Tanggung jawab pada anak ilmuwan

1
ILMU, ILMUWAN DAN TANGGUNG JAWAB ILMUWAN
MAKALAH
http://serambima.blogspot.co.id/2014/08/ilmu-ilmuwan-dan-tanggung-jawab-ilmuwan.html
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu
Semester Genap tahun akademik 2013-2014

(Your Logo’s University)

Oleh:
Nama :
NIM

RUDYANTO

:
DOSEN PENGAMPU

Bapak Muzhoffar Akhwan
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2014
__________________________________________________________________

Kata Pengantar
Assalamu’alaikum
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah mempermudahkan penulis untuk dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Filsafat Ilmu. Terlebih juga penulis memiliki maksud lebih
dalam penulisan sehingga bukan hanya menyelesaikan namun juga mengembangkan keahlian
karya tulis bagi penulis sendiri.
Penyelesaian tugas makalah dengan tema “Ilmu, Ilmuan dan Tanggung jawab sebagai
Ilmuan” mengarah kepada nilai koheren antara ilmu dan ilmuwan itu sendiri. Secara eksplisit,
seorang ilmuwan haruslah memiliki nilai dasar dan tujuan jelas (rasional) dan manusiawi
sehingga dapat diterima sebagai karya yang positif bagi kehidupan manusia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah memberi pengarahan
dalam proses penyelesaian tulisan ini. Sehingga dapat diselesaikan dengan penilaian tepat pada
waktunya dan terlebih kepada bapak Muzhoffar Akhwan yang telah memberi pengajaran kepada
penulis dalam masa pengajarannya.
Demikian dan sega dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan kepada yang lain.
Wassalamu’alaikum


10 Juli 2014
Penulis

Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pembuka
a.
Latar Belakang
b.
Rumusan Masalah
Bab II Isi
1.1.1 Ilmu
1.1.1 Pengertian Ilmu
1.1.2 Syarat-syarat Ilmu
1.2 Ilmuwan
1.2.1 Pengertian Ilmuwan
1.2.2 Kedudukan Ilmuwan atau Ulama
1.2.3 Tanggung Jawab Seorang Ilmuan

Bab III Penutup
a.
Kesimpulan

b.
c.

Saran
Referensi

Bab I
a. Latar Belakang
Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial. Terbukti dengan berbagai penemuan
sejarah bahwa manusia hidup dalam berkelompok. Cara hidup yang berbeda-beda membuat
manusia memiliki nilai akreditas terbaik daripaa makhluk lain di bumi. Terbentuknya variasi
semacam ini bukan hanya sekedar kebetulan semata, melainkan dibutuhkannya kecerdasan
mental dalam pengolahan dan penyikapannya.
Kedua hal ini berkembang dan dinamakan sebagai ilmu bagi manusia. Namun, mengenai
hakekat ilmu itu sendiri masih dipertentangkan apakah bersifat relatif ataukah absolut. Terlebih
daripada itu, kebenaran esensi ilmu tersendiri timbul berdasarkan penyifatan yang telah

disepakati oleh manusia. Rasionalitas, manusiawi dan empirik adalah diantaranya sifat dalam
ilmu itu sendiri.
Menjadi suatu pertanyaan besar oleh sebagian para peneliti barat maupun timur ialah
“bagaimana dengan agama?” “apakah termasuk ilmu ataukah hal lain hanya sebagai pengetahuan
yang bersifat ortodok ?” Maka penulisan di bawah ini akan lebih memperjelas mengenai Ilmu
dan Ilmuan. Sehingga penemuan benar tidaknya mengambil satu pilihan berdasarkan argumen
yang telah tersedia dalam tulisan.
b. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Ilmu, Ilmuwan?
b. Bagaimana tanggung jawab seorang ilmuwan terhadap ilmu ?

BAB II
1.1 Ilmu
1.1.1 Pengertian Ilmu
Ilmu[1], sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam
manusia.[2] Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu
memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu
diperoleh dari keterbatasannya.[3]
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan

pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan
seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu
terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya.
Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang
bahani (material saja), atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika lingkup
pandangannya dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret. Berkenaan

dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak matahari dan
bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi cocok menjadi perawat.
Secara etimologi, kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm ((4]"‫ ]علم‬yang berarti memahami,
mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti
memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial,
dan sebagainya.
Bila ada istilah yang mengatakan bahwa buku adalah jendela maka ilmu juga bisa
diatikan sebagai penerang dunia. Karena ibarat hidup tanpa ilmu maka kita akan hidup dalam
sebuah kegelapan yang tanpa berujung. Oleh karena itu penting bagi kita untuk selalu mencari
dan memperdalam ilmu supaya kita bisa mengikuti perkembangan jaman tanpa dihantui rasa
ketakutan karena kedangkalan ilmu yang kita miliki.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi ilmu menurut beberapa ahli[5]:

# M. IZUDDIN TAUFIQ
Ilmu adalah penelusuran data atau informasi melalui pengamatan, pengkajian dan eksperimen,
dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal usulnya
# THOMAS KUHN
Ilmu adalah himpunan aktivitas yang menghasilkan banyak penemuan, bail dalam bentuk
penolakan maupun pengembangannya
# Dr. MAURICE BUCAILLE
Ilmu adalah kunci untuk mengungkapkan segala hal, baik dalam jangka waktu yang lama
maupun sebentar.
# NS. ASMADI
Ilmu merupakan sekumpulan pengetahuan yang padat dan proses mengetahui melalui
penyelidikan yang sistematis dan terkendali (metode ilmiah)
# POESPOPRODJO
Ilmu adalah proses perbaikan diri secara bersinambungan yang meliputi perkembangan teori dan
uji empiris

# MINTO RAHAYU
Ilmu adalah pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dan berlaku umum, sedangkan
pengetahuan adalah pengalaman yang bersifat pribadi/kelompok dan belum disusun secara
sistematis karena belum dicoba dan diuji

# POPPER
Ilmu adalah tetap dalam keseluruhan dan hanya mungkin direorganisasi.
# DR. H. M. GADE
Ilmu adalah falsafah. yaitu hasil pemikiran tentang batas-batas kemungkinan pengetahuan
manusia
# FRANCIS BACON
Ilmu adalah satu-satunya pengetahuan yang valid dan hanya fakta-fakta yang dapat menjadi
objek pengetahuan
# CHARLES SINGER
Ilmu adalah suatu proses yang membuat pengetahuan (science is the process which makes
knowledge)

