MAKALAH KEBIJAKAN FISKAL dan kebijakan moneter

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk
mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa
pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan moneter, yang
bertujuan men-stabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan
jumlah uang yang beredar. Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran
dan pajak.
Selama ini kita mengenal tiga sistem perekonomian yang berlaku di dunia
yaitu sistem kapitalis, sistem sosialis dan sistem campuran. Salah satu dari tiga
sistem tersebut diterapkan di Indonesia yaitu sistem campuran, dimana sistem
campuran adalah sebuah sistem perekonomian dengan adanya peran pemerintah
yang ikut serta menentukan cara-cara mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi
masyarakat. Tetapi campur tangan ini tidak sampai menghapuskan sama sekali
kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan pihak swasta yang diatur menurut
prinsip-prinsip cara penentuan kegiatan ekonomi yang terdapat dalam
perekonomian pasar.
Bentuk-bentuk campur tangan pemerintah antara lain :
1. Membuat peraturan-peraturan, dengan maksud untuk menghindari praktek
sehat dalam perekonomian pasar.

2. Secara langsung ikut serta dalam kegiatan-kegiatan ekonomi. Ikut serta
pemerintah dilakukan dengan mendirikan perusahaan-perusahaan yang
menyediakan barang atau jasa dalam kehidupan masyarakat. Contoh:
Perusahaan Air Minum
3. Melaksanakan kebijakan fiskal dan moneter. Kebijakan fiskal yang
dilakukan pemerintah merupakan kebijakan didalam bidang perpajakan
(penerimaan) dan pengeluarannya, sedangkan kebijakan moneter adalah
langkah-langkah yang dijalankan oleh Bank Sentral untuk mengawasi
jumlah uang yang berada di tangan masyarakat.

1

1.2 Tujuan penulisan
 Mengetahui dampak dari adanya penerapan kebijakan fiskal terhadap
pembangunan ekonomi.
 Mengetahui waktu dan kondisi yang tepat untuk menerapkan kebijakan
fiskal dalam perekonomian.
 Mengetahui peran dari adanya penerapan kebijakan fiskal dalam
perekonomian.
 Mengetahui bagaimana penerapan kebijakan fiskal pada Negara maju,

berkembang, dan tinggal.
 Mengetahui hubungan antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter
dalam perekonomian Indonesia.

2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah
uantuk mengelolah/ mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih baik atau
yang diinginkan dengan cara mengubah- ubah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. ( Prathama Rahardja Mandala Manurung, pengantar ilmu ekonomi )
Kebijakan memiliki dua prioritas, yang pertama adalah mengatasi defisit
anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) dan masalah-masalah APBN
lainnya. Defisit APBN terjadi apabila penerimaan pemerintah lebih kecil dari
pengeluarannya. Dan yang kedua adalah mengatasi stabilitas ekonomi makro,
yang terkait dengan antara lain ; pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi,
kesempatan kerja dan neraca pembayaran. ( Tulus TH Tambunan , 2006 )
Sedangkan,


kebijakan

fiskal

terdiri

dari

perubahan

pengeluaran

pemerintah atau perpajakkan dengan tujuan untuk mempengaruhi besar serta
susunan permintaan agregat. Indicator yang biasa dipakai adalah budget defisit
yakni selisih antara pengeluaran pemerintah (dan juga pembayaran transfer)
dengan penerimaan terutama dari pajak. ( Norpin, Ph. D. 1987 )
Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk
mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa
pajak) pemerintah.

Berdasarkan dari beberapa teori dan pendapat yang dijelaskan diatas dapat
kita simpulkan bahwa kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi yang
dilakukan oleh pemerintah dalam pengelolaan keuangan negara untuk
mengarahkan kondisi perekonomian menjadi lebih baik yang terbatas pada
sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran negara yang tercantum
dalam APBN.

