ANALISIS STUDI KOMPARASI INDIKATOR EKONO

ANALISIS STUDI KOMPARASI INDIKATOR EKONOMI DAN SOSIAL SE-KARESIDENAN
BOJONEGORO (KABUPATEN BOJONEGORO, TUBAN, LAMONGAN DAN JOMBANG)
PADA TAHUN 2011 – 2015
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah masalah kebijakan pembangunan

Dosen Pengampu :
Henny Oktavianti, S.E., M.E.,
Disusun Oleh
Anny Kharismawati

:
: 150231100066

PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2017

1. Laju Pertumbuhan Penduduk

GRAFIK PERBANDINGAN Laju pertumbuhan PENDUDUK SE- KARESIDENAN BOJONEGORO TAHUN 2011 - 2015

1.00
0.90
0.80
0.70
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
-

2011

2012

2013

2014


2015

Bojonegoro Tuban Lamongan Jombang

Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur

Kabupaten
Bojonegoro
Tuban
Lamongan
Jombang
Jawa Timur

Rangkin
g

2011

2012


2013

2014

2015 Rata - Rata

0,45

0,44

0,38

0,38

0,34

0,40

2


0,62

0,59

0,61

0,49

0,51

0,56

3

0,18

0,15

0,15


0,06

0,06

0,12

1

0,64

0,62

0,86

0,29

0,53

0,59


4

0,73

0,70

0,67

0,64

0,61

0,67

2. Tingkat IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

GRAFIK PERBANDINGAN IPM SE - KARESIDENAN BOJONEGORO TAHUN 2011 - 2015
72.00
70.00
Bojonegoro

Tuban
Lamongan
Jombang
Jawa Timur

68.00
66.00
64.00
62.00
60.00
58.00
20 11

2 012

2 013

201 4

20 15


Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur

Kabupaten
Bojonegoro
Tuban
Lamongan
Jombang
Jawa Timur

2011

2012

63,22
62,47
66,21
66,84
66,06


2013

64,20
63,36
67,51
67,82
66,74

2014

64,85
64,14
68,90
68,63
67,55

65,27
64,58
69,42
69,07

68,14

2015

Rata - Rata

66,17
65,52
69,84
69,59
68,95

64,74
64,01
68,37
68,39
67,49

3. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
GRAFIK PERBANDINGAN PERTUMBUHAN EKONOMI SE - KARESIDENAN BOJONEGORO TAHUN 2011 - 2015

20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

Bojonegoro
Tuban
Lamongan
Jombang
Jawa Timur

2011

2012

2013

2014

2015

Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur
Kabupaten
Bojonegoro
Tuban
Lamongan
Jombang
Jawa Timur

2011
10,39
6,84
6,67
5,96
6,44

4. Tingkat Kemiskinan

2012
3,77
6,29
6,92
6,15
6,64

2013
2,37
5,85
6,39
5,93
6,08

2014
2,29
5,47
6,30
5,42
5,86

2015
17,42
4,89
5,77
5,36
5,44

Rata-rata
7,25
5,87
6,41
5,76
6,09

Rangking
1
3
2
4

Rangkin
g
3
4
2
1

GRAFIK PERBANDINGAN TINGKAT KEMISKINAN SE- KARESIDENAN BOJONEGORO TAHUN 2011 - 2015
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

Bojonegoro
Tuban
Lamongan
Jombang
Jawa Timur

2011

2012

2013

2014

2015

Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur
Kabupaten

2011

2012

2013

2014

2015

Rata-Rata

Bojonegoro
Tuban
Lamongan
Jombang
Jawa Timur

17,47
18,78
17,41
12,88
13,85

16,66
17,84
16,70
12,23
13,08

16,02
17,23
16,18
11,17
12,73

15,48
16,64
15,68
10,80
12,28

15,71
17,08
15,38
10,79
12,28

16,27
17,51
16,27
11,57
12,84

Rangkin
g
2
3
2
1

5. Gini Ratio
GRAFIK PERBANDINGAN GINI RATIO SE - KARESIDENAN BOJONEGORO TAHUN 2011 - 2015
0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0

Bojonegoro
Tuban
Lamongan
Jombang
Jawa Timur

20 11

20 12

20 13

2014

2015

Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur

KABUPATEN
Bojonegoro
Tuban
Lamongan
Jombang
Jawa Timur

2011
0,27
0,28
0,29
0,37
0,36

2012
0,31
0,27
0,27
0,30
0,36

2013
0,32
0,30
0,31
0,28
0,36

2014
0,28
0,24
0,27
0,32
0,37

2015
0,32
0,29
0,30
0,32
0,42

RATA-RATA
0,30
0,28
0,29
0,32
0,37

RANGKING
3
1
2
4

6. Tingkat PDRB Per Kapita
GRAFIK PERBANDINGAN PDRB PER KAPITA SE - KARESIDENAN BOJONEGORO ATAS HARGA KONSTAN 2010 TAHUN 2011 - 2015 (RIBU RUPIAH)
40000
35000
30000
25000
20000
15000
10000
5000
0

