BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tata Kelola Dana Bantuan Operasional Sekolah Pada SMP Negeri Wilayah Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang

฀A฀ II
KAJIAN PUSTAKA
2.1

฀antuan Operasional Sekolah.
Bantuan

Operasional

Sekolah

(BOS)

yang

diberikan oleh pemerintah sejak Juli 2005 adalah
program

pemerintah

yang


pada

dasarnya

untuk

penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia
bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksanaan
wajib belajar . Menurut Peraturan Pemerintah 48
Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, biaya non
personalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan
pendidikan habis pakai dan biaya tak langsung berupa
daya, air, jasa, telekomunikasi, pemeliharaan sarana
dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi,
pajak, asuransi dan lain-lain (Permendikbud No. 76
Tahun 20฀2).
Sesuai Permendikbud Nomor 76 Tahun 20฀2
secara khusus program BOS bertujuan untuk : (฀)
Membebaskan pungutan bagi seluruh siswa SD/SDLB

negeri dan SMP/SMPLB/SMP Terbuka negeri terhadap
biaya operasional sekolah ; (2) Membebaskan pungutan
seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dalam
bentuk apapun baik di sekolah negeri maupun swasta;
(3) Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa
sekolah swasta . Besar biaya satuan BOS yang diterima
oleh sekolah pada tahun anggaran 20฀3 termasuk
untuk BOS Buku dihitung berdasarkan jumlah siswa

฀2

dengan

ketentuan

580.000/siswa/tahun

:

(฀)

;

SD/SLB
(2)

sejumlah

Rp.

SMP/SMPLB/SMP

Terbuka/Satap sejumlah Rp. 7฀0.000 / siswa/ tahun.
Dalam Permendikbud No. 76 Tahun 20฀2 pada
tahun anggaran 20฀3 dana BOS akan diberikan selama
฀2 bulan untuk periode Januari sampai Desember
20฀3 yaitu semester 2 tahun pelajaran 20฀2/20฀3 dan
semester ฀ tahun pelajaran 20฀3/20฀4. Penyaluran
dana dilakukan setiap periodde 3 bulanan yaitu periode
Januari – Maret, April – Juni, Juli – September, dan
Oktober – Desember. Dana BOS diterima oleh sekolah

secara utuh dan dikelola secara mandiri oleh sekolah
dengan melibatkan dewan guru dan komite sekolah,
dengan menerapkan : (฀) Mengelola dana BOS secara
profesional, transparan dan akuntabel; (2) Sekolah
menyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
(RKAS) dimana BOS merupakan bagian integral dari
RKAS ; (3) RKAS disetujui oleh dewan guru setelah
memperhatikan

pertimbangan

komite

sekolah

dan

disahkan oleh SKPD Pendidikan Kabupaten/ Kota
Tim manajemen BOS sekolah meliputi : (฀)
Kepala Sekolah sebagai penanggungjawab ; (2) Anggota

terdiri dari Bendahara BOS dan satu orang dari unsur
orang tua siswa di luar komite yang dipilih oleh kepala
sekolah dengan mempertimbangkan kredibilitasnya.
Tugas dan tanggungjawab Tim Manajemen BOS
Sekolah berdasarkan Permendikbud Nomor 76 Tahun
20฀2 meliputi :

฀3

(a). Mengisi, mengirim, dan meng-฀pdate data pokok
pendidikan ;
(b) Membuat RKAS yang mencakup seluruh sumber
penerimaan sekolah; (c) Melaporkan perubahan data
siswa
setiap
triwulan
kepada
Tim
BOS
Kabupaten/Kota (jika ada); (d) Memverifikasi jumlah

dana yang diterima dengan data siswa yang ada; (e)
Mengelola dana BOS secara bertanggung jawab dan
transparan; (f) Mengumumkan besar dana yang
diterima dan dikelola oleh sekolah dan rencana
penggunaan dana BOS (RKAS) di papan pengumuman
sekolah yang ditandatangani oleh Kepala Sekolah,
Bendahara
dan
Ketua
Komite
Sekolah;
(g)
Mengumumkan penggunaan dana BOS di papan
pengumuman ;(h) Bertanggung jawab secara formal
dan material atas penggunaan dana BOS yang
diterimanya;
(i)
Membuat
laporan
realisasi

penggunaan dana BOS triwulanan ; (j) Memasukkan
data penggunaan dana BOS setiap triwulan kedalam
sistem online melalui www.bos.kemdikb฀d.go.id; (k)
Membuat laporan tahunan diserahkan ke SKPD
Pendidikan Kabupaten/Kota paling lambat tanggal 5
Januari tahun berikutnya; (l) Melakukan pembukuan
secara tertib ; (m) Memberikan pelayanan dan
penanganan pengaduan masyarakat;(n) Memasang
spanduk di sekolah terkait kebijakan pendidikan
bebas pungutan ;(o) Bagi sekolah negeri, wajib
melaporkan hasil pembelian barang investasi dari
dana BOS ke SKPD Pendidikan Kabupaten / Kota; ( p)
Menandatangani surat pernyataan tanggung jawab
yang menyatakan bahwa BOS yang diterima telah
digunakan sesuai Naskah Perjanjian Hibah BOS.

