REGIONAL GOVERNMENT'S RESPONSIBILITY TO THE PROTECTION OF INDONESIAN WORKER EMPLOYED (TKIs) ABROAD (Review of Human Rights Perspective)

TALREV

Volume 2 Issue 1, June 2017: pp. 1-24. Copyright ©2017 TALREV.
Faculty of Law Tadulako University, Palu, Central Sulawesi, Indonesia.
ISSN: 2527-2977 | e-ISSN: 2527-2985.
Open acces at: http://jurnal.untad.ac.id/index.php/TLR

TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH DAERAH TERHADAP
PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DI LUAR NEGERI
(Kajian dari Perspektif Hak Asasi Manusia)
REGIONAL GOVERNMENT'S RESPONSIBILITY TO THE PROTECTION OF
INDONESIAN WORKER EMPLOYED (TKIs) ABROAD
(Review of Human Rights Perspective)
Asri Lasatu
Faculty Of Law Tadulako University
JL. Soekarno Hatta KM. 9 Palu, Central Sulawesi, Indonesia
Telp./Fax: +62-451-45446 Email: asrilasatu@gmail.com
Submitted: Des 01, 2016; Reviewed: Dec 28, 2016; Accepted: Jun 05, 2017

Abstrak
Tujuan pembentukan NKRI adalah melindungi dan mewujudkan kesejahteraan warganegara. Olehnya, tanggungjawab utama pemerintah adalah memberikan perlindungan

dan jaminan kepada setiap warga negara untuk mendapat pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan. Keterbatasan lapangan kerja dalam negeri yang
didukung animo masyarakat untuk bekerja diluar negeri, harus di respon secara positif
oleh pemerintah, dengan membentuk regulasi baik ditingkat pusat maupun daerah.
Penelitian ini akan menelaah peran dan tanggungjawab pemerintahan daerah sebagai
upaya perlindungan hukum terhadap TKI yang bekerja di luar negeri. Penelitian ini
merupakan penelitian hukum normatif dengan pendekatan perundang-undangan dan
pendekatan konsep dan dianalisa secara kwalitatif untuk memberikan preskritif terhadap isu hukum yang menjadi objek kajian penelitian. Hasil penelitian menunjukan
bahwa tanggungjawab pemerintah daerah terutama pada tahap pra penempatan, purna
penempatan, dan tahap pemberdayaan purna penempatan TKI., sedangkan penempatan
TKI merupakan tanggungjawab pemerintah pusat. Pelaksanaan tanggungjawab
pemerintah daerah harus didukung oleh regulasi yang dibentuk oleh pemerintah daerah.
Kata Kunci: Tanggung Jawab Pemerintah; Tenaga Kerja Indonesia
Abstract
The purpose of the establishment of the Republic of Indonesia is to protect and realize
the welfare of citizens. Therefore, the main responsibility of the government is to provide protection and guarantee to every citizen to get a job and a decent living for humanity. Limitations of domestic employment, as well as the public's desire to work overseas, should be responded positively by the government, by formulating regulations
both at the central and regional levels. This study will examine the roles and responsibilities of local governments as an effort the law protection against Indonesian Migrant
Worker working abroad.This research is a normative legal research with approach of
legislation and concept approach and analyzed qualitatively to give perspective on legal issue to the object of this research study. The results show that the responsibility of


□1

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017

local government, especially in the pre-placement, post-placement, and empowerment
phase of placement of migrant workers, while the placement of migrant workers is the
responsibility of the central government. Implementation of local government responsibilities should be supported by regulations established by local governments.
Keywords: Government responsibility; Indonesian Migrant Worker
PENDAHULUAN
Bekerja merupakan salah satu Hak

yang sepadan dengan martabat keman-

Asasi Manusia (HAM) yang melekat pada

usiaannya berhak atas upah yang adil

diri seseorang yang wajib dijunjung ting-

sesuai dengan prestasinya dan dapat


gi, dihormati, dan dijamin penegakannya.

menjamin

Jaminan tersebut telah tertuang dalam

keluarganya.

Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945).

kelangsungan

kehidupan

Pelaksanaan hak-hak warga negara
untuk bekerja di luar negeri harus

Bentuk perhatian pemerintah ter-


mendapat jaminan perlindungan hukum

hadap pengakuan dan perlindungan HAM,

oleh pemerintah, bahwa tidak akan terjadi

ditindaklanjuti dengan pembentukan UU

perdagangan manusia, perbudakan, tindak

No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

kekerasan, serta perlakuan lain yang me-

Manusia. Pasal 38 menegaskan bahwa:

langgar hak asasi manusia. Olehnya perlu

1. Setiap warga negara, sesuai dengan


sinergitas dan upaya terpadu antara in-

bakat, kecakapan, dan kemampuan,

stansi pemerintah baik pusat dan daerah.

berhak atas pekerjaan yang layak.

Pada dasarnya penempatan dan perlin-

2. Setiap orang berhak dengan bebas
memilih pekerjaan yang disukainya dan
berhak

pula

atas

syarat-syarat


ketenagakerjaan yang adil.

dungan TKI di luar negeri merupakan
kewenangan pemerintah pusat karena
berkaitan dengan hubungan antar negara.
Namun pemerintah pusat tidak dapat bertindak sendiri, olehnya perlu keterlibatan

3. Setiap orang, baik pria maupun
wanita yang melakukan pekerjaan yang
sama, sebanding, setara atau serupa,
berhak atas upah serta syarat-syarat
perjanjian kerja yang sama.
4. Setiap orang, baik pria maupun
wanita, dalam melakukan pekerjaan

pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, serta swasta.
Penempatan TKIdi luar negeri
merupakan wewenang pemerintah pusat
yang dilakukanatas dasar perjanjian

secara tertulis yang dilakukan antara
pemerintah pusat (diwakili oleh men-

□2

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017

dan

kewenangan

pemerintah

provin-

regulasi

oleh

teri dan dapat didelegasikan kepada

BNP2TKI)
denganpemerintahnegarapengguna TKI atau
pemerintah
pusat denganpenggunaberbadanhukum di
negara tujuan penempatan.1 Dengan
demikian tanggungjawab pemerintah
daerah terbatas pada proses rekruitmen
dan tahap pemberdayaan purna penempatan TKI. Olehnya, dibutuhkan koordinasi antar tingkatan pemerintahan pada
semua tahapan, demi terwujudnya
sinergitas program dan kebijakan
pemerintah yang bermuara pada perlindungan TKI secara optimal.
Keterlibatan pemerintah provinsi

ru-paru

dan pemerintah kabupaten/kota diharap-

majikannya di Arab Saudi. Kasus Suyanti,

kan sebagai ujung tombak pemerintah da-


19 tahun, yang ditemukan tak sadarkan

lam menyeleksi dan mempersiapkan calon

diri setelah dianiaya majikannya di Ma-

TKI, baik segi mental maupun keterampi-

laysia pada tanggal 21 Desember 2016.

