Meningkatkan Kualitas Kesehatan Mental M

Meningkatkan Kualitas Kesehatan Mental
Masyarakat Indonesia
Kesehatan mental adalah berfungsinya kondisi kepribadian, emosional, intelektual,
dan fisik seseorang secara optimal, dapat beradaptasi terhadap tuntutan lingkungan dan
sumber stress, menjalankan tugas sesuai dengan kapasitasnya, merasa nyaman dengan
keadaan diri sendiri, mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan maupun sosial,
memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah-masalah pribadi, memiliki kepuasan
dalam lingkungan sosial, dan merasakan kebahagiaan akan hidup. Dalam kesehatan mental,
aspek-aspek emosional, psikologis, dan kesejahteraan sosial harus dipenuhi secara seimbang.
Kesehatan mental sangat dipengaruhi oleh kultur lingkungan tempat tinggal dan
bermasyarakat. Bagaimana seseorang menilai dirinya, masalah yang di hadapi, serta hal yang
patut maupun tidak patut dilakukan berdasarkan kebiasaan yang ada. Tuntutan-tuntutan dari
lingkungan sosial menyebabkan rendahnya tingkat kepuasan hidup masyarakat. Menurut
Human Development Report, tingkat kepuasan hidup masyarakat Indonesia hanya 5,7 dari
skala 0 (sangat tidak puas) hingga 10 (sangat puas). Padahal dari waktu ke waktu bangsa
Indonesia telah mencapai banyak kemajuan dalam bidang pembangunan, namun aspek
kesehatan mental masih banyak tertinggal di banding negara-negara lain. Hal ini terbukti dari
banyaknya laporan kasus depresi, skizofrenia, dan kasus bunuh diri yang jumlahnya
meningkat.
Menurunnya kesehatan mental individu tidak datang secara tiba-tiba. Banyak tandatanda yang sering kita jumpai dalam lingkungan. Penurunan kesehatan mental seseorang
ditandai dengan sesuatu yang sangat sederhana seperti seseorang makan terlalu banyak atau

terlalu sedikit, menarik diri dari lingkungan, merasa tidak bertenaga, ketidak stabilan emosi
(bingung, lupa, marah, khawatir, takut, dan sebagainya), berhalusinasi, mengalami mood
swings,dan masih banyak kriteria spesifik yang dapat diketahui melaui asesmen lebih lanjut.
Kesehatan mental merupakan peristiwa yang bertautan. Masalah kesehatan mental
individu dipengaruhi oleh, atau terealisasi melalui bentuk patologi sosial masyarakat seperti
alkoholisme, penyalagunaan obat-obatan terlarang, praktik prostitusi, premanisme serta
kekerasan terhadap wanita dan anak. Selain itu, masalah-masalah fisik juga termasuk faktor
resiko rendahnya kesehatan mental seseorang. Masalah-masalah seperti penyakit kronis,
depresi, kondisi-kondisi yang berpotensi menimbulkan stress, dan gaya hidup merupakan
contoh umum yang paling mudah ditemukan. Selain itu faktor sosial dan lingkungan fisik
seperti pengangguran, kemiskinan, pendidikan rendah, diskriminasi, bullying, kondisi
lingkungan kerja yang kurang menyenangkan dan membuat stress merupakan faktor yang
memperparah buruknya kesehatan masyarakat. Fungsi psikologis yang tidak sehat dapat
dilihat dari perasaan tidak nyaman (inadequacy), perasaan tidak aman (insecurity), kurang
percaya diri, kurang memahami diri, kurang mendapat kepuasan dalam hubungan sosial,
ketidak matangan emosi, dan kepribadiannya terganggu. Oleh karena itu, penanganan
terhadap masalah masalah kesehatan harus dilakukan secara terarah dan menyeluruh.
Kondisi mental yang sehat secara psikologis menurut Maslow dan Mittlemenn
termanifestasi melalui; 1) Adequate feeling of security (rasa aman yang memadai),
2)Adequate self-evaluation (kemampuan menilai diri sendiri), 3) Adequate spontanity and

emotionaly (kemampuan spontanitas dan emosionalitas pada orang lain) 4) Efficient contact
with reality, 5) Adequate life goal (memiliki tujuan hidup yang wajar), dan 6) Ability to
satisfy the requirements of the group (mampu memuaskan tuntutan kelompok). Banyak cara
yang dapat dilakukan sebagai upaya peningkatan kesehatan mental seseorang. Upaya tersebut
dimulai dari penanaman dan peningkatan perilaku religius, pendidikan, keluarga, lingkungan
dan teman sebaya.