Komponen
Permendikbud

pembiayaan

Nomor

76

BOS

Tahun

berdasarkan
20฀2

tentang

Petunjuk Teknis Penggunaan Dana BOS dan Laporan
Keuangan Dana BOS dapat digunakan untuk :
(฀)
Pengembangan Perpustakaan ; (2) Kegiatan
dalam rangka penerimaan siswa baru ; (3) Kegiatan
pembelajaran dan ekstra kurikuler siswa ; (4)
Kegiatan Ulangan dan Ujian ; (5) Pembelian bahan -


฀4

bahan habis pakai ; (6) Langganan daya dan jasa; (7)
Perawatan Sekolah ; (8) Pembayaran honorarium
bulanan guru honorere dan tenaga kependidikan
honorer ; (9) Pengembangan Profesi Guru ; (฀0)
Membantu
siswa
miskin;
(฀฀)
Pembiayaan
Pengelolaan BOS ; (฀2) Pembelian Perangkat
Komputer ; (฀3) Biaya lainnya bila komponen (฀) s.d.
(฀2) telah terpenuhi pembiayaannya dari BOS.

Komponen

yang dilarang


dalam penggunaan

dana BOS berdasarkan Permendikbud Nomor 76 Tahun
20฀2 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana BOS
dan Laporan Keuangan Dana BOS Tahun 20฀3 meliputi
:
(฀)
Disimpan dengan maksud dibungakan; (2)
Dipinjamkan ke pihak lain; (3) Membeli Lembar Kerja
Siswa (LKS); (4) Studi banding, studi tour dan
sejenisnya; (5)
Membiayai iuran kegiatan yang
diselenggarakan oleh UPTD Kecamatan/ Kabupaten/
Provinsi/
Pusat;
(6)
Membayar
bonus
dan
transportasi rutin guru; (7)

Untuk membeli
pakaian/seragam/
sepatu
guru/siswa
untuk
kepentingan prbadi kecuali siswa penerima BSM; (8)
Untuk rehabilitasi cukup atau berat; (9) Membangun
gedung / ruangan baru; (฀0) Membeli bahan /
peralatan yang tidak mendukung pembelajaran; (฀฀)
Menanamkan saham; (฀2) Membiayai kegiatan yang
telah dibiayai pusat/ daerah secara penuh; (฀3)
Membiayai kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan
operasi sekolah misal iuran peringatan hari besar;(฀4)
Membiayai
pelatihan/
pendampingan/sosialisasi
program BOS / perpajakan yang diselenggarakan di
luar SKPD Pendidikan.

2.1.1 Tata Kelola Keuangan Sekolah.
2.1.1.1 Pengertian Tata Kelola Keuangan.
Tata kelola keuangan sekolah merupakan salah
satu substansi manajamen di sekolah yang akan turut

฀5

menentukan 

berjalannya

kegiatan

pendidikan

di

sekolah.  Tata kelola keuangan sekolah merupakan
bagian dari kegiatan pembiayaan pendidikan, yang
secara keseluruhan menuntut kemampuan sekolah
untuk

merencanakan,

keuangan),

melaksanakan

(mengelola

mengevaluasi,

mempertanggungjawabkannya

serta

secara

efektif

dan

transparan (Mulyasa, 2007). Dalam penyelenggaraan
pendidikan

di

sekolah,

manajemen

keuangan

merupakan potensi yang sangat menentukan dan
merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian
manajemen pendidikan.
Manajemen keuangan sekolah dapat diartikan
sebagai “tindakan pengurusan atau ketatausahaan
keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan,
pelaksanaan,

pertanggungjawaban,

dan

pelaporan

(Depdiknas, 2002). Sehubungan pengelolaan keuangan
yang meliputi pencatatan, perencanaan, pelaksanaan,
pertanggungjawaban, dan pelaporan. Dengan demikian
tata kelola keuangan sekolah dapat diartikan sebagai
rangkaian aktivitas mengatur keuangan sekolah mulai
dari

perencanaan,

pengawasan

dan

pembukuan,

pembelanjaan,

pertanggung-jawaban

keuangan

sekolah.
Wijaya
dapat

(2009)

diartikan

manajemen
sebagai

keuangan sekolah

keseluruhan

proses

pemerolehan dan pendayagunaan uang secara tertib,
efisien,

dan

dapat

dipertanggungjawabkan

dalam

rangka memperlancar pencapaian tujuan pendidikan.

