BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Periode Perkembangan Gigi Geligi - Perbandingan Prediksi Leeway space dengan Menggunakan Analisis Moyers dan Tanaka-Johnston pada Murid Sekolah Dasar Suku Batak di Kota Medan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Periode Perkembangan Gigi Geligi

  Terdapat empat tahap perkembangan gigi geligi manusia, yaitu periode bantalan gusi (gum pads), periode gigi desidui (primary dentition stage), periode gigi bercampur

  6,7,16,22,23 (mixed dentition stage), periode gigi permanen (permanent dentition).

  Periode pertama adalah periode bantalan gusi (gum pads) dimulai sejak lahir sampai usia sekitar 6-7 bulan dimana lengkung alveolar mempunyai konsistensi lentur

  16,23

  dan berwarna merah muda. Karakteristik periode ini terlihat adanya peninggian dan lekukan pada membran mukosa. Lengkung rahang pada rahang atas berbentuk seperti tapal kuda dan rahang bawah berbentuk seperti U yang lebar. Pada periode ini hubungan kedua rahang pada posisi istirahat terlihat open bite anterior dengan kontak hanya pada

  16,22 regio molar (Gambar 1).

  Gambar 1. Relasi rahang atas dan rahang

  22 n bawah pada periode bantalan gusi

  Periode kedua adalah periode gigi desidui (primary dentition stage). Periode ini dimulai dengan erupsi pertama gigi desidui. Gigi pertama yang erupsi biasanya insisivus sentralis mandibula sekitar umur 6-7 bulan. Ketika umur 2-3 tahun seluruh gigi desidui molar kedua permanen. Karakteristik yang paling penting pada periode ini yakni hubungan molar. Hubungan antero posterior dari gigi molar disebut juga terminal

  6,16,22-24

plane . Menentukan hubungan terminal plane pada periode gigi desidui

  merupakan hal yang paling baik karena erupsi gigi molar pertama permanen sangat bergantung pada kontak permukaan distal gigi molar kedua desidui pada rahang atas

  23

  7

  dan rahang bawah. Jumlah gigi pada periode ini adalah 20 gigi. Urutan erupsi gigi

  16,23

  pada periode gigi desidui adalah sebagai berikut :

  24 Gambar 2. Urutan erupsi gigi desidui

  Periode ketiga adalah periode gigi bercampur (mixed dentition stage). Pada periode gigi bercampur terlihat gigi desidui dan gigi permanen berada dalam rongga

  15,22

  mulut. Periode gigi bercampur ditandai dengan erupsinya gigi molar satu permanen

  6

  sekitar umur 6 tahun. Pada umumnya erupsi ini diikuti dengan erupsinya gigi insisivus sentralis permanen mandibula dan kemudian insisivus lateralis permanen mandibula pada umur 7-8 tahun, meskipun tidak jarang bahwa gigi insisivus permanen rahang

  16

  bawah dapat erupsi sebelum atau bersamaan dengan molar pertama permanen. Oklusi pada fase gigi bercampur bersifat sementara dan tidak statis sehingga memungkinkan

  25 terjadinya maloklusi.

  Periode keempat adalah periode gigi permanen (permanent dentition stage). Periode ini dimulai ketika usia 13 tahun dimana semua gigi permanen telah erupsi

  22 pertama permanen. Kemudian diikuti dengan insisivus sentralis, insisivus lateralis, kaninus, permolar pertama, premolar kedua, molar kedua, dan terakhir molar ketiga. Pada rahang atas premolar pertama dan premolar kedua erupsi lebih dahulu dibandingkan kaninus. Periode ini relatif lebih stabil dibandingkan dengan periode gigi

  6

  bercampur. Angle menyatakan bahwa terdapat tiga tipe oklusi normal gigi manusia

  4,6,23

  yaitu :

  a. Klas I Angle : tonjol mesiobukal gigi molar pertama permanen rahang atas beroklusi pada groove bukal gigi molar pertama permanen rahang bawah. Relasi Klas I Angle disebut neutrocclusion.

  b. Klas II Angle : tonjol distobukal gigi molar pertama permanen rahang atas beroklusi pada groove bukal gigi molar pertama permanen rahang bawah. Relasi Klas II Angle disebut distocclusion.

  c. Klas III Angle : tonjol mesiobukal gigi molar pertama permanen rahang atas beroklusi pada interdental antara gigi molar pertama dan molar kedua permanen mandibula. Relasi Klas III Angle disebut mesiocclusion (Gambar 3).