Bojonegoro
Tuban
Lamongan
Jombang
Jawa Timur

2011

2012

2013

2014

2015

Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur

Kabupaten
Bojonegoro
Tuban
Lamongan
Jombang
Jawa Timur

2011
30178,
8
26540,
2
14677,
4
15158,
1
27864,
3

2012
31180,
4
28042,
2
15670,
3
15990,
5
29508,
4

2013
31789,
7
29504
16730,
6
16794,
7
31092

2014
32404,
2
30964,
6
17774,
8
17653,
4
32703,
7

2015 Rata – Rata

Rangking

37920,8

32694,78

1

32313,9

29472,98

2

18788,4

16728,3

4

18501,4

16819,62

3

34272,9

31088,26

7. Tingkat Daya Saing
Rangking
Laju Pertumbuhan Penduduk
Tingkat IPM
Pertumbuhan Ekonomi
Tingkat Kemiskinan
Gini Ratio
Tingkat PDRB Per Kapita
Rata - Rata
TINJAUAN PUSTAKA

Bojonegoro
2
3
1
2
3
1
2,0

Tuban
3
4
3
3
1
2
2,7

Lamongan Jombang
1
4
2
1
2
4
2
1
2
4
4
3
2,2
2,8

Hipotesis U Terbalik Tentang Ketimpangan : Teori Kuznetz (Inverted U Curve)
Menurut Kuznet bahwasanya di negara miskin pertumbuhan ekonomi (bermula pada
pendapatan yang rendah) awalnya akan meningkatkan tingkat kemiskinan dan pemerataan.
Akan tetapi, pada tingkat tertentu pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan serta
mampu mengurangi tingkat ketidakmerataan (Isnowati, 2007). Peningkatan ketimpangan
distribusi pendapatan pada awal proses pembangunan sebagai akibat dari proses
industrialisasi dan urbanisasi. Akan tetapi, jika negara miskin tersebut menjadi semakin
maju, maka akan terjadi penurunan kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan (an
inverse U shaped patern), dikarenakan sebagian besar tenaga kerja dari sektor pertanian
(pedesaan) telah terserap pada sektor industri di daerah perkotaan. Berikut inverted U curve
:

ANALISIS PARSIAL
1. Kabupaten Bojonegoro
Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu kabupaten yang berada di Jawa
Timur, setiap tahunnya jumlah penduduknya mengalami peningkatan, walaupun
pertumbuhannya semakin mengalami penurunan. Pada tahun 2015 jumlah
penduduk di Kabupaten Bojonegoro mencapai 1.236.607 jiwa dari total seluruh
penduduk

Jawa

Timur

sebesar

38.847.561

jiwa.

Keberhasilan

Kabupaten

Bojonegoro dalam menurunkan laju pertumbuhan ekonomi merupakan kerja keras
pemerintah daerah dalam menggalakkan program keluarga berencana ke semua
lapisan masyarakat kabupaten. Dimana, program KB yang gencar di galakkan
pemerintah yang menjadi sasaran adalah Pasangan Usia Subur (PUS), karena pada
usia 15 – 49 tahun merupakan usia subur bagi perempuan, sehingga kelompok ini
memiliki peluang besar untuk bisa hamil dan melahirkan anak sehingga sasaran
program KB ditunjukkan pada kelompok umur ini. Sekitar 69,89 persen perempuan

pada kelompok usia 15 -49 yang berstatus kawin pada tahun 2015 sedang
menggunakan alat KB.
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk seharusnya diimbangi dengan
peningkatan indeks pembangunan manusia, akan tetapi IPM di Kabupaten
Bojonegoro dalam lima tahun terakhir peningkatannya mengalami perlambatan dan
menempati IPM terendah ketiga sekaresidenannya serta nilainya selalu berada di
bawah IPM Jawa Timur

. Pada tahun 2015 IPM Kabupaten Bojonegoro sebesar

66,17 sedang IPM Jawa Timur sebesar 68, 95. Salah satu faktor yang menyebabkan
kondisi tersebut adalah dari sisi pendidikan karena pada tahun 2015 di Kabupaten
Bojonegoro masih ada sekitar 9,50 persen penduduk 15 tahun ke atas yang buta
huruf, lalu sekitar 76, 23 persen penduduk tidak bersekolah lagi dari partisipasi
sekolah penduduk usia 10 tahun ke atas, serta sebagian besar penduduk yang
berusia 15 tahun ke atas tamatan SD sedarajat/ kebawah yang jumlahnya sekitar
35,64 persen dan sebesar 20,57 tidak memiliki ijazah, tentunya hal tersebut
merupakan tantangan tersendiri bagi pemerintah daerah untuk menyelesaikan
pekerjaan rumah agar mampu menghadapi persaingan dalam era Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA).
Akan tetapi jika melihat dari laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Bojonegoro dari tahun 2011 – 2015 mengalami trend negatif dan selau di bawah laju
pertumbuhan ekonomi JATIM, karena selama waktu 3 tahun (2012,2013 dan 2014)
mengalami penurunan. Penurunan tersebut dikarenakan sejak tahun 2011 prognosa
lifting minyak bumi tidak pernah mencapai target, begitu pula setiap tahunnya secara
kuantitatif realisasilifting terus mengalami penurunan kecuali pada tahun 2011 yang
realisasinya melebihi tahun sebelumnya. Selain itu penuruan pertumbuhan ekonomi
juga di pengaruhi oleh sektor pertambangan
cenderung rendah dan