Perilaku religius adalah perilaku yang mencerminkan kapatuhan dan kedekatan kita
dengan Tuhan. Religiusitas seseorang memiliki arti penting dalam keberhasilan seseorang
dalam menghadapi masalah. Dalam ajaran agama, setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup
ini adalah ujian dari Tuhan. Maka dengan memiliki dasar-dasar religiusitas yang baik
seseorang akan menjadi lebih positif memandang peristiwa-peristiwa dalam kehidupan.
Dengan religiusitas seseorang akan mendapatkan penguatan (reinforecement) yang ada dalam
kitab suci dan nasihat ulama-ulama atau rohaniwan. Perilaku ini akan berpengaruh kepada
kehidupan psikologis dan fisik seseorang. Pemahaman religiusitas akan menjauhkan
seseorang dari gaya hidup tidak sehat seperti minum minuman keras, dan penyalahgunaan
obat-obatan. Perilaku religius dapat menjauhkan individu dari perasaan negatif, emosi,
mampu menghadapi stress, memiliki kemampuan pemacahan masalah dengan baik, dan
memaknai hidup secara bahagia.
Upaya lainnya dalam meningkatkan kesehatan mental dapat ditempuh melalui

pendidikan. Institusi-institusi yang ada diharapkan mampu berperan aktif dalam
pengembangan kesehatan mental. Pengembangan melalui penelitian, pelatihan-pelatihan, dan
memberikan konseling khususnya bagi praktisi-praktisi di bidang terkait. Pemahaman tentang
kesehatan mental harus diberikan kepada seluruh masyarakat, baik sakit, tidak sakit, maupun
yang berpotensi sakit. Dengan pemahaman yang baik maka setiap orang akan menyadari
faktor-faktor yang berpengaruh dalam kesehatan mentalnya, memiliki kemampuan dasar
dalam memelihara kesehatan mental, memiliki sikap proaktif terhadap berbagai sumberdaya
dalam peningkatan kesehatan mental, dan kesadaran ini akan secara langsung memengaruhi
tingkat timbulnya gangguan mental.
Selain itu, keluarga, dan lingkungan sosial juga memiliki peran penting dalam
memelihara kesehatan mental. Keluarga dan lingkungan merupakan tempat utama dalam
belajar segala sesuatu. Pola keluarga dan lingkungan yang sehat harus terus di kembangkan.
Pola yang dimaksud adalah yang mendukung terciptanya kebahagiaan bagi individu baik
berupa penerimaan, keterbukaan, dan saling menghagai dan menghormati. Dengan
terciptanya kehidupan yang selaras dan damai diharapkan angka kesehatan mental dengan
kualitas baik akan meningkat.

Daftar Pustaka
Yuni Purwanti, Isti. Kesehatan Mental. Diunduh dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Isti%20Yuni%20Purwanti,

%20M.Pd./PENGANTAR%20KESEHATAN%20MENTAL.pdf, diakses pada 25 Februari
2016
“Kesehatan Mental”, diunduh dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17706/3/Chapter%20II.pdf, diakses pada 25
Februari 2016
U.S, Departement of Health and Human Services. What is Mental Health. Diunduh dari
http://www.mentalhealth.gov/basics/what-is-mental-health/, diakses pada 25 Februari 2016
Harya, Tatik. 2005. Kondisi Kesehatan Mental. Diunduh dari
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1-2005-tatikharya-497BAB2_410-0.pdf, diakses pada 25 Februari 2016