BAB II PENGELOLAAN KASUS 2.1 Konsep Dasar Sectio Caesaria 2.1.1 Definisi Sectio Caesaria - Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Gangguan Aman Nyaman: Nyeri pada Post Operasi Sectio Caesaria di RSUD. dr. Pirngadi Medan

BAB II PENGELOLAAN KASUS

2.1 Konsep Dasar Sectio Caesaria

  2.1.1 Definisi Sectio Caesaria Sectio Caesaria adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi per

  abdominal dengan melalui insisi pada dinding abdomen dan dinding uterus interior, biasanya yang sering dilakukan insisi segmen bawah tranversal (Farrer, 2001).

  Persalinan sectio saecaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. Persalinan sectio

  cesaria dipengaruhi oleh beberapa indikasi diantaranya indikasi ibu dan

  indikasi janin. Indikasi ibu antara lain : disproporsi kepala

  panggul /CPD/FDP, disfungsi uterus, distosia jaringan lunak dan plasenta previa. Sedangkan indikasi jain antara lain : janin besar, gawat janin, letak

  lintang (Kasdu, 2003).

  2.1.2 Tipe – tipe Sectio Caesaria

  Menurut Farrer (2001), tipe-tipe sectio caesaria adalah: 1.

  Segmen Bawah: insisi melintang Pada bagian segemen bawah uterus dibuat insisi melintang yang kecil, luka ini dilebarkan ke samping dengan jari-jari tangan dan berhenti didekat daerah pembuluh-pembuluh darah uterus. Kepala janin yang pada sebagian besar kasus terletak dibalik insisi diekstraksikan atau didorong, diikuti oleh bagian tubuh lainnya dan kemudian plasenta serta selaput ketuban.

2. Segemen Bawah: insisi membujur

  Cara membuka abdomen dan menyingkapi uterus sama seperti pada insisi melintang. Insisi membujur dibuat dengan skapel dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk menghindari cidera pada bayi.

  3. Sectio Caesaria klasik Insisi longitudinal digaris tengah dibuat dengan skapel ke dalam dinding uterus anterior uterus dan dilebarkan ke atas serta ke bawah dengan gunting berujung tumpul. Diperlukan luka insisi yang lebar karena bayi dilahirkan dengan presentasi bokong dahulu, janin atau plasenta dikeluarkan dan uterus ditutup dengan jahitan tiga lapis.

  4. Sectio Caesaria Ekstra Peritonial Pembedahan ekstra peritonial dikerjakan untuk menghindari perlunya histerektomi pada kasus-kasus yang mengalami infeksi luas dengan mencegah peritonitis generalisasi yang sering bersifat fatal.

2.1.3 Komplikasi Sectio Caesaria

  Komplikasi Sectio Caesaria menurut Farrer (2001) adalah: 1.

  Nyeri pada daerah insisi.

  2. Perdarahan primer sebagai akibat kegagalan mencapai homeostatis karena insisi rahim atau akibat atonia uteri yang dapat terjadi setelah pemanjangan masa persalinan.

  3. Sepsis setelah pembedahan, frekuensi dan komplikasi ini lebih besar bila sectio caesaria dilaksanakan selama persalinan atau bila terdapat infeksi dalam rahim.

  4. Cidera pada sekeliling usus besar, kandung kemih yang lebar dan ureter.

  5. Infeksi akibat luka pasca operasi.

  6. Bengkak pada ekstremitas bawah.

  7. Gangguan laktasi.

  8. Penurunan elastisitas otot perut dan otot dasar panggul.

  9. Potensi terjadinta penurunan kemampuan fungsional.

2.2 Konsep Dasar Nyeri

2.2.1 Definisi Nyeri

  Pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan (Wilkinson, 2011). Menurut Potter dan Perry (2006), orang yang merasakan nyeri yang dapat mengukur tingkatan nyeri yang dialaminya.

  Menurut McCaffery (1980), menyatakan bahwa nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja saat seseorang mengatakan merasakan nyeri. Suatu sensasi yang tidak menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain, sehingga individu merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan mengganggu aktifitas sehari-hari (Asmadi, 2008).

  Suatu konsep / nilai yang berkaitan dengan nyeri :

  • Nyeri hanya dapat dirasakan dan digambarkan secara akurat oleh individu yang mengalami nyeri itu sendiri.
  • Apabila seorang pasien mengatakan bahwa dia nyeri, maka dia benar merasakan nyeri
  • Nyeri mencakup dimensi psikis, emosional, kognitif, sosiokultural dan spiritual.
  • Nyeri sebagai peringatan terhadap adanya ancaman yang bersifat aktual maupun potensial

  2.2.2 Etiologi

  Menurut Asmadi (2008), penyebab nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu penyebab yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi, maupun elektrik), peradangan, gangguan sirkulasi darah. Secara psikis, penyebab nyeri dapat terjadi oleh karena adanya trauma psikologis.

  Nyeri yang disebabkan oleh faktor fisik berkaitan dengan terganggunya serabut saraf reseptor nyeri. Serabut saraf reseptor nyeri ini terletak dan tersebar pada lapisan kulit dan pada jaringan-jaringan tertentu yang terletak lebih dalam. Sedangkan nyeri yang disebabkan faktor psikologis merupakan nyeri yang dirasakan bukan karena penyebab organik, melainkan akibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik (Asmadi, 2008).

