi dan potensi pembangunan. Hal ini akan dapat dicapai melalui
serangkaian kegiatan pembangunan yang bertahap. Dengan melalui peningkatan bidang
industri dan perdagangan secara bertahap ini diharapkan akan terpenuhi kebutuhan pokok
rakyat sesuai dengan tingkat kesejahteraannya.
Kebijakan pembangunan industri pada hakekatnya dibedakan menjadi dua, yaitu (i)
peningkatan pembangunan industri yang dapat menghasilkan mesin industri, baik industri berat
maupun industri ringan; dan (ii) peningkatan pembangunan industri kecil dan kerajinan rakyat
yang diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja baru, memperluas kesempatan kerja,
meningkatkan jumlah dan kualitas hasil produksi baik untuk pasar domestik maupun untuk
ekspor serta peningkatan pemanfaatan bahan baku lokal.
Kebijakan pokok pembangunan sektor industri tersebut di atas dapat dirinci sebagi
berikut:
Pembangunan industri dilakukan dalam rangka merombak struktur ekonomi ke arah struktur
yang lebih kokoh dan lebih seimbang antara pertanian, industri dan perdagangan. Hal ini
berarti pembangunan sub sektor agroindustri mendapatkan prioritas yang tinggi.
Pembangunan industri yang mengolah bahan mentah dan barang setengah jadi menjadi
barang jadi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan domestik dan peningkatan ekspor.
Pembangunan industri lebih diarahkan pada pengembangan industri kecil yang bersifat padat
karya, yang mampu memperluas kesempatan kerja dan memeratakan kesempatan berusaha.
Penyempurnaan, pengaturan, pembinaan dan pengembangan usaha industri kecil lebih
diprioritaskan dan diarahkan bagi usaha golongan ekonomi lemah.
Pembangunan industri yang menunjang sektor pertanian, seperti industri yang menghasilkan
alat dan sarana produksi pertanian serta industri yang mengolah hasil pertanian, mendapatkan
prioritas yang tinggi.
Pembangunan industri harus senantiasa diusahakan untuk mencegah pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup serta pemborosan
penggunaan sumberdaya alam, serta
menghindari rangsangan bagi tumbuhnya pola konsumsi mewah.
Khusus dalam hal keterkaitan antara sektor industri-perdagangan dengan sektor
pertanian masih terdapat beberapa jalur yang lemah, terutama antara produksi bahan baku
dan pengolahan hingga ke penawaran bahan masukan untuk pengemasan produk agroindustri.
6.1.2. Strategi
Visi
Visi 2020:
Terwujudnya sektor industri dan perdagangan sebagai tumpuan kemajuan dan kemandirian
perekonomian daerah secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Misi
1. meningkatkan kualitas dan kuantitas produk unggulan wilayah yang bernilai tambah besar dan
berdaya saing tinggi, dengan menerapkan teknologi yang ramah lingkungan
2. meningkatkan kinerja sistem perdagangan domestik dan peningkatan ekspor barang dan jasa,
3. menciptakan lapangan kerja/usaha baru yang dapat diakses oleh segenap masyarakat secara
berkeadilan dan berkelanjutan,
4. mengatasi masalah modal, promosi dan pemasaran, manajemen dan kualitas sumberdaya
manusia.
5. Melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan yang diperlukan untuk mendukung
keempat misi tersebut di atas.
Tujuan
Memperkukuh struktur ekonomi daerah secara berkelanjutan dengan jalan:
1. Perluasan dan penguatan serta pendalaman struktur industri, memperluas kesempatan
berusaha dan lapangan kerja, meningkatkan antar daerah / ekspor
2.
Mendorong pengembangan wilayah serta pemerataan hasil pembangunan melalui
peningkatan keterkaitan yang kuat dan saling mendukung antar industri, antara industri hulu
dengan industri hilir, antara industri dengan sektor ekonomi lainnya, serta antara usaha besar,
usaha menengah, usaha kecil, dan koperasi;
3. Peningkatan keanekaragaman dan kelancaran proses produksi dan distribusi produk unggulan
yang ramah lingkungan;
4. Pemantapan kegiatan rancang bangun, rekayasa, dan konstruksi yang berdaya saing tinggi;
5. Peningkatan penelitian dan pengembangan serta percepatan proses alih teknologi secara
berkelanjutan.