  Gambar 3. Klasifikasi Angle: (A) Klas I; (B)

  6,23

  Klas II; (C) Klas III Pada periode gigi bercampur, baik gigi desidui maupun gigi permanen terdapat

  23,24

  pada lengkung gigi (Gambar 4). Oleh karena itu, kasus maloklusi sering terlihat pada periode ini. Diperlukan adanya tindakan atau perawatan interseptif ortodonsia agar mencegah maloklusi tersebut berkembang. Tindakan dan perawatan terhadap maloklusi yang dilakukan pada tahap awal atau pada masa tumbuh kembang aktif lebih

  11 menguntungkan karena masih adanya kesempatan menghilangkan faktor penyebab.

  Gambar 4. Gambaran periode gigi bercampur (setelah erupsi gigi

  23

  permanen molar pertama dan insisivus) Periode gigi bercampur terbagi atas 3 fase, yaitu fase transisi pertama, fase inter-

  22 transisi dan fase transisi kedua.

2.2.1 Fase Transisi Pertama

  Fase ini ditandai dengan erupsinya molar pertama permanen pada usia 6

  17,22

  tahun. Gigi ini mempunyai peranan penting dalam menentukan dan menetapkan hubungan oklusi pada masa gigi permanen nantinya. Ada tiga tipe hubungan molar

  4,22

  permanen :

  a. Flush terminal plane adalah keadaan dimana permukaan distal molar kedua rahang atas dan rahang bawah dalam satu dataran vertikal(Gambar 6). Pada relasi ini diperoleh erupsi gigi molar pertama permanen cusp-to-cusp, ini merupakan keadaan yang normal pada gigi desidui dan kemudian akan terkoreksi menjadi hubungan molar Klas I Angle dengan memanfaatkan ruangan yang tersedia yaitu Leeway space. Pergeseran molar rahang bawah dari satu dataran vertikal menjadi Klas I Angle dapat

  6,15,16,19,22-24

  terjadi dengan dua cara, yakni :

  • Early mesial shift dimana pada primate space (diastema yang terdapat diantara insisivus lateral dan kaninus desidui atas dan diantara kaninus desidui dan molar pertama desidui bawah) akan tertutup oleh pergerakan ke depan molar pertama

  22 permanen (Gambar 5). Perubahan ini terjadi pada awal fase gigi bercampur.

  • Late mesial shift dimana molar pertama permanen bawah hanya bergerak ke mesial secara langsung setelah kehilangan gigi molar kedua desidui bawah; karena lebar mesiodistal dari molar kedua desidui rahang bawah lebih besar dibandingkan dengan rahang atas, tanggalnya gigi molar kedua desidui bawah tersebut menghasilkan pergerakan yang besar ke mesial pada gigi molar pertama permanen bawah (Gambar 5). Perubahan ini terjadi pada akhir fase gigi

  22 bercampur.

  (A) (B) Gambar 5. Pergeseran molar rahang bawah: (A) Early mesial shift; (B) Late

  22 mesial shift.

  b. Mesial step adalah keadaan dimana permukaan distal dari gigi molar kedua desidui rahang bawah berada lebih mesial dibanding dengan permukaan distal gigi periode gigi bercampur saat mesial step adalah Klas I Angle. Jika pertumbuhan mandibula terus berlanjut, maka dapat terjadi relasi molar Klas III Angle dan jika pertumbuhan mandibula ke depan minimal, maka akan terjadi relasi molar Klas I Angle

  6,15,19,22,23 (Gambar 7).

  c. Distal step adalah keadaan dimana permukaan distal gigi molar pertama permanen rahang bawah berada lebih distal daripada molar kedua desidui rahang atas (Gambar 6). Hubungan molar ini tidak dapat terkoreksi lagi meskipun terbantu oleh

  

Leeway space dan pertumbuhan rahang, hubungan gigi molar pertama permanen yang

22,23 akan erupsi akan menghasilkan relasi Klas II Angle (Gambar 7).

