REGIONAL GOVERNMENT'S RESPONSIBILITY TO THE PROTECTION OF INDONESIAN WORKER EMPLOYED (TKIs) ABROAD (Review of Human Rights Perspective)
TALREV
Volume 2 Issue 1, June 2017: pp. 1-24. Copyright ©2017 TALREV.
Faculty of Law Tadulako University, Palu, Central Sulawesi, Indonesia.
ISSN: 2527-2977 | e-ISSN: 2527-2985.
Open acces at: http://jurnal.untad.ac.id/index.php/TLR
TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH DAERAH TERHADAP
PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DI LUAR NEGERI
(Kajian dari Perspektif Hak Asasi Manusia)
REGIONAL GOVERNMENT'S RESPONSIBILITY TO THE PROTECTION OF
INDONESIAN WORKER EMPLOYED (TKIs) ABROAD
(Review of Human Rights Perspective)
Asri Lasatu
Faculty Of Law Tadulako University
JL. Soekarno Hatta KM. 9 Palu, Central Sulawesi, Indonesia
Telp./Fax: +62-451-45446 Email: asrilasatu@gmail.com
Submitted: Des 01, 2016; Reviewed: Dec 28, 2016; Accepted: Jun 05, 2017
Abstrak
Tujuan pembentukan NKRI adalah melindungi dan mewujudkan kesejahteraan warganegara. Olehnya, tanggungjawab utama pemerintah adalah memberikan perlindungan
dan jaminan kepada setiap warga negara untuk mendapat pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan. Keterbatasan lapangan kerja dalam negeri yang
didukung animo masyarakat untuk bekerja diluar negeri, harus di respon secara positif
oleh pemerintah, dengan membentuk regulasi baik ditingkat pusat maupun daerah.
Penelitian ini akan menelaah peran dan tanggungjawab pemerintahan daerah sebagai
upaya perlindungan hukum terhadap TKI yang bekerja di luar negeri. Penelitian ini
merupakan penelitian hukum normatif dengan pendekatan perundang-undangan dan
pendekatan konsep dan dianalisa secara kwalitatif untuk memberikan preskritif terhadap isu hukum yang menjadi objek kajian penelitian. Hasil penelitian menunjukan
bahwa tanggungjawab pemerintah daerah terutama pada tahap pra penempatan, purna
penempatan, dan tahap pemberdayaan purna penempatan TKI., sedangkan penempatan
TKI merupakan tanggungjawab pemerintah pusat. Pelaksanaan tanggungjawab
pemerintah daerah harus didukung oleh regulasi yang dibentuk oleh pemerintah daerah.
Kata Kunci: Tanggung Jawab Pemerintah; Tenaga Kerja Indonesia
Abstract
The purpose of the establishment of the Republic of Indonesia is to protect and realize
the welfare of citizens. Therefore, the main responsibility of the government is to provide protection and guarantee to every citizen to get a job and a decent living for humanity. Limitations of domestic employment, as well as the public's desire to work overseas, should be responded positively by the government, by formulating regulations
both at the central and regional levels. This study will examine the roles and responsibilities of local governments as an effort the law protection against Indonesian Migrant
Worker working abroad.This research is a normative legal research with approach of
legislation and concept approach and analyzed qualitatively to give perspective on legal issue to the object of this research study. The results show that the responsibility of
□1
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
local government, especially in the pre-placement, post-placement, and empowerment
phase of placement of migrant workers, while the placement of migrant workers is the
responsibility of the central government. Implementation of local government responsibilities should be supported by regulations established by local governments.
Keywords: Government responsibility; Indonesian Migrant Worker
PENDAHULUAN
Bekerja merupakan salah satu Hak
yang sepadan dengan martabat keman-
Asasi Manusia (HAM) yang melekat pada
usiaannya berhak atas upah yang adil
diri seseorang yang wajib dijunjung ting-
sesuai dengan prestasinya dan dapat
gi, dihormati, dan dijamin penegakannya.
menjamin
Jaminan tersebut telah tertuang dalam
keluarganya.
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945).
kelangsungan
kehidupan
Pelaksanaan hak-hak warga negara
untuk bekerja di luar negeri harus
Bentuk perhatian pemerintah ter-
mendapat jaminan perlindungan hukum
hadap pengakuan dan perlindungan HAM,
oleh pemerintah, bahwa tidak akan terjadi
ditindaklanjuti dengan pembentukan UU
perdagangan manusia, perbudakan, tindak
No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
kekerasan, serta perlakuan lain yang me-
Manusia. Pasal 38 menegaskan bahwa:
langgar hak asasi manusia. Olehnya perlu
1. Setiap warga negara, sesuai dengan
sinergitas dan upaya terpadu antara in-
bakat, kecakapan, dan kemampuan,
stansi pemerintah baik pusat dan daerah.
berhak atas pekerjaan yang layak.
Pada dasarnya penempatan dan perlin-
2. Setiap orang berhak dengan bebas
memilih pekerjaan yang disukainya dan
berhak
pula
atas
syarat-syarat
ketenagakerjaan yang adil.
dungan TKI di luar negeri merupakan
kewenangan pemerintah pusat karena
berkaitan dengan hubungan antar negara.
Namun pemerintah pusat tidak dapat bertindak sendiri, olehnya perlu keterlibatan
3. Setiap orang, baik pria maupun
wanita yang melakukan pekerjaan yang
sama, sebanding, setara atau serupa,
berhak atas upah serta syarat-syarat
perjanjian kerja yang sama.
4. Setiap orang, baik pria maupun
wanita, dalam melakukan pekerjaan
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, serta swasta.
Penempatan TKIdi luar negeri
merupakan wewenang pemerintah pusat
yang dilakukanatas dasar perjanjian
secara tertulis yang dilakukan antara
pemerintah pusat (diwakili oleh men-
□2
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
dan
kewenangan
pemerintah
provin-
regulasi
oleh
teri dan dapat didelegasikan kepada
BNP2TKI)
denganpemerintahnegarapengguna TKI atau
pemerintah
pusat denganpenggunaberbadanhukum di
negara tujuan penempatan.1 Dengan
demikian tanggungjawab pemerintah
daerah terbatas pada proses rekruitmen
dan tahap pemberdayaan purna penempatan TKI. Olehnya, dibutuhkan koordinasi antar tingkatan pemerintahan pada
semua tahapan, demi terwujudnya
sinergitas program dan kebijakan
pemerintah yang bermuara pada perlindungan TKI secara optimal.
Keterlibatan pemerintah provinsi
ru-paru
dan pemerintah kabupaten/kota diharap-
majikannya di Arab Saudi. Kasus Suyanti,
kan sebagai ujung tombak pemerintah da-
19 tahun, yang ditemukan tak sadarkan
lam menyeleksi dan mempersiapkan calon
diri setelah dianiaya majikannya di Ma-
TKI, baik segi mental maupun keterampi-
laysia pada tanggal 21 Desember 2016.
lan yang menjadi modal calon TKI beker-
Berbagai upaya telah dilakukan oleh
ja di luar negeri. Untuk menegaskan
pemerintah untuk mengeliminir kasus-
kewenangan sekaligus sebagai legalitas
kasus TKI di luar negeri. Upaya diplomasi
pemerintah daerah dalam mengatur dan
dengan menjalin kerjasama dengan negara
mengurus penempatan dan perlindungan
tujuan penempatan TKI, evaluasi/larangan
calon TKI/TKI yang bekerja di luar
pengiriman TKI ke negara tertentu, mora-
negeri, pemerintah daerah perlu menyusun
torium pengiriman TKI,
regulasi baik dalam bentuk peraturan dae-
bijakan
rah provinsi/ peraturan daerah kabupat-
sektor informal (pembantu rumah tangga)
en/kota, peraturan gubernur/ peraturan
yang dianggap memiliki tingkat kera-
bupati/walikota,
wanan sangat tinggi terjadinya kekerasan
keputusan
gubernur/
keputusan bupati/walikota, atau pigur
hukum lainnya sesuai dengan kebutuhan
si/kabupaten/kota.
Pembentukan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah
bertujuan untuk meningkatkan perlindungan hukum terhadap calon TKI/TKI
yang akan bekerja di luar negeri. Namun
faktanya, masih banyak terjadi kasus TKI,
terutama pada tahap penempatan TKI.
Tahun 2011, Kasus Sumiati, 23 tahun,
TKI asal NTB yang menderita luka-luka
di bagian muka dan menjalani operasi pasetelah
disiksa
penghentian
oleh
istri
hingga ke-
pengiriman
TKI
terhadap mereka oleh majikannya.
Tahun 2016, Pemerintah Indonesia
melalui kementerian tenagakerja berencana untuk memperbanyak pengiriman
1
Pasal 2 PP No. 3 Tahun 2013
□3
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
TKI sektor formal ke berbagai negara. Hal
baik yang ada dalam wilayah Negara Re-
ini dilakukan agar aspek perlindungan dan
publik Indonesia maupun yang ada di luar
kesejahteraan TKI dapat meningkat secara
wilayah Indonesia (luar negeri)
optimal. Olehnya, setiap tahun pemerintah
Keterbatasan lapangan kerja dalam
mengupayakan peningkatan kualitas tena-
negeri yang berbanding terbalik dengan
ga kerja yang akan bekerja di luar negeri.
jumlah angkatan kerja, menyebabkan
Periode tahun 2011 – 2014, menunjukan
tenaga kerja mencari alternatif lain dengan
bahwa prosentase pengiriman TKI formal
mengadu nasib bekerja di luar negeri.
terus meningkat jika dibandingkan dengan
Tindakan bekerja di luar negeri sebagai
TKI Informal. Tahun 2011 jumlah TKI
TKI bukanlah pilihan yang dikehendaki
586.802 terdiri dari 266.191 (45%) TKI
oleh TKI, tetapi demi memenuhi kebu-
formal dan 320.611 (55%) TKI Informal.
tuhan hidup dirinya beserta keluarganya,
Tahun 2012 jumlah TKI 494.609 terdiri
mengharuskan para TKI rela menerima
dari 258.411 (52%) TKI formal dan
dan menjalani hidup sebagai TKI di luar
236.198 (48%) TKI informal. Tahun
negeri.
2013, jumlah TKI 512.168 terdiri dari
Di sisi lain, pemerintah tidak dapat
285.297 (56%) TKI formal dan 226.871
melarang/menghalangi warga negara un-
(44%) TKI informal. Tahun 2014 jumlah
tuk mencari pekerjaan di luar negeri, ka-
TKI 429.872 terdiri dari 247.610 (58%)
rena bekerja merupakan hak setiap warga
TKI formal dan 182.262 (42%) TKI in-
negara yang telah dijamin oleh konstitusi.
formal.
Ketidakmampuan
Perlindungan
terhadap
calon
pemerintah
diakan lapangan kerja
menye-
dalam negeri,
TKI/TKI oleh pemerintah pusat dan
mengharuskan pemerintah membuka kran
pemerintah daerah sejalan dengan tujuan
bagi warganya untuk bekerja di luar
pembentukan Negara Kesatuan Republik
negeri. Adanya lowongan kerja di luar
Indonesia sebagaimana tertuang dalam
negeri dan besarnya animo masyarakat
pembukaan UUD NRI 1945 alinea ke tiga,
untuk bekerja di luar negeri, harus dire-
yakni “. . . melindungi segenap Bangsa
spon secara positif oleh pemerintah.
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indo-
Olehnya, pemerintah baik pada tingkat
nesia, . . ..” Tujuan negara tersebut ber-
pusat maupun di daerah, harus menyusun
makna
strategi dan kebijakan yang menguta-
tanggungjawab
negara
dalam
memberikan perlindungan bagi warganya
makan
perlindungan
calon
TKI/TKI.
□4
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
Keberpihakan pemerintah pada perlindungan calon TKI/TKI tidak boleh ternodai oleh kepentingan ekonomi/bisnis,
kepentingan politik, kepentingan hub-
Pembahasan
Konsep HAM dan Kaitannya dengan
Perlindungan Tenaga Kerja.
ungan bilateral, atau kepentingan lainnya.
HAM adalah hak –hak yang dimiliki
manusia semata-mata karena ia manusia.
Permasalahan
Berdasarkan
latar
Umat manusia memilikinya bukan karena
adalah
diberikan kepadanya oleh masyarakat atau
Bagaimanakah tanggungjawab pemerintah
hukum positif, melainkan semata-mata
daerah terhadap perlindungan TKI yang
berdasarkan martabatnya sebagai manusia.
belakang,
uraian
pada
permasalahannya
bekerja di luar negeri?.
Istilah Hak Asasi Manusia merupakan terjemahan dari istilah droit de
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
I’homme (bahasa prancis) yang berarti
penelitian normatif, yaitu suatu proses un-
hak-hak manusia atau human rights (ba-
tuk menemukan suatu aturan hukum, prin-
hasa Inggris) atau mensenrechten (bahasa
sip-prinsip
Belanda).
hukum,
maupun
doktrin-
doktrin hukum untuk menjawab permasa-
Menurut D.F. Schelten
dalam
lahan hukum yang dihadapi.Penelitian
bukunya men en mensenrechten, mem-
hukum
untuk
bedakan antara mensenrechten (Hak Asasi
dil-
Manusia) dengan grondrechten (hak dasar
aksanakandengan menelaah bahan hukum
manusia). Perbedaan keduanya menurut
dan bahan non hukum yang terkait dengan
Aswanto:
kedudukan TKI dari perspektif HAM serta
normatif
menemukan
dilakukan
argumentasi,
yang
tanggungjawab pemerintah daerah terhadap perlindungan TKI yang bekerja di
luar negeri. Hasil penelitian dianalisa
secara
kualitatif
untuk
memberikan
preskriptif terhadap isu hukum yang menjadi objek penelitian.
Hak dasar diambil dari terjemahan
grondrechten merupakan hak yang
diperoleh seseorang, karena menjadi
warga negara dari suatu negara. Dasar
dari hak dasar berasal dari negara ,
bersifat domestik dan tidak bersifat
universal.
