Sejarah Peradaban Islam Masa Khulafaur
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Apa yang dipahami dari sejarah peradaban ekonomi Islam, hakikatnya
adalah memahami sejarah perjalanan panjang Islam yang titik puncaknya
adalah sejarah hidup Rasulullah SAW. Hanya Muhammad SAW sebagai tolok
ukur yang nyata dari semua aspek perilaku kehidupan Islam. Adam Smith,
tokoh ekonomi Barat dalam bukunya The Wealth of Nation, menyatakan
bahwa ekonomi yang paling maju adalah ekonomi bangsa Arab yang
dipimpin oleh Muhammad bin Abdullah dan orang-orang sesudahnya
meskipun tidak dipungkiri terdapat sejarah panjang sebelum kedatangan
Islam Nabi Muhammad SAW. Betul, pengaruh Romawi dan Yunani menjadi
bukti sejarah nyata terhadap sejarah ekonomi Islam, meskipun porsinya kecil.
Akan tetapi, perjalanan Islam tidak akan terlepaskan dari figur Muhammad
SAW dan para penerusnya, yakni Al-Khulafa Ar-Rasyidun, tabi’in, dan para
pemikir ekonomi, baik pada masa pemerintahan Umayyah, Abbasiyah, dan
Utsmaniyah. Dengan demikian, memahami peradaban ekonomi Islam, pada
dasarnya memahami sejarah. Yang paling pokok dari sejarah adalah
meluruskan sejarah secara tepat dan akurat.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, penyusun memaparkan beberapa rumusan masalah,
sebagai berikut:
1. Siapakah sosok Khulafa al-Rasyidin?
2. Bagaimanakah peradaban Islam pada masa Khalifah Abu Bakar AshShiddiq?
3. Bagaimanakah peradaban Islam pada masa Khalifah Umar bin Khatab?
4. Bagaimanakah peradaban Islam pada masa Khalifah Utsman bin Affan?
5. Bagaimanakah peradaban Islam pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sosok Khulafa al-Rasyidin
Khulafaur Rasyidin (bahasa Arab: )الخلفاء الراشدونatau Khalifah ArRasyidin adalah empat orang khalifah (pemimpin) pertama agama Islam,
yang dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan setelah Nabi
Muhammad wafat. Empat orang tersebut adalah para sahabat dekat
Muhammad yang tercatat paling dekat dan paling dikenal dalam membela
ajaran yang dibawanya di saat masa kerasulan Muhammad.
Para Khulafaur Rasyidin itu adalah pemimpin yang arif dan bijaksana.
Mereka itu terdiri dari para sahabat Nabi Muhammad SAW yang berkualitas
tinggi dan baik adapun sifat-sifat yang dimiliki Khulafaur Rasyidin sebagai
berikut:
1.
Arif dan bijaksana
2.
Berilmu yang luas dan mendalam
3.
Berani bertindak
4.
Berkemauan yang keras
5.
Berwibawa
6.
Belas kasihan dan kasih sayang
7.
Berilmu agama yang amat luas serta melaksanakan hukum-hukum
Islam.
Dalam sejarah Islam, empat orang pengganti Nabi yang pertama adalah
para pemimpin yang adil dan benar. Mereka menyelamatkan dan
mengembangkan dasar-dasar tradisi dari sang Guru Agung bagi kemajuan
Islam bagi kemajuan Islam dan umatnya. Karena itu gelar “yang mendapat
bimbingan dijalan lurus” (al-khulafa ar-rasyidin) diberikan pada mereka.1
Keempat khalifah tersebut dipilih bukan berdasarkan keturunannya,
melainkan berdasarkan konsensus bersama umat Islam. Sistem pemilihan
1
Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1997). Hal. 46
2
terhadap masing-masing khalifah tersebut berbeda-beda, hal tersebut terjadi
karena para sahabat menganggap tidak ada rujukan yang jelas yang
ditinggalkan
oleh
Nabi
Muhammad
tentang
bagaimana
suksesi
kepemimpinan Islam akan berlangsung. Namun penganut paham Syi'ah
meyakini bahwa Muhammad dengan jelas menunjuk Ali bin Abi Thalib,
khalifah ke-4 bahwa Muhammad menginginkan keturunannyalah yang akan
meneruskan kepemimpinannya atas umat Islam.
Sahabat yang disebut Khulafaur Rasyidin terdiri dari empat orang
khalifah yaitu Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan
dan Ali bin Abi Thalib.
B. Peradaban Islam pada Masa Khalifah Abu Bakar As-Shidiq (11–13 H /
632–634 M)
Abu Bakar, nama lengkapnya ialah Abdullah bin Abi Quhafah bin
Utsman bin Amr bin Masud bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin
Ghalib bin Fihr At-Taimi Al-Qurasyi. Di zaman pra-Islam bernama Abdul
Ka’bah, kemudian diganti oleh Nabi menjadi Abdullah. Ia termasuk salah
seorang sahabat yang utama (orang yang paling awal) masuk Islam. Gelar
Ash-Shiddiq diperolehnya karena ia dengan segera membenarkan Nabi dalam
berbagai peristiwa, terutama Isra’ dan Mi’raj. Abu Bakar memangku jabatan
khalifah selama dua tahun lebih sedikit, yang dihabiskannya terutama untuk
mengatasi berbagai masalah dalam negeri yang muncul akibat wafatnya
Nabi.2
Abu Bakar memangku jabatan khalifah selama dua tahun lebih sedikit,
yang dihabiskannya terutama untuk mengatasi berbagai masalah dalam negeri
yang muncul akibat wafatnya Nabi.
Sepak terjang pola pemerintahan Abu Bakar dapat dipahami dari pidato
Abu Bakar ketika ia diangkat menjadi khalifah. Secara lengkap, isi pidatonya
sebagai berikut:3
2
Ibid, 47
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2010). Hal. 7778.
3
3
“Wahai manusia! Sungguh aku telah memangku jabatan yang kamu
percayakan, padahal aku bukan orang yang terbaik di antara kamu. Apabila
aku melaksanakan tugasku dengan baik maka bantulah aku, dan jika aku
berbuat salah maka luruskanlah aku. Kebenaran adalah suatu kepercayaan,
dan kedustaan adalah suatu pengkhianatan. Orang yang lemah di antara
kamu adalah orang kuat bagiku sampai aku memenuhi hak-haknya, dan
orang kuat di antara kamu adalah lemah bagiku hingga aku mengambil
haknya, Insya Allah. Janganlah salah seorang dari kamu meninggalkan
jihad. Sesungguhnya kaum yang tidak memenuhi panggilan jihad maka Allah
akan menimpakan atas mereka suatu kehinaan. Patuhlah kepadaku selama
aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika aku tidak menaati Allah dan
Rasul-Nya, sekali-kali janganlah kamu menaatiku. Dirikanlah shalat, semoga
Allah merahmati kamu.
Ucapan pertama ketika dibai’at ini menunjukkan garis besar politik dan
kebijaksanaan Abu Bakar r.a. dalam pemerintahan. Di dalamnya terdapat
prinsip kebebasan berpendapat, menuntut ketaatan rakyat, mewujudkan
keadilan dan mendorong masyarakat berjihad serta shalat sebagai intisari
ketakwaannya. Secara umum, dapat dikatakan bahwa pemerintahan Abu
Bakar melanjutkan kepemimpinan sebelumnya, baik kebijaksanaan dalam
kenegaraan maupun pengurusan terhadap agama.
Dalam pemerintahannya Abu Bakar memiliki tipologi kebijakan yang
sangat baik diantaranya:4
1.
Kebijaksanaan pengurusan terhadap agama
Pada awal pemerintahannya, ia diuji dengan adanya ancaman yang
datang dari umat Islam yang menentang kepemimpinannya. Di antara
perbuatan ingkar tersebut ialah timbulnya orang-orang yang murtad,
orang-orang yang tidak mau mengeluarkan zakat, orang-orang yang
mengaku menjadi Nabi, dan pemberontakan dari beberapa kabilah.