6. 2. Pilihan Program
6.2.1.
Program
PENGEMBANGAN
INDUSTRI
DENGAN
PENINGKATAN
PEMANFAATAN BAHAN BAKU LOKAL
2.1.1. Dasar Pertimbangan
Dua hal yang harus mendapatkan perhatian khusus dan prioritas dalam pembangunan
daerah di masa mendatang, yaitu proses transformasi ekonomi dan proses globalisasi.
Transformasi ekonomi terwujud dalam perubahan sumbangan menurut sektor, sumber
pertumbuhan ekonomi dan pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri.
Proses transformasi perlu diarahkan untuk keserasian dan keseimbangan, baik dari produksi
dan penyerapan tenaga kerja antar sektor pertanian dan industri maupun antar sektor
pedesaan dan sektor perkotaan. Pergeseran pola permintaan ke arah peningkatan produk
industri dan jasa berlandaskan ketangguhan sektor pedesaan ( dan tradisional ) akan
mendorong pertumbuhan yang dinamis.
Dalam situasi seperti sekarang, bukan hanya pertumbuhan ekonomi yang menjadi
masalah, yang terpenting adalah pembangunan masyarakat seutuhnya. Pembangunan tidak
hanya berarti pertumbuhan total, tetapi mencakup sasaran yang lebih luas, yaitu “peningkatan
kesejahteraan rakyat secara lebih merata”. Partisipasi masyarakat di dalam pembangunan
ekonomi dan penciptaan struktur ekonomi yang seimbang sangat diperlukan untuk
berlangsungnya pembangunan berkelanjutan. Dalam hubungan ini peningkatan partisipasi
masyarakat di wilayah pedesaan, dalam konteks linkage antara rural-urban, merupakan
strategi peningkatan kemandirian daerah dan masyarakat.
2.1.2. Tujuan
Pembangunan industri daerah bertujuan untuk meningkatkan produksi khususnya
industri kecil dan menengah yang berbahan baku lokal dan mengurangi ketergantungan bahan
baku impor, perluasan persebaran industri kecil dan menengah melalui sentra-sentra kawasan
serta menumbuh kembangkan usaha dan wirausaha baru industri kecil dan menengah.
Sasaran program ini adalah (1) meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi; (2) meningkatkan
ekspor; (3) menciptakan lapangan kerja baru; (4) mengatasi pemasalahan pada permodalan, pemasaran,
managemen dan kualitas sumberdaya manusia.
1.
2.
3.
4.
6.
2.1.3. Rencana Strategis
Pembangunan industri dan perdagangan dikembangkan secara bertahap dan terpadu
melalui peningkatan keterkaitan antar industri dan antara sektor industri dengan sektor ekonomi
lainnya, terutama dengan sektor ekonomi yang memasok bahan baku industri.
Pembangunan industri dan perdagangan meliputi upaya mengaitkan pengembangan
industri dengan perkembangan perdagangan, transportasi dan teknologi, penciptaan iklim yang
lebih mendukung dengan peningkatan pemberian insentif bagi penanaman modal dan
penyebaran pembangunan industri di berbagai kawasan sesuai dengan potensi masing-masing
kawasan, dengan peranserta aktif masyarakat dan disesuaikan dengan rencana umum tata
ruang. Guna memantapkan perkembangan industri dan perdagangan , pemusatan kekuatan
ekonomi dalam berbagai bentuk monopoli yang merugikan masyarakat harus dicegah.
Pembangunan industri yang mempunyai nilai tambah tinggi dan jangkauan strategis
seperti industri maritim, industri transportasi darat, industri telekomunikasi, industri informatika,
industri elektronika, industri energi, industri kimia, industri bioteknologi, industri alat dan mesin
pertanian, terus didorong perkembangannya agar menjadi lebih efisien dan memperkuat
struktur industri melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia yang andal, kemampuan
pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi secara sinergi
antar lembaga penelitian dan pengembangan pemerintah, swasta dan perguruan tinggi, baik di
dalam maupun di luar negeri.