1.1.2 Syarat-syarat Ilmu :
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang apa
penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu.
[6]Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang
telah ada lebih dahulu.
Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang
sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat
ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang

dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran
objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan
terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu
untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang
berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya
merujuk pada metode ilmiah.
Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek,
ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk
suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan rangkaian
sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam
rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat
umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal
merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umuman (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah
tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus
tersedia konteks dan tertentu pula.
1.2 Ilmuwan[7]
1.2.1 Pengertian Ilmuwan
Secara terminologi, Ilmuwan ialah orang yang bekerja dan mendalami ilmu pengetahuan

dengan tekun dan sungguh-sungguh.[8] Sedangkan secara etimologi, ilmuwan diartikan sebagai
seorang ulama. Secara bahasa, ulama berasal dari kata kerja dasar ‘alima (telah mengetahui);
berubah menjadi kata benda pelaku ‘alimun berarti orang yang mengetahui (mufrad/singular)
dan ulama (jamak taksir/irregular plural). Berdasarkan istilah, pengertian ulama dapat dirujuk
pada al-Quran. Yang sangat masyhur dalam hal ini adalah :
“Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah diantara hambaNya adalah ulama” (Qs.Fathir
28).
Merujuk dari Nash yang jelas tentang lafadz al Ulama dalam al Quran di atas adalah
hamba Allah yang takut melanggar perintah Allah dan takut melalaikan perintahNya dikarenakan
dengan ilmunya ia sangat mengenal keagungan Allah. Ia bertahuid (mengesakan) Allah dalam
rububiyah, uluhiyah dan asma wa sifat. Mereka sangat berhati-hati dalam ucapan dan tindakan
karena memiliki sifat wara, khowasy dan ’arif.[9]
Kata al Ulama’ bukan sekedar istilah dan kedudukan sosial buatan manusia. Bukan pula
orang yang didudukan di lembaga bentukan pemerintahan dengan subsidi dana. Namun kosa
kata al Ulama berasal dari Kalamullah dan memiliki arti dan kedudukan sangat terhormat disisi

Rabb. Oleh karena itu, termasuk perkara yang sangat penting untuk kita ketahui dan pahami
adalah manzilah (kedudukan) ahlul ilmi yang mulia di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Sehingga kita bisa beradab terhadap mereka, menghargai mereka dan menempatkan mereka pada
kedudukannya. Itulah tanda barakahnya ilmu dan rasa syukur kita dengan masih banyaknya para

ulama di zaman ini.
1.2.2 Kedudukan Ilmuwan atau Ulama
1. Orang yang berkedudukan tinggi di sisi Allah.
Hal ini sebagaimana penegasan sekaligus janji Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada
Ulama’ dalam firmannya yaitu QS. al Mujaddalah Ayat 11, artinya:
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. al-Mujadilah: 11)
Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu berkata dalam tafsirnya: “Allah Subhanahu
wa Ta’ala akan mengangkat ahlul ilmi dan ahlul iman beberapa derajat, sesuai dengan apa yang
Allah Subhanahu wa Ta’ala khususkan kepada mereka (berupa ilmu dan iman).”[10]
2. Orang Yang paling khasyyah/ Taqwa kepada Allah.
Sebagaimana dalam Q.S Fathir: 28 Allah memuji Ulama dengan firmannya yang berbunyi:
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (QS.
Fathir: 28)
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Rasulullah memberikan gambaran akan kedudukan
ulama’ sebagai pewarisnya yakni dalam hal khasyyahnya kepada Allah.
3. Orang yang paling peduli terhadap umat.
Firman Allah:
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, serta beriman kepada Allah.” (QS. Ali ‘Imran:

110)
Dalam Ayat ini sangat jelas kedudukan Ulama, sebagai Orang yang Sangat peduli Pada
Umat, Karena Di dunia ini tiada Orang yang sangat getol mengumandangkan ‘Amar Ma’rur dan
Nahi Mungkar selain para Ulama’.
Yahya bin Mu’adz Ar-Razi rahimahullahu berkata “Para Ulama itu lebih belas kasihan
terhadap umat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam daripada bapak-bapak dan ibu-ibu
mereka.” Ditanyakan kepadanya: “Bagaimana demikian?” Dia menjawab: “Bapak-bapak dan
ibu-ibu mereka menjaga mereka dari api di dunia, sedangkan para ulama menjaga mereka dari
api di akhirat.”[11]
4.

Ulama’ adalah rujukan umat dan pembimbing mereka ke jalan yang benar.
Allah SWT berfirman, artinya: “Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang
berilmu, jika kamu tiada mengetahui.” (QS. al-Anbiya’: 7)
Ini adalah pelajaran adab dari Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi hamba-hamba-Nya
tentang sikap dan perbuatan mereka yang tidak pantas. Seharusnya, apabila datang kepada
mereka berita penting yang terkait dengan kepentingan umat, seperti berita keamanan dan hal-hal
yang menggembirakan orang-orang yang beriman, atau berita yang mengkhawatirkan/
menakutkan, yang di dalamnya ada musibah yang menimpa sebagian mereka, hendaknya mereka
memperjelas terlebih dahulu akan kebenarannya dan tidak tergesa-gesa menyebarkannya. Namun
hendaknya mereka mengembalikan hal itu kepada Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam (semasa

beliau masih hidup) dan kepada ulil amri, yaitu orang yang ahli berpendapat, ahli nasihat, yang
berakal (para ulama). Mereka adalah orang-orang yang paham terhadap berbagai permasalahan
dan memahami sisi-sisi kebaikannya bagi umat, sekaligus mengetahui hal-hal yang tidak
bermanfaat bagi mereka. Apabila mereka melihat sisi kebaikan, motivasi yang baik bagi orangorang yang beriman dan menggembirakan mereka bila berita tersebut disebarkan, atau akan
menumbuhkan kewaspadaan mereka terhadap musuh-musuhnya, tentu mereka akan
menyebarkannya (atau memerintahkan untuk menyebarkan).Apabila mereka melihat
(disebarkannya berita tersebut) tidak mengandung kebaikan, atau dampak negatifnya lebih besar,
maka mereka tidak akan menyebarkannya.
Selain Kedudukan Ulama sebagaimana penjelasan ayat dan hadis di atas, kedudukan
mereka dalam agama berikut di hadapan umat, merupakan permasalahan yang menjadi bagian
dari agama. Mereka adalah orang-orang yang menjadi penyambung umat dengan Rabbnya,
agama dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka adalah sederetan orang yang akan
menuntun umat kepada cinta dan ridha Allah, menuju jalan yang dirahmati yaitu jalan yang
lurus. Oleh karena itu, ketika seseorang melepaskan diri dari mereka berarti dia telah melepaskan
dan memutuskan tali yang kokoh dengan Rabbnya, agama dan Rasul-Nya. Ini semua merupakan
malapetaka yang dahsyat yang akan menimpa individu ataupun sekelompok orang Islam. Berarti
siapapun atau kelompok mapapun yang mengesampingkan ulama pasti akan tersesat jalannya
dan akan binasa.Al-Imam Al-Ajurri rahimahullah dalam muqaddimah kitab Akhlaq Al-Ulama
mengatakan[12]:
Para ulama adalah lentera hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala, lambang sebuah
negara, lambang kekokohan umat, sumber ilmu dan hikmah, serta mereka adalah musuh
syaithan. Dengan ulama akan menjadikan hidupnya hati para ahli haq dan matinya hati para
penyeleweng. Keberadaan mereka di muka bumi bagaikan bintang-bintang di langit yang akan
bisa menerangi dan dipakai untuk menunjuki jalan dalam kegelapan di daratan dan di lautan.
Ketika bintang-bintang itu redup (tidak muncul), mereka (umat) kebingungan. Dan bila muncul,
mereka (bisa) melihat jalan dalam kegelapan.
Dari ucapan Al-Imam Al-Ajurri di atas jelas bagaimana kedudukan ulama dalam agama
dan butuhnya umat kepada mereka serta betapa besar bahayanya meninggalkan mereka, Orang
yang paling peduli terhadap umat.
Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman diantaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (QS. al Mujadalah: 11)[13],
artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah
dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan
apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orangorang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
1.2.3 Tanggung Jawab Seorang Ilmuan
a. Tanggung Jawab Seorang Ilmuan Dalam Perspektif Agama Islam[14]
Rasulullah SAW menjelaskan bahwa seorang ilmuwan muslim mempunyai tanggung
jawab, dan ia akan dimintai pertanggung jawaban atas ilmu yang dimilikinya. Rasulullah SAW
bersabda:

