CBT For Child Obesity Tutor 1

MAKALAH COGNITIVE BEHAVIORAL THERAPY FOR CHILDHOOD OBESITY

  Disusun untuk Memenuhi Mata Ajaran Isu Gizi Terkini Disusun Oleh Tutor 1:

  Hilda Rahmani Fitri (1506687421) Ira Andriani (1506687415)

  Kelvin Halim (1506733125) Latifah Hasna Umama (1506687485) Nabilah Shofa Fauziyah (1506687314)

  Nisa Auliani (1506687371) Resky Syam (1506687491)

  Ruth Desinta P (1506756942) Seruni Khairunnisa (1506687346) Ulfa Teni Safira (1506687434)

  Winda Handika P (1506687384)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA TAHUN 2017

  

DAFTAR ISI

  Daftar Isi..........................................................................................................................2

  BAB I Pendahuluan.........................................................................................................3 BAB II Isi........................................................................................................................4 2.1..................................................Pengertian CBT (Cognitive Behavioral Therapy)

  .............................................................................................................................4 2.2..........................................................................................................Manfaat CBT

  .............................................................................................................................5 2.3............................................................................................................Prinsip CBT

  .............................................................................................................................6 2.4...................................................................................Definisi Anak Usia Sekolah

  .............................................................................................................................8 2.5..........................................................................Obesitas pada Anak Usia Sekolah

  .............................................................................................................................8 2.6........................................Kaitan CBT dengan Obesitas pada Anak Usia Sekolah

  .............................................................................................................................9 2.7.......................................................Metode-metode yang Digunakan Dalam CBT

  ...........................................................................................................................10 2.8...........................................................................Kelebihan dan Kekurangan CBT

  ...........................................................................................................................15 2.9.....................................Efektivitas CBT dalam Menurunkan Obesitas pada Anak

  ...........................................................................................................................17

  BAB III Penutup............................................................................................................19 Daftar Pustaka...............................................................................................................20

BAB I PENDAHULUAN Obesitas pada masa anak-anak merupakan salah satu tantangan paling serius

  bagi kesehatan masyarakat di abad 21 (WHO, 2017). Secara global, pada tahun 2010, 43 juta anak mengalami kelebihan berat dan obesitas, dimana 35 juta anak diantaranya bertempat tinggal di negara berkembang (Blossner, 2017). Sementara itu, prevalensi obesitas pada anak di Indonesia pada kelompok anak usia 5-12 tahun besarnya ialah 8,8%. Prevalensi tertinggi obesitas pada anak usia 5-12 tahun di Indonesa ditempati oleh provinsi DKI Jakarta yakni 30,1% (Riskesdas, 2013).

  Kegemukan dan obesitas terjadi terutama disebabkan oleh faktor lingkungan. Meskipun faktor genetik juga menjadi salah satu penyebab terjadinya obesitas, namun pengaruhnya tidak signifikan. Pengaruh faktor lingkungan terutama terjadi melalui ketidakseimbangan antara pola makan dengan perubahan yang mengarah pada sedentary life style (Kemenkes,2012).

  Ada beberapa cara untuk mengurangi angka obesitas pada anak-anak, salah satunya dengan metode CBT (Cognitive Behaviour Therapy). CBT menekankan pada proses untuk mengubah kebiasaan dan sikap dalam mengatur penyimpangan psikologis. Metode ini dimaksudkan untuk memotivasi pasien dalam ketaatannya terhadap menjalankan rekomendasi diet dan aktivitas fisik.

BAB II ISI

2.1 Pengertian CBT (Cognitive Behavioral Therapy)

  CBT merupakan penanganan psikologis yang membahas interaksi antara bagaimana kita berpikir, merasakan dan berperilaku. Biasanya waktu dalam melakukan CBT ini terbatas (sekitar 10-20 sesi), berfokus pada masalah saat ini dan mengikuti gaya intervensi terstruktur (Simon Fraser University, 2007). CBT mengacu pada kelompok intervensi yang didasarkan pada prinsip bahwa perilaku maladaptif dipicu oleh pola pikir yang tidak tepat atau irasional. CBT pada disfungsi psikologis berkaitan dengan mekanisme pembelajaran dan pengolahan informasi. Cara seseorang berpikir sangat mempengaruhi cara seseorang merasa. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa belajar untuk berpikir dengan cara yang berbeda dapat memungkinkan kita untuk merasakan dan bertindak secara berbeda pula (Nehra dan Sharma, 2013).

  CBT didasarkan pada asumsi dasar bahwa gangguan emosional dipertahankan oleh faktor kognitif, dan penanganan psikologis menyebabkan perubahan pada faktor- faktor ini melalui teknik kognitif (misalnya restrukturisasi kognitif) dan perilaku (misalnya, paparan, eksperimen perilaku, latihan relaksasi, pelatihan keterampilan sosial) (Beck & Emery dalam Taylor, 2006).