฀6

Berdasarkan definisi tersebut, ada empat hal yang
perlu

digarisbawahi

terkait

dengan

manajemen

keuangan sekolah yaitu : (฀) Manajemen keuangan
merupakan keseluruhan proses upaya memperoleh
serta mendayagunakan seluruh dana; (2) Mencari
sebanyak mungkin sumber-sumber keuangan serta
berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan
dana dari sumber-sumber keuangan tersebut; (3)
Menggunakan

seluruh

dana

yang

tersedia

;

(4)

Penggunaan seluruh dana sekolah harus dilakukan
secara efektif dan efisien.
Di dalam tata kelola keuangan sekolah, terdapat
rangkaian aktivitas terdiri dari perencanaan program
sekolah, perkiraan anggaran, dan pendapatan yang
diperlukan dalam pelaksanaan program, pengesahan
dan penggunaan anggaran sekolah.
lembaga

pendidikan

perlu

Sekolah sebagai

meningkatkan

serta

menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan
disegala bidang baik dari segi sarana dan prasarana
pendidikan, fasilitas kerja, maupun kesejahteraan yang
layak bagi seluruh tenaga pendidik. Untuk memenuhi
sasaran tersebut sangat diperlukan biaya yang cukup
dan administrasi yang tertib.
2.1.1.2 Tujuan Tata Kelola Keuangan.
Melalui kegiatan tata kelola keuangan maka
kebutuhan

pendanaan

kegiatan

sekolah

dapat

direncanakan, diupayakan pengadaannya, dibukukan
secara transparan, dan digunakan untuk membiayai

฀7

pelaksanaan program sekolah secara efektif dan efisien
(Sutedjo, 2009). Tujuan tata kelola keuangan itu sendiri
meliputi : (฀) meningkatkan efektivitas dan efisiensi
penggunaan

keuangan

sekolah.

(2)

meningkatkan

akuntabilitas dan transparansi keuangan sekolah, (3)
meminimalkan

penyalahgunaan

anggaran

sekolah.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan
kreativitas kepala sekolah dalam menggali sumbersumber

dana,

menguasai

menempatkan

dalam

bendaharawan

pembukuan

dan

yang

pertanggung-

jawaban keuangan serta memanfaatkannya secara
benar sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
Tata kelola dan akuntabilitas sekolah khususnya
dalam manajemen keuangan menurut Kemendikbud
(20฀฀) merupakan pengendalian atas fungsi-fungsi
keuangan,yang
diterjemahkan
keuangan

kemudian
dalam

yang

fungsi-fungsi

kegiatan

meliputi

:

(a)

kegiatan

ini

Perencanaan
merencanakan

pemasukan dan pengeluaran serta kegiatan lainnya
dalam periode tertentu; (b) Penganggaran keuangan
sebagai tindak lanjut perencanaan keuangan dengan
membuat rincian pengeluaran dan pemasukan yang
akan

dilakukan;

(c)

Pengelolaan

keuangan

atau

penggunaan dana organisasi untuk memaksimalkan
dana yang ada dengan berbagai cara; (d) Pencarian
keuangan yaitu mencari dan mengeksploitasi sumber
dana;

(e)

Penyimpanan

keuangan

yaitu

kegiatan

pengumpulan dana serta penyimpanan dana tersebut
dengan aman; (f) Pengendalian keuangan merupakan

฀8

pelaksanaan evaluasi serta perbaikan atas keuangan
dan sistem keuangan; (g) Pemeriksaan keuangan yaitu
pelaksanaan audit internal atas keuangan organisasi
agar tidak terjadi penyimpangan.
2.1.2

Rencana

Kegiatan

dan

Anggaran

Sekolah

(RKAS).
฀ekolah dalam mengelola dana BO฀ berkewajiban
menyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran ฀ekolah (RKA฀).
Pengelolaan BO฀ tidak terlepas dari peranan kepala sekolah dalam
pengertian cara kepala sekolah mengatur alokasi pembiayaan untuk
operasional sekolah. Kepala sekolah dituntut bersikap profesional
yaitu memiliki kemampuan memanajemen keuangan sekolah, baik
melakukan perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi dan
pertanggungjawabannya (Mulyasa, 2007).
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan kepala sekolah
beserta pemangku kepentingan dalam merencanakan keuangan
untuk rencana kegiatan beserta sumber daya pendukung lainnya
yang ada di sekolah merupakan sesuatu yang sangat penting. Dalam
manajemen pembiayaan, satu diantara instrumen yang penting
adalah penyusunan RKA฀. Penyusunan RKA฀ mendasari
pelaksanaan (akuntansi) dan evaluasi (auditing) program secara
transparan, akuntabel dan demokratis. Penyusunan anggaran dan
pengembangan RKA฀ mempertimbangkan beberapa faktor,
diantaranya: 1) laju pertumbuhan peserta didik, 2) inflasi, 3)
pengembangan program dan perbaikan, dan 4) proses pengajaran
dan pembelajaran.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian
dalam menyusun rencana keuangan sekolah sebagai

฀9

berikut : (a) Perencanaan harus realistis. Perencanaan
harus mampu menilai bahwa alternatif yang dipilih
sesuai dengan kemampuan sarana,fasilitas, tenaga,
dana, maupu waktu; (b) Perlunya koordinasi dalam
perencanaan agar mampu memperhatikan cakupan
dan sarana volume kegiatan sekolah yang kompleks; (c)
Perencanaan

harus

berdasarkan

pengalaman,

pengetahuan, dan intuisi sebab dengan pengalaman,
pengetahuan,

dan

intuisi

mampu

menganalisis

berbagai kemungkinan yang terbaik dalam menyusun
perencanaan;

(d)

Perencanaan

harus

fleksible

(Harmono, 2009)
Perencanaan keuangan meliputi semua kebutuhan beserta
jumlah masing-masing yang diperlukan. Perencanaan keuangan
termasuk di dalamnya adalah perencanaan pembelanjaan atau
budgeting, pada dasarnya merupakan suatu cara sistematis dan
formal bagi manajemen untuk melaksanakan tanggung jawab yang
meliputi aspek-aspek perencanaan, koordinasi dan pengawasan
(Abd’rachim, 2008).
Anggaran merupakan perencanaan yang rinci
untuk masa depan yang dinyatakan secara kuantitatif
dan lebih spesifik memperlihatkan bagaimana sumber
daya didapat dan digunakan pada periode tertentu
dengan mengidentifikasi tujuan dan tindakan yang
perlukan

untuk

mencapainya.