‫عبودد ي موومم‬
‫ »ملا تملزولل مقمدمما م‬:‫عل مي وهه مومسل ل ممم‬
‫ مقامل مرلسولل الل ل مهه مص ل ملى الل ل مله م‬:‫ مقامل‬،‫عون أ مهبي بمورمزمة ال موسل مهمهلي‬
‫م‬
‫م‬
‫م‬
‫م‬
‫عون ممالههه همون أي ومن اك وتممسبمله‬
‫عون ل‬
‫ مو م‬،‫عون هعل وهمهه هفيمم مفمعمل‬
‫ مو م‬،‫علمهرهه هفيمما أوفمناله‬
‫الهقمياممهة مح لمتى ي لوسأمل م‬
2417] ‫ح‬
‫ مهمذا محهدي ح‬: ‫ وقال‬،‫عون هجوسهمهه هفيمم أ مبوملاله« )رواه الترمذي‬
‫ث محمسحن مصهحي ح‬
‫ مو م‬،‫]موهفيمم أ من ومفمقله‬
Dari Abu Barzah Al-Aslami, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Tidak bergeser
kedua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga ia ditanya tentang umurnya; dalam
hal apa ia menghabiskannya, tentang ilmunya; dalam hal apa ia berbuat, tentang hartanya; dari
mana ia mendapatkannya dan dalam hal apa ia membelanjakannya, dan tentang pisiknya; dalam
hal apa ia mempergunakannya”. (HR At-Tirmidzi, dan ia berkata: “Ini hadits hasan shahih”,
hadits no. 2417).
Bagaimana cara mempertanggungjawabkan ilmu? DR. Yususf Al-Qaradawi menjelaskan
ada tujuh sisi tanggung jawab seorang ilmuwan muslim, yaitu:

1 - ‫عون هصميان مهتهه موهحوفهظهه مح لمتى ي مبومقى‬
‫مموسلؤووحل م‬،
2 - ‫حهقي وهقهه مح لمتى ي مورمقى‬
‫عون تموعهمي وهقهه موتم و‬
‫مومموسلؤووحل م‬،
3 - ‫عهن ال ومعممهل هبهه مح لمتى ي لثوهممر‬
‫مومموسلؤووحل م‬،
4 - ‫عون تموعلهي وهمهه لهممون ي موطل لبلله مح لمتى ي موزك لمو‬
‫مومموسلؤووحل م‬،
5 - ‫عون بم هثلهه مون موشهرهه مح لمتى ي ملعلمم ن موفلعله‬
‫مومموسلؤووحل م‬،
6 - ‫ مومقبومل مذلهمك ك لله لهه‬،‫حهمل لله مح لمتى ي ملدوومم اه هتلمصالل محل ممقاهتهه‬
‫عون هإ و‬
‫عمداهد ممون ي مهرث لله موي م و‬
‫ مومموسلؤووحل م‬:
7 - ‫عون هإوخملاهصهه هفوي هعل وهمهه للهه مح لمتى ي موقبمل مله همن وله‬
‫مموسلؤووحل م‬.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Bertanggung jawab dalam hal memelihara dan menjaga ilmu, agar ilmu tetap ada (tidak hilang),
Bertanggung jawab dalam hal memperdalam dan meraih hakekatnya, agar ilmu itu menjadi
meningkat,
Bertanggung jawab dalam mengamalkannya, agar ilmu itu berbuah,
Bertanggung jawab dalam mengajarkannya kepada orang yang mencarinya, agar ilmu itu
menjadi bersih (terbayar zakatnya),
Bertanggung jawab dalam menyebarluaskan dan mempublikasikannya agar manfaat ilmu itu
semakin luas,
Bertanggung jawab dalam menyiapkan generasi yang akan mewarisi dan memikulkan agar mata
rantai ilmu tidak terputus, lalu, terutama, bahkan pertama sekali
Bertanggung jawab dalam mengikhlaskan ilmunya untuk Allah SWT semata, agar ilmu itu
diterima oleh Allah SWT.
b. Tanggung Jawab Seorang Ilmuwan Dalam perspektif selain Islam[15]
Sejatinya ilmu pengetahuan digunakan untuk mempermudah kegiatan manusia dalam
melakukan aktifitas dan kegiatannya. Ilmu penegatahuan merupakan produk dari kebudayaan
enlightenment, pencerahan. Ilmu penetahuan digunakan sebagai sarana mempermudah manusia
mencapai dan mendapatkan tujuan hidupnya. Selain itu, ilmu pengetahuan juga berfungsi
sebagai fasilitator. Fasilitator yang berupa sandaran untuk melakukan sesuatu. Karena ilmu
pengetahuan adalah jembatan bagi manusia untuk mempermudah mendapatkan keinginannya
dan manusia dapat berbuat banyak. Segala kegiatan ada konsekuensinya, begitu juga dengan