  Gambar 6. Hubungan molar kedua gigi desidui: (A) Flush terminal plane; (B) Mesial

  23 step ; (C) Distal step Gambar 7. Hubungan oklusal pada molar desidui dan

  22 molar permanen.

2.2.2 Fase Inter-transisi

  Fase ini merupakan fase yang stabil dimana hanya terjadi perubahan yang sedikit. Gigi yang terlihat pada rahang atas maupun rahang bawah pada fase ini adalah insisivus dan molar pertama permanen bersama dengan gigi kaninus dan molar desidui.

  22 Berikut ini merupakan ciri fase inter-transisi :

  a. Oklusal dan interproksimal pada gigi desidui terlihat rata dikarenakan morfologi oklusal yang menyerupai dataran.

  b. Ugly duckling stage yakni keadaan dimana terdapat diastema diantara kedua gigi insisivus sentralis rahang atas yang terjadi pada usia 8-9 tahun (Gambar 8). Namun kondisi ini akan terkoreksi sendiri dimana benih gigi kaninus permanen yang erupsi ke arah labial akan mempengaruhi akar gigi insisivus lateralis permanen rahang atas dan mendorong insisivus lateralis ke mesial. Bila gigi kaninus permanen telah erupsi,

  16 insisivus lateralis akan tegak dan diastema akan tertutup.

  c. Pembentukan akar terjadi pada insisivus, kaninus dan molar yang akan erupsi dengan seiringnya peningkatan puncak prosesus alveolaris.

  Gambar 8. Gambaran radiografi ugly

  22 duckling stage .

2.2.3 Fase Transisi Kedua

  Karakteristik pada fase ini ditandai dengan erupsinya gigi kaninus permanen rahang bawah dan premolar pertama rahang atas dan rahang bawah pada usia sekitar 10,5 tahun. Kemudian diikuti dengan erupsi premolar kedua rahang atas dan rahang bawah dan gigi kaninus rahang atas pada usia sekitar 11 tahun. Kombinasi lebar mesiodistal kaninus desidui dan premolar biasanya lebih kecil daripada gigi yang akan digantikan. Akibat perbedaan ukuran ini akan dijumpai kelebihan ruang yang oleh Nance disebut dengan Leeway space. Besar Leeway space pada mandibula lebih besar daripada maksila. Kelebihan ruang yang tersedia setelah pergantian molar dan kaninus desidui dimanfaatkan untuk pergeseran ke arah mesial oleh gigi molar bawah agar terjadi relasi molar Klas I Angle. Fase transisi kedua ini berakhir ketika erupsi molar

  7,17,19 kedua permanen pada usia 12 tahun.

  22 Urutan erupsinya gigi pada fase transisi kedua ini adalah sebagai berikut : 1. Tanggalnya gigi molar dan kaninus desidui pada usia sekitar 10 tahun.

  2. Erupsinya gigi kaninus dan premolar permanen. Gigi tersebut erupsi setelah berhenti 1-2 tahun mengikuti erupsi gigi insisvus permanen. Gigi posterior yang pertama sekali erupsi adalah kaninus dan premolar rahang bawah pada usia 9-10 tahun dan diikuti dengan erupsinya kaninus dan premolar rahang atas pada usia 11-12 tahun.

  3. Erupsinya gigi molar kedua permanen. Ketika akan erupsi, gigi molar kedua permanen tumbuh kearah mesiolingual. Gigi molar kedua permanen ini terbentuk di palatal dan diarahkan ke oklusi yang benar dengan mekanisme Cone Funnel (cusp palatal jatuh pada fossa oklusal). Hal ini mengakibatkan panjang lengkung akan berkurang akibat gaya tekanan erupsi gigi molar kedua ke arah mesial dan kemudian crowding akan terlihat pada fase ini.