Ketika Rasulullah SAW wafat, maka banyak orang Arab yang
kembali murtad. Seiring dengan itu, banyak pula utusan orang-orang
Arab berdatangan ke Madinah mengakui kewajiban sholat namun
4
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008). Hal. 70.
4
mengingkari kewajiban zakat. Abu Bakar bersikap tegas kepada mereka,
dan merekapun ditumpasnya. Melihat hal ini, Umar pun berkata:
“Akhirnya aku sadari bahwa Allah telah melapangkan hati Abu Bakar
untuk memerangi mereka dan aku yakin itulah yang benar”.
Disamping banyak umat yang murtad dan menolak bayar zakat, ada
pula beberapa orang yang mengaku menjadi nabi, diantaranya yang
paling berpengaruh adalah Musailamah Al-Kadzab. Ia memiliki pengikut
mencapai 40.000 personil dari kalangan Bani Hanifah. Abu Bakar
mengirim pasukan yang dipimpin Khalid bin Walid untuk menumpas
mereka. Dalam perang Yamamah yang hebat, Khalid bin Walid
memperoleh kemenangan yang besar.
Di samping itu, Jasa Abu Bakar yang abadi ialah atas usulan Umar,
ia berhasil membukukan al-Qur’an dalam satuan mushaf, sebab setelah
banyak penghafal al-Qur’an gugur dalam perang Riddah di Yamamah.
Oleh karena itu, khalifah menugaskan Zaid ibn Tsabit untuk
membukukan al-Qur’an dibantu oleh Ali ibn Abi Thalib. Naskah tersebut
terkenal dengan naskah Hafsah yang selanjutnya pada masa khalifah
Usman membukukan al-Qur’an berdasarkan mushaf itu, kemudian
terkenal dengan Mushaf Utsmani yang sampai sekarang masih murni
menjadi pegangan kaum muslim tanpa ada perubahan atau pemalsuan.
2.
Kebijaksanaan politik kenegaraan
Di antara kebijakan politik Abu Bakar yang cukup menonjol adalah
melanjutkan ekspedisi pasukan Usamah. Sebelum Rasulullah SAW.
wafat, beliau telah memerintahkan sepasukan perang yang dipimpin oleh
seorang anak muda, Usamah, untuk berjalan menuju tanah Al-Balqa yang
berada di Syam, persisnya di tempat terbunuhnya Zaid bin Haritsah,
Ja’far dan Ibnu Rawahah. Namun di tengah perjalanan terdengar berita
wafatnya Rosulullah SAW, sehingga pasukan tersebut kembali ke kota
Madinah.
Begitu Abu Bakar menjadi kholifah, maka ekspedisi ini dilanjutkan
kembali. Semula banyak sahabat yang mengusulkan termasuk Umar bin
5
Khattab, agar ekspedisi ini ditunda mengingat banyaknya persoalan di
kota Madinah. Namun Abu Bakar tetap pada pendiriannya. Ternyata
berangkatnya pasukan Usamah membawa kemaslahatan besar waktu itu.
Disamping pulang dengan membawa kemenangan, juga sekaligus telah
menimbulkan kegentaran besar pada perkampungan Arab yang dilewati
sehingga tidak berani memberontak.
Setelah berhasil melakukan ekspedisi pasukan Usamah, Abu Bakar
meyakinkan kesungguhannya untuk menaklukkan negeri Iraq, pada
periode ini merupakan langkah awal menaklukkan wilayah-wilayah timur
pada masa khulafaur rasyidin berikutnya. Dan pada periode perdana ini
pasukan dipimpin oleh Panglima Perang Khalid bin Wahid.
Sedang diantara kebijaksanaan Abu Bakar dalam pemerintahan atau
kenegaraan, diuraikan oleh Suyuthi Pulungan, sebagai berikut:5
a.
Bidang eksekutif
Pendelegasian terhadap tugas-tugas pemerintahan di Madinah
ataupun daerah. Misalnya untuk pemerintahan pusat menunjuk Ali
bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, dan Zaid bin Tsabit sebagai
b.
sekretaris dan Abu Ubaidah sebagai bendaharawan.
Bidang pertahanan dan keamanan
Dengan mengorganisasi pasukan-pasukan yang
ada
guna
mempertahankan eksistensi keagamaan dan pemerintahan. Dari
pasukan itu disebarkan untuk memelihara stabilisasi di dalam atau di
luar negeri. Di antara panglima yang ada ialah Khalid bin Walid,
c.
Musanna bin Harisah, Amr bin ‘Ash, Zaid bin Sufyan, dan lain-lain.
Bidang yudikatif
Fungsi kehakiman dilaksanakan oleh Umar bin Khattab dan selama
masa pemerintahan Abu Bakar tidak ditemukan suatu permasalahan
yang berarti untuk dipecahkan. Hal ini didorong atas kemampuan
3.
dan sifat Umar, dan masyarakat pada waktu itu dikenal ‘alim.
Kebijaksanaan Bidang Sosial Ekonomi
Faktor keberhasilan Abu Bakar dalam membangun pranata sosial di
bidang ekonomi tidak lepas dari faktor politik dan pertahanan keamanan,
5
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam.,Hal. 78-79.
6
Keberhasilan tersebut tidak pula lepas dari sikap keterbukaannya, yaitu
memberikan hak dan kesempatan yang sama kepada tokoh-tokoh sahabat
untuk ikut membicarakan berbagai masalah sebelum ia mengambil
keputusan melalui forum musyawarah sebagai lembaga legislatif. Hal ini
mendorong para tokoh sahabat khususnya dan umat Islam umumnya,
berpartisipasi aktif untuk melaksanakan berbagai keputusan yang dibuat.
Dalam usaha meningkatkan kesejahteraan umat Islam, Khalifah Abu
Bakar ash-Shiddiq melaksanakan berbagai kebijakan ekonomi seperti yang
telah dipraktikkan Rasulullah SAW. Ia sangat memerhatikan keakuratan
penghitungan zakat sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan
pembayarannya. Abu Bakar pernah berkata kepada Anas, “Jika seseorang
mempunyai kewajiban untuk membayar zakat berupa seekor unta betina
berumur 1 tahun, tetapi dia tidak mempunyainya lalu menawarkan seekor
unta betina berumur 2 tahun, hal seperti itu dapat diterima dan petugas zakat
akan mengembalikan kepada orang tersebut sebanyak 20 dirham atau 2 ekor
domba sebagai kelebihan dari pembayaran zakatnya. Hasil pengumpulan
zakat tersebut dijadikan sebagai pendapatan negara dan disimpan dalam
Baitul Mal untuk langsung didistribusikan seluruhnya kepada kaum muslim
hingga tidak ada yang tersisa. Selain dari dana zakat, di dalam Baitul Mal
dikelola harta benda yang didapat dari infak, sedekah, ghanimah dan lain-lain.
Penggunaan harta tersebut digunakan untuk gaji pegawai negara dan untuk
kesejahteraan umat sesuai dengan aturan yang ada.6
Dalam kegiatan ekonominya, setiap hari mereka disibukkan sengan
persoalan air dan rumput. Pada hari ke-dua Setelah pengangkatannya sebagai
khafilah, Abu Bakar membawa bahan-bahan pakaian dagangan di atas
pundaknya dan pergi untuk menjualnya. Salah satu aspek penting
perekonomian arab pra-islam adalah pertanian. Perdagangan adalah unsur
penting dalam perekonomian arab. Komoditas exspor arab selatan dan yaman
adalah dupa, kemenyan, kopi, gaharo, minyak wangi, kulit binatang, buah
6
Ibid., Hal. 72.
7
kismis, anggur dan lainnya. lomoditas yang mereka impor dari dari afrika
timur antara lain: kayu untuk bangunan, bulu burung unta, lantakan logam
mulia dan badak. dari asia selatan dan cina berupa daging, batu mulia, sutra,
pakaian, pedang, rempah-rempah. sedangkan dari negara teluk Persia mereka
mengimpor intan.