  2.2.3 Klasifikasi Nyeri

  Nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan berdasarkan pada tempat, sifat, berat ringannya nyeri, dan waktu lamanya serangan.

  a.

  Nyeri berdasarkan tempatnya: 1)

  Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya pada kulit, mukosa. 2)

  Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam atau pada organ-organ tubuh visceral. 3)

  Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah yang berbeda, bukan daerah asal nyeri. 4)

  Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena pemasangan pada sistem saraf pusat, spinal cord, batang otak, talamus.

  b.

  Nyeri berdasarkan sifatnya: 1)

  Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.

  2) Steady pain, yaitu nyeri yang timbul akan menetap serta dirasakan dalam waktu yang lama.

  Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronik Tujuan Memperingatkan klien terhadap adanya cedera / masalah

  Vital sign dalam

  Tidak terdapat respon otonom

  Respon otonom Frekuensi jantung meningkat Volume sekuncup meningkat Tekanan darah

  Durasi lama (6 bulan / lebih) Ringan sampai berat

  Durasi singkat (dari beberapa detik sampai 6 bulan) Ringan sampai berat

  Awitan Mendadak Terus menerus Durasi Intensitas

  Memberikan alasan pada klien untuk mencari informasi berkaitan dengan perawatan dirinya

  2) Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

  3) Paroxysmal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap

  1) Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas.

  Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi d. Nyeri berdasarkan waktu lamamnya serangan :

  Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi 3)

  Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah 2)

  Nyeri berdasarkan berat ringannya: 1)

  c.

  ±10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.

  batas normal meningkat Dilatasi pupil meningkat Tegangan otot meningkat Motilitas gastrointestinal meningkat

  Respon psikologis Anxietas Depresi Keputusasaan Mudah tersinggung Menarik diri

  Contoh Nyeri bedah, trauma Nyeri kanker, arthritis, euralgia terminal

2.2.4 Teori Nyeri

  Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangasangan nyeri, di antaranya (Barbara C. Long, 1989):

  1. Teori Pemisahan (Specificity Theory) Menurut teori ini, rangasangan sakit masuk ke medulla spinalis (spinal cord) melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya, dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.

  2. Teori Pola (Pattern Theory) Rangsangan nyeri masuk melalui akar gangglion dorsal ke medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu respons yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh modalitas respon dari reaksi sel T

  3. Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory) Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja serat saraf besar dan kecil yang keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis.

  Rangasangan pada serat saraf besar akan meningkatkan aktivitas substansia gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan menyebablan hantaran rangasangan ikut terhambat. Rangsangan serat besar dapat langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui serat eferen dan reaksinya memengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktivitas substansia gelatinosa dan membuka pintu mekanisme, sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri.

  4. Teori Transmisi dan Inhibisi Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-implus saraf, sehingga transmisi implus nyeri menjadi efektif oleh neurotransmiter yang spesifik. Kemudian, inhibisi implus nyeri menjadi efektif oleh implus-implus pada serabut- serabut besar yang meblok implus-implus pada serabut lamban dan endogen opiate sistem supresif.

2.2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

  Menurur Sigit (2010), terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi persepsi dan reaksi masing-masing individu terhadapa nyeri, diantaranya :

  Usia

  • Usia merupakan variabel yang paling penting dalam mempengaruhi nyeri pada individu.

  Jenis kelamin

  • Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam berespon terhadapa nyeri. Hanya beberapa budaya yang mengganggap bahwa seorang anak laki-laki harus lebih berani dan tidak boleh menangis dibandingkan anak perempuan dalam situasi yang sama ketika merasakan nyeri. Kebudayaan •

  Banyak yang berasumsi bahwa cara berespon pada setiap individu dalam masalah nyeri adalah sama, sehingga mencoba mengira bagaimana pasien berespon terhadap nyeri. Makna nyeri

  • Makna nyeri pada seseorang mempengaruhui pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Lokasi dan tingkat keparahan nyeri
  • Nyeri yang dirasakan mungkin terasa ringan, sedang atau bisa jadi merupakan nyeri yang berat. Perhatian •

  Tingkat perhatian seseorang terhadap nyeri akan mempengaruhi persepsi nyeri. Ansietas (kecemasan)

  • Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas yang dirasakan seseorang seringkali meningkatkan persepsi nyeri, akan tetapi nyeri juga akan menimbulkan ansietas. Keletihan •

  Keletihan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan sensasi nyeri dan menurunkan kemampuan koping individu. Pengalaman sebelumnya

  • Seseorang yang terbiasa merasakan nyeri akan lebih siap dan mudah mengantisipasi nyeri daripada individu yang mempunyai pengalaman tentang nyeri.

2.2.6 Nyeri pada Ibu Post Operasi Secsio Cesaria

  Pada proses operasi digunakan anastesi agar pasien tidak merasakan nyeri pada saat dibedah. Namun setelah operasi selesai dan pasien mulai sadar dan efek anastesi habis bereaksi, pasien akan merasakan nyeri pada bagian tubuh yang mengalami pembedahan. Banyak ibu yang mengeluhkan rasa nyeri pada bagian dibekas jahitan, keluhan ini sebetulnya wajar karena tubuh mengalami luka dan penyembuhan tidak bisa sempurna apalagi jika luka tersebut tegolong panjang dan dalam. Pada operasi SC ada 7 lapisan tersebut dijahit satu demi menggunakan beberapa macam benang jahit. Rasa nyeri di daerah sayatan yang membuat sangat terganggu dan pasien merasa tidak nyaman (Kasdu, 2003).

