Manajemen operasional DESAIN PROSES tentang

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan suatu proses ? kamus inggris oxford
mendifinisikan proses sebagai suatu kegiatan atau kegiatan yang berkelanjutan dan teratur,
dilakukan dengan cara tertentu, dan bertujuan untuk mencapai suatu hasil, suatu operasi
berkelanjutan atau serangkaian operasi. Dalam bentuk yang paling sederhana, proses
memiliki input dan output serta merupakan urutan tugas individu dimana input tersebut
melalui proses sampai akhirnya menjadi output. Proses ini sendiri dapat berupa apapun yang
mentranformasikan,

mentransfer

atau

semata-mata

hanya

mengurus


input

dan

menyerahkanya dalam bentuk output.
Makna untuk memperkuat dan mempercepat proses dalam organisasi bukanlah hal
baru. Rangkain nilai yang dikembangkan oleh Michael Porter, profesor Harvard Busines
School, yang menganggap proses sebagai rantai penciptaan nilai. Porter mendefinisikan dua
jenis kegiatan yang dilakukan perusahaan, yaitu aktivitas utama dan aktivitas pendukung.
Aktivitas utama adalah aktivitas-aktivitas dalam perusahaan dimana perusahaan menambah
nilai pada inputnya untuk diberikan kepada pelanggan yang siap membayar outputnya.
Aktivitas pendukung adalah aktivitas yang diperlukan untuk mendukung aktivitas
penambahan nilai utama, baik untuk saat ini maupun untuk masa akan datang. Aktivivitas
rantai nilai (value chain) dalam suatu organisasi seperti dikatakan porter dapat diringkas
sebagai berikut :
Aktivitas utama
1. logistik internal
Aktivitas untuk menerima, menyimpan dan mendistribusikan input sampai menjadi produk
akhir, seperti penanganan bahan baku, pengendalian persediaan, pergudangan, dan hubungan
dengan pemasok.


2. operasi
Aktivitas produksi untuk mencipatakan produk seperti permesinan, perakitan, pengepakan,
pencetakan, dan pengujian.
3. logistik eksternal
Aktivitas untuk menyimpan dan mendistribusikan produk kepada para pelanggan, termasuk
mendistribusikan kedalam pergudangan.
4. pemasaran dan penjualan
Aktivitas yang berkaitan dengan penyediaan sarana yang memugkinkan para pembeli untuk
membeli produk, seperti periklanan, penjualan, penentuan harga, promosi dan pergudangan.
5. pelayanan
Aktivitas untuk menyediakan pelayanan atau memperhatikan nilai produk, termasuk didalam
instalasi, reparasi, suku cadang dan pelatihan.
Aktivitas pendukung
1. pengadaan
Pembelian barang modal, barang produksi dan barang non produksi
2. pengembangan teknologi
Fasilitas, mesin, komputer dan telekomunikasi.
3. sumber daya manusia
Pelatihan, pengembangan, dan penggajian.

4. infrastruktur
Manajemen umum, manajemen keuangan, pengembangan strategi, perencanaan, penjaminan
kualitas yang mendukung keseluruhan penciptaan rantai nilai.

1.2.Rumusan Masalah
A. Jelaskan Pengertian Proses Produksi?
B. Bagaimana Cara Memperkembangan Teknologi Proses Produksi?
C. Sebutkan Macam-Macam Tipe Proses Produksi?
D. Apa saja Desain Proses Produksi?
1.3.Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini adalah pembaca dapat mengetahui tentang pengertian , kegunaan,
tujuan, pentingnya, bidang-bidang yang menggunakan desain proses produksi, dan macammacam serta cara memperkembangan teknologi proses produksi.
1.4.Tujuan Penulisan
Makalah bertujuan Agar pembaca dapat manambah wawasan dan memahami persoalan
tentang “ Desain Proses Produksi” yang berdasarkan masalah dalam makalah, tujuan
makalah yaitu :
A. Dapat memahami pengertian analisis jabatan.
B. Dapat mengetahui jelaskan pengertian proses produksi?
C. Dapat mengetahui cara memperkembangan teknologi proses produksi?
D. Dapat mengetahui macam-macam tipe proses produksi?