□5
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
Hak asasi, berasal dari terjemahan
UUD NRI 1945, merupakan conditio sine
Mensen rechten ialah hak yang di-
quanon dalam rangka perlindungan dan
peroleh seseorang kaena dia manusia
penegakan HAM. Demikian selanjutnya
dan bersifat universal. Sedangkan di
perlindungan
Indonesia antara hak dasar dan hak
merupakan conditio sine quanon negara
asasi tidak dibedakan dan disebut
hukum, sebagaimana disebutkan oleh As-
dengan Hak Asasi Manusia.
wanto
Singkatnya bahwa HAM berasal
dari
istilah
grondrechten.
dan
mensenrechten
Mensenrechten
(HAM)
adalah hak yang diperoleh seseorang karena ia dilahirkan sebagai manusia. Jadi
sumbernya adalah Tuhan dan sifatnya
universal. Namun grondrechten (hak dasar) adalah hak yang diperoleh seseorang
karena ia menjadi warga negara dari suatu
negara. Sumbernya adalah negara dan sifatnya domestik.
dan
bahwa
penegakan
suatu
negara
HAM
dapat
dikatakan sebagai negara hukum apabila
negara tersebut memberikan jaminan perlindungan
dan
penghargaan
HAM,
demikian pula pendapat Immanuel Kant
bahwa untuk dapat disebut sebagai negara
hukum (rechtsstaat) harus memenuhi dua
unsur pokok yaitu adanya perlindungan
HAM dan adanya pemisahan kekuasaan
dalam negara. Pendapat senada juga
diungkapkan oleh J.B.J.M. ten Berge yang
membahas duet integral prinsip-prinsip
negara hukum dan prinsip-prinsip demo-
Hak Asasi Manusia (human rights)
krasi, bahwa salah satu prinsip-prinsip
yang secara universal diartikan sebagai
negara hukum adalah adanya “perlin-
those rights which are inherent in our na-
dungan HAM”, demikian pula pendapat
ture and without which we cannot live as
human being oleh masyarakat di dunia
perumusan dan pengakuannya telah diperjuangkan dalam kurung waktu yang
sangat panjang. Bahkan sampai saat ini
dengan berbagai dimensi permasalahan
yang muncul karena berbagai sfektrum
penafsiran yang terkait di dalamnya.
Pengaturan HAM dalam UUD NRI
H.D. van Wijk/Willem
Konijnenbelt,
bahwa prinsip rechtstaat adalah terdapat
hak-hak manusia yang sangat fundamental. Sedangkan dalam sistem anglo saxon
menurut A.V. Dicey mengemukakan ada
3 (tiga) unsur rule of law yaitu : supremacy of the law, equality before the law, terjaminnya hak-hak manusia oleh undangundang (di negara lain oleh UUD).
1945 yang dijawantahkan dalam berbagai
peraturan perundang-undangan dibawah
□6
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
Mengkaji HAM (tenaga kerja)) tid-
menjamin hak bekerja, seperti dalam had-
ak dapat dilepas dari kajian HAM secara
its, yang artinya “ Berilah pekerja itu
umum. Perlindungan terhadap HAM dapat
upahnya sebelum kering keringatnya.”
ditelusuri dalam konsep hukum Islam,
(HR. Ibnu Majah)
Hukum Internasional dan hukum positif.
HAM dalam pandangan hukum in-
HAM dalam konsep Islam telah ada sejak
ternasional terjadi di Inggris pada tanggal
kelahiran Islam itu sendiri. Dalam Al-
15 Juni 1215 yang ditandai dengan lahirn-
Qur’an banyak ayat-ayat yang menjelas-
ya Piagam Magna Charta. Prinsip dasar
kan
HAM
yang dicetuskan para bangsawan Inggris
khusunya hak untuk bekerja. Surat Al-
antara lain memuat: pertama kekuasaan
Mulk 15. Intinya bumi diciptakan Allah
raja harus dibatasi, kedua HAM
untuk kebaikan manusia tetapi manusia
penting dari pada kedaulatan raja. Tak
harus mengambil inisiatif sendiri secara
seorangpun dari warga negara merdeka
bebas untuk menentukan pilihan terhadap
dapat
pekerjaanya.
kekayaannya atau diperkosa atau diasing-
pentingnya
penegakan
َّ م َج َّلَ َج ِي
ُذلا َو
جَّل ا ُشوم جَ ج جو ج َّ َّض اا ِ ج
َّ ِجيبج وَ ون جا جا َََِّّلا وي ِِ و ِرْو و جا وُ ج َِ و ا ب
َّ ذل
Dialah yang menjadikan bumi itu
ditahan
atau
dirampas
lebih
harta
kan, atau dengan cara apapun diperkosa
hak-haknya, kecuali berdasarkan pertimbangan hukum.
mudah bagi kamu, maka berjalanlah di
segala penjurunya, dan makanlah sebagian dari rejeki-Nya. Dan hanya ke padaNya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan." – (QS.67:15)
Islam tidak hanya menempatkan
bekerja sebagai hak, tetapi juga sebagai
kewajiban. Bekerja merupakan kehormatan yang perlu dijamin, sebagaimana
sabda Nabi Muhammad SAW yang
artinya: “Tidak ada makanan yang lebih
baik yang dimakan seseorang daripada
makanan yang dihasilkan tangan sendiri.”
(HR Bukhari). Di samping itu, Islam juga
Perlindungan Tenaga Kerja dalam Perspektif Instrumen Hukum Internasional
Beberapa Instrumen hukum internasional yang mengatur masalah perlindungan tenaga kerja baik yang berstatus
soft law maupun hard law. Dalam kajian
ini, dibatasi pada instrumen hukum internasional yang sudah diratifikasi, antara
lain Universal Declaration of Human
Rights (UDHR) atau Deklarasi Umum tentang Hak Asasi Manusia (DUHAM), International Covenant on Civil and Political Rights/ICCPR) atau Konvensi Inter□7
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
nasional tentang Hak-Hak SipilDan Poli-
dan libur berkala dengan tetap menerima
tik, (International Covenant on Econom-
upah.
ICESCR
ic, Social, and Cultural Rights/ ICESCR)
yang
mulai
berlaku
atau Konvensi Internasional tentang Hak-
padatanggal 3Januari 1976 atau berlaku
HakEkonomi,Sosial,Dan
Budaya
tiga bulan setelah tanggal disimpannya
(EKOSOB), serta Convention On The
instrumen ratifikasi atau aksesi yang ke-
Protection Of The Rights Of All Migrant
tigapuluh lima pada Sekretaris Jendral
Workers And Members Of Their Families
PBB, mengatur hak-hak pekerja, antara
(CMW)
atau
(Konvensi
Internasional
Mengenai Perlindungan Hak-Hak Seluruh
lain :
Pengakuan atas hak pekerjaan dan
Pekerja Migran Dan Anggota Keluargan-
kesempatan mencari nafkah melalui
ya)
pekerjaan yang dipilih secara bebas
Hak
TKI
berdasarkan
Kovenan
UDHR, ICESCR, dan ICCPR
(Pasal 6).
kondisi
UDHR yang di deklarasikan pada
yang sehat, kesempatanan untuk di-
(ICESCR). Secara umum keseluruhan
promosikan kejenjang yang lebih
pasal tersebut berkaitang dengan tenaga
tinggi berdasarkan senioritas dan ke-
kerja. Namun, beberapa pasal penting da-
mampuan, istirahat, liburan dan pem-
lam UDHR yang berkaitan dengan eksis-
batasan jam kerja yang wajar (Pasal
tensi tenaga kerja, antara lain Pasal 4 tenberkumpul
dan
berserikat,Pasal 22 tentang hak atas jaminan sosial, Pasal 23 tentang hak atas
kebebasan memilih pekerjaan, menentukan
syarat-syarat
perburuhan,
dan
mendapat upah layak, Pasal 24 tentang
hak untuk istirahat, pembatasan jam kerja,
dan
beserta keluarganya, kondisi kerja
tik, serta hak ekonomi, sosial dan budaya
untuk
adil
kehidupan yang layak bagi mereka
meliputi hak sipil (ICCPR) dan hak poli-
hak
yang
jamin pembayaran upah yang adil,
pasal yang berisi sederetan HAM, yang
tang
kerja
menguntungkan dalam rangka men-
tanggal 10 Desember 1948 terdiri dari 30
tang larangan perbudakan, Pasal 20 ten-
Hak setiap orang untuk menikmati
7).
Hak setiap pekerja untuk membentuk
serikat pekerja, federasi serikat pekerja atau konfederasi serikat pekerja,
hak serikat pekerja untuk bertindak
bebas sepanjang tidak dilarang oleh
hukum negara yang bersangkutan, dan
hak pekerja untuk mogok (Pasal 8).
□8
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
Hak setiap orang (pekerja) untuk
orang yang ditahan atas perintah
mendapatkan jaminan sosial (pasal 9).
yang sah dari pengadilan, atau pada
Sedangkan dalam ICCPR yang juga
orang yang tengah menjalani pem-
berlaku tiga bulan setelah tanggal disim-
bebasan bersyarat dari penahanan
pannya instrumen ratifikasi atau aksesi
tersebut;
yang ketiga puluh lima pada Sekretaris
ii) Setiap kewajiban kemiliteran-
Jendral PBB,
telah mengatur hak-hak
dan, dinegara-negara yang man-
pekerja antara lain Pasal 8 yang menegas-
gakui adanya keberatan atas dasar
kan bahwa:
keyakinan
1.
Tidak seorangpun dapat diperbudak;
kewajiban nasional yang ditetapkan
perbudakan dan perdagangan budak
berdasarkan
dalam segala bentuknya harus dil-
keyakinan tersebut;
arang;
iii) Setiap tugas yang dituntut untuk
Tidak seorang pun dapat diperham-
dilakukan dalam keadaan darurat
bakan.
atau bencana yang mengancam ke-
(a) Tidak seorang pun dapat di-
hidupan
wajibkan untuk melakukan kerja
masyarakat;
paksa atau kerja wajib;
iv) Setiap pekerjaan atau jasa yang
2.
3.
(b)
Ayat
3
menghalangi
pelaksanaan
kerja
kewajiban umum warga Negara.
hukumandengankerjapaksa dapat dijatuhkan sebagai hukuman terhadap
kejahatan;
keperluan
ayat
ini,
pengertian "kerja paksa atau kerja
wajib" tidak boleh mencakup:
i) Setiap pekerjaan atau jasa yang
tidak disebutkan dalam subayat(b),
biasanya
kesejahteraan
merupakan bagian dari kewajiban-
wenang, di negara-negara di mana-
yang
atau
mengenai
boleh
dijatuhkansuatupengadilanyangber-
Bagi
hukum
setiap
tidak
(a)
paksa sebagai akibat hukuman yang
(c)
seseorang,
diwajibkan
pada
Hak TKI dalam Kovenan CMW.
Secara khusus perlindungan buruh
migran telah diatur dalam Convention on
the Protection of The Rights of All Migrant Workers and Members of Their
Families (CMW), yang disahkan Melalui
Resolusi Majelis Umum PBB 45/158 pada
Tanggal 18 Desember 1990. CMW atau
Konvensi Internasional Mengenai Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran
dan Anggota Keluarganya telah diratifi-
□9
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
kasi Indonesia pada Tanggal 2 Mei 2012,
dalam konvensi ini
tanpa diskriminasi.
melalui UU No. 6 Tahun 2012.
Pekerja migran dan anggota keluarganya
pembentukan
harus bebas untuk meninggalkan negara
Kovenan CMW adalah untuk melindungi
mana pun, termasuk negara asal mereka.
kepentingan para pekerja ketika mereka
Hak ini tidak boleh dibatasi kecuali se-
dipekerjakan di negara-negara yang bukan
bagaimana ditetapkan oleh hukum, diper-
negaranya sendiri. Ditegaskan bahwa
lukan untuk melindungi keamanan na-
Konvensi ini berlaku (kecuali jika diten-
sional, ketertiban umum, kesehatan dan
tukan sebaliknya) bagi seluruh pekerja
moral umum, atau hak-hak dan kebeba-
migran dan anggota keluarganya tanpa
san-kebebasan orang lain, dan yang sesuai
pembedaan apa pun seperti jenis kelamin,
dengan hak-hak lain yang diakui dalam
ras, warna kulit, bahasa, agama atau ke-
konvensi
percayan, pendapat politik atau lain-lain,
pekerja migran dan anggota memiliki hak
kebangsaan, asal-usul etnis atau sosial,
untuk memasuki dan tinggal di negara
kewarganegaraan,
asalnya setiap saat.
Salah
satu
alasan
usia,
kedudukan
ekonomi, kekayaan, status perkawinan,
ini.
Demikian
Singkatnya,
hukum
sebaliknya,
harus
status kelahiran atau lain-lain. Selain itu,
melindungi hak-hak pekerja migran beser-
konvensi
proses
ta keluarganya. Tidak seorang pun dian-
migrasi para pekerja migran dan anggota
tara mereka dijadikan sasaran penyiksaan,
keluarganya, yang terdiri atas persiapan
penghukuman yang kejam, atau tindakan
untuk migrasi, keberangkatan, transit dan
lainnya yang tidak manusiawi dan meren-
keseluruhan masa tinggal dan aktivitas
dahkan martabat kemanusiaan seperti per-
yang dibayar di negara tujuan kerja, dan
budakan/perhambaan, kerja paksa atau
juga kembalinya ke negara asal atau nega-
kerja wajib termasuk hak atas kebebasan
ra tempat tinggal mereka.
berpikir, berkeyakinan, berbicara, ber-
ini
berlaku
Negara-negara
selama
pihak
berupaya,
pendapat,
berekspresi, serta hak untuk
sesuai dengan instrumen-instrumen inter-
tidak dirampas harta bendanya secara
national tentang HAM untuk menghormati
sewenang-wenang, serta hak-hak lainnya.
dan memastikan semua pekerja migran
dan anggota keluarganya dalam wilayahnya atau yang tunduk pada yuridiksinya memperoleh hak-hak yang diatur
Perlindungan Tenaga Kerja dalam Perspektif Hukum Positif
Perlindungan tenaga kerja baik di
dalam negeri maupun di luar negeri, sudah
□ 10
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
menjadi issue internasional, dan menjadi
dengan
tanggungjawab masyarakat internasional.
dengan negara tujuan pengiriman TKI.
hubungan
bilateral
Indonesia
Mobilisasi tenega kerja (buruh migran)
dari negara-negara sedang berkembang
Bekerja sebagai Hak Konstitusional
Salah satu tugas pemerintah yang
menuju negara yang maju mewarnai hubungan bilateral antar negara. Masalah tidak hanya dirasakan oleh negara pengirim
buruh migran, tetapi terkadang dampaknya juga akan dirasakan oleh negara penerima (tujuan) buruh migran. Olehnya,
banyak
lembaga
internasional
mem-
berikan perhatian khusus, termasuk lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa. Buruh
migran tidak hanya sebatas hubungan ker-
terkandung dalam pembukaan UUD NRI
1945 adalah mewujudkan kesejahteraan
setiap warga negara. Untuk mewujudkan
kesejahteraan
luas, akan bersentuhan dengan aspek
hukum misalnya terjadinya penipuan dalam pengiriman buruh migran, human
trafficking, tindakan diskriminatif, kekerasan dan lain-lain. Demikian selanjutnya,
buruh migran akan berdampak aspek
ekonomi,
sosial, budaya, maupun hub-
Pada tataran Indonesia, Penempatan
dan Perlindungan TKI di luar negeri juga
untuk
didiskusikan
karena
keberadaan TKI di luar negeri selain sebagai pahlawan devisa negara, dan ujung
tombak
dalam
memenuhi
maka
hidup setiap individu, melalui upaya
penyediaan lapangan kerja dan memberikan hak dan kesempatan yang sama
kepada setiap warga negara untuk bekerja.