dan penggalian yang nilainya

tumbuh negatif yaitu pada tahun tumbuh sebesar 0,62

persen, pada tahun 2013 pertumbuhannya minus sebesar 2,70 persen dan pada
tahun 2014 pertumbuhannya juga minus sebesar 1,81 persen. Akan tetapi, pada
tahun 2015 pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bojonegoro mengalami peningkatan
yang sangat signifikan menjadi sebesar 17, 42 persen, angka ini sangat melampaui
pertumbuhan ekonomi JATIM yang hanya sebesar 5, 44 persen. Meningkatnya
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2015 dikarenakan
meningkatnya sektor pertambangan dan penggalian yang selama dua tahun terakhir
pertumbuhannya negatif tetapi di tahun 2015 pertumbuhannya meningkat menjadi
31,30 persen, akan tetapi terdapat beberapa sektor yang pertumbuhannya
mengalami penurunan seperti sektor industri pengolahan, konstruksi, Perdagangan
besar dan eceran ; reparasi mobil dan sepeda motor, transportasi dan perdagangan

serta jasa keuangan dan asuransi dan sektor selebihnya mengalami peningkatan.
Walaupun demikian, keadaan tersebut merupakan hal yang sangat membanggakan.
Selain itu, jika dilihat dari sisi persentase tingkat kemiskinan

di Kabupaten

Bojonegoro mengalami trend yang negatif artinya, seiring bertambahnya tahun
tingkat ke miskinan semakin menurun. Pada tahun 2015 tingkat kemiskinan di
Kabupaten Bojonegoro sebesar 15,71 persen sedangkan tingkat kemiskinan di
JATIM sebesar 12,28 persen. Walaupun, angka kemiskinan Bojonegoro masih
berada di atas kemiskinan JATIM, akan tetapi dari empat karesidenan di atas yang
memiliki tingkat kemiskinan terendah nomor dua setelah Kabupaten Jombang. Selain
itu, jika melihat ketimpangan distribusi pendapatan yang ada di Kabupaten
Bojonegoro menunjukkan ketimpangan yang rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan
nilai gini ratio dalam lima tahun terakhir Kabupaten Bojonegoro yang memiliki nilai di
bawah 0,35, selain itu nilai gini ratio Kabupaten Bojonegoro selalu berada di bawah
nilai gini ratio JATIM, suatu hal yang sangat membanggakan. Selain itu, ketimpangan
distribusi pendapatan yang rendah juga ditunjukkan dengan meningkatnya PDRB per
kapita yang setiap tahunnya mengalami peningkatan, dan menjadi kabupaten yang
memiliki PDRB perkapita tertinggi dari ketiga kabupaten yang lain . Pada tahun 2015
PDRB per kapita Kabupaten Bojonegoro Rp 37.920, artinya nilai PDRB per kepala
atau per satu orang penduduk. Selain itu, nilai dari PDRB per kapita Kabupaten
Bojonegoro selalu di atas dari nilai PDRB per kapita JATIM, kecuali tahun 2014 yang
hanya terpaut beberapa angka. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa secara umum
kondisi kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bojonegoro meningkat.
Apabila dikaitkan dengan hipotesis kuznet mengenai u terbalik bahwasanya
pertumbuhan ekonomi di Bojonegoro menyebabkan kenaikan jumlah pendapatan
perkapita sedangkan angka gini rationya pun (ketimpangan) juga mengalami
kenaikan sehingga dengan demikian, hipotesisi kuznet sesuai dan berlaku dengan
keadaan perekonomian di Kabupaten Bojonegoro.
2. Kabupaten Tuban
Salah satu kabupaten yang berada pada karesiden Bojonegoro adalah Kabupaten
Tuban, setiap tahunnya jumlah penduduknya mengalami peningkatan, walaupun
pertumbuhannya relatif lebih lambat dari tahun-tahun sebelumnya . Pada akhir
tahun 2015 jumlah penduduk di Kabupaten Tuban mencapai 1.152.915 jiwa dari total
seluruh penduduk Jawa Timur sebesar 38.847.561 jiwa. Dengan melihat keadaan
kondisi pertumbuhan penduduk yang seperti ini dapat dikatakan bahwa kiprah
pemerintah Kabupaten Tuban belum berhasil dalam mensukseskan program
Keluarga Berencana, sehingga hal ini perlu menjadi bagian dari catatan penting

