BAB I PENDAHULUAN - Efektifitas Saluran Komunikasi dalam Pemilu (Studi Deskriptif Kualitatif Efektifitas Saluran Komunikasi dalam Menentukan Pilihan pada Pemilihan Umum Presiden Tahun 2014 di Desa Pasar IV Namutrasi Kabupaten Langkat)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah

  Pemilihan umum atau lebih sering disebut dengan singkatan PEMILU merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi suatu jabatan politik dalam sistem pemerintahan. Jabatan-jabatan tersebut beraneka ragam, mulai dari Presiden, Wakil rakyat, Gubernur, Walikota, Bupati hingga Kepala desa. Para pemilih dalam Pemilu juga disebut konstituen, dan kepada merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama periode waktu yang telah ditentukan, hingga batas menjelang hari pemungutan suara. Setelah pemungutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai. Pemenang Pemilu ditentukan oleh komisi pemilihan umum ataupun aturan main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan kepada para pemilih.

  Pemilihan umum di Indonesia pertama kali diselenggarakan pada tahun 1955 yang diadakan sebanyak dua kali yaitu pada tanggal 29 September 1955 dan

  15 Desember 1955. Setelah Pemilu pertama di tahun 1955 Indonesia tidak melaksanakan Pemilu yang kedua 5 tahun berikutnya dikarenakan berubahnya format politik dengan keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, sebuah keputusan Presiden untuk membubarkan Konstituante dan pernyataan kembali ke UUD 1945. Pemilu selanjutnya baru diadakan lagi pada tanggal 5juli 1971 dijaman orde baru dibawah pemerintahan Presiden kedua Soeharto. Partai yang berpartisipasi saat itu sebanyak sembilan partai dan satu organisasi masyarakat. Pemilu selanjutnya diadakan 5 tahun sekali mulai dari tahun 1977-1982-1987-1992 dan 1997 dengan jumlah peserta yang lebih sedikit sebanyak 3 partai yaitu: Golongan Karya (GOLKAR), Partai Demokrasi Indonesia (PDI), dan Partai Pembangunan Persatuan (PPP). Peserta Pemilu kali ini lebih sedikit dibanding Pemilu sebelumnya. Ini terjadi setelah sebelumnya pemerintah bersama-sama dengan

  1 DPR berusaha menyederhanakan jumlah Partai dengan membuat UU No. 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golkar. Kedua Partai itu adalah Partai Persatuan Pembangunan atau PPP dan Partai Demokrasi Indonesia atau PDI) dan satu Golongan Karya atau Golkar. Dalam setiap kali digelar Pemilu, Partai Golkar selalu menduduki peringkat pertama perolehan kursi di DPR dengan meraih lebih dari 62% suara dalam setiap gelaran Pemilu, diikuti oleh PPP dan terakhir PDI.

  Setelah Presiden Soeharto dilengserkan dari kekuasaannya pada tanggal 21 Mei 1998 jabatan Presiden digantikan oleh Wakil Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie.Atas desakan publik, Pemilu yang baru segera dilaksanakan, sehingga hasil-hasil Pemilu 1997 segera diganti. Ternyata Pemilu selanjutnya dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 1999, atau 13 bulan masa kekuasaan Habibie. Pemilu tahun 1999 merupakan Pemilu pertama sejak zaman orde baru runtuh dan dimulailah era reformasi di Indonesia, Indonesia kembali melakukan Pemilu setiap lima tahun sekali secara langsung. Bahkan Pemilu 2004 merupakan Pemilu pertama kali di Indonesia dimana setiap warga negara Indonesia yang mempunyai hak pilih, dapat memilih Presiden dan wakilnya secara langsung, selain Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD Tingkat I, dan DPRD tingkat II. Selain itu, sejak pemilu 2004,pemilihan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) juga dilakukan secara langsung. Pemilu tahun 2004 dan 2009, ditetapkan parliamentary threshold (PT) sebesar 2.5%. Di tahun 2012 Undang-undang pemilihan umum atas ambang batas parlemen(parliamentary threshold/PT) untuk DPR diganti dengan yang terbaru yaitu UU Nomor 8 Tahun Tahun 2012, sebesar 3,5%, naik dari Pemilu 2009 yang hanya sebesar 2,5%.Apabila partai politik yang memperoleh suara dengan persentase kurang dari 3,5% tidak berhak memperoleh kursi di DPR

  