  CBT pada individu yang mengalami masalah atau gangguan berbeda dalam bentuk dan penerapannya. CBT ini menekankan pentingnya mengubah kognisi dan perilaku sebagai cara untuk mengurangi gejala dan memperbaiki fungsi orang yang terkena dampak (Roth, Eng, Heimberg dalam Taylor, 2006). Terapi perilaku kognitif atau CBT selalu melibatkan mediasi perilaku kognitif sebagai inti pengobatan (Taylor, 2006).

  Tujuan CBT adalah mengajarkan klien untuk mengganti pemikiran yang sudah terdistorsi dan penilaian kognitif yang tidak realistis dengan penilaian yang lebih realistis dan adaptif. (Beck, 1995).

2.2 Manfaat CBT

  1. Program Berbasis Sekolah

  Anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah dan banyak bertinteraksi dengan guru dan teman sekolahnya. Sekolah adalah tempat yang aman untuk belajar mengenai keterampilan hidup sehat dan menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Guru dapat melatih siswa tentang bagaimana memilih makanan bergizi dan rendah kalori. Selain itu, latihan olahraga bisa diperkuat dalam kurikulum sekolah. Sebagian besar siswa dengan berat badan berlebih lebih memilih untuk makan makanan berlemak, manis, dan asin. Mereka juga memilih makanan cepat saji sebagai pilihan makanan pertama mereka. Jika petugas sekolah terlibat dalam program pencegahan obesitas, mereka dapat menyediakan lingkungan bagi anak-anak untuk membeli cemilan dan makanan yang sehat.

  Jenis program ini dapat memperbaiki perilaku kesehatan pada kelompok sasaran yang besar. Hal ini ditandai dengan adanya pendidikan gizi dan perubahan kebiasaan makan, serta peningkatan aktiivtas fisik melalui program terstruktur.

  2. Program Berbasis Keluarga

  Keluarga adalah target yang dapat diterapkan untuk intervensi promosi kesehatan menggunakan cognitive behaviour therapy. Program intervensi

  cognitive behaviour therapy berbasis keluarga dianggap sebagai salah satu

  metode pengobatan dan pencegahan obesitas yang paling dapat mencapai keberhasilan. Melibatkan orang tua dalam program pencegahan obesitas pada anak-anak dapat membuat penurunan berat badan lebih mudah bagi anak-anak; karena mereka dapat memberikan kondisi konfirmatori untuk membantu anak- anak mereka memilih perilaku sehat.

  Keluarga mampu membangun kebiasaan gaya hidup anak-anak melalui "gaya pengasuhan" mereka dan pengelolaan "fungsi keluarga". Sebagian besar program ini berhasil menurunkan angka z-score untuk indeks massa tubuh (IMT) yang signifikan dan beberapa konsekuensi kesehatan dari obesitas.

  Keluarga, terutama ibu, adalah paradigma terbaik bagi anak untuk belajar pola makan dan kebiasaan aktivitas yang menyehatkan. Melalui makanan keluarga, anak-anak bisa makan lebih banyak biji-bijian, buah-buahan, sayuran, susu rendah lemak, dan kurang mengonsumsi permen dan lemak tidak sehat. Orang tua harus melibatkan anak-anak dalam menyiapkan makanan untuk memberi efek positif pada sikap mereka terhadap pencegahan obesitas. Dengan partisipasi orang tua dalam jenis program ini, anak-anak mereka mengonsumsi lebih banyak serat dan mengurangi durasi duduk yang terlalu lama. Tampaknya, keluarga memiliki peran kunci dalam pengendalian berat badan jangka panjang.

2.3 Prinsip CBT

  Hal utama dalam penggunaan model CBT yakni bagaimana cara kognisi dan pengetahuan dapat tekonseptualisasi dengan baik. Menurut Beck (1976), penilaian tiga tingkatan dalam kognisi yaitu:

  1. Core beliefs

  2. Dysfunctional assumptions

  3. Negative automatic thoughts

  Core beliefs atau schemas adalah sebuah ‘keyakinan’ atau ‘kepercayaan’ terhadap

  diri sendiri dan dunia sekitarnya. Hal ini dipelajari manusia dari awal kehidupan dan dipengaruhi oleh pengalaman masa kecil dan terlihat absolut. Core beliefs sendiri dikenal dengan triad kognitifnya, yakni the self, the future, and the world.

  

Dysfunctional assumptions lebih bersifat kaku, karena merupakan aturan-aturan hidup

  yang diadaptasi dan diajarkan oleh lingkungan luar. Beberapa aturan terlihat surealis dan maladaptive bagi beberapa orang, namun berguna dan menjadi pegangan bagi orang lain. Automatic thoughts sendiri bersifat involunter dari pemikiran yang teraktivasi dalam situasi tertentu. Saat depresi, misalnya automatic thoughts memusatkan pada hal- hal yang berhubungan dengan keburukan seperti kegagalan, dan sebagainya.