C. Peradaban Islam pada Masa Khalifah Umar bin Khatab (13-23 H/634 644 M)
Umar bin Khattab adalah khalifah ke-2 dalam sejarah Islam.
pengangkatan umar bukan berdasarkan konsensus tetapi berdasarkan surat
wasiat yang ditinggalkan oleh Abu Bakar. Hal ini tidak menimbulkan
pertentangan berarti di kalangan umat islam saat itu karena umat Muslim
sangat mengenal Umar sebagai orang yang paling dekat dan paling setia
membela ajaran Islam. Hanya segelintir kaum, yang kelak menjadi golongan
Syi'ah, yang tetap berpendapat bahwa seharusnya Ali yang menjadi khalifah.
Umar memerintah selama sepuluh tahun dari tahun 634 hingga 644.7
Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia
bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar
bin Khatthab sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah
kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam.
Kebijaksanaan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera
secara beramai-ramai membaiat Umar. Umar menyebut dirinya Khalifah
Rasulillah (pengganti dari Rasulullah). Ia juga memperkenalkan istilah Amir
al-Mu'minin (petinggi orang-orang yang beriman).
Peranan Umar dalam sejarah Islam pada masa permulaan tampak paling
menonjol diantaranya yaitu:8
1.
Penyebaran Agama
7
Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam: Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX (Jakarta: Akbar
Media Eka Sarana, 2003). Hal. 152.
8
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam., Hal. 80.
8
Khalifah Umar memiliki peranan yang sangat menonjol salah
satunya karena perluasan wilayahnya, di samping kebijakan-kebijakan
politiknya yang lain. Adanya penaklukan besar-besaran pada masa
pemerintahan Umar merupakan fakta yang diakui kebenarannya oleh
para sejarawan. Bahkan, ada yang mengatakan, kalau tidak karena
penaklukan-penaklukan yang dilakukan pada masa Umar, Islam belum
akan tersebar seperti sekarang.
Sebagaimana Rasulullah SAW dan Abu Bakar, Khalifah Umar juga
sangat condong menanamkan semangat demokrasi secara intensif di
kalangan rakyat, para pemuka masyarakat, dan para pejabat atau para
administrator pemerintahan. Ia selalu mengadakan musyawarah dengan
rakyat untuk memecahkan masalah-masalah umum dan kenegaraan yang
dihadapi. Ia tidak bertindak sewenang-wenang dan memutukan suatu
urusan tanpa mengikutsertakan warga negara, baik warga negara muslim
maupun warga negara non-muslim.
Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan)
pertama terjadi di ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan
setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran
Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan
memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah
pimpinan 'Amr bin 'Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa'ad bin Abi
Waqqash. Iskandariah (Alexandria), ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun
641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam.
Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada tahun 637
M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang
jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Moshul dapat dikuasai.
Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar R.a., wilayah
kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian
besar wilayah Persia, dan Mesir.
2.
9
Segi Politik9
Ibid., Hal. 82.
9
Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera
mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang
sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur
menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah
Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Beberapa departemen yang
dipandang perlu didirikan. Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan
sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam
rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk
menjaga keamanan dan ketertiban, akademi kemiliteran dibentuk. Umar
bin Khattab adalah khalifah yang pertama kali membentuk tentara resmi.
Demikian pula jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait alMal, menempa mata uang, membuat tahun hijriah, membuat undangundang perpajakan, membuat sekretariat, menentukan gaji tetap,
menempatkan para godhi, membagi-bagi wilayah yang ditaklukkan
menjadi beberapa gubernuran (propinsi) dan ada majlis syura.
Peradaban yang paling signifikan pada masa Umar, selain pola
adinistratif pemerintahan, peperangan, dan sebagainya adalah pedoman
dalam peradilan. Pemikiran khalifah Umar bin Khattab khususnya dalam
peradilan yang masih berlaku sampai sekarang adalah sebagai berikut:
Naskah Asas-asas Hukum Acara
Dari Umar Amirul Mu’minin kepada Abdullah bin Qais, mudahmudahan Allah melimpahkan kesejahteraan dan rahmat-Nya kepada
engkau:10
a.
Kedudukan lembaga peradilan
Kedudukan lembaga peradilan di tengah-tengah masyarakat suatu
negara hukumnya wajib (sangat urgen) dan sunnah yang harus
b.
diikuti/dipatuhi.
Memahami kasus persoalan, baru memutuskannya
Pahami persoalan suatu kasus gugatan yang diajukan kepada anda,
dan ambillah keputusan setelah jelas persoalan mana yang benar dan
10
Ibid., Hal. 83.
10
mana yang salah. Karena sesungguhnya, suatu kebenaran yang tidak
c.
memperoleh perhatian hakim akan menjadi sia-sia.
Samakan pandangan anda kepada kedua belah pihak dan berlakulah
adil.
Dudukkan kedua belah pihak di majelis secara sama, pandang
mereka dengan pandangan yang sama, agar orang terhormat tidak
d.
melecehkan anda, dan orang yang lemah tidak merasa teraniaya.
Kewajiban pembuktian
Penggugat wajib membuktikan gugatannya, dan tergugat wajib
e.
membuktikan bantahannya.
Lembaga damai
Penyelesaian perkara secara damai dibenarkan, sepanjang tidak
f.
menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.
Penundaan persidangan
Barang siapa menyatakan ada suatu hal yang tidak ada ditempatnya
atau suatu keterangan, berilah tempo kepadanya untuk dilaluinya.
Kemudian,
jika
dia
memberi
keterangan,
hendaklah
anda
memberikan kepadanya haknya. Jika dia tidak mampu memberikan
yang demikian, anda dapat memutuskan perkara yang merugikan
haknya, karena yang deikian itu lebih mantap bagi keudzurannya
(tak ada jalan baginya untuk mengatakan ini dan itu lagi), dan lebih
g.
menampakkan apa yang tersembunyi.
Kebenaran dan keadilan adalah masalah universal
Janganlah anda dihalangi oleh suatu putusan yang telah anda
putuskan pada hari ini, kemudian anda tinjau kembali putusan itu
lalu anda ditunjuk pada kebenaran untuk kembali pada kebenaran,
karena kebenaran itu suatu hal yang qadim yang tidak dapat
dibatalkan oleh sesuatu. Kembali pada yang hak, lebih baik dari pada
h.
terus bergelimang dalam kebatilan.
Kewajiban menggali hukum yang hidup dan melakukan penalaran
logis
Pergunakanlah kekuatan logis pada suatu kasus perkara yang
diajukan kepada anda dengan menggali dan memahami hukum yang
hidup, apabila hukum suatu perkara kurang jelas dalam Al-Qur’an
dan sunnah. Kemudian bandingkanlah permasalahan tersebut satu
11
sama lain dan ketahuilah (kenalilah) hukum yang serupa, kemudian
i.
ambillah mana yang lebih mirip dengan kebenaran.
Orang Islam haruslah berlaku adil
Orang Islam dengan orang Islam lainnya haruslah adil, terkecuali
orang yang sudah pernah dijatuhi hukuman had atas orang yang
diragukan tentang asal usulnya, karena sesungguhnya Allah yang
mengendalikan rahasia hamba dan menutup hukuman atas mereka,
j.
terkecuali dengan ada keterangan dan sumpah.
Larangan bersidang ketika sedang emosional
Jauhilah diri anda dari marah, pikiran kacau, perasaan tidak senang,
dan berlaku kasar terhadap para pihak. Karena kebenaran itu hanya
3.
berada di dalam jiwa yang tenang dan niat yang bersih.
Segi Ekonomi
Dalam pemerintahannya, khalifah Umar bin Khattab memiliki
gebrakan yang yang sangat besar diantaranya yaitu:11
a.