E. Dapat mengetahui apa saja desain proses produksi?
F.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Proses Produksi
Proses produksi dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan dengan melibatkan tenaga
manusia, bahan serta peralatan untuk mengahasilkan produk yang berguna. Produk yang
dihasilkan dapat berupa benda atau tangibel material seperti mobil, pakaian, radio, lukisan,
obat, patung, dan sebagainya, namun dapat juga berupa jasa (intangibel material) seperti
informasi, pelayanan, programmer komputer, jasa dokter, pilot pesawat, dosen dan
sebagainya. Dari definisi di atas, dapat dilihat bahwa proses produksi pada hakekatnya adalah
proses pengubahan (transformasi) dari bahan atau komponen (input) menjadi produk lain
yang mempunyai nilai lebih tinggi atau dalam proses terjadi penambahan nilai, seperti
ditunjukan dalam gambar berikut ini.

Dalam gambar ini memperhatikan bahwa semua unsur input yang dibutuhkan tersedia, maka
proses produksi dapat dimulai yang meliputi proses pembuatan dalam unit-unit prosesing
maupun dalam unit-unit perakitan dengan prosedur yang benar dan dikontrol untuk
mendapatkan kesesuaian dengan desain yang telah ditetapkan. Proses produksi akan berakhir

ketika produk yang dihasilkan dilakukan pengepakan untuk siap dikirimkan ke konsumen.

Dengan demikian dalam proses produksi terjadi berbagai macam proses, yaitu (1) proses
pembuatan, (2) proses perakitan (3) proses pengujian (4) proses pengepakan.

2.2 Perkembangan Teknologi Proses Produksi
Proses produksi yang terjadi dalam berbagai macam pabrik saat ini telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat sebagai akibat kemajuan yang dicapai di bidang teknologi
dan computer. Perubahan pada teknologi proses ini akan berakibat langsung pada desain
produk sebagai salah satu unsur input yang akan masuk dalam proses produksi, karena harus
menyesuaikan dengan karakteristik serta prosedur yang dimiliki oleh proses produksi dalam
membuat produk.
Faktor-faktor penentu kemajuan di bidang teknologi proses produksi akhir-akhir ini terutama
disebabkan oleh tiga faktor penting, yaitu :
1. Usaha untuk meningkatkan kualitas
Terutama didorong oleh permintaan desain produk yang lebih baik. Beberapa usaha untuk
mencapai hal ini antara lain :
a) Memperbaiki kontruksi mesin hingga mampu menghasilkan kualitas produk yang
diinginkan
b) Pengembangan dan penyempurnaan proses produksi yang baru.


2. Usaha untuk meningkatkan produktivitas
Terutama didorong oleh permintaan untuk menghasilkan produk dengan harga yang lebih
bersaing. Beberapa usaha untuk mencapai hal ini antara lain :
a) Mengusahakan cara produksi yang lebih cepat.
b) Peningkatan waktu pemakaian mesin dengan meningkatkan otomatisasi pada proses
produksi.

3. Usaha untuk meningkatkan fleksibilitas
Terutama didorong oleh berbagai hal seperti :
a) Umur produk yang semakin pendek.
b) Makin banyaknya variasi produk sejenis karena perbedaan selera konsumen.
c) Makin seikitnya jumlah komponen yang dibuat sehingga tidak lagi ekonomis.
Menghadapi perkembang teknologi proses produksi, manajer dituntut untuk memiliki dan
menentukan bentuk teknologi proses yang akan digunakan termasuk mekanisasi dan
otomatisasi adalah upaya berkelanjutan untuk memekanisasi pekerjaan, dengan mengganti
aktivitas manusia dengan aktivitas mesin. Penggunaan otomatisasi memerlukan pertimbangan
yang serius mengenai akibat yang ditimbulkan terutama dengan pekerja dalam pabrik, karena
otomatisasi akan meningkatkan kebutuhan tenaga kerja operator yang memerlukan
pendidikan terampil. Industri-industri yang mengolah atau menghasilkan produk dengan

