2. Apa saja kendala yang sering ditemui oleh para seniman jalanan ketika ingin membuat karya seni di dinding kosong ataupun rumah masyarakat setempat? - Komunikasi Seni Jalanan (Studi Analisis Unsur-unsur Komunikasi Seni Jalanan Oleh Komunitas Seniman Jal

  Daftar Pertanyaan Penelitian Kepada Seniman Jalanan

  1. Bagaimana proses pengekspresian isi hati antara seniman jalanan kepada masyarakat setempat lewat seni jalanan? a.

  Sejak kapan anda mengenal seni jalanan? b. Mengapa anda tertarik dengan seni jalanan? c. Bentuk karya seni jalanan apa yang sering anda buat di jalanan? d.

  Kenapa anda memilih untuk berkonsentrasi di satu bentuk seni jalanan saja daripada berekspresi dalam bentuk yang lain? e.

  Sebelum anda melakukan kegiatan seni jalanan, apakah ada tema ataupun konsep yang harus dipersiapkan? f.

  Apakah ada alasan tertentu anda memilih tema ataupun konsep tersebut? g.

  Alasan apa saja yang membuat anda memilih konsep ataupun tema tersebut? h.

  Dalam karya anda, pesan apa yang ingin anda sampaikan kepada masyarakat? i.

  Jika anda ingin melakukan kegiatan seni jalanan, apakah dalam karya anda akan ada pesan yang ingin anda sampaikan kepada masyarakat? j.

  Media apa yang anda jadikan sebagai saluran penyampaian pesan anda tersebut? k.

  Menurut anda, apakah seni jalanan merupakan satu bentuk pengekspresian isi hati secara non verbal dan verbal yang sudah tepat? l.

  Apakah dalam pembuatan seni jalanan mencerminkan idealisme para senimannya?

  2. Apa saja kendala yang sering ditemui oleh para seniman jalanan ketika ingin

membuat karya seni di dinding kosong ataupun rumah masyarakat

setempat?

  a.

  Hambatan apa saja yang harus anda hadapi jika ingin atau sedang melakukan kegiatan street art? b.

  Setiap kali anda melakukan kegitan seni jalanan, apakah ada masyarakat setempat yang melarang anda? c.

  Bagaimana anda bersikap jika ada masyarakat setempat yang melarang anda disaat anda melakukan kegiatan street art? d.

  Alasan apa saja yang sering anda dapat dari masyarakat yang melarang anda? e.

  Jika ada masyarakat yang melarang anda, apakah anda berusaha untuk meyakinkan masyarakat tersebut? f.

  Selain masyarakat, apakah ada faktor lain yang menjadi kendala jika anda sedang melakukan kegiatan street art? g.

  Seperti apa saja kendala tersebut? h. Apakah ada kesalahpahaman antar seniman dengan masyarakat setempat dalam terkait pembuatan karya seni jalanan dalam proses memaknainya?

3. Bagaimana sikap masyarakat dalam memaknai seni jalanan? a.

  Apakah ada masyarakat yang memberi respon terhadap karya seni anda? b. Seperti apa saja respon dari masyarakat terhadap karya seni anda? c. Apakah ada efek dari hasil karya anda yang berpengaruh terhadap masyarakat setempat? d.

  Bagaimana response dan feedback masyarakat terhadap hasil karya seni anda?

  Daftar Pertanyaan Penelitian Kepada Masyarakat 1.

  Pesan apa yang anda dapatkan dari hasil karya para seniman jalanan? 2. Apakah pesan yang dibuat oleh seniman sampai kepada anda? 3. Apakah ada hambatan yang membuat anda kesulitan untuk menerima pesan yang diberikan oleh seniman kepada anda?

  4. Hambatan seperti apa saja yang anda alami ketika memproses pesan yang disampaikan oleh seniman kepada anda?

  5. Pesan seperti apa yang anda terima dari seniman kepada anda? 6.

  Melalui media apa seniman menyampaikan pesan kepada anda? 7. Apakah ada media lain yang digunakan seniman kepada anda untuk menyampaikan pesan kepada anda?