  Dalam CBT, model kognitif ini digunakan sebagai konsep kerja untuk memahami kondisi mental seseorang atau mengetahui sebuah masalah pada diri seseorang. Proses dalam menaruh pengalaman yang bersifat idiosinkratis pada individu tertentu disebut dengan formulasi. Formulasi ini merupakan sebuah hipotesis awal mengenai sebab, presipitan, dan cara mempertahankan pengaruh-pengaruh dan pengetahuan dalam menyelesaikan masalah individu (Eels, 1997). Formulasi tersebut dituangkan dalam model hot-cross bun oleh Greenberger dan Padesky (1995).

  CBT bertujuan untuk mengajarkan pasien sebagai subjek dan objek dalam perlakuan terapi itu sendiri. Pasien menjadi ‘dokter utama’ dengan membantu mereka memahami beberapa cara berpikir dan bertindak dan membantu mereka dengan tools dalam perubahan perilakunya. Kunci utama pada CBT ialah membuat lingkungan yang kolaboratif empiristik dan orang-orang yang mendukung fokus masalah.

  Empirisme kolaboratif ini didasari dari pengembangan terapi kolaboratif di mana adanya relasi antara terapis dan pasien untuk bekerja sama dalam mengidentifikasi hal yang janggal pada pasien. Selain itu, pasien dan terapis akan mengetes validitas dan membuat tujuan utama dalam proses kolaboratif tersebut. CBT ini perlu mengeluarkan hasil berupa kemampuan pasien berpikir efektif terhadap masalah dan meningkatkan kemampuan dalam mengatur masalahnya. Maka dari itu, CBT perlu dilakukan dengan 5 langkah yakni ‘SMART’, specific (spesifik), measurable (terukur), achievable (mudah tercapai), realistic (realistis), dan time-limited. Biasanya CBT berlangsung 5-20 sesi konseling.

  2.4 Definisi Anak Usia Sekolah

  Anak adalah seseorang yang usianya kurang dari 18 tahun, sedang berada pada masa tumbuh kembang serta membutuhkan kebutuhan khusus, baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial, maupun spiritual (Supraptini,2004). Menurut WHO, batasan usia anak adalah sejak anak dalam kandungan sampai usia 19 tahun, sedangkan menurut DeLaune dan Ladner (2002), anak usia sekolah adalah anak usia pertengahan. Periode usia sekolah dibagi menjadi 3 tahapan umur yaitu tahap awal 6-7 tahun, tahap pertengahan 7-9 tahun, dan pra-remaja 10-12 tahun.

  2.5 Obesitas pada Anak Usia Sekolah

  Obesitas pada masa anak-anak merupakan salah satu tantangan paling serius bagi kesehatan masyarakat di abad 21 (WHO, 2017). Secara global, pada tahun 2010, 43 juta anak mengalami kelebihan berat dan obesitas, dimana 35 juta anak diantaranya bertempat tinggal di negara berkembang (Blossner, 2017). Di Amerika, prevalensi obesitas pada anak kategori usia 6-11 tahun mencapai angka 17,5% di tahun 2014 (CDC, 2014).

  Sementara itu, prevalensi obesitas pada anak di Indonesia yang dihitung berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) pada kelompok anak usia 5-12 tahun besarnya ialah 8,8%. Prevalensi tertinggi obesitas pada anak usia 5-12 tahun adalah provinsi DKI Jakarta yakni 30,1% (Riskesdas, 2013). Angka tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih mengalami permasalahan gizi khususnya

  overweight yang dapat dikatakan cukup serius, karena menurut WHO 2010, suatu

  negara dikatakan tidak lagi memiliki masalah gizi jika indikator anak gemuk berada dibawah 5% (Kemenkes, 2017).

  Kegemukan dan obesitas terjadi terutama disebabkan karena faktor lingkungan. Meskipun faktor genetik juga menjadi salah satu penyebab terjadinya obesitas, namun pengaruhnya tidak signifikan. Pengaruh faktor lingkungan terutama terjadi melalui ketidakseimbangan antara pola makan dengan perubahan yang mengarah pada sedentary life style. Pola makan yang menyebabkan terjadinya obesitas yaitu mengonsumsi makanan dalam porsi besar, tinggi energi, tinggi lemak, tinggi karbohidrat sederhana dan rendah serat namun tanpa disertai aktivitas fisik yang cukup (Kemenkes, 2012).