  Nyeri post operasi berpengaruh negatif pada penyembuhan nyeri. Kontrol nyeri sangat penting dilakukan sesudah pembedahan. Nyeri yang dibebaskan dapat mengurangi kecemasan, bernafas lebih mudah dan dalam, dapat mentoleransi mobilisasi yang cepat. Pengakajian nyeri dan kesesuaian analgesik harus digunakan untuk memastikan bahwa nyeri pasien post operasi dapat dibebaskan (Potter & Perry, 2006).

2.3 Proses Keperawatan

2.3.1 Pengkajian

  Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Tujuan dari pengkajian adalah menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, tujuan, nilai, dan gaya hidup yang dilakukan klien (Potter & Perry, 2006).

  Pengkajian nyeri yang faktual (terkini), lengkap dan akurat akan mempermudah di dalam menetapkan data dasar, dalam menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan memudahkan dalam mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang diberikan.

  Yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selama nyeri akut adalah: a.

  Mengkaji perasaan klien (respon psikologis yang muncul).

  b.

  Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri.

  c.

  Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri. Pengkajian selama episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat klien dalam keadaan waspada (perhatian penuh pada nyeri), sebaiknya mengurangi kecemasan klien terlebih dahulu sebelum mencoba mengkaji kuantitas persepsi klien terhadap nyeri.

  Dalam mengkaji respon nyeri yang dialami klien ada beberapa komponen yang harus diperhatikan :

  1. Penentuan ada tidaknya nyeri Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, harus mempercayai ketika pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi tidak ditemukan adanya cedera atau luka.

  2. Karakteristik nyeri ( Metode P, Q, R, S, T)

  • Faktor pencetus ( P : Provocate)

  Mengakji tentang penyebab nyeri pada klien, dalam hal ini juga dapat melakukan observai bagian- bagian tubuh yang mengalami cedera. Menanyakan pada klien perasaan- perasaan apa yang dapat mencetuskan nyeri.

  • Kualitas (Q : Quality)

  Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh klien, seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-kalimat: tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih tertusuk, disayat- sayat dimana tiap-tiap klien mungkin berbeda-beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan.

  • Lokasi (R: Region )

  Untuk mengkaji lokasi nyeri maka meminta klien untuk menunjukkan semua bagian / daerah dirasakan tidak nyaman oleh klien. Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat meminta klien untuk melacak daerah nyeri dan titik yang paling nyeri, kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus (menyebar).

  • Keparahan (S: Severe)

  Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau berat. Skala nyeri numerik (Numerical Rating Scale, NRS) : Skala nyeri numerik digunakan untuk menilai intensitas atau derajat keparahan nyeri yang memberi kesempatan pada klien untuk mengindentifikasi keparahan nyeri yang dirasakan (Potter & Perry, 2006). Angka 0 diartikan kondisi klien tidak merasakan nyeri, angka 10 mengindikasikan nyeri paling berat yang di rasakan klien.

  Skala nyeri Analog Visual (Visual Analog Scale, VAS) : Cara pengukuran nyeri dengan menanyakan respon klien terhadap nyeri secara verbal dengan memberikan pilihan yaitu tidak nyeri, paling nyeri.

  Skala nyeri wajah (Face Pain Scale, FPS) Skala nyeri wajah merupakan pengukura uran nyeri dengan menggunakan 6 macam gambar ekspres presi wajah. Nilai berkisar antara 0 sampai dengan 5. Nilai 0 m mengindikasikan tidak nyeri, 5 mengindikasikan sangat ny nyeri (nyeri yang hebat). Skala nyeri wajah ini biasanya di digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada anak-anak.

  • Menanyakan pada pasien untuk menentukan ukan awitan, durasi, dan rangkaiian nyeri. Menanyakan “Kap apan nyeri mulai dirasakan?”, “Sudah berapa lama nyeri diras rasakan?”.

  Durasi (T: Time)

  Pengkajian an nyeri dengan menggunakan skala numerik ik merupakan alat yang paling um umum yaitu dengan menggunakan angka 0-10.

  10. Angka 0 tidak ada nyeri, ang ngka 1-3 adalah nyeri ringan, angka 4-6 adala dalah nyeri sedang, angka 7-9 ada dalah nyeri hebat terkontrol, angka 10 adalah n h nyeri berat tidak terkontrol (Pot otter & Perry, 2006).

  2.3.2 Analisa Data

  Diagnosa keperawatan mengindentifikasi nyeri berdasarkan pengumpulan data yang selama pengkajian. Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan masalah kebutuhan nyeri menurut NANDA :

  Nyeri berhubungan dengan :

  • Proses pembedahan
  • Nyeri insisi
  • Trauma jaringan
  • Kontrol nyeri yang tidak adekuat

  Hambatan mobilisasi fisik berhungan dengan: Proses pembedahan

  • Penurunan rentang gerak
  • Nyeri insisi
  • 2.3.3 Rumusan Masalah

  Selain bisa ditetapkan sebagai label diagnosis, masalah nyeri bisa pula dijadikan etiologi untuk diagnosis keperawatan yang lain. Menurut NANDA, label diagnosis untuk masalah nyeri meliputi Hambatan Mobilitas Fisik. Sedangkan label diagnosis dengan masalah nyeri sebagai etiologi bergantung pada area fungsi atau sistem yang dipengaruhi (Wahid, 2008).