Industri penghasil bahan baku, barang modal, komponen dan bahan penolong terus
dikembangkan untuk makin memperdalam struktur industri, meningkatkan efisiensi, kualitas dan
nilai tambah produk sehingga daya saing industri nasional meningkat dan mampu bersaing
secara regional dan global serta mengurangi ketergantungan pada impor dan menghasilkan
devisa.
Pembangunan agroindustri perlu ditingkatkan agar mampu menjamin pemanfaatan hasil
pertanian secara optimal dengan memberikan nilai tambah yang tinggi melalui upaya
pemanfaatan, pengembangan, penguasaan teknologi dan bioteknologi.
Industri yang mengolah bahan mentah termasuk hasil tambang lainnya serta industri
pengolahan hasil hutan terus ditingkatkan dalam rangka peningkatan nilai tambah dengan tetap
menjaga kelestarian dan fungsi lingkungan hidup serta meningkatkan peran aktif dan
kemampuan masyarakat luas dalam pengusahaannya dengan berbagai skala usaha.
2.1.4. Aktivitas
Pengembangan usaha kecil dan menengah sektor industri dan perdagangan (UKM-INDAG)
melalui peningkatan produksi, teknologi dan manajemen, serta kemudahan permodalan..
Menumbuhkan dan mengembangkan industri rumah tangga, kecil dan menengah baru dalam
rangka mengatasi pengangguran, kemiskinan, dan perluasan lapangan kerja.
Meningkatkan dan mengembangkan diversifikasi, kualitas dan desain produk dalam rangka
pengembangan pasar yang berorientasi ekspor.
Meningkatkan dan mengembangkan upaya standarisasi kualitas proses dan produk dengan
mengacu kepada kaidah-kaidah internasional.
Peningkatan utilisasi kapasitas produksi, untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan
sumberdaya lokal dalam kerangka pemberdayaan ekonomi rakyat.
6.2.2. Program PENGUASAAN TEKNOLOGI UNTUK PENINGKATAN KUALITAS
PRODUK
2.2.1. Dasar Pertimbangan
Upaya menjaga dan mempertahankan kualitas produk industri dalam persaingan global
harus ditunjang dengan cara yang sistematis dalam mendorong penemuan, inovasi, serta
peningkatan mutu dan efisiensi industri, perlindungan hak milik intelektual, dan hasil penelitian.
Standardisasi perlu disempurnakan agar mencapai tingkat pengakuan standar
internasional sehingga terjamin kualitas produksi industri.
Pemberian insentif bagi usaha masyarakat yang melakukan penelitian dan
pengembangan serta pelatihan perlu didorong.
2.2.2. Tujuan
Program peningkatan pemanfaatan dan penguasaan teknologi bertujuan untuk
meningkatkan pemanfaatan dan penguasaan teknologi dalam rangka meningkatkan efisiensi,
mutu dan daya saing industri sehingga mampu meningkatkan nilai tambah produk industri.
2.2.3. Rencana Strategis
1. Menguasai dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka alih teknologi;
2. Merekayasa dan menghasilkan produk unggulan yang bernilai tambah besar dan berdaya saing
tinggi;
2.2.4. Kegiatan
1. Peningkatan dan pengembangan teknologi tepat guna dalam kegiatan industri terutama yang
berskala kecil dan menengah.
2. Meningkatkan jenis dan kualitas layanan Unit Pelayanan Teknis (UPT).
3. Meningkatkan dan menyempurnakan data stastistik sebagai sumber informasi dalam
pengembangan IPTEK.