  8. Setelah melihat hasil karya dari seniman, apakah ada efek yang anda alami? 9.

  Seperti apa sajakah efek yang anda alami setelah melihat hasil karya senimana tersebut?

  10. Bagaimana anda memberikan respon dari hasil karya seniman tersebut? 11.

  Selama anda melihat secara langsung proses pembuatan karya seni jalanan ini, apakah bertambah pengetahuan anda tentang seni jalanan?

  12. Bagaimana pendapat anda terhadap seni jalanan dan seniman itu sendiri?

  Hasil Wawancara Informan Utama Informan I SmaneTwo

  Tanggal Wawancara : 1 April 2015 Waktu : 22.10 Lokasi Wawancara : Coffee Box Jl. Palang Merah Peneliti : Halo bro, apa kabar? S

  : Woooo… Apa kabar abang awak?

  Peneliti : Sehat. Kau gimana? S : Ya, biasa lah bang. Makin gila aja kuliah ini.

  Peneliti : Tapi masih rajin kuliah kau kan? Liat aja kalau kau abang dengar kau sering bolos kuliah.

  S : SIAP KOMANDAN! (sambil tertawa) Peneliti : Ngomong-ngomong nih bro, sejak kapan sih kau kenal street art? S : Kapan ya? (sambil mengingat)

  Tepatnya sih ga tau bang. Kalau ga salah sih kelas 1 SMP, tapi itu kalau ga salah lagi cuma kenal doang, kalau pertama kali gambar itu kelas 2 SMP. Peneliti : Apa sih yang membuat kau itu suka dengan seni jalanan?

  Bukannya kita tau masih banyak warga yang ga ngasih ijin? S : Alasan yang pas sih ga bang. Ya ngalir gitu ajalah.

  Ga tau kenapa, tiba-tiba aku bisa lanjut sampai sekarang. Kalau soal masyarakat yang ga ngasih ijin mau digimanain lagi bang, dinding punya mereka ya mereka berhak untuk ga ngasih ijin. Tapi, Medan ini kan luas bang, kalau ga dikasih di satu tempat, ya cari tempat lainlah. Peneliti : Apa yang membuat kau bisa bertahan sampai sekarang? Yang mana kita tau, artist yang masih bertahan itu-itu aja.

  S : Agak susah nih pertanyaannya.

  Kalau bahasa gampangnya ya ini seni jalanan. Once you done it, you can’t escape. Peneliti : Alasan kau bilang itu kenapa? S : Aku pernah baca bang soalnya. Dan aku pikir-pikir benar juga.

  Sekalinya kita terjun di “dunia” ini, kita ga bisa keluar. Karena label artis udah melekat sama kita sampai kapanpun dan mempertahankan label itu yang membuat aku bertahan. Aku ga mau dicap sebagai artis abal-abal yang cuma numpang keren doang. Peneliti : Kayanya serius kali ya bro. S : Kalau soal dunia ini aku ga mau main-main bang. Udah muak dengan komen-komen artis luar yang nganggap artis Medan itu cuma panas-panas di awal aja. Peneliti : Karya seni jalanan apa aja sih yang pernah kau buat bro? S : Macam ga pernah gambar sama ah kita bang. Aku sebenarnya buat semuanya sih bang, mulai dari mural, graffiti, wheatpaste, sampai stensil. Tapi aku lebih konsen gambar graffiti. Peneliti : Alasannya lebih konsen di graffiti kenapa bro? S : Asik aja bang, aku kayanya dipaksa secara ga langsung untuk berpikir lebih keras gimana caranya buat huruf-huruf yang dengan gaya aku sendiri. Peneliti : Sebelum gambar, persiapan tentang tema atau konsep ada ga bro? S : Jarang sih bang. Tema atau konsep disiapin paling pas kalau mau prodo. Peneliti : Prodo itu apa bro? S : Prodo itu ketika seorang atau sekelompok artis gambar dengan tema, konsep, dan warna yang sama di satu dinding yang biasanya panjang dan lebarnya itu lebih dari 2 meter. Peneliti : Setiap kali kau gambar, ada ga pesan yang kau ingin sampaikan? S : Ga ada bang.