  2.3.4 Perencanaan

  Secara umum tujuan asuhan keperawatan untuk klien yang mengalami gangguan nyeri, bergantung pada diagnosis dan batasa karakteristik masing-masing individu. Menurut Sigit (2010), beberapa tujuan umum pada pasien yang mengalami masalah nyeri :

  • Mampu mengontrol nyeri setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
  • Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
  • Melaporkan adanya peningkatan rasa nyaman
  • Mampu mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki
  • Mampu menjelaskan faktor-faktor penyebab nyeri
  • Dapat menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri saat dirumah

  Perawat membuat perencanaan intervensi terapeutik terhadap klien yang bermasalah nyeri. Perawat merencanakan terapi sesuai dengan skala nyeri klien, dan perencanaan bersifat individu disesuaikan perkembangan klien, tingkat kesehatan, dan gaya hidup.

  Rencana keperawatan di dasari oleh satu atau lebih tujuan berikut : 1.

  Skala nyeri 3 (diukur dengan skala nyeri numerik dengan rentang nyeri 0-10)

2. Nyeri berkurang 3.

  Tanda-tanda vital dalam batas normal 4. Ekpresi wajah tampak tenang dan rileks 5. Perasaan senang secara fisik dan psikologis meningkat 6. Klien bisa tidur nyenyak (Wilkinson, 2011).

  Perencanaan Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil :

  • Nyeri berkurang
  • Skala nyeri 3 (diukur dengan skala nyeri numerik dengan rentang nyeri 0-10)
  • Wajah tidak tampak meringis dan tidak terlihat menahan nyeri
  • Rileks, dapat beristirahat, dan bergerak sesuai kemampuan
  • Tanda-tanda vital dalam batas normal

  

Intervensi Rasional

Mandiri

  1.

  1. Lakukan pengkajian tentang Mempengaruhi pilihan / nyeri meliputi lokasi, waktu, pengawasan keefektifan kualitas, intensitas nyeri. intervensi.

  2.

  2. Observasi respon nonverbal Tingkat ansietas dapat dari ketidaknyamanan mempengaruhi persepsi / (misalnya wajah meringis) reaksi terhadap nyeri terutama ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara efektif.

  3. 3. kembali Ajarkan menggunakan teknik Memfokuskan nonanalgetik seperti latihan perhatian, meningkatkan napas dalam, mengalihkan kontrol dan meningkatkan nyeri (menonton televisi, harga diri dan kemampuan membaca buku atau majalah, koping mendengarkan musik)

  4. 4. ketenangan Kontrol faktor - faktor Memberikan lingkungan yang yang dapat kepada pasien sehingga mempengaruhi respon pasien nyeri tidak bertambah terhadap ketidaknyamanan seperti ruangan dan suara

  Kolaborasi

  Analgetik dapat mengurangi Pemberian analgetik pengikatan mediator kimiawi nyeri pada reseptor nyeri sehingga dapat mengurangi rasa nyeri

2.4 Asuhan Keperaw PROGRA FAKULTA

  IDENTITAS P

  Nama Jenis Kelamin Umur Statur Perkaw Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat Tanggal Masuk R No.Register Ruangan/Kam Golongan dara Tanggal pengka Tanggal opera Diagnosa Medi

  awatan Kasus AM DIII KEPERAWATAN TAS KEPERAWATAN USU AJIAN S PASIEN

2.4.1 PENGKAJI BIODATA

  : Ny. S in : Perempuan : 34 tahun winan : Menikah : Islam : S1 : Pegawai Negri Sipil : Jl. Letda Sujono Gg. Seram suk RS : 03 Juni 2014 : 928039 amar : Neonati (Kamar 504) arah : O gkajian : 04 Juni 2014 rasi : 03 Juni 2014 edis : Post Sectio Saecaria (SC) hari ke-I

I. KELUHAN UTAMA :

  Ny. S mengeluh nyeri pada bagian abdomen, nyeri seperti disayat- sayat dengan skala nyeri 7 (diukur dengan skala nyeri numerik dengan rentang nyeri 0-10), nyeri tidak menyebar dan nyeri dirasakan pada saat bergerak.

II. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A.

   Provocative/palliative 1.

  Apa penyebabnya Post operasi caesar hari ke-1 2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan

  Ny. S mengatakan hal yang memperbaiki keadaan adalah setelah minum obat penghilang nyeri dan disertai dengan istirahat.

  B.

   Quantity/quality 1.

  Bagaimana dirasakan Ny. S mengatakan nyeri seperti disayat-sayat pada bagian abdomen, dengan skala nyeri 7 (rentang nyeri 0-10).

  2. Bagaimana dilihat

  Pada saat wawancara Ny. S terlihat meringis menahan nyeri dilihat dari raut wajah pasien dan pasien terlihat lemah di atas tempat tidur.

  C.

   Region 1.

  Dimana lokasinya Di bagian abdomen, kuadran kanan bawah dan kuadran kiri bawah, regio inguinalis dextra (regio kanan bawah) dan regio inguinalis sinistra (regio kiri bawah).