kegiatan dalam perkembangan ilmu pengetahun ini. Karena sekarang, kita harus menyasuaikan
diri dengan kemajuan ilmu, bukan ilmu yang berkembang seiring perkembangan manusia. Ilmu
pengetahuan banyak melupakan faktor manusia. Selain menimbulkan gejala dehumanisme juga
mengubah hakikat kemanusiaan. Karena itulah peran dari para ilmuan dalam menyikapi hal ini
sangat dibutuhkan.
Peran ilmuwan itu antara lain, mereka harus peka terhadap perubahan sosial dan
berupaya mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut. Mereka juga bertanggung jawab
terhadap hasil penelaahan penelitian agar bermanfaaat bagi masyarakat. Teori adanya
komunikasi antar warga dapat menjadi acuan untuk menerapakan masyarakat yang bebas juga
dapat diterapkan. Seorang ilmuan harus membuka diri pada fakta-fakta baru dan mencoba
berusaha memahaminya demi kebahagiaan umat manusia. Meraka juga harus mempunyai rasa
iba yang merupakan implikasi dari rasa cinta yaitu berusaha untuk benar-benar memahami
penderitaan agar mampu menyembuhkannya.
Ilmuwan harus bisa melibatkan diri, selain dalam proses spesialisasi juga dalam seluruh proses
self-understanding masyarakat. Dalam rangka ini ilmuwan harus dapat mengintegrasikan
kebudayaan teknik dengan kepribadian kultural. Tanggung jawab yang utama dari seorang
ilmuan bagi dirinya sendiri, ilmuwan lain, dan masyarakat adalah menjamin kebenaran dan
keterandalan pernyataaan-pernyataan ilmiah yang dibuatanya dan dapat dibuat oleh ilmuwan
yang lainnya. Sebagai seorang yang dianggap lebih oleh masyarakat bahkan ilmuwan lain tidak
boleh memberikan atau memalsukan data. Mereka hanya memberikan pengetahuan sumbangan
pengetahuan baru yang benar yang sudah ada walaupun ada banyak tekanan untuk tidak
melakukan itu, karena tanggung jawab batiniahnya adalah memerangi ketidaktahuan, prasangka,
dan takhayul di kalangan manusia dalam alam semesta ini.
Context of discovery adalah menyangkut dimana ilmu pengetahuan itu ditemukan. Ilmu
pengetahuan selalu ditemukan dan berkembang dalam konteks waktu dan tempat tertentu. Ilmu
pengetahuan tidak muncul begitu saja, ada hal yang melahirkannya. Ada perasaan, keinginan,
kepentingan pribadi, sosial, budaya, politik yang ikut mewarnai dan mendorong penelitian dan
kegiatan ilmiah. Hubungan antara tanggung jawab ilmuwan dan COD ini adalah kadang kala
para ilmuwan mengembangkan penetahuannya bukan semata-mata hanya untuk ilmu itu sendiri,
tetapi ada hal lain yang menyebabkan adanya ilmu pengetahuan itu. Salah satunya adalah karena
keprihatinan para ilmuwan terhadap perkembangan kehidupan manusia. Mereka mengumpulkan
masalah yang dihadapi masyarakat dan berupaya untuk mencari solusi dari permasalahan itu. Hal
ini terjadi karena pada hakikatnya, ilmu pengetahuan itu berkembang dalam interaksi dan
ketertarikan dengan semua nilai dan semua hal lain diluar pengetahuan itu. Karena sadanya
kesamaan sosial, perasaan dan lain sebagainya inilah yang kemudian melahirkan ilmu
pengetahuan baru yang menyangkut tanggung jawab seorang yang mempunyai ilmu lebih dari
yang lainnya.
Context of Justification merupakan konteks pengujian ilmiah terhadap hasil penelitian dan
kegiatan alamiah berdasarkan kategori dan kriteria yang murni ilmiah. Nilai kebenaran adalah
yang satu-satunya nilai yang berlaku dan dipertimbangakan. Hubungan antara COJ dengan
tanggung jawab ilmuwan adalah, hakikatnya konsekuensi dalam kegiatan penelitian harus
mempertimbangkan beberapa hal, antara lain rasionalitas atau berkaitan dengan nilai kebenaran,
berkaitan dengan ilmu-ilmu empiris, penilaian hasil kegiatan ilmiah hanya didasarkan pada
keberhasilan dan kegagalan empiris. Dilihat dari dua kriteria tersebut dapat disimpulkan bahwa

dalam memberikan pengetahuan kepada khalayak umum, para ilmuwan harus se-objektif
mungkin sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
Yang harus menjadi fokus utama dari seorang ilmuwan dalam menetapakan konteks mana yang
penting dan harus diperhatikan adalah dengan melihat beberapa aspek dari konsekuensi setiap
konteks. Namun yang paling harus diperhatikan oleh ilmuwan adalah context of discovery
karena dalam konteks ini, diperhitungkan apakah ilmu itu berguna atau tidak. Sedangkan dalam
context of justification, segala kriteria kebenarannya tidak bisa dibantah dan dianggap benar.

BAB III
a. Kesimpulan


Ilmu , sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam
alam manusia.Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara
sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.



Ilmuwan ialah orang yang bekerja dan mendalami ilmu pengetahuan dengan tekun dan
sungguh-sungguh



Diantara tanggung jawab ilmuan, yaitu: Pertama, Bertanggung jawab dalam
menyebarluaskan dan mempublikasikannya agar manfaat ilmu itu semakin luas. Kedua,
Menjamin kebenaran dan keterandalan pernyataaan-pernyataan ilmiah yang dibuatanya
dan dapat dibuat oleh ilmuwan yang lainnya.

b. Saran
Setiap pengkaryaan seseorang bersifat relatif, yang berarti akan ditemukan kesalahan atau
memiliki kekurangannya. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun nilai tulisan
ke depannya. Bisa melalui, email : rudyanto2133@yahoo.co.id.





c. Referensi
http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu, data diunggah pada bulan Juli 2014
Prof. Dr. C.A. van Peursen: Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya. Dikutip dari buku B. Arief
Sidharta. Apakah
Filsafat dan Filsafat Ilmu Itu?, Pustaka Sutra, Bandung 2008. Hal 7-11.
Wahid, Ramli Abdul. Ulumul Qu'ran, Grafindo, Jakarta, 1996, hal. 7













