BAB II PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN - BAB II
BAB II
PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN
A. Masalah dalam Penelitian
Berangkat dari fakta bahwa penelitian merupakan upaya untuk menyelesaikan masalah,
maka hal yang pertama kali dilakukan dalam penelitian tentunya adalah menemukan masalah.
Proses menemukan masalah sekaligus merupakan pemetaan awal terhadap semua langkah
berikutnya dalam penelitian. Karakteristik sebuah masalah tertentu akan menentukan arah dari
seluruh kegiatanpenelitian selanjutnya.
Mengingat arti penting dari sebuah “masalah” dalam penelitian, maka pembahasan
konkret terkait segala aspek (definisi, syarat, sumber dan formulasi maslah) masalah itu sendiri
adalah sebuah keharusan. Secara sekilas Sugiyono (1999) bahkan mengatakan bahwa bila dalam
melakukann penelitian, seorang peneliti telah menemukan masalah yang tepat, maka setengah
dari pekerjaan penelitian telah selesai.
Dalam pengertian umum, masalah adalah segala bentuk pertanyaan yang perlu dicari
jawabannya. Sedangkan secara logika, masalah tidak lain merupakan kesenjangan antara
harapan dan realita (das sollen dan das sein). Atau dengan kata lain, masalah dapat diartikan
sebagai suatu situasi dimana suatu fakta yang terjadai sudah menyimpang dari batasan toleransi
yang diharapkan. Lebih spesifik Azuar Juliandi (2004) mengungkap bahwa permasalah riset
akan selalu terkait dengan masalah (problem), peluang (opportunity), ketertarikan (anxiety),
keraguan
atau ketidakpastian (uncertainty), ketiadaan (blankness), kelangkaan (rarely),
kemerosotan (decline), dan ketertinggalan (left behind).
Keberadaan masalah bisa sederhana, dan bisa juga sangat kompleks. Upaya menemukan
jawabannya pun ada yang hanya membutuhkan cara berfikir sederhana dan adapula yang
memerlukan analisis, baik dengan logika semata atau perlu ditunjang bukti-bukti empirik yang
dikumpulkan dengan metode tertentu. Masalah penelitian dapat dilihat dalam tiga bentuk:
1. Exploratory Problem (Persoalan yang bersifat penemuan)
Adalah tipe masalah untuk menemukan sesuatu yang sangat sedikit diketahui informasinya
melalui riset atau penelitian yang mendalam. Persoalnnya dapat datang dari bagian disiplin
ilmu, baik itu suatu tak-teki riset teoritis atau riset yang mempunyai dasar empiris. Contoh :
Menemukan bahan yang tepat untuk pelindung luar pesawar ruang angkasa.
9
10
2. Testing out Problem (Menguji coba sesuatu)
Masalah penelitian yang ada di sini bersifat menguji kesimpulan penelitian terdahulu, atau
menguji dalam kondisi yang berbeda. Pada umumnya ini adalah riset dasar, misalnya “apakah
suatu teori dapat diterapkan pada suhu tinggi”, jumlah testing yang dilakukan tidak terbatas
dan terus menerus, karena dengan ini kita mampu untuk memperbaiki dengan menspesifikasi,
momodifikasi, mengklarifikasi generalisasi yang dikembangkan.
3. Solving Problem (Masalah yang harus dipecahkan)
Dari riset jenis ini kita mulai dari adanya suatu masalah “dalam dunia nyata” dan membawa
semua sumber daya intelektual untuk memecahkan masalahnya. Orang yang bekerja dalam
cara ini harus menciptakan dan mengidentifikasi pemecahan masalah sebelumnya dalam
setiap langkah. Ini biasanya melibatkan sejumlah teori dan metode, kadang-kadang melintas
lebih dari satu disiplin, karena masalah dunia nyata pada umumnya messy (kacau) dan tidak
dapat dipecahkan dalam batas sempit dari satu disiplin akademis. Contoh : Memecahkan
persoalan kemiskinan di Indonesia
B. Sumber-sumber Masalah Penelitian
Bagaimana suatu masalah penelitian dapat ditemukan? Merupakan pertanyaan pertama
yang diajukan, menurut para pakar tidak ada kaidah pasti untuk menemukan suatu masalah,
tetapi ada beberapa saran yang bermanfaat dalam memilih masalah penelitian. Sumber masalah
dapat dikembangkan dari pengalaman, deduksi teori, literatur yang ada kaitannya, kasus di
lapangan, kebiasaan sehari-hari, dan justifikasi para ahli.