  Pemilu presiden 2014 menjadi pemilihan Presiden dan wakil Presiden Indonesia ketiga kalinya yang dilaksanakan secara langsung. Pemilu Presiden dilaksanakan pada tanggal 09 Juli 2014. Partai politik atau koalisi partai politik yang memenangkan 25 persen suara sah atau memperoleh paling sedikit 20 persen kursi DPR dapat mengajukan calon untuk pasangan Presiden dan Wakil Presiden. Adapun sebelum dilaksanakannya pemilihan presiden pada tanggal 09 Juli 2014 terdapat sebanyak 4 bakal calon kandidat presiden yang diusung diantaranya adalah : Abu Rizal Bakrie dari Partai GOLKAR, Joko Widodo dari Partai PDI Perjuangan, Prabowo Subianto dari Partai GERINDRA, dan Wiranto dari Partai Hanura. Setelah dilaksanakannya Pemilu Legislatif pada tanggal 9 April 2014 terjadi penurunan elektabilitas terhadap Calon presiden dari partai GOLKAR dan HANURA, yang menyebabkan Partai GOLKAR memilih untuk berkoalisi dengan Partai GERINDRA dan membatalkan pencalonan Presiden dari Partai mereka, sementara Partai HANURA memilih untuk berkoalisi dengan Partai PDI Perjuangan, sehingga hanya tersisa dua kandidat yang terus melanjutkan untuk menjadi calon Presiden dan wakil Presiden yaitu pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa yang diusung oleh koalisi Partai Golkar, PKS,PPP, Gerindra dan PAN dengan total suara di DPR-RI sebanyak 292 kursi atau 47,47% sementara pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang diusung oleh koalisi partai Partaidengan total suara di DPR-RI sebanyak 207 kursi atau 39,97% sementara Partai yang tersisa seperti Partai Demokrat, PKB dan PBB belum menentukan arah koalisi saat itu.

  Terpilihnya presiden Joko Widodo dan wakilnya Jusuf Kala menjadi tanda tanya yang besar dalam panggung politik tanah air Indonesia. Presiden terpilih yang hanya memiliki koalisi partai dan pendukung dari kepala daerah lebih sedikit daripada lawannya capres dan cawapres Prabowo Subianto dan Muhammad Hatta Rajasa sekitar 60 berbanding 40 persen, menjadi sebuah era strategi politik baru dalam kematangan berpolitik masyarakat Indonesia. Pemilihan umum merupakan ciri khas sebuah negara yang menganut sistem politik demokrasi. Presiden dan wakilnya dipilih secara langsung oleh masyarakat dalam sebuah negara. Masyarakat yang terdiri dari berbagai individu yang majemuk bebas menentukan pilihannya tanpa paksaan dari pihak manapun, karena hal tersebut merupakan hak individu yang berada dalam sebuah negara dengan sistem politik demokrasi. Setiap individu bebas untuk menggunakan hak suaranya. Kandidat calon presiden tentunya harus dapat mengambil hati masyarakat melalui masa kampanye terbuka yang diberikan oleh komisi pemilihan umum sebagai cara untuk mempromosikan diri dan mempengaruhi masyarakat agar memilih mereka. Para calon kandidat berlomba untuk menarik minat masyarakat terhadap mereka dengan menggandeng berbagai saluran komunikasi seperti komunikasi massa, komunikasi kelompok dan komunikasi individu. Calon kandidat harus semaksimal mungkin memberikan pengaruhnya dengan berbagai cara dan tidak tertutup kemungkinan untuk melakukan kampanye terselubung dengan menjelekan calon kandidat lainnya. Calon kandidat menghabiskan uang yang tidak sedikit ketika mempromosikan dirinya dalam masa kampanye di berbagai saluran komunikasi. Pemilu presiden tahun 2014 presiden terpilih Joko Widodo dengan pasangannya Jusuf Kalla bersaing ketat dengan pasangan Prabowo Subianto dan Jasa Raharja yang pada akhirnya jabatan presiden dan calon presiden dimenangkan oleh presiden terpilih Jokowi Widodo-Jusuf Kalla.

  Sebelum dilaksanakannya Pemilihan umum pada 9 juli 2014 beberapa lembaga survey mulai merilis hasil survey mereka dengan persentase tingkat elektabilitas yang berbeda antara 2 kandidat calon presiden yang sedang bersaing. Lembaga survey yang menyatakan pasangan Capres Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa lebih unggul dari pasangan capres Jokowi dan Jusuf Kalla ialah lembaga survey(PolcoMM) dengan hasil survey yang dilaksanakan pada tanggal 23 Juni hingga 27 Juni 2014 dengan perbandingan tingkat elektabilitas Pasangan Prabowo-Hatta memperoleh elektabilitas sebesar 46,8 persen dan Jokowi-JK sebesar 45,3 persen hal ini berbeda dengan hasil survey yang mereka Survei yang dilakukan dari 16 hingga 20 Juni 2014 tersebut, pasangan Jokowi-JK memiliki tingkat elektabilitas 46,4 persen dan pasangan Prabowo-Hatta Rajasa hanya sebesar 43,3 persen