  Peneliti : Selain dinding, ada ga media lain yang pernah gambar? S : Kanvas, sepatu, baju, bahkan aku pernah sekali body painting.

  Peneliti : Menurut kau nih bro, seni jalanan ga bisa dipungkiri memberi pesan kepada siapa saja yang ngeliat kan. Nah, penyampaian ini menurut kau udah merupakan penyampain secara non verbal dan verbal yang udah pas ga? S : Kalau menurut aku udah pas sih. Karena gambar dan tulisan semua bisa ditemui di seni jalanan. Tinggal masyarakat aja sih yang memakanainya itu gimana bang. Peneliti : Setiap kali kau gambar, pernah ga kau mencerminkan idealisme kau? S : Jarang sih bang. Mungkin karena aku konsennya di graffiti kali ya. Biasanya yang buat gitu anak mural atau anak wheat paste bang. Peneliti : Bisa dipastikan kalau seni jalanan ini kan masih ilegal.

  Dan semua hal ilegal kalau dilakukan pasti ada hambatannya. Hambatan apa aja yang pernah kau hadapi bro? S : Banyak sih bang, paling sering masyarakat yang ga ngasih ijin.

  Mau itu di jelasin ga bakalan digambar yang macam-macam, mereka emang pada dasarnya udah mandang negatif, kita ga bisa buat apa-apa dan ga mungkin juga mereka dipaksa untuk percaya dengan apa yang kita bilang. Peneliti : Gimana kau bersikap kalau ada seandainya masyarakat yang ga ngasih ijin bro? S : Kalau ditanya gimana, ya aku berusaha untuk jelasin ke mereka. Peneliti : Biasanya mereka ngasih alasan apa aja sih? S : Paling sering itu mereka bilang dinding mereka ga mau dirusak.

  Peneliti : Selain masyarakat setempat, apa ada kendala lain ga bro? S : Musuh terbesar itu penempel poster, sama flyer iklan lah bang.

  Dikira mereka kalau gambar itu ga pakai uang.

  Peneliti : Tadi kau bilang masih banyak masyarakat yang ga suka dengan kegiatan seni jalanan. Apa ada kesalahpahaman antara seniman dengan masyarakat?

  S : Emang ada satu kegiatan seni jalanan itu yang buat mereka ga ga suka dengan kegiatan ini yaitu vandalisme. Tapi vandalisme ga bisa dan ga boleh dipisahin dengan seni jalanan. Ya konsekuensinya gini lah. Peneliti : Setiap masyarakat yangs setuju dan memberi ijin sama kau, bagaimana masyarakat meresponnya? S : Setelah ngeliat hasil karyaku, rata-rata mereka bilang ternyata seni jalanan itu ada juga sisi positifnya bang.

  Peneliti : Pernah ga ngeliat atau ngerasain efek dari karya seni kau sama masyarakat? S : Jarang sih bang. Kalau menurut aku efek kepada masyarakat itu palingan mereka lebih longgar untuk memberi ijin kepada seniman yang mau gambar di property mereka. Peneliti : Nah kalau gitu, respon dan umpan balik dari masyarakat gimana? S : Beda-beda sih bang. Ada yang responnya positif ada yang negatif, sampai ada yang ga mau tau. Itu udah makanan tiap kali gambarlah.

  Kalau ditanya umpan balik, mereka ya cuma bilang seharusnya seni jalanan itu kaya gini, bukan asal coret aja. Peneliti : Mungkin ini aja kali ya bro pertanyaan abang. Sukses terus ya. S : Oke bang, selo. Kapan kita gambar bareng lagi? Peneliti : Hahaha….

  Entar abang kabarin bro. Pasti kita gambar bareng lagi. Sip? S : Oke abangda tercinta. Aku tunggu ya.

  Aku balik duluan lah ya bang, aku tunggu kabar baik dari abang.