  2. Apakah menyebar Klien mengatakan nyeri hanya pada bagian abdomen dan tidak menyebar.

  D.

   Severity

  Ny. S mengatakan keadaan yang sekarang mengganggu kebiasaannya, dengan skala nyeri 7 (rentang nyeri 0-10).

  E.

   Time Dirasakan pada saat bergerak.

III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami

  Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang berat, hanya demam,pusing dan flu biasa saja.

  B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan Ny. S mengatakan jika demam,pusing dan flu hanya beli obat di warung.

  C. Pernah dirawat/dioperasi Ny. S mengatakan tidak pernah dirawat maupun dioperasi.

  D. Lama dirawat Ny. S mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit.

  E. Alergi

  Ny. S mengatakan tidak ada alergi terhadap obat, makanan, binatang maupun lingkungan.

  F. Imunisasi Ny. S mengatakan mendapatkan imunisasi lengkap.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Orang Tua Orang tua Ny. S tidak ada mengalami penyakit yang berat.

  B. Saudara Kandung Saudara kandung Ny. S tidak ada mengalami penyakit yg berat.

  C. Penyakit keturunan yang ada

  Tidak ada penyakit keturunan dari keluarga Ny. S D.

   Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

  Jika ada, hubungan keluarga : tidak ada Gejala : tidak ada Riwayat pengobatan/perawatan : tidak ada

  E. Anggota keluarga yang meninggal Tidak ada anggota keluarga yang meninggal.

  F. Penyebab meninggal Tidak ada anggota keluarga yang meninggal.

V. RIWAYAT OBSTETRIK

  G:0 P:1 A:0 HPHT: 10 September 2013 TTP: 02 Juni 2014

  N o Umur Komplikasi/Masalah Kondisi Anak Penolong Kehamilan Persalinan Nifas 1.

  34 Tidak ada masalah selama kehamilan Persalinan Sectio

  

Saecaria ibu tidak

  kuat menahankan sakit Masalah nyeri

  Kondisi anak baik.

  Apgar score

  7 Dokter bedah, perawat anastesi,pe rawat pelaksana

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOLOGI A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

  Klien mengatakan keadaan sekarang adalah hal yang wajar B.

   Konsep Diri

  • Gambaran Diri : Pasien mengatakan sedikit terganggu dengan adanya luka SC, tapi pasien bisa menerima, pasien mengatakan aktivitas dibantu perawat dan keluarga.
  • Ideal Diri : Pasien mengatakan akan merawat bayinya secara mandiri dan tetap memberikan ASI meskipun belum mengerti teknik menyusui dengan benar.
  • Harga Diri : Pasien mengatakan senang dengan kelahiran anak pertama.
  • Peran Diri : Pasien mengatakan selain menjadi istri dia juga menjadi seorang ibu.
  • Identitas : Pasien merasa senang bahwa bayinya selamat C.

   Keadaan Emosi Keadaan emosi masih dapat terkontrol.

  D. Hubungan Sosial

  • Orang yang berarti : Ny. S mengatakan orang yang berarti adalah keluarganya.
  • Hubungan dengan keluarga : Ny. S menjalin hubungan baik dengan keluarga.
  • Hubungan dengan orang lain : Ny. S dapat berinteraksi dengan orang yang ada di sekitarnya.
  • Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :

  Tidak ada hambatan dalam berhubungan, keluarga dan tetangga sering menjenguk pasien selama di rawat di rumah sakit.

  E. Spiritual

  • Nilai dan keyakinan Ny. S memeluk agama Islam dan percaya dengan Tuhannya.
  • Kegiatan ibadah

  Ny. S beribadah sesuai ketentuan agamanya, di Rumah Sakit Ny. S hanya berdoa saja.

VII. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan umum

  Kesadaran composmentis B.

   Tanda-tanda vital

  : 36,5 C

  • Suhu tubuh

  : 120/70 mmHg

  • Tekanan darah
  • Nadi : 86x/menit
  • Pernafasan : 24x/menit
  • Skala nyeri

  • TB
  • BB

  : Keras

  : transparan, halus, bersih dan jernih

  : konjungtiva tidak pucat dan skelra berwarna putih

  Mata

  : lengkap

  : sawo matang

  : hitam Wajah

  : Bersih Rambut

  Kepala dan rambut

   Pemeriksaan Head to toe

  : 57 kg C.

  : 157 cm

  : 7 (rentang nyeri 0-10)

  • Bentuk : Bulat dan simetris
  • Ubun-ubun
  • Kulit kepala
  • Penyebaran dan keadaan rambut : rambut bersih dan rapi
  • Bau : tidak ada bau
  • Warna kulit
  • Warna kulit
  • Struktur wajah
  • Tampak meringis menahan nyeri

  • Kelengkapan dan kesimetrisan : lengkap dan simetris
  • Palpebra : normal

  • Konjungtiva dan sklera
  • Pupil : normal, bentuk bulat, letak sentral, isokor ± 3mm
  • Kornea dan iris
  • Visus : pasien masih dapat membaca dalam jaram +/- 3 meter