3

2.2 Tujuan dari Kebijakan Fiskal
Adapun kebijakan fiskal sebagai sarana menggalakan pembangunan
ekonomi bermaksud mencapai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan laju investasi.
Kebijakan fiskal bertujuan meningkatkan dan memacu laju investasi
disektor swasta dan sektor Negara. Selain itu, kebijakan fiskal juga dapat
dipergunakan untuk mendorong dan menghambat bentuk investasi
tertuntu. Dalam rangka itu pemerintah harus menerapkan kebijaan
investasi berencana di sektor public, namun pada kenyataannya dibeberapa
Negara berkembang dan tertinggal terjadi suatu problem yaitu dimana
langkanya tabungan sukarela, tingkat konsumsi yang tinggi dan terjadi

investasi dijalur yang tidak produktif dari masyarakat dinegara tersbut. Hal
ini disebabkan tidak tersedianya modal asing yang cukup, baik swasta
maupun pemerintha. Oleh karena itu kebijakan fiskal memberikan solusi
yaitu kebijakan fiskal dapat meningkatkan rasio tabungan inkremental
yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan, memacu, mendorong dan
menghambat laju investasi. Menurut Dr. R. N. Tripathy terdapaat 6 metode
yang diterapkan oleh pemerintah dalam rangka menaikkan rasio tabungan
incremental bagi mobilisasi volume keuangan pembangunan yang
diperlukan diantaranya :


control fisik langsung



peningkatan tariff pajak yang ada



penerapan pajak baru,




surplus dari perusahaan Negara



pinjaman pemerintah yang tidak bersifat inflationer dan



keuangan deficit.

2. Untuk mendorong investasi optimal secara sosial.
Kebijakan fiskal bertujuan untuk mendorong investasi optimal
secara sosial, dikarenakan investasi jenis ini memerlukan dana yang besar
dan cepat yang menjadi tangunggan Negara secara serentak berupaya

4


memacu laju pembentukkan modal. Nantinya invesati optimal secara
sosial bermanfaat dalam pembentukkan pasar yang lebih luas, peningkatan
produktivitas dan pengurangan biaya produksi.
3. Untuk meningkatkan kesempatan kerja.
Untuk merealisasikan tujuan ini, kebijakan fiskal berperan dalam
hal pengelolan pengeluaran seperti dengan membentuk anggaran belanja
untuk mendirikan perusahaan Negara dan mendorong perusahaan swasta
melalui pemberian subsidi, keringanan dan lain-lainnya sehingga dari
pengupayaan langkah ini tercipta tambahan lapangan pekerjaan. Namun,
langkah ini harus juga diiringi dengan pelaksanaan program pengendalian
jumlah penduduk.
4. Untuk meningkatkan stabilitas ekonomi ditengah ketidak stabilan
internasional
Kebijaksanaan

fiskal

memegang

peranan


kunci

dalam

mempertahankan stabilitas ekonomi menghadapi kekuatan-kekuatan
internal dan eksternal. Dalam rangka mengurangi dampak internasional
fluktuasi siklis pada masa boom, harus diterapkan pajak ekspor dan impor.
Pajak ekspor dapat menyedot rejeki nomplok yang timbul dari kenaikkan
harga pasar. Sedangkan bea impor yang tinggi pada impor barang
konsumsi dan barang mewah juga perlu untuk menghambat penggunaan
daya beli tambahan.
5. Untuk menanggulangi inflasi
Kebijakan fiskal bertujuan untuk menanggulangi inflasi salah
satunya adalah dengan cara penetapan pajak langsung progresif yang
dilengkapi dengan pajak komoditi, karena pajak seperti ini cendrung
menyedot sebagian besar tambahan pendapatan uang yang tercipta dalam
proses inflasi.
6. Untuk meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasional
Kebijakan


fiskal

yang

bertujuan

untuk

mendistribusikan

pendapatan nasional terdiri dari upaya meningkatkan pendapatan nyata
masyarakat dan mengurangi tingkat pendapatan yang lebih tinggi, upaya

5

ini dapat tercipta apabila adanya investasi dari pemerintah seperti
pelancaran program pembangunan regional yang berimbang pada berbagai
sektor perekonomian.
2.3 Fungsi Utama Kebijakan Fiskal

1. Fungsi Alokasi, yaitu untuk mengalokasikan faktor-faktor produksi yang
tersedia dalam masyarakat sedemikian rupa sehingga kebutuhan
masyarakat berupa Public goods seperti jalan, jembatan, pendidikan dan
tempat ibadah dapat terpenuhi secara layak dan dapat dinikmati oleh
seluruhn masyarakat.
2.