  Informan II Kombet

  Tanggal Wawancara : 7 April 2015 Waktu : 19.30 Lokasi Wawancara : KFC Mongonsidi Peneliti : YO KOMBET!! K : YO WAK!!! Peneliti : Apa kabar bro? K : Biasa lah. Kuliah aja kerjaku sekarang.

  Peneliti : Tapi masih jalan kan mural kau itu kan? K : Masih. Tapi agak sedikit dikurangin karena sibuk kuliah.

  Peneliti : Ngomong-ngomong nih bro, sejak kapan sih kau kenal street art? K

  : Hmm… Aku baru aja wak, 2010. Ga kayak kau yang udah 10 tahun lebih sama Funk Flows.

  Peneliti : Hahahaha….

  Biasa aja kali wak. Bentar laginya kau itu 10 tahun juga. Boleh tau ga wak kau itu terjun ke dunia street art itu kenapa? K : Alasan yang pertama kali itu ya pengen eksis aja wak.

  Lama-kelamaan lanjut sampai sekarang. Peneliti : Apa yang membuat kau bisa bertahan sampai sekarang? Yang mana kita tau, artist yang masih bertahan itu-itu aja.

  K :.Kalau bahasa gampangnya ya aku cinta dengan street art.

  Dengan street art aku bisa berekspresi dalam bentuk apapun. Peneliti : Karya seni jalanan apa aja sih yang pernah kau buat bro? K : Aku sebenarnya buat semuanya bro, mulai dari mural, graffiti, wheatpaste, sampai stensil. Tapi aku lebih konsen gambar graffiti.

  Peneliti : Alasannya lebih konsen di graffiti kenapa bro? K : Asik aja bang, bisa buat huruf yang ga ada dengan ide aku sendiri.

  Peneliti : Sebelum gambar, persiapan tentang tema atau konsep ada ga bro? K : Jarang wak.

  Peneliti : Setiap kali kau gambar, ada ga pesan yang kau ingin sampaikan? K : Kalau mural palingan kritik untuk pemerintah wak.

  Peneliti : Selain dinding, ada ga media lain yang pernah gambar? K : Kanvas sama body painting aja wak Peneliti : Menurut kau nih bro, seni jalanan ga bisa dipungkiri memberi pesan kepada siapa saja yang ngeliat kan. Nah, penyampaian ini menurut kau udah merupakan penyampain secara non verbal dan verbal yang udah pas ga? K : Menurutku udah pas kali lah. Karena gambar dan tulisan semua bisa ditemui di seni jalanan. Tinggal masyarakat aja sih yang memakanainya itu gimana. Peneliti : Setiap kali kau gambar, pernah ga kau mencerminkan idealisme kau? K : Jarang sih bro. Sama kaya tadi, pas mural ajalah. Peneliti : Bisa dipastikan kalau seni jalanan ini kan masih ilegal.

  Dan semua hal ilegal kalau dilakukan pasti ada hambatannya.

  Hambatan apa aja yang pernah kau hadapi bro? K : Banyak lah wak, paling sering masyarakat yang ga ngasih ijin.

  Mau itu di jelasin ga bakalan digambar yang macam-macam, mereka emang pada dasarnya udah mandang negatif, kita ga bisa buat apa-apa dan ga mungkin juga mereka dipaksa untuk percaya dengan apa yang kita bilang. Peneliti : Gimana kau bersikap kalau ada seandainya masyarakat yang ga ngasih ijin bro? K : Kalau ditanya gimana, ya aku berusaha untuk jelasin ke mereka. Peneliti : Biasanya mereka ngasih alasan apa aja sih? K : Paling sering itu mereka bilang dinding mereka ga mau kotor.

  Peneliti : Selain masyarakat setempat, apa ada kendala lain ga bro? K : Aku paling benci sama penempel poster, sama flyer iklan lah.

  Peneliti : Tadi kau bilang masih banyak masyarakat yang ga suka dengan kegiatan seni jalanan. Apa ada kesalahpahaman antara seniman dengan masyarakat?