lan yang menjadi modal calon TKI beker-

Berbagai upaya telah dilakukan oleh

ja di luar negeri. Untuk menegaskan

pemerintah untuk mengeliminir kasus-

kewenangan sekaligus sebagai legalitas


kasus TKI di luar negeri. Upaya diplomasi

pemerintah daerah dalam mengatur dan

dengan menjalin kerjasama dengan negara

mengurus penempatan dan perlindungan

tujuan penempatan TKI, evaluasi/larangan

calon TKI/TKI yang bekerja di luar

pengiriman TKI ke negara tertentu, mora-

negeri, pemerintah daerah perlu menyusun

torium pengiriman TKI,

regulasi baik dalam bentuk peraturan dae-


bijakan

rah provinsi/ peraturan daerah kabupat-

sektor informal (pembantu rumah tangga)

en/kota, peraturan gubernur/ peraturan

yang dianggap memiliki tingkat kera-

bupati/walikota,

wanan sangat tinggi terjadinya kekerasan

keputusan

gubernur/

keputusan bupati/walikota, atau pigur
hukum lainnya sesuai dengan kebutuhan

si/kabupaten/kota.
Pembentukan

pemerintah pusat dan pemerintah daerah
bertujuan untuk meningkatkan perlindungan hukum terhadap calon TKI/TKI
yang akan bekerja di luar negeri. Namun
faktanya, masih banyak terjadi kasus TKI,
terutama pada tahap penempatan TKI.
Tahun 2011, Kasus Sumiati, 23 tahun,
TKI asal NTB yang menderita luka-luka
di bagian muka dan menjalani operasi pasetelah

disiksa

penghentian

oleh

istri

hingga ke-

pengiriman

TKI

terhadap mereka oleh majikannya.
Tahun 2016, Pemerintah Indonesia
melalui kementerian tenagakerja berencana untuk memperbanyak pengiriman

1

Pasal 2 PP No. 3 Tahun 2013

□3

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017

TKI sektor formal ke berbagai negara. Hal

baik yang ada dalam wilayah Negara Re-

ini dilakukan agar aspek perlindungan dan

publik Indonesia maupun yang ada di luar

kesejahteraan TKI dapat meningkat secara

wilayah Indonesia (luar negeri)

optimal. Olehnya, setiap tahun pemerintah

Keterbatasan lapangan kerja dalam

mengupayakan peningkatan kualitas tena-

negeri yang berbanding terbalik dengan

ga kerja yang akan bekerja di luar negeri.

jumlah angkatan kerja, menyebabkan

Periode tahun 2011 – 2014, menunjukan

tenaga kerja mencari alternatif lain dengan

bahwa prosentase pengiriman TKI formal

mengadu nasib bekerja di luar negeri.

terus meningkat jika dibandingkan dengan

Tindakan bekerja di luar negeri sebagai

TKI Informal. Tahun 2011 jumlah TKI

TKI bukanlah pilihan yang dikehendaki

586.802 terdiri dari 266.191 (45%) TKI

oleh TKI, tetapi demi memenuhi kebu-

formal dan 320.611 (55%) TKI Informal.

tuhan hidup dirinya beserta keluarganya,

Tahun 2012 jumlah TKI 494.609 terdiri

mengharuskan para TKI rela menerima

dari 258.411 (52%) TKI formal dan

dan menjalani hidup sebagai TKI di luar

236.198 (48%) TKI informal. Tahun

negeri.

2013, jumlah TKI 512.168 terdiri dari

Di sisi lain, pemerintah tidak dapat

285.297 (56%) TKI formal dan 226.871

melarang/menghalangi warga negara un-

(44%) TKI informal. Tahun 2014 jumlah

tuk mencari pekerjaan di luar negeri, ka-

TKI 429.872 terdiri dari 247.610 (58%)

rena bekerja merupakan hak setiap warga

TKI formal dan 182.262 (42%) TKI in-

negara yang telah dijamin oleh konstitusi.

formal.

Ketidakmampuan

Perlindungan

terhadap

calon

pemerintah

diakan lapangan kerja

menye-

dalam negeri,

TKI/TKI oleh pemerintah pusat dan

mengharuskan pemerintah membuka kran

pemerintah daerah sejalan dengan tujuan

bagi warganya untuk bekerja di luar

pembentukan Negara Kesatuan Republik

negeri. Adanya lowongan kerja di luar

Indonesia sebagaimana tertuang dalam

negeri dan besarnya animo masyarakat

pembukaan UUD NRI 1945 alinea ke tiga,

untuk bekerja di luar negeri, harus dire-

yakni “. . . melindungi segenap Bangsa

spon secara positif oleh pemerintah.

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indo-

Olehnya, pemerintah baik pada tingkat

nesia, . . ..” Tujuan negara tersebut ber-

pusat maupun di daerah, harus menyusun

makna

strategi dan kebijakan yang menguta-

tanggungjawab

negara

dalam

memberikan perlindungan bagi warganya

makan

perlindungan

calon

TKI/TKI.

□4

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017

Keberpihakan pemerintah pada perlindungan calon TKI/TKI tidak boleh ternodai oleh kepentingan ekonomi/bisnis,
kepentingan politik, kepentingan hub-

Pembahasan
Konsep HAM dan Kaitannya dengan
Perlindungan Tenaga Kerja.

ungan bilateral, atau kepentingan lainnya.

HAM adalah hak –hak yang dimiliki
manusia semata-mata karena ia manusia.

Permasalahan
Berdasarkan

latar

Umat manusia memilikinya bukan karena

adalah

diberikan kepadanya oleh masyarakat atau

Bagaimanakah tanggungjawab pemerintah

hukum positif, melainkan semata-mata

daerah terhadap perlindungan TKI yang

berdasarkan martabatnya sebagai manusia.

belakang,

uraian

pada

permasalahannya

bekerja di luar negeri?.

Istilah Hak Asasi Manusia merupakan terjemahan dari istilah droit de

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode

I’homme (bahasa prancis) yang berarti

penelitian normatif, yaitu suatu proses un-

hak-hak manusia atau human rights (ba-

tuk menemukan suatu aturan hukum, prin-

hasa Inggris) atau mensenrechten (bahasa

sip-prinsip

Belanda).

hukum,

maupun

doktrin-

doktrin hukum untuk menjawab permasa-

Menurut D.F. Schelten

dalam

lahan hukum yang dihadapi.Penelitian

bukunya men en mensenrechten, mem-

hukum

untuk

bedakan antara mensenrechten (Hak Asasi

dil-

Manusia) dengan grondrechten (hak dasar

aksanakandengan menelaah bahan hukum

manusia). Perbedaan keduanya menurut

dan bahan non hukum yang terkait dengan

Aswanto:

kedudukan TKI dari perspektif HAM serta



normatif

menemukan

dilakukan

argumentasi,

yang

tanggungjawab pemerintah daerah terhadap perlindungan TKI yang bekerja di
luar negeri. Hasil penelitian dianalisa
secara

kualitatif

untuk

memberikan

preskriptif terhadap isu hukum yang menjadi objek penelitian.

Hak dasar diambil dari terjemahan
grondrechten merupakan hak yang
diperoleh seseorang, karena menjadi
warga negara dari suatu negara. Dasar
dari hak dasar berasal dari negara ,
bersifat domestik dan tidak bersifat
universal.