Pembaruan Baitul Mal
Sama seperti Abu Bakar dan seiring dengan semakin meluasnya
wilayah kekuasaan Islam pada masa pemerintahan Umar bin Khattab
serta pendapatan negara mengalami peningkatan yang sangat
signifikan maka diberdayakan kembali Baitul Mal. Harta Baitul Mal
dianggap sebagai harta kaum muslim, sedangkan khalifah dan para
amil hanya berperan sebagai pemegang amanah. Khalifah Umar bin
Khattab juga membuat ketentuan bahwa pihak eksekutif tidak boleh
b.
turut campur dalam mengelola harta Baitul Mal.
Status Kepemilikan Tanah
Dalam hal status kepemilikan tanah, Khalifah Umar menerapkan
beberapa peraturan sebagai berikut:
1) Wilayah Irak yang ditaklukkan dengan kekuatan menjadi milik
muslim dan kepemilikan ini tidak dapat diganggu gugat,
sedangkan bagian wilayah yang berada di bawah perjanjian
damai tetap dimiliki oleh pemilik sebelumnya dan kepemilikan
tersebut dapat dialihkan.
11
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam., Hal. 92-93.
12
2) Kharaj dibebankan pada semua tanah yang berada di bawah
kategori pertama, meskipun pemilik tanah tersebut memeluk
agama Islam. Dengan demikian, tanah seperti itu tidak dapat
dikonversi menjadi tanah ushr.
3) Bekas pemilik tanah diberi hak kepemilikan selama mereka
membayar kharaj dan jizyah.
4) Tanah yang tidak ditempati atau ditanami (tanah mati) atau
tanah yang diklaim kembali (seperti Bashrah) bila diolah oleh
kaum muslim diperlakukan sebagai tanah ushr.
5) Di Sawad, kharaj dibebankan sebesar satu dirham dan satu rafiz
(satu ukuran lokal) gandum dan barley (sejenis gandum) dengan
asumsi tanah tersebut dapat dilalui air. Harga yang lebih tinggi
dikenakan pada ratbah (rempah atau cengkeh) dan perkebunan.
6) Di Mesir, berdasarkan perjanjian Amar, setiap pemilik tanah
dibebankan pajak sebesar dua dinar, di samping tiga irdabb
gandum, dua qist untuk setiap minyak, cuka, dan madu, dan
rancangan ini telah disetujui khalifah.
7) Perjanjian Damaskus (Syiria) berisi
pembayaran
tunai,
pembagian tanah dengan kaum muslim, beban pajak untuk
setiap orang sebesar satu dinar dan satu beban jarib (unit berat)
c.
yang diproduksi per jarib (ukuran) tanah.
Manajemen Zakat12
Pada masa Rasulullah SAW, jumlah kuda di Arab masih sangat
sedikit, terutama kuda yang dimiliki oleh kaum muslim karena
digunakan untuk kebutuhan pribadi dan jihad. Pada Perang Badar,
pasukan kaum muslim yang berjumlah 313 orang hanya memiliki
dua kuda. Pada saat pengepungan suku bani Quraizhah (5H),
pasukan kaum muslim memiliki 36 kuda. Pada tahun yang sama, di
Hudaibiyah, mereka mempunyai sekitar dua ratus kuda. Karena
zakat
dibebankan
terhadap
barang-barang
yang
memiliki
produktivitas, seorang budak atau seekor kuda yang dimiliki kaum
muslim ketika itu tidak dikenakan zakat.
12
Ibid., Hal. 93-94.
13
Pada
periode
selanjutnya,
kegiatan
beternak
dan
memperdagangkan kuda dilakukan secara besar-besaran di Syiria
dan di berbagai wilayah kekuasaan Islam lainnya. Beberapa kuda
mempunyai nilai jual yang tinggi, bahkan pernah diriwayatkan
bahwa seekor kuda Arab Taghlabi diperkirakan bernilai 20.000
dirham dan orang-orang Islam terlibat dalam perdagangan ini.
Karena maraknya perdagangan kuda, mereka menanyakan kepada
Abu Ubaidah, Gubernur Syiria ketika itu, tentang kewajiban
membayar zakat kuda dan budak. Gubernur memberitahukan bahwa
tidak ada zakat atas keduanya. Kemudian, mereka mengusulkan
kepada khalifah agar ditetapkan kewajiban zakat atas keduanya,
tetapi permintaan tersebut ditolak. Kemudian, mereka mendatangi
kembali Abu Ubaidah dan bersikeras untuk membayar zakat kuda
dan budak. Akhirnya, Gubernur menulis surat kepada khalifah dan
khalifah Umar menanggapinya dengan sebuah instruksi agar
Gubernur menarik zakat dari mereka dan mendistribusikannya
kepada para fakir miskin serta budak. Sejak itu, zakat kuda
ditetapkan sebesar satu dinar atau atas dasar ad valorem, seperti satu
dirham untuk setiap empat puluh dirham.
Diantara beberapa barang, Abu Bakar membebani zakat
terhadap war, sejenis rumput herbal yang digunakan untuk membuat
bedak dan parfum. Sementara itu, Umar mengenakan hums zakat
atas karet yang ditemukan di Semenanjung Yaman, antara Aden dan
Mukha, dan hasil laut karena barang-barang tersebut dianggap
sebagai hadiah dari Allah. Thaif dikenal sebagai tempat peternakan
lebah dan, menurut beberapa riwayat, Bilal datang kepada Nabi
dengan ushr atas madunya dan memintanya agar Lembah Salba
dicadangkan untuknya. Permintaannya ini diterima oleh Nabi.
Pada masa Umar, Gubernur Thaif melaporkan bahwa pemilik
sarang lebah tidak membayar ushr, tetapi menginginkan sarangsarang lebah tersebut dilindungi secara resmi. Umar mengatakan
bahwa bila mereka mau membayar ushr, sarang lebah mereka akan
14
dilindungi.
Jika
menolak,
mereka
tidak
akan
memperoleh
perlindungan. Menurut riwayat Abu Ubaid, Umar membedakan
madu yang diperoleh dari pegunungan dengan madu yang diperoleh
dari ladang. Zakat yang ditetapkan adalah seperdua puluh untuk
d.
madu yang pertama dan sepersepuluh untuk madu jenis kedua.
Penetapan Ushr13
Ushr dibebankan pada suatu barang hanya sekali dalam setahun.
Seorang Taghlibi datang ke wilayah Islam untuk menjual kudanya.
Setelah dilakukan penaksiran oleh Zaid, seorang asyir, kuda tersebut
bernilai 20.000 dirham. Oleh karena itu, Zaid memintanya untuk
membayar 1000 dirham (5%) sebagai ushr. Jumlah tersebut
dibayarkan, tetapi kuda tersebut tidak terjual sehingga ia mengambil
kembali kudanya. Setelah beberapa waktu, ia datang kembali dengan
kudanya dan pemungut pajak kembali meminta ushr kepadanya.
Orang tersebut menolak membayar apa pun dan mengadukan
masalahnya kepada Umar. Setelah mendengarkan kasusnya, Umar
menginstruksikan para pegawainya agar tidak menarik ushr dua kali
dalam setahun walaupun barang tersebut diperbarui.
Pos pengumpulan ushr terletak di berbagai tempat yang
berbeda-beda, termasuk di ibukota. Menurut Saib bin Yazid,
pengumpul ushr di pasar-pasar Madinah, orang-orang Nabaetean
yang berdagang di Madinah juga dikenakan pajak pada tingkat yang
umum,
tetapi
setelah
beberapa
waktu,
Umar
menurunkan
persentasenya menjadi 5% untuk minyak dan gandum untuk
e.
mendorong impor barang-barang tersebut di kota.
Pemberdayaan Sedekah dari Nonmuslim14
“Tidak ada Ahli Kitab yang membayar shadaqah atas ternaknya
kecuali orang kristen Banu Taghlibi yang keseluruhan kekayaannya
terdiri dari ternak. Mereka membayar dua kali lipat dari yang dibayar
orang Muslim.” Banu Taghlibi adalah suku Arab Kristen yang
menderita akibat peperangan. Umar mengenakan jizyah kepada
13
Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010). Hal. 85.