Fungsi Distribusi, yaitu fungsi yang mempunyai tujuan agar pembagian
pendapatan nasional dapat lebih merata untuk semua kalangan dan tingkat
kehidupan.

3. Fungsi Stabilisasi, agar terpeliharanya keseimbangan ekonomi terutama
berupa kesempatan kerja yang tinggi, tingkat harga-harga umum yang
relatif stabil dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang memadai.
( Soediyono,R,1992,h.89 )
2.4 Bentuk – Bentuk Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal umumnya dibagi atas tiga kategori, yaitu:
a. Kebijakan yang menyangkut pembelian pemerintah atas barang dan jasa.
Pembelian pemerintah atau belanja negara merupakan unsur di
dalam pendapatan nasional yang dilambangkan dengan huruf “G”.

Pembelian atas barang dan jasa pemerintah ini mencakup pemerintah
daerah, dan pusat. Belanja pemerintah ini meliputi pembangunan untuk
jalan raya, jalan tol, bangunan sekolah, gedung pemerintahan, peralatan
kemiliteran, dan gaji guru sekolah.
b. Kebijakan yang menyangkut perpajakan
Pajak merupakan pendapatan yang paling besar di samping
pendapatan yang berasal dari migas. Baik perusahaan maupun rumah
tangga mempunyai kewajiban melakukan pembayaran pajak atas beberapa
bahkan seluruh kegiatan yang dilakukan. Pajak yang dibayarkan

6

digunakan semata-mata untuk pembangunan negara tersebut. Kebijakan
pemerintah atas perpajakan mengalami pembaharuan dari waktu ke waktu,
hal ini disebut tax reform (pembaharuan pajak). Tax reform yang
dilakukan pemerintah mengikuti adanya perubahan di dalam masyarakat,
seperti meningkatnya pendapatan.
c. Kebijakan yang menyangkut pembayaran transfer.
Pembayaran

transfer

meliputi

kompensasi

pengangguran,

tunjangan keamanan sosial, dan tunjangan pensiun. Jika dilihat
pembayaran transfer merupakan bagian belanja pemerintah tetapi
sebenarnya pembayaran tansfer tidak masuk dalam komponen G di dalam
perhitungan pendapatan nasional. Alasannya yaitu karena transfer bukan
merupakan pembelian sesuatu barang yang baru diproduksi dan
pembayaran tersebut bukan karena jual beli barang dan jasa. Pembayaran
transfer

mempengaruhi

pendapatan

rumah

tangga,

namun

tidak

mencerminkan produksi perekonomian. Karena PDB dimaksudkan untuk
mengukur pendapatan dari produksi barang dan jasa serta pengeluaran atas
produksi barang dan jasa, pembayaran transfer tidak dihitung sebagai
bagian dari belanja pemerintah.
Salah satu gagasan utama Keynes pada tahun 1930-an adalah kebijakan
fiskal dapat dan hendaknya digunakan untuk menstabilkan tingkat keluaran dan
peluang kerja. Secara spesifik menurut Keynes, terdapat dua hal yang dapat
dilakukan oleh pemerintah dalam kebijakan fiskal yaitu:
1. Kebijakan fiskal ekspansioner yaitu memotong pajak dan/atau menaikkan
pengeluaran untuk mengeluarkan perekonomian dari penurunan.
2. Kebijakan

fiskal

kontraksioner

yaitu

menaikkan

pajak

dan/atau

memangkas pengeluaran untuk mengeluarkan perekonomian dari inflasi.
Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan
berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli
masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output.
Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta
menurunkan output industri secara umum.