4. Pelatihan peningkatan kualitas SDM dalam rangka alih teknologi.
6.2.3. Program PENGEMBANGAN SISTEM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN PRODUK
UNGGULAN
2.3.1. Dasar Pertimbangan
Pembangunan industri meliputi upaya mengaitkan pengembangan industri dengan
perkembangan perdagangan, transportasi dan teknologi, penciptaan lklim yang kondusif dan
pemberian insentif bagi penanaman modal; penyebaran pembangunan industri di berbagai
kawasan sesuai dengan potensi masing-masing kawasan, dengan peranserta aktif masyarakat
dan disesuaikan dengan rencana umum tata ruang.
2.3.2. Tujuan
Pengembangan industri antar daerah bertujuan untuk meningkatkan keterkaitan antara
industri rumah tangga, kecil dan menengah serta daya saing dalam menghadapi era globalisasi
2.3.3. Rencana Strategis
1. Mendorong sinergi antara sektor industri dan sektor perdagangan serta sektor ekonomi lainnya
yang relevan;
2. Mentransformasikan ekonomi berbasis pertanian ke arah berbasis industri yang didukung oleh
jasa-jasa perdagangan yang memadai;
3. Meningkatkan informasi potensi industri dan potensi pasar domestik.
2.3.4. Kegiatan
1. Mendorong semakin mudahnya prosedur perizinan dan menghilangkan sekat-sekat
kewilayahan atau kedaerahan (Kabupaten).
2. Perencanaan dan strategi pengembangan industri DAERAH.
3. Penyediaan teknologi informasi dalam rangka meningkatkan informasi potensi industri.
4. Pengembangan pusat informasi pasar yang dapat mengakses pasar nasional dan global, serta
terintegrasi dengan daerah-daerah lain.
6.2.4. Program Penguatan Kelembagaan Ekspor Barang dan Jasa
2.4.1. Dasar Pertimbangan
Proses globalisasi mengandung implikasi bahwa suatu aktivitas yang sebelumnya
terbatas jangkauannya menjadi berkembang tidak terbatas. “Dunia tanpa batas” ini akan
meningkatkan arus perdagangan dan investasi dunia, dan setiap negara mempunyai peluang
untuk memanfaatkannya. Persiapan yang diperlukan untuk menangkap peluang tersebut
meliputi bidang IPTEK, sumberdaya manusia, manajemen dan sistem kelembagaan yang
diarahkan pada peningkatan daya saing ekonomi. Peningkatan daya saing ini dapat dilakukan
melalui peningkatan efisiensi sistem dan penguatan kelembagaan yang terkait.
Sistem dan kelembagaan ekspor barang dan jasa yang semakin efisien, efektif, dan
transparan, sangat diperlukan guna memberdayakan para pelaku usaha, serta meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk dapat memanfaatkan dan memperluas pasar di dalam dan luar
negeri.
2.4.2. Tujuan
Pembangunan perdagangan ditujukan untuk meningkatkan daya saing, memperlancar
arus barang dan jasa guna menjamin ketersediaan kebutuhan masyarakat antar wilayah,
melindungi masyarakat dari gejolak harga, menunjang peningkatan produksi, meningkatkan
pendapatan masyarakat terutama petani produsen, serta memperluas kesempatan usaha,
menciptakan lapangan kerja produktif, dan meningkatkan penerimaan devisa negara.
Pengembangan sistem perdagangan juga bertujuan untuk mendukung upaya
peningkatan daya saing global produk serta meningkatkan peranan ekspor dalam memacu
pertumbuhan ekonomi.
Sasaran jangka pendek adalah menurunnya hambatan prosedural dan permasalahan
likuiditas dan memperluas pasar ekspor dalam rangka mendorong ekspor, utamanya ekspor
non migas.
2.4.3. Rencana Strategis
Pembangunan perdagangan harus ditunjang oleh sumber daya manusia yang berakhlak
mulia serta professional dan berjiwa kewirausahaan, sistem kelembagaan, sistem distribusi,
sistem komunikasi, sistem transportasi, dan penyebaran informasi pasar yang semakin efektif
dan efisien, serta peraturan perundang-undangan yang mendorong persaingan sehat untuk
mencegah munculnya etatisme, berbagai bentuk monopoli, oligopoli, monopsoni, dan
oligopsoni yang merugikan masyarakat.