2.6 Kaitan CBT dengan Obesitas pada Anak Usia Sekolah

  Anak-anak dengan eating disorder dan obesitas membutuhlan perhatian klinis. Gangguan yang terkait dengan aktivitas makan dan berat badan ditandai dengan pola harian yang maladaptive, termasuk penyimpangan pola pikir dan

  

problematic behavior cycles. Terapi untuk mengontrol berat badan membutuhkan

  pendekatan yang komprehensif, karena makan yang tidak teratur terpengaruh dari persepsi individu, lingkungan rumah, dan lingkungan sosial. CBT menekankan pada proses untuk mengubah kebiasaan dan sikap dalam mengatur penyimpangan psikologis.

  Perubahan atau modifikasi gaya hidup modern mempunyai 3 komponen utama, yaitu rekomendasi diet, aktivitas fisik, dan CBT untuk mencapai penurunan berat badan dan penjagaan berat badan yang sudah ideal. Komponen-komponen tersebut saling berinteraksi untuk mencapai treatment yang efektif. Khususnya untuk CBT, metode ini dimaksudkan untuk memotivasi pasien dalam ketaatannya menjalankan rekomendasi diet dan aktivitas fisik dan menyediakan seperangkat prosedur dan strategi monitoring diri selama makan, pengaturan tujuan yang realistis dan dapat dicapai, pengendalian rangsangan dan pemicu yang membahayakan dan mendorong perilaku alternatif selama situasi emosi yang kritis atau suasana hati yang negatif.

  Model perubahan transtheoretical yang menggambarkan lima tahap motivasi di mana pasien harus berevolusi untuk mencoba mengubah perilaku disfungsionalnya juga dapat menyebabkan penurunan berat badan. Wawancara motivasional (MI/Motivational Interviewing) dan terapi peningkatan motivasi adalah salah satu langkah potensial ke depan dibandingkan dengan model transtheoretical.

  Terutama, MI telah terbukti efektif dalam mempromosikan perubahan perilaku melalui pendekatan yang tidak menghakimi dan gaya komunikasi yang mampu meningkatkan kompetensi, otonomi, dan motivasi intrinsik pasien. Untuk mencapai perubahan perilaku yang tahan lama melibatkan orang-orang dengan sikap yang sehat, ambivalensi mengenai perubahan dipertimbangkan dan dibahas di MI, menghindari terlalu banyak kekakuan dalam preskripsi direktif. Penggunaan fungsional MI mengharuskan klinisi dengan keterampilan tinggi bisa melampaui gaya konsultasi tradisional. Pendekatannya tidak mendidik tapi bertujuan untuk mengarahkan pasien menuju strategi motivasi diri untuk memperbaiki kesiapan untuk berubah.

2.7 Metode-metode yang Digunakan dalam CBT

  Dalam penerapan metode CBT (Cognitive Behaviour Therapy) pada anak-anak dan remaja, sangat penting untuk mengikutsertakan orang tua dan keluarga. Orang tua dapat memfasilitasi perubahan perilaku yang positif dengan menciptakan lingkungan rumah yang sehat dan meminimalisasi stimulus-stimulus negatif untuk mendukung gaya hidup yang sehat. Lebih daripada itu, obesitas merupakan penyakit yang bersifat

  

cyclical (misalnya orang tua yang overweight akan cenderung memiliki anak

overweight yang juga cenderung akan menjadi orang dewasa yang obesitas.

  Peningkatan inisiatif dari orang tua dan anak akan menurunkan tren overweight yang sekarang meningkat [ CITATION Wil12 \l 1033 ].

  Metode CBT untuk pengobatan obesitas pada anak-anak telah menunjukkan hasil yang jauh lebih baik daripada obesitas pada orang dewasa, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Alasannya, yaitu:

   Penurunan berat badan pada anak-anak mungkin memerlukan lebih sedikit motivasi diri, karena orang tua dapat membantu anak-anak dalam melakukan perubahan, seperti memodifikasi jenis makanan yang tersedia di rumah dengan pilihan yang lebih sehat.

   Pola diet dan olahraga tidak terlalu susah pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa.  Kenaikan pesat pada tinggi badan membuat anak lebih mudah menunjukkan penurunan persen kelebihan berat badan meski mereka tidak menurunkan berat badan. Metode CBT untuk penurunan berat badan mencakup strategi pengendalian stimulus, pemantauan perilaku makan dan aktivitas fisik. Stimulus control mengacu pada restrukturisasi rumah untuk melakukan perilaku yang diinginkan dan membatasi perilaku yang tidak diinginkan untuk makanan dan aktivitas. Misalnya, makanan sehat ditempatkan di daerah yang lebih mudah dijangkau, sementara aksesibilitas terhadap makanan tinggi lemak dan tinggi gula terbatas. Demikian pula, peralatan yang digunakan untuk aktivitas fisik dibuat lebih mudah diakses sementara yang digunakan untuk aktivitas menetap ditempatkan di area yang kurang terjangkau.