7

Kebijakan fiskal mempunyai pengaruh baik jangka panjang maupun
jangka pendek. Kebijakan fiskal mempengaruhi tabungan, investasi, dan
pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang , sedangkan dalam jangka pendek
mempunyai pengaruh terhadap permintaan agregat barang dan jasa.
2.5 APBN dan Kebijaksanaan Fiskal
Pengaruh kebijaksanaan fiskal terhadap perekonomian bisa dianalisa
dalam dua tahap yang berurutan, yaitu :
a. Bagaimana suatu kebijaksanaan fiskal diterjemahkan menjadi suatu APBN
b. Bagaimana APBN tersebut mempengaruhi perekonomian
APBN mempunyai dua kategori, kategori yang pertama yaitu, mencatat
pengeluaran dan penerimaan yang terdiri dari beberapa pos utama
diantaranya:

PENERIMAAN

PENGELUARAN



Pajak (berbagai macam)



Pinjaman dari Bank Sentral



Pinajaman dari masyarakat dalam



pembelian barang/jasa


Pengeluaran pemerintah untuk
gaji pegawai

negeri


Pengeluaran pemerintah untuk



Pinjaman dari luar negeri

Pengeluaran pemerintah untuk
transfer payment

Kebijakan anggaran pemerintah dahulu selalu mengharuskan kebijakan
anggaran berimbang. Kebijakan anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah
menetapkan pengeluaran sama besar dengan pemasukan. Namun pada saat ini
kebijakan anggaran dapat menjadi kebijakan anggaran defisit (defisit budget),
anggaran surplus (surplus budget).
Kebijakan anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat
pengeluaran lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada
8

perekonomian. Dalam hal ini, peningkatan pengeluaran yaitu pembelian
pemerintah atas barang dan jasa. Peningkatan pembelian atau belanja pemeritah
berdampak terhadap peningkatan pendapatan nasional. Contohnya pemerintah
mengadakan proyek membangun jalan raya. dalam proyek ini pemerintah
membutuhkan buruh dan pekerja lain untuk menyelesaikannya. dengan kata lain
proyek ini menyerap SDM sebagai tenaga kerja. hal ini membuat pendapatan
orang yang bekerja di situ bertambah.
Anggaran defisit memiliki keunggulan maupun kelemahan, salah satu
keunggulannya adalah terdapat penertiban pada angka defisit dan nilai tambahan
utang yang jelas dan lebih transparan serta bisa diawasi masyarakat. Menurut
Menkeu Agus DW Martowardojo penerapan kebijakan anggaran defisit tujuannya
untuk menciptakan ekspansi fiskal dan menguatkan pertumbuhan ekonomi agar
tetap terjaga pada level yang tinggi. Umumnya sangat baik digunakan jika
keadaan ekonomi sedang resesif. .
Anggaran defisit salah satunya dengan melakukan peminjaman/hutang,
dahulu pemerintahan Bung Karno pernah menerapkannya dengan cara
memperbanyak utang dengan meminjam dari Bank Indonesia, yang terjadi
kemudian adalah inflasi besar-besaran (hyper inflation) karena uang yang beredar
di masyarakat sangat banyak. Untuk menutup anggaran yang defisit dipinjamlah
uang dari rakyat, sayangnya rakyat tidak mempunyai cukup uang untuk memberi
pinjaman pada pemerintah. akhirnya, pemerintah terpaksa meminjam uang dari
luar negeri. Ini merupakan salah satu kasus yang menggambarkan kelemahan dari
anggaran defisit.
Sedangkan, anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat
pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya.
Anggaran surplus (Surplus Budget)/ Kebijakan Fiskal Kontraktif adalah
kebijakan Pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada
pengeluarannya.