  4. Pembentukan oklusi.

2.3 Leeway Space

  Ukuran mesiodistal gigi kaninus dan molar desidui lebih besar dibandingkan dengan ukuran yang diperlukan untuk erupsi gigi permanen penggantinya. Perbedaan ukuran lebar mesiodistal antara gigi desidui dan permanen disebut sebagai Leeway

  7,26

space. Nance pada tahun 1947 melakukan penelitian dan memperoleh hasil bahwa

  terdapat selisih antara lebar mesiodistal gigi kaninus hingga molar desidui dan lebar mesiodistal gigi kaninus hingga premolar permanen. Selisih ini dinamakannya sebagai

  6 Leeway space (Gambar 8). Besar Leeway space pada rahang atas sekitar 1-1,5 mm

  pada setiap kuadrannya dan rahang bawah sekitar 2-2,5 mm pada setiap kuadrannnya

  17 dengan perbedaan variasi pada setiap individu.

  Ukuran Leeway space pada rahang bawah lebih besar dibandingkan dengan rahang atas. Hal ini disebabkan karena gigi molar desidui rahang bawah lebih besar

  7

  dibandingkan dengan gigi molar desidui rahang atas. Gigi molar kedua desidui ini memiliki selisih lebar hingga 2 mm lebih besar dibandingkan dengan gigi premolar kedua permanen. Gigi molar rahang bawah biasanya bergerak lebih ke mesial dibandingkan dengan gigi molar rahang atas. Selama oklusi normal ini berlangsung, sekitar 2 mm dari Leeway space akan digunakan untuk pergerakan ke anterior oleh gigi

  17,26 molar permanen.

  Dengan mengetahui ukuran Leeway space dengan tepat, para klinisi dapat lebih mudah menentukan keputusan apakah diperlukan perawatan ortodontik atau tidak. Pada beberapa kasus, ukuran Leeway space akan berkurang ketika gigi desidui mengalami perawatan ortodontik menjadi penting untuk mempertahankan ruang bagi erupsi gigi

  26 permanen nantinya.

  26 Gambar 9. Leeway space

2.4 Metode Pengukuran Mesiodistal Gigi

  2.4.1 Metode Moorrees

  Moorrees dkk., dalam penelitiannya mengemukakan bahwa lebar mesiodistal gigi diperoleh dengan cara mengukur lingkaran terbesar diantara titik kontak interdental

  15,27

  gigi menggunakan kaliper yang diletakkan sejajar dengan bidang oklusal gigi (Gambar 10 A).

  2.4.2 Metode Mullen

  Mullen dkk., dalam penelitiannya mengemukakan cara pengukuran mesiodistal gigi menggunakan kaliper digital yakni diperoleh dengan cara meletakkan ujung tip

  28

  kaliper tegak lurus dengan bidang oklusal gigi (Gambar 10 B). Metode ini lebih banyak digunakan dibandingkan metode yang lainnya. Sutan melakukan uji t terhadap metode Mullen dan metode Moorrees dan menemukan hasil bahwa metode Mullen

  15 dianggap lebih tepat dibandingkan metode Moorrees.

  A B

  Gambar 10. Cara pengukuran mesiodistal gigi menggunakan metode : (A) Moorrees; (B) Mullen.

2.5 Analisis Kebutuhan Ruang pada Masa Gigi Bercampur

  Berbagai literatur mengemukakan ada tiga analisis yang dapat digunakan untuk memprediksi lebar ukuran mesiodistal gigi kaninus permanen dan premolar permanen

  9

  yang belum erupsi, yakni analisis radiografi, non radiografi, dan kombinasi. Analisis radiografi dapat digunakan baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Nance adalah orang yang pertama sekali menggunakan analisis radiografi untuk menganalisis perbedaan ukuran mesiodistal gigi kaninus, molar pertama, molar kedua desidui dan

  5

  gigi kaninus, premolar pertama, premolar kedua yang belum erupsi. Melihat ukuran mesiodistal gigi dari teknik radiografi memerlukan hasil gambar tidak distorsi karena

  29

  akan mempengaruhi keakuratan hasil pengukuran. Namun sekarang sudah ada analisis radiografi yang lebih akurat untuk memprediksi lebar gigi yang belum erupsi, yaitu dengan menggunakan cone-beam computed tomograph, dimana teknik ini menggunakan gambar tiga dimensi. Keunggulan dari radiografi tiga dimensi ini adalah dapat memprediksi dengan baik ukuran mesiodistal gigi, selain itu dapat menentukan dengan tepat dan efisien analisis oklusi pasien. Kekurangan radiografi tiga dimensi ini yaitu memerlukan operator yang berpengalaman dan harganya yang relatif

  1,14,19,30 mahal.