  K : Palingan vandalisme. Tapi vandalisme ga bisa dan ga boleh dipisahin dengan seni jalanan. Ya konsekuensinya gini lah.

  Peneliti : Setiap masyarakat yang setuju dan memberi ijin sama kau, bagaimana masyarakat meresponnya? K : Rata-rata mereka bilang hal positif pas habis gambar lah wak.

  Mereka itu baru nyadar kalau kegiatan ini ada unsur seni juga. Peneliti : Pernah ga ngeliat atau ngerasain efek dari karya seni kau sama masyarakat? K : Jarang wak. Tepatnya aku sedikit ga perduli dengan efek yang

  Bakalan dirasain sama masyarakat. Yang penting sama aku itu aku bisa berekspresi sama menyampaikan pesan yang pengen aku sampaikan tapi tetap lewat karya street art wak. Peneliti : Nah kalau gitu, respon dan umpan balik dari masyarakat gimana? K : Beda-beda wak. Ada yang responnya positif ada yang negatif, sampai ada yang ga mau tau. Kalau mereka ga mau tau, aku juga ngapain ngurusin mereka. Kalau ditanya umpan balik, mereka ya cuma bilang seharusnya seni jalanan itu kaya gini, bukan asal coret aja. Peneliti : Mungkin ini aja kali ya bro pertanyaan abang. Sukses terus ya. K : Sip wak. Kapan kau gambar lagi? Peneliti : Hahaha….

  Entar dulu lah bro. Pasti kita gambar bareng lagi. Sip? K : Oke wak. Aku tunggu ya.

  Informan III Soul14

  Tanggal Wawancara : 18 April 2015 Waktu : 20.30 Lokasi Wawancara : Restoran Cepat Saji McDonald Ring Road Peneliti : Yo Soul14, apa kabar? S : Sehat wak.

  Apa kabar wak? Peneliti : Sehat. Kau gimana? S : Masih main motor cross aja lah wak.

  Peneliti : Kuliah kau gimana bro? S : Lebih milih konsen ke sini dulu lah wak. Entar aja itu.

  Peneliti : Hahahaha…..

  Ngomong-ngomong nih bro,kau kan juga pernah gambar. Sejak kapan sih kau kenal street art? S : Tepatnya ga tau, tapi kalau ga salah ingat pas aku kelas 2 SMA. Peneliti : Apa sih yang membuat kau itu suka dengan seni jalanan?

  Bukannya kita tau masih banyak warga yang ga ngasih ijin? S : Mungkin alasan klasik ya, tapi alasan pertama kali itu biar diliat keren sama orang apalagi cewe wak. Tapi ada satu waktu aku udah muak dengan pemikiran aku yang dulu, makanya aku sempat seriusin

  Peneliti : Apa yang membuat kau serius? S : Ada satu saat dimana aku pengen berkembang, dan ga mau dikatain sebagai seniman karbitan.

  Peneliti : Kau kan sekarang lebih serius di olahraga motor cross. Ada apa? S : Aku mikir, aku masih kuliah dan orangtua aku itu tinggal bapak.

  Dan kita tahu modal untuk sekali gmabr itu banyak kali. Nah aku mikir gimana hasilin uang tanpa harus bermodal ijazah. Jadinya aku tertarik sama motor cross dan dikenalin sama temen. Jadinya ketagihan sampai sekarang. Peneliti : Karya seni jalanan apa aja sih yang pernah kau buat bro? S : Mural wak. Tapi aku juga pernah buat graffiti sama wheat paste.

  Peneliti : Alasannya lebih konsen di mural kenapa bro? S : Asik aja bang, terus aku ga perlu mengeluarkan uang sebanyak graffiti wak. Dan aku lebih suka mengkritik pemerintah.

  Peneliti : Sebelum gambar, persiapan tentang tema atau konsep ada ga bro? S : Ya pasti mengkritik pemerintah lah. Mau itu tentang korupsi, isu-isu pemerintahan dan lainnya lah wak Peneliti : Setiap kali kau gambar, ada ga pesan yang kau ingin sampaikan? S : Mengkritik pemerintahan paling sering wak.