  Program family-based behavioral treatment telah menjadi intervensi yang paling banyak dipelajari untuk kejadian obesitas pada anak dan telah menghasilkan hasil jangka pendek dan jangka panjang yang terbaik. Keterlibatan orang tua dianggap penting, namun tingkat dan sifat keterlibatan itu bervariasi menurut program. Pengobatan yang efektif tidak hanya menyebabkan penurunan berat badan tetapi juga terkait dengan manfaat kesehatan yang signifikan, kebugaran fisik yang lebih baik, dan keadaan lipid yang lebih baik (Faith, Saelens, Wilfley, & Allison, 2001).

  Dalam upaya untuk meningkatkan efektivitas pengobatan jangka panjang, terdapat program behavioral skillsbased maintenance (BSM), sebuah rencana perawatan yang mengajarkan strategi kognitif untuk membantu meningkatkan pemeliharaan berat badan. Teori dasarnya yaitu komponen perilaku efektif dalam mengurangi berat badan, sementara komponen kognitif mungkin diperlukan untuk membantu mencegah penambahan berat badan (Wilfley et al., 2005).

  Modifikasi diet

  Mengurangi asupan kalori adalah hal utama untuk keberhasilan menurunkan berat badan. Self-monitoring adalah langkah awal yang disarankan untuk membantu meningkatkan kesadaran anak akan kebiasaan makan saat ini dan perubahan yang terus berlanjut. Anak diinstruksikan untuk memantau sendiri berbagai aspek makan mereka, seperti diet harian dan asupan kalori. Selain itu, pemantauan berat mingguan membantu anak-anak untuk mempelajari hubungan antara perilaku makan dan perubahan berat badan mereka. Pemantauan diri terus berlanjut selama pengobatan sebagai alat untuk mencatat asupan makanan. Terdapat kontrak (janji) dengan anak dimana penghargaan diberikan kepada anak jika telah memenuhi tujuan perilaku, dengan melihat penurunan berat badan. Anak dan orangtua juga diajarkan untuk saling memuji satu sama lain untuk perilaku makan yang sehat (Wilfley & Saelens, 2002).

  Traffic light diet dikembangkan oleh Epstein dan digunakan pada anak-anak

  (Saelens et al., 2002). Diet menggunakan sistem pertukaran makanan berkode warna

  (mengacu pada Piramida Panduan Makanan USDA), terutama berdasarkan kandungan lemak dan nilai gizi, dengan beberapa pengkodean berdasarkan kadar gula. Makanan dikelompokkan menjadi satu dari tiga kategori warna, menunjukkan frekuensi yang disarankan dari masing-masing makanan. Makanan "merah" (misalnya kentang goreng dan donat) adalah makanan yang harus paling dihindari, makanan "kuning" (misalnya pasta dan keju rendah lemak) dapat dimakan secukupnya, dan makanan "hijau" (misalnya, kebanyakan buah dan sayuran) bisa dimakan dengan bebas. Anak-anak dididik tentang bagaimana memenuhi kebutuhan nutrisi mereka dengan mengurangi asupan lemak dan kalori total mereka dan dengan memilih makanan padat nutrisi berdasarkan kode warna. Anak-anak diberi target rentang kalori individual, sekitar 1.000-1.200 kalori per hari, dan sejumlah makanan merah yang terbatas, yang bertujuan menghasilkan penurunan berat setengah pon per minggu (Epstein et al., 1981). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dengan menggunakan metode traffic light diet, anak- anak tidak hanya meningkatkan asupan buah dan sayuran, tetapi juga menurunkan konsumsi makanan tinggi lemak dan tinggi gula (Epstein et al., 2001).

  Traffic Light Diet

  (https://www.researchgate.net/profile/Heather_Yeatman/publication)

  Aktivitas Fisik

  Penargetan perubahan aktivitas fisik meningkatkan efek jangka panjang dari intervensi diet. Penargetan baik peningkatan aktivitas fisik atau pengurangan aktivitas tidak menetap menyebabkan penurunan berat badan yang sukses. Pengurangan aktivitas ringan dilakukan dengan mengurangi aktivitas hiburan seperti menonton televisi, waktu komputer, dan bermain video game. Self-monitoring aktivitas fisik dan aktivitas anak- anak adalah langkah awal yang masuk akal dan harus berlanjut selama pengobatan (Faith et al., 2001).

  Partisipasi Orang Tua

  Memiliki orang tua yang kelebihan berat badan, yang kemungkinan disebabkan oleh kombinasi genetika dan lingkungan (misalnya, orang tua mempertahankan makanan berlemak tinggi di sekitar rumah) meningkatkan risiko menjadi anak yang kelebihan berat badan. Orang tua memainkan peran penting karena kemampuan mereka untuk secara langsung mengubah lingkungan rumah melalui stimulus control. Orang tua dapat membantu anak-anak mereka menurunkan berat badan dengan mendukung perilaku makan yang sehat (misalnya, menyajikan makanan sehat dan membatasi akses anak ke restoran cepat saji), mendukung perubahan aktivitas fisik yang sehat (misalnya, merencanakan kegiatan keluarga yang menyenangkan), dan mendukung perubahan gaya hidup sehat (misalnya, memodelkan dan memuji perilaku sehat).