Bekerja merupakan hal yang paling
esensial dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup setiap warga negara. Olehnya,
negara memberikan jaminan bahwa setiap
warga negara mempunyai hak untuk
memperoleh pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan. Jaminan
tersebut tertuang Pada Pasal 27 ayat (2)
UUD NRI 1945.
Pasal ini disatu sisi
memberikan jaminan kepada setiap warga
ungan bilateral antar negara.
menarik
negara,
pemerintah harus memenuhi kebutuhan
ja antara seorang buruh dengan majikan di
negara tujuan. Tetapi, dampak yang lebih
warga
kebutuhan
hidup keluarganya, juga terkait langsung
untuk mendapatkan pekerjaan yang layak,
dan
pada
sisi
lainnya
merupakan
kewajiban bagi pemerintah untuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi setiap
warga negara, dengan catatan bahwa
penggunaan tenaga kerja asing tidak akan
menghilangkan hak warga negara Indonesia untuk memperoleh pekerjaan yang
layak.
□ 11
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
Hak untuk bekerja dan mendapat
luar negeri. Kebijakan tersebut sangat di-
imbalan yang layak dipertegas lagi pada
lematis dan merupakan pilihan pahit bagi
Pasal 28D ayat (2) “Setiap orang berhak
pemerintah, karena tanggungjawab se-
untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
makin berat untuk memberikan perlin-
perlakuan yang adil dan layak dalam hub-
dungan dan pengawasan terhadap TKI
ungan kerja”. Pasal ini menjamin bahwa
yang bekerja di luar negeri. Olehnya,
setiap orang yang bekerja dijamin untuk
pengiriman TKI ke luar negeri sebagai
mendapatkan imbalan dan perlakuan yang
salah satu pengejawantahan pemenuhan
adil (nondiskriminatif) dalam hubungan
hak konstitusional warga negara, harus di
kerja. Dengan demikian penggunaan tena-
ikuti
ga kerja asing di daerah telah dijamin oleh
pengawasan baik pada tahap pra penem-
Konstitusi, sekaligus sebagai konsekuensi
patan, selama penempatan, purna penem-
yuridis keikutsertaan Indonesia dalam
patan
keanggotaan WTO. Namun demikian
penempatan.
dengan
hingga
upaya
pembinaan
pemberdayaan
dan
purna
pengaturan penggunaan tenaga kerja asing
tetap dalam nuansa dan kerangka UndangUndang Dasar Negara RI Tahun 1945.
Berdasarkan ketentuan Pasal 27ayat
(2) dan Pasal 28D ayat (2), dapat disimpulkan bahwa tidak ada alasan bagi
pemerintah untuk
tidak menyediakan
lapangan kerja bagi seluruh warga negera,
serta imbalan yang diterima dari pekerjaan
tersebut layak dan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya beserta
keluarganya.
Pemenuhan hak konstitusional warga negara di satu sisi, dan ketidakmampuan pemerintah menyediakan lapangan kerja dalam negeri di sisi lain, mengharuskan
pemerintah membuat kebijakan dengan
mengizinkan warganya untuk bekerja di
Pengaturan TKI dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
merupakan
undang-
undang pokok, sehingga masalah TKI
hanya di atur dalam dua pasal, dan selanjutnya di delegasikan untuk membentuk
undang-undang tersendiri, dengan tujuan
agar pengiriman TKI ke luar negeri benarbenar diatur secara detail dan lengkap,
demi terwujudkan perlindindungan TKI
mulai dari pra penempatan sampai pada
tahap purna penempatan. Perlindungan
TKI tidak sebatas perlindungan hukum,
tetapi menyangkut perlindungan semua
aspek, termasuk aspek hubungan bilateral
Indonesia dengan negara tujuan penempatan TKI. Berdasarkan pertimbangan ter□ 12
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
sebut,
pemerintah
merekomendasikan
Perlindungan TKI berdasarkan UU No.
bahwa penempatan TKI di luar negeri ha-
39 Tahun 2004 Tentang Penempatan
rus
undang-undang
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indo-
tersendiri. Rekomendasi tersebut sebagai
nesia di Luar Negeri beserta Peraturan
delegasi Pasal 34 UU No. 13 Tahun 2003
Pelaksanaannya
diatur
yang
dengan
menegaskan
bahwa
“ketentuan
mengenai penempatan tenaga kerja di luar negeri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 33 huruf b di atur dengan undangundang”. Sedangkan Pasal 33 mengatur
bahwa penempatan tenaga kerja terdiri
Penempatan tenaga kerja di dalam
negeri; dan
No. 13 Tahun 2003, maka pada tanggal 18
Oktober 2004 telah diundangkan UU No.
39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di
Luar Negeri. Undang-undang ini merupa-
dari:
Sebagaimana amanat Pasal 34 UU
Penempatan tenaga kerja di luar
negeri.
Penjelasan Pasal 34 di sebutkan
bahwa sebelum undang-undang mengenai
penempatan tenaga kerja di luar negeri di
undangkan, maka segala peraturan perundangan yang mengatur penempatan tenaga
kerja di luar tetap berlaku. Penjelasan
Pasal 34 tersebut, menindikasikan bahwa
pemerintah sangat intens memperhatikan
keberadaan TKI, tidak hanya dari aspek
ekonomi (pendapatan TKI), tetapi dari
aspek perlindungan hukumnya jauh lebih
penting, karena hal tersebut tidak hanya
berkaitan dengan harkat dan martabat
manusia tetapi juga menyangkut martabat
dan pencitraan Bangsa Indonesia di mata
dunia.
kan lex sehingga segala permasalahan
TKI, termasuk pembentukan peraturan
perundang-undangan di bawahnya harus
berpedoman pada undang-undang a quo,
termasuk pembentukan regulasi di tingkat
daerah.
Dasar pembentukan UU No. 39 Tahun 2004 antara lain bahwa tenaga kerja
mempunyai hak yang sama untuk bekerja
baik di dalam maupun di luar negeri,
bahwa TKI di luar negeri sering menjadi
objek perbudakan dan mendapat tindakan
sewenang-wenang, bahwa negara wajib
menjamin hak asasi TKI, dan terpenting
bahwa penempatan tenaga kerja di luar
negeri
merupakan
upaya
untuk
mewujudkan hak dan kesempatan yang
sama. Olehnya, harus dilakukan secara
terpadu antar instansi pemerintah baik
pusat maupun daerah, serta perlu adanya
peran serta masyarakat dalam rangka
□ 13
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
meningkatkan perlindungan hukum bagi
calon TKI/TKI yang bekerja di luar
Program pembinaan dan perlindungan
TKI.
negeri.
Khusus penempatan TKI yang dil-
Keseriusan pemerintah pusat dalam
aksanakan oleh pemerintah telah dibentuk
mengatur dan mengurus calon TKI/TKI di
Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun
tandai dengan pembentukan PP No. 3 Ta-
2013 Tentang Tata Cara Penempatan
hun 2013 tentang Perlindungan Tenaga
Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri
Kerja Indonesia di Luar Negeri, yang
oleh Pemerintah.
merupakan amanat Pasal 80 ayat (2),
Jika dikaitkan dengan ketentuan
Pasal 81 ayat (3), dan Pasal 84 UU N0. 39
Pasal 10 UU No. 39 Tahun 2004, maka PP
Tahun 2004 serta dalam rangka mem-
No. 4 Tahun 2013 hanya mengatur pihak
berikan perlindungan Tenaga Kerja Indo-
pemerintah, artinya PP tersebut tidak
nesia mulai dari pra penempatan, masa
mengikat pelaksana TKI swasta.
penempatan sampai dengan purna penem-
Kedudukan peraturan daerah, secara
patan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
hirarki tidak mengikat pelaksana penem-
77 ayat (2) Undang-Undang Nomor 39
patan TKI
Tahun 2004 tentang Penempatan dan Per-
yang merupakan lembaga vertikal), na-
lindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar
mun substansi peraturan daerah dapat
Negeri,
mengatur
oleh pemerintah (BNP2TKI
garis
koordinasi
antara
Sebagai peraturan pelaksanaan UU
pemerintah daerah dengan BNP2TKI, se-
No. 39 Tahun 2004, maka peraturan
hingga calon TKI/TKI yang berangkat ke
pemerintah, secara normatif mengeja-
luar negeri (TKI formal), secara admin-
wantahkan norma-norma tertentu yang
istratif terdata/terdeteksi oleh pemerintah
termuat dalam UU No. 39 Tahun 2004.
daerah. Hal tersebut sangat penting bagi
Substansi yang di atur dalam peraturan
pemerintah daerah, sebagai referensi da-
pemerintah ini terdiri dari tiga, yaitu:
lam
Perlindungan TKI mulai dari pra
upaya pembinaan dan pengawasan calon
penempatan, masa penempatan sam-
TKI/TKI yang bekerja di lauar negeri.
penyusunan
kebijakan,
termasuk
pai dengan purna penempatan;
Perlindungan TKI melalui penghentian dan pelarangan penempatan TKI;
dan
Tanggungjawab Pemerintah Daerah
terhadap Penempatan dan Perlindunan
TKI di Luar Negeri.
□ 14
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
Pilosofi perlindungan tenaga kerja
pada dasarnya berkaitan dengan hak untuk
memperoleh pekerjaan (right to work) dan
hak dalam pekerjaan (right in work). Right
to work tercantum dalam Pasal 6 Kovenan
EKOSOB yang mengatur pengakuan atas
hak pekerjaan, termasuk hak semua orang
atas kesempatan untuk mencari nafkah
melalui
pekerjaan
yang
dipilih
atau
diterima secara bebas, dan akan mengambil langkah-langkah yang memadai guna
melindungi haknya. Sedangkan right in
work tercantum pada Pasal 7 yang mengatur tentang hak setiap orang untuk menikmati kondisi kerja yang adil
dan
menguntungkan dalam rangka menjamin
pembayaran upah yang adil, kehidupan
yang layak bagi mereka beserta keluarganya, kondisi kerja yang sehat, serta kesempatanan untuk dipromosikan kejenjang
yang lebih tinggi berdasarkan senioritas
dan kemampuan, istirahat, liburan dan
pembatasan jam kerja yang wajar.
Hak atas pekerjaan sebagai salah satu hak yang telah diatur dalam kovenan
hak EKOSOB merupakan hal yang urgent
karena
secara
langsung
berhubungan
dengan kemampuan seseorang untuk memenuhi hak asasi lainnya, sebagaimana
diungkapkan oleh Manisuli Ssenyonjo:
Althought the right to work has
been described as ‘the right to be economically exploited’, only a right to
wage-earning labour, and ‘a duty to
work’, ie a duty imposed on individuals
to disassociate themselves from state
support, the importance of the right to
work has b aseen aptly summarised by
the ICESCR as follow:
The right to work is essential for
realising other human rights [including
the rights to life, education, helath,
housing, and adequate food] and forms
an inseparable and inherent part of
human dignity, Every individual has
the right to be able to work, allowing
him/her to live in dignity. The right to
work contributes at the same time to
the survival of individual and to that of
his/her family, and insofar as work is
freely chosen or accepted, to his/her
development and recognition within the
comunity.
Adapun kesimpulan penting dari
Komite Hak EKOSOB menyangkut hak
atas pekerjaan, yakni hak atas pekerjaan
merupakan
hal
yang
penting
dalam
mewujudkan HAM lainnya, termasuk hak
hidup, hak atas pendidikan, hak atas
kesehatan, hak atas perumahan dan hak
atas pangan yang layak dan itu adalah
bentuk yang tak terpisahkan dan melekat
pada martabat manusia. Setiap orang
memiliki hak untuk bekerja, dengan
bekerja berarti mengizinkan mereka untuk
hidup bermartabat. Hak atas pekerjaan
juga memberikan kontribusi terhadap bertahan hidupnya seseorang dan keluarganya dan selama pekerjaan itu adalah pekerjaan yang dipilihnya secara bebas atau
diterimanya untuk pengembangan dirinya
□ 15
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
dan mendapat pengakuan dalam masyara-
tanggungjawab
kat.
pemerintah provinsi dan pemerintah ka-
This chapter deals with two aspect of the right to work based on existing international human rights
standars. It focuses mainly on two aspect of the right to work, namely (i)
non-discrimination with particular reference to non-nationals and equal pay
for men and women; and (ii) freedom
from slavery,forced and compulsory
labour, and exploitative child labour.
Space liminations and the need to examine comprehensively the selected areas are the basis for the choices made
here.
Ada dua aspek yang terkandung di
dalam hak atas pekerjaan berdasarkan
standar HAM internasional, yaitu :
pemberian upah yang sama kepada
pekerja laki-laki dan perempuan;
Kebebasan dari perbudakan, bebas
dari pemaksaan dan bebas dari kerja
paksa dan kerjawajib serta eksploitasi
pekerja anak.
Kaitannya dengan perlindungan TKI
di luar negeri, right to work berkenaan
dengan pemberian kesempatan yang sama
terhadap setiap warga negara yang memenuhi persyaratan untuk bekerja di luar
negri. Right in work
berkaitan dengan
hak-hak TKI yang telah bekerja di luar
negeri. Hak-hak tersebut baik selama dalam penempatan maupun purna penempatan
dan
pemenuhannya
merupakan
pusat,
bupaten/kota.