pekerjaan rumah Pemkab Tuban agar pertumbuhan penduduk setiap tahunnya tidak
membludak. Di samping itu, jika melihat
paling kecil

kondisi IPM Kabupaten Tuban nilainya

dari dari ketiga kabupaten yang ada, walaupun setiap tahunnya

pertumbuhannya mengalami kenaikan meskipun melambat. Pada tahun 2015 IPM
Kabupaten Tuban sebesar 65,52, nilai tersebut tergolong rendah mengingat IPM
JATIM pada waktu yang sama sebesar 68,95. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa pembangunan manusia di Kabupaten Tuban masih kurang maksimal dan
cenderung tertinggal dengan kabbupaten yang lain.
Selain itu, jika dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tuban
memiliki trend pertumbuhan ekonomi yang menurun. Hal tersebut terlihat pada grafik
di atas bahwa dari tahun 2011 hingga 2015 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Tuban sebesar 6,89 persen dan menurun hingga 4,89 persen. Penurunan tersebut
diperkirakan karena pengaruh dari kondisi ekonomi global yang belum pulih, adanya
kekurang kondusifan kebijakan pemerintah bagi dunia usaha seperti kenaikan tarif
dasar listrik (TDL), kenaikan harga bahan minyak (BBM) dan tingkat suku bunga
yang tinggi. Selain itu juga karena kurang dominannya pertumbuhan masing-masing
lapangan usaha sehinga mengakibatkan penurunan pertumbuhan ekonomi. Pada
tahun 2015 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tuban sebesae 4,89 persen, dimana
pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh penyedia akomodasi dan makan minum
sebesar 9,18 persen, lalu disusul oleh sektor transportasi dan pergudangan sebesar
8,91 persen, lalu sektor informasi dan komunikasi sebesar 8,79 persen, sektor jasa
perusahaan 8,72 persen serta jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 8,72
persen. Sedangkan sektor lain yang pertumbuhannya mencapai di atas 5 persen
adalah sektor real estate, jasa pendidikan, jasa keuangan dan asuransi,
pertambangan dan penggalian, industri dan jasa-jasa lainnya. Sedangkan,
pertumbuhan dari sektor pengadaan listrik dan gas mengalami perlambatan sebesar
0,37 persen. Selain itu, jika dilihat dari sisi persentase tingkat kemiskinan

di

Kabupaten Tuban mengalami trend yang negatif artinya, seiring bertambahnya tahun
tingkat kemiskinan semakin menurun walaupun pada tahun 2015 tingkat kemiskinan
mengalami kenaikan . Pada tahun 2015 tingkat kemiskinan di Kabupaten Tuban
sebesar 17,08 persen sedangkan tingkat kemiskinan di JATIM sebesar 12,28 persen.
Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di Kabupaten Tuban besar dan
menjadi kabupaten dengan persentase tingkat kemiskinan yang paling tinggi dari
ketiga kabupaten lainnya. Oleh sebab itu, perlu adanya program-program efektif
yang harus dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Tuban dalam mengurangi jumlah
penduduk miskin. Di samping itu, jika melihat ketimpangan distribusi pendapatan
yang ada di Kabupaten Tuban walaupun tingkat kemiskinannya tergolong tinggi akan

tetapi ketimpangan distribusi pendapatan menunjukkan ketimpangan yang rendah.
Hal tersebut dibuktikan dengan nilai gini ratio dalam lima tahun terakhir Kabupaten
Tuban yang memiliki nilai di bawah 0,30, selain itu nilai gini ratio Kabupaten Tuban
selalu berada di bawah nilai gini ratio JATIM dan menjadi kabupaten yang tingkat gini
rationya paling rendah dari ketiga kabupaten yang lain, suatu hal yang sangat
membanggakan. Selain itu, ketimpangan distribusi pendapatan yang rendah juga
ditunjukkan dengan meningkatnya PDRB per kapita yang setiap tahunnya
mengalami peningkatan, dan merupakani kabupaten yang memiliki PDRB perkapita
tertinggi kedua setelah Kabupaten Bojonegoro . Pada tahun 2015 PDRB per kapita
Kabupaten Tuban Rp 32.313,9 artinya nilai PDRB per kepala atau per satu orang
penduduk. Walaupun nilai dari PDRB per kapita Kabupaten Tuban berada di bawah
dari nilai PDRB per kapita JATIM, akan tetapi meningkatnya PDRB perkapita setiap
tahun menunjukkan bahwa secara umum kondisi kesejahteraan masyarakat
Kabupaten Tuban meningkat.
Apabila dikaitkan dengan hipotesis kuznet mengenai u terbalik bahwasanya
pertumbuhan ekonomi di Tuban yang memiliki trend menurun mampu meningkatkan
PDRB per kapita dari Kabupaten Tuban sendiri, sedangkan kondisi kesenjangan
pendapatan malah semakin menurun, hal tersebut terlihat dari gini ratio di Tuban
bernilai paling rendah artinya ketimpangan pendapatan rendah dan selalu berada di
bawah nilai gini ratio di Jatim selain itu dari sisi pendapatan perkapita masyarakat
Tuban juga berada di atas PDRB perkapita Jatim dan rata-rata nilainya tertinggi
kedua diantara kabupaten lainnya. Dengan demikian, hipotesis kuznet tidak berlaku
dengan kondisi perekonomian Kabupaten Tuban.