1. Pengalaman merupakan salah satu sumber yang paling berguna dalam pengambilan suatu
masalah sebab dikembangkan dari pengalamn peneliti sendiri.
2. Deduksi dari teori merupakan sumber permasalahan yang baik. Kadang teori hanya
menyangkut prinsip umum, dimana kelayakan untuk diterapkan pada persoalan lain masih
belum terbukti.
3. Literatur terkait dapat diambil melalui bacaan laporan-laporan penelitian yang pernah
dilakukan, baik berupa skripsi, tesis, desertasi, atau yang pernah di publikasikan dalam buku.
Pada laporan penelitian dapat diambil contoh cara membuat rumusan masalah dan metode
penelitian yang dilaksanakan. Termasuk membaca saran-saran untuk peneliti berikutnya.
Sumber masalah dapat dikembangkan dengan cara pengulangan penelitian (research of
replicable) dengan konteks yang berbeda, atau melakukan penelitian unrtuk menemukan teori
11
baru (naturalistic inquiry). Pemahaman terhadap aspek teoritis dan empiris dari literatur
terkait memberi peluang untuk pemilihan masalah lebih baik untuk diteliti lebih lanjut.
C. Formulasi Masalah Penelitian
Proses perumusan sebuah masalah adalah proses membangun alur logika yang tepat. Hal
paling mendasar dalam kegiatan ini adalah bahwa setiap masalah harus ditunjukkan dengan data.
Misalnya penelitian tentang SDM (Sumber Daya Manusia), maka masalah SDM, harus
ditunjukan dengan data. Masalah SDM misalnya, berapa jumlah SDM yang terbatas, jenjang
pendidikan yang rendah, kempetensi dan produktivitas yang masih rendah. Data masalah dapat
diperoleh dari hasil pengamatan pendahuluan terhadap obyek riil atau dari dari dokumentasi.
Data yang harus diberikan harus up to date, lengkap dan akurat. Jumlah data masalah yang
dikemukakan tergantung pada jumlah variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Tanpa
menunjukkan data maka masalah yang dikemukakan dalam penelitian tidak dapat dipercaya.
Sebuah masalah yang ditemukan oleh seorang peneliti, tidak serta merta dapat diangkat
menjadi obyek penelitian. Sebelum memutuskan masalah yang akan diteliti, seorang peneliti
harus melihat berbagai aspek penting berikut ini :
1. Masalah tersebut merupakan suatu kebutuhan atau tantangan bagi peneliti.
2. Masalah mudah dirumuskan sehingga menjadi jelas batasannya, kedudukan dan alternatif
cara pemecahannya.
3. Memiliki hipotesis yang jelas sebagai titik tolak dalam penelitian dan alternatif
pemecahannya.
4. Mudah dalam pengumpulan data untuk menguji hipotesis.
5. Dapat memecahkan masalah yang diteliti sehingga dapat menemukan kebenaran serta
implikasinya untuk memberi saran-saran agar masa depan lebih baik.
6. Memungkinkan untuk dapat diteliti, baik dari aspek SDM, finansial, maupun dari aspek waktu.
Secara teknis, perumusan masalah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tentukan secara tentatif atau coba-coba suatu topik, lalu pilihlah judul penelitian
2. Buat sketsa mengenai hubungan dan perurutan-perurutan dari masalah-masalahnya pada
secarik kertas
3. Membahas luasnya area topik, dan berusaha menemukan aspek-aspek kesulitannya, yaitu
pusat-pusat simpul yang harus diurai.
4. Dengan persoalan-persalan tersebut baca secara selektif buku-buku referensi, catatan-catatan,
dokumen-dokumen, naskah-naskah, laporan-laporan, majalah, dan materi informatif lainnya
12
yang telah dibuat penulis-penulis lain, dan ada sangkut pautnya dengan masalah yang tengah
kita garap.