Beberapa

syarat

penyusunan suatu anggaran , yaitu:
(a)
Realistis, anggaran diharapkan dapat dicapai
sesuai dengan keadaan saat ini,tidak terlalu optimis
dan juga tidak terlalu pesimis; (b) Luwes, tidak kaku
dan berpeluang untuk disesuaikan dengan keadaan

20

yangberubah;
(c)
Berkesinambungan,
membutuhkan perhatian yang terus menerus; (d)
Partisipatif,
membutuhkan
partisipasidari
keseluruhan perusahaan untukmencapai tujuan
perusahaan yang telah tercermin dalam anggaran;
(e) Edukatif, dapat mendidik karyawan dan
manajemen
untuk
berkerja
sesuaidengan
komitmennya (f) Komunikatif, anggaran digunakan
sebagai alat komunikasi antar departemen.g.
Integratif, anggaran harus dapat menyatukan
pelaksanaan kegiatan semuabagian dalam suatu
laporan
anggaran;
(h)
Koordinatif,
dapat
mengkoordinasikan seluruh kegiatan departemen
untukmencapai tujuan perusahaan (Lestari, 2009).

Sejalan dengan regulasi yang telah dikeluarkan
terkait penggunaan dana BOS , maka pihak sekolah
harus menyusun RKAS sesuai komponen pembiayaan
yang diperbolehkan penggunaannya dari sumber dana
BOS.

Kepala

sekolah

selaku

penanggung

jawab

pengelolaan dana BOS bersama dewan guru dan komite
sekolah harus mampu menguraikan penggunaan dana
BOS di dalam RKAS sesuai dengan kebutuhan riil
sekolah.
Dalam
menerapkan

penyusunan
prinsip

RKAS

anggaran

adalah

berimbang,

harus
artinya

rencana pendapatan dan pengeluaran harus berimbang
dan diupayakan tidak terjadi anggaran pendapatan
minus. Dengan anggaran berimbang tersebut, maka
kehidupan sekolah akan menjadi solid dan benar-benar
kokoh dalam hal keuangan. Oleh sebab itu sentralisasi
pengelolaan
bendaharawan

keuangan
sekolah,

perlu
dalam

difokuskan
rangka

pada
untuk

mempermudah pertanggungjawaban keuangan.

2฀

2.1.3 Mekanisme Penggunaan Dana ฀OS di Sekolah.
Dana BOS yang sudah diterima oleh pihak
sekolah dikelola sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan

oleh

Kementerian

Pendidikan

dan

Kebudayaan. Penggunaan dana BOS di sekolah harus
didasarkan pada kesepakatan dan keputusan bersama
antara Tim Manajemen BOS di sekolah dengan dengan
dewan guru dan komite sekolah. Tim manajemen BOS
di sekolah dalam merealisasikan anggaran BOS harus
mengacu pada Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah
(RKAS)

pada

tahun

berjalan.

Apabila

terdapat

perubahan dalam hal pelaksanaan yang sangat relevan
dengan aturan serta bersifat mendesak ,maka harus di
konsultasikan

kepada

Komite

Sekolah

dan

Dinas

Pendidikan Kabupaten / Kota. Hal yang bersifat relevan
dan mendesak misalnya harus mengangkat tenaga
pendidik honorer karena guru tetap pensiun atau
meninggal

dunia,

adanya

bencana

ringan

yang

menyebabkan kerusakan bangunan ringan dan belum
dianggarkan dalam RKAS , serta program lainnya yang
muncul ditengah perjalanan pelaksanaan anggaran dan
kegiatan sekolah.
Prioritas penggunaan dana BOS adalah untuk
kegiatan operasional sekolah. Besaran dana untuk
kegiatan operasional harus mengikuti batas kewajaran
yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. Dalam hal
pengadaan barang dan jasa perlu : (฀) Menggunakan
prinsip

keterbukaan

dan

ekonomis

dengan

cara

22

membandingkan

harga

penawaran

dari

penyedia

barang / jasa dengan harga pasar serta melakukan
negosiasi; (2) Memperhatikan kualitas barang / jasa ,
ketersediaan dan kewajaran harga ; (3) Membuat
laporan ringkas tertulis tentang penetapan penyedia
barang / jasa ; (4) Diketahui oleh komite sekolah.
Terkait dengan rehabilitasi ringan atau pemeliharaan
bangunan sekolah harus : (a) Membuat rencana kerja ;
(b) Memilih pekerja untuk melaksanakan pekerjaan
dengan standar upah yang berlaku di masyarakat
(Permendikbud Nomor 76 Tahun 20฀2).
2.2. Prinsip Tata Kelola Dana ฀OS.
Dana BOS bersumber dari keuangan negara.
Dalam hal penggunaan keuangan negara ada ketetapan
yang mengatur yaitu Undang-Undang No. ฀7 Tahun
2003 tentang

Keuangan Negara Pasal 3 ayat ฀ yang

dinyatakan:
“keuangan negara itu dikelola secara tertib, taat
pada pengaturan peraturan perundang-undangan,
efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan juga
bertanggung jawab dengan memperhatikan akan
rasa keadilan juga kepatutan. Asas-asas pengelolaan
keuangan negara tersebut sedasar didalam asasasas umum penyelenggaraan pemerintahan yang
baik (konsep good governance)”.

