Posisi Ilmu Hubungan Internasional dalam

ARTIKEL
“Posisi Ilmu Hubungan Internasional dalam Ilmu Politik”

Dibuat oleh :
Ahmad Fathoni
6211131138

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik
Universitas Jendral Achmad Yani
Cimahi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Ilmu Hubungan Internasional atau Studi Internasional adalah Ilmu yang mempelajari
hubungan antarnegara, interaksi antarnegara dan termasuk peran sejumlah negara, organisasi
antarpemerintah (IGO), organisasi non pemerintah internasional (INGO), organisasi non pemerintah
(NGO), dan perusahaan multinasioanl (MNC). Secara sederhananya ilmu ini merupakan ilmu yang

mempelajari antarnegara yang melampaui batas-batas negara. Ilmu ini merupakan sebuah bidang
akademik atau kebijakan public dan dapat bersifat positif dan normatif, karena di dalam ini
berusaha merumuskan serta menganalisis kebijakan luar negeri negara-negara tertentu.
Ilmu ini di dalam posisinya sangat berkaitan dengan Ilmu Politik sebab ilmu ini dianggap
cabang dari ilmu politik (khususnya setelah nama UNESCO 1988). Namun di antara kedua ilmu
tersebut terdapat sedikit perbedaan dari berbagai aspek dan segi keilmuannya. Di dalam Imu
Hubungan Internasional menggunakan bidang ilmu seperti ekonomi, sejarah, hukum internasional,
filsafat, geografi, kerja sosial, sosiologi, antropologi, kriminologi, psikologi, studi gender, dan ilmu
budaya/kulturologi. Ilmu ini mencakup rentang isu yang luas, termasuk globalisasi, kedaulatan
negara, keamanan internasional, kelestarian lingkungan, proliferasi nuklir, nasionalisme,
pembangunan ekonomi, keuangan global, terorisme, kejahatan terorganisasi, keamanan manusia,
intervensionisme asing, dan hak asasi manusia.

1.2 Rumusan Masalah
 Aktor utama dalam ilmu ini adalah suatu negara. Jadi, pokok permasalahannya adalah
tentang bagaimana menjadi aktor dalam memainkan peranannya sebagai suatu negara
dalam mengaitkannya dengan kegiatan politiknya dalam berbagai aspek kegiatan
interaksi di dalam menganilisis suatu kebijakan yang baik bagi sebutan sebagai negara?
 Dan tentang bagaimana menjadikan suatu negara di dalam interaksi berpolitiknya yang
berstruktural pemerintahan yang baik dan sejauh mana ruang lingkupnya?

 Ilmu Hubungan Internasional tidak terlepas dari permainan politik (Negara/Masyarakat
& Politik = KEKUASAAN).

BAB II

PEMBAHASAN

Ilmu Hubungan Internasional merupakan ilmu yang mempelajari antarnegara yang
melampaui batas-batas negara di dalam yurisdiksi nasional negara dalam berbagai aspek dan segi
interaksi negara-negara tersebut. Aktor utama di dalam ilmu ini adalah “negara” dan ilmu ini tidak
terlepas posisinya dari ilmu politik yang identik dengan kekuasaan. Pengertian ilmu hubungan
internasional sendiri sudah dijelaskan di dalam isi dari latar belakang masalah dari pokok
pembahasan wacana ini. Sedangkan ilmu politik sendiri yaitu secara Etimologis politik berasal dari
bahasa yunani “ Polis” yang berarti Negara, dan yang mendiami Negara tersebut disebut “ Polites”
yang berarti warga Negara. Sedangkan secara Terminologi politik adalah seni keahlian, kemahiran,
keterampilan dalam mempengaruhi orang lain agar supaya bertindak sesuai apa yang kita inginkan.
Politik berkaitan dengan kekuasaan yang harus dikejar, dipertahankan dan diperbesar.
Terdapat konsep-konsep dalam ilmu politik dalam menyeleraskan berbagai perbedaan
pendapat-pendapat dan berbagai sudut pandang serta asumsi-asumsi dan lainnya mengenai politik.
Konsep-konsep pokok itu adalah Negara, Kekuasaan, Pengambilan Keputusan, Kebijakan Umun,