  

Tingkat elektabilitas

  tersebut tentu saja tidak datang dengan sendirinya, hal tesebut dipengaruhi oleh saluran komunikasi seperti media massa. Media massa mempunyai peranan yang sangat besar untuk mempengaruhi pola pikir masyarakat pada saat itu. Salah satunya adalah untuk mengubah pilihan masyarakat dalam mengambil keputusan sebelum pemilihan umum berlangsung. Media massa sendiri merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dari komunikasi massa.

  Komunikasi Massa merupakan proses dalam penyampaian pesan yang dilakukan oleh komunikator politik kepada komunikan atau khalayak umum melalui media massa, seperti media elektronik dan media cetak. Media ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu calon dalam pemilihan umum. Berbagai macam saluran yang dapat digunakan dalam berkomunikasi diantaranya adalah saluran media massa(mass media), saluran antar pribadi(interpersonal), dan saluran kelompok (forum media) yang mendiskusikan pesan-pesan tertentu yang diterima dari media massa. Saluran-saluran tersebut menjadi sarana penghubung bagi komunikator dalam menyampaikan pesan kepada komunikan, saluran inilah yang dimanfaatkan oleh tim sukses masing-masing calon untuk membuat pencitraan yang dilakukan di media massa dan kampanye yang diselanggarakan baik itu kampanye resmi maupun kampanye negatif yang dilakukan untuk menjatuhkan citra masing-masing pasangan Capres.

  Saluran media massa seperti televisi, surat kabar dan radio merupakan cara berpromosi yang efektif karena tidak perlu langsung menghadirkan para calon tersebut secara tatap muka untuk mengenalkan diri kepadamasyarakat,dan mampu mendapatkan perhatian para pemilih secara banyak dan massif. Media massa memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk opini di masyarakat pada saat itu, salah satunya adalah membentuk citra masing-masing pasangan capres dengan kelebihannya masing-masing dan memberitakan kekurangan dari pasangan capres yang mereka dukung. Tidak jarang sebuah media massa yang mendukung salah satu pasangan capres melebih-lebihkan pemberitaan yang membuat pasangan capres lainnya seakan-akan tidak layak untuk dipilih. Dua raksasa media televisi di Indonesia yang secara jelas mendukung pasangan capres dan cawapres adalah Metro Tv dan Tv One, saluran media massa seperti Televisi, Koran dan Radio sebagian masyarakat masih menganggap isi pemberitaan tersebut lebih dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, untuk itu masyarakat yang mendukung pasangan capres yang dianggap mampu untuk menjadi presiden semakin yakin dan teguh untuk menetapkan pilihannya pada pasangan tersebut. Satu pihak yang tidak mendukung pasangan capres tersebut merasa bahwa isi pemberitaan itu tidak benar dan mengada-ada. Berangkat dari pemberitaan dan pola pikir seperti itu akhirnya masyarakat Indonesia menjadi terbagi dua, masyarakat yang mendukung Jokowi dan masyarakat yang mendukung Prabowo.Kedua belah pihak masyarakat ini saling mencoba mempengaruhi pihak yang lainnya. Komunikasi interpersonal pun menjadi cara alternatif yang sering digunakan. Sesama teman yang saling mempengaruhi teman lainnya, orang tua yang mempengaruhi anaknya.Pendukung salah satu capres yang masih bimbang dengan pilihannya terkadang bisa berubah- ubah pemikiran dikarenakan masih kurangnya informasi yang didapat. Banyak masyarakat yang kemudian seperti menjadi relawan tim sukses masing-masing capres dan menjadi penyambung lidah bagi capres itu sendiri. Mereka mempengaruhi orang-orang disekitarnya dengan pengetahuannya tentang capres yang didukungnya dan berharap beberapa dari mereka menjadi sependapat, tetapi tidak jarang terjadi perdebatan yang sengit antara pendukung Prabowo dan pendukung Jokowi seperti yang terjadi di desa Pasar IV Namutrasi.