Pembangunan perdagangan juga diarahkan untuk meningkatkan penggunaan produksi
dalam negeri melalui kebijaksanaan perdagangan. Upaya secara sistematik perlu dilakukan
untuk menanamkan dan menumbuhkan nilai budaya bangsa dalam menghargai produk dalam
negeri sehingga merangsang perkembangan produksi domestik dalam menghadapi era
perdagangan bebas. Upaya tersebut perlu didukung secara terpadu dan berkesinambungan
oleh sektor-sektor terkait terutama industri, pertanian, transportasi, komunikasi, dan keuangan,
yang mendorong peningkatan produksi dalam negeri yang bermutu dan memenuhi standar
international meningkatkan kemampuan perluasan pasar baik dalam negeri maupun luar negeri.
Keberhasilan upaya tersebut akan memperluas lapangan kerja, kesempatan berusaha, dan
menghemat devisa dalam memperkukuh kemandirian bangsa.
Penyediaan kebutuhan pokok dan kebutuhan masyarakat lainnya serta usaha
pemasarannya perlu disesuaikan dengan pola produksi dan konsumsi masyarakat yang
didukung oleh sistem pembiayaan dan jasa sistem transportasi baik antar daerah maupun antar
pulau serta sarana, prasarana, dan kelembagaan distribusi yang mantap guna menjamin
penyebaran barang dan jasa secara merata dengan harga yang layak dan terjangkau oleh daya
beli masyarakat di seluruh wilayah tanah air dengan memperhatikan nilai tukar petani. Usaha
dometik dengan mengutamakan koperasi dan UKM untuk berperan seluas-luasnya dalam
penyediaan kebutuhan pokok dan kebutuhan masyarakat lainnya.
Guna mendorong ekspor, khususnya komoditas nonmigas, upaya peningkatan daya
saing, penerobosan serta perluasan pasar luar negeri terus dikembangkan melalui peningkatan
efisiensi produksi, mutu komoditi, standar internasional, jaminan kesinambungan dan ketepatan
waktu penyerahan, serta penganekaragaman produk dan pasar serta pengembangan sentra
pemasaran produk Indonesia di luar negeri, yang didukung oleh penyempurnaan sarana dan
prasarana perdagangan termasuk jaringan transportasi, informasi pasar, peningkatan promosi
serta peningkatan akses pasar inclalui kerja sama perdagangan internasional, baik bilateral
maupun multilateral. Berbagai sarana dan prasarana penunjang ekspor terutama kelembagaan
perkreditan, pembiayaan, per-asuransian, Ialu lintas keuangan, dukungan perangkat hukum
serta pelayanan usaha perlu dimantapkan. Dalam pelaksanaan ekspor perlu dibina keterkaitan
yang kuat antara perdagangan internasional dan perindustrian dengan sistem produksi dan
sistem pendukungnya; serta keterkaitan yang saling menguntungkan antara produsen dengan
lembaga pemasaran, khususnya koperasi, serta memperbesar efek ganda dan perluasan
lapangan kerja. Perluasan produk-produk unggulan disertai perluasan pasar negara tujuan
ekspor, perlu didorong dan pelaksanaannya dilakukan secara lebih transparan.
2.4.4. Kegiatan
1. Peningkatan utilitas kapasitas terpasang produk antara lain melalui perluasan pasar luar negeri non kuota,
2. Penyederhanaan prosedur kepabeanan dan berbagai bentuk fasilitas ekspor impor yang ada
untuk mengefektifkan aliran kredit modal dari perbankan.
3. Penataan sistem informasi perdagangan internasional.
4. Peningkatan akses informasi serta sistem fasilitasi perdagangan internasional kepada pelaku
usaha skala kecil dan menengah.