dan Pembagian Umum/AlokasI. Selain itu, sebagai salah satu pemikiran yang cukup lama bertahan dalam
dialog akademik Ilmu Hubungan Internasional, Realisme menjadi sudut pandang yang penting dan
berpengaruh dalam menguji, menjelaskan, dan memprediksikan interaksi antar aktor internasional
dalam situasi dunia yang terus berkembang.
Adanya “Realisme” yang diyakini sebagai salah satu pemikiran dasar dalam ilmu hubungan
internasional, selain Liberalisme. Sebagai sebuah pemikiran dasar dan sudah bertahan lama, ada
beberapa perkembangan dalam teori dan konsep yang juga digunakan untuk perkembangan
interaksi internasional. Sejalan dengan perkembangan waktu dan ilmu pengetahuan, ruang lingkup
HI pun berkembang. Pada awalnya, para pemikir yang tertarik pada masalah-masalah internasional,
memfokuskan kajiannya hanya pada interaksi antar negara dan fenomena-fenomena militer
(keamanan). Sebagai contoh adalah Thucydides yang mempelajari Perang Peloponnesia antara
Sparta dan Athena. Di dalam kajiannya tersebut, Thucydides berusaha untuk memahami sebabsebab terjadinya Perang Peloponnesia. Namun saat ini, HI tidak lagi hanya membatasi diri pada
kajian interaksi antar negara dan fenomena militer lagi. HI telah berkembang jauh dengan
memasukan beragam isu dan aktor-aktor selain negara, ke dalam kajiannya.. Karl Deutsch membagi
12 ruang lingkup HI, yaitu:

1. Bangsa dan dunia
2. Proses transnasional dan interdependensi internasional
3. Perang dan damai
4. Kekuatan dan kelemahan

5. Politik Internasional dan masyarakat internasional
6. Kependudukan versus pangan, sumber daya alam dan lingkungan
7. Kemakmuran dan kemiskinan
8. Kebebasan dan penindasan
9. Persepsi dan ilusi
10. Aktivitas dan apati
11. Revolusi dan stabilitas
12. Identitas dan transformasi.
Dengan ruang lingkup yang demikian beragam, isu-isu di dalam HI pun ikut berkembang.
Secara garis besar isu di dalam HI terbagi dua: pertama, high politics issues, yaitu isu-isu yang
berkaitan dengan keberlangsungan hidup negara (state’s survival). Di dalam kategori ini terdapat isu
politik, keamanan dan ekonomi. kedua, low politics issues. Di dalam kategori ini terdapat isu-isu
seperti: perdagangan obat-obatan terlarang (drugs trafficking), peredaran senjata gelap (arms
trafficking), penyelundupan manusia (human trafficking), pemanasan global, kejahatan terorganisir
lintas-batas negara (transnational organized crime) dan lain-lain.
Selain itu, aktor-aktor internasional di dalam kajian HI pun ikut bertambah banyak. Secara
garis besar terdapat dua tipe aktor di dalam HI yaitu aktor negara (state actors) dan aktor nonnegara (non-state actors). Aktor-aktor non negara ini terdiri dari: 1) aktor individual, seperti Bono
(U2), Al Gore, Vandana Shiva dan lain-lain; 2) Aktor organisasional (organizational actors), yaitu
ASEAN, UE, PBB yang dikategorikan sebagai Inter-Govermental Organization atau IGO. Lalu
Greenpeace, Al-Qaeda, yang dikategorikan sebagai Non-Governmental Organization atau NGO dan

Toyota Corporation, Ford Motor Corporation, Microsoft Corporation yang dikategorikan sebagai
Multinational Corporations atau MNC.
Dalam kerangka dimensi-dimensi sosial masyarakat, akan selalu terkait dengan politik.
Dimensi politik dalam masyarakat, menurut Franz Magnis Suseno (1991) mencakup lingkaranlingkaran kelembagaan hukum dan negara serta sistem-sistem nilai dan ideologi-ideologi yang
memberikan legitimasi ”kepadanya. Sepintas lalu, pernyataan di atas memberikan alasan
kemustahilan jika masyarakat terpisah dengan politik. Politik dan” masyarakat, atau sebaliknya,
adalah dua sisi mata uang; kendati saling berbeda titik tekannya namun ia tak mungkin terpisahkan