  : tidak dilakukan pemeriksaan

  • Tekanan bola mata

  Hidung Tulang hidung dan posisi septum nasi : simetris dan tidak ada

  • kelainan
  • : tidak ada pernafasan cuping

  : simetris Lubang hidung

  • hidung

  Cuping hidung

  Telinga : simetris antara kiri dan kanan

  • : normal, sama ukurannya antara kiri

  Bentuk telinga

  • dan kanan

  Ukuran telinga

  • : normal

  : bersih, tidak ada kotoran Lubang telinga

  • Mulut dan faring

  Ketajaman pendengaran

  • : bersih

  : tidak kering Keadaan bibir

  • : berwarna merah muda

  Keadaan gusi dan gigi

  • Leher : normal, teraba pada kedua sisi

  Keadaan lidah

  • : tidak teraba pembesaran thyroid

  Posisi trachea

  • : normal dan jelas

  Thyroid

  • : tidak ada pembesaran kelelenjar

  Suara

  • getah bening

  Kelenjar limfa

  • : denyut nadi teraba

  : dapat teraba Vena jugularis

  • Payudara :Simetris kiri dan kanan, putting susu

  Denyut nadi karotis

  • menonjol

  Inspeksi

  • terdapat colostrum saat putting susu dipencet

  :Tidak ada massa dan nyeri tekan, Palpasi

  Pemeriksaan integument : kulit bersih

  Kebersihan

  • : 36,5 C Kehangatan -
  • : kembali cepat < 2 detik

  : sawo matang Warna

  Turgor : keadaan kulit lembab

  • : tidak ada kelainan

  Kelembaban

  • Pemeriksaan thoraks/dada

  Kelainan pada kulit

  • chest, kifos koliasis) : normal

  Inspeksi thoraks (normal, burrel chest, funnel chest, pigeon chest, flail

  • vesikuler

  : frekuensi 24x/menit, irama Pernafasan (frekuensi,irama)

  • Pemeriksaan paru

  : tidak ada kesulitan bernafas Tanda kesulitan bernafas

  Palpasi getaran suara : getaran merata di paru-paru kanan

  • dan kiri Perkusi : resonan
  • Auskultasi (suara nafas, suara ucapan, suara tambahan):
  • bronkovesikuler, suara nafas normal, tidak ada suara tambahan

  Pemeriksaan jantung Inspeksi : warna kulit dada normal seperti

  • warna kulit tubuh, tidak ada kebiruan atau pucat Palpasi : tidak teraba massa atau benjolan
  • Perkusi : dullnes
  • >Auskultasi : 80x/menit

  Pemeriksaan abdomen

  • Inspeksi : terdapat luka jahitan SC ± 13 cm secara horizontal di kuadran kanan atas dan kiri bawah, regio kanan bawah dan regio kiri bawah dan masih dibalut kassa. Auskultasi : frekuensi peristaltik usus : 5x/menit
  • Palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, klien) : ada nyeri
  • tekan, ada luka bekas insisi horizontal dan keadaan luka baik, luka masih di bungkus kassa. Perkusi (suara abdomen) : timpani
  • Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya

  Genitalia (rambut pubis, lubang uretra) : tidak ada kelainan

  • Anus dan perineum (lubang anus, kelainan pada anus, perineum):
  • normal, terdapat lubang anus dan tidak ada kelainan
  • Pemeriksaan musculoskeletal/ekstremitas (kesimetrisan, kekuatan otot, edema) :

  Terdapat Lochea

  Ekstremitas atas

  • Tidak ada edema, tangan sebelah kanan terpasang infus RL 20 tetes/menit, jumlah jari lengkap Ekstremitas bawah
  • Tidak ada edema, jumlah jari kaki lengkap

  Fungsi motorik

  • Fungsi motorik pasien hanya mampu menggerakkan sedikit ekstremitas atas dan ekstremitas bawah

  Fungsi sensorik (identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas dingin, getaran) :

  • Pasien dapat mengetahui area kulit yang diberi sentuhan, pasien mampu mengidentifikasi benda tajam dan tumpul, pasien mampu membedakan
rasa panas dan dingin, pasien mampu merasakan getaran yang diberi pada daerah wajah.

VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI I. Pola makan dan minum

  : 3 kali / hari

  • Frekuensi makan/hari
  • Nafsu/selera makan
  • Nyeri ulu hati
  • Alergi : tidak ada alergi makanan
  • mual dan muntah
  • Waktu pemberian makanan
  • Jumlah dan jenis makanan
  • Waktu pemberian cairan/minuman : pasien terpasang cairan infuse RL 20 tetes / menit, minum apabila haus.
  • Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah) :
  • Kebersihan tubuh
  • Kebersihan gigi dan mulut
  • Kebersihan kuku kaki dan tangan
  • Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan secara sebahagian : Pasien mandi 1x sehari, oral hygiene dilakukan pada pagi hari, pasien makan 3x sehari, ganti pakaian 1x sehari. Semua aktivitas pasien dibantu oleh perawat dan keluarga.
  • Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit :

  : pasien mengatakan selera makan seperti biasa

  : tidak ada nyeri ulu hati

  : tidak ada mual dan muntah

  : 08.00 wib, 14.00 wib, 19.00 wib

  : nasi, sayur, lauk, buah

  Tidak ada kesulitan menelan II.

   Perawatan diri/personal hygiene

  : pasien hanya dilap saja pada pagi hari oleh keluarga

  : bersih

  : bersih III.