Tanggungjawab
pemerintah
ter-
hadap calon TKI/TKI meliputi seluruh
proses/tahapan yang dimulai dari tahap
pra penempatan, selama penempatan, purna penempatan, hingga pemberdayaan
purna penempatan. Tanggungjawab tersebut tidak sepenuhnya di bebankan kepada
pemerintah pusat, tetapi secara terpadu
menjadi tanggungjawab bersama antara
pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota.
Pelaksanaan tanggungjawab oleh
Non diskriminasi yang khususnya ditujukan kepada pekerja asing dan
pemerintah
pemerintah pusat didasarkan atas undangundang, peraturan pemerintah, peraturan
menteri atau bentuk regulasi lainnya yang
dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Sedangkan pada tingkat daerah, harus dibentuk peraturan daerah sebagai legitimasi
pelaksanaan
urusan
yang
kewenangan
pemerintah
menjadi
daerah
se-
bagaimana di tegaskan pada Pasal 18 ayat
(6) UUD NRI 1945 “Pemerintahan daerah
berhak menetapkan peraturan daerah dan
peraturan-peraturan
lain
untuk
melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan”.
Selanjutnya, Pasal 17 ayat (1) UU
No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah, menegaskan bahwa “daerah ber-
□ 16
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
hak menetapkan kebijakan
d aerah un-
penempatan TKI serta program pem-
tuk menyelenggarakan
urusan
binaan dan perlindungan TKI.
pemerintahan yang menjadi kewenangan
Ketiga masalah pokok tersebut ha-
daerah. Yang dimaksud dengan “ke-
rus tercermin dalam kebijakan daerah
bijakan daerah” dalam ketentuan ini ada-
terutama dalam
lah peraturan daerah, peraturan kepala
akan di bentuk. Perlindungan di mulai se-
daerah, dan keputusan kepala daerah. Ke-
jak pra penempatan, masa penempatan,
bijakan yang dibuat oleh pemerintah dae-
sampai purna penempatan. Perlindungan
rah harus berpedoman pada
pada tahap pra penempatan mencakup
norma,
peraturan daerah yang
standar, prosedur, dan kriteria yang telah
perlindungan administratif
ditetapkan oleh pemerintah pusat. Jika
dungan teknis. Perlindungan administratis
ketentuan tersebut dilanggar, pemerintah
terkait dengan dokumen calon TKI, biaya
pusat
serta syarat-syarat kerja. Sedangkan per-
dapat
membatalkan
kebijakan
dan perlin-
lindungan teknis terkait dengan sosialisasi
pemerintah daerah.
Berdasarkan kedua ketentuan terse-
dan desiminasi informasi, peningkatan
but, pemerintah daerah dapat membentuk
kualitas calon TKI, pemenuhan hak-hak
peraturan daerah, peraturan kepala daerah,
TKI, serta pembinaan dan pengawasan.
dan/atau keputusan kepala daerah dalam
Perlindungan TKI melalui penghen-
rangka pelaksanaan urusan di bidang
tian dan pelarangan penempatan TKI
penempatan dan perlindungan TKI. Na-
dapat dilakukan dengan alasan pemerataan
mun demikian kebijakan daerah tidak
kesempatan kerja, kepentingan ketersedi-
boleh bertentangan dengan regulasi yang
aan tenaga kerja nasional,
telah ditetapkan oleh pemerintah pusat,
TKI; dan/atau jabatan/pekerjaan tertentu
dan
yang tidak sesuai dengan kemanusiaan
substansinya
harus
mengeja-
wantahkan kebijakan pemerintah pusat.
keselamatan
dan kesusilaan. Sedangkan program pem-
Salah satu kebijakan pemerintah
binaan dan perlindungan TKI pada da-
pusat yang terpenting adalah dengan
sarnya bertujuan untuk meningkatkan
ditetapkannya PP No. 3 Tahun 2013, yang
kompetensi, serta menyiapkan mental dan
menegaskan bahwa perlindungan TKI
spritual calon TKI untuk menghadapi
mulai dari pra penempatan, masa penem-
segala kemungkinan yang akan terjadi di
patan sampai dengan purna penempatan,
tempat kerja (negara tujuan). Pada tingkat
termasuk
pusat pembinaan dan pengawasan meru-
penghentian dan pelarangan
□ 17
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
pakan kewenangan
kementerian yang
Permasalahan bagi pemerintah dae-
bertanggungjawab di bidang ketenagaker-
rah terkait dengan penempatan TKI oleh
jaan, sedangkan pada tingkat provinsi
pemerintah
menjadi
BNP2TKI, karena proses rekrutmen TKI
tanggungjawab
instansi
yang
dilaksanakan
oleh
pemerintah daerah yang bertanggungja-
tidak
wab di bidang ketenagakerjaan.
pemerintah daerah (instansi teknis), se-
melakukan
koordinasi
dengan
Pemerintah pusat bertanggungjawab
hingga pemerintah daerah tidak memiliki
penuh atas semua proses penempatan TKI
data yang valid untuk menyusun ke-
di luar negeri, mulai
dari proses
bijakan terkait dengan perlindungan TKI.2
rekrutimen calon TKI, penempatan hingga
Pasal 7 PP No. 4 Tahun 2013 mene-
pemulangan TKI ke tanah air. Tanggung-
gaskan bahwa Penempatan TKI oleh
jawab
tahap
Pemerintah dilaksanakan oleh BNP2TKI
rekruitmen terutama yang dilaksanakan
dan berkoordinasi dengan instansi teknis
oleh BNP2TKI karena secara organisasi
terkait. Instansi teknis terkait yang di-
tidak melibatkan pemerintah daerah. Se-
maksud adalah instansi teknis yang ada
dangkan penempatan TKI yang dil-
di
aksanakan
oleh PPTKIS merupakan
pemerintah provinsi maupun pemerintah
tanggungjawab bersama semua tingkatan
pusat. Koordinasi dilakukan pada tahap
pemerintah,
menempatkan
perekrutan yang meliputi pemberian in-
pemerintah kabupaten/kota sebagai ujung
formasi, pendaftaran TKI, dan seleksi
tombak untuk memberikan perlindungan
TKI.3
pemerintah
pusat
dengan
pada
pemerintah
Perlindungan
preventif (perlindungan administratif dan
kabupaten/kota,
TKI masa penem-
teknis) terhadap setiap calon TKI. Seleksi
patan di mulai sejak TKI tiba di banda-
calon TKI dilaksanakan oleh pemerintah
ra/pelabuhan negara tujuan penempatan,
kabupaten/kota, dan hasilnya disampaikan
selama bekerja, sampai kembali ke banda-
kepada
untuk
ra debarkasi Indonesia. Perlindungan ter-
rekomendasi
kelayakan
sebut menjadi tanggungjawab pemerintah
Rekomendasi
pemerintah
pemerintah
mendapatkan
calon
TKI.
provinsi
pusat
melalui
perwakilan
yang
dil-
provinsi menjadi dasar bagi pemerintah
aksanakan berdasarkan hukum posisitf
pusat untuk menyetujui penempatan TKI
Indonesia, hukum negara setempat, serta
di negara tujuan.
2
Hasil wawancara dengan pejabat pada Kantor
Disnakertrans Provinsi Sulawesi Tengah.
3
Pasal 8 dan Pasal 9 PP No. 4 Tahun 2013.
□ 18
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
internasional
san pemerintahan yang sepenuhnya men-
dengan melibatkan pemangku kepent-
jadi kewenangan pemerintah pusat, urusan
ingan terkait. Perlindungan masa penem-
pemerintahan konkruen adalah adalah
patan
dan
urusan pemerintahan yang dibagi antara
pengawasan, bantuan dan perlindungan
Pemerintah pusat dan daerah provinsi dan
kekonsuleran, pemberian bantuanhukum,
daerah kabupaten/kota.
hukum
dan
kebiasaan
meliputi
pembinaan
pembelaan atas pemenuhanhak-hakTKI,
Pasal 9 ayat (4) UU No. 23 Tahun
perlindungan dan bantuan lainnyasesuai
2014 menyatakan urusan pemerintahan
denganketentuanperaturanperundang-
konkuren yang diserahkan ke daerah men-
undangan serta hukum dan kebiasaan in-
jadi dasar pelaksanaan otonomi daerah.
ternasional, dan upaya diplomatik.4
Urusan pemerintahan konkuren yang men-
Perubahan
rezim
undang-undang
jadi kewenangan daerah terdiri atas urusan
pemerintahan daerah berdampak langsung
pemerintahan
pada
antara
pemerintahan pilihan. Urusan pemerinta-
pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan
han wajib terdiri atas urusan pemerintahan
pemerintah kabupaten/kota. Rezim UU
yang berkaitan dengan pelayanan dasar
No. 32 Tahun 2004 berbeda dengan rezim
dan urusan pemerintahan yang tidak
undang-undang sebelumnya. Pengesahan
berkaitan dengan pelayanan dasar.
pola
hubungan
kerja
wajib
dan
urusan
UU No. 23 Tahun 2014 termasuk peru-
Pasal 12 UU No. 23 Tahun 2014
bahannya, juga berdampak pada peru-
merinci urusan pemerintahan wajib yang
bahan pola atau mekanisme hubungan
berkaitan dengan pelayanan dasar terdiri
kerja antara pusat dan daerah, terutama
atas 6 (enam) jenis urusan, urusanpe-
dalam bidang pembagian urusan.
merintahanwajibyangtidakberkai-
pemerintahan
tandengan pelayanan dasar terdiri dari 18
perspektif UU No. 23 Tahun 2015 lebih
(delapan belas) jenis urusan, dan urusan
rinci jika dibandingkan dengan UU No.
pemerintahan
32 Tahun 2004, bahkan memunculkan
(delapan) jenis urusan. Di antara pemba-
konsep baru, misalnya urusan pemerinta-
gian berbagai jenis urusan tersebut, bidang
han absolut, urusan pemerintahan konku-
ketenagakerjaan masuk dalam ranah uru-
ren, dan urusanan pemerintahan umum.
san konkuren yang bersifat wajib tetapi
Urusan pemerintahan absolut adalah uru-
tidak berkaitan dengan pelayanan dasar.
Pembagian
4
urusan
pilihan
terdiri
dari
8
Pasal 15 dan Pasal 16 PP No. 3 Tahun 2013.
□ 19
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
Dalam lampiran UU No. 23 Tahun
masyarakat untuk bekerja di luar negeri,
2014 Tentang Pemerintahan Daerah Bagi-
maka pemerintah daerah harus memben-
an G tentang urusan pemerintahan bidang
tuk peraturan daerah yang menjadi pe-
tenaga kerja, ditegaskan bahwa urusan
doman bagi pemerintah daerah serta pihak
pemerintah provinsi adalah “perlindungan
swasta
TKI di luar negeri (pra dan purna penem-
pengiriman TKI ke luar negeri.
dalam proses rekruitmen dan
patan) di daerah provinsi”. Demikian pula
Walaupun media massa banyak
pada tingkat kabupaten/kota. Berdasarkan
memberitakan tentang adanya tindakan
ketentuan tersebut, dapat disimpulkan
penganiayaan, penipuan, pemerkosaan,
bahwa, urusan tenaga kerja, termasuk
gaji yang tidak dibayar, serta tindakan-
penempatan dan perlindungan TKI di luar
tindakan lainnya kepada calon TKI/TKI,
negeri menjadi tanggungjawab bersama
namun hal tersebut tidak mengurungkan
antara
niat warga negara Indonesia untuk bekerja
pemerintah
pusat,
pemerintah
provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.
Jika pada tataran pemerintah pusat,
di luar negeri. Secara nasional jumlah
calon TKI/TKI untuk 5 (lima) tahun tera-
pemerintah telah membentuk UU No. 39
khir
Tahun 2004 beserta peraturan pelaksa-
jumlahnya cukup signifikan dan berasal
naanya, maka sebagai wujud tanggungja-
dari seluruh wilayah provinsi di Indonesia
wab pemerintah daerah sekaligus sebagai
sebagaimana tergambar pada tabel beri-
respon
kut
terhadap
tingginya
animo
mengalami
pluktuasi,
namun
ini:
Tabel 1
Penempatan TKI di Luar Negeri Tahun 2011 s/d 2016
NO
1
2
3
4
5
6
TAHUN
2011
2012
2013
2014
2015
Jan – Agust 2016
JUMLAH TKI
586.802
494.609
512.168
429.872
275.736
153.804
Sumber data: Subbid Pengolahan Data , Bidang Pengolahan dan Penyajian Data (PUSLITFO BNP2TKI)
Tabel 2
Penempatan TKI di Luar Negeri Berdasarkan Provinsi
Tahun 2012 s/d 2015
□ 20
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
PROVINSI
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
Nusa Tenggara Barat
Lampung
Sumatera Utara
Dki Jakarta
Bali
Banten
Sulawesi Selatan
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Di Yogyakarta
Sumatera Selatan
Sulawesi Utara
Kepulauan Riau
Sumatera Barat
Sulawesi Tengah
Aceh
Jambi
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Riau
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Barat
Maluku
Bengkulu
Bangka Belitung
Maluku Utara
Papua
Kalimantan Tengah
Papua Barat
Gorontalo
Total
2012
119,620
115,456
100,368
46,245
2013
129,885
105,971
93,843
63,438
2014
105,479
92,590
78,306
61,139
2015
63,102
57,077
48,312
51,743
16,259
13,728
15,021
14,082
10,853
13,875
8,328
17,975
13,299
14,248
14,617
13,244
10,358
5,308
18,500
14,782
7,561
7,716
9,720
7,497
5,515
16,109
12,054
1,212
4,869
4,257
2,348
3,307
2,607
4,620
1,874
1,742
1,427
1,176
820
762
747
797
959
459
641
625
353
317
144
44
47
67
75
46
494,609
10,091
4,967
2,662
1,543
1,540
1,639
1,066
910
934
888
716
717
689
542
325
334
110
56
110
60
54
29
512,168
5,190
3,808
1,958
1,076
1,223
1,227
896
951
835
711
449
868
423
450
312
319
49
121
48
69
47
37
429,872
2,221
1,856
1,403
428
804
789
586
786
528
422
179
556
135
132
78
294
22
85
8
24
6
4
275,736
Sumber data: Subbid Pengolahan Data , Bidang Pengolahan dan Penyajian Data (PUSLITFO BNP2TKI)
Salah satu indikator keseriusan
Faktanya,
baru
sebagian
kecil
pemerintah daerah dalam bidang perlin-
pemerintah daerah yang memiliki p
Volume 2 Issue 1, June 2017: pp. 1-24. Copyright ©2017 TALREV.