  Analisis non radiografi yang digunakan untuk memprediksi ukuran gigi

  16 permanen yang belum erupsi dikembangkan dari perhitungan statistik korelasi.

  Analisis persamaan regresi pertama kali digunakan oleh Ballard dan Wylie pada tahun 1947, selain itu dikembangkan pula oleh beberapa peneliti dengan teknik yang berbeda

  2,14-16,19

  yakni Moyers pada tahun 1973 dan Tanaka-Johnston pada tahun 1974. Analisis Moyers menggunakan tabel probabilitas untuk memprediksi ukuran mesiodistal kaninus

  12

  dan premolar yang akan erupsi pada maksila dan mandibula. Tabel ini digunakan dengan cara menjumlahkan ukuran mesiodistal dari keempat insisivus permanen

  2,12,19 mandibula, kemudian hasilnya dibandingkan dengan nilai pada tabel probabilitas.

  Analisis Tanaka-Johnston merupakan analisis yang menggunakan perhitungan praktis, oleh karena menggunakan rumus prediksi yang diperoleh dari suatu perhitungan regresi

  13

  linier baik untuk mandibula maupun maksila. Analisis ini tidak menggunakan tabel probabiliti seperti analisis Moyers dan dianggap sangat sederhana, memiliki tingkat

  2,13,19 keakuratan yang cukup baik dengan tingkat kesalahan yang kecil.

  Analisis kombinasi / gabungan merupakan analisis yang menggabungkan antara analisis radiografi dengan teknik perhitungan pada model dalam memprediksi jumlah lebar mesiodistal gigi kaninus dan premolar yang akan erupsi. Analisis ini pertama kali

  9

  dikembangkan oleh Hixon dan Oldfather pada tahun 1958. Analisis kombinasi merupakan analisis yang paling akurat karena melihat dari gambaran radiografi dan juga menjumlahkan keempat gigi insisivus pada cetakan model untuk memprediksi ukuran

  9,14,19 mesiodistal kaninus dan premolar permanen.

2.5.1 Analisis Moyers

  Analisis Moyers ini menggunakan keempat gigi insisivus permanen bawah yang

  12,19

  sudah erupsi sebagai pedoman dengan pertimbangan sebagai berikut : 1. Gigi permanen yang tumbuh paling awal.

  2. Mudah diukur dengan tepat intra oral atau ekstra oral.

  3. Ukuran tidak bervariasi apabila dibandingkan insisivus permanen atas. Analisis Moyers menggunakan jumlah lebar mesiodistal insisivus rahang bawah maupun rahang bawah. Moyers menyatakan untuk memprediksi ukuran mesiodistal kaninus dan premolar yang belum erupsi dapat menggunakan tabel probabiliti dengan tingkat kerpercayaan 5%-95%. Namun, Moyers menyarankan penggunaan tabel probabiliti pada derajat kepercayaan 75% sebagai acuan karena tingkat tersebut

  15 dianggap aman dari maloklusi (crowded dan diastema).

  12,19

  Cara penggunaan tabel probabiliti Moyers adalah sebagai berikut :

  1. Lebar mesiodistal keempat insisivus permanen bawah diukur dan dijumlahkan.

  2. Gunakan jumlah lebar mesiodistal keempat insisivus permanen bawah untuk memprediksi jumlah lebar mesiodistal kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua pada rahang bawah dan rahang atas dengan menggunakan tabel probabilitas pada derajat kepercayaan 75%.

  3. Tentukan jumlah ruang yang tersedia pada regio kaninus-premolar dengan mengukur jarak antara distal insisivus lateral sampai mesial molar pertama permanen.