  Komunikasi yang berlangsung di desa pasar IV Namutrasu biasanya terjadi saat perkumpulan pengajian, sidang sholat jumat, ibadah minggu, kebaktian, diwarung-warung kopi, saat ibu-ibu berkumpul di sore hari dan ditempat umum lainnya.Masyarakat Namutrasi yang rata-rata penduduknya masih memiliki hubungan kekeluargaan antara satu kepala rumah tangga dengan kepala rumah tangga lainnya juga tidak terlepas dari perbedaan pendapat tentang calon presiden pilihannya, bahkan orang tua dan anaknya ada yang tidak sepaham. Berangkat dari dinamika yang terjadi peneliti tertarik untuk melakukan penelitian didesa Pasar IV Namutrasi untuk mengetahui saluran komunikasi apa yang paling berperan dalam mempengaruhi pilihan masyarakat pasar IV Namutrasi. Desa pasar IV Namu Trasi yang berada di kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkatmemiliki keberagaman suku dan agama dengan rata-rata jenjang pendidikanberstatus tamatan sekolah menengah atas, mata pencaharian penduduk namutrasi sebagian besar adalah petani. Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang tidak terbatas pada hasil jawaban yang dipilih oleh peneliti tetapi lebih mengarah kepada motivasi subjek itu sendiri, sehingga hasil penelitian yang didapatkan bisa lebih mendalam.

  1.2 Fokus Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Saluran komunikasi yang berperan dalam menentukan pilihan pasangan calon presiden pada pemilu tahun 2014 di desa pasar IV Namutrasi”

  1.3 Tujuan Penelitian

  Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui saluran komunikasi yang mempengaruhi masyarakat desa Pasar IV Namutrasi dalam menentukan pilihan pasangan calon presiden pada pemilihan umum tahun 2014.

  1.4 Manfaat penelitian

   1.4.1 Manfaat teoritis

  Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi peneliti dan juga kepada pembaca tentang saluran komunikasi yang mempengaruhi masyarakat desa Pasar

  IV Namutrasi dalam menentukan pilihan pasangan calon presiden pada pemilihan umum tahun 2014, dan pengembangan teori ilmu-ilmu sosial khususnya ilmu komunikasi.Selain itu diharapkan juga dapat memberikan kontribusi kepada pihak yang memerlukannya.

   1.4.2 Manfaat praktis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan kontribusi kepada siapa saja yang tertarik terhadap pengetahuan yang berhubungan dengan saluran komunikasi yang mempengaruhi masyarakat desa Pasar IV Namutrasi dalam menentukan pilihan pasangan calon presiden pada pemilihan umum tahun 2014 serta lembaga survey dan calon kandidat yang ingin mencalonkan diri menjadi anggota legislatif maupun calon kandidat presiden.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon 2.1.1 Pengertian Respon - Respon Siswa Dalam Pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Kota Medan (Studi di Yayasan Fajar Dinul Islam SMK Namira Technology Nusantara

0 0 31

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Respon Siswa Dalam Pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Kota Medan (Studi di Yayasan Fajar Dinul Islam SMK Namira Technology Nusantara Medan)

0 0 9

Respon Siswa Dalam Pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Kota Medan (Studi di Yayasan Fajar Dinul Islam SMK Namira Technology Nusantara Medan)

0 0 13

Konstruksi Pemahaman Wartawan Terhadap UU KIP (Studi Dengan Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Wartawan Aliansi Jurnalis Independen Cabang Medan Dalam Memahami Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik)

0 0 36

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Konstruktivisme - Konstruksi Pemahaman Wartawan Terhadap UU KIP (Studi Dengan Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Wartawan Aliansi Jurnalis Independen Cabang Medan Dalam Memahami Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1

0 0 29

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Konstruksi Pemahaman Wartawan Terhadap UU KIP (Studi Dengan Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Wartawan Aliansi Jurnalis Independen Cabang Medan Dalam Memahami Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 T

0 0 9

Konstruksi Pemahaman Wartawan Terhadap UU KIP (Studi Dengan Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Wartawan Aliansi Jurnalis Independen Cabang Medan Dalam Memahami Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik)

0 0 14

Konstruksi Pemahaman Wartawan Terhadap UU KIP (Studi Dengan Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Wartawan Aliansi Jurnalis Independen Cabang Medan Dalam Memahami Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik)

0 0 14

Efektifitas Saluran Komunikasi dalam Pemilu (Studi Deskriptif Kualitatif Efektifitas Saluran Komunikasi dalam Menentukan Pilihan pada Pemilihan Umum Presiden Tahun 2014 di Desa Pasar IV Namutrasi Kabupaten Langkat)

0 0 20

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Efektifitas Saluran Komunikasi dalam Pemilu (Studi Deskriptif Kualitatif Efektifitas Saluran Komunikasi dalam Menentukan Pilihan pada Pemilihan Umum Presiden Tahun 2014 di Desa Pasar IV Namutrasi Kabupaten Langkat)

0 1 30