Selaras dengan prinsip-prinsip good governance,
pengelolaan keuangan negara dalam bingkai good
financial governance yang modern secara yuridis harus
dituangkan dalam perangkat ketentuan hukum yang
mengandung

asas

keterbukaan

(transparency)

dan

23

peran serta masyarakat ( p฀blic participation). Pada
dasarnya prinsip pengelolaan atas keuangan negara
dalam

bingkai

dengan

good

prinsip

financial

prinsip

governance

good

sedasar

governance

dalam

penyelenggaraan pemerintahan. Karenanya pengkajian
prinsip-prinsip

good

financial

governance

tersebut

ditelaah dari prinsip good governance. Atas hal tersebut
dari pengertian governance dan good governance dapat
ditarik kesimpulan bahwa masalah good governance
adalah masalah yang tidak hanya berada dalam
lingkup negara, namun juga berkaitan dengan sektorsektor yang lain yaitu swasta dan masyarakat, selain
itu

good

governance

penyelenggaraan

atau

mengatur
aktivitas

juga

dari

masalah

penyelenggara

pemerintahan (Krina, 2003). Good governance pada
umumnya

dibatasi

mencakup

aturan

pada
dan

isu

institusi

administrasi
yang

yang

mendorong

administrasi publik yang terbuka, transparan, efisien
dan akuntabel ( Pratikno,2005).
Dari uraian di atas mengenai stakeholder di
dalam good governance meliputi : (฀) pemerintah; (2)
masyarakat sipil ; (3) korporasi. Melalui pemahaman
stakeholder

dalam

good

governance

maka

dapat

disimpulkan bahwa untuk tata kelola dana BOS di
sekolah,

stakeholder

dari

pemerintah

meliputi

pemerintah pusat, dinas pendidikan kabupaten/ kota
dan

pihak

sekolah.

Sedangkan

stakeholder

dari

masyarakat sipil meliputi komite sekolah dan orang tua
/ wali siswa. Kedua kelompok stakeholder harus saling

24

sinergi untuk menciptakan tata kelola dana BOS di
sekolah sesuai dengan prinsip good governance.
Bertolak dari prinsip-prinsip good governance
akan didapatkan tolok ukur kinerja suatu lembaga
pemerintahan, untuk itu baik buruknya pemerintahan
bisa dinilai bila ia telah bersinggungan dengan semua
unsur

prinsip-prinsip

good

governance.

Dalam

Peraturan Pemerintah RI Nomor 48 Tahun 2008
tentang Pendanaan Pendidikan pasal 58 dan pasal 59
disebutkan :
“prinsip dalam pengelolaan dana pendidikan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara dan
satuan pendidikan harus mengacu pada : (a) Prinsip
keadilan
dilakukan dengan memberikan akses
pelayanan pendidikan yang seluas-luasnya dan
merata kepada peserta didik atau calon peserta
didik tanpa membedakan latar belakanng suku, ras
, agama, jenis kelamin, dan kemampuan atau status
sosial-ekonomi.; (b) Prinsip efisiensi dilakukan
dengan mengoptimalkan akses, mutu, relevansi, dan
daya saing pelayanan pendidikan ; (c) Prinsip
transparansi dilakukan dengan memenuhi asas
kepatutan dan tata kelola yang baik sehingga dapat
diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan ; (d)
Prinsip akuntabiltas publik dilakukan dengan
memberikan pertanggungjawaban atas kegiatan
yang dijalankan oleh penyelenggara atau satuan
pendidikan
kepada
pemangku
kepentingan
pendidikan sesuai dengan peraturan perundangundangan”.

Pengelolaan
memenuhi

keuangan

prinsip-prinsip

walaupun

sesuai

regulasi,

sudah
namun

menurut Harmono (2009) bahwa laporan keuangan
turut

menentukan

terselenggara

dengan

tata
baik

kelola
atau

keuangan
buruk.