  4. Bandingkan jumlah ruang yang tersedia dengan ruang yang diperkirakan.

2.5.2 Analisis Tanaka-Johnston

  Analisis Tanaka-Johnston diperkenalkan pada tahun 1974 yang dikembangkan

  13

  dari 506 sampel yang berasal dari keturunan Eropa Utara. Analisis ini merupakan pengembangan dari analisis Moyers dan tidak membutuhkan foto radiografi maupun tabel sehingga praktis digunakan. Metode Tanaka-Johnston memiliki koefisien korelasi sebesar 0,63 untuk rahang atas dan 0,65 untuk rahang bawah. Rumus analisis Tanaka-

  13,15,19 Johnston dapat dilihat pada rumus dibawah ini.

  Rumus :

  ● Perkiraan lebar mesiodistal kaninus dan premolar permanen rahang bawah dalam satu kudran : ∑

  • =

  , ● Perkiraan lebar mesiodistal kaninus dan premolar permanen rahang atas dalam satu kudran :

  ∑

  • =

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Ukuran Mesiodistal Gigi

  2.6.1 Genetik

  26 Lebar mesiodistal gigi juga dipengaruhi oleh genetik. Penelitian Hucal

  membandingkan antara 97 pasangan kembar monozigot dan dizigot ditemukan bahwa terdapat hubungan faktor genetik yang kuat pada kembar monozigot terhadap ukuran

  5

  gigi dan morfologi gigi. Berdasarkan pengetahuan terkini, jaringan-jaringan utama yang dapat mengalami deformitas dentofasial karena pengaruh genetik antaranya termasuk gigi yang meliputi ukuran, bentuk, jumlah, mineralisasi gigi, letak erupsi, dan

  21

  posisi benih gigi. Berdasarkan kedua penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara faktor genetik dengan ukuran gigi.

  2.6.2 Jenis Kelamin

  Pada penelitian Al-Bitar dkk., mengenai pengukuran lebar mesiodistal gigi permanen pada 367 orang Jordania dengan menggunakan kaliper, diperoleh bahwa laki- laki memiliki ukuran gigi yang lebih besar dari perempuan dan gigi insisivus lateralis maksila memiliki tingkat variabilitas lebih besar sementara gigi molar pertama memiliki

  20

  tingkat variabilitas terendah dalam ukuran lebar mesiodistal. Hal ini disebabkan oleh periode proses amelogenesis yang panjang pada gigi desidui dan permanen laki-laki, sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran gigi sangat dipengaruhi oleh jenis kelamin,

  6,29,30 dimana ukuran gigi laki-laki lebih besar dibandingkan dengan perempuan.

  2.6.3 Lingkungan

  Hucal menyatakan variasi ukuran gigi merupakan pencerminan proses evolusi yang sedang berlangsung. Variasi lebar mesiodistal gigi dapat disebabkan oleh variasi

  5 ras, gender, dan lingkungan. Faktor lingkungan yang dimaksudkan adalah nutrisi.

  Nutrisi sebagai faktor pertumbuhan dapat mempengaruhi erupsi, proses kalsifikasi, bahkan bentuk dan ukuran gigi. Keterlambatan waktu erupsi gigi dapat dipengaruhi oleh faktor kekurangan nutrisi, seperti vitamin D. Ukuran gigi terkait dengan faktor

  6,31 lingkungan setelah kelahiran hanyalah sedikit pengaruhnya.

  2.6.4 Ras Proto-Melayu

  Ras adalah sekelompok manusia yang dapat dibedakan dari kelompok lain dengan ciri-ciri jasmaniah tertentu yang diperoleh dari keturunan, sesuai dengan hukum

  32,33

  genetika. Indonesia terdiri atas beragam suku bangsa. Suku-suku bangsa tersebut awalnya berasal dari ras Mongoloid dan Australomelanesid yang membentuk sub-ras Proto Melayu. Kelompok manusia pada gelombang pertama yang tiba di kepulauan Indonesia, dikenal sebagai ras Melayu Tua atau Proto Melayu. Kelompok Proto Melayu datang sebelum 3000 SM dari Yunan melalui Indo Tiongkok untuk mencapai

32 Indonesia. Ras Proto-Melayu terdiri atas suku Batak di Sumatera Utara, Gayo, Sasak,

  dan Toraja di Sulawesi Barat. Ras Proto-Melayu yang menempati pulau Sumatera

  15 adalah suku Batak.