Faculty of Law Tadulako University, Palu, Central Sulawesi, Indonesia.
ISSN: 2527-2977 | e-ISSN: 2527-2985.
Open acces at: http://jurnal.untad.ac.id/index.php/TLR
TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH DAERAH TERHADAP
PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DI LUAR NEGERI
(Kajian dari Perspektif Hak Asasi Manusia)
REGIONAL GOVERNMENT'S RESPONSIBILITY TO THE PROTECTION OF
INDONESIAN WORKER EMPLOYED (TKIs) ABROAD
(Review of Human Rights Perspective)
Asri Lasatu
Faculty Of Law Tadulako University
JL. Soekarno Hatta KM. 9 Palu, Central Sulawesi, Indonesia
Telp./Fax: +62-451-45446 Email: asrilasatu@gmail.com
Submitted: Des 01, 2016; Reviewed: Dec 28, 2016; Accepted: Jun 05, 2017
Abstrak
Tujuan pembentukan NKRI adalah melindungi dan mewujudkan kesejahteraan warganegara. Olehnya, tanggungjawab utama pemerintah adalah memberikan perlindungan
dan jaminan kepada setiap warga negara untuk mendapat pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan. Keterbatasan lapangan kerja dalam negeri yang
didukung animo masyarakat untuk bekerja diluar negeri, harus di respon secara positif
oleh pemerintah, dengan membentuk regulasi baik ditingkat pusat maupun daerah.
Penelitian ini akan menelaah peran dan tanggungjawab pemerintahan daerah sebagai
upaya perlindungan hukum terhadap TKI yang bekerja di luar negeri. Penelitian ini
merupakan penelitian hukum normatif dengan pendekatan perundang-undangan dan
pendekatan konsep dan dianalisa secara kwalitatif untuk memberikan preskritif terhadap isu hukum yang menjadi objek kajian penelitian. Hasil penelitian menunjukan
bahwa tanggungjawab pemerintah daerah terutama pada tahap pra penempatan, purna
penempatan, dan tahap pemberdayaan purna penempatan TKI., sedangkan penempatan
TKI merupakan tanggungjawab pemerintah pusat. Pelaksanaan tanggungjawab
pemerintah daerah harus didukung oleh regulasi yang dibentuk oleh pemerintah daerah.
Kata Kunci: Tanggung Jawab Pemerintah; Tenaga Kerja Indonesia
Abstract
The purpose of the establishment of the Republic of Indonesia is to protect and realize
the welfare of citizens. Therefore, the main responsibility of the government is to provide protection and guarantee to every citizen to get a job and a decent living for humanity. Limitations of domestic employment, as well as the public's desire to work overseas, should be responded positively by the government, by formulating regulations
both at the central and regional levels. This study will examine the roles and responsibilities of local governments as an effort the law protection against Indonesian Migrant
Worker working abroad.This research is a normative legal research with approach of
legislation and concept approach and analyzed qualitatively to give perspective on legal issue to the object of this research study. The results show that the responsibility of
□1
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
local government, especially in the pre-placement, post-placement, and empowerment
phase of placement of migrant workers, while the placement of migrant workers is the
responsibility of the central government. Implementation of local government responsibilities should be supported by regulations established by local governments.
Keywords: Government responsibility; Indonesian Migrant Worker
PENDAHULUAN
Bekerja merupakan salah satu Hak
yang sepadan dengan martabat keman-
Asasi Manusia (HAM) yang melekat pada
usiaannya berhak atas upah yang adil
diri seseorang yang wajib dijunjung ting-
sesuai dengan prestasinya dan dapat
gi, dihormati, dan dijamin penegakannya.
menjamin
Jaminan tersebut telah tertuang dalam
keluarganya.
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945).
kelangsungan
kehidupan
Pelaksanaan hak-hak warga negara
untuk bekerja di luar negeri harus
Bentuk perhatian pemerintah ter-
mendapat jaminan perlindungan hukum
hadap pengakuan dan perlindungan HAM,
oleh pemerintah, bahwa tidak akan terjadi
ditindaklanjuti dengan pembentukan UU
perdagangan manusia, perbudakan, tindak
No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
kekerasan, serta perlakuan lain yang me-
Manusia. Pasal 38 menegaskan bahwa:
langgar hak asasi manusia. Olehnya perlu
1. Setiap warga negara, sesuai dengan
sinergitas dan upaya terpadu antara in-
bakat, kecakapan, dan kemampuan,
stansi pemerintah baik pusat dan daerah.
berhak atas pekerjaan yang layak.
Pada dasarnya penempatan dan perlin-
2. Setiap orang berhak dengan bebas
memilih pekerjaan yang disukainya dan
berhak
pula
atas
syarat-syarat
ketenagakerjaan yang adil.
dungan TKI di luar negeri merupakan
kewenangan pemerintah pusat karena
berkaitan dengan hubungan antar negara.
Namun pemerintah pusat tidak dapat bertindak sendiri, olehnya perlu keterlibatan
3. Setiap orang, baik pria maupun
wanita yang melakukan pekerjaan yang
sama, sebanding, setara atau serupa,
berhak atas upah serta syarat-syarat
perjanjian kerja yang sama.
4. Setiap orang, baik pria maupun
wanita, dalam melakukan pekerjaan
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, serta swasta.
Penempatan TKIdi luar negeri
merupakan wewenang pemerintah pusat
yang dilakukanatas dasar perjanjian
secara tertulis yang dilakukan antara
pemerintah pusat (diwakili oleh men-
□2
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
dan
kewenangan
pemerintah
provin-
regulasi
oleh
teri dan dapat didelegasikan kepada
BNP2TKI)
denganpemerintahnegarapengguna TKI atau
pemerintah
pusat denganpenggunaberbadanhukum di
negara tujuan penempatan.1 Dengan
demikian tanggungjawab pemerintah
daerah terbatas pada proses rekruitmen
dan tahap pemberdayaan purna penempatan TKI. Olehnya, dibutuhkan koordinasi antar tingkatan pemerintahan pada
semua tahapan, demi terwujudnya
sinergitas program dan kebijakan
pemerintah yang bermuara pada perlindungan TKI secara optimal.
Keterlibatan pemerintah provinsi
ru-paru
dan pemerintah kabupaten/kota diharap-
majikannya di Arab Saudi. Kasus Suyanti,
kan sebagai ujung tombak pemerintah da-
19 tahun, yang ditemukan tak sadarkan
lam menyeleksi dan mempersiapkan calon
diri setelah dianiaya majikannya di Ma-
TKI, baik segi mental maupun keterampi-
laysia pada tanggal 21 Desember 2016.
lan yang menjadi modal calon TKI beker-
Berbagai upaya telah dilakukan oleh
ja di luar negeri. Untuk menegaskan
pemerintah untuk mengeliminir kasus-
kewenangan sekaligus sebagai legalitas
kasus TKI di luar negeri. Upaya diplomasi
pemerintah daerah dalam mengatur dan
dengan menjalin kerjasama dengan negara
mengurus penempatan dan perlindungan
tujuan penempatan TKI, evaluasi/larangan
calon TKI/TKI yang bekerja di luar
pengiriman TKI ke negara tertentu, mora-
negeri, pemerintah daerah perlu menyusun
torium pengiriman TKI,
regulasi baik dalam bentuk peraturan dae-
bijakan
rah provinsi/ peraturan daerah kabupat-
sektor informal (pembantu rumah tangga)
en/kota, peraturan gubernur/ peraturan
yang dianggap memiliki tingkat kera-
bupati/walikota,
wanan sangat tinggi terjadinya kekerasan
keputusan
gubernur/
keputusan bupati/walikota, atau pigur
hukum lainnya sesuai dengan kebutuhan
si/kabupaten/kota.
Pembentukan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah
bertujuan untuk meningkatkan perlindungan hukum terhadap calon TKI/TKI
yang akan bekerja di luar negeri. Namun
faktanya, masih banyak terjadi kasus TKI,
terutama pada tahap penempatan TKI.
Tahun 2011, Kasus Sumiati, 23 tahun,
TKI asal NTB yang menderita luka-luka
di bagian muka dan menjalani operasi pasetelah
disiksa
penghentian
oleh
istri
hingga ke-
pengiriman
TKI
terhadap mereka oleh majikannya.
Tahun 2016, Pemerintah Indonesia
melalui kementerian tenagakerja berencana untuk memperbanyak pengiriman
1
Pasal 2 PP No. 3 Tahun 2013
□3
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
TKI sektor formal ke berbagai negara. Hal
baik yang ada dalam wilayah Negara Re-
ini dilakukan agar aspek perlindungan dan
publik Indonesia maupun yang ada di luar
kesejahteraan TKI dapat meningkat secara
wilayah Indonesia (luar negeri)
optimal. Olehnya, setiap tahun pemerintah
Keterbatasan lapangan kerja dalam
mengupayakan peningkatan kualitas tena-
negeri yang berbanding terbalik dengan
ga kerja yang akan bekerja di luar negeri.
jumlah angkatan kerja, menyebabkan
Periode tahun 2011 – 2014, menunjukan
tenaga kerja mencari alternatif lain dengan
bahwa prosentase pengiriman TKI formal
mengadu nasib bekerja di luar negeri.
terus meningkat jika dibandingkan dengan
Tindakan bekerja di luar negeri sebagai
TKI Informal. Tahun 2011 jumlah TKI
TKI bukanlah pilihan yang dikehendaki
586.802 terdiri dari 266.191 (45%) TKI
oleh TKI, tetapi demi memenuhi kebu-
formal dan 320.611 (55%) TKI Informal.
tuhan hidup dirinya beserta keluarganya,
Tahun 2012 jumlah TKI 494.609 terdiri
mengharuskan para TKI rela menerima
dari 258.411 (52%) TKI formal dan
dan menjalani hidup sebagai TKI di luar
236.198 (48%) TKI informal. Tahun
negeri.
2013, jumlah TKI 512.168 terdiri dari
Di sisi lain, pemerintah tidak dapat
285.297 (56%) TKI formal dan 226.871
melarang/menghalangi warga negara un-
(44%) TKI informal. Tahun 2014 jumlah
tuk mencari pekerjaan di luar negeri, ka-
TKI 429.872 terdiri dari 247.610 (58%)
rena bekerja merupakan hak setiap warga
TKI formal dan 182.262 (42%) TKI in-
negara yang telah dijamin oleh konstitusi.
formal.
Ketidakmampuan
Perlindungan
terhadap
calon
pemerintah
diakan lapangan kerja
menye-
dalam negeri,
TKI/TKI oleh pemerintah pusat dan
mengharuskan pemerintah membuka kran
pemerintah daerah sejalan dengan tujuan
bagi warganya untuk bekerja di luar
pembentukan Negara Kesatuan Republik
negeri. Adanya lowongan kerja di luar
Indonesia sebagaimana tertuang dalam
negeri dan besarnya animo masyarakat
pembukaan UUD NRI 1945 alinea ke tiga,
untuk bekerja di luar negeri, harus dire-
yakni “. . . melindungi segenap Bangsa
spon secara positif oleh pemerintah.
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indo-
Olehnya, pemerintah baik pada tingkat
nesia, . . ..” Tujuan negara tersebut ber-
pusat maupun di daerah, harus menyusun
makna
strategi dan kebijakan yang menguta-
tanggungjawab
negara
dalam
memberikan perlindungan bagi warganya
makan
perlindungan
calon
TKI/TKI.
□4
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
Keberpihakan pemerintah pada perlindungan calon TKI/TKI tidak boleh ternodai oleh kepentingan ekonomi/bisnis,
kepentingan politik, kepentingan hub-
Pembahasan
Konsep HAM dan Kaitannya dengan
Perlindungan Tenaga Kerja.
ungan bilateral, atau kepentingan lainnya.
HAM adalah hak –hak yang dimiliki
manusia semata-mata karena ia manusia.
Permasalahan
Berdasarkan
latar
Umat manusia memilikinya bukan karena
adalah
diberikan kepadanya oleh masyarakat atau
Bagaimanakah tanggungjawab pemerintah
hukum positif, melainkan semata-mata
daerah terhadap perlindungan TKI yang
berdasarkan martabatnya sebagai manusia.
belakang,
uraian
pada
permasalahannya
bekerja di luar negeri?.
Istilah Hak Asasi Manusia merupakan terjemahan dari istilah droit de
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
I’homme (bahasa prancis) yang berarti
penelitian normatif, yaitu suatu proses un-
hak-hak manusia atau human rights (ba-
tuk menemukan suatu aturan hukum, prin-
hasa Inggris) atau mensenrechten (bahasa
sip-prinsip
Belanda).
hukum,
maupun
doktrin-
doktrin hukum untuk menjawab permasa-
Menurut D.F. Schelten
dalam
lahan hukum yang dihadapi.Penelitian
bukunya men en mensenrechten, mem-
hukum
untuk
bedakan antara mensenrechten (Hak Asasi
dil-
Manusia) dengan grondrechten (hak dasar
aksanakandengan menelaah bahan hukum
manusia). Perbedaan keduanya menurut
dan bahan non hukum yang terkait dengan
Aswanto:
kedudukan TKI dari perspektif HAM serta
normatif
menemukan
dilakukan
argumentasi,
yang
tanggungjawab pemerintah daerah terhadap perlindungan TKI yang bekerja di
luar negeri. Hasil penelitian dianalisa
secara
kualitatif
untuk
memberikan
preskriptif terhadap isu hukum yang menjadi objek penelitian.
Hak dasar diambil dari terjemahan
grondrechten merupakan hak yang
diperoleh seseorang, karena menjadi
warga negara dari suatu negara. Dasar
dari hak dasar berasal dari negara ,
bersifat domestik dan tidak bersifat
universal.