itu

Adapun

25

beberapa karakteristik penting yang harus tercermin
dalam laporan keuangan meliputi :
(a) Dapat dipahami oleh pemakai yang diasumsikan
memiliki pengetahuan memadai tentang akuntansi;
(b) Relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai
dalam
proses
pengambilan
keputusan;
(c)
Materialitas yang tercantum dalam laporan ; (d)
Keandalan
(reliable)
artinya
bahwa
laporan
keuangan harus bebas dari hal yang menyesatkan ;
(e) Penyajian jujur sesuai dengan transaksi dan
waktu yang seharusnya disajikan ; (f) Subsantif yang
mana selain jujur sesuai transaksi dan waktu maka
laporan juga sesuai dengan realita ekonomi dan
bukan hanya bentuk hukumnya ; (g) Netralitas :
laporan harus diarahkan pada kebutuhan umum
pemakai dan tidak bergantung kepada kebutuhan
dan keinginan pihak tertentu ; (h) Pertimbangan
sehat (prudence) dimaknai dengan unsur kehatihatian dalam penyusunan laporan; (i) Kelengkapan
laporan mengandung batasan materialitas dan biaya
;(j) Dapat dibandingkan dengan laporan keuangan
antar periode sebelumnya; (k) Tepat waktu; (l)
Keseimbangan antara biaya dan manfaat ; (m)
Keseimbangan di antara karakteristik kualitatif ; (n)
Penyajian Wajar.

Partisipasi

,transparansi

dan

akuntabilitas

merupakan bagian dari pilar good governance dan
berkaitan erat dengan tata kelola pendidikan ( good
ed฀cation governance). Bentuk dari setiap pilar tersebut
dalam bidang pendidikan antara lain :
2.2.1 Partisipasi.
Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu
“participation”

adalah

pengambilan

bagian

atau

pengikutsertaan. Menurut Risqina (20฀0) : “partisipasi
adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang
kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab

26

di dalamnya”.

Pengertian tentang partisipasi dapat

juga berarti bahwa pembuat keputusan menyarankan
kelompok atau masyarakat ikut terlibat dalam bentuk
penyampaian

saran

dan

pendapat,

barang,

keterampilan, bahan dan jasa. Partisipasi dapat juga
berarti bahwa kelompok mengenal masalah mereka
sendiri, mengkaji pilihan mereka, membuat keputusan,
dan memecahkan masalahnya (Jalal, 200฀). Partisipasi
dapat diartikan setiap warga masyarakat mempunyai
suara

dalam

langsung

pembuatan

maupun

keputusan,

melalui

baik

intermediasi

secara
institusi

legitimasi yang mewakili kepentinganya. Partisipasi ini
dibangun

atas

dasar

berbicara

serta

kebebasan

berpartisipasi

berasosiasi

secara

dan

konstruktif

(Rahmanurrasjid, 2008 ).
Dalam

defenisi

tersebut

kunci

pemikirannya

adalah keterlibatan mental dan emosi. Sebenarnya
partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang
diikutsertakan dalam suatu perencanaan serta dalam
pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab
sesuai

dengan

tingkat

kewajibannya.

Partisipasi

bidang-bidang

fisik

kematangan
itu

maupun

menjadi
bidang

dan

tingkat

baik

dalam

mental

serta

penentuan kebijaksanaan. Kemauan dan kemampuan
berpartisipasi berasal dari yang bersangkutan (warga
atau kelompok masyarakat) , kesempatan berpartisipasi
datang dari pihak luar yang memberi kesempatan
(Rizqina, 20฀0). Partisipasi bisa terlaksana bila ada
kemampuan

dari

masyarakat

yang

memiliki

27

kemampuan

dan

diberi

kesempatan

untuk

berpartisipasi. Bila pengertian ini dikorelasikan dalam
tata kelola organisasi atau lembaga,

maka pihak

pengelola harus mampu mencari orang-orang yang bisa
melaksanakan partisipasi dan diberi kesempatan oleh
organisasi atau lembaga.
Adanya
proses

peraturan,

partisipasi,

akan

kebijakan,

dan

memberikan

pedoman

ruang

atau

kesempatan adanya forum konsultasi atau temu publik
baik dalam tahapan perencanaan maupun pelaksanaan
serta

pelibatan

stakeholder

dalam

penyusunan

rencana maupun pengawasan. Partisipasi dibedakan
menjadi empat jenis, yaitu : (฀) partisipasi dalam
pengambilan

keputusan,

pelaksanaan,

(3)

(2)

partisipasi

pemanfaatan dan

partisipasi
dalam

dalam

pengambilan

(4) partisipasi dalam evaluasi

(Ferdinand, 20฀2).
Dari penjelasan di atas maka bentuk partisipasi
yang bisa dilakukan dalam tata kelola keuangan di
sekolah

adalah

dengan

cara

melibatkan

semua

pemangku kepentingan dalam pengelolaan keuangan di
sekolah. Partisipasi dapat berupa rapat sosialisasi
tentang besaran penerimaan dana dari pemerintah
yang diterima sekolah, memahami bersama regulasi
tentang

penggunaan

dana

dari

pemerintah,

penyusunan bersama anggaran penggunaan dana,
pendelegasian pekerjaan dalam pelaksanaan anggaran.
2.2.2 Transparansi .

28

Transparansi dalam kontek pembangunan adalah
keadaan dimana setiap orang dapat mengetahui proses
pembuatan dan pengambilan keputusan di pemerintah
umum. Menurut UU No 28 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas
dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, asas keterbukaan
(transparansi) dalam penyelenggaraaan pemerintahan
daerah adalah asas untuk membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar,
jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan
pemerintahan daerah dengan tetap memperhatikan
perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan
rahasia

negara.