varisasi rendah lebih banyak menggunakan teknologi otomatisasi ini, namun belakangan ini
sudah banyak industri yang menghasilkan produk berbagai jenis melaksanakan otomatisasi
unit-unit produksi, mulai dari penerimaan bahan baku hingga produk siap dikirim ke
konsumen.
2.3. Macam-Macam Tipe Proses Produksi
Penentuan tipe proses produksi didasarkan pada faktor-faktor seperti : (1) volume atau
jumlah produk yang akan dihasilkan, (2) kualitas produk yang disyaratkan, (3) peralatan yang
tersedia untuk melaksanakan proses. Berdasarkan pertimbangan yang cermat mengenai
faktor-faktor tersebut ditetapkan tipe proses produksi yang paling cocok untuk setiap situasi
produksi. Macam tipe proses produksi dari berbagai indrustri dapat dibedakan sebagai berikut
1. Proses produksi terus-menetus atau kontinu
Proses produksi terus-menerus adalah proses produksi barang atas dasar aliran produk dari
satu operasi ke operasi berikutnya tanpa menumpukkan situasi titik dalam proses. Perusahaan
yang menggunakan tipe ini pda umumnya untuk industri yang menghasilkan volume besar
seperti pabrik semen, industri kimia, industri minimum dan makanan dalam jumlah besar dan
lain sebagainya. Proses produksi terus-menerus banyak juga digunakan dalam industri
perakitan seperti industri mobil, radio, TV, lemari pendingin dan produk-produk yang serupa.
Pada umumnya industri yang cocok dengan tipe proses produksi terus-menerus ini adalah

yang memiliki karakteristik (1) output yang direncanakan dalam jumlah besar, (2) variasi atau

jenis produk yang dihasilkan rendah, (3) produk bersifat standar.
2. Proses produksi intermeten
Apabila proses produksi secara terus-menerus tidak mudah untuk dilaksanakan, apakah untuk
volume prosuksi besar atau kecil, dapat digunakan proses prosuksi intermeten. Dalan proses
produksi seperti ini, produk diproses dalam kumpulan produk, bukan atas dasar aliran terus
menerus. Dalam pabrik yang menggunakan tipe intermaten, biasanya terdapat sekumpulan
atau lebih komponen yang akan diproses atau menunggu untuk diproses. Hal ini
menunjukkan salah satu penyebab mengapa dalam proses intermeten lebih banyak
memerlukan persediaan barang dalam proses dari pada proses produksi terus menerus. Proses
produksi intermeten lebih banyak diterapkan pada perusahaan yang membuat produk dengan
variasi atau jenis yang lebih banyak. Setiap jenis prosuk memerlukan garis-garis proses yang
berlainan, dalam keadaan seperti ini sebaiknya dilakukan standarisasi dari komponen yang
dapat digunakan banyak produk dan setiap jenis produk yang dihasilkan diperlukan
pengawan sendiri-sendiri.
3. Proses produksi campuran
Banyak prusahaan dikatakan menggunakan proses produksi terus menerus meskipun pada
kenyataannya mereka menggunakan proses intermeten secara bersamaan. Pengggabungan
seperti ini dimungkinkan berdasarkan kenyataan bahwa setiap perusahaan berusaha untuk
memanfaatkan kapasitas secara penuh. Persoalannya adalah bagaimana meningkatkan
fleksibilitas dari perlatan yang digunakan sehingga dimungkinkan penggunaannya lebih dari

satu atau dapat digunakan untuk bagian yang berlainan.

2.4. Desain Proses Produksi
Desain proses produksi mendefinisikan bagaimana suatu produk dibuat atau diproses
pada dasarnya desain proses produksi dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori, yaitu.
1. Line flow process atau Product flow proses
Peyusunan stasiun kerja (work station/work centers) berdasarkan operasi pembuatan produk,
dimana produk mengalir mengikuti langkah-langkah sekuensial yang sama (standar) dalam
proses produksi. Assembly line dari industry otomotif dan elektronik merupakan contoh nyata
yang dipakai dalam industry dari line flow process. Industri yang menggunakan low flow
process, ada yang mengacu pada produksi pada produk serupa secara terus menerus
(continuous) dalam volume besar seperti: proses penyulingan minyak, pabrik semen, pabrik
baja, dan lain-lain. Ada pula yang mengacu pada produksi produk serupa (satu jenis) dalam
jumlah besar tetapi tidak beroprasi secara terus menerus atau tidak beroprasi secara kontinu.
Ada pula yang mengacu pada produksi beberapa produk dalam jumlah kecil dan tidak
dilakukan secara terus menerus. Pola line flow process tidak begitu fleksibel dalam
memenuhi perubahan desain maupun volume produk. Tapi, persediaan dapat diminimalkan,
scheduling atau penjadwalan tidak menghadapi masalah dan pengendalian kualitas lebih
mudah karena hanya mengikuti arus produk.