Baiknya

politik

anggaran

surplus

dilaksanakan

ketika

perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating)
untuk menurunkan tekanan permintaan. Cara kerja anggaran surplus adalah
kebalikan dari anggaran defisit, uang yang didapat Pemerintah dari pendapatan

9

pajak lebih banyak dari yang dibelanjakan, Pemerintah memenfaatkan selisihnya
untuk melunasi beberapa hutang Pemerintah yang masih ada. Surplus anggaran
akan menaikkan dana pinjaman, mengurangi suku bunga dan meningkatkan
investasi. Investasi yang lebih tinggi seterusnya dapat meningkatkan akumulasi
modal dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.
2.6 Pengaruh Risiko Kebijakan Fiskal
Resiko Fiskal didefinisikan sebagai potensi tambahan defisit APBN yang
disebabkan oleh sesuatu di luar kendali Pemerintah. Pengungkapan resiko fiskal
sangat perlu untuk empat tujuan strategis, yaitu
a. Peningkatan kesadaran seluruh pemangku kepentingan (stakeholders)
dalam pengelolaan kebijakan fiskal
b. Meningkatkan keterbukaan fiskal
c. Meningkatkan tanggung jawab fiskal
d. Menciptakan kesinambungan fiskal
Resiko Fiskal dikelompokkan dalam empat kategori utama yaitu :
1) Resiko Ekonomi Makro
Dalam penyusunan APBN indikator-indikator ekonomi makro
yang digunakan sebagai dasar penyusunan adalah pertumbuhan ekonomi,
tingkat inflasi, suku bunga sertifikat Bank Indonesia, nilai tukar rupiah,
harga minyak mentah Indonesia dan lifting minyak. Indikator tersebut
merupakan asumsi dasar yang menjadi acuan penghitungan besaranbesaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam APBN. Secara umum
sumber resiko fiskal yang dihadapi oleh APBN 2012 terutama berasal dari
dua resiko utama, yakni inflasi dan harga minyak.
 Inflasi.
Pemerintah memproyeksikan angka inflasi tahun 2012 berkisar
antara 3,5-5,5 persen. Sementara itu menurut IMF dalam World Economic
Outlook per April 2012, inflasi diperkirakan sebesar 5,85 persen. Angka
ini lebih tinggi daripada realisasi inflasi tahun 2010 dan lebih rendah dari
proyeksi tahun 2011. Dengan demikian angka proyeksi pemerintah masih
sejalan dengan kecendrungan penurunan angka inflasi. Meskipun angka

10

inflasi telah menunjukkan angka penurunan, tetapi resiko tekanan inflasi
ke depan diperkirakan masih cukup tinggi.
 Harga Minyak.
Pemerintah memerintahkan harga minyak berkisar antara US$ 75
per barel s/d US$95 per barel, angka tersebut sejalan dengan
penurunan harga minyak dipasaran dunia.
2) Resiko Utang Dinamika Ekonomi Makro
Pengelolaan resiko utang diperlukan agar target pembiayaan utang
dapat diperoleh dengan biaya yang wajar dan tidak menimbulkan
penumpukan beban utang yang tidak terkendali pada masa yang akan
mendatang.pada dasarnya resiko utang terdiri dari empat, diantaranya
a. Resiko pasar ini terdiri dari resiko nilai tukar, resiko tingkat bunga
dan resiko likuiditas yag timbul sebagai akibat dari ketidakpastian
kondisi pasar keuangan yang dinamis. Resiko nilai tukar terutama
berasal dari utang melalui pinjaman luar negeri, sedangkan resiko
tingkat bunga bersumber dari pinjaman luar negeri berbasis
LIBOR dan SBN berbasis SBI 3 bulan.Sedangkan resiko
pembiayaan kembali disebabkan oleh besarnya pembayaran
kewajiban utang pada tahun/ periode tertentu.
b.

Resiko operasional
Resiko operasional adalah resiko yang disebabkan oleh kegagalan
pada orang, proses bisnis dan sistem diunit terkait. Serta yang
ditimbulkan oleh aspek legal. Resiko ini antara lain dapat berupa
gagal bayar akibat kelalaian manusia atau kegagalan sistem yang
berdampak pada penurunan sorvereign credit rating.

c. Resiko Reputasi
Resiko Reputasi merupakan resiko penurunan kredibilitas
pengelolaan utang dari sudut pandang investor dan lender yang
disebabkan oleh rendahnya tingkat kepastian dan konsistensi
penerapan strategi pengelolaan utang.