□5
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
Hak asasi, berasal dari terjemahan
UUD NRI 1945, merupakan conditio sine
Mensen rechten ialah hak yang di-
quanon dalam rangka perlindungan dan
peroleh seseorang kaena dia manusia
penegakan HAM. Demikian selanjutnya
dan bersifat universal. Sedangkan di
perlindungan
Indonesia antara hak dasar dan hak
merupakan conditio sine quanon negara
asasi tidak dibedakan dan disebut
hukum, sebagaimana disebutkan oleh As-
dengan Hak Asasi Manusia.
wanto
Singkatnya bahwa HAM berasal
dari
istilah
grondrechten.
dan
mensenrechten
Mensenrechten
(HAM)
adalah hak yang diperoleh seseorang karena ia dilahirkan sebagai manusia. Jadi
sumbernya adalah Tuhan dan sifatnya
universal. Namun grondrechten (hak dasar) adalah hak yang diperoleh seseorang
karena ia menjadi warga negara dari suatu
negara. Sumbernya adalah negara dan sifatnya domestik.
dan
bahwa
penegakan
suatu
negara
HAM
dapat
dikatakan sebagai negara hukum apabila
negara tersebut memberikan jaminan perlindungan
dan
penghargaan
HAM,
demikian pula pendapat Immanuel Kant
bahwa untuk dapat disebut sebagai negara
hukum (rechtsstaat) harus memenuhi dua
unsur pokok yaitu adanya perlindungan
HAM dan adanya pemisahan kekuasaan
dalam negara. Pendapat senada juga
diungkapkan oleh J.B.J.M. ten Berge yang
membahas duet integral prinsip-prinsip
negara hukum dan prinsip-prinsip demo-
Hak Asasi Manusia (human rights)
krasi, bahwa salah satu prinsip-prinsip
yang secara universal diartikan sebagai
negara hukum adalah adanya “perlin-
those rights which are inherent in our na-
dungan HAM”, demikian pula pendapat
ture and without which we cannot live as
human being oleh masyarakat di dunia
perumusan dan pengakuannya telah diperjuangkan dalam kurung waktu yang
sangat panjang. Bahkan sampai saat ini
dengan berbagai dimensi permasalahan
yang muncul karena berbagai sfektrum
penafsiran yang terkait di dalamnya.
Pengaturan HAM dalam UUD NRI
H.D. van Wijk/Willem
Konijnenbelt,
bahwa prinsip rechtstaat adalah terdapat
hak-hak manusia yang sangat fundamental. Sedangkan dalam sistem anglo saxon
menurut A.V. Dicey mengemukakan ada
3 (tiga) unsur rule of law yaitu : supremacy of the law, equality before the law, terjaminnya hak-hak manusia oleh undangundang (di negara lain oleh UUD).
1945 yang dijawantahkan dalam berbagai
peraturan perundang-undangan dibawah
□6
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
Mengkaji HAM (tenaga kerja)) tid-
menjamin hak bekerja, seperti dalam had-
ak dapat dilepas dari kajian HAM secara
its, yang artinya “ Berilah pekerja itu
umum. Perlindungan terhadap HAM dapat
upahnya sebelum kering keringatnya.”
ditelusuri dalam konsep hukum Islam,
(HR. Ibnu Majah)
Hukum Internasional dan hukum positif.
HAM dalam pandangan hukum in-
HAM dalam konsep Islam telah ada sejak
ternasional terjadi di Inggris pada tanggal
kelahiran Islam itu sendiri. Dalam Al-
15 Juni 1215 yang ditandai dengan lahirn-
Qur’an banyak ayat-ayat yang menjelas-
ya Piagam Magna Charta. Prinsip dasar
kan
HAM
yang dicetuskan para bangsawan Inggris
khusunya hak untuk bekerja. Surat Al-
antara lain memuat: pertama kekuasaan
Mulk 15. Intinya bumi diciptakan Allah
raja harus dibatasi, kedua HAM
untuk kebaikan manusia tetapi manusia
penting dari pada kedaulatan raja. Tak
harus mengambil inisiatif sendiri secara
seorangpun dari warga negara merdeka
bebas untuk menentukan pilihan terhadap
dapat
pekerjaanya.
kekayaannya atau diperkosa atau diasing-
pentingnya
penegakan
َّ م َج َّلَ َج ِي
ُذلا َو
جَّل ا ُشوم جَ ج جو ج َّ َّض اا ِ ج
َّ ِجيبج وَ ون جا جا َََِّّلا وي ِِ و ِرْو و جا وُ ج َِ و ا ب
َّ ذل
Dialah yang menjadikan bumi itu
ditahan
atau
dirampas
lebih
harta
kan, atau dengan cara apapun diperkosa
hak-haknya, kecuali berdasarkan pertimbangan hukum.
mudah bagi kamu, maka berjalanlah di
segala penjurunya, dan makanlah sebagian dari rejeki-Nya. Dan hanya ke padaNya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan." – (QS.67:15)
Islam tidak hanya menempatkan
bekerja sebagai hak, tetapi juga sebagai
kewajiban. Bekerja merupakan kehormatan yang perlu dijamin, sebagaimana
sabda Nabi Muhammad SAW yang
artinya: “Tidak ada makanan yang lebih
baik yang dimakan seseorang daripada
makanan yang dihasilkan tangan sendiri.”
(HR Bukhari). Di samping itu, Islam juga
Perlindungan Tenaga Kerja dalam Perspektif Instrumen Hukum Internasional
Beberapa Instrumen hukum internasional yang mengatur masalah perlindungan tenaga kerja baik yang berstatus
soft law maupun hard law. Dalam kajian
ini, dibatasi pada instrumen hukum internasional yang sudah diratifikasi, antara
lain Universal Declaration of Human
Rights (UDHR) atau Deklarasi Umum tentang Hak Asasi Manusia (DUHAM), International Covenant on Civil and Political Rights/ICCPR) atau Konvensi Inter□7
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
nasional tentang Hak-Hak SipilDan Poli-
dan libur berkala dengan tetap menerima
tik, (International Covenant on Econom-
upah.
ICESCR
ic, Social, and Cultural Rights/ ICESCR)
yang
mulai
berlaku
atau Konvensi Internasional tentang Hak-
padatanggal 3Januari 1976 atau berlaku
HakEkonomi,Sosial,Dan
Budaya
tiga bulan setelah tanggal disimpannya
(EKOSOB), serta Convention On The
instrumen ratifikasi atau aksesi yang ke-
Protection Of The Rights Of All Migrant
tigapuluh lima pada Sekretaris Jendral
Workers And Members Of Their Families
PBB, mengatur hak-hak pekerja, antara
(CMW)
atau
(Konvensi
Internasional
Mengenai Perlindungan Hak-Hak Seluruh
lain :
Pengakuan atas hak pekerjaan dan
Pekerja Migran Dan Anggota Keluargan-
kesempatan mencari nafkah melalui
ya)
pekerjaan yang dipilih secara bebas
Hak
TKI
berdasarkan
Kovenan
UDHR, ICESCR, dan ICCPR
(Pasal 6).
kondisi
UDHR yang di deklarasikan pada
yang sehat, kesempatanan untuk di-
(ICESCR). Secara umum keseluruhan
promosikan kejenjang yang lebih
pasal tersebut berkaitang dengan tenaga
tinggi berdasarkan senioritas dan ke-
kerja. Namun, beberapa pasal penting da-
mampuan, istirahat, liburan dan pem-
lam UDHR yang berkaitan dengan eksis-
batasan jam kerja yang wajar (Pasal
tensi tenaga kerja, antara lain Pasal 4 tenberkumpul
dan
berserikat,Pasal 22 tentang hak atas jaminan sosial, Pasal 23 tentang hak atas
kebebasan memilih pekerjaan, menentukan
syarat-syarat
perburuhan,
dan
mendapat upah layak, Pasal 24 tentang
hak untuk istirahat, pembatasan jam kerja,
dan
beserta keluarganya, kondisi kerja
tik, serta hak ekonomi, sosial dan budaya
untuk
adil
kehidupan yang layak bagi mereka
meliputi hak sipil (ICCPR) dan hak poli-
hak
yang
jamin pembayaran upah yang adil,
pasal yang berisi sederetan HAM, yang
tang
kerja
menguntungkan dalam rangka men-
tanggal 10 Desember 1948 terdiri dari 30
tang larangan perbudakan, Pasal 20 ten-
Hak setiap orang untuk menikmati
7).
Hak setiap pekerja untuk membentuk
serikat pekerja, federasi serikat pekerja atau konfederasi serikat pekerja,
hak serikat pekerja untuk bertindak
bebas sepanjang tidak dilarang oleh
hukum negara yang bersangkutan, dan
hak pekerja untuk mogok (Pasal 8).
□8
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
Hak setiap orang (pekerja) untuk
orang yang ditahan atas perintah
mendapatkan jaminan sosial (pasal 9).
yang sah dari pengadilan, atau pada
Sedangkan dalam ICCPR yang juga
orang yang tengah menjalani pem-
berlaku tiga bulan setelah tanggal disim-
bebasan bersyarat dari penahanan
pannya instrumen ratifikasi atau aksesi
tersebut;
yang ketiga puluh lima pada Sekretaris
ii) Setiap kewajiban kemiliteran-
Jendral PBB,
telah mengatur hak-hak
dan, dinegara-negara yang man-
pekerja antara lain Pasal 8 yang menegas-
gakui adanya keberatan atas dasar
kan bahwa:
keyakinan
1.
Tidak seorangpun dapat diperbudak;
kewajiban nasional yang ditetapkan
perbudakan dan perdagangan budak
berdasarkan
dalam segala bentuknya harus dil-
keyakinan tersebut;
arang;
iii) Setiap tugas yang dituntut untuk
Tidak seorang pun dapat diperham-
dilakukan dalam keadaan darurat
bakan.
atau bencana yang mengancam ke-
(a) Tidak seorang pun dapat di-
hidupan
wajibkan untuk melakukan kerja
masyarakat;
paksa atau kerja wajib;
iv) Setiap pekerjaan atau jasa yang
2.
3.
(b)
Ayat
3
menghalangi
pelaksanaan
kerja
kewajiban umum warga Negara.
hukumandengankerjapaksa dapat dijatuhkan sebagai hukuman terhadap
kejahatan;
keperluan
ayat
ini,
pengertian "kerja paksa atau kerja
wajib" tidak boleh mencakup:
i) Setiap pekerjaan atau jasa yang
tidak disebutkan dalam subayat(b),
biasanya
kesejahteraan
merupakan bagian dari kewajiban-
wenang, di negara-negara di mana-
yang
atau
mengenai
boleh
dijatuhkansuatupengadilanyangber-
Bagi
hukum
setiap
tidak
(a)
paksa sebagai akibat hukuman yang
(c)
seseorang,
diwajibkan
pada
Hak TKI dalam Kovenan CMW.
Secara khusus perlindungan buruh
migran telah diatur dalam Convention on
the Protection of The Rights of All Migrant Workers and Members of Their
Families (CMW), yang disahkan Melalui
Resolusi Majelis Umum PBB 45/158 pada
Tanggal 18 Desember 1990. CMW atau
Konvensi Internasional Mengenai Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran
dan Anggota Keluarganya telah diratifi-
□9
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
kasi Indonesia pada Tanggal 2 Mei 2012,
dalam konvensi ini
tanpa diskriminasi.
melalui UU No. 6 Tahun 2012.
Pekerja migran dan anggota keluarganya
pembentukan
harus bebas untuk meninggalkan negara
Kovenan CMW adalah untuk melindungi
mana pun, termasuk negara asal mereka.
kepentingan para pekerja ketika mereka
Hak ini tidak boleh dibatasi kecuali se-
dipekerjakan di negara-negara yang bukan
bagaimana ditetapkan oleh hukum, diper-
negaranya sendiri. Ditegaskan bahwa
lukan untuk melindungi keamanan na-
Konvensi ini berlaku (kecuali jika diten-
sional, ketertiban umum, kesehatan dan
tukan sebaliknya) bagi seluruh pekerja
moral umum, atau hak-hak dan kebeba-
migran dan anggota keluarganya tanpa
san-kebebasan orang lain, dan yang sesuai
pembedaan apa pun seperti jenis kelamin,
dengan hak-hak lain yang diakui dalam
ras, warna kulit, bahasa, agama atau ke-
konvensi
percayan, pendapat politik atau lain-lain,
pekerja migran dan anggota memiliki hak
kebangsaan, asal-usul etnis atau sosial,
untuk memasuki dan tinggal di negara
kewarganegaraan,
asalnya setiap saat.
Salah
satu
alasan
usia,
kedudukan
ekonomi, kekayaan, status perkawinan,
ini.
Demikian
Singkatnya,
hukum
sebaliknya,
harus
status kelahiran atau lain-lain. Selain itu,
melindungi hak-hak pekerja migran beser-
konvensi
proses
ta keluarganya. Tidak seorang pun dian-
migrasi para pekerja migran dan anggota
tara mereka dijadikan sasaran penyiksaan,
keluarganya, yang terdiri atas persiapan
penghukuman yang kejam, atau tindakan
untuk migrasi, keberangkatan, transit dan
lainnya yang tidak manusiawi dan meren-
keseluruhan masa tinggal dan aktivitas
dahkan martabat kemanusiaan seperti per-
yang dibayar di negara tujuan kerja, dan
budakan/perhambaan, kerja paksa atau
juga kembalinya ke negara asal atau nega-
kerja wajib termasuk hak atas kebebasan
ra tempat tinggal mereka.
berpikir, berkeyakinan, berbicara, ber-
ini
berlaku
Negara-negara
selama
pihak
berupaya,
pendapat,
berekspresi, serta hak untuk
sesuai dengan instrumen-instrumen inter-
tidak dirampas harta bendanya secara
national tentang HAM untuk menghormati
sewenang-wenang, serta hak-hak lainnya.
dan memastikan semua pekerja migran
dan anggota keluarganya dalam wilayahnya atau yang tunduk pada yuridiksinya memperoleh hak-hak yang diatur
Perlindungan Tenaga Kerja dalam Perspektif Hukum Positif
Perlindungan tenaga kerja baik di
dalam negeri maupun di luar negeri, sudah
□ 10
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
menjadi issue internasional, dan menjadi
dengan
tanggungjawab masyarakat internasional.
dengan negara tujuan pengiriman TKI.
hubungan
bilateral
Indonesia
Mobilisasi tenega kerja (buruh migran)
dari negara-negara sedang berkembang
Bekerja sebagai Hak Konstitusional
Salah satu tugas pemerintah yang
menuju negara yang maju mewarnai hubungan bilateral antar negara. Masalah tidak hanya dirasakan oleh negara pengirim
buruh migran, tetapi terkadang dampaknya juga akan dirasakan oleh negara penerima (tujuan) buruh migran. Olehnya,
banyak
lembaga
internasional
mem-
berikan perhatian khusus, termasuk lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa. Buruh
migran tidak hanya sebatas hubungan ker-
terkandung dalam pembukaan UUD NRI
1945 adalah mewujudkan kesejahteraan
setiap warga negara. Untuk mewujudkan
kesejahteraan
luas, akan bersentuhan dengan aspek
hukum misalnya terjadinya penipuan dalam pengiriman buruh migran, human
trafficking, tindakan diskriminatif, kekerasan dan lain-lain. Demikian selanjutnya,
buruh migran akan berdampak aspek
ekonomi,
sosial, budaya, maupun hub-
Pada tataran Indonesia, Penempatan
dan Perlindungan TKI di luar negeri juga
untuk
didiskusikan
karena
keberadaan TKI di luar negeri selain sebagai pahlawan devisa negara, dan ujung
tombak
dalam
memenuhi
maka
hidup setiap individu, melalui upaya
penyediaan lapangan kerja dan memberikan hak dan kesempatan yang sama
kepada setiap warga negara untuk bekerja.