□5

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017



Hak asasi, berasal dari terjemahan

UUD NRI 1945, merupakan conditio sine

Mensen rechten ialah hak yang di-

quanon dalam rangka perlindungan dan

peroleh seseorang kaena dia manusia

penegakan HAM. Demikian selanjutnya

dan bersifat universal. Sedangkan di

perlindungan

Indonesia antara hak dasar dan hak

merupakan conditio sine quanon negara

asasi tidak dibedakan dan disebut

hukum, sebagaimana disebutkan oleh As-

dengan Hak Asasi Manusia.

wanto

Singkatnya bahwa HAM berasal
dari

istilah

grondrechten.

dan

mensenrechten
Mensenrechten

(HAM)

adalah hak yang diperoleh seseorang karena ia dilahirkan sebagai manusia. Jadi
sumbernya adalah Tuhan dan sifatnya
universal. Namun grondrechten (hak dasar) adalah hak yang diperoleh seseorang
karena ia menjadi warga negara dari suatu
negara. Sumbernya adalah negara dan sifatnya domestik.

dan

bahwa

penegakan

suatu

negara

HAM

dapat

dikatakan sebagai negara hukum apabila
negara tersebut memberikan jaminan perlindungan

dan

penghargaan

HAM,

demikian pula pendapat Immanuel Kant
bahwa untuk dapat disebut sebagai negara
hukum (rechtsstaat) harus memenuhi dua
unsur pokok yaitu adanya perlindungan
HAM dan adanya pemisahan kekuasaan
dalam negara. Pendapat senada juga
diungkapkan oleh J.B.J.M. ten Berge yang
membahas duet integral prinsip-prinsip
negara hukum dan prinsip-prinsip demo-

Hak Asasi Manusia (human rights)

krasi, bahwa salah satu prinsip-prinsip

yang secara universal diartikan sebagai

negara hukum adalah adanya “perlin-

those rights which are inherent in our na-

dungan HAM”, demikian pula pendapat

ture and without which we cannot live as
human being oleh masyarakat di dunia
perumusan dan pengakuannya telah diperjuangkan dalam kurung waktu yang
sangat panjang. Bahkan sampai saat ini
dengan berbagai dimensi permasalahan
yang muncul karena berbagai sfektrum
penafsiran yang terkait di dalamnya.
Pengaturan HAM dalam UUD NRI

H.D. van Wijk/Willem

Konijnenbelt,

bahwa prinsip rechtstaat adalah terdapat
hak-hak manusia yang sangat fundamental. Sedangkan dalam sistem anglo saxon
menurut A.V. Dicey mengemukakan ada
3 (tiga) unsur rule of law yaitu : supremacy of the law, equality before the law, terjaminnya hak-hak manusia oleh undangundang (di negara lain oleh UUD).

1945 yang dijawantahkan dalam berbagai
peraturan perundang-undangan dibawah
□6

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017

Mengkaji HAM (tenaga kerja)) tid-

menjamin hak bekerja, seperti dalam had-

ak dapat dilepas dari kajian HAM secara

its, yang artinya “ Berilah pekerja itu

umum. Perlindungan terhadap HAM dapat

upahnya sebelum kering keringatnya.”

ditelusuri dalam konsep hukum Islam,

(HR. Ibnu Majah)

Hukum Internasional dan hukum positif.

HAM dalam pandangan hukum in-

HAM dalam konsep Islam telah ada sejak

ternasional terjadi di Inggris pada tanggal

kelahiran Islam itu sendiri. Dalam Al-

15 Juni 1215 yang ditandai dengan lahirn-

Qur’an banyak ayat-ayat yang menjelas-

ya Piagam Magna Charta. Prinsip dasar

kan

HAM

yang dicetuskan para bangsawan Inggris

khusunya hak untuk bekerja. Surat Al-

antara lain memuat: pertama kekuasaan

Mulk 15. Intinya bumi diciptakan Allah

raja harus dibatasi, kedua HAM

untuk kebaikan manusia tetapi manusia

penting dari pada kedaulatan raja. Tak

harus mengambil inisiatif sendiri secara

seorangpun dari warga negara merdeka

bebas untuk menentukan pilihan terhadap

dapat

pekerjaanya.

kekayaannya atau diperkosa atau diasing-

pentingnya

penegakan

َّ ‫م َج َّلَ َج ِي‬
ُ‫ذلا َو‬
‫جَّل ا ُشوم جَ ج جو ج َّ َّض اا ِ ج‬
َّ ِ‫جيبج وَ ون جا جا َََِّّلا وي ِِ و ِرْو و جا وُ ج َِ و ا ب‬
َّ ‫ذل‬
Dialah yang menjadikan bumi itu

ditahan

atau

dirampas

lebih

harta

kan, atau dengan cara apapun diperkosa
hak-haknya, kecuali berdasarkan pertimbangan hukum.

mudah bagi kamu, maka berjalanlah di
segala penjurunya, dan makanlah sebagian dari rejeki-Nya. Dan hanya ke padaNya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan." – (QS.67:15)
Islam tidak hanya menempatkan
bekerja sebagai hak, tetapi juga sebagai
kewajiban. Bekerja merupakan kehormatan yang perlu dijamin, sebagaimana
sabda Nabi Muhammad SAW yang
artinya: “Tidak ada makanan yang lebih
baik yang dimakan seseorang daripada
makanan yang dihasilkan tangan sendiri.”
(HR Bukhari). Di samping itu, Islam juga

Perlindungan Tenaga Kerja dalam Perspektif Instrumen Hukum Internasional
Beberapa Instrumen hukum internasional yang mengatur masalah perlindungan tenaga kerja baik yang berstatus
soft law maupun hard law. Dalam kajian
ini, dibatasi pada instrumen hukum internasional yang sudah diratifikasi, antara
lain Universal Declaration of Human
Rights (UDHR) atau Deklarasi Umum tentang Hak Asasi Manusia (DUHAM), International Covenant on Civil and Political Rights/ICCPR) atau Konvensi Inter□7

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017

nasional tentang Hak-Hak SipilDan Poli-

dan libur berkala dengan tetap menerima

tik, (International Covenant on Econom-

upah.
ICESCR

ic, Social, and Cultural Rights/ ICESCR)

yang

mulai

berlaku

atau Konvensi Internasional tentang Hak-

padatanggal 3Januari 1976 atau berlaku

HakEkonomi,Sosial,Dan

Budaya

tiga bulan setelah tanggal disimpannya

(EKOSOB), serta Convention On The

instrumen ratifikasi atau aksesi yang ke-

Protection Of The Rights Of All Migrant

tigapuluh lima pada Sekretaris Jendral

Workers And Members Of Their Families

PBB, mengatur hak-hak pekerja, antara

(CMW)

atau

(Konvensi

Internasional

Mengenai Perlindungan Hak-Hak Seluruh

lain :


Pengakuan atas hak pekerjaan dan

Pekerja Migran Dan Anggota Keluargan-

kesempatan mencari nafkah melalui

ya)

pekerjaan yang dipilih secara bebas

Hak

TKI

berdasarkan

Kovenan

UDHR, ICESCR, dan ICCPR

(Pasal 6).


kondisi

UDHR yang di deklarasikan pada

yang sehat, kesempatanan untuk di-

(ICESCR). Secara umum keseluruhan

promosikan kejenjang yang lebih

pasal tersebut berkaitang dengan tenaga

tinggi berdasarkan senioritas dan ke-

kerja. Namun, beberapa pasal penting da-

mampuan, istirahat, liburan dan pem-

lam UDHR yang berkaitan dengan eksis-

batasan jam kerja yang wajar (Pasal

tensi tenaga kerja, antara lain Pasal 4 tenberkumpul

dan

berserikat,Pasal 22 tentang hak atas jaminan sosial, Pasal 23 tentang hak atas
kebebasan memilih pekerjaan, menentukan

syarat-syarat

perburuhan,

dan

mendapat upah layak, Pasal 24 tentang
hak untuk istirahat, pembatasan jam kerja,

dan

beserta keluarganya, kondisi kerja

tik, serta hak ekonomi, sosial dan budaya

untuk

adil

kehidupan yang layak bagi mereka

meliputi hak sipil (ICCPR) dan hak poli-

hak

yang

jamin pembayaran upah yang adil,

pasal yang berisi sederetan HAM, yang

tang

kerja

menguntungkan dalam rangka men-

tanggal 10 Desember 1948 terdiri dari 30

tang larangan perbudakan, Pasal 20 ten-

Hak setiap orang untuk menikmati

7).