  Family-based treatment menargetkan modifikasi perilaku orang tua dan anak,

  mengajari mereka keterampilan yang diperlukan untuk membangun dan memelihara makanan dan aktivitas fisik yang lebih sehat. Orangtua diajarkan bahwa anak-anak tidak boleh mendapat penghargaan dalam bentuk makanan atau uang tapi idealnya harus bersifat interpersonal (misalnya, acara keluarga, menambahkan hak istimewa, atau kadang-kadang membeli sesuatu seperti CD favorit). Seiring dengan ini, pujian digunakan secara terus menerus untuk mendorong perubahan positif, dan perhatian terhadap perilaku negatif diminimalkan. Selain itu, orang tua diinstruksikan dalam perubahan perilaku yang serupa dengan anak mereka, termasuk pemantauan diri dan perubahan perilaku diet dan aktivitas fisik, sehingga orang tua dapat menjadi model bagi anak-anak mereka.

  Menargetkan hanya orang tua sebagai agen perubahan untuk kelebihan berat badan juga telah terbukti efektif. Golan dan rekan (1998) mengadaptasi pendekatan berbasis keluarga untuk mengobati kelebihan berat badan pada anak-anak sehingga hanya orang tua yang berpartisipasi dalam perawatan. Dalam intervensi orang tua saja, orang tua menghadiri sesi kelompok dan lima sesi individu pendek, tanpa keterlibatan langsung anak-anak. Orangtua diinstruksikan dalam modifikasi perilaku untuk seluruh keluarga, seperti mengurangi perilaku keluarga tidak teratur, memperbaiki pola makan, dan mengurangi ketersediaan makanan yang lebih menggemukkan di rumah. Program Golan menempatkan tanggung jawab di tangan orang tua, mengajarkan bahwa adalah tanggung jawab orang tua untuk menawarkan makanan yang layak, dan anak-anak harus diberi wewenang untuk membuat keputusan sendiri.

  Penargetan orang tua mungkin lebih efektif dilakukan pada anak yang lebih muda, karena orang tua memiliki kontrol lebih besar terhadap asupan makanan dan tingkat aktivitas anak mereka. Namun, pendekatan yang berbeda mungkin lebih berhasil tergantung pada usia anak. Untuk anak yang lebih besar, mungkin lebih efektif untuk menargetkan orang tua dan anak secara terpisah.

  Komponen Kognitif

  Dalam kehidupan sehari-hari, anak-anak terpapar pada berbagai situasi yang tidak kondusif untuk mempertahankan berat badan, seperti pesta ulang tahun, cuaca buruk untuk aktivitas fisik, atau tekanan teman sebaya untuk bermain video game daripada melakukan aktivitas fisik. BSM mengajarkan anak-anak dan orang tua untuk mengidentifikasi situasi berisiko tinggi, persiapan untuk menghindari situasi tersebut, atau pemecahan masalah yang lebih efektif dengan mereka. Instruksi dalam restrukturisasi kognitif (misalnya, menghindari semua atau tidak ada yang berpikir seperti "Saya telah menghancurkannya hari ini, jadi saya mungkin juga makan apapun yang saya inginkan," atau "Saya keluar dari program minggu ini") sangat penting untuk mengurangi kemungkinan perilaku menyimpang dan perasaan kurang percaya diri yang akan menyebabkan peningkatan berat badan (Perri, 2002).

  Intervensi BSM berupaya memperbaiki hasil jangka panjang melalui strategi CBT, termasuk:

   Keterampilan peningkatan motivasi, seperti membantu anak-anak dan orang tua untuk memandang pemeliharaan berat badan sebagai tujuan yang layak;  Restrukturisasi kognitif;  Pencegahan kambuh, mengajarkan orang tua dan anak untuk menghindari atau pulih dari penyimpangan dalam menghadapi situasi berisiko tinggi. Menggunakan strategi ini berpotensi untuk membatasi kelalaian perilaku dan meningkatkan keefektifan diri anak untuk mengatasi situasi sulit, yang kemungkinan akan menghasilkan kesuksesan jangka panjang yang lebih baik (Wilfley et al., 2005).