3. Kabupaten Lamongan
Salah satu kabupaten yang berada pada karesiden Bojonegoro lainnya adalah
Kabupaten

Lamongan,

setiap

tahunnya

jumlah

penduduknya

mengalami

peningkatan, walaupun pertumbuhannya mengalami trend yang menurun . Hingga
pada akhirnya pada tahun 2015 jumlah penduduk di Kabupaten Lamongan mencapai
1.187.795 jiwa dari total seluruh penduduk Jawa Timur sebesar 38.847.561 jiwa.
Pada tahun 2015, jumlah penduduk di Kabupaten Lamongan mengalami penurunan
yang sangat signifikan, sungguh luar biasa. Selain itu, Kabupaten Lamongan
merupakan kabupaten di karesidenan Bojonegoro yang memiliki laju pertumbuhan
penduduk yang sangat rendah, sehingga dengan melihat keadaan kondisi hasil
pertumbuhan penduduk yang seperti ini dapat dikatakan bahwa kiprah pemerintah
Kabupaten Lamongan berhasil dalam mensukseskan program Keluarga Berencana

dan menjadi kabupaten yang memiliki pertumbuhan penduduknya paling sedikit dari
ketiga kabupaten yang lainnya. Di samping itu, jika melihat kondisi IPM Kabupaten
Lamongan memiliki peningkatan IPM setiap tahunnya dan nilai paling besar dari
ketiga kabupaten yang ada dari tahun 2013 – 2015 serta nilainya selalu di atas nilai
IPM JATIM . Pada tahun 2015 IPM Kabupaten Lamongan

sebesar 69,84 nilai

tersebut telah melampaui nilai IPM JATIM pada waktu yang sama sebesar 68,95.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembangunan manusia di Kabupaten
Lamongan telah berhasil dan selangkah lebih maju daripada kabupaten yang lainnya
dengan berbagai program yang telah dilakukan oleh Pemkab Lamongan.
Selain itu, jika dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lamongan
memiliki trend pertumbuhan ekonomi yang menurun. Akan tetapi, dalam dua tahun
terakhir pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan. Pada tahun 2015 laju
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lamongan sebesar 5,77 persen yang mengalami
penurunan

dari tahun 2014 yang mencapai 6,30 persen. Dimana sektor yang

memiliki pertumbuhan tertinggi adalah penyediaan akomodasi dan makan minum
yang sebesar 12,80 persen, pertambangan dan penggalian sebesar 9,64 persen,
informasi dan komunikasi sebesar 6,93 persen, dan pengadaan air, pengelolaan
sampah, limbah dan daur ulang sbesar 5.43 persen, sedang sektor yang lain
mengalami perlambatan pertumbuhan. Selain itu, jika dilihat dari sisi persentase
tingkat kemiskinan di Kabupaten Lamongan mengalami trend yang negatif artinya,
seiring bertambahnya tahun tingkat kemiskinan semakin menurun. Pada tahun 2015
tingkat kemiskinan di Kabupaten Lamongan sebesar 15,38 persen sedangkan tingkat
kemiskinan di JATIM sebesar 12,28 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat
kemiskinan di Kabupaten Lamongan masih tinggi. Akan tetapi jika melihat
pertumbuhan ekonomi yang juga melambat tetapi memiliki keberhasilan dalam
menurunkan tingkat kemiskinan. Dengan demikian , perlu adanya program-program
yang lebih efektif yang harus dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Lamongan
dalam mengurangi jumlah penduduk miskin. Di samping itu, jika melihat ketimpangan
distribusi pendapatan yang ada di Kabupaten Lamongan walaupun tingkat
kemiskinannya tergolong masih cukup tinggi akan tetapi ketimpangan distribusi
pendapatan menunjukkan ketimpangan yang rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan
nilai gini ratio dalam lima tahun terakhir Kabupaten Lamongan yang memiliki nilai di
bawah 0,35, selain itu nilai gini ratio Kabupaten Lamongan selalu berada di bawah
nilai gini ratio JATIM. Suatu keberhasilan yang perlu diapresiasi terhadap kinerja
Pemkab Lamongan walaupun pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan akan
tetapi di sisi lain tingkat kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan berhasil
diturunkan. Selain itu, ketimpangan distribusi pendapatan yang rendah juga