  Peneliti : Selain dinding, ada ga media lain yang pernah gambar?

  S : Selain dinding, aku palingan main kanvas aja lah wak. Peneliti : Menurut kau nih bro, seni jalanan ga bisa dipungkiri memberi pesan kepada siapa saja yang ngeliat kan. Nah, penyampaian ini menurut kau udah merupakan penyampain secara non verbal dan verbal yang udah pas ga? S : Pas kali lah wak. Apalagi pemerintah yang bobrok ini. Peneliti : Setiap kali kau gambar, pernah ga kau mencerminkan idealisme kau? S : Sering wak. Hampir setiap kali gambar. Peneliti : Bisa dipastikan kalau seni jalanan ini kan masih ilegal.

  Dan semua hal ilegal kalau dilakukan pasti ada hambatannya. Hambatan apa aja yang pernah kau hadapi bro? S : Banyak wak, paling sering masyarakat yang ga ngasih ijin.

  Mau itu di jelasin ga bakalan digambar yang macam-macam, mereka emang pada dasarnya udah mandang negatif, kita ga bisa buat apa-apa dan ga mungkin juga mereka dipaksa untuk percaya dengan apa yang kita bilang. Peneliti : Gimana kau bersikap kalau ada seandainya masyarakat yang ga ngasih ijin bro? S : Kalau ditanya gimana, ya aku berusaha untuk jelasin ke mereka. Peneliti : Biasanya mereka ngasih alasan apa aja sih? S : Paling sering itu mereka bilang dinding mereka ga mau dirusak.

  Peneliti : Selain masyarakat setempat, apa ada kendala lain ga bro? S : Penempel poster, sama flyer iklan lah wak.

  Mereka ga pikir kalau gambar itu ga pakai uang. Peneliti : Tadi kau bilang masih banyak masyarakat yang ga suka dengan kegiatan seni jalanan. Apa ada kesalahpahaman antara seniman dengan masyarakat?

  S : Vandalisme lah wak. Tapi akibatnya banyak orang yang ngasih ijin sama berpandang negatif sama kegiatan ini.

  Peneliti : Setiap masyarakat yang setuju dan memberi ijin sama kau, bagaimana masyarakat meresponnya? S : Mereka positf semua wak, bahkan pernah sekali tukang becak minta aku untuk gambar becak dia.

  Peneliti : Apa yang kau gambar wak? S : Tepatnya sih ga tau wak, tapi seingat aku dia pengen mengkritik pemerintah untuk lebih mensejahterakan rakyat kecil.

  Peneliti : Nah kalau gitu, respon dan umpan baliknya gimana wak? S : Senang kali dia bro dan dia bilang sering-sering mengkritik pemerintah kaya gini.

  Peneliti : Mungkin ini aja kali ya bro pertanyaan abang. Sukses terus ya. S : Oke wak. Peneliti : Kapan-kapan ajak-ajaklah aku main motor cross wak. S : Gampang wak. Atur aja lah.

  Hasil Wawancara Informan Tambahan Informan Tambahan I Budianto

  Tanggal Wawancara : 20 April 2015 Waktu : 13.00 Lokasi Wawancara : Tempat Penelitian Jl. Adam Malik Peneliti : Selamat siang bang.

  S : Siang. Udah lama kau ga nampak. Kemana aja? Sehat kau? Peneliti : Sehat bang. Lagi sibuk kuliah lah bang.

  Boleh tanya-tanya ga bang tentang gambar yang ada disini? S : Boleh lah. Mau tanya apa? Peneliti : Pesan yang abang dapat dari hasil karya disini apa aja bang? S : Sebenarnya ga ada. Paling mereka ini buat gambar ga jelas sama tulisan yang isinya kritik sama pemerintah.

  Peneliti : Pesan yang disampaikan sampai ga bang? Maksud aku, abang ngerti ga bang? S : Untuk tulisan aku ngerti, tapi untuk gambar ga ngerti.