” dalam realitas sosialnya, baik untuk jangka pendek maupun untuk

1

jangka panjang, baik pada

lingkup individu maupun kelompok.
Menurut Deliar Noer terdapat hubungan masyarakat dengan politik pada aspek kekuasaan.
la menegaskan bahwa prasyarat “; adanya kekuasaan ditengah masyarakat kecuali adanya
masyarakat yang menguasai pada satu pihak dan adanya ” masyarakat yang dikuasai pada pihak
lain. Suatu pengaruh atau ” wibawa seseorang yang menguasai dibentuk dan diberikan oleh orangorang yang dikuasainya.
Pendapat di atas menggambarkan hubungan masyarakat I dengan politik pada aspek

kekuasaan. la menegaskan bahwa prasyarat adanya kekuasaan ditengah masyarakat kecuali adanya
: masyarakat yang menguasai pada satu pihak dan adanya masyarakat yang dikuasai pada pihak
lain. Suatu pengaruh atau wibawa seseorang yang menguasai dibentuk dan diberikan oleh , orangorang yang dikuasainya.
Pengertian di atas tidak semata merujuk kepada masyarakat modern, melainkan
menunjukkan pula kepada masyarakat tradisional yang telah terjadi secara turun-temurun sepanjang
sejarah kehidupan manusia. Hubungan itu tentu pula berada dalam unit yang sekecil-kecilnya,
seperti kita kenal dalam Islam bahwa apabila ada tiga orang bepergian maka hendaklah ditunjuk
salah satunya jadi pemimpin. Cerminan doktrinal Islam tersebut merefleksi kepada apa yang disebut
pemimpin keluarga, pemimpin Rukun Tetangga, begitu seterusnya sampai kita jumpai pemimpin
negara.
Hubungan masyarakat dan politik dilihat dari kegunaannva memiliki makna pengaturan.
Seperti disebut oleh Franz Magnis Suseno (1991 : 20), hubungan itu mempunyai dua sesi
fundamental. Pertama, manusia adalah makhluk yang tahu dan mau. Kedua, makhluk yang selalu
ingin mengambil tindakan. Dalam upaya pengaturan hasrat (tahu, mau dan tindakan) itu diperlukan
suatu lembaga pengaturan dengan jenisnya yang bermacam-macam : ada yang disebut kerajaan,
negara, kabilah dan lain sebagainya.
Apa yang ditegaskan Suseno itu mencirikan suatu hubungan masyarakat dan politik ke
dalam bentuk, singkatnya adalah negara.’ Dengan adanya negara menunjukkan adanya keterikatan
seseorang pada peraturan-peraturan yang berlaku, peraturan-peraturan secara umum maupun secara
khusus. Undang-undang perpajakan, penghasilan, undang-undang tentang organisasi politik dan

organisasi kemasyarakatan; undang-undang larangan terhadap berdirinya partai komunis; dan lain
sebagainya merupakan aturan-aturan yang muncul dari rahim negara (dibuat oleh pemerintah) untuk
menciptakan tertib berpolitik di antara masyarakat dari lapisan yang terendah-rendahnya kepada

lapisan Kutipan di atas menunjukkan, bahwa politik (negara) selalu berhuhungan dengan
masyarakat dalam pengertiannya yang amat kompleks dan menveluruh. la tidak hanya berhubungan
dengan pengtituran-pengaturan yang sifatnva profan (nampak), bahkan persoiilan ketentraman dan
kedamaian batiniah sekiilipun sepenuhnya merupakan tanggung jawab negara. Kendati yang
dicontohkan dalam kutipan di atas adalah masyarakat Jawa, namun negara-negara tradisional dan
modern dimanapun lebih kurang akan memiliki hubungan yang sama; bahwa demikian
kompleksnva hubungan negara (politik) dengan masyarakat.
Dengan kata lain, setiap anggota masyarakat tidak dapat melepaskan diri dari ikatan-ikatan
peraturan-peraturan yang diadakan oleh negara. Secara umum juga dapat dikatakan bahwa
seseomng jelas-jelas tidak dapat menghindarkan dari hidup bernegara. Sebab, jangankan masih
hidup, ketika ia meninggal saja ia tetap berhubungan dengan negara, yakni dengan izin
penguburannva misiilnya. Inilah yang menunjukkan pentingnya negara yang terkadang dapat lebih
besar hubungannya ketimbang peran organisasi subordinatnva seperti perkumpulan olahraga atau
organisasi politik (partai) dan organisasi kemasyarakatan.

BAB III


PENUTUP
3.1 Kesimpulan & Rekomendasi
Jadi, di dalam ilmu hubungan internasional yang dimana aktor utamanya adalah negara dan
dimana negara terdapat masyarakat berkebangsaan tidak pernah terlepas dari ilmu politik. Dalam
posisinya ilmu ini mempunyai banyak ruang lingkup yang dituju dan sasaran yang harus didapatkan
yaitu kekuasaan. Oleh karena itu, erat kaitannya tentang kedua ilmu ini di dalam posisinya. Sebab
negara mana atau manusia mana yang tidak ingin mendapatkan kekuasaan.