ditunjukkan dengan meningkatnya PDRB per kapita yang setiap tahunnya
mengalami peningkatan, dan merupakani kabupaten yang memiliki PDRB perkapita
terendah kedua diantara kabupaten yang lainnya . Pada tahun 2015 PDRB per
kapita Kabupaten Lamongan Rp 18.788,4 artinya nilai PDRB per kepala atau per
satu orang penduduk. Walaupun nilai dari PDRB per kapita Kabupaten Lamongan
berada di bawah dari nilai PDRB per kapita JATIM, akan tetapi meningkatnya PDRB
perkapita setiap tahun menunjukkan bahwa secara umum kondisi kesejahteraan
masyarakat Kabupaten Lamongan mengalami peningkatan.
Apabila dikaitkan dengan hipotesis kuznet mengenai u terbalik bahwasanya
pertumbuhan ekonomi di Lamongan

membawa dampak terhadap meningkatnya

PDRB per kapita dan menyebabkan tingkat ketimpangan berfluktuatif, akan tetapi
jika dilihat semakin mendalam bahwa bertambahnya PDRB per kapita Lamongan
sebagian besar menyebabkan tingkat kesenjangan semakin. Dengan demikian,
hipotesis kuznet tidak berlaku atau sesuai dengan perekonomian di Kabupaten
Lamongan.

4. Kabupaten Jombang
Salah satu kabupaten yang berada pada karesiden Bojonegoro lainnya adalah
Kabupaten

Jombang,

setiap

tahunnya

jumlah

penduduknya

mengalami

peningkatan, walaupun pertumbuhannya mengalami berfluktuatif. Hingga pada
akhirnya pada tahun 2015 jumlah penduduk di Kabupaten Jombang mencapai
1.240.985 jiwa dari total seluruh penduduk Jawa Timur sebesar 38.847.561 jiwa.
Selain iru, perlu diketahui bahwa laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Jombang
memiliki laju pertumbuhan yang paling besar dibandingkn dengan tiga kabupaten
yang lainya. Selain itu, jumlah rumah tangga yang terdapat disana sebanyak 330.658
rumah tangga, sehingga banyaknya rata-rata penduduk per rumah tangga adalah
sebesar 3,75 atau per rumah tangga rata-rata 3-4 orang. Dalam jangka waktu 2011
– 2015 trend peningkatan persentase jumlah laki-laki mengalami penurunan, pada
tahun 2015 persentase penduduk laki-laki sebesar 49,73 persen sedangkan
penduduk perempuan sebesar 50,27 persen. Sehingga, sex ratio di Jombang
sebesar 98,94 persen. Ini berarti rata-rata terdapat sekitar 98-99 penduduk laki-laki
untuk setiap penduduk 100 perempuan, beberapa penyebab sex ratio tidak
mencapai 100 persen dikarenkan angka harapan hidup perempuan lebih besar dari
pada laki-laki, selain itu faktor migrasi penduduk lebih sedikit daripada penduduk lakilaki yang lebih tinggi. Dari sisi administrasi masih terdapat 13,8 persen anak di
Jombang

yang belum memiliki akte, sehingga perlu adanya tindkan yang harus

dilakukan oleh pemerintah Jombang dalam mengatasinya, mengingat akte
merupakan bukti pengakuan yang sah terkait identitas yang bersangkutan.
Meningkatnya jumlah penduduk di Kabupaten Jombang karena masih saja ditemui
sebesar 6,66 persen penduduk perempuan yang berusia 10 tahun ke atas yang
menikah di usia yang sangat muda (kurang dari 17 tahun), sehingga yang mestinya
mereka masih berada di bangku pendidikan akan berakibat menyebabkan peluang
besar untuk mempunyai anak jika tidak diatur dengan perencanaan keluarga yang
baik mengingat masa reproduksinya yang relatif panjang. Selain itu, meningkatnya
jumlah penduduk ditengarai kurang berjalannya program KB dengan sasaran
Pasangan Usia Subur (PUS) yang dilakukan pemerintah Jombang. Seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk seharusnya diimbangi dengan peningkatan indeks
pembangunan manusia, IPM di Kabupaten Jombang dalam lima tahun terakhir
peningkatannya

mengalami

perlambatan

dan

menempati

IPM

tertinggi

sekaresidenannya pada tahun 2011 – 2013 serta nilainya selalu berada di atas IPM
Jawa Timur, kondisi menunjukkan pembangunan manusia di Jombang tergolong
cukup bagus. Pada tahun 2015 IPM Kabupaten Jombang sebesar 69,59 sedang IPM
Jawa Timur sebesar 68, 95. Salah satu faktor yang menyebabkan perlambatan IPM
tersebut adalah dari sisi pendidikan karena pada tahun 2015 di Kabupaten Jombang
masih ada sekitar 4,37 persen penduduk 15 tahun ke atas yang buta huruf, lalu
sekitar 76, 79 persen penduduk