  Peneliti : Kenapa abang ga mengerti dengan gambar yang dibuat bang? S : Sederhana aja, karena ga bisa aku baca.

  Peneliti : Pesan yang sering abang terima setelah abang ngeliat hasil karya seperti ini apa aja ya bang? S : Ya mengkritik pemerintahan itu ajalah.

  Peneliti : Seniman ini biasanya menyampaikan pesannya dengan cara apa ya bang kalau boleh tau? S : Dinding-dinding disini sama sepanjang jalan itu ajalah. Peneliti : Kalau yang lain pernah liat ga bang? S : Ga pernah pulak.

  Peneliti : Setelah melihat hasil karya mereka, apa ada efeknya ke abang? S : Untuk pribadi sih ga ada, tapi kurang tau lah ya sama pemerintah.

  Peneliti : Gimana ya abang merespon kegiatan ini? S : Respon aku biasa aja. Gitu-gitu aja gambar mereka soalnya.

  Peneliti : Abang kan udah sering ngeliat mereka gambar, bertambah ga pengetahuan abang tentang seni jalanan? S : Berkembang sih berkembang, nambah udah pasti. Tapi aku kurang perduli pulak.

  Peneliti : Pendapat abang sendiri terhadap kegiatan ini gimana bang? S : Menuruku ya, kegiatan mereka ini bisa bagus kalau mereka itu ga sering corat-coret yang tak jelas. Kalau gini kan lebih enak dipandang. Peneliti : Oke kalau begitu bang. Makasih banyak ya bang atas waktu dan kerjasamanya bang.

  S : Sama-sama.

  Hasil Wawancara Informan Tambahan Informan Tambahan II Rahmat

  Tanggal Wawancara : 25 April 2015 Waktu : 15.00 Lokasi Wawancara : Tempat Penelitian Jl. Adam Malik Peneliti : Selamat siang bang.

  S : Siang. Ada apa ya? Peneliti : Saya mahasiswa dari USU bang. Lagi buat skripsi, tentang gambar yang di dinding ini bang. (sambil menunjuk)

  Boleh tanya-tanya sebentar ga bang? S : Boleh-boleh. Tanya apa? Peneliti : Pesan yang abang dapat dari hasil karya disini apa aja bang? S : Ga ada. Palingan gambar yang ngejek PLN itulah.

  Peneliti : Pesan yang disampaikan sampai ga bang? Maksud aku, abang ngerti ga bang? S : Ngerti. Tapi gambar yang agak disana itu tak ngerti aku.

  Peneliti : Kenapa abang ga mengerti dengan gambar yang dibuat bang? S : Karena aku ga ngerti, ga bisa aku baca pulaknya.

  Peneliti : Pesan yang sering abang terima setelah abang ngeliat hasil karya seperti ini apa aja ya bang? S : Ya mengkritik PLN itu ajalah. Peneliti : Seniman ini biasanya menyampaikan pesannya dengan cara apa ya bang kalau boleh tau? S : Dinding-dinding sepanjang jalan ini sama di rumah rusak itu ajalah. Peneliti : Kalau yang lain pernah liat ga bang? S : Ga.

  Peneliti : Setelah melihat hasil karya mereka, apa ada efeknya ke abang? S : Ga ada dek. Ga perduli aku.

  Peneliti : Gimana ya abang merespon kegiatan ini? S : Respon aku biasa aja. Karena aku ga perduli.

  Peneliti : Abang kan udah sering ngeliat mereka gambar, bertambah ga pengetahuan abang tentang seni jalanan? S : Tambah, tapi aku ga perduli. Karena ga ada untungnya samaku. Peneliti : Pendapat abang sendiri terhadap kegiatan ini gimana bang? S : Menuruku kegiatan ini bisa bagus kalau mereka itu ga sering corat-coret yang cuma bisa mengotori dinding saja.

  Peneliti : Oke kalau begitu bang. Makasih banyak ya bang atas waktu dan kerjasamanya bang.

  S : Sama-sama dek.