Hak setiap pekerja untuk membentuk
serikat pekerja, federasi serikat pekerja atau konfederasi serikat pekerja,
hak serikat pekerja untuk bertindak
bebas sepanjang tidak dilarang oleh
hukum negara yang bersangkutan, dan
hak pekerja untuk mogok (Pasal 8).

□8

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017



Hak setiap orang (pekerja) untuk

orang yang ditahan atas perintah

mendapatkan jaminan sosial (pasal 9).

yang sah dari pengadilan, atau pada

Sedangkan dalam ICCPR yang juga

orang yang tengah menjalani pem-

berlaku tiga bulan setelah tanggal disim-

bebasan bersyarat dari penahanan

pannya instrumen ratifikasi atau aksesi

tersebut;

yang ketiga puluh lima pada Sekretaris

ii) Setiap kewajiban kemiliteran-

Jendral PBB,

telah mengatur hak-hak

dan, dinegara-negara yang man-

pekerja antara lain Pasal 8 yang menegas-

gakui adanya keberatan atas dasar

kan bahwa:

keyakinan

1.

Tidak seorangpun dapat diperbudak;

kewajiban nasional yang ditetapkan

perbudakan dan perdagangan budak

berdasarkan

dalam segala bentuknya harus dil-

keyakinan tersebut;

arang;

iii) Setiap tugas yang dituntut untuk

Tidak seorang pun dapat diperham-

dilakukan dalam keadaan darurat

bakan.

atau bencana yang mengancam ke-

(a) Tidak seorang pun dapat di-

hidupan

wajibkan untuk melakukan kerja

masyarakat;

paksa atau kerja wajib;

iv) Setiap pekerjaan atau jasa yang

2.
3.

(b)

Ayat

3

menghalangi

pelaksanaan

kerja

kewajiban umum warga Negara.

hukumandengankerjapaksa dapat dijatuhkan sebagai hukuman terhadap
kejahatan;
keperluan

ayat

ini,

pengertian "kerja paksa atau kerja
wajib" tidak boleh mencakup:
i) Setiap pekerjaan atau jasa yang
tidak disebutkan dalam subayat(b),
biasanya

kesejahteraan

merupakan bagian dari kewajiban-

wenang, di negara-negara di mana-

yang

atau

mengenai

boleh

dijatuhkansuatupengadilanyangber-

Bagi

hukum

setiap

tidak

(a)

paksa sebagai akibat hukuman yang

(c)

seseorang,

diwajibkan

pada

Hak TKI dalam Kovenan CMW.
Secara khusus perlindungan buruh
migran telah diatur dalam Convention on
the Protection of The Rights of All Migrant Workers and Members of Their
Families (CMW), yang disahkan Melalui
Resolusi Majelis Umum PBB 45/158 pada
Tanggal 18 Desember 1990. CMW atau
Konvensi Internasional Mengenai Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran
dan Anggota Keluarganya telah diratifi-

□9

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017

kasi Indonesia pada Tanggal 2 Mei 2012,

dalam konvensi ini

tanpa diskriminasi.

melalui UU No. 6 Tahun 2012.

Pekerja migran dan anggota keluarganya

pembentukan

harus bebas untuk meninggalkan negara

Kovenan CMW adalah untuk melindungi

mana pun, termasuk negara asal mereka.

kepentingan para pekerja ketika mereka

Hak ini tidak boleh dibatasi kecuali se-

dipekerjakan di negara-negara yang bukan

bagaimana ditetapkan oleh hukum, diper-

negaranya sendiri. Ditegaskan bahwa

lukan untuk melindungi keamanan na-

Konvensi ini berlaku (kecuali jika diten-

sional, ketertiban umum, kesehatan dan

tukan sebaliknya) bagi seluruh pekerja

moral umum, atau hak-hak dan kebeba-

migran dan anggota keluarganya tanpa

san-kebebasan orang lain, dan yang sesuai

pembedaan apa pun seperti jenis kelamin,

dengan hak-hak lain yang diakui dalam

ras, warna kulit, bahasa, agama atau ke-

konvensi

percayan, pendapat politik atau lain-lain,

pekerja migran dan anggota memiliki hak

kebangsaan, asal-usul etnis atau sosial,

untuk memasuki dan tinggal di negara

kewarganegaraan,

asalnya setiap saat.

Salah

satu

alasan

usia,

kedudukan

ekonomi, kekayaan, status perkawinan,

ini.

Demikian

Singkatnya,

hukum

sebaliknya,

harus

status kelahiran atau lain-lain. Selain itu,

melindungi hak-hak pekerja migran beser-

konvensi

proses

ta keluarganya. Tidak seorang pun dian-

migrasi para pekerja migran dan anggota

tara mereka dijadikan sasaran penyiksaan,

keluarganya, yang terdiri atas persiapan

penghukuman yang kejam, atau tindakan

untuk migrasi, keberangkatan, transit dan

lainnya yang tidak manusiawi dan meren-

keseluruhan masa tinggal dan aktivitas

dahkan martabat kemanusiaan seperti per-

yang dibayar di negara tujuan kerja, dan

budakan/perhambaan, kerja paksa atau

juga kembalinya ke negara asal atau nega-

kerja wajib termasuk hak atas kebebasan

ra tempat tinggal mereka.

berpikir, berkeyakinan, berbicara, ber-

ini

berlaku

Negara-negara

selama

pihak

berupaya,

pendapat,

berekspresi, serta hak untuk

sesuai dengan instrumen-instrumen inter-

tidak dirampas harta bendanya secara

national tentang HAM untuk menghormati

sewenang-wenang, serta hak-hak lainnya.

dan memastikan semua pekerja migran
dan anggota keluarganya dalam wilayahnya atau yang tunduk pada yuridiksinya memperoleh hak-hak yang diatur

Perlindungan Tenaga Kerja dalam Perspektif Hukum Positif
Perlindungan tenaga kerja baik di
dalam negeri maupun di luar negeri, sudah
□ 10

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017

menjadi issue internasional, dan menjadi

dengan

tanggungjawab masyarakat internasional.

dengan negara tujuan pengiriman TKI.