tidak bersekolah lagi dari partisipasi sekolah

penduduk usia 10 tahun ke atas, serta sebagian besar penduduk yang berusia 15
tahun ke atas tamatan SD sedarajat/ kebawah yang jumlahnya sekitar 28,04 persen,
tentunya hal tersebut merupakan tantangan tersendiri bagi pemerintah daerah untuk
menyelesaikan pekerjaan rumah agar mampu menghadapi persaingan dalam era
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Selain itu, jika dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jombang
memiliki trend pertumbuhan ekonomi yang menurun. Pada tahun 2015 laju
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jombang sebesar 5,36 persen yang mengalami
penurunan dari tahun 2014 yang mencapai 5,42 persen. Selain itu, jika dilihat dari
sisi persentase tingkat kemiskinan di Kabupaten Jombang mengalami trend yang
negatif artinya, seiring bertambahnya tahun tingkat kemiskinan semakin menurun.
Pada tahun 2015 tingkat kemiskinan di Kabupaten Jombang sebesar 10,79 persen
sedangkan tingkat kemiskinan di JATIM sebesar 12,28 persen. Hal tersebut
menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di Kabupaten Jombang tergolong paling
rendah dibandingkan dengan ketiga kabupaten lainnya. Akan tetapi jika melihat
pertumbuhan ekonomi yang juga melambat tetapi memiliki keberhasilan dalam
menurunkan tingkat kemiskinan. Dengan demikian , perlu adanya program-program

yang lebih efektif yang harus dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Jombang dalam
mengurangi jumlah penduduk miskin.Di samping itu, jika melihat ketimpangan
distribusi pendapatan yang ada di Kabupaten Jombang walaupun tingkat
kemiskinannya tergolong rendah ketimpangan distribusi pendapatan menunjukkan
ketimpangan yang rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai gini ratio dalam lima
tahun terakhir Kabupaten Jombang yang memiliki nilai di bawah 0,35 kecuali tahun
2011 yang nilai dari gini ratio 0,37 menunjukkan ketimpangan sedang , selain itu nilai
gini ratio Jombang selalu berada di bawah nilai gini ratio JATIM. Suatu keberhasilan
yang perlu diapresiasi terhadap kinerja Pemkab Jombang walaupun pertumbuhan
ekonomi mengalami perlambatan akan tetapi di sisi lain tingkat kemiskinan dan
ketimpangan distribusi pendapatan berhasil diturunkan. Selain itu, ketimpangan
distribusi pendapatan yang rendah juga ditunjukkan dengan meningkatnya PDRB per
kapita yang setiap tahunnya mengalami peningkatan, dan merupakani kabupaten
yang memiliki PDRB perkapita terendah. Pada tahun 2015

PDRB per kapita

Kabupaten Lamongan Rp 18.501,4 artinya nilai PDRB per kepala atau per satu
orang penduduk. Walaupun nilai dari PDRB per kapita Kabupaten Jombang berada
di bawah dari nilai PDRB per kapita JATIM, akan tetapi meningkatnya PDRB
perkapita setiap tahun menunjukkan bahwa secara umum kondisi kesejahteraan
masyarakat Kabupaten Jombang mengalami peningkatan.
Apabila dikaitkan dengan hipotesis kuznet mengenai u terbalik bahwasanya
pertumbuhan ekonomi di Jombang membawa kurang membawa perubahan yang
signifikan, hal tersebut terlihat dari gini ratio di Jombang paling besar dari ketiga
kabupaten,

artinya

ketimpangan

pendapatan

masih

kurang

merata

dan

ketimpangannya semakin besar. Dengan demikian, hipotesis kuznet sesuai atau
berlaku dengan perekonomian di Kabupaten Jombang.

STUDI KOMPARASI (BOJONEGORO, TUBAN, LAMONGAN DAN JOMBANG )
Dengan melihat rata-rata data di atas bahwasanya dari sisi laju pertumbuhan
penduduk kabupaten yang memiliki laju pertumbuhan penduduk paling besar adalah
Kabupaten Jombang sedangkan kabupaten yang laju pertumbuhan penduduknya paling
rendah adalah Kabupaten Lamongan. Akan tetapi, di Kabupaten Jombang laju pertumbuhan
penduduk yang besar diimbangi dengan kondisi IPM masyarakatnya yang tinggi pula, hal itu
terlihat bahwasanya IPM di Kabupaten Jombang paling tinggi diantara ketiga kabupaten
yang lain sedangkan kabupaten yang kondisi IPMnya rendah adalah Kabupaten Tuban, hal
tersebut

menunjukkan

pembangunan

manusia

masih

sangatlah

minim.