   Pola kegiatan/aktivitas

  Pasien melakukan ibadah hanya berdoa saja selama dirawat di rumah sakit.

IV. Pola eliminasi 1. BAB

  : 1 kali / hari

  • Pola BAB
  • Karakter feses
  • Riwayat perdarahan
  • BAB terakhir
  • Diare : tidak ada diare
  • Penggunaan laksatif
  • Pola BAK
  • Karakter urine
  • Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK
  • Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : tidak ada
  • Penggunaan diuretik
  • Upaya mengatasi masalah

  : berwarna kuning kecoklatan, konsitensi padat,bau khas feses

  : tidak ada perdarahan

  : tanggal 01 Juni 1014

  : tidak ada penggunaan laksatif 2.

   BAK

  : 6-7 kali / hari

  : kuning terang, bau khas urin

  : tidak ada kesulitan BAK

  : tidak

  : tidak ada

2.4.2 ANALIASA DATA

  No Data Etiologi Masalah

  1. DS : Sectio Caesaria Gangguan aman Klien mengatakan nyeri pada nyaman : Nyeri

  Luka insisi abdomennya skala nyeri 7 (rentang nyeri 0-10), terasa seperti di sayat-sayat. Kerusakan jaringan kulit

  P : kilen mengatakan nyeri bertambah jika bergerak dan berkurang bila minum obat dan

  Nyeri disertai dengan istirahat Q : nyeri seperti di sayat-sayat

  R : nyeri di area luka operasi tidak menyebar kebagian lain S : skala nyeri 7 (rentang nyeri

  0-10) T : nyeri muncul saat bergerak

  DO : Terdapat luka jahitan secara horizontal di abdomen dengan panjang insisi ± 13 cm masih terbalut (hari pertama), pasien terlihat memegangi perutnya dan muka tampak meringis kesakitan ketika nyeri timbul. TD : 110/70 mmHg Nadi : 88 x/menit

  RR : 22 x/menit T : 36⁰C

  2. DS: Sectio Caesaria Hambatan mobilitas Klien mengatakan tidak fisik mampu memenuhi kebutuhan aktivitas dasar sehari-hari Luka insisi secara mandiri DO :

  Nyeri

  • Tampak semua aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat

  Hambatan mobilisasi

  • Wajah tampak meringis fisik
  • Skala nyeri 4

2.4.3 RUMUSAN MASALAH Masalah Keperawatan

  1. Gangguan aman nyaman: Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada abdomen kuadran kanan bawah dan kuadran kiri bawah dan regio kanan bawah dan regio kiri bawah dengan luka insisi horizontal sepanjang ± 13 cm, di tandai dengan pasien tampak meringis menahan nyeri.

  2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan klien tidak mampu memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari secara mandiri ditandai dengan semua aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat, wajah tampak meringis.

  Diagnosa keperawatan (prioritas)

  Gangguan aman nyaman: nyeri berhubungan dengan luka insisi pada abdomen kuadran kanan bawah dan kuadran kiri bawah, regio inguinalis dextra (regio kanan bawah) dan regio inguinalis sinistra (regio kiri bawah), dengan luka insisi horizontal, sepanjang ± 13 cm, nyeri seperti disayat- sayat dengan skala nyeri 7 (rentang nyeri 0-10), ditandai dengan pasien tampak meringis menahan nyeri, memegang bagian abdomen yang luka.

2.4.4 PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL No.

  Perencanaan Keperawatan Dx

  1 Tujuan dan kriteria hasil :

  • Nyeri berkurang
  • Skala nyeri 3 (diukur dengan skala nyeri numerik dengan rentang nyeri 0-10)
  • Wajah tidak tampak meringis dan tidak terlihat menahan nyeri
  • Rileks, dapat beristirahat, dan beraktivitas sesuai kemampuan
  • Tanda-tanda vital dalam batas normal

  Intervensi Rasional Mandiri 1.

  1. pilihan / Lakukan pengkajian tentang Mempengaruhi nyeri meliputi lokasi, waktu, pengawasan keefektifan kualitas, intensitas nyeri intervensi.

  2. 2. ansietas dapat Observasi respon nonverbal Tingkat dari ketidaknyamanan mempengaruhi persepsi / reaksi

  (misalnya wajah meringis) terhadap nyeri terutama ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara efektif.

3. Ajarkan menggunakan teknik

  3. kembali Memfokuskan nonanalgetik seperti latihan perhatian, meningkatkan napas dalam, mengalihkan kontrol dan meningkatkan nyeri (menonton tevelisi, harga diri dan kemampuan membaca buku atau majalah, koping mendengarkan musik).

  4. Kontrol faktor - faktor lingkungan yang yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan seperti ruangan dan suara

  Kolaborasi

  Pemberian analgetik 4.