Carapedia. Pengertian dan Definisi Ilmu Menurut Para Ahli.
http://carapedia.com/pengertian_definisi_ilmu_menurut_para_ahli_info515.html. Data
diunggah pada bulan Juli 2014
Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008.
Halaman 8
Koleksi Makalah Ms Zaky. Kedudukan Ilmuwan.
http://makalahzaki.blogspot.com/2012/10/kedudukan-ilmuwan.html. Diakses
pada bulan
Juli 2014
http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmuwan. Diakses pada bulan Juli 2014
Al-Ustadz Abul ‘Abbas Muhammad Ihsan, Kedudukan Ulama’ dalam Al-Qur`an dan AsSunnah, 15/03/2009 In: http://belajaralislam.wordpres.com/
Mohammad Jamaluddin, Ulama Pewaris Para Nabi, Minggu, 2007 Okt. 07 In: http://wongcirebon.blogspot.com/
Mukhtashar Nashihat Ahlil Hadits, hal. 168
Ulama ahlus sunnah, Pewaris Para Nabi & Rintangan dalam Menuntut Ilmu, In: http://alaisar.com
Software Quran in word
DPS PKS Banguntapan. Inilah Tanggung Jawab Ilmuwan Islam.
http://www.pksbanguntapan.com/2013/02/inilah-tanggungjawab-ilmuan- muslim.html
diakses pada bulan Juli 2014
Anditaa08’s Blog. Memahami Etika dan Tanggung Jawab Ilmuwan.
http://anditaa08.student.ipb.ac.id/memahami-etika-dan-tanggung-jawab- ilmuwan/.
Diakses pada bulan Juli 2014

2
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2014
http://barorohnurul.blogspot.co.id/2014/10/filsafat-ilmu.html

KATA PENGANTAR
‫بسم ال الرحمن الحيم‬
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikanmakalah yang berjudul “Tanggung Jawab Ilmuan dalam
Menggali dan Mengembangkan Ilmu”dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah FILSAFAT
ILMU. Penulisan makalah ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. H. Ahmad Barizi, MA sebagai dosen pengampu mata kuliah Filsafat Ilmu
2. Orang tua yang telah banyak memberikan dukungan dan sumbangan moral maupan material.
3. Teman-teman yang telah banyak membantu penulisan makalah ini, sehingga dapat terselesaikan
dengan baik dan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik
dan
saran
yang
bersifat
membangun sangat
penulis
harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Semoga laporan ini
bermanfaat bagi semuapihak yang berkepentingan.
Malang, 22 Oktober 2014

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Allah SWT menulis dengan jelas dalam surah Al- Mudattsir ayat 38:
‫كك ل‬
‫ت ررهين‬
‫ل نر ت‬
‫س ببما ك ر ر‬
‫سب ر ت‬
‫ف س‬

Artinya: Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya

2.
1.
2.
3.
3.
1.
2.
3.

Ayat ini, kita tahu bahwa Allah SWT menciptakan manusia dengan segala potensinya
untuk selalu berkarya dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat juga memilik tugas dan
tanggung jawab yang harus dipenuhi.
Fungsi manusia sebagai khalifah/ wakil Allah di muka bumi, ia mempunyai tanggung
jawab untuk menjaga keseimbangan alam dan lingkungannya tempat mereka tinggal. Manusia
diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi, menggali sumber-sumber daya serta
memanfaatkannya dengan sebesar-besar kemanfaatan. Karena alam diciptakan untuk kehidupan
manusia sendiri. Untuk menggali potensi dan memanfaatkannya diperlukan ilmu pengetahuan
yang memadai. Hanya orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang cukuplah atau para
ilmuwan dan para intelektual yang sanggup mengeksplorasi sumber alam ini. Akan tetapi para
ilmuwan itu harus sadar bahwa potensi sumber daya alam akan habis terkuras untuk pemenuhan
kebutuhan hidup manusia apabila tidak dijaga keseimbangannya.
Perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara tibatiba, melainkan melalui proses bertahap dan evolutif. Karenanya, untuk memahami sejarah
perkembangan ilmu pengetahuan harus melakukan pembagian atau klasifikasi secara periodik.
Dalam setiap periode sejarah pekembangan ilmu pengetahuan menampilkan ciri khas tertentu.
Perkembangan pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani.
Hal ini didukung oleh beberapa faktor, antara lain: mitologi bangsa Yunani, kesusastraan Yunani,
dan pengaruh ilmu pengetahuan pada waktu itu yang sudah sampai di Timur Kuno. Terjadi
perkembangan ilmu pengetahuan di setiap periode dikarenakan pola pikir manusia yang
mengalami perubahan dari mitos-mitos menjadi lebih rasionil. Manusia menjadi lebih proaktif
dan kreatif menjadikan alam sebagai objek penelitian dan pengkajian.
Oleh Karena itu, dalam makalah singkat ini, penulis akan memaparkan tentang Tanggung
Jawab Ilmuan dalam Menggali dan Mengembangkan Ilmu. Hal ini merupakan sebatas akumulasi
pengetahuan yang dipahami oleh penulis dan tidak menutup kemungkinan adanya khilaf dan
keterbatasan literatur yang dipakai dalam menuliskan sekelumit makalah singkat ini.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini diantaranya:
Apa saja yang menjadi tanggung jawab ilmuan terhadap ilmu?
Apa saja sikap yang harus dimiliki ilmuwan dalam menggali dan mengembangkan ilmu?
Bagaimana peran ilmuwan dalam pengembangan ilmu?
Tujuan
Tujuan dituliskannya makalah ini diantaranya:
Untuk mengetahui tanggung jawab ilmuan terhadap ilmu
Untuk mengetahui sikap apa yang harus dimiliki ilmuwan dalam menggali dan mengembangkan
ilmu
Untuk mengetahui peran ilmuwan dalam pengembangan ilmu

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmuwan
Ilmuwan merupakan profesi, gelar atau capaian professional yang diberikan masyarakat
kepada seorang yang mengabdikan dirinya. Pada kegiatan penelitian ilmiah dalam rangka
mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang alam semesta, termasuk fenomena
fisika, matematis dan kehidupan social.
Istilah ilmuwan dipakai untuk menyebut aktifitas seseorang untuk menggali permasalahan
ilmuwan secara menyeluruh dan mengeluarkan gagasan dalam bentuk ilmiah sebagai bukti hasil
kerja mereka kepada dunia dan juga untuk berbagi hasil penyelidikan tersebut kepada
masyarakat awam, karena mereka merasa bahwa tanggung jawab itu ada dipundaknya.
B. Ciri Ilmuwan
Ciri yang menonjol pada ilmuwan terletak pada cara berpikir yang dianut serta dapat
dilihat pula pada perilaku ilmuwan tersebut. Para ilmuwan memilih bidang keilmuan sebagai
profesi, dengan demikian harus tunduk pada wibawa ilmu karena ilmu merupakan alat yang
paling mampu untuk dimanfaatkan dalam mencari dan mengetahui kebenaran.
Seorang ilmuwan tidak cukup hanya dengan mempunyai daya kritis yang tinggi atau
pun pragmatis, namun juga harus jujur, memiliki jiwa yang terbuka dan tekad besar dalam
mencari atau menunjukkan kebenaran, netral, yang tidak kalah penting adalah penghayatan
terhadap etika serta moral ilmu yang harus di junjung tinggi.
Seorang Ilmuwan dapat dilihat dari beberapa aspek :
1.
Dari cara kerja; cara kerja untuk mengungkap segala sesuatu dengan metode sains yaitu:
mengamati, menjelaskan, merumuskan masalah, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan
menganalisa data, membuat kesimpulan.
2.
Dari kemampuan menjelaskan hasil dan cara memperolehnya, misalnya jika seorang
mengklaim telah melihat Gajah, maka ia harus mempu menjelaskan ciri-ciri gajah, seperti:
memiliki taring, badannya besar, kupingnya lebar.
3.
Dari sikap terhadap alam dan permasalahan yang dihadapi.
Sikap yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan antara lain adalah: hasrat ingin tahu
yang tinggi, tidak mudah putus asa, terbuka untuk dikritik dan diuji, menghargai dan menerima
masukan, jujur, kritis, kreatif, sikap positif terhadap kegagalan, rendah hati, hanya
menyimpulkan dengan data memadai.
C. Syarat Yang Harus Dipatuhi Sebagai Seorang Ilmuwan
Ada beberapa syarat yang harus dilalui seseorang agar layak disebut sebagai ilmuwan,
salah satunya adalah ilmuwan tersebut harus mengadakan penelitian yang menghasilkan karya
ilmiah yang bisa diterima di masyarakat, karya ilmiah tersebut harus memenuhi sistematikasistematika yang harus dipenuhi oleh ilmuwan sebagai syarat agar penelitiannya layak disebut
sebagai karya ilmiah. Yang pokok dalam sistematika penulisan adalah logical sequence (urutan-