D. Ide Penelitian, Masalah dan Rumusan Masalah
Sebagaimana diungkap di depan, bahwa penemuan masalah yang tepat paling tidak telah
mengurangi 50% dari pekerjaan penelitian. Akan tetapi pada kenyataannya, sebuah masalah
yang tepat tidak serta merta diperoleh dengan cara yang sederhana. Banyak peneliti pemula yang
memiliki banyak ide brilian, tetapi kesulitan merumuskannya dalam penelitian. Hal ini karena
untuk merumuskannya menjadi konsep yang dapat diteliti, seorang peneliti harus mampu
mengidentifikasi dimana letak masalah dari ide tersebut. Dari penemuan letak masalah tersebut,
maka peneliti harus mampu mengidentifikasi variable atau fenomena terkait untuk dapat
dirumuskan dalam sebuah rumusan masalah atau hipotesis.
Sebagai gambaran, seorang peneliti pemula menemukan indikasi bahwa protein yang
terkandung dalam biji buah Waluh dapat dimanfaatkan untuk mencegah kanker. Dari indikasi ini
kemudian muncullah ide membuat biji waluh menjadi produk es krim sebagai sebuah
pengembangan
penelitian.
Berangkat
dari
titik
tersebut
peneliti
harus
mampu
memformulasikannya ke dalam konsep penelitian. Hal pertama yang harus dilakukan adalah
peneliti harus mampu menjawab pertanyaan “dimana masalah darai ide tersebut?”. Dalam hal ini
ada beberapa masalah yang dapat ditemukan:
1. Biji Waluh mengandung protein pencegah kanker, tapi belum dimanfaatkan untuk mencegah
kanker.
2. Biji Waluh dapat dimanfaatkan untuk mencegah kanker, tapi bagaimana cara untuk
mengkonsumsinya.
3. Biji Waluh dapat dikonsumsi dalam bentuk es krim, tapi apakah ada perubahan kandungan.
4. Biji Waluh dapat dibuat es krim, tapi apakah rasanya layak dikonsumsi.
5. Biji waluh dapat dibuat es krim, tapi bagaimana analisa biaya produksinya
Poin-poin tersebut yang kemudian menjadi pilihan bagi peneliti untuk dapat dipilih
beberapa atau keseluruhan untuk dijadikan fokus penelitian. Fokus penelitian ini yang kemudian
dinayatakan dalam rumusan masalah. Kemudian, untuk membuat rumusan masalah, peneliti
tinggal merubahnya ke dalam bentuk kalimat tanya yang akan dicari jawabannya melalui
penelitian dan dituangkan dalam kesimpulan. Berikut ini rumusan masalah dari permasalahpermasalah di atas:
13
1. Bagiaman kandungan protein yang ada pada biji waluh, apakah memungkinkan untuk
mencegah kanker?
2. Bagaimana prosedur membuat es krim dari biji waluh?
3. Bagaiman kandungan biji es krim yang telah dibuat menjadi biji waluh?
4. Bagiaman rasa es krim biji waluh, apakah layak untuk dikonsumsi?
5. Bagaimana analisa komparasi biaya produksi es krim dengan manfaat yang dihasilkan?
Dengan ditentukannya fokus penelitian, maka peneliti tinggal merancang langkah
berikutnya. Mulai dari menentukan data apa saja yang dibutuhkan, metode pengumpulan data,
model analisa yang digunakan dan juga hasil yang diharapkan. Untuk lebih jelas melihat korelasi
antara ide penelitian, masalah dan rumusan masalah, perhatikan tabel contoh berikut ini:
No
.
1.
Ide Penelitian
Masalah
Rumusan Masalah
Membuat paving dari
- Limbah ampas tebu dapat
- Bagaiaman prosedur
sekam ampas tebu.
dibuat sebagai bahan
pembuatan paving dari sekam
paving menggantikan
ampas tebu?
pasir, tapi limbah tersebut
2.
3.
Mengungkap fenomea
belum dimanfaatkan.
sekam ampas tebu ?
- Pemerintah dan kepolisian - Bagaimana kondisi
pelanggaran disiplin
telah mengeluarkan aturan
kedisiplinan berlalu lintas di
lalu lintas di
kedisiplinan lalu lintas,
Kab. Rembang?