BIODATA PENELITI

I. Data Pribadi

  Nama : Yosua Sagala Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 11 Oktober 1991 Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Kristen Prostestan Kewarganegaraan : Indonesia Alamat : Jalan Sei Batanghari No. 13 Email

II. Pendidikan

  1997 : SD Swasta Santo Thomas 1 Medan

  • – 2003 2003 : SMP Swasta Santo Thomas 1 Medan – 2006 2006 : SMA Swasta Santo Thomas 1 Medan – 2009 2009 : Universitas Sumatera Utara Jurusan Ilmu Komunikasi – Sekarang

  

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jl. Dr. Mansyur No. 1 Telp (061) 8217168

LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI

  NAMA : Yosua Sagala NIM : 090904077 Pembimbing : Dra. Dayana, M.Si No Tanggal Pertemuan Pembahasan Paraf Pembimbing

  1 14-01-2015 ACC Seminar 2 23-01-2015 Bimbingan Bab I-BAB III 3 10-04-2015 Bimbingan Revisi Bab I-Bab II 4 20-05-2015 Bimbingan Bab III 5 23-05-2015 Bimbingan Revisi Bab III 6 30-05-2015 Bimbingan Bab IV 7 15-06-2015 Bimbingan Revisi Bab IV 8 25-06-2015

  Bimbingan Bab V 9 04-07-2015 ACC Ujian Meja Hijau

  Catatan : Minimal pertemuan 6 (enam) kali untuk setiap pembimbing

Dokumen yang terkait

Respon Siswa Dalam Pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Kota Medan (Studi di Yayasan Fajar Dinul Islam SMK Namira Technology Nusantara Medan)

0 0 13

Konstruksi Pemahaman Wartawan Terhadap UU KIP (Studi Dengan Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Wartawan Aliansi Jurnalis Independen Cabang Medan Dalam Memahami Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik)

0 0 36

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Konstruktivisme - Konstruksi Pemahaman Wartawan Terhadap UU KIP (Studi Dengan Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Wartawan Aliansi Jurnalis Independen Cabang Medan Dalam Memahami Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1

0 0 29

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Konstruksi Pemahaman Wartawan Terhadap UU KIP (Studi Dengan Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Wartawan Aliansi Jurnalis Independen Cabang Medan Dalam Memahami Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 T

0 0 9

Konstruksi Pemahaman Wartawan Terhadap UU KIP (Studi Dengan Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Wartawan Aliansi Jurnalis Independen Cabang Medan Dalam Memahami Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik)

0 0 14

Konstruksi Pemahaman Wartawan Terhadap UU KIP (Studi Dengan Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Wartawan Aliansi Jurnalis Independen Cabang Medan Dalam Memahami Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik)

0 0 14

Efektifitas Saluran Komunikasi dalam Pemilu (Studi Deskriptif Kualitatif Efektifitas Saluran Komunikasi dalam Menentukan Pilihan pada Pemilihan Umum Presiden Tahun 2014 di Desa Pasar IV Namutrasi Kabupaten Langkat)

0 0 20

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Efektifitas Saluran Komunikasi dalam Pemilu (Studi Deskriptif Kualitatif Efektifitas Saluran Komunikasi dalam Menentukan Pilihan pada Pemilihan Umum Presiden Tahun 2014 di Desa Pasar IV Namutrasi Kabupaten Langkat)

0 1 30

BAB I PENDAHULUAN - Efektifitas Saluran Komunikasi dalam Pemilu (Studi Deskriptif Kualitatif Efektifitas Saluran Komunikasi dalam Menentukan Pilihan pada Pemilihan Umum Presiden Tahun 2014 di Desa Pasar IV Namutrasi Kabupaten Langkat)

0 0 7

Efektifitas Saluran Komunikasi dalam Pemilu (Studi Deskriptif Kualitatif Efektifitas Saluran Komunikasi dalam Menentukan Pilihan pada Pemilihan Umum Presiden Tahun 2014 di Desa Pasar IV Namutrasi Kabupaten Langkat)

0 0 14