Dari

sisi

pertumbuhan ekonomi, kabupaten dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi adalah

Kabupaten Bojonegoro, sedangkan kabupaten yang memiliki pertumbuhan ekonomi rendah
adalah Kabupaten Jombang. Dari sisi tingkat kemiskinan, kabupaten dengan tingkat
kemiskinan tinggi adalah Kabupaten Tuban, sedangkan kabupaten yang memiliki tingkat
kemiskinan yang rendah adalah Kabupaten Jombang. Dari sisi gini ratio, kabupaten dengan
tingkat distribusi pendapatan yang merata adalah Kabupaten Tuban, sedangkan kabupaten
dengan tingkat distribusi pendapatan yang kurang merata adalah Kabupaten Jombang. Dari
sisi PDRB perkapita, kabupaten dengan tingkat pdrb perkapita tinggi adalah Kabupaten
Bojonegoro, sedangkan kabupaten dengan tingkat pdrb perkapitarendah adalah Kabupaten
Lamongan.
Dengan melihat hasil di atas, dari keempat kabupaten (Bojonegoro, Tuban, Lamonga
dan Jombang) apabila dianalisis secara kasat mata bahwasanya hanya Kabupaten
Bojonegoro sajalah yang pembangunan indikator ekonomi dan sosialnya telah tercapai,
sedangkan ketiga kabupaten lainnya belum. Di Kabupaten Tuban sendiri, walaupun tingkat
distribusi pendapatan paling merata diantara ketiga kabupaten akan tetapi masih membawa
masalah dari sisi tingkat IPM dan tingkat kemiskinan yang nilainya paling besar, sehingga
hal tersebut perlu adanya perhatian khusus serta langkah strategis yang harus dilakukan
oleh pemerintah kabupaten dalam mengatasinya. Di Kabupaten Jombang, walaupun
memiliki tingkat IPM tertinggi dan tingkat kemiskinan terendah akan tetapi masih berurusan
dengan masalah jumlah penduduk yang paling besar, tingkat pertumbuhan ekonomi yang
paaling rendah serta ketimpangan pendapatan yang paling paling besar, sehingga hal
tersebut perlu adanya perhatian khusus serta langkah strategis yang harus dilakukan oleh
pemerintah kabupaten dalam mengatasinya. Di Kabupaten Lamongan, Walaupun tingkat
pertambahan penduduk paling rendah akan tetapi masih saja berurusan dengan tingkat
PDRB perkapita yang juga paling rendah diantara ketiga kabupaten yang laingga, sehingga
hal tersebut perlu adanya perhatian khusus serta langkah strategis yang harus dilakkukan
oleh pemerintah kabupaten dalam mengatasinya.
Selain itu apabila dihitung berdasarkan rangking, kabupaten yang memiliki tingkat
daya saing paling tinggi adalah Kabupaten Bojonegoro, hal itu berdasarkan rata-rata
ringking Bojonegoro yang paling rendah yakni 2, karena semakin kecil nilai rata-rata dari
rangking suatu daerah menunjukkan bahwa daerah tersebut memiliki kemampuan daya
saing yang paling tinggi. Dengan demikian, Kabupaten Bojonegoro memperoleh rangking
pertama, memang patut Kabupaten Bojonegoro memiliki tingkat daya saing yang paling
tinggi berdasarkan data dan alasan yang telah dikemukakan diatas, kemudian setelah
Kabupaten Bojonegoro disusul dirangking kedua adalah Kabupaten Lamongan, kemudian di
rangking ketiga dipegang oleh Kabupaten Tuban dan rangking terakhir menjadi milik
Kabupaten Jombang. Dengan demikian, rangking terakhir yang diterima oleh Kabupaten
Jombang menjadikan kabupaten tersebut memiliki tingkat daya saing yang paling rendah

dari ketiga kabupaten lainnya sehingga sudah seharusnya menjadi bahan evaluasi kinerja
pemerintah Kabupaten Jombang untuk meningkatkan kualitas daerahnya baik dari segi
ekonomi maupun sosialnya sehingga mampu meningkatkan kemampuan daya saing dari
daerah itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Bojonegoro, BPS. (2015) Statistik Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Bojonegoro 2015.
Bojonegoro. Available at: https://bojonegorokab.bps.go.id/website/pdf_publikasi/StatistikKesejahteraan-Rakyat-kabupaten-Bojonegoro-2016.pdf (Accessed: 03 June 2017).
Jombang, BPS. (2016) STATISTIK KESEJAHTERAAN RAKYAT. Jombang.
Isnowati, S. (2007) ‘Pengujian hipotesis kuznets di wilayah pembangunan di jawa tengah’,
Jurnal Bisnis dan Ekonomi, 14(1), pp. 1–14.
Jombang, BPS. (2016) Kabupaten Jombang Dalam Angka 2016. Jombang. Available at:
https://jombangkab.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Kabupaten-Jombang-Dalam-Angka2016.pdf (Accessed: 04 June 2017).
Lamongan, BPS. (2016) Kabupaten Lamongan Dalam Angka 2016. Lamongan. Avaible at :
https://lamongankab.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Kabupaten-Lamongan-DalamAngka-2016.pdf (Accessed: 06 June 2017).
Tuban, BPS. (2016) Kabupaten Tuban Dalam

Angka 2016. Lamongan. Avaible at :

https://tubankab.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Kabupaten-Tuban-Dalam-Angka2016.pdf (Accessed:05 June 2017).
Jatim, BPS. (2016). Data Indikator Sosial dan Ekonomi Kabupaten di Jawa Timur. Avaible at
: https://Jatimprov.bps.go.id (Accessed:01 June 2017).