Kabupaten Rembang
tapi pelanggaran lalu
Mengungkap Garis
- Bagaiamana strategi
lintas masih marak di
peningkatan kedisiplinan
Kab. Rembang.
berlalu lintas di Kab.
- Ada indikasi perbedaan
Rembang?
- Bagaiman perbedaan dialek
batas dialek Jawa
dialek antara daerah Jawa
bahasa Jawa Timur dengan
Timur dengan Jawa
Timur dengan Jawa
Jawa Tengah?
Tengah
Tengah, tapi belum ada
yang mengetahui garis
4.
- Bagaimana kualitas paving
Mengungkap sejarah
teritorial pemisahnya.
- Terdapat peninggalan
- Dimana letak garis pemisah
antar dialek Jawa Timur dan
Jawa Tengah?
- Bagaimana sejarah peninggalan
peninggalan cagar
cagar budaya di daerah
cagar budaya di daerah
budaya di daerah
Caruban Lasem, tetapi
Caruban Lasem?
14
Caruban Lasem.
sejarahnya belum
terungkap dengan baik.
5.
Membuat pestisida
dari biji Mangga
- Rasa pahit pada biji
mangga dapat
dimanfaatkan untuk racun
serangga, tapi belum ada
6.
Mengungkap
yang memanfaatkannya.
- Terdapat fenomena
- Bagaimana pemanfaatan dan
pemeliharaan peninggalan
cagar budaya Caruban?
- Bagaimana prosedur membuat
biji mangga menjadi pestisida?
- Bagaimana efektifitas pestisida
biji mangga untuk
memberantas serangga?
- Bagaimana praktik fenomena
fenomena “ngemblok”
“ngemblok” dalam tradisi
“ngemblok” dalam tradisi
dalam tradisi
pernikahan di Kecamatan
pernikahan di Kecamatan
pernikahan di
Sedan Rembang, tapi
Sedan Rembang?
kecamatan, Sedan
belum ada yang
Rembang.
mengetahui landasan
fenomena “ngemblok” dalam
sosiologisnya.
tradisi pernikahan di
- Apa landasan sosiologis praktik
Kecamatan Sedan Rembang?
PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN
A. Masalah dalam Penelitian
Berangkat dari fakta bahwa penelitian merupakan upaya untuk menyelesaikan masalah,
maka hal yang pertama kali dilakukan dalam penelitian tentunya adalah menemukan masalah.
Proses menemukan masalah sekaligus merupakan pemetaan awal terhadap semua langkah
berikutnya dalam penelitian. Karakteristik sebuah masalah tertentu akan menentukan arah dari
seluruh kegiatanpenelitian selanjutnya.
Mengingat arti penting dari sebuah “masalah” dalam penelitian, maka pembahasan
konkret terkait segala aspek (definisi, syarat, sumber dan formulasi maslah) masalah itu sendiri
adalah sebuah keharusan. Secara sekilas Sugiyono (1999) bahkan mengatakan bahwa bila dalam
melakukann penelitian, seorang peneliti telah menemukan masalah yang tepat, maka setengah
dari pekerjaan penelitian telah selesai.
Dalam pengertian umum, masalah adalah segala bentuk pertanyaan yang perlu dicari
jawabannya. Sedangkan secara logika, masalah tidak lain merupakan kesenjangan antara
harapan dan realita (das sollen dan das sein). Atau dengan kata lain, masalah dapat diartikan
sebagai suatu situasi dimana suatu fakta yang terjadai sudah menyimpang dari batasan toleransi
yang diharapkan. Lebih spesifik Azuar Juliandi (2004) mengungkap bahwa permasalah riset
akan selalu terkait dengan masalah (problem), peluang (opportunity), ketertarikan (anxiety),
keraguan
atau ketidakpastian (uncertainty), ketiadaan (blankness), kelangkaan (rarely),
kemerosotan (decline), dan ketertinggalan (left behind).