14
Ibid., Hal. 87.
15
mereka, tetapi mereka terlalu gengsi sehingga menolak membayar
jizyah dan malah membayar shadaqah. Umarpun memanggil mereka
dan mengadakan shadaqah yang harus mereka bayar, dengan syarat
mereka setuju untuk tidak membaptis seorang anak atau memaksa
untuk menerima kepercayaan mereka. Merekapun menyetujui dan
f.
menerima membayar shadaqah ganda.
Sumber dan Distribusi Pendapatan Negara15
Pada masa pemerintahannya, Khalifah Umar ibn Al-Khaththab
mengklasifikasi pendapatan negara menjadi empat bagian.
1) Pendapatan zakat dan ushr. Pendapatan ini didistribusikan di
tingkat lokal dan jika terdapat surplus, sisa pendapatan tersebut
disimpan di Baitul mal pusat dan dibagikan kepada delapan
ashnaf, seperti yang telah ditentukan dalam Al-Qur’an.
2) Pendapatan khums dan sedekah. Pendapatan ini didistribusikan
kepada para fakir miskin atau untuk membiayai kesejahteraan
mereka tanpa membedakan apakah ia seorang muslim atau
bukan.
3) Pendapatan kharaj, fai, jizyah, ushr (pajak perdagangan), dan
sewa tanah. Pendapatan ini digunakan untuk membayar dana
pensiun dan dana bantuan serta untuk menutupi biaya
operasional administrasi, kebutuhan militer, dan sebagainya.
4) Pendapatan lain-lain. Pendapatan ini digunakan untuk
membayar para pekerja, pemeliharaan anak-anak terlantar, dan
dana sosial lainnya.
Sumber pendapatan negara tersebut, selanjutnya didistribusikan
melalui harta Baitul mal untuk dana pensiun, dana pertahanan negara,
dan dana pembangunan.
4.
Segi Reformasi dalam Budaya
Umar bin Khattab adalah khalifah yang pertama kali digelari Amirul
Mukminin, yang menetapkan penanggalan hijriyah mengumpulkan
manusia untuk sholat taraweh berjamaah, mendera peminum khomer 80x
15
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam., Hal. 97-98.
16
cambukan, dan berkeliling di malam hari menghontrol rakyatnya di
Madinah. Khalifah bin Umar bin Khattab menetapkan perhitungan tahun
baru, yaitu tahun hijriayah yang dimulai dari hijrahnya Rasulullah SAW
dari Makkah ke Madinah (16 Juli 622 M). Saat itulah dimulainya tahun
hijriayah yang pertama.
Disamping itu, Khalifah Umar menetapkan lambang bulan sabit
sebagai lambang negara. Hal ini diilhami oleh bendera pasukan khusus
Rasulullah SAW yang menggambarkan bulan sabit. Karya-karya besar
Khalifah Umar yang lain adalah membangun dan merenovasi masjidmasjid, seperti masjid haram (Mekah), masjid Nabwi ( Madinah ),
Masjidil Aqsa dan masjid Umar (Yerussalem ), dan masjid Amru bin ash
(Fusthtf-Mesir). Memperluas wilayah-wilayah islam seperti, Romawi (13
H=634 M), Damaskus (14H=635 M), Baitul Makdis–Syiriah (18 H=639
M), Mesir (19 H = 640M), Babilon (20 H 641 M), Nahawan–Persia (21
H=642 M), dan Iskandariah (22 H=643 M).
D. Peradaban Islam pada Masa Khalifah Utsman bin Affan (23-35 H/644656 M)
Utsman bin Affan dilahirkan pada tahun 573 M pada sebuah keluarga
dari suku Quraisy bani Umayah. Nenek moyangnya bersatu dengan nasab
Nabi Muhammad pada generasi ke-5. Sebelum masuk islam ia dipanggil
degan sebutan Abu Amr. Ia begelar Dzunnurain, karena menikahi dua putri
nabi (menjadi khalifah 644-655 M) adalah khalifah ke-3 dalam sejarah
Islam.16
Umar bin Khattab tidak dapat memutuskan bagaimana cara terbaik
menentukan khalifah penggantinya. Segera setelah peristiwa penikaman
dirinya oleh Fairuz, seorang majusi Persia, Umar mempertimbangkan untuk
tidak memilih pengganti sebagaimana dilakukan rasulullah. Namun Umar
juga berpikir untuk meninggalkan Utsman bin Affan wasiat seperti dilakukan
Abu Bakar. Sebagai jalan keluar, sebelum khalifah Umar wafat, beliau sempat
16
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam., Hal. 86.
17
berwasiat dan menunjuk tim yang terdiri dari 6 orang sahabat terkemuka,
sekaligus
telah
dijamin
Nabi
masuk
surga,
sebagai
calon
ganti
kekhalifaannya. Ke-6 orang tersebut adalah Usman bin Affan, Ali bin Abi
Tholib, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam
dan Sa’ad bin Abi Waqash.
Kepada tim, Umar menganjurkan agar putranya, Abdullah bin Umar ikut
sebagai peserta musyawarah dan tidak boleh dipilih menjadi khalifah.awalnya
hasil musyawarah yang diketuai oleh Abdurrahman bin Auf menunjukkan
bahwa suara pada posisi seimbang, antara Ali dan Usman. Karena Usman
lebih tua, Abdurrahman menetapkan Usman bin Affan sebagai khalifah.
Ketetapan itu disetujui oleh anggota tim dengan berbagai pertimbangan
yang matang. Disamping Usman sebagai salah seorang sahabat yang terdekat
dengan Nabi, beliau juga seorang Assabiqunal Awwalun yang terkenal kaya
dan dermawan, jiwa dan hartanya dikorbankan demi kejayaan Islam. Utsman
bin Affan dibaiat sebagai khalifah pada tahun 23 H/644 M.
Dalam pemerintahannya, ada beberapa hal menarik dari kepemimpinan
Khalifah Utsman bin Affan, diantaranya yaitu:17
1.
Segi Agama, Pengetahuan dan Budaya
Di masa pemerintahan Utsman, Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes,
dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan berhasil
direbut. Utsman ibn Affan adalah khalifah pertama yang memperluas
masjid nabi di Madinah dan masjid Al-Haram di Mekkah. Utsman juga
khalifah pertama yang menentukan adzan awal menjelang salat jumat.
Pekerjaan berat yang dilakukan oleh Utsman adalah kodifikasi AlQur’an, lanjutan kerja yang telah diawali oleh Abu Bakar atas inisiatif
Umar. Pengumpulan Al-Qur’an yang dilakukan pada zaman Abu Bakar
di latar belakangi oleh peristiwa meninggalnya 70 sahabat yang hafal AlQur’an dalam perang Yamamah. Sedangkan latar belakang pembukuan
Al-Qur’an pada zaman Utsman adalah perbedaan qira’at (bacaan) AlQur’an yang menimbulkan percekcokan antara murid dan gurunya.
17
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam., Hal. 104.
18
Pada saat penyalinan Al-Qur’an yang kedua kalinya, panitia (lajnah)
penyusunan Mushaf yang di bentuk oleh Utsman melakukan pengecekan
ulang dengan meneliti kembali mushaf yang sudah di simpan di rumah
Hafsash, dengan membandingkan dengan mushaf-mushaf yang lain.
2.
Segi Politik
Ada beberapa kebijakan politik Utsman yang cukup menonjol, antara
lain:18
a.
Melanjutkan Ekspansi Wilayah Islam
Pada masa pemerintahannya, berkat jasa para panglima yang ahli
dan berkualitas, di mana peta Islam sangat luas dan bendera Islam
berkibar dari perbatasan Aljazair (Barqah dan Tripoli, Syprus di front
al-Maghrib bahkan ada sumber menyatakan sampai ke Tunisia) di alMaghrib, di Utara sampai ke Aleppo dan sebagian Asia Kecil, di
Timur Laut sampai ke Ma Wara al-Nahar – Transoxiana – dan di
Timur seluruh Persia, bahkan sampai di perbatasan Balucistan
b.