Bekerja merupakan hal yang paling
esensial dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup setiap warga negara. Olehnya,
negara memberikan jaminan bahwa setiap
warga negara mempunyai hak untuk
memperoleh pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan. Jaminan
tersebut tertuang Pada Pasal 27 ayat (2)
UUD NRI 1945.
Pasal ini disatu sisi
memberikan jaminan kepada setiap warga
ungan bilateral antar negara.
menarik
negara,
pemerintah harus memenuhi kebutuhan
ja antara seorang buruh dengan majikan di
negara tujuan. Tetapi, dampak yang lebih
warga
kebutuhan
hidup keluarganya, juga terkait langsung
untuk mendapatkan pekerjaan yang layak,
dan
pada
sisi
lainnya
merupakan
kewajiban bagi pemerintah untuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi setiap
warga negara, dengan catatan bahwa
penggunaan tenaga kerja asing tidak akan
menghilangkan hak warga negara Indonesia untuk memperoleh pekerjaan yang
layak.
□ 11
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
Hak untuk bekerja dan mendapat
luar negeri. Kebijakan tersebut sangat di-
imbalan yang layak dipertegas lagi pada
lematis dan merupakan pilihan pahit bagi
Pasal 28D ayat (2) “Setiap orang berhak
pemerintah, karena tanggungjawab se-
untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
makin berat untuk memberikan perlin-
perlakuan yang adil dan layak dalam hub-
dungan dan pengawasan terhadap TKI
ungan kerja”. Pasal ini menjamin bahwa
yang bekerja di luar negeri. Olehnya,
setiap orang yang bekerja dijamin untuk
pengiriman TKI ke luar negeri sebagai
mendapatkan imbalan dan perlakuan yang
salah satu pengejawantahan pemenuhan
adil (nondiskriminatif) dalam hubungan
hak konstitusional warga negara, harus di
kerja. Dengan demikian penggunaan tena-
ikuti
ga kerja asing di daerah telah dijamin oleh
pengawasan baik pada tahap pra penem-
Konstitusi, sekaligus sebagai konsekuensi
patan, selama penempatan, purna penem-
yuridis keikutsertaan Indonesia dalam
patan
keanggotaan WTO. Namun demikian
penempatan.
dengan
hingga
upaya
pembinaan
pemberdayaan
dan
purna
pengaturan penggunaan tenaga kerja asing
tetap dalam nuansa dan kerangka UndangUndang Dasar Negara RI Tahun 1945.
Berdasarkan ketentuan Pasal 27ayat
(2) dan Pasal 28D ayat (2), dapat disimpulkan bahwa tidak ada alasan bagi
pemerintah untuk
tidak menyediakan
lapangan kerja bagi seluruh warga negera,
serta imbalan yang diterima dari pekerjaan
tersebut layak dan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya beserta
keluarganya.
Pemenuhan hak konstitusional warga negara di satu sisi, dan ketidakmampuan pemerintah menyediakan lapangan kerja dalam negeri di sisi lain, mengharuskan
pemerintah membuat kebijakan dengan
mengizinkan warganya untuk bekerja di
Pengaturan TKI dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
merupakan
undang-
undang pokok, sehingga masalah TKI
hanya di atur dalam dua pasal, dan selanjutnya di delegasikan untuk membentuk
undang-undang tersendiri, dengan tujuan
agar pengiriman TKI ke luar negeri benarbenar diatur secara detail dan lengkap,
demi terwujudkan perlindindungan TKI
mulai dari pra penempatan sampai pada
tahap purna penempatan. Perlindungan
TKI tidak sebatas perlindungan hukum,
tetapi menyangkut perlindungan semua
aspek, termasuk aspek hubungan bilateral
Indonesia dengan negara tujuan penempatan TKI. Berdasarkan pertimbangan ter□ 12
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
sebut,
pemerintah
merekomendasikan
Perlindungan TKI berdasarkan UU No.
bahwa penempatan TKI di luar negeri ha-
39 Tahun 2004 Tentang Penempatan
rus
undang-undang
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indo-
tersendiri. Rekomendasi tersebut sebagai
nesia di Luar Negeri beserta Peraturan
delegasi Pasal 34 UU No. 13 Tahun 2003
Pelaksanaannya
diatur
yang
dengan
menegaskan
bahwa
“ketentuan
mengenai penempatan tenaga kerja di luar negeri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 33 huruf b di atur dengan undangundang”. Sedangkan Pasal 33 mengatur
bahwa penempatan tenaga kerja terdiri
Penempatan tenaga kerja di dalam
negeri; dan
No. 13 Tahun 2003, maka pada tanggal 18
Oktober 2004 telah diundangkan UU No.
39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di
Luar Negeri. Undang-undang ini merupa-
dari:
Sebagaimana amanat Pasal 34 UU
Penempatan tenaga kerja di luar
negeri.
Penjelasan Pasal 34 di sebutkan
bahwa sebelum undang-undang mengenai
penempatan tenaga kerja di luar negeri di
undangkan, maka segala peraturan perundangan yang mengatur penempatan tenaga
kerja di luar tetap berlaku. Penjelasan
Pasal 34 tersebut, menindikasikan bahwa
pemerintah sangat intens memperhatikan
keberadaan TKI, tidak hanya dari aspek
ekonomi (pendapatan TKI), tetapi dari
aspek perlindungan hukumnya jauh lebih
penting, karena hal tersebut tidak hanya
berkaitan dengan harkat dan martabat
manusia tetapi juga menyangkut martabat
dan pencitraan Bangsa Indonesia di mata
dunia.
kan lex sehingga segala permasalahan
TKI, termasuk pembentukan peraturan
perundang-undangan di bawahnya harus
berpedoman pada undang-undang a quo,
termasuk pembentukan regulasi di tingkat
daerah.
Dasar pembentukan UU No. 39 Tahun 2004 antara lain bahwa tenaga kerja
mempunyai hak yang sama untuk bekerja
baik di dalam maupun di luar negeri,
bahwa TKI di luar negeri sering menjadi
objek perbudakan dan mendapat tindakan
sewenang-wenang, bahwa negara wajib
menjamin hak asasi TKI, dan terpenting
bahwa penempatan tenaga kerja di luar
negeri
merupakan
upaya
untuk
mewujudkan hak dan kesempatan yang
sama. Olehnya, harus dilakukan secara
terpadu antar instansi pemerintah baik
pusat maupun daerah, serta perlu adanya
peran serta masyarakat dalam rangka
□ 13
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
meningkatkan perlindungan hukum bagi
calon TKI/TKI yang bekerja di luar
Program pembinaan dan perlindungan
TKI.
negeri.
Khusus penempatan TKI yang dil-
Keseriusan pemerintah pusat dalam
aksanakan oleh pemerintah telah dibentuk
mengatur dan mengurus calon TKI/TKI di
Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun
tandai dengan pembentukan PP No. 3 Ta-
2013 Tentang Tata Cara Penempatan
hun 2013 tentang Perlindungan Tenaga
Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri
Kerja Indonesia di Luar Negeri, yang
oleh Pemerintah.
merupakan amanat Pasal 80 ayat (2),
Jika dikaitkan dengan ketentuan
Pasal 81 ayat (3), dan Pasal 84 UU N0. 39
Pasal 10 UU No. 39 Tahun 2004, maka PP
Tahun 2004 serta dalam rangka mem-
No. 4 Tahun 2013 hanya mengatur pihak
berikan perlindungan Tenaga Kerja Indo-
pemerintah, artinya PP tersebut tidak
nesia mulai dari pra penempatan, masa
mengikat pelaksana TKI swasta.
penempatan sampai dengan purna penem-
Kedudukan peraturan daerah, secara
patan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
hirarki tidak mengikat pelaksana penem-
77 ayat (2) Undang-Undang Nomor 39
patan TKI
Tahun 2004 tentang Penempatan dan Per-
yang merupakan lembaga vertikal), na-
lindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar
mun substansi peraturan daerah dapat
Negeri,
mengatur
oleh pemerintah (BNP2TKI
garis
koordinasi
antara
Sebagai peraturan pelaksanaan UU
pemerintah daerah dengan BNP2TKI, se-
No. 39 Tahun 2004, maka peraturan
hingga calon TKI/TKI yang berangkat ke
pemerintah, secara normatif mengeja-
luar negeri (TKI formal), secara admin-
wantahkan norma-norma tertentu yang
istratif terdata/terdeteksi oleh pemerintah
termuat dalam UU No. 39 Tahun 2004.
daerah. Hal tersebut sangat penting bagi
Substansi yang di atur dalam peraturan
pemerintah daerah, sebagai referensi da-
pemerintah ini terdiri dari tiga, yaitu:
lam
Perlindungan TKI mulai dari pra
upaya pembinaan dan pengawasan calon
penempatan, masa penempatan sam-
TKI/TKI yang bekerja di lauar negeri.
penyusunan
kebijakan,
termasuk
pai dengan purna penempatan;
Perlindungan TKI melalui penghentian dan pelarangan penempatan TKI;
dan
Tanggungjawab Pemerintah Daerah
terhadap Penempatan dan Perlindunan
TKI di Luar Negeri.
□ 14
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
Pilosofi perlindungan tenaga kerja
pada dasarnya berkaitan dengan hak untuk
memperoleh pekerjaan (right to work) dan
hak dalam pekerjaan (right in work). Right
to work tercantum dalam Pasal 6 Kovenan
EKOSOB yang mengatur pengakuan atas
hak pekerjaan, termasuk hak semua orang
atas kesempatan untuk mencari nafkah
melalui
pekerjaan
yang
dipilih
atau
diterima secara bebas, dan akan mengambil langkah-langkah yang memadai guna
melindungi haknya. Sedangkan right in
work tercantum pada Pasal 7 yang mengatur tentang hak setiap orang untuk menikmati kondisi kerja yang adil
dan
menguntungkan dalam rangka menjamin
pembayaran upah yang adil, kehidupan
yang layak bagi mereka beserta keluarganya, kondisi kerja yang sehat, serta kesempatanan untuk dipromosikan kejenjang
yang lebih tinggi berdasarkan senioritas
dan kemampuan, istirahat, liburan dan
pembatasan jam kerja yang wajar.
Hak atas pekerjaan sebagai salah satu hak yang telah diatur dalam kovenan
hak EKOSOB merupakan hal yang urgent
karena
secara
langsung
berhubungan
dengan kemampuan seseorang untuk memenuhi hak asasi lainnya, sebagaimana
diungkapkan oleh Manisuli Ssenyonjo:
Althought the right to work has
been described as ‘the right to be economically exploited’, only a right to
wage-earning labour, and ‘a duty to
work’, ie a duty imposed on individuals
to disassociate themselves from state
support, the importance of the right to
work has b aseen aptly summarised by
the ICESCR as follow:
The right to work is essential for
realising other human rights [including
the rights to life, education, helath,
housing, and adequate food] and forms
an inseparable and inherent part of
human dignity, Every individual has
the right to be able to work, allowing
him/her to live in dignity. The right to
work contributes at the same time to
the survival of individual and to that of
his/her family, and insofar as work is
freely chosen or accepted, to his/her
development and recognition within the
comunity.
Adapun kesimpulan penting dari
Komite Hak EKOSOB menyangkut hak
atas pekerjaan, yakni hak atas pekerjaan
merupakan
hal
yang
penting
dalam
mewujudkan HAM lainnya, termasuk hak
hidup, hak atas pendidikan, hak atas
kesehatan, hak atas perumahan dan hak
atas pangan yang layak dan itu adalah
bentuk yang tak terpisahkan dan melekat
pada martabat manusia. Setiap orang
memiliki hak untuk bekerja, dengan
bekerja berarti mengizinkan mereka untuk
hidup bermartabat. Hak atas pekerjaan
juga memberikan kontribusi terhadap bertahan hidupnya seseorang dan keluarganya dan selama pekerjaan itu adalah pekerjaan yang dipilihnya secara bebas atau
diterimanya untuk pengembangan dirinya
□ 15
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
dan mendapat pengakuan dalam masyara-
tanggungjawab
kat.
pemerintah provinsi dan pemerintah ka-
This chapter deals with two aspect of the right to work based on existing international human rights
standars. It focuses mainly on two aspect of the right to work, namely (i)
non-discrimination with particular reference to non-nationals and equal pay
for men and women; and (ii) freedom
from slavery,forced and compulsory
labour, and exploitative child labour.
Space liminations and the need to examine comprehensively the selected areas are the basis for the choices made
here.
Ada dua aspek yang terkandung di
dalam hak atas pekerjaan berdasarkan
standar HAM internasional, yaitu :
pemberian upah yang sama kepada
pekerja laki-laki dan perempuan;
Kebebasan dari perbudakan, bebas
dari pemaksaan dan bebas dari kerja
paksa dan kerjawajib serta eksploitasi
pekerja anak.
Kaitannya dengan perlindungan TKI
di luar negeri, right to work berkenaan
dengan pemberian kesempatan yang sama
terhadap setiap warga negara yang memenuhi persyaratan untuk bekerja di luar
negri. Right in work
berkaitan dengan
hak-hak TKI yang telah bekerja di luar
negeri. Hak-hak tersebut baik selama dalam penempatan maupun purna penempatan
dan
pemenuhannya
merupakan
pusat,
bupaten/kota.