hubungan

bilateral

Indonesia

Mobilisasi tenega kerja (buruh migran)
dari negara-negara sedang berkembang

Bekerja sebagai Hak Konstitusional
Salah satu tugas pemerintah yang

menuju negara yang maju mewarnai hubungan bilateral antar negara. Masalah tidak hanya dirasakan oleh negara pengirim
buruh migran, tetapi terkadang dampaknya juga akan dirasakan oleh negara penerima (tujuan) buruh migran. Olehnya,
banyak

lembaga

internasional

mem-

berikan perhatian khusus, termasuk lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa. Buruh
migran tidak hanya sebatas hubungan ker-

terkandung dalam pembukaan UUD NRI
1945 adalah mewujudkan kesejahteraan
setiap warga negara. Untuk mewujudkan
kesejahteraan

luas, akan bersentuhan dengan aspek
hukum misalnya terjadinya penipuan dalam pengiriman buruh migran, human
trafficking, tindakan diskriminatif, kekerasan dan lain-lain. Demikian selanjutnya,
buruh migran akan berdampak aspek
ekonomi,

sosial, budaya, maupun hub-

Pada tataran Indonesia, Penempatan
dan Perlindungan TKI di luar negeri juga
untuk

didiskusikan

karena

keberadaan TKI di luar negeri selain sebagai pahlawan devisa negara, dan ujung
tombak

dalam

memenuhi

maka

hidup setiap individu, melalui upaya
penyediaan lapangan kerja dan memberikan hak dan kesempatan yang sama
kepada setiap warga negara untuk bekerja.
Bekerja merupakan hal yang paling
esensial dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup setiap warga negara. Olehnya,
negara memberikan jaminan bahwa setiap
warga negara mempunyai hak untuk
memperoleh pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan. Jaminan
tersebut tertuang Pada Pasal 27 ayat (2)
UUD NRI 1945.

Pasal ini disatu sisi

memberikan jaminan kepada setiap warga

ungan bilateral antar negara.

menarik

negara,

pemerintah harus memenuhi kebutuhan

ja antara seorang buruh dengan majikan di
negara tujuan. Tetapi, dampak yang lebih

warga

kebutuhan

hidup keluarganya, juga terkait langsung

untuk mendapatkan pekerjaan yang layak,
dan

pada

sisi

lainnya

merupakan

kewajiban bagi pemerintah untuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi setiap
warga negara, dengan catatan bahwa
penggunaan tenaga kerja asing tidak akan
menghilangkan hak warga negara Indonesia untuk memperoleh pekerjaan yang
layak.
□ 11

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017

Hak untuk bekerja dan mendapat

luar negeri. Kebijakan tersebut sangat di-

imbalan yang layak dipertegas lagi pada

lematis dan merupakan pilihan pahit bagi

Pasal 28D ayat (2) “Setiap orang berhak

pemerintah, karena tanggungjawab se-

untuk bekerja serta mendapat imbalan dan

makin berat untuk memberikan perlin-

perlakuan yang adil dan layak dalam hub-

dungan dan pengawasan terhadap TKI

ungan kerja”. Pasal ini menjamin bahwa

yang bekerja di luar negeri. Olehnya,

setiap orang yang bekerja dijamin untuk

pengiriman TKI ke luar negeri sebagai

mendapatkan imbalan dan perlakuan yang

salah satu pengejawantahan pemenuhan

adil (nondiskriminatif) dalam hubungan

hak konstitusional warga negara, harus di

kerja. Dengan demikian penggunaan tena-

ikuti

ga kerja asing di daerah telah dijamin oleh

pengawasan baik pada tahap pra penem-

Konstitusi, sekaligus sebagai konsekuensi

patan, selama penempatan, purna penem-

yuridis keikutsertaan Indonesia dalam

patan

keanggotaan WTO. Namun demikian

penempatan.

dengan

hingga

upaya

pembinaan

pemberdayaan

dan

purna

pengaturan penggunaan tenaga kerja asing
tetap dalam nuansa dan kerangka UndangUndang Dasar Negara RI Tahun 1945.
Berdasarkan ketentuan Pasal 27ayat
(2) dan Pasal 28D ayat (2), dapat disimpulkan bahwa tidak ada alasan bagi
pemerintah untuk

tidak menyediakan

lapangan kerja bagi seluruh warga negera,
serta imbalan yang diterima dari pekerjaan
tersebut layak dan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya beserta
keluarganya.
Pemenuhan hak konstitusional warga negara di satu sisi, dan ketidakmampuan pemerintah menyediakan lapangan kerja dalam negeri di sisi lain, mengharuskan
pemerintah membuat kebijakan dengan
mengizinkan warganya untuk bekerja di

Pengaturan TKI dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan

merupakan

undang-

undang pokok, sehingga masalah TKI
hanya di atur dalam dua pasal, dan selanjutnya di delegasikan untuk membentuk
undang-undang tersendiri, dengan tujuan
agar pengiriman TKI ke luar negeri benarbenar diatur secara detail dan lengkap,
demi terwujudkan perlindindungan TKI
mulai dari pra penempatan sampai pada
tahap purna penempatan. Perlindungan
TKI tidak sebatas perlindungan hukum,
tetapi menyangkut perlindungan semua
aspek, termasuk aspek hubungan bilateral
Indonesia dengan negara tujuan penempatan TKI. Berdasarkan pertimbangan ter□ 12

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017

sebut,

pemerintah

merekomendasikan

Perlindungan TKI berdasarkan UU No.

bahwa penempatan TKI di luar negeri ha-

39 Tahun 2004 Tentang Penempatan

rus

undang-undang

dan Perlindungan Tenaga Kerja Indo-

tersendiri. Rekomendasi tersebut sebagai

nesia di Luar Negeri beserta Peraturan

delegasi Pasal 34 UU No. 13 Tahun 2003

Pelaksanaannya

diatur

yang

dengan

menegaskan

bahwa

“ketentuan

mengenai penempatan tenaga kerja di luar negeri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 33 huruf b di atur dengan undangundang”. Sedangkan Pasal 33 mengatur
bahwa penempatan tenaga kerja terdiri

Penempatan tenaga kerja di dalam
negeri; dan



No. 13 Tahun 2003, maka pada tanggal 18
Oktober 2004 telah diundangkan UU No.
39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di
Luar Negeri. Undang-undang ini merupa-

dari:


Sebagaimana amanat Pasal 34 UU

Penempatan tenaga kerja di luar
negeri.
Penjelasan Pasal 34 di sebutkan

bahwa sebelum undang-undang mengenai
penempatan tenaga kerja di luar negeri di
undangkan, maka segala peraturan perundangan yang mengatur penempatan tenaga
kerja di luar tetap berlaku. Penjelasan
Pasal 34 tersebut, menindikasikan bahwa
pemerintah sangat intens memperhatikan
keberadaan TKI, tidak hanya dari aspek
ekonomi (pendapatan TKI), tetapi dari
aspek perlindungan hukumnya jauh lebih
penting, karena hal tersebut tidak hanya
berkaitan dengan harkat dan martabat
manusia tetapi juga menyangkut martabat
dan pencitraan Bangsa Indonesia di mata
dunia.

kan lex sehingga segala permasalahan
TKI, termasuk pembentukan peraturan
perundang-undangan di bawahnya harus
berpedoman pada undang-undang a quo,
termasuk pembentukan regulasi di tingkat
daerah.
Dasar pembentukan UU No. 39 Tahun 2004 antara lain bahwa tenaga kerja
mempunyai hak yang sama untuk bekerja
baik di dalam maupun di luar negeri,
bahwa TKI di luar negeri sering menjadi
objek perbudakan dan mendapat tindakan
sewenang-wenang, bahwa negara wajib
menjamin hak asasi TKI, dan terpenting
bahwa penempatan tenaga kerja di luar
negeri

merupakan

upaya

untuk

mewujudkan hak dan kesempatan yang
sama. Olehnya, harus dilakukan secara
terpadu antar instansi pemerintah baik
pusat maupun daerah, serta perlu adanya
peran serta masyarakat dalam rangka
□ 13

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017

meningkatkan perlindungan hukum bagi



calon TKI/TKI yang bekerja di luar

Program pembinaan dan perlindungan
TKI.

negeri.