2. Jumbled flow process atau Job shop
Dalam jumbled flow process produk dibuat berdasarkan aliran terputus-putus (internittent)
atau tidak secara kontinu. Peralatan dan tenaga kerja dikelompokkan dalam pusat kerja (work
centers) berdasarkan jenis pekerjaan. Misalnya: semua pencampuran produk berada dalam
pusat kerja pertama, semua finishing berada pada pusat kerja kedua, semua pengepakan
berada pada pusat ketiga dan seterusnya. Dalam jumbled flow process, aliran produk dan
pekerjaan hanya terdapat dalam pusat-pusat kerja dimana mereka dibutuhkan, sehingga
membentuk suatu pola aliran tercampur. Karena jumbled flow process menggunakan
peralatan dan tenaga kerja berkemampuan tinggi secara terus bersama, operasi jumbled flow
process sangat fleksibel terhadap perubahan dalam desain atau volume produk. Tapi pola
aliran ini sering menimbulkan masalah dalam pengendalian persediaan, penjadwalan, dan
pengendalian kualitas.

3. Project
Dalam sebuah proyek, biasanya materi, peralatan dan tenaga kerja dibawa ke lokasi proyek
itu. Dalam hal itu tidak ada aliran produk dari suatu proyek, tetapi setiap proyek pasti
memiliki urutan proses operasi. Bentuk proyek memiliki keunikan karena memiliki kegiatan
awal memiliki kegiatan akhir dan memiliki batas waktu penyelesaian. Bentuk ini tidak cocok
atau sulit ditransformasikan pada proses manufacturing, karena pada umumnya proyek hanya
dikerjakan sekali saja.

4. Flexible Manufacturing System
Pada dasarrnya flexible manufacturing system merupakan suatu automated cell yang
digunakan untuk menghasilkan sekelompok komponen atau assemblies. Semua komponen
membutuhkan proses manufacturing serupa, namun urutan dari operasi tidak perlu sama
dalam setiap kasus. FMS biasanya menggunakan peralatan pada modal, karena itu
membutuhkan investasi awal yang besar untuk membangun dan mengembangkannya. Namun
demikian, penggunaan FMS dapat memberikan biaya produksi yang rendah, dapat
mengurangi waktu tunggu, mengurangi persediaan, dan dapat meningkatkan kualitas produk.
Tujuan utama penggunaan FMS ini adalah untuk memberikan respon secara cepat dan tepat
terhadap keinginan pelanggan, terutama berkaitan dengan perubahan dalam desain produk,
jumlah produk, maupun playanan produk.

5. Agile Manufacturing System
Suatu agile manufacturing system memungkinkan perusahaanuntuk mengolah perubahan
sebagai suatu hal yang rutin dengan cara mengkombinasikan visi kompetitif dengan
kreativitas dan aplikasi teknologi. Model perusahaan kelas dunia yang mampu berhasil di
pasar global akan selalu menekankan agility (kegesitan) dalam strategi operasinya dengan
mengintegrasikan rantai nilai (value-chain). Kriteria perusahaan yang mampu berhasil di
pasar global adalah berkompetisi berdasarkan waktu (time based competition), respon cepat
atas perubahan, fleksibilitas tinggi, dan efisiensi tinggi. Dengan demikian perubahan prioritas
kompetisi di masa yang akan mendatang akan mengarah pada agile competition yang
memiliki empat dimensi kunci,yaitu (a) memperkaya nilai pada pelanggan, (b) bekerja sama

dalam meningkatkan daya saing perusahaan, (c) mengorganisasikan perubahan dan ketidak
pastian, (d) menelaah pengaruh dari informasi. Agility manufacturing system pada saat
sekarang baru merupakan blueprint yang akan berkembang terus di masa mendatang, karena
pelanggan semakin pintar, mereka meminta lebih banyak variasi produk, kualitas labih baik,
pelayanan lebih baik dan respon lebih cepat.