7. Optimalisasi upaya diplomasi perdagangan
8. Peningkatan kualitas penyebaran informasi kerjasama perdagangan internasioonal
9. Penataan kelembagaan dan sistem fasilitasi perdagangan internasional
10. Peningkatan partisipasi dunia usaha dalam penetrasi pasar luar negeri.
6.2.5. Program PENGUATAN INSTITUSI PASAR
2.5.1. Dasar Pertimbangan
Untuk mewujudkan landasan pembangunan daerah berkelanjutan yang kokoh,
penguatan institusi pasar yang mencakup pasar barang dan jasa, modal dan tenaga kerja ,
serta penguatan badan-badan usaha milik daerah sangat diperlukan agar mekanisme pasar
berjalan semakin baik sehingga sumberdaya pembangunan yang terbatas dapat teralokasikan
secara optimal. Ada empat masalah utama yang dapat menghambat bekerjanya mekanisme
pasar barang dan jasa, yaitu (1) adanya pemusatan kekuatan ekonomi dalam penguasaan
faktor produksi dan manajemen usaha melalui integrasi vertikal, integrasi horisontal, dan
konglomerasi; (2) penguasaan informasi yang tidak sama di antara pelaku ekonomi; (3) masih
lemahnya mekanisme hukum yang menunjang proses interaksi antara pelaku usaha, konsumen
dan masyarakat; dan (4) keterbatasan sarana dan prasarana penunjang mekanisme pasar
secara sehat, hal ini dapat mengakibatkan tingginya biaya-biaya transaksi.
Kebijaksanaan dan kegiatan perdagangan yang “fair” sangat diperlukan untuk
mendorong dan membantu pengusaha kecil, menengah, dan koperasi secara terpadu melalui
penciptaan iklim yang mendukung, penyediaan tempat usaha, kemudahan memperoleh
permodalan, peningkatan penyuluhan dan informasi pasar, serta pembinaan kemampuan,
perlindungan, dan pemberian kepastian berusaha. Kerja sama antara usaha besar, usaha
menengah, dan usaha kecil termasuk usaha informal serta tradisional terus didorong
perkembangannya dalam suasana kemitraan sepadan yang saling mendukung, saling
memperkuat, dan saling menguntungkan.
2.5.2. Tujuan
Program penguatan institusi pasar bertujuan menciptakan iklim yang kondusif bagi
kegiatan usaha yang kompetitif sehingga mampu meningkatkan daya saing daerah berbasis
efisiensi.
2.5.3. Rencana Strategis
Memperkuat kelembagaan yang mampu mendorong berlangsungnya mekanisme pasar
yang berkeadilan, mengurangi berbagai hambatan usaha, dan memberikan perlindungan
terhadap konsumen.
2.5.4. Kegiatan
1. Pengembangan transparansi proses persaingan usaha dan perlindungan konsumen.
2. Pengembangan jaringan dan kelembagaan informasi pasar barang dan jasa di daerah.
3. Penegakan peraturan perundang-undangan agar terjamin adanya kepastian hukum dalam
menjalankan usaha, dan pasar modal.
4. Pembangunan secara bertahap jaringan informasi pasar barang dan jasa dalam rangka
menyediakan dan memperluas akses masyarakat terhadap kebutuhan barang dan jasa.
5. Peningkatan aksesibilitas produsen primer dalam mekanisme pasar
6. Peningkatan daya saing terhadap tuntutan pasar global
7. Pengembangan sistem informasi dan mekanisme pasar modal daerah
8. Pengembangan skema modal yang kompetitif.
6.2.6. Program PENGEMBANGAN SDM DAN KELEMBAGAAN KOPERASI DAN UKM
2.6.1. Dasar Pertimbangan
Pemberdayaan koperasi diarahkan untuk memantapkan posisi dan peran koperasi yang
seimbang dengan usaha lainnya sehingga menjadi sokoguru perekonomian nasional dalam
pelaksanaan sistem ekonomi Pancasila guna mewujudkan demokrasi ekonomi. Pembangunan
koperasi sebagai gerakan nasional untuk memajukan ekonomi masyarakat ditujukan pada
penumbuhan budaya dan citra positif serta penguatan kelembagaan koperasi agar mampu
berperan sebagai wadah kegiatan ekonomi masyarakat yang tangguh dan berakar dalam
masyarakat melalui peningkatan kapasitas dan peranserta aktif anggota koperasi.