11

3) Kewajiban Kontijensi Pemerintah Pusat
Kewajiban kontijensi merupakan kewajiban potensial yang timbul
dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan
terjadinya atau tidak terjadinya suatu peristiwa atau lebih pada masa
datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali pemerintah.
Kewajiban kontijensi pemerintah pusat yang menjadi resiko fiskal
bersumber dari pemberian dukungan dan/ atau pinjaman pemerintah atas
proyek-proyek infrastruktur, kewajiban yang timbul akibat program
pension dan tabungan hari tua pegawai negeri.
4) Desentralisasi Fiskal
Kebijakan desentralisasi fiskal dilakukan dengan tujuan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan
daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan,
keadilan, keistimewaan, dan kekhususan suatu daerah dalam sistem
Negara

Republik

Kesatuan

Indonesia. Dalam

hal

pelaksanaanya,

penerapan kebijakan ini selain menghasilkan hal-hal positif sebagaimana
yang diharapkan ternyata juga berpotensi menimbulkan resiko fiskal.
Resiko Fiskal dari desentarlisasi fiskal diantaranya, bersumber dari
kebijakan

pemekaran daerah,

tunggakan

pemerintah daerah atas

pengembalian penerusan pinjaman dari luar negeri dan rekening pinjaman
daerah serta pengalihan pajak pusat menjadi pajak daerah.
Anggaran belanja negara terdiri dari :
 Penerimaan atas pajak
 Pengeluaran Pemerintah (government expenditure)
 Transfer Pemerintah (government transfer)
Biaya

transfer

pemerintah

merupakan

pengeluaran-pengeluaran

pemerintah yang tidak menghasilkan balas jasa secara langsung. Contoh
pemberian beasiswa kepada mahasiswa, bantuan bencana alam dan sebagainya.
Salah satu pengaruh penerapan kebijakan fiskal adalah pada pendapatan nasional

12

Pada sistem perekonomian yang tertutup (tidak ada perdagangan
internasional) maka pendapatan nasional (Y) dapat tersusun atas konsumsi (C),
investasi (I), pengeluaran pemerintah (G). Dirumuskan :
Y=C+I+G
Dimana konsumsi (C) sebagai fungsi dirumuskan sebagai :
C = aY + b
Pendapatan disposibel (YD) sebagai nilai pendapatan yang dapat
dibelanjakan diformulasikan sebagai :
YD = Y – Tx + Tr
YD = C + S
Dimana :
Tx : Pajak
Tr : Transfer pemerintah
S : Saving
Dimana saving dapat difungsikan sebagai :
S = (1-a)Y – b

13

BAB III
KESIMPULAN
Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka
mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan
mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Instrumen kebijakan fiskal
adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan
pajak
Kebijakan fiskal di lakukan dengan tujuan untuk mengelola isi permintaan
barang dan jasa, untuk mempertahankan produksi Yang mendekati full
employment dan untuk mempertahankan tingkat harga barang dan jasa agar inflasi
dan deflasi tidak terjadi.
Bagi negara sedang berkembang sebenarnya sulit untuk menyesuaikan
antara pendapatan negara yang sedang berkembang rendah sedangkan kebutuhan
untuk menyediakan barang dan jasa serta membelanjai pengeluaran yang lainya
lebih besar. Sedangkan kebijakan campuran adalah merupakan campuran daari
dua kebijakan bdiatas yang di lakukan dengan cara mengubah pengeluaran,
pengenaan pajak ataupun jumlah uang yang beredar secara bersama-sama.

14

DAFTAR PUSTAKA
Sadono Sukirno,2003, Pengantar Ekonomi Mikro, Raja Gafindo Persada, Jakarta
Prathama Rahardja Mandala Manurung, 2001, Pengantar Ilmu Ekonomi
Tulus TH Tambunan, 2006
Norpin, Ph. D. 1987
Soediyono, R, 1992, h.89
Iskandar Putong, 2002, Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro, Ghalia Indonesia,
Jakarta

15

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENGARUH GLOBAL WAR ON TERRORISM TERHADAP KEBIJAKAN INDONESIA DALAM MEMBERANTAS TERORISME

57 269 37

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24