  Memberikan ketenangan kepada pasien sehingga nyeri tidak bertambah

  Analgetik dapat mengurangi pengikatan mediator kimiawi nyeri pada reseptor nyeri sehingga dapat mengurangi rasa nyeri

2.4.5 PELAKSANAAN KEPERAWATAN Hari / Implementasi Keperawatan Evaluasi Tanggal

  (SOAP)

  Rabu / S: Klien mengatakan

  • Melakukan pengkajian tentang

  04 Juni nyeri meliputi lokasi, waktu, merasakan nyeri pada 2014 kualitas, intensitas nyeri. bagian abdomen karena

  post SC, nyeri seperti di

  • Mengobservasi respon nonverbal sayat-sayat, nyeri jika dari ketidaknyamanan (wajah meringis) dan ketidakmampuan bergerak dengan untuk berkomunikasi secara intensitas nyeri berat

  O: Klien tampak meringis efektif. menahan nyeri, tampak

  • Mengajarkan menggunakan teknik nonanalgetik : latihan napas dalam sulit untuk bergerak dan berkomunikasi, skala
  • Memberikan analgetik (kolaborasi) nyeri 7 (rentang nyeri 0- 10), klien mampu melakukan tekhnik latihan nafas dalam Tanda-tanda vital : TD :110/70 mmHg Nadi : 76 x/menit RR : 22 x/menit

  T : 36⁰C

  A: Masalah gangguan aman nyaman: nyeri belum teratasi

  P: Intervensi dilanjutkan

  • Mengajarkan tekhnik mengalihkan (menonton tv dan
membaca majalah) Kamis /

  S: Klien mengatakan nyeri

  • Melakukan pengkajian tentang

  05 Juni nyeri meliputi waktu, kualitas, masih terasa di bagian 2014 intensitas nyeri. abdomen pada saat bergerak, nyeri seperti di

  • Mengajarkan menggunakan teknik sayat-sayat dengan nonanalgetik : mengalihkan (menonton tv dan membaca intensitas nyeri sedang majalah)

  O: Klien masih memegang

  • Memberikan analgetik (kolaborasi) bagian abdomen, skala nyeri 5 (rentang nyeri 0- 10), klien mampu melakukan tehnik mengalihkan yaitu membaca majalah, klien mampu miring kanan dan kiri secara perlahan- lahan dengan bantuan keluarga Tanda-tanda vital : TD :120/70 mmHg Nadi : 72 x/menit RR : 24 x/menit

  T : 36⁰C

  A: Masalah gangguan aman nyaman: nyeri belum teratasi

  P: Intervensi dilanjutkan

  • Latihan nafas dalam
  • Mengalihkan nyeri

  (menonton tv dan mendengarkan musik) Jumat /

  S: Klien mengatakan nyeri

  • Melakukan pengkajian tentang

  06 Juni nyeri meliputi waktu, kualitas, sedikit berkurang, 2014 intensitas nyeri. muncul secara tiba-tiba jika melakukan gerakan

  • Mengajarkan menggunakan teknik yang berlebihan, dengan nonanalgetik: latihan napas dalam dan mengalihkan nyeri (menonton intensitas nyeri sedang tv, mendengarkan musik) dan klien mengatakan nyaman dengan ruangan faktor - faktor
  • Mengontrol O: Klien tampak rileks, lingkungan yang yang dapat mempengaruhi respon pasien skala nyeri 4 (rentang nyeri 0-10), klien terhadap ketidaknyamanan seperti mampu melakukan ruangan dan suara latihan nafas dalam
  • Memberikan analgetik (kolaborasi) tekhnik mengalihkan yaitu mendegarkan musik Tanda-tanda vital : TD :120/70 mmHg Nadi : 72 x/menit RR : 22 x/menit T : 36,2⁰C

  A: Masalah gangguan aman nyaman: nyeri sebagian teratasi

  P: Intervensi dilanjutkan

Dokumen yang terkait

BAB 1 PENDAHULUAN - Pengalaman Perawat dalam Memberikan Perawatan Paliatif pada Pasien Kanker di Rumah Sakit Murni Teguh Medan

0 1 7

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS - Pengalaman Pengobatan Pasangan Infertilitas di Klinik Infertilitas RSUD Dr. Pirngadi Medan

0 0 19

1. Nama Ibu (inisial) : 2. Umur : 3. Pendidikan : a. Tidak sekolahtidak tamat SD b. SD c. SMP d. SMA e. Perguruan Tinggi 4. Pekerjaan : a. PNS b. Berdagangwiraswasta c. Petani d. Buruh tani - Pengaruh Perilaku Ibu Balita Dan Dukungan Keluarga Terhadap Pem

0 0 43

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Perilaku - Pengaruh Perilaku Ibu Balita Dan Dukungan Keluarga Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar Di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013

0 0 31

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Perilaku Ibu Balita Dan Dukungan Keluarga Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar Di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013

0 0 9

Gambaran Konsep Diri Narapidana Remaja di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Anak Tanjung Gusta Medan

0 0 41

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri - Gambaran Konsep Diri Narapidana Remaja di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Anak Tanjung Gusta Medan

0 0 14

BAB 2 PENGELOLAAN KASUS 2.1 Konsep Teori Rasa Nyaman (Nyeri) 2.1.1 Defenisi Nyeri - Asuhan Keperawatan pada An. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Rasa Nyaman : Nyeri di RSUD dr. Pirngadi Medan

0 1 33

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Senam Osteoporosis 2.1.1 Defenisi Senam Osteoporosis - Pengaruh Senam Osteoporosis terhadap Peningkatan Aktivitas Fisik Usia Lanjut di Puskesmas Glugur Kota Medan Tahun 2013

0 0 37

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Senam Osteoporosis terhadap Peningkatan Aktivitas Fisik Usia Lanjut di Puskesmas Glugur Kota Medan Tahun 2013

0 1 9