Transparansi

berarti

keterbukaan

pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait
dengan

aktivitas

pengelolaan

sumberdaya

publik

kepada pihak – pihak yang membutuhkan informasi.
Pemerintah

berkewajiban

memberikan

informasi

keuangan dan informasi lainya yang akan digunakan
untuk pengambilan keputusan oleh pihak – pihak yang
berkepentingan (Mardiasmo , 2005). Dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan menjelaskan bahwa :
Transparansi
adalah
memberikan
informasi
keuangan yang terbuka dan jujur kepada
masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa
masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara
terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban
pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang
dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada
peraturan perundang- undangan.

29

Untuk

mewujudkan

pertanggung

jawaban

kelembagaan terhadap pemangku kepentingan salah
satu cara yang dilakukan dengan menggunakan prinsip
transparansi. Melalui transparansi penyelenggaraan
lembaga, pemangku kepentingan atau masyarakat pada
umumnya

diberikan kesempatan untuk mengetahui

kebijakan yang akan dan telah diambil. Juga melalui
transparansi penyelenggaraan kelembagaan tersebut,
masyarakat

dapat

memberikan

Transparansi dibangun atas dasar

umpan

balik.

kebebasan untuk

mendapatkan informasi.
Transparansi

berarti

semua pihak yang

terbukanya

akses

bagi

berkepentingan terhadap setiap

informasi yang dibutuhkan terkait dengan kebijakan
kelembagaan.

Informasi

yang

andal

(reliable)

dan

berkala haruslah tersedia dan dapat diakses oleh
publik. Hal itu bisa dimaknai bahwa transparansi
dibangun atas pijakan kebebasan arus informasi yang
memadai, yang disediakan untuk dipahami serta dapat
dipantau. Transparansi jelas

mengurangi tingkat

ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan
dan

implementasi kebijakan serta bentuk tata kelola

yang terjadi pada kelembagaan. Sebab arus informasi
yang handal dapat digunakan oleh para pemangku
kepentingan untuk ikut serta berpartisipasi dalam
pengambilan kebijakan. Oleh karenanya, perlu dicatat
bahwa informasi ini bukan sekedar tersedia, tapi juga
relevan

dan

transparansi

bisa
ini

dipahami
dapat

publik.

Selain

membantu

itu,

untuk

30

mempersempit

peluang

korupsi

di

kalangan

para

pejabat publik dengan “terlihatnya” segala proses
pengambilan

keputusan

oleh

masyarakat

luas

(Rahmanurrasjid : 2008).
Transparansi
sekolah,

dalam

penyelenggaraan

hubungannya

pendidikan

dengan

di

pengelolaan

keuangan perlu kiranya perhatian terhadap beberapa
hal berikut : (฀) publikasi dan sosialisasi jumlah dan
sumber dana yang diterima sekolah; (2) publikasi dan
sosialisasi regulasi yang dikeluarkan pemerintah terkait
penggunaan dana yang diterima sekolah; (3) publikasi
penggunaan dana tiap bulan dan; (4) kesempatan
masyarakat

untuk

mengakses

informasi

yang

jujur,benar dan tidak diskriminatif dari pihak sekolah.
Berdasarkan

pengertian

di

atas

maka

dapat

disimpulkan bahwa secara makna kata transparansi
adalah sesuatu keadaan atau sifat yang mudah dilihat
dengan

jelas.

Jika

dikaitkan

dengan

konteks

penyelenggaraan urusan publik transparansi adalah
sesuatu kondisi dimana masyarakat mengetahui apaapa yang terjadi dan dilakukan oleh pemerintah
termasuk
keputusan

berbagai
yang

prosedur,

diambil

oleh

serta

keputusan –

pemerintah

dalam

pelaksanaan urusan publik. Dalam hal ini lembaga
yang transparan memiliki niatan untuk membuka diri
terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi
yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan lembaga.

3฀

Upaya-upaya

yang

diperlukan

dalam

meningkatkan transparansi sekolah kepada publik
meliputi (Muhammad, 2007) :
(฀)

Pendayagunaan berbagai jalur komunikasi baik

langsung maupun tidak langsung melalui temu wicara
maupun media cetak atau elektronik; (2) Menyiapkan
kebijakan

yang

jelas

tentang

cara

mendapatkan

informasi, bentuk informasi yang bisa diakses publik;
(3) Membuat prosedur pengaduan apabila informasi
tidak sampai ke publik; (4) Membuat peraturan yang
menjamin

hak

publik

untuk

mendapat

informasi

sekolah.
Pelaksanaan

transparansi

harus

adanya

peraturan yang menjamin akses terhadap informasi
(tepat waktu, mudah dijangkau dan bebas diperoleh)
serta adanya mekanisme keterbukaan dan standarisasi
pelayanan publik. Transparansi dianggap berhasil oleh
publik apabila dalam pelaksanaan tata kelola sekolah
ditunjukkan

oleh

indikator

sebagai

berikut

(Muhammad, 2007) : (฀) Meningkatnya keyakinan dan
kepercayaan publik kepada sekolah bahwa sekolah
bersih dan berwibawa; (2) Meningkatnya partisipasi
publik; (3) Bertambahnya wawasan dan pengetahuan
publik

terhadap

Berkurangnya

penyelenggaraan

pelangaran

sekolah;

terhadap

(4)

peraturan

perundang-undangan yang berlaku.
2.2.3. Akuntabilitas.