2.8 Kelebihan dan Kekurangan CBT

   Kelebihan CBT Salah satu keuntungan terbesar CBT adalah, hal ini membantu pasien untuk belajar mengasah keterampilan dalam memecahkan masalah yang dapat diatasi sekarang dan di masa depan karena perilaku yang diharapkan dari CBT terhadap obesitas adalah memerangi pikiran dan perilaku yang merusak pola makan yang tidak sehat. Dalam kehidupan sehari-hari, anak-anak terpapar pada berbagai situasi yang tidak kondusif untuk bertahan dengan perilaku pemeliharaan berat badan, seperti pesta ulang tahun, cuaca buruk untuk aktivitas fisik, atau tekanan teman sebaya untuk bermain video game daripada melakukan aktivitas fisik. CBT mengajarkan anak-anak dan orang tua untuk mengidentifikasi situasi berisiko tinggi, persiapan untuk menghindari situasi ini, atau pemecahan masalah untuk mengatasi lebih efektif dengan mereka. Instruksi dalam restrukturisasi kognitif (misalnya, menghindari semua pikiranseperti "Saya telah menghancurkannya hari ini, jadi saya mungkin juga makan apapun yang saya inginkan," atau "Saya keluar dari program minggu ini") sangat penting untuk mengurangi kemungkinan perilaku melenceng yang akan mengakibatkan kebiasaan buruk kembali terulang. Selain itu, beberapa keunggulan CBT lain meliputi: a. Dapat membantu dalam kasus di mana pengobatan saja tidak berhasil.

  b. Bisa selesai dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan terapi bicara lainnya.

  c. Sifat CBT yang sangat terstruktur berarti dapat disediakan dalam format yang berbeda, termasuk dalam kelompok, buku self-help dan program komputer.

  d. Mengajarkan strategi berguna dan praktis yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan setelah perawatan selesai.

   Kekurangan CBT Kekurangan Cognitive Behavior Therapy (CBT) antara lain:

  1. Tidak dapat diaplikasikan pada sebagian orang (masalah tertentu)

  CBT dinilai kurang efektif untuk orang dengan masalah kesehatan mental yang lebih kompleks atau bagi mereka yang memiliki kesulitan belajar. Fokus CBT selalu tentang klien dan kemampuan mereka untuk membawa perubahan pada diri mereka sendiri. Beberapa orang merasa fokus ini terlalu sempit dan mengabaikan banyak isu penting lainnya seperti keluarga, sejarah pribadi, dan masalah emosional yang lebih luas. Tidak ada ruang lingkup dalam CBT untuk eksplorasi personal terhadap emosi, atau melihat masalah yang mengganggu dari berbagai perspektif. Agar masalah ini ditangani, klien perlu beralih ke pendekatan yang berbeda.

  2. Perlunya persiapan sebelum terapi CBT pada klien

  Ketika klien membuat perubahan pribadi yang signifikan, sangat mungkin bagi orang lain di sekitarnya untuk bereaksi terhadap perubahan mereka dengan cara yang berbeda-beda. Hal ini bisa saja mempengaruhi terapi atau mengganggu diri klien. Sebelum memutuskan terlalu cepat pada tujuan terapi CBT ini, perlu dibahas terlebih dahulu mengenai kelebihan dan kekurangan yang terjadi karena perubahan terapeutik ini.

3. Keterbatasan dalam mengaplikasikan CBT pada anak-anak

  Dalam CBT, langkah cognitive restructuring (restrukturisasi kognitif) membantu anak untuk mengidentifikasi kognisi mereka yang terdistorsi. Terapis perlu mengetahui cara memetakan pikiran dan perasaan yang mengganggu secara rinci. Strategi ini bertujuan untuk mengurangi negative self-talk yang menyebabkan pikiran negatif otomatis yang dapat berakibat terganggunya emosi dan perilaku. Namun, untuk anak-anak yang masih dalam fase perkembangan bahasa mungkin akan mengalami kesulitan dalam mengekspresikan pengalaman dan perasaan mereka karena kurangnya kosa kata emosi dan keterbatasan dalam memberi label terhadap suatu perasaan. Contohnya, anak dibawah usia 12 tahun dapat mengalami hambatan dalam menyampaikan pikirannya sehingga kesulitan menjelaskan secara spesifik apa yang mereka cemaskan. Kesulitan ini dapat berakibat pada keterbatasan dalam mengidentifikasi bukti-bukti atas

  faulty beliefs dan memahami rumusan yang disajikan oleh terapis

  selama sesi terapi. Scheeringa (et al, 2007) menemukan bahwa pendekatan CBT untuk anak-anak harus dirancang dengan kemampuan kognitif yang lebih konkret serta dukungan eksternal, karena ketidakmatangan kognitif anak-anak membatasi penggunaan beberapa strategi CBT pada umumnya. Oleh karena itu, disarankan agar penggunaan perawatan individual berbasis kognitif pada anak usia prasekolah harus menggunakan alat yang sesuai dengan usia dan melibatkan orang tua secara aktif dalam proses pengobatan.

2.9 Efektivitas CBT dalam Menurunkan Obesitas pada Anak

  Menurut penelitian yang di terbitkan dalam jurnal Quality of Life Research, CBT efektif dalam mengurangi obesitas dan meningkatkan kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan pada anak-anak. Penelitian terbaru yang dilakukan di Belanda, berusaha untuk menilai dampak CBT berbasis keluarga terhadap pengurangan Indeks Massa Tubut (IMT) dan peningkatan kualitas hidup anak-anak.