Khusus penempatan TKI yang dil-

Keseriusan pemerintah pusat dalam

aksanakan oleh pemerintah telah dibentuk

mengatur dan mengurus calon TKI/TKI di

Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun

tandai dengan pembentukan PP No. 3 Ta-

2013 Tentang Tata Cara Penempatan

hun 2013 tentang Perlindungan Tenaga

Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri

Kerja Indonesia di Luar Negeri, yang

oleh Pemerintah.

merupakan amanat Pasal 80 ayat (2),

Jika dikaitkan dengan ketentuan

Pasal 81 ayat (3), dan Pasal 84 UU N0. 39

Pasal 10 UU No. 39 Tahun 2004, maka PP

Tahun 2004 serta dalam rangka mem-

No. 4 Tahun 2013 hanya mengatur pihak

berikan perlindungan Tenaga Kerja Indo-

pemerintah, artinya PP tersebut tidak

nesia mulai dari pra penempatan, masa

mengikat pelaksana TKI swasta.

penempatan sampai dengan purna penem-

Kedudukan peraturan daerah, secara

patan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

hirarki tidak mengikat pelaksana penem-

77 ayat (2) Undang-Undang Nomor 39

patan TKI

Tahun 2004 tentang Penempatan dan Per-

yang merupakan lembaga vertikal), na-

lindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar

mun substansi peraturan daerah dapat

Negeri,

mengatur

oleh pemerintah (BNP2TKI

garis

koordinasi

antara

Sebagai peraturan pelaksanaan UU

pemerintah daerah dengan BNP2TKI, se-

No. 39 Tahun 2004, maka peraturan

hingga calon TKI/TKI yang berangkat ke

pemerintah, secara normatif mengeja-

luar negeri (TKI formal), secara admin-

wantahkan norma-norma tertentu yang

istratif terdata/terdeteksi oleh pemerintah

termuat dalam UU No. 39 Tahun 2004.

daerah. Hal tersebut sangat penting bagi

Substansi yang di atur dalam peraturan

pemerintah daerah, sebagai referensi da-

pemerintah ini terdiri dari tiga, yaitu:

lam



Perlindungan TKI mulai dari pra

upaya pembinaan dan pengawasan calon

penempatan, masa penempatan sam-

TKI/TKI yang bekerja di lauar negeri.

penyusunan

kebijakan,

termasuk

pai dengan purna penempatan;


Perlindungan TKI melalui penghentian dan pelarangan penempatan TKI;
dan

Tanggungjawab Pemerintah Daerah
terhadap Penempatan dan Perlindunan
TKI di Luar Negeri.

□ 14

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017

Pilosofi perlindungan tenaga kerja
pada dasarnya berkaitan dengan hak untuk
memperoleh pekerjaan (right to work) dan
hak dalam pekerjaan (right in work). Right
to work tercantum dalam Pasal 6 Kovenan
EKOSOB yang mengatur pengakuan atas
hak pekerjaan, termasuk hak semua orang
atas kesempatan untuk mencari nafkah
melalui

pekerjaan

yang

dipilih

atau

diterima secara bebas, dan akan mengambil langkah-langkah yang memadai guna
melindungi haknya. Sedangkan right in
work tercantum pada Pasal 7 yang mengatur tentang hak setiap orang untuk menikmati kondisi kerja yang adil

dan

menguntungkan dalam rangka menjamin
pembayaran upah yang adil, kehidupan
yang layak bagi mereka beserta keluarganya, kondisi kerja yang sehat, serta kesempatanan untuk dipromosikan kejenjang
yang lebih tinggi berdasarkan senioritas
dan kemampuan, istirahat, liburan dan
pembatasan jam kerja yang wajar.
Hak atas pekerjaan sebagai salah satu hak yang telah diatur dalam kovenan
hak EKOSOB merupakan hal yang urgent
karena

secara

langsung

berhubungan

dengan kemampuan seseorang untuk memenuhi hak asasi lainnya, sebagaimana
diungkapkan oleh Manisuli Ssenyonjo:
Althought the right to work has
been described as ‘the right to be economically exploited’, only a right to

wage-earning labour, and ‘a duty to
work’, ie a duty imposed on individuals
to disassociate themselves from state
support, the importance of the right to
work has b aseen aptly summarised by
the ICESCR as follow:
The right to work is essential for
realising other human rights [including
the rights to life, education, helath,
housing, and adequate food] and forms
an inseparable and inherent part of
human dignity, Every individual has
the right to be able to work, allowing
him/her to live in dignity. The right to
work contributes at the same time to
the survival of individual and to that of
his/her family, and insofar as work is
freely chosen or accepted, to his/her
development and recognition within the
comunity.
Adapun kesimpulan penting dari
Komite Hak EKOSOB menyangkut hak
atas pekerjaan, yakni hak atas pekerjaan
merupakan

hal

yang

penting

dalam

mewujudkan HAM lainnya, termasuk hak
hidup, hak atas pendidikan, hak atas
kesehatan, hak atas perumahan dan hak
atas pangan yang layak dan itu adalah
bentuk yang tak terpisahkan dan melekat
pada martabat manusia. Setiap orang
memiliki hak untuk bekerja, dengan
bekerja berarti mengizinkan mereka untuk
hidup bermartabat. Hak atas pekerjaan
juga memberikan kontribusi terhadap bertahan hidupnya seseorang dan keluarganya dan selama pekerjaan itu adalah pekerjaan yang dipilihnya secara bebas atau
diterimanya untuk pengembangan dirinya

□ 15

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017

dan mendapat pengakuan dalam masyara-

tanggungjawab

kat.

pemerintah provinsi dan pemerintah ka-

This chapter deals with two aspect of the right to work based on existing international human rights
standars. It focuses mainly on two aspect of the right to work, namely (i)
non-discrimination with particular reference to non-nationals and equal pay
for men and women; and (ii) freedom
from slavery,forced and compulsory
labour, and exploitative child labour.
Space liminations and the need to examine comprehensively the selected areas are the basis for the choices made
here.
Ada dua aspek yang terkandung di
dalam hak atas pekerjaan berdasarkan
standar HAM internasional, yaitu :


pemberian upah yang sama kepada
pekerja laki-laki dan perempuan;


Kebebasan dari perbudakan, bebas
dari pemaksaan dan bebas dari kerja
paksa dan kerjawajib serta eksploitasi
pekerja anak.
Kaitannya dengan perlindungan TKI

di luar negeri, right to work berkenaan
dengan pemberian kesempatan yang sama
terhadap setiap warga negara yang memenuhi persyaratan untuk bekerja di luar
negri. Right in work

berkaitan dengan

hak-hak TKI yang telah bekerja di luar
negeri. Hak-hak tersebut baik selama dalam penempatan maupun purna penempatan

dan

pemenuhannya

merupakan

pusat,

bupaten/kota.
Tanggungjawab

pemerintah

ter-

hadap calon TKI/TKI meliputi seluruh
proses/tahapan yang dimulai dari tahap
pra penempatan, selama penempatan, purna penempatan, hingga pemberdayaan
purna penempatan. Tanggungjawab tersebut tidak sepenuhnya di bebankan kepada
pemerintah pusat, tetapi secara terpadu
menjadi tanggungjawab bersama antara
pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota.
Pelaksanaan tanggungjawab oleh