32

Akuntabilitas

dalam

Peraturan

Pemerintah

Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan menjelaskan bahwa :
Akuntabilitas
adalah
mempertanggungjawabkan
pengelolaan
sumber
daya
serta
pelaksanaan
kebijakan
yang
dipercayakan
kepada
entitas
pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara periodik.

Menurut The Oxford Advance Leraner’s Dictionary
dijelaskan bahwa :
Akuntabilitas berarti dapat dipertanggungjawabkan,
dapat ditelusuri, dapat dijelaskan, dapat menjawab
pertanyaan yang diajukan mengenai acoount atau
deskripsi dari sesuatu yang telah terjadi.

Akuntabilitas dinilai oleh orang atau institusi
yang berada diluar institusi yang dinilai. Karenanya
akuntabilitas sering disebut sebagai tanggungjawab
yang bersifat obyektif. Institusi dikatakan akuntabel
manakala

mereka

dinilai

secara

obyektif

oleh

masyarakat dapat mempertanggungjawabkan segala
perbuatan, sikap, dan sepak terjangnya kepada pihak
yang mana kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki
itu berasal. Dalam pelaksanaan akuntabilitas harus
adanya

mekanisme

tanggapan
(pelaporan).

serta

penyampaian

mekanisme

Akuntabilitas

di

keluhan

atau

pertanggungjawaban
dalam

manajemen

keuangan di sekolah berarti penggunaan uang sekolah
yang

harus

dapat

dipertanggungjawabkan

sesuai

dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Ada tiga
pilar

yang

menjadi

prasyarat

terbangunnya

33

akuntabilitas menurut Sutedjo (2009) yaitu : (฀) Adanya
transparansi penyelenggaran sekolah ; (2) Adanya
standar kinerja

yang dapat diukur tugas, fungsi dan

wewenangnya;

(3)

Adanya

partisipasi

untuk

menciptakan suasana kondusif.
Sekolah harus memahami bahwa mereka harus
mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan rencana
kegiatan kerja kepada pemangku kepentingan. Agar
para

pemangku

kepentingan

dapat

menerima

pertanggungjawaban pengelolaan sekolah maka sekolah
harus memahami tujuan utama akuntabilitas. Tujuan
utama

akuntabilitas

terciptanya

adalah

akuntabilitas

terciptanya

kepercayaan

untuk

kinerja
publik

mendorong

sekolah

agar

terhadap

kinerja

sekolah (Mardiasmo, 2005). Akuntabilitas menyangkut
dua

dimensi

akuntabilitas
merupakan
kepada

yaitu

akuntabilitas

horisontal.

vertikal

Akuntabilitas

pertanggungjawaban

dan

vertikal

pengelolaan

dana

jenjang birokrasi yang lebih tinggi yang

memiliki otoritas tentang monitoring dan evaluasi
penggunaan dana. Akuntabilitas horisontal merupakan
pertanggungjawaban kepada publik yang menyangkut
hubungan

antara

sesama

pemangku

kepentingan

(Sutedjo, 2009). Sekolah yang memiliki akuntabilitas
adalah sekolah yang mampu mengelola sekolah serta
mempertanggungjawabkan

hasilnya

kepada

publik.

Akuntabilitas yang disampaikan oleh sekolah dalam
pengelolaan meliputi : (฀) Akuntabilitas kejujuran; (2)
Akuntabilitas proses ; (3) Akuntabilitas program ; (4)

34

Akuntabilitas
sekolah

dapat

kebijakan

(Mardiasmo,

merealisasikan

serta

2005).

Agar

meningkatkan

akuntabilitasnya maka sekolah sebaiknya mengerjakan
pengelolaan sekolah dengan cara (Muhammad, 2007) :
(a)
Menyusun aturan main tentang sistem
akuntabilitas dan mekanisme pertanggungjawaban;
(b) Menyusun pedoman tingkah laku dan sistem
pemantauan kinerja penyelenggara sekolah; (c)
Menyusun rencana pengembangan sekolah di setiap
awal tahun anggaran ; (d) Menyusun indikator yang
jelas tentang pengukuran kinerja sekolah; (e)
Melakukan pengukuran pencapaian kinerja sekolah ;
(f) Memberikan tanggapan atas pertanyaan dan
pengaduan publik ; (g) Menyediakan informasi
kegiatan sekolah ; (h) Memperbaharui rencana kinerja
yang baru.

Indikator

tentang

keberhasilan

akuntabilitas

dalam pengelolaan sekolah dapat dilihat dari : (฀)
Meningkatnya

kepercayaan

dan

kepuasan

publik

terhadap sekolah; (2) Tumbuhnya kesadaran publik
tentang hak untuk menilai penyelenggaraan pendidikan
di sekolah; (3) Meningkatnya kesesuaian kegiatan
sekolah dengan nilai dan norma yang berkembang di
masyarakat ; (4) Berkurangnya kasus – kasus yang
menyangkut korupsi, kolusi dan nepotisme di sekolah
(Sutedjo, 2009).

35

36

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45