Pembangunan koperasi sebagai badan usaha ditujukan pada penguatan dan perluasan basis
usaha, peningkatan mutu sumber daya manusia terutama pengurus, pengelola, dan
anggotanya yang berakhlak mulia termasuk kewirausahaan dan profesionalisme koperasi
sehingga dengan kinerja yang makin sehat, kompetitif, dan mandiri, koperasi mampu menjadi
bangun usaha utama dalam perekonomian nasional guna memajukan kesejahteraan ekonomi
anggotanya sekaligus memacu kehidupan perekonomian terutama di perdesaan melalui
peningkatan akses dan pemanfaatan sumber daya, penciptaan iklim yang mendukung,
peningkatan kemampuan usaha dan kelembagaan, pengembangan koperasi dalam bidang
usaha unggulan bernilai tambah tinggi, peningkatan kemitraan usaha, serta perlindungan dari
praktek bisnis yang tidak sehat. Khusus koperasi di perdesaan perlu dikembangkan mutu dan
kemampuannya dan makin ditingkatkan perananya dalam kehidupan ekonomi di perdesaan.
Kapabilitas koperasi ditingkatkan dengan mendayagunakan dan memadukan segenap
sumber daya untuk memberdayakan koperasi guna memantapkan pelaksanaan fungsi, peran,
dan kinerja koperasi yang didasari oleh semangat kebersamaan, kekeluargaan, dan
profesionalisme.
Pelaksanaan fungsi dan peran koperasi baik sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun
sebagai badan usaha diupayakan melalui peningkatan prakarsa dan peranserta aktif anggota
dan masyarakat secara luas dan peningkatan kemampuan usaha serta sarana dan prasarana
kelembagaan yang dikelola secara professional agar koperasi dapat menumbuhkan
kemampuan menolong diri sendiri dan melayani kepentingan ekonomi masyarakat, dan
peningkatan peran lembaga gerakan koperasi sebagai wadah perjuangan kepentingan dan
pembawa aspirasi gerakan koperasi. Kesadaran, kemauan, dan kemampuan berkoperasi di
seluruh lapisan masyarakat, terutama pada lembaga yang telah mandiri dan berakar di
masyarakat, terus ditingkatkan melalui penelitian dan pengembangan, penyuluhan, pendidikan
dan pelatihan, proses belajar masyarakat, serta bimbingan konsultasi.
Pembangunan koperasi dilakukan melalui penciptaan iklim usaha yang memberikan
kepastian berusaha serta kesempatan dan dukungan berusaha yang seluas-luasnya di segala
sektor ekonomi baik di dalam maupun di luar negeri dengan disertai kemudahan memperoleh
permodalan dan faktor produksi lainnya, pemberian bimbingan dan bantuan perkuatan serta
perlindungan dari praktek bisnis yang tidak sehat. Koperasi perlu lebih didorong dan diberi
keleluasaan yang memadai untuk menangani dan mengembangkan lembaga keuangan yang
sesuai dengan prinsip koperasi dan kebutuhan anggotanya. Koperasi perlu diberi peran seluasluasnya dalam penyediaan kebutuhan pokok anggota dan masyarakat. Untuk mengembangkan
dan melindungi usaha masyarakat yang diselenggarakan dalam wadah koperasi demi
kepentingan rakyat, perlu ditetapkan bidang kegiatan ekonomi yang hanya boleh diusahakan
oleh koperasi. Kegiatan ekonoini di suatu wilayah, baik yang telah berhasil diusahakan oleh
koperasi maupun yang memiliki potensi untuk diusahakan dalam wadah koperasi agar tidak
dimasuki oleh badan usaha lainnya dengan memperhatikan keadaan dan kepentingan ekonomi
nasional dalam rangka pemerataan kesempatan usaha dan penciptaan kesempatan kerja dan
lapangan kerja produktif.
Keterkaitan usaha secara vertikal dan horizontal antar koperasi dan antara koperasi
dengan usaha swasta dan usaha negara dalam bentuk kemitraan usaha perlu dilaksanakan
deng