  Suku Batak memiliki beberapa sub suku yang masih memiliki ikatan kuat antara satu dengan lainnya, yaitu sub suku Toba, Mandailing, Karo, Simalungun, dan Pakpak. Namun ada juga yang menyebut sebelas, yaitu kelima sub tersebut ditambah dengan

  33 Pasisir, Angkola, Padang Lawas, Melayu, Nias dan Gayo. Sutan dalam penelitiannya

  mengatakan bahwa lebar mesiodistal gigi suku Batak lebih besar dari suku Jawa dan Madura, tetapi lebih kecil dibandingkan ras campuran Proto-Melayu dan Deutro-

15 Melayu. Perbedaan latar belakang ras/etnik dapat mempengaruhi perkembangan gigi

  

14

  geligi dan perkembangan oklusal seseorang. Hucal melakukan penelitian variasi besar gigi permanen yang terdapat pada berbagai ras. Penelitian perbedaan lebar mesiodistal pada gigi rahang atas dilakukan pada sampel orang kulit putih di Amerika, Jepang, suku Aborigin di Australia, dan Norwegia. Dari data yang didapatkan, Hucal menyimpulkan

  5 bahwa besar gigi permanen sangat bermacam-macam pada setiap ras yang berbeda.

2.7 Kerangka Teori

  Deutro-Melayu Proto-Melayu Kaukasoid Mongoloid Negroid Ras Lingkungan

  Jenis Kelamin Genetik Radiografi Kombinasi

  Analisa ruang pada masa gigi bercampur Faktor yang mempengaruhi ukuran mesiodistal gigi

  Leeway space Fase Transisi Kedua

  Fase Intertransisi Persamaan regresi (Tanaka-Johnston dan Moyers)

Periode Perkembangan Gigi Geligi

  Pra dental Desidui Bercampur Permanen Fase Transisi

  Pertama Suku Batak Suku Toraja Suku Sasak Suku Gayo

2.8 Kerangka Konsep

  • Murid Sekolah Dasar usia 7-10 tahun
  • Suku Batak -
  • Bahan cetak
  • Bahan pengisi cetakan
  • Waktu pengisian cetakan
  • Hubungan molar Klas I Angle kanan dan kiri
  • Genetik -

  Keterangan : Variabel tergantung Variabel bebas Variabel terkendali

  Variabel tak terkendali Ukuran lebar mesiodistal gigi Besar Leeway space rahang atas dan rahang bawah

  Lingkungan

  Jenis Kelamin

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Implementasi E-SPT, Implementasi E-Filing, dan Sanksi Administrasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Melaporkan SPT Masa PPN di KPP Pratama Medan Kota

0 1 10

Pengaruh Implementasi E-SPT, Implementasi E-Filing, dan Sanksi Administrasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Melaporkan SPT Masa PPN di KPP Pratama Medan Kota

0 0 12

Pengaruh Working Capital Turnover, Economic Value Added, dan Market Value Added Terhadap Market Capitalization Pada BUMN Yang Terdaftar Di BEI Periode 2009-2013

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Market Capitalization - Pengaruh Working Capital Turnover, Economic Value Added, dan Market Value Added Terhadap Market Capitalization Pada BUMN Yang Terdaftar Di BEI Periode 2009-2013

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Working Capital Turnover, Economic Value Added, dan Market Value Added Terhadap Market Capitalization Pada BUMN Yang Terdaftar Di BEI Periode 2009-2013

0 0 8

Pengaruh Working Capital Turnover, Economic Value Added, dan Market Value Added Terhadap Market Capitalization Pada BUMN Yang Terdaftar Di BEI Periode 2009-2013

0 0 12

Pengaruh Diversifikasi Fee Based Income Terhadap Profitabilitas (ROA) Pada Bank Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2009-2013

0 0 14

2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank - Pengaruh Diversifikasi Fee Based Income Terhadap Profitabilitas (ROA) Pada Bank Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2009-2013

0 1 29

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Diversifikasi Fee Based Income Terhadap Profitabilitas (ROA) Pada Bank Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2009-2013

0 0 11

Ukur lebar mesiodistal gigi insisivus rahang bawah Ukur jarak distal insisivus lateral- mesial molar pertama permanen rahang atas dan rahang bawah (Available space)

0 0 31