(wilayah Pakistan sekarang), serta Kabul dan Ghazni.
Membentuk Armada Laut yang Kuat
Pada masa pemerintahannya, Utsman berhasil membentuk armada
laut dengan kapalnya yang kokoh sehingga berhasil menghalau
serangan-serangan di Laut Tengah yang dilancarkan oleh tentara
Bizantium dengan kemenangan pertama kali di laut dalam sejarah
c.
Islam.
Menggiatkan Pembangunan
Utsman berjasa membangun banyak bendungan untuk menjaga arus
banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Beliau
juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan
memperluas masjid Nabi di Madinah.
Pemerintahan Utsman berlangsung selama 12 tahun, pada paruh terakhir
masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan
umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Utsman memang sangat berbeda
dengan kepemimpinan Umar. Ini karena fitnah dan hasutan dari Abdullah bin
Saba’ Al-Yamani salah seorang yahudi yang berpura-pura masuk islam. Ibnu
18
Ibid., Hal. 106.
19
Saba’ ini gemar berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lainnya untuk
menyebarkan fitnah kepada kaum muslimin yang baru masa keislamannya.
Akhirnya pada tahun 35 H/1655 M, Utsman dibunuh oleh kaum pemberontak
yang terdiri dari orang-orang yang berhasil dihasut oleh Abdullah bin Saba’.
Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat berburuk sangka
terhadap kepemimpinan Utsman adalah kebijaksanaannya mengangkat
keluarga dalam kedudukan tinggi. Yang terpenting di antaranya adalah
Marwan ibn Hakam rahimahullah. Dialah pada dasarnya yang dianggap oleh
orang-orang tersebut yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Utsman
hanya menyandang gelar khalifah. Setelah banyak anggota keluarganya yang
duduk dalam jabatan-jabatan penting, Utsman laksana boneka di hadapan
kerabatnya itu. Dia tidak dapat berbuat banyak dan terlalu lemah terhadap
keluarganya. Dia juga tidak tegas terhadap kesalahan bawahan.
Harta kekayaan negara, oleh kerabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol
oleh Utsman sendiri. Itu semua akibat fitnah yang ditebarkan oleh Abdullah
bin Saba’, meskipun Utsman tercatat paling berjasa membangun bendungan
untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kotakota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid
dan memperluas masjid Nabi di Madinah.
E. Peradaban Islam pada Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
Para pemberontak terus mengepung rumah Utsman. Ali memerintahkan
ketiga puteranya, Hasan, Husain dan Muhammad bin Ali al-Hanafiyah
mengawal Utsman dan mencegah para pemberontak memasuki rumah.
Namun kekuatan yang sangat besar dari pemberontak akhirnya berhasil
menerobos masuk dan membunuh Khalifah Utsman.19
Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-ramai membai’at Ali bin Abi
Thalib sebagai khalifah. Ali bin Abi thalib lahir pada tahun 603 M disamping
Ka’bah kota Makkah, lebih muda 32 tahun dari Nabi Muhammad SAW. Ali
termasuk keturunan Bani Hasyim. Abu Thalib memberi nama Ali dengan
19
Ibid., Hal. 110.
20
Haidarah, mengenang kakeknya yang bernama Asad. Haidarah dan Asad
dalam Bahasa Arab artinya singa. Sedangkan Nabi Muhammad memberi
nama “Ali” yang menakutkan musuh-musuhnya. Pada usia 6 tahun, Ali bin
Abi Thalib diasuh oleh Nabi Muhammad sebagaimana Nabi diasuh oleh
ayahnya, Abu Thalib. Karena mendapat didikan dan asuhan langsung dari
Nabi Muhammad SAW, maka Ali tumbuh sebagai anak yang berbudi luhur,
cerdik, pemberani, pintar dalam berbicara dan berpengetahuan luas.
Banyak hal yang terjadi selama pemerintahan yang dipimpin khalifah Ali
bin Abi Thalib, diantaranya yaitu:20
1.
Segi Politik
Dalam periode khalifah Abu Bakar dan Umar, kehidupan masyarakat
masih dalam taraf kesederhanaan seperti periode Nabi Muhammad SAW.
Rakyat masih bersatu padu dan kokoh dibawah ikatan tali persaudaraan
Islam. Mereka selalu kompak dalam semangat jihad yang ikhlas demi
kelulusan agama Islam. Keadaan ini mulai berubah sejak periode
Khalifah Usman bin Affan. Mereka mulai terpengaruh oleh hal-hal yang
bersifat duniawi, apalagi saat gubernur yang diangkat Khalifah Utsman
banyak yang tidak mampu memimpin umat dan tidak disenangi
masyarakat. Oleh karena itu Khalifah Ali bin Abi Tholib menanggung
beban yang berat dalam memimpin kaum muslimin dengan wilayah
kekuasaan yang semakin meluas.
Kebijakan-kebijakan Khalifah Ali dalam menanggulangi hal-hal
tersebut adalah:
a.
Tanah-tanah atu pemberian-pemberian yang dilakukan Khalifah
Usman bin Affan kepada famili, sanak kerabatnya dan kepada siapa
saja yang tanpa alasan yang benar atu tidak syah, ditarik kembali dan
menjadi milik Baitul Mal sebagai kekayaan negara. Hal ini
b.
dilakukan Khalifah untuk membersihkan pemerintahan.
Wali/Amir atau gubernur-gubernur penguasa wilayah yang diangkat
Khalifah Utsman diganti dengan orang-orang baru.
1) Kuwait, Abu Musa Al Asy’ari diganti Ammarah bin Syahab.
20
Ibid., Hal. 119.
21
2) Mesir, Abdullah bin Sa’ad diganti Khais bin Tsabit.
3) Basyrah, Abdullah bin Amr diganti Usnab bin Hany Al Anshori.
4) Syam (Syiria), Muawwiyah bin Abi Sofyan diganti Shal bin
Hanif.
Hal ini dilakukan Khalifah Ali, karena mereka banyak yang tidak
disenangi oleh kaum muslimin, bahkan banyak yang menganggap bahwa
mereka
itulah
yang
menyebabkan
timbulnya
pemberontakan-
pemberontakan pada masa Khalifah Utsman.
2.
Segi Pengetahuan
Sebagai
upaya
untuk
mencerdaskan
umat,
Khalifah
Ali
meningkatkan dalm Ilmu pengetahuan, khususnya ilmu yang berkaitan
dengan Bahasa Arab agar umat Islam mudah dalam mempelajari AlQur’an dan Hadits.
3.
Segi Agama
Dari segi agama, khalifah Ali bin Abi Thalib berusaha untuk
mengembalikan persatuan dan kesatuan umat Islam. Akan tetapi
usahanya ini kurang berhasil, karena api fitnah dikobarkan kaum munafik
Yahudi yang tidak menyukai Islam. Mengatur tata pemerintahan untuk
mengembalikan kepentingan umat, seperti memberikan kepada kaum
muslimin tunjangan yang diambil dari Baitul Mal sebagaimana yang
telah dilakukan Abu Bakar dan Umar.
4.
Segi Peristiwa21
Ali ibn Abi Thalib menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan
Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para pembunuh
Utsman, dan mereka menuntut bela terhadap darah Utsman yang telah
ditumpahkan secara zhalim. Ali sebenarnya ingin sekali menghindari
perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya
mau berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun
ajakan tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun
berkobar. Perang ini dikenal dengan nama Perang Jamal (Unta), karena
Aisyah dalam pertempuran itu menunggang unta, dan berhasil
21
Ibid., Hal. 127.
22
mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh, sedangkan Aisyah
ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.
Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali juga
mengakibatkan timbulnya perlawanan dari para gubernur di Damaskus,
Mu’awiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang
merasa
kehilangan
kedudukan
dan
kejayaan.
Setelah
berhasil
memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah, Ali bergerak
dari Kuffah menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara.
Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu’awiyah di Shifin. Pertempuran
terjadi di sini yang dikenal dengan nama Perang Shifin. Perang ini
diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak
menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan
ketiga, kaum Khawarij orang-orang yang keluar dari barisan Ali.
Akibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib umat
Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Mu’awiyah, Syi’ah
(golongan yang tetap setia mendukung Ali sebagai Khalifah) yang
menyusup pada barisan tentara Ali, dan al-Khawarij (orang-orang yang
keluar dari barisan Ali). Keadaan ini tidak menguntungkan Ali.
Munculnya kelompok Khawarij menyebabkan tentaranya semakin lemah,
sementara posisi Mu’awiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40
H (660 M), Ali terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij yaitu
Abdullah bin Muljam. Pembalasan kematian Utsman menjadi alasan,
meskipun Muawiyah tahu persis bahwa Ali tidak bersalah dan tidaklah
mudah untuk mencari para pelakunya dan menghukum mereka.
Muawiyah juga tahu betul bahwa Ali adalah pribadi yang
mempunyai integritas tinggi dan bahkan jika diberi kesempatan ia bisa
menyeret para pelaku pembunuhan itu. Tetapi Muawiyah, tidak begitu
berminat menuntut balas kematian Utsman kecuali menjadikannya
sebagai isu politik untuk memojokkan Ali. Beberapa sahabat Nabi seperti
Talhah, Zubair dan yang lain, yang telah banyak mengumpulkan banyak
kekayaan baik berupa harta bergerak maupun tidak, mempunyai ambisi
23
tersendiri dan mereka ingin mengontrol kebijakan negara dengan tujuan
melindungi kepentingan pribadi mereka. Motif mereka adalah untuk
merongrong kekuasaan Ali. Bahkan Zubair sendiri berhasrat menjadi
khalifah dengan dukungan Aisyah, istri Nabi.
Akibat terjadinya perselisihan pendapat dalam pasukan Ali, maka
timbullah golongan Khawarij dan Syi’ah. Khawarij adalah golongan
yang semula pengikut Ali, setelah berhenti perang Siffin mereka tidak
puas, dan keluar dari golongan Ali, karena mereka ingin melanjutkan
peperangan yang sudah hampir menang, dan mereka tidak setuju dengan
perundingan Daumatul Jandal. Mereka berkomentar mengapa harus
bertahkim kepada manusia, padahal tidak ada tempat bertahkim kecuali
allah. Maksudnya tidak ada hukumselain bersumber kepada Allah.
khawrij menganggap Ali telah keluar dari garis Islam. Karena itu orangorang yang melaksanakan hukum tidak berdasarka Kitab Allah maka ia
termasuk orang kafir.
Sebaliknya golongan kedua Syi’ah (golongan yang tetap setia
mendukung Ali sebagai Khalifah) memberi tanggapan bahwa tidak
menutup kemungkinan kepemimpinan Muawiyah bertindak salah, karena
ia manusia biasa, selain itu golongan Syi’ah beranggapan bahwa hanya
Ali satu-satunya yang berhak menjadi Khalifah.
5.
Segi Bahasa dan Ilmu Pengetahuan22
Di antara perkembangan yang ada pada masa Khalifah Ali adalah
pertama, terciptanya ilmu bahasa / nahwu (Aqidah nahwiyah),
berkembangnya ilmu Khatt al-Qur’an serta berkembangnya Sastra.
Dari semua penjelasan yang telah disampaikan sebelumnya secara
garis besar sistem perekonomian pada masa pemerintahan Khulafaur
Rasyidin adalah bertani dan berdagang setiap hari mereka disibukkan
dengan pesoalan air dan rumput. Hasil pertanian yang mereka ekspor
antara lain, kurma, kayu gaharu, buah kismis anggur dan lainnya selain
bertani, unsur terpenting dalam perekonomian mereka adalah berdagang.
22
Ibid., Hal. 130.
24
Masyarakat arab waktu itu sudah mengenal ekspor impor. Komoditas
ekspor Arab selatan dan yaman adalah dupa, kemenyan, kayu gaharu,
minyak wangi dan kulit binatang. Buah kismis anggur dan lainnya .
Komoditas yang mereka impor dari afrika timur antara lain kayu untuk
bangunan, bulu burung unta, lantakan logam mulia dan badat. Dari Asia
Selatan dan China adalah daging, batu mulia, sutra, pakaian, pedang,
rempah-rempah. Sedangkan dari negara teluk Persia mereka mengimpor
intan. Mereka memperoleh pedang dan pakaian dari asia selatan dan
china, ekspor-impor sudah dikenal sejak masa Khulafaur Rasyidin,
mereka membuka hubungan dengan negara-negara disekitar mereka.
Secara giografis Arab bertanah tandus dan didominasi oleh gurun
pasir, kendaraan yang mereka gunakan adalah unta. masyarakat
menggunakan cadar (penutup hidung) agar tidak menghirup pasir,
wilayah Arab yang kering berbatu dan sebagian besar adalah gurun pasir
mempengaruhi eatak orang Arab. Orang Arab memiliki solidaritas
internal yang sangat kuat dan sebaliknya ganas terhadap suku dan kabilah
lain. Pada masa Nabi, sifat kesukuan ini berhasil dirubah menjadi sifat
nasionalisme kenegaraan, yang awalnya mereka bangga menyebutnyebut semboyan kesukuannya menjadi berubah menjadi semboyan
islam. Pada masa Abu bakar, Umar, sifat ini timbul kembali sehingga
menimbulkan perpecahan dalam golongan Islam terutama pada masa
Ustman dan Ali. Sifat kesukuan ini yang menghancurkan umat Islam.
Pada masa Ustman, dia merangkul dan mengangkat mereka menjadi
pejabat pemerintahan, Rasulullah juga tidak pernah mengangkat salah
seorang dari Bani Hasyim untuk menduduki jabatan. Demikian pula
masa Abu Bakar dan Umar, Hal ini untuk menghindari kecemburuan
politik.23
Agama yang dianut masyarakat Arab pada masa Khulafaur Rasydin
selain Islam adalah Paganisme, yakni penyembahan terhadap berhala
yakni agama yang di anut secara turun temurun sejak jamannya Nabi
23
Ibid., Hal. 135.
25
Musa. Mereka tidak mudah melepaskan agama dari bapak dan ibu
mereka, selain itu sebagian ada yang menganut gabungan antara agama
nenek moyang mereka yakni vetersme (menyembah batu atau kayu)
mereka menyembah batu-batu besar atau pohon-pohon besar yang di
anggap keramat dan bisa memberikan perlindungan bagi mereka. Serta
tetoisme (yakni pengkultusan terhadap hewan dan tumbuhan yang di
anggap suci) seperti halnya mereka menyembah sapi betina, karena
mereka anggap suci. Dan Anemisme yakni: kepercayaan terhadap roh.
Namun tidak sedikit yang menganut ajaran hanif Nabi Ibrahim seperti
paman Nabi, yaitu Abu Thalib. Banyaknya agama yang dianut pada masa
Khulafaur Rasyidin ini di karenakan sifat orang arab yang keras sehingga
mereka tidak mudah menerima sesuatu yang baru.
Sejarah sastra Arab, mencatat banyak penyair-penyair Mu’allaqat,
diantaranya adalah tujuh orang yaitu yang terkenal dengan sebutan
(seven suspendeds poems) mereka adalah Ibnu al-Qais bin Haris al-Kindi
(500-540), Zuhair bin Abu Sulma Al-Muzani (530-627), Al Nabiqah al
Zubiani (sekitar 604), Labid bin Rabiah al-Amiri (560-661), Tarafah bin
Abdul Bakri (543-569), Antarah bin Syaddad Al-Bakri ( sekitar 580).