Non diskriminasi yang khususnya ditujukan kepada pekerja asing dan

pemerintah

pemerintah pusat didasarkan atas undangundang, peraturan pemerintah, peraturan
menteri atau bentuk regulasi lainnya yang
dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Sedangkan pada tingkat daerah, harus dibentuk peraturan daerah sebagai legitimasi
pelaksanaan

urusan

yang

kewenangan

pemerintah

menjadi

daerah

se-

bagaimana di tegaskan pada Pasal 18 ayat
(6) UUD NRI 1945 “Pemerintahan daerah
berhak menetapkan peraturan daerah dan
peraturan-peraturan

lain

untuk

melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan”.
Selanjutnya, Pasal 17 ayat (1) UU
No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah, menegaskan bahwa “daerah ber-

□ 16

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017

hak menetapkan kebijakan

d aerah un-

penempatan TKI serta program pem-

tuk menyelenggarakan

urusan

binaan dan perlindungan TKI.

pemerintahan yang menjadi kewenangan

Ketiga masalah pokok tersebut ha-

daerah. Yang dimaksud dengan “ke-

rus tercermin dalam kebijakan daerah

bijakan daerah” dalam ketentuan ini ada-

terutama dalam

lah peraturan daerah, peraturan kepala

akan di bentuk. Perlindungan di mulai se-

daerah, dan keputusan kepala daerah. Ke-

jak pra penempatan, masa penempatan,

bijakan yang dibuat oleh pemerintah dae-

sampai purna penempatan. Perlindungan

rah harus berpedoman pada

pada tahap pra penempatan mencakup

norma,

peraturan daerah yang

standar, prosedur, dan kriteria yang telah

perlindungan administratif

ditetapkan oleh pemerintah pusat. Jika

dungan teknis. Perlindungan administratis

ketentuan tersebut dilanggar, pemerintah

terkait dengan dokumen calon TKI, biaya

pusat

serta syarat-syarat kerja. Sedangkan per-

dapat

membatalkan

kebijakan

dan perlin-

lindungan teknis terkait dengan sosialisasi

pemerintah daerah.
Berdasarkan kedua ketentuan terse-

dan desiminasi informasi, peningkatan

but, pemerintah daerah dapat membentuk

kualitas calon TKI, pemenuhan hak-hak

peraturan daerah, peraturan kepala daerah,

TKI, serta pembinaan dan pengawasan.

dan/atau keputusan kepala daerah dalam

Perlindungan TKI melalui penghen-

rangka pelaksanaan urusan di bidang

tian dan pelarangan penempatan TKI

penempatan dan perlindungan TKI. Na-

dapat dilakukan dengan alasan pemerataan

mun demikian kebijakan daerah tidak

kesempatan kerja, kepentingan ketersedi-

boleh bertentangan dengan regulasi yang

aan tenaga kerja nasional,

telah ditetapkan oleh pemerintah pusat,

TKI; dan/atau jabatan/pekerjaan tertentu

dan

yang tidak sesuai dengan kemanusiaan

substansinya

harus

mengeja-

wantahkan kebijakan pemerintah pusat.

keselamatan

dan kesusilaan. Sedangkan program pem-

Salah satu kebijakan pemerintah

binaan dan perlindungan TKI pada da-

pusat yang terpenting adalah dengan

sarnya bertujuan untuk meningkatkan

ditetapkannya PP No. 3 Tahun 2013, yang

kompetensi, serta menyiapkan mental dan

menegaskan bahwa perlindungan TKI

spritual calon TKI untuk menghadapi

mulai dari pra penempatan, masa penem-

segala kemungkinan yang akan terjadi di

patan sampai dengan purna penempatan,

tempat kerja (negara tujuan). Pada tingkat

termasuk

pusat pembinaan dan pengawasan meru-

penghentian dan pelarangan

□ 17

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017

pakan kewenangan

kementerian yang

Permasalahan bagi pemerintah dae-

bertanggungjawab di bidang ketenagaker-

rah terkait dengan penempatan TKI oleh

jaan, sedangkan pada tingkat provinsi

pemerintah

menjadi

BNP2TKI, karena proses rekrutmen TKI

tanggungjawab

instansi

yang

dilaksanakan

oleh

pemerintah daerah yang bertanggungja-

tidak

wab di bidang ketenagakerjaan.

pemerintah daerah (instansi teknis), se-

melakukan

koordinasi

dengan

Pemerintah pusat bertanggungjawab

hingga pemerintah daerah tidak memiliki

penuh atas semua proses penempatan TKI

data yang valid untuk menyusun ke-

di luar negeri, mulai

dari proses

bijakan terkait dengan perlindungan TKI.2

rekrutimen calon TKI, penempatan hingga

Pasal 7 PP No. 4 Tahun 2013 mene-

pemulangan TKI ke tanah air. Tanggung-

gaskan bahwa Penempatan TKI oleh

jawab

tahap

Pemerintah dilaksanakan oleh BNP2TKI

rekruitmen terutama yang dilaksanakan

dan berkoordinasi dengan instansi teknis

oleh BNP2TKI karena secara organisasi

terkait. Instansi teknis terkait yang di-

tidak melibatkan pemerintah daerah. Se-

maksud adalah instansi teknis yang ada

dangkan penempatan TKI yang dil-

di

aksanakan

oleh PPTKIS merupakan

pemerintah provinsi maupun pemerintah

tanggungjawab bersama semua tingkatan

pusat. Koordinasi dilakukan pada tahap

pemerintah,

menempatkan

perekrutan yang meliputi pemberian in-

pemerintah kabupaten/kota sebagai ujung

formasi, pendaftaran TKI, dan seleksi

tombak untuk memberikan perlindungan

TKI.3

pemerintah

pusat

dengan

pada

pemerintah

Perlindungan

preventif (perlindungan administratif dan

kabupaten/kota,

TKI masa penem-

teknis) terhadap setiap calon TKI. Seleksi

patan di mulai sejak TKI tiba di banda-

calon TKI dilaksanakan oleh pemerintah

ra/pelabuhan negara tujuan penempatan,

kabupaten/kota, dan hasilnya disampaikan

selama bekerja, sampai kembali ke banda-

kepada

untuk

ra debarkasi Indonesia. Perlindungan ter-

rekomendasi

kelayakan

sebut menjadi tanggungjawab pemerintah

Rekomendasi

pemerintah

pemerintah

mendapatkan
calon

TKI.

provinsi

pusat

melalui

perwakilan

yang

dil-

provinsi menjadi dasar bagi pemerintah

aksanakan berdasarkan hukum posisitf

pusat untuk menyetujui penempatan TKI

Indonesia, hukum negara setempat, serta

di negara tujuan.
2

Hasil wawancara dengan pejabat pada Kantor
Disnakertrans Provinsi Sulawesi Tengah.
3
Pasal 8 dan Pasal 9 PP No. 4 Tahun 2013.