Keberadaan masalah bisa sederhana, dan bisa juga sangat kompleks. Upaya menemukan
jawabannya pun ada yang hanya membutuhkan cara berfikir sederhana dan adapula yang
memerlukan analisis, baik dengan logika semata atau perlu ditunjang bukti-bukti empirik yang
dikumpulkan dengan metode tertentu. Masalah penelitian dapat dilihat dalam tiga bentuk:
1. Exploratory Problem (Persoalan yang bersifat penemuan)
Adalah tipe masalah untuk menemukan sesuatu yang sangat sedikit diketahui informasinya
melalui riset atau penelitian yang mendalam. Persoalnnya dapat datang dari bagian disiplin
ilmu, baik itu suatu tak-teki riset teoritis atau riset yang mempunyai dasar empiris. Contoh :
Menemukan bahan yang tepat untuk pelindung luar pesawar ruang angkasa.
9
10
2. Testing out Problem (Menguji coba sesuatu)
Masalah penelitian yang ada di sini bersifat menguji kesimpulan penelitian terdahulu, atau
menguji dalam kondisi yang berbeda. Pada umumnya ini adalah riset dasar, misalnya “apakah
suatu teori dapat diterapkan pada suhu tinggi”, jumlah testing yang dilakukan tidak terbatas
dan terus menerus, karena dengan ini kita mampu untuk memperbaiki dengan menspesifikasi,
momodifikasi, mengklarifikasi generalisasi yang dikembangkan.
3. Solving Problem (Masalah yang harus dipecahkan)
Dari riset jenis ini kita mulai dari adanya suatu masalah “dalam dunia nyata” dan membawa
semua sumber daya intelektual untuk memecahkan masalahnya. Orang yang bekerja dalam
cara ini harus menciptakan dan mengidentifikasi pemecahan masalah sebelumnya dalam
setiap langkah. Ini biasanya melibatkan sejumlah teori dan metode, kadang-kadang melintas
lebih dari satu disiplin, karena masalah dunia nyata pada umumnya messy (kacau) dan tidak
dapat dipecahkan dalam batas sempit dari satu disiplin akademis. Contoh : Memecahkan
persoalan kemiskinan di Indonesia
B. Sumber-sumber Masalah Penelitian
Bagaimana suatu masalah penelitian dapat ditemukan? Merupakan pertanyaan pertama
yang diajukan, menurut para pakar tidak ada kaidah pasti untuk menemukan suatu masalah,
tetapi ada beberapa saran yang bermanfaat dalam memilih masalah penelitian. Sumber masalah
dapat dikembangkan dari pengalaman, deduksi teori, literatur yang ada kaitannya, kasus di
lapangan, kebiasaan sehari-hari, dan justifikasi para ahli.
1. Pengalaman merupakan salah satu sumber yang paling berguna dalam pengambilan suatu
masalah sebab dikembangkan dari pengalamn peneliti sendiri.
2. Deduksi dari teori merupakan sumber permasalahan yang baik. Kadang teori hanya
menyangkut prinsip umum, dimana kelayakan untuk diterapkan pada persoalan lain masih
belum terbukti.
3. Literatur terkait dapat diambil melalui bacaan laporan-laporan penelitian yang pernah
dilakukan, baik berupa skripsi, tesis, desertasi, atau yang pernah di publikasikan dalam buku.
Pada laporan penelitian dapat diambil contoh cara membuat rumusan masalah dan metode
penelitian yang dilaksanakan. Termasuk membaca saran-saran untuk peneliti berikutnya.
Sumber masalah dapat dikembangkan dengan cara pengulangan penelitian (research of
replicable) dengan konteks yang berbeda, atau melakukan penelitian unrtuk menemukan teori
11
baru (naturalistic inquiry). Pemahaman terhadap aspek teoritis dan empiris dari literatur
terkait memberi peluang untuk pemilihan masalah lebih baik untuk diteliti lebih lanjut.
C. Formulasi Masalah Penelitian
Proses perumusan sebuah masalah adalah proses membangun alur logika yang tepat. Hal
paling mendasar dalam kegiatan ini adalah bahwa setiap masalah harus ditunjukkan dengan data.
Misalnya penelitian tentang SDM (Sumber Daya Manusia), maka masalah SDM, harus
ditunjukan dengan data. Masalah SDM misalnya, berapa jumlah SDM yang terbatas, jenjang
pendidikan yang rendah, kempetensi dan produktivitas yang masih rendah. Data masalah dapat
diperoleh dari hasil pengamatan pendahuluan terhadap obyek riil atau dari dari dokumentasi.