D.

1.
2.
3.
4.

E.

urutan logik) dari penulisan. Sistematika suatu karya ilmiah sangat perlu disesuaikan dengan
sistematika yang diminta oleh media publikasi (jurnal atau majalah ilmiah), sebab bila tidak
sesuai akan sulit untuk dimuat. Sedangkan suatu karya ilmiah tidak ada artinya sebelum
dipublikasi. Walaupun ada keragaman permintaan penerbit tentang sistematika karya ilmiah yang
akan dipublikasi, namun pada umumnya meminta penulis untuk menjawab empat pertanyaan
berikut: (1) Apa yang menjadi masalah?; (2) Kerangka acuan teoretik apa yang dipakai untuk
memecahkan masalah?; (3) Bagaimana cara yang telah dilakukan untuk memecahkan masalah
itu?; (4) Apa yang ditemukan?; serta (5) Makna apa yang dapat diambil dari temuan itu?.
Dalam penulisan karya ilmiah, penulis harus secara jujur menyebutkan rujukan terhadap
bahan atau pikiran yang diambil dari sumber lain. Pemakaian bahan atau pikiran dari suatu
sumber atau orang lain yang tidak disertai dengan rujukan dapat diidentikkan dengan pencurian.
Penulis karya ilmiah harus menghindarkan diri dari tindak kecurangan yang lazim disebut
plagiat. Plagiat merupakan tindak kecurangan yang berupa pengambilan tulisan atau pemikiran
orang lain yang diaku sebagai hasil tulisan atau hasil pemikirannya sendiri. Karya
ilmiah juga perlu dilengkapi dengan daftar pustaka, yang memaparkan karya ilmiah lain yang
digunakan sebagai rujukan. Agar dapat ditelusuri orang lain penulisan karya ilmiah rujukan
tersebut perlu memuat nama pengarang, judul karya ilmiah, tahun penerbitan, serta penerbitnya.
Peran dan Fungsi Ilmuwan
Selain memiliki ciri, sikap, dan tanggung jawab, ilmuwan tentunya mempunyai peran dan
fungsi. Berikut adalah peran atau fungsi ilmuwan yang berkaitan langsung dengan aktivitasnya
sebagai ilmuwan, meliputi:
Sebagai intelektual, ia berperan sebagai ilmuan sosial yang selalu berdialog dengan masyarakat
dan terlibat didalamnya secara intensif dan sensitif.
Sebagai ilmuwan, ia akan selalu mencoba dan berusaha untuk memperluas wawasan teoritis,
memiliki keterbukaan terhadap kemungkinan dan penemuan baru dalam bidang keilmuan.
Sebagai teknikus, ia akan tetap terus menjaga keterampilannya dan selalu menggunakan
instrumen yang tersedia dalam disiplin ilmu yang dikuasainya.
Peran pertama mengharuskannya untuk turut menjaga martabat manusia (Daniel, 2003),
sedangkan dua peran terakhir memungkinkan ia menjaga martabat ilmunya. Fungsi seorang
ilmuawan tidak hanya berhenti pada penelaahan dan keilmuan secara individual namun juga
bertanggung jawab agar produk keilmuannya sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
luas (suriasumantri, 2001).
Tanggung Jawab sebagai Seorang Ilmuwan
Secara garis besar dapat di uraikan bahwa tanggung jawab pokok ilmuwan adalah (1)
Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (berpikir, melakukan penelitian dan
pengembangan, menumbuhkan sikap positif-konstruktif, meningkatkan nilai tambah dan
produktivitas, konsisten dengan proses penelaahan keilmuan, menguasai bidang kajian ilmu
secara mendalam, mengkaji perkembangan teknologi secara rinci, bersifat terbuka, professional
dan mempublikasikan temuannya); (2) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
menemukan masalah yang sudah/akan mempengaruhi kehidupan masyarakat dan
mengkomunikasikannya, menemukan pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat, membantu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menggunakan hasil penemuan untuk kepentingan
kemanusiaan, mengungkapkan kebenaran dengan segala konsekuensinya dan mengembangkan
kebudayaan nasional.

a.

b.

c.

F.

1.
2.
3.