□ 18

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017

internasional

san pemerintahan yang sepenuhnya men-

dengan melibatkan pemangku kepent-

jadi kewenangan pemerintah pusat, urusan

ingan terkait. Perlindungan masa penem-

pemerintahan konkruen adalah adalah

patan

dan

urusan pemerintahan yang dibagi antara

pengawasan, bantuan dan perlindungan

Pemerintah pusat dan daerah provinsi dan

kekonsuleran, pemberian bantuanhukum,

daerah kabupaten/kota.

hukum

dan

kebiasaan

meliputi

pembinaan

pembelaan atas pemenuhanhak-hakTKI,

Pasal 9 ayat (4) UU No. 23 Tahun

perlindungan dan bantuan lainnyasesuai

2014 menyatakan urusan pemerintahan

denganketentuanperaturanperundang-

konkuren yang diserahkan ke daerah men-

undangan serta hukum dan kebiasaan in-

jadi dasar pelaksanaan otonomi daerah.

ternasional, dan upaya diplomatik.4

Urusan pemerintahan konkuren yang men-

Perubahan

rezim

undang-undang

jadi kewenangan daerah terdiri atas urusan

pemerintahan daerah berdampak langsung

pemerintahan

pada

antara

pemerintahan pilihan. Urusan pemerinta-

pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan

han wajib terdiri atas urusan pemerintahan

pemerintah kabupaten/kota. Rezim UU

yang berkaitan dengan pelayanan dasar

No. 32 Tahun 2004 berbeda dengan rezim

dan urusan pemerintahan yang tidak

undang-undang sebelumnya. Pengesahan

berkaitan dengan pelayanan dasar.

pola

hubungan

kerja

wajib

dan

urusan

UU No. 23 Tahun 2014 termasuk peru-

Pasal 12 UU No. 23 Tahun 2014

bahannya, juga berdampak pada peru-

merinci urusan pemerintahan wajib yang

bahan pola atau mekanisme hubungan

berkaitan dengan pelayanan dasar terdiri

kerja antara pusat dan daerah, terutama

atas 6 (enam) jenis urusan, urusanpe-

dalam bidang pembagian urusan.

merintahanwajibyangtidakberkai-

pemerintahan

tandengan pelayanan dasar terdiri dari 18

perspektif UU No. 23 Tahun 2015 lebih

(delapan belas) jenis urusan, dan urusan

rinci jika dibandingkan dengan UU No.

pemerintahan

32 Tahun 2004, bahkan memunculkan

(delapan) jenis urusan. Di antara pemba-

konsep baru, misalnya urusan pemerinta-

gian berbagai jenis urusan tersebut, bidang

han absolut, urusan pemerintahan konku-

ketenagakerjaan masuk dalam ranah uru-

ren, dan urusanan pemerintahan umum.

san konkuren yang bersifat wajib tetapi

Urusan pemerintahan absolut adalah uru-

tidak berkaitan dengan pelayanan dasar.

Pembagian

4

urusan

pilihan

terdiri

dari

8

Pasal 15 dan Pasal 16 PP No. 3 Tahun 2013.

□ 19

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017

Dalam lampiran UU No. 23 Tahun

masyarakat untuk bekerja di luar negeri,

2014 Tentang Pemerintahan Daerah Bagi-

maka pemerintah daerah harus memben-

an G tentang urusan pemerintahan bidang

tuk peraturan daerah yang menjadi pe-

tenaga kerja, ditegaskan bahwa urusan

doman bagi pemerintah daerah serta pihak

pemerintah provinsi adalah “perlindungan

swasta

TKI di luar negeri (pra dan purna penem-

pengiriman TKI ke luar negeri.

dalam proses rekruitmen dan

patan) di daerah provinsi”. Demikian pula

Walaupun media massa banyak

pada tingkat kabupaten/kota. Berdasarkan

memberitakan tentang adanya tindakan

ketentuan tersebut, dapat disimpulkan

penganiayaan, penipuan, pemerkosaan,

bahwa, urusan tenaga kerja, termasuk

gaji yang tidak dibayar, serta tindakan-

penempatan dan perlindungan TKI di luar

tindakan lainnya kepada calon TKI/TKI,

negeri menjadi tanggungjawab bersama

namun hal tersebut tidak mengurungkan

antara

niat warga negara Indonesia untuk bekerja

pemerintah

pusat,

pemerintah

provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.
Jika pada tataran pemerintah pusat,

di luar negeri. Secara nasional jumlah
calon TKI/TKI untuk 5 (lima) tahun tera-

pemerintah telah membentuk UU No. 39

khir

Tahun 2004 beserta peraturan pelaksa-

jumlahnya cukup signifikan dan berasal

naanya, maka sebagai wujud tanggungja-

dari seluruh wilayah provinsi di Indonesia

wab pemerintah daerah sekaligus sebagai

sebagaimana tergambar pada tabel beri-

respon

kut

terhadap

tingginya

animo

mengalami

pluktuasi,

namun

ini:

Tabel 1
Penempatan TKI di Luar Negeri Tahun 2011 s/d 2016
NO
1
2
3
4
5
6

TAHUN
2011
2012
2013
2014
2015
Jan – Agust 2016

JUMLAH TKI
586.802
494.609
512.168
429.872
275.736
153.804

Sumber data: Subbid Pengolahan Data , Bidang Pengolahan dan Penyajian Data (PUSLITFO BNP2TKI)

Tabel 2
Penempatan TKI di Luar Negeri Berdasarkan Provinsi
Tahun 2012 s/d 2015

□ 20

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017

NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

PROVINSI
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
Nusa Tenggara Barat
Lampung
Sumatera Utara
Dki Jakarta
Bali
Banten
Sulawesi Selatan
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Di Yogyakarta
Sumatera Selatan
Sulawesi Utara
Kepulauan Riau
Sumatera Barat
Sulawesi Tengah
Aceh
Jambi
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Riau
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Barat
Maluku
Bengkulu
Bangka Belitung
Maluku Utara
Papua
Kalimantan Tengah
Papua Barat
Gorontalo
Total

2012
119,620
115,456
100,368
46,245

2013
129,885
105,971
93,843
63,438

2014
105,479
92,590
78,306
61,139

2015
63,102
57,077
48,312
51,743

16,259
13,728
15,021
14,082
10,853
13,875
8,328

17,975
13,299
14,248
14,617
13,244
10,358
5,308

18,500
14,782
7,561
7,716
9,720
7,497
5,515

16,109
12,054
1,212
4,869
4,257
2,348
3,307

2,607
4,620
1,874
1,742
1,427
1,176
820
762
747
797
959
459
641
625
353
317
144
44
47
67
75
46
494,609

10,091
4,967
2,662
1,543
1,540
1,639
1,066
910
934
888
716
717
689
542
325
334
110
56
110
60
54
29
512,168

5,190
3,808
1,958
1,076
1,223
1,227
896
951
835
711
449
868
423
450
312
319
49
121
48
69
47
37
429,872

2,221
1,856
1,403
428
804
789
586
786
528
422
179
556
135
132
78
294
22
85
8
24
6
4
275,736

Sumber data: Subbid Pengolahan Data , Bidang Pengolahan dan Penyajian Data (PUSLITFO BNP2TKI)

Salah satu indikator keseriusan

Faktanya,

baru

sebagian

kecil

pemerintah daerah dalam bidang perlin-

pemerintah daerah yang memiliki p