Data yang harus diberikan harus up to date, lengkap dan akurat. Jumlah data masalah yang
dikemukakan tergantung pada jumlah variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Tanpa
menunjukkan data maka masalah yang dikemukakan dalam penelitian tidak dapat dipercaya.
Sebuah masalah yang ditemukan oleh seorang peneliti, tidak serta merta dapat diangkat
menjadi obyek penelitian. Sebelum memutuskan masalah yang akan diteliti, seorang peneliti
harus melihat berbagai aspek penting berikut ini :
1. Masalah tersebut merupakan suatu kebutuhan atau tantangan bagi peneliti.
2. Masalah mudah dirumuskan sehingga menjadi jelas batasannya, kedudukan dan alternatif
cara pemecahannya.
3. Memiliki hipotesis yang jelas sebagai titik tolak dalam penelitian dan alternatif
pemecahannya.
4. Mudah dalam pengumpulan data untuk menguji hipotesis.
5. Dapat memecahkan masalah yang diteliti sehingga dapat menemukan kebenaran serta
implikasinya untuk memberi saran-saran agar masa depan lebih baik.
6. Memungkinkan untuk dapat diteliti, baik dari aspek SDM, finansial, maupun dari aspek waktu.
Secara teknis, perumusan masalah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tentukan secara tentatif atau coba-coba suatu topik, lalu pilihlah judul penelitian
2. Buat sketsa mengenai hubungan dan perurutan-perurutan dari masalah-masalahnya pada
secarik kertas
3. Membahas luasnya area topik, dan berusaha menemukan aspek-aspek kesulitannya, yaitu
pusat-pusat simpul yang harus diurai.
4. Dengan persoalan-persalan tersebut baca secara selektif buku-buku referensi, catatan-catatan,
dokumen-dokumen, naskah-naskah, laporan-laporan, majalah, dan materi informatif lainnya
12
yang telah dibuat penulis-penulis lain, dan ada sangkut pautnya dengan masalah yang tengah
kita garap.
D. Ide Penelitian, Masalah dan Rumusan Masalah
Sebagaimana diungkap di depan, bahwa penemuan masalah yang tepat paling tidak telah
mengurangi 50% dari pekerjaan penelitian. Akan tetapi pada kenyataannya, sebuah masalah
yang tepat tidak serta merta diperoleh dengan cara yang sederhana. Banyak peneliti pemula yang
memiliki banyak ide brilian, tetapi kesulitan merumuskannya dalam penelitian. Hal ini karena
untuk merumuskannya menjadi konsep yang dapat diteliti, seorang peneliti harus mampu
mengidentifikasi dimana letak masalah dari ide tersebut. Dari penemuan letak masalah tersebut,
maka peneliti harus mampu mengidentifikasi variable atau fenomena terkait untuk dapat
dirumuskan dalam sebuah rumusan masalah atau hipotesis.
Sebagai gambaran, seorang peneliti pemula menemukan indikasi bahwa protein yang
terkandung dalam biji buah Waluh dapat dimanfaatkan untuk mencegah kanker. Dari indikasi ini
kemudian muncullah ide membuat biji waluh menjadi produk es krim sebagai sebuah
pengembangan
penelitian.
Berangkat
dari
titik
tersebut
peneliti
harus
mampu
memformulasikannya ke dalam konsep penelitian. Hal pertama yang harus dilakukan adalah
peneliti harus mampu menjawab pertanyaan “dimana masalah darai ide tersebut?”. Dalam hal ini
ada beberapa masalah yang dapat ditemukan:
1. Biji Waluh mengandung protein pencegah kanker, tapi belum dimanfaatkan untuk mencegah
kanker.
2. Biji Waluh dapat dimanfaatkan untuk mencegah kanker, tapi bagaimana cara untuk
mengkonsumsinya.