  Dalam penelitian yang diikuti oleh 81 orang anak berusia 8-17 tahun tersebut, 41 anak menerima intervensi CBT multidisiplin dan 40 lainnya menerima perawatan seperti biasa termasuk saran mengenai nutrisi dan aktivitas fisik. Intervensi terdiri dari fase penyaringan 3 bulan yang melibatkan ahli gizi, fisioterapis anak dan psikolog anak. Setelah itu, ada fase intensif selama 3 bulan yang terdiri dari pertemuan kelompok untuk anak-anak dan orang tua mereka. Pengobatan juga diikuti oleh sesi booster; dengan jangka waktu 2 tahun. Setelah 3 bulan pengobatan dan pada follow up selama 12 bulan, CBT ternyata signifikan secara statistik dalam mengurangi IMT peserta. Studi ini penting karena menunjukkan efek longitudinal dari CBT, sementara kebanyakan penelitian serupa hanya menunjukkan efek jangka pendek. Meskipun studi longitudinal lebih lanjut dari jenis ini diperlukan, hasilnya menunjukkan bahwa CBT berbasis multidisiplin berbasis keluarga dapat menjadi pengobatan yang efektif untuk mengurangi IMT dan meningkatkan kualitas hidup terkait kesehatan pada anak-anak yang menderita obesitas.

BAB III PENUTUP Berdasarkan hasil studi literatur dapat disimpulkan bahwa, untuk mengurangi

  angka obesitas pada anak-anak dapat dilakukan dengan metode CBT (Cognitive

  

Behaviour Therapy). Metode kognitif ini digunakan sebagai konsep kerja untuk

  memahami kondisi mental seseorang atau mengetahui sebuah masalah pada diri seseorang. CBT untuk mengurangi angka obesitas pada anak-anak dapat dilakukan di lingkungan keluarga (family based program) maupun di lingkungan sekolah (school based program). Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan menunjukan bahwa metode CBT efektif untuk menurunkan IMT anak-anak yang obesitas setelah dilakukan 3 bulan pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

  Alimoradi, M, et al. 2016. Cognitive Behavioral Therapy for Treatment of Adult

Obesity. International Journal of Medical Reviews, Vol 3, Issue 1; 371-379.

  Beck, J. 1995. Cognitive therapy: Basics and beyond. New York: Guilford Press.

  Castelnuovo, G, et al. 2017. Cognitive behavioral therapy to aid weight loss in obese

patients: current perspectives. Psycjol Res Behav Manag. 2017; 10: 165-173.

  Journal. Tersedia di Kemenkes RI.2012. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kegemukan dan Obesitas pada Anak Sekolah. Jakarta: Dirjen Bina Gizi.

  Kendall, Phillip C. 2006. Child and Adolescent Therapy: Cognitive-Behavioral

  Procedures. New York: The Guillford Press

  Kennard, J. 2014. Benefits and Limitations of Cognitive Behavioral Therapy (CBT) for

  Treating Anxiety. [online] Tersedia di :

  Nehra, Dharmender Kumar dan L, Sharma K. 2013. Cognitive Behaviour Therapy: An Overview. [Online] Tersedia di :

  

  Roya, K., dan Soleiman, F. A. 2014. Controlling Childhood Obesity: A Systematic

Review on Strategies and Challenges. J Res Med Sci. Vol. 19 (10): 993–1008.

  Scheeringa, M.S., Salloum, A., Arnberger, R.A., Weems, C.F., Amaya-Jackson, L & Cohen, J.A. (2007). Feasibility and effectiveness of cognitive-behavioural therapy for post-traumatic stress disorder in preschool children: Two case reports.

  Journal of Traumatic Stress, 20, 631–636 Simon Fraser University. 2007. Cognitive Behavioural Therapy. Columbia: Ministry of

  Health Taylor, Renee R. 2006. Cognitive Behavioral Therapy For Chronic Illness And

  Disability. Chicago: Springer United Kingdom’s National Health Service. 2016. Cognitive Behavioral Theraphy.

  [online] Tersedia di:

  

  Vos, R.C., Huisman, S.D., Houdijk, E.C.A.M., Pijl, H., & Wit, J.M. 2012. The effect of

  family-based multidisciplinary cognitive behavioral treatment on health-related quality of life in childhood obesity. Quality of Life Research, 21(9), 1587-1594

  Wilfley, D. E., Kolko, R. P. & Kass, A. E., 2012. Cognitive Behavioral Therapy for

  Weight Management and Eating Disorders in Children and Adolescents. Child

  Adolesc Psychiatr Clin N Am., 20(2), pp. 271-285