Selain yang tersebut di atas, sebagaimana yang telah disinggung bahwa ilmuwan
memiliki tanggung jawab sosial, moral, dan etika. Dan berikut ini akan di uraikan berbagai
tanggung jawab ilmuwan yang berkenaan dengan sosial, moral dan etika.
Tanggung Jawab Sosial
Tanggung jawab sosial ilmuwan adalah suatu kewajiban seorang ilmuwan untuk
mengetahui masalah sosial dan cara penyelesaian permasalahan sosial. beberapa bentuk
tanggung jawab sosial ilmuwan, salah satunya, seorang ilmuwan harus mampu mengidentifikasi
kemungkinan permasalahan sosial yang akan berkembang berdasarkan permalahan sosial yang
sering terjadi dimasyarakat.
Tanggung Jawab Moral
Tanggung jawab moral tidak dapat dilepaskan dari karakter internal dari ilmuwan itu
sendiri sebagi seorang manusia, ilmuwan hendaknya memiliki moral yang baik sehingga
pilihannya ketika memilih pengembangan dan pemilihan alternatif, mengimplementasikan
keputusan serta pengawasan dan evaluasi dilakukan atas kepentingan orang banyak, bukan untuk
kepentingan pribadinya atau kepentingan sesaat. Moral dan etika yang baik perlu kepekaan atas
rasa bersalah, kepekaan atas rasa malu, kepatuhan pada hukum dan kesadaran diketahui oleh
Tuhan. Ilmuwan juga memiliki kewajiban moral untuk memberi contoh (obyektif, terbuka,
menerima kritik, menerima pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian yang dianggapnya
benar, berani mengakui kesalahan) dan mampu menegakkan kebenaran. Sehingga ilmu yang
dikembangkan dengan mempertimbangkan tanggung jawab moralnya sebagai seorang ilmuwan
dapat memberikan kemaslahatan bagi umat manusia dan secara integral tetap menjaga
keberlangsungan kehidupan lingkungan di sekitarnya dan dapat tergajanya keseimbangan
ekologis (Basuki, 2009).
Tanggung Jawab Etika
Kemudian tanggung jawab yang berkaitan dengan etika meliputi etika kerja seorang
ilmuwan yang berkaitan dengan nilai-nilai dan norma-norma moral (pedoman, aturan, standar
atau ukuran, baik yang tertulis maupun tidak tertulis) yang menjadi pegangan bagi seseorang
atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya; kumpulan asas atau nilai moral (Kode
Etik) dan ilmu tentang perihal yang baik dan yang buruk. Misalnya saja tanggung jawab etika
ilmuwan yang berkenaan dengan penulisan karya ilmiah, maka kode etik pada penulisan karya
ilmiah harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu sebagai berikut: OBYEKTIF,(berdasarkan
kondisi faktual), UP TO DATE, (yang ditulis merupakan perkembangan ilmu paling
akhir), RASIONAL, (berfungsi
sebagai
wahana
penyampaian
kritik
timbalbalik), RESERVED, (tidak overcliming, jujur, lugas dan tidak bermotif pribadi),EFEKTIF dan
EFISIEN, (tulisan sebagai alat komunikasi yang berdaya tarik tinggi).
Pelanggaran Etika Ilmiah
Pelanggaran etika ilmiah sering terjadi, hal ini terjadi baik secara sengaja maupun tidak
sengaja. Pada umumnya pelanggaran etika ilmiah berkisar pada tiga wilayah, yaitu:
Fabrikasi data -- ‘mempabrik’ data atau membuat-buat data yang sebenarnya tidak ada atau
lebih umumnya membuat data fiktif.
Falsifikasi data -- bisa berarti mengubah data sesuai dengan keinginan, terutama agar sesuai
dengan kesimpulan yang ‘ingin’ diambil dari sebuah penelitian.
Plagiarisme; Plagiarisme --- mengambil kata-kata atau kalimat atau teks orang lain tanpa
memberikan acknowledgment (dalam bentuk sitasi) yang secukupnya

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ilmuwan secara etimologi bermakna orang yg ahli atau banyak pengetahuannya
mengenai suatu ilmu, sedangkan menurut terminologi ilmuwan banyak sekali peneliti atau para
cendikia yang mencoba untuk memberi definisi mengenai ilmuwan salah satunya adalah
sebagaimana dalam pandangan McGraw-Hill Dictionary Of Scientific and Technical Term,
ilmuwan adalah seorang yang mempunyai kemampuan dan hasrat untuk mencari pengetahuan
baru, asas-asas baru, dan bahan-bahan baru dalam suatu bidang ilmu.
Dengan demikian orang yang disebut sebagai Ilmuwan harus memiliki ciri-ciri sebagai
ilmuwan yang dapat dikenali lewat paradigma serta sikapnya dalam kehidupan sosial, memiliki
daya kritis yang tinggi, jujur, bersifat terbuka, dan netral. Selain itu pula seorang ilmuwan harus
patuh pada sistematika penulisan karya ilmiah serta syarat-syarat yang berkenaan dengan kode
etiknya.
Peran dan fungsi ilmuwan dalam masyarakat juga perlu diperhitungkan, karena ilmuwan
merupakan orang yang dapat menemukan masalah spesifik dalam ilmu. Selain itu, ilmuwan pula
terbebani oleh tanggung jawab, tanggung jawab yang diemban oleh ilmuwan meliputi tanggung
jawab sosial, moral, dan etika.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah mengenai pelanggaran etika ilmiah yang wajib
dihindari oleh para ilmuwan adalah fabrikasi data, falsifikasi data, dan plagiarisme.
3.2 Saran
Saran yang dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan motivasi pada para pembaca khususnya bagi para ilmuwan-ilmuwan muda.

DAFTAR PUSTAKA
The, Liang Gie. 2000. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty.
Syamsir,
Elvira.
2009. Tanggung
Jawab
Ilmuwan.file:///E:/tanggung%20jwb
%20ilmuwan/TANGGUNG_JAWAB_ILMUWAN.htm. Diakses pada 13 Januari 2010. 00.21
WIB.
Basuki, Ahmad. 2008. Menggugat Moral Ilmuwan (dimuat pada artikel opini Bengawan pos).

http://achmadbasuki.files.wordpress.com/2008/07/menggugat-moral-ilmuwan_bengpos050902.doc. Di
akses pada 13 Januari 2010. 01.47 WIB.
http://developer.ning.com/profiles/blog/show?id=1185512%3A111905. Di akses pada 13 Januari 2010.
01.47 WIB.
Dhaniel, Dhakidae. 2003. Cendikiawan dan Kekuasaan Dalam Negara Orde Baru. Jakarta: Gramedia.
Suriasumantri, Jujun S. 2001. Filsafat Ilmu: Sebuah Perngantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan

3
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB ILMUAN

http://www.kompasiana.com/jokowinarto/tugas-dan-tanggung-jawabilmuan_5500d5018133111918fa7e8b