3. Biji Waluh dapat dikonsumsi dalam bentuk es krim, tapi apakah ada perubahan kandungan.
4. Biji Waluh dapat dibuat es krim, tapi apakah rasanya layak dikonsumsi.
5. Biji waluh dapat dibuat es krim, tapi bagaimana analisa biaya produksinya
Poin-poin tersebut yang kemudian menjadi pilihan bagi peneliti untuk dapat dipilih
beberapa atau keseluruhan untuk dijadikan fokus penelitian. Fokus penelitian ini yang kemudian
dinayatakan dalam rumusan masalah. Kemudian, untuk membuat rumusan masalah, peneliti
tinggal merubahnya ke dalam bentuk kalimat tanya yang akan dicari jawabannya melalui
penelitian dan dituangkan dalam kesimpulan. Berikut ini rumusan masalah dari permasalahpermasalah di atas:
13
1. Bagiaman kandungan protein yang ada pada biji waluh, apakah memungkinkan untuk
mencegah kanker?
2. Bagaimana prosedur membuat es krim dari biji waluh?
3. Bagaiman kandungan biji es krim yang telah dibuat menjadi biji waluh?
4. Bagiaman rasa es krim biji waluh, apakah layak untuk dikonsumsi?
5. Bagaimana analisa komparasi biaya produksi es krim dengan manfaat yang dihasilkan?
Dengan ditentukannya fokus penelitian, maka peneliti tinggal merancang langkah
berikutnya. Mulai dari menentukan data apa saja yang dibutuhkan, metode pengumpulan data,
model analisa yang digunakan dan juga hasil yang diharapkan. Untuk lebih jelas melihat korelasi
antara ide penelitian, masalah dan rumusan masalah, perhatikan tabel contoh berikut ini:
No
.
1.
Ide Penelitian
Masalah
Rumusan Masalah
Membuat paving dari
- Limbah ampas tebu dapat
- Bagaiaman prosedur
sekam ampas tebu.
dibuat sebagai bahan
pembuatan paving dari sekam
paving menggantikan
ampas tebu?
pasir, tapi limbah tersebut
2.
3.
Mengungkap fenomea
belum dimanfaatkan.
sekam ampas tebu ?
- Pemerintah dan kepolisian - Bagaimana kondisi
pelanggaran disiplin
telah mengeluarkan aturan
kedisiplinan berlalu lintas di
lalu lintas di
kedisiplinan lalu lintas,
Kab. Rembang?
Kabupaten Rembang
tapi pelanggaran lalu
Mengungkap Garis
- Bagaiamana strategi
lintas masih marak di
peningkatan kedisiplinan
Kab. Rembang.
berlalu lintas di Kab.
- Ada indikasi perbedaan
Rembang?
- Bagaiman perbedaan dialek
batas dialek Jawa
dialek antara daerah Jawa
bahasa Jawa Timur dengan
Timur dengan Jawa
Timur dengan Jawa
Jawa Tengah?
Tengah
Tengah, tapi belum ada
yang mengetahui garis
4.
- Bagaimana kualitas paving
Mengungkap sejarah
teritorial pemisahnya.
- Terdapat peninggalan
- Dimana letak garis pemisah
antar dialek Jawa Timur dan
Jawa Tengah?
- Bagaimana sejarah peninggalan
peninggalan cagar
cagar budaya di daerah
cagar budaya di daerah
budaya di daerah
Caruban Lasem, tetapi
Caruban Lasem?
14
Caruban Lasem.
sejarahnya belum
terungkap dengan baik.
5.
Membuat pestisida
dari biji Mangga
- Rasa pahit pada biji
mangga dapat
dimanfaatkan untuk racun
serangga, tapi belum ada
6.
Mengungkap
yang memanfaatkannya.
- Terdapat fenomena
- Bagaimana pemanfaatan dan
pemeliharaan peninggalan
cagar budaya Caruban?
- Bagaimana prosedur membuat
biji mangga menjadi pestisida?
- Bagaimana efektifitas pestisida
biji mangga untuk
memberantas serangga?
- Bagaimana praktik fenomena
fenomena “ngemblok”
“ngemblok” dalam tradisi
“ngemblok” dalam tradisi
dalam tradisi
pernikahan di Kecamatan
pernikahan di Kecamatan
pernikahan di
Sedan Rembang, tapi
Sedan Rembang?
kecamatan, Sedan
belum ada yang
Rembang.
mengetahui landasan
fenomena “ngemblok” dalam
sosiologisnya.
tradisi pernikahan di
- Apa landasan sosiologis praktik
Kecamatan Sedan Rembang?