Tanggungjawab
pemerintah
ter-
hadap calon TKI/TKI meliputi seluruh
proses/tahapan yang dimulai dari tahap
pra penempatan, selama penempatan, purna penempatan, hingga pemberdayaan
purna penempatan. Tanggungjawab tersebut tidak sepenuhnya di bebankan kepada
pemerintah pusat, tetapi secara terpadu
menjadi tanggungjawab bersama antara
pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota.
Pelaksanaan tanggungjawab oleh
Non diskriminasi yang khususnya ditujukan kepada pekerja asing dan
pemerintah
pemerintah pusat didasarkan atas undangundang, peraturan pemerintah, peraturan
menteri atau bentuk regulasi lainnya yang
dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Sedangkan pada tingkat daerah, harus dibentuk peraturan daerah sebagai legitimasi
pelaksanaan
urusan
yang
kewenangan
pemerintah
menjadi
daerah
se-
bagaimana di tegaskan pada Pasal 18 ayat
(6) UUD NRI 1945 “Pemerintahan daerah
berhak menetapkan peraturan daerah dan
peraturan-peraturan
lain
untuk
melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan”.
Selanjutnya, Pasal 17 ayat (1) UU
No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah, menegaskan bahwa “daerah ber-
□ 16
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
hak menetapkan kebijakan
d aerah un-
penempatan TKI serta program pem-
tuk menyelenggarakan
urusan
binaan dan perlindungan TKI.
pemerintahan yang menjadi kewenangan
Ketiga masalah pokok tersebut ha-
daerah. Yang dimaksud dengan “ke-
rus tercermin dalam kebijakan daerah
bijakan daerah” dalam ketentuan ini ada-
terutama dalam
lah peraturan daerah, peraturan kepala
akan di bentuk. Perlindungan di mulai se-
daerah, dan keputusan kepala daerah. Ke-
jak pra penempatan, masa penempatan,
bijakan yang dibuat oleh pemerintah dae-
sampai purna penempatan. Perlindungan
rah harus berpedoman pada
pada tahap pra penempatan mencakup
norma,
peraturan daerah yang
standar, prosedur, dan kriteria yang telah
perlindungan administratif
ditetapkan oleh pemerintah pusat. Jika
dungan teknis. Perlindungan administratis
ketentuan tersebut dilanggar, pemerintah
terkait dengan dokumen calon TKI, biaya
pusat
serta syarat-syarat kerja. Sedangkan per-
dapat
membatalkan
kebijakan
dan perlin-
lindungan teknis terkait dengan sosialisasi
pemerintah daerah.
Berdasarkan kedua ketentuan terse-
dan desiminasi informasi, peningkatan
but, pemerintah daerah dapat membentuk
kualitas calon TKI, pemenuhan hak-hak
peraturan daerah, peraturan kepala daerah,
TKI, serta pembinaan dan pengawasan.
dan/atau keputusan kepala daerah dalam
Perlindungan TKI melalui penghen-
rangka pelaksanaan urusan di bidang
tian dan pelarangan penempatan TKI
penempatan dan perlindungan TKI. Na-
dapat dilakukan dengan alasan pemerataan
mun demikian kebijakan daerah tidak
kesempatan kerja, kepentingan ketersedi-
boleh bertentangan dengan regulasi yang
aan tenaga kerja nasional,
telah ditetapkan oleh pemerintah pusat,
TKI; dan/atau jabatan/pekerjaan tertentu
dan
yang tidak sesuai dengan kemanusiaan
substansinya
harus
mengeja-
wantahkan kebijakan pemerintah pusat.
keselamatan
dan kesusilaan. Sedangkan program pem-
Salah satu kebijakan pemerintah
binaan dan perlindungan TKI pada da-
pusat yang terpenting adalah dengan
sarnya bertujuan untuk meningkatkan
ditetapkannya PP No. 3 Tahun 2013, yang
kompetensi, serta menyiapkan mental dan
menegaskan bahwa perlindungan TKI
spritual calon TKI untuk menghadapi
mulai dari pra penempatan, masa penem-
segala kemungkinan yang akan terjadi di
patan sampai dengan purna penempatan,
tempat kerja (negara tujuan). Pada tingkat
termasuk
pusat pembinaan dan pengawasan meru-
penghentian dan pelarangan
□ 17
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
pakan kewenangan
kementerian yang
Permasalahan bagi pemerintah dae-
bertanggungjawab di bidang ketenagaker-
rah terkait dengan penempatan TKI oleh
jaan, sedangkan pada tingkat provinsi
pemerintah
menjadi
BNP2TKI, karena proses rekrutmen TKI
tanggungjawab
instansi
yang
dilaksanakan
oleh
pemerintah daerah yang bertanggungja-
tidak
wab di bidang ketenagakerjaan.
pemerintah daerah (instansi teknis), se-
melakukan
koordinasi
dengan
Pemerintah pusat bertanggungjawab
hingga pemerintah daerah tidak memiliki
penuh atas semua proses penempatan TKI
data yang valid untuk menyusun ke-
di luar negeri, mulai
dari proses
bijakan terkait dengan perlindungan TKI.2
rekrutimen calon TKI, penempatan hingga
Pasal 7 PP No. 4 Tahun 2013 mene-
pemulangan TKI ke tanah air. Tanggung-
gaskan bahwa Penempatan TKI oleh
jawab
tahap
Pemerintah dilaksanakan oleh BNP2TKI
rekruitmen terutama yang dilaksanakan
dan berkoordinasi dengan instansi teknis
oleh BNP2TKI karena secara organisasi
terkait. Instansi teknis terkait yang di-
tidak melibatkan pemerintah daerah. Se-
maksud adalah instansi teknis yang ada
dangkan penempatan TKI yang dil-
di
aksanakan
oleh PPTKIS merupakan
pemerintah provinsi maupun pemerintah
tanggungjawab bersama semua tingkatan
pusat. Koordinasi dilakukan pada tahap
pemerintah,
menempatkan
perekrutan yang meliputi pemberian in-
pemerintah kabupaten/kota sebagai ujung
formasi, pendaftaran TKI, dan seleksi
tombak untuk memberikan perlindungan
TKI.3
pemerintah
pusat
dengan
pada
pemerintah
Perlindungan
preventif (perlindungan administratif dan
kabupaten/kota,
TKI masa penem-
teknis) terhadap setiap calon TKI. Seleksi
patan di mulai sejak TKI tiba di banda-
calon TKI dilaksanakan oleh pemerintah
ra/pelabuhan negara tujuan penempatan,
kabupaten/kota, dan hasilnya disampaikan
selama bekerja, sampai kembali ke banda-
kepada
untuk
ra debarkasi Indonesia. Perlindungan ter-
rekomendasi
kelayakan
sebut menjadi tanggungjawab pemerintah
Rekomendasi
pemerintah
pemerintah
mendapatkan
calon
TKI.
provinsi
pusat
melalui
perwakilan
yang
dil-
provinsi menjadi dasar bagi pemerintah
aksanakan berdasarkan hukum posisitf
pusat untuk menyetujui penempatan TKI
Indonesia, hukum negara setempat, serta
di negara tujuan.
2
Hasil wawancara dengan pejabat pada Kantor
Disnakertrans Provinsi Sulawesi Tengah.
3
Pasal 8 dan Pasal 9 PP No. 4 Tahun 2013.
□ 18
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
internasional
san pemerintahan yang sepenuhnya men-
dengan melibatkan pemangku kepent-
jadi kewenangan pemerintah pusat, urusan
ingan terkait. Perlindungan masa penem-
pemerintahan konkruen adalah adalah
patan
dan
urusan pemerintahan yang dibagi antara
pengawasan, bantuan dan perlindungan
Pemerintah pusat dan daerah provinsi dan
kekonsuleran, pemberian bantuanhukum,
daerah kabupaten/kota.
hukum
dan
kebiasaan
meliputi
pembinaan
pembelaan atas pemenuhanhak-hakTKI,
Pasal 9 ayat (4) UU No. 23 Tahun
perlindungan dan bantuan lainnyasesuai
2014 menyatakan urusan pemerintahan
denganketentuanperaturanperundang-
konkuren yang diserahkan ke daerah men-
undangan serta hukum dan kebiasaan in-
jadi dasar pelaksanaan otonomi daerah.
ternasional, dan upaya diplomatik.4
Urusan pemerintahan konkuren yang men-
Perubahan
rezim
undang-undang
jadi kewenangan daerah terdiri atas urusan
pemerintahan daerah berdampak langsung
pemerintahan
pada
antara
pemerintahan pilihan. Urusan pemerinta-
pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan
han wajib terdiri atas urusan pemerintahan
pemerintah kabupaten/kota. Rezim UU
yang berkaitan dengan pelayanan dasar
No. 32 Tahun 2004 berbeda dengan rezim
dan urusan pemerintahan yang tidak
undang-undang sebelumnya. Pengesahan
berkaitan dengan pelayanan dasar.
pola
hubungan
kerja
wajib
dan
urusan
UU No. 23 Tahun 2014 termasuk peru-
Pasal 12 UU No. 23 Tahun 2014
bahannya, juga berdampak pada peru-
merinci urusan pemerintahan wajib yang
bahan pola atau mekanisme hubungan
berkaitan dengan pelayanan dasar terdiri
kerja antara pusat dan daerah, terutama
atas 6 (enam) jenis urusan, urusanpe-
dalam bidang pembagian urusan.
merintahanwajibyangtidakberkai-
pemerintahan
tandengan pelayanan dasar terdiri dari 18
perspektif UU No. 23 Tahun 2015 lebih
(delapan belas) jenis urusan, dan urusan
rinci jika dibandingkan dengan UU No.
pemerintahan
32 Tahun 2004, bahkan memunculkan
(delapan) jenis urusan. Di antara pemba-
konsep baru, misalnya urusan pemerinta-
gian berbagai jenis urusan tersebut, bidang
han absolut, urusan pemerintahan konku-
ketenagakerjaan masuk dalam ranah uru-
ren, dan urusanan pemerintahan umum.
san konkuren yang bersifat wajib tetapi
Urusan pemerintahan absolut adalah uru-
tidak berkaitan dengan pelayanan dasar.
Pembagian
4
urusan
pilihan
terdiri
dari
8
Pasal 15 dan Pasal 16 PP No. 3 Tahun 2013.
□ 19
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
Dalam lampiran UU No. 23 Tahun
masyarakat untuk bekerja di luar negeri,
2014 Tentang Pemerintahan Daerah Bagi-
maka pemerintah daerah harus memben-
an G tentang urusan pemerintahan bidang
tuk peraturan daerah yang menjadi pe-
tenaga kerja, ditegaskan bahwa urusan
doman bagi pemerintah daerah serta pihak
pemerintah provinsi adalah “perlindungan
swasta
TKI di luar negeri (pra dan purna penem-
pengiriman TKI ke luar negeri.
dalam proses rekruitmen dan
patan) di daerah provinsi”. Demikian pula
Walaupun media massa banyak
pada tingkat kabupaten/kota. Berdasarkan
memberitakan tentang adanya tindakan
ketentuan tersebut, dapat disimpulkan
penganiayaan, penipuan, pemerkosaan,
bahwa, urusan tenaga kerja, termasuk
gaji yang tidak dibayar, serta tindakan-
penempatan dan perlindungan TKI di luar
tindakan lainnya kepada calon TKI/TKI,
negeri menjadi tanggungjawab bersama
namun hal tersebut tidak mengurungkan
antara
niat warga negara Indonesia untuk bekerja
pemerintah
pusat,
pemerintah
provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.
Jika pada tataran pemerintah pusat,
di luar negeri. Secara nasional jumlah
calon TKI/TKI untuk 5 (lima) tahun tera-
pemerintah telah membentuk UU No. 39
khir
Tahun 2004 beserta peraturan pelaksa-
jumlahnya cukup signifikan dan berasal
naanya, maka sebagai wujud tanggungja-
dari seluruh wilayah provinsi di Indonesia
wab pemerintah daerah sekaligus sebagai
sebagaimana tergambar pada tabel beri-
respon
kut
terhadap
tingginya
animo
mengalami
pluktuasi,
namun
ini:
Tabel 1
Penempatan TKI di Luar Negeri Tahun 2011 s/d 2016
NO
1
2
3
4
5
6
TAHUN
2011
2012
2013
2014
2015
Jan – Agust 2016
JUMLAH TKI
586.802
494.609
512.168
429.872
275.736
153.804
Sumber data: Subbid Pengolahan Data , Bidang Pengolahan dan Penyajian Data (PUSLITFO BNP2TKI)
Tabel 2
Penempatan TKI di Luar Negeri Berdasarkan Provinsi
Tahun 2012 s/d 2015
□ 20
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
PROVINSI
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
Nusa Tenggara Barat
Lampung
Sumatera Utara
Dki Jakarta
Bali
Banten
Sulawesi Selatan
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Di Yogyakarta
Sumatera Selatan
Sulawesi Utara
Kepulauan Riau
Sumatera Barat
Sulawesi Tengah
Aceh
Jambi
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Riau
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Barat
Maluku
Bengkulu
Bangka Belitung
Maluku Utara
Papua
Kalimantan Tengah
Papua Barat
Gorontalo
Total
2012
119,620
115,456
100,368
46,245
2013
129,885
105,971
93,843
63,438
2014
105,479
92,590
78,306
61,139
2015
63,102
57,077
48,312
51,743
16,259
13,728
15,021
14,082
10,853
13,875
8,328
17,975
13,299
14,248
14,617
13,244
10,358
5,308
18,500
14,782
7,561
7,716
9,720
7,497
5,515
16,109
12,054
1,212
4,869
4,257
2,348
3,307
2,607
4,620
1,874
1,742
1,427
1,176
820
762
747
797
959
459
641
625
353
317
144
44
47
67
75
46
494,609
10,091
4,967
2,662
1,543
1,540
1,639
1,066
910
934
888
716
717
689
542
325
334
110
56
110
60
54
29
512,168
5,190
3,808
1,958
1,076
1,223
1,227
896
951
835
711
449
868
423
450
312
319
49
121
48
69
47
37
429,872
2,221
1,856
1,403
428
804
789
586
786
528
422
179
556
135
132
78
294
22
85
8
24
6
4
275,736
Sumber data: Subbid Pengolahan Data , Bidang Pengolahan dan Penyajian Data (PUSLITFO BNP2TKI)
Salah satu indikator keseriusan
Faktanya,
baru
sebagian
kecil
pemerintah daerah dalam bidang perlin-
pemerintah daerah yang memiliki p