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/jokowinarto/tugas-dan-tanggung-jawabilmuan_5500d5018133111918fa7e8b
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Allah SWT menulis dengan jelas dalam surah Al- Mudattsir ayat 38.
Artinya: “Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya” (Qs. Al-Mudatsir:38)
Dari kontek ayat ini, kita tahu bahwa Allah SWT menciptakan manusia dengan segala potensinya
memiliki “tugas” untuk tunduk dan patuh terhadap hukum-hukum Allah SWT dan suatu saat nanti
pada saat yang ditentukan oleh Allah semua manusia akan diminta pertanggung jawabannya
sebagai bukti bahwa manusia sebagai pengemban amanah Allah SWT. Dalam melakukan misinya,
manusia diberi petunjuk bahwa dalam hidup ada dua jalan yaitu, jalan baik dan jalan yang buruk.
Artinya: “ kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. ( kebaikan dan keburukan )”Q.S Al-Balad
( 90 ) ayat 10 Proses menerima petunjuk ini adalah bagaimana manusia mengembangkan
kemampuan potensi akal ( ratio ) nya dalam memahami “alam” yang telah diciptakan dan disediakan
oleh Allah SWT sebagai saran dan sumber belajar, kemudian ketika “ilmu” sudah dimiliki diharapkan
manusia dapat berkarya (beramal) dengan ilmunya untuk terus membina hubungan vertical dan
horizontal. Manusia yang mau mengembangkan potensi akalnya dapat memanfaatkan
pengetahuannya tersebut untuk pencerahan dirinya dan memiliki tanggung jawab moral dan
menyebarkan kepada sesama, mereka biasa disebut ilmuwan, cendikiawan atau intelektual.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam
tugas dan tanggung jawab ilmuan sebagai berikut: Ilmuwan dan Intelektual B. Tanggung Jawab
Ilmuwan dan Sosial C. Intelektual sebagai “ Change Maker “
C. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran tentang
tugas dan tanggung jawab ilmuan. Khususnya dalam dunia pendidikan dan lebih khusus lagi di
negeri Indonesia yang tercinta ini.

BAB II PEMBAHASAN
A, Ilmuwan, dan Intelektual Upaya memberi perbedaan yang tegas dalam mendefinisikan istilah
sarjana, ilmuwan, dan intelektual merupakan persoalan yang tidak mudah, sepintas terlihat sama
tetapi ketiganya saling berkaitan. Untuk memahami fungsi dan tugas dari sarjana, Ilmuwan, dan
intelektual kita lihat beberapa definisi :
a. Definisi Sarjana Dalam kamus besar Bahasa Indonesia hal. 785, Sarjana disebutkan sebagai
orang pandai ( Ahli Ilmu Pengetahuan ) atau tingkat yang dicapai oleh seseorang yang telah
menamatkan pendidikan terakhir di perguruan tinggi.[1]
b. Definisi Ilmuwan Ø Menurut kamus besar Bahasa Indonesia hal. 325, Ilmuwan adalah : · orang
yang ahli, · orang yang banyak pengetahuan mengetahui suatu ilmu, · orang yang berkecimpung
dalam ilmu pengetahuan · orang yang bekerja dan mendalami ilmu pengetahuan dengan tekun dan
sungguh-sungguh.[2] Ø Menurut Webster Dictionary, Ilmuwan ( Sciantist ) adalah seorang yang
terlibat dalam kegiatan sistematis untuk memperoleh pengetahuan ( ilmu ) Ø Ensiklopedia Islam
mengartikan ilmuwan sebagai orang yang ahli dan banyak pengetahuannya dalam suatu atau
beberapa bidang ilmu.[3]
c. Definisi Intelektual Ø Intelektual berasal dari bahasa Inggris : “ Having or showing good mental
powers and understanding” ( memiliki atau menunjukkan kekuatan-kekuatan mental dan
pemahaman yang baik ) Ø Intelektual “the power of mind by which we know, reason and think”
( kekuatan pikiran yang dengannya kita mengetahui, menalar dan berfikir). Ø Intelektual adalah
seseorang yang memiliki potensi secara actual Ø Intelektual adalah pemikir-pemikir yang memiliki
kemampuan penganalisaan terhadap masalah tertentu. Ø Menurut George A. Theodorson dan
Archiles G.intelektual adalah masyarakat yang mengabdikan diri kepada pengembangan gagasan
orisinil dan terlibat dalam usaha intelektual kreatif. Ø Menurut Shils ( sosiolog barat ) intelektual
adalah orang yang terpilih dalam masyarakat yang sering menggunakan symbol symbol bersifat
umum dan rujukan abstrak tentang manusia dan masyarakat. Ø Menurut Prof. Ganjar Kurnia
Intelektual adalah orang yang memiliki kesadaran tingkat tinggi, istilah Al-Qur’an Ulil Albab
B. Tanggung Jawab Ilmuwan dan Sosial Ilmuwan merupakan profesi, gelar atau capaian
professional yang diberikan masyarakat kepada seorang yang mengabdikan dirinya. Pada kegiatan
penelitian ilmiah dalam rangka mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang alam
semesta, termasuk fenomena fisika, matematis dan kehidupan social. Istilah ilmuwan dipakai untuk
menyebut aktifitas seseorang untuk menggali permasalahan ilmuwan secara menyeluruh dan
mengeluarkan gagasan dalam bentuk ilmiah sebagai bukti hasil kerja mereka kepada dunia dan
juga untuk berbagi hasil penyelidikan tersebut kepada masyarakat awam, karena mereka merasa
bahwa tanggung jawab itu ada dipundaknya. Ilmuwan memiliki beberapa ciri yang ditunjukkan oleh
cara berfikir yang dianut serta dalam perilaku seorang ilmuwan. Mereka memilih bidang keilmuan
sebagai profesi. Untuk itu yang bersangkutan harus tunduk dibawah wibawa ilmu. Karena ilmu
merupakan alat yang paling mampu dalam mencari dan mengetahui kebenaran. Seorang ilmuwan
tampaknya tidak cukup hanya memiliki daya kritis tinggi atau pun pragmatis, kejujuran, jiwa terbuka

dan tekad besar dalam mencari atau menunjukkan kebenaran pada akhirnya, netral, tetapi lebih dari
semua itu ialah penghayatan terhadap etika serta moral ilmu dimana manusia dan kehidupan itu
harus menjadi pilihan juga sekaligus junjungan utama. Oleh karena itu seorang ilmuwan harus
memenuhi beberapa syarat, diantaranya : a. Prosedur ilmiah b. Metode ilmiah c. Adanya suatu gelar
yang berdasarkan pendidikan formal yang ditempuh d. Kejujuran ilmuwan, yakni suatu kemauan
yang besar, ketertarikan pada perkembangan Ilmu Pengetahuan terbaru dalam rangka
profesionalitas keilmuannya.
e. Peran dan Fungsi Ilmuwan 1. Sebagai intektual, seorang ilmuwan sosial dan tetap
mempertahankan dialognya yang kontinyu dengan masyarakat sekitar dan suatu keterlibatan yang
intensif dan sensitif. 2. Sebagai ilmuwan, dia akan berusaha memperluas wawasan teoritis dan
keterbukaannya kepada kemungkinan dan penemuan baru dalam bidang keahliannya. 3. Sebagai
teknikus, dia tetap menjaga keterampilannya memakai instrument yang tersedia dalam disiplin yang
dikuasainya. Dua peran terakhir memungkinkan dia menjaga martabat ilmunya, sedangkan peran
pertama mengharuskannya untuk turut menjaga martabat.
Tanggung Jawab Ilmuwan
Tanggung jawab ilm

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22