Banyaknya sastrawan-sastrawan Arab ini menunjukkan bahwa sastra
pada saat itu sudah sangat terkenal dan menjadi budaya orang Arab,
orang Arab sangat menghormati sastrawan. Sehingga Allah menurunkan
Al-Qur’an dengan segala keindahan syair yang terkandung dan tak ada
yang dapat menandingi syair Al-Qur’an dan kepadatan makna yang
terkandung di dalamnya. Al-Qur’an adalah kitab Allah yang memiliki
nilai sastra yang sangat tinggi dimana didalamnya terdapat makna yang
sangat padat dan mudah dipahami sehingga Al-Qur’an mudah dihafal.
Hal ini menjadi salah satu keistimewaan Al-Qur’an. Al-Qur’an
diturunkan kepada umat Islam dengan syair dan bahasa yang khas yang
dapat melemahkan hasil karya sastra pada masa itu.
26
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Khulafaur Rasyidin (bahasa Arab: )الخلفاء الراشدونatau Khalifah ArRasyidin adalah empat orang khalifah (pemimpin) pertama agama Islam, yang
dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan setelah Nabi
Muhammad wafat. Keempat khalifah tersebut dipilih bukan berdasarkan
keturunannya, melainkan berdasarkan konsensus bersama umat Islam. Sistem
pemilihan terhadap masing-masing khalifah tersebut berbeda-beda, hal tersebut
terjadi karena para sahabat menganggap tidak ada rujukan yang jelas yang
ditinggalkan oleh Nabi Muhammad tentang bagaimana suksesi kepemimpinan
Islam akan berlangsung.
Sistem perekonomian pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin adalah
bertani dan berdagang setiap hari mereka disibukkan dengan pesoalan air dan
rumput. Hasil pertanian yang mereka ekspor antara lain, kurma, kayu gaharu,
buah kismis anggur dan lainnya selain bertani, unsur terpenting dalam
perekonomian mereka adalah berdagang. Masyarakat Arab waktu itu sudah
mengenal ekspor impor.
Orang Arab memiliki solidaritas internal yang sangat kuat dan sebaliknya
ganas terhadap suku dan kabilah lain. Pada masa Nabi, sifat kesukuan ini berhasil
dirubah menjadi sifat nasionalisme kenegaraan, yang awalnya mereka bangga
menyebut-nyebut semboyan kesukuannya menjadi berubah menjadi semboyan
Islam. Pada masa Abu bakar, Umar, sifat ini timbul kembali sehingga
menimbulkan perpecahan dalam golongan Islam terutama pada masa Ustman dan
Ali. Sifat kesukuan ini yang menghancurkan umat Islam. Pada masa Ustman, dia
merangkul dan mengangkat mereka menjadi pejabat pemerintahan, Rasulullah
juga tidak pernah mengangkat salah seor
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Apa yang dipahami dari sejarah peradaban ekonomi Islam, hakikatnya
adalah memahami sejarah perjalanan panjang Islam yang titik puncaknya
adalah sejarah hidup Rasulullah SAW. Hanya Muhammad SAW sebagai tolok
ukur yang nyata dari semua aspek perilaku kehidupan Islam. Adam Smith,
tokoh ekonomi Barat dalam bukunya The Wealth of Nation, menyatakan
bahwa ekonomi yang paling maju adalah ekonomi bangsa Arab yang
dipimpin oleh Muhammad bin Abdullah dan orang-orang sesudahnya
meskipun tidak dipungkiri terdapat sejarah panjang sebelum kedatangan
Islam Nabi Muhammad SAW. Betul, pengaruh Romawi dan Yunani menjadi
bukti sejarah nyata terhadap sejarah ekonomi Islam, meskipun porsinya kecil.
Akan tetapi, perjalanan Islam tidak akan terlepaskan dari figur Muhammad
SAW dan para penerusnya, yakni Al-Khulafa Ar-Rasyidun, tabi’in, dan para
pemikir ekonomi, baik pada masa pemerintahan Umayyah, Abbasiyah, dan
Utsmaniyah. Dengan demikian, memahami peradaban ekonomi Islam, pada
dasarnya memahami sejarah. Yang paling pokok dari sejarah adalah
meluruskan sejarah secara tepat dan akurat.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, penyusun memaparkan beberapa rumusan masalah,
sebagai berikut:
1. Siapakah sosok Khulafa al-Rasyidin?
2. Bagaimanakah peradaban Islam pada masa Khalifah Abu Bakar AshShiddiq?
3. Bagaimanakah peradaban Islam pada masa Khalifah Umar bin Khatab?
4. Bagaimanakah peradaban Islam pada masa Khalifah Utsman bin Affan?
5. Bagaimanakah peradaban Islam pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sosok Khulafa al-Rasyidin
Khulafaur Rasyidin (bahasa Arab: )الخلفاء الراشدونatau Khalifah ArRasyidin adalah empat orang khalifah (pemimpin) pertama agama Islam,
yang dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan setelah Nabi
Muhammad wafat. Empat orang tersebut adalah para sahabat dekat
Muhammad yang tercatat paling dekat dan paling dikenal dalam membela
ajaran yang dibawanya di saat masa kerasulan Muhammad.
Para Khulafaur Rasyidin itu adalah pemimpin yang arif dan bijaksana.
Mereka itu terdiri dari para sahabat Nabi Muhammad SAW yang berkualitas
tinggi dan baik adapun sifat-sifat yang dimiliki Khulafaur Rasyidin sebagai
berikut:
1.
Arif dan bijaksana
2.
Berilmu yang luas dan mendalam
3.
Berani bertindak
4.
Berkemauan yang keras
5.
Berwibawa
6.
Belas kasihan dan kasih sayang
7.
Berilmu agama yang amat luas serta melaksanakan hukum-hukum
Islam.
Dalam sejarah Islam, empat orang pengganti Nabi yang pertama adalah
para pemimpin yang adil dan benar. Mereka menyelamatkan dan
mengembangkan dasar-dasar tradisi dari sang Guru Agung bagi kemajuan
Islam bagi kemajuan Islam dan umatnya. Karena itu gelar “yang mendapat
bimbingan dijalan lurus” (al-khulafa ar-rasyidin) diberikan pada mereka.1
Keempat khalifah tersebut dipilih bukan berdasarkan keturunannya,
melainkan berdasarkan konsensus bersama umat Islam. Sistem pemilihan
1
Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1997). Hal. 46
2
terhadap masing-masing khalifah tersebut berbeda-beda, hal tersebut terjadi
karena para sahabat menganggap tidak ada rujukan yang jelas yang
ditinggalkan
oleh
Nabi
Muhammad
tentang
bagaimana
suksesi
kepemimpinan Islam akan berlangsung. Namun penganut paham Syi'ah
meyakini bahwa Muhammad dengan jelas menunjuk Ali bin Abi Thalib,
khalifah ke-4 bahwa Muhammad menginginkan keturunannyalah yang akan
meneruskan kepemimpinannya atas umat Islam.
Sahabat yang disebut Khulafaur Rasyidin terdiri dari empat orang
khalifah yaitu Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan
dan Ali bin Abi Thalib.
B. Peradaban Islam pada Masa Khalifah Abu Bakar As-Shidiq (11–13 H /
632–634 M)
Abu Bakar, nama lengkapnya ialah Abdullah bin Abi Quhafah bin
Utsman bin Amr bin Masud bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin
Ghalib bin Fihr At-Taimi Al-Qurasyi. Di zaman pra-Islam bernama Abdul
Ka’bah, kemudian diganti oleh Nabi menjadi Abdullah. Ia termasuk salah
seorang sahabat yang utama (orang yang paling awal) masuk Islam. Gelar
Ash-Shiddiq diperolehnya karena ia dengan segera membenarkan Nabi dalam
berbagai peristiwa, terutama Isra’ dan Mi’raj. Abu Bakar memangku jabatan
khalifah selama dua tahun lebih sedikit, yang dihabiskannya terutama untuk
mengatasi berbagai masalah dalam negeri yang muncul akibat wafatnya
Nabi.2
Abu Bakar memangku jabatan khalifah selama dua tahun lebih sedikit,
yang dihabiskannya terutama untuk mengatasi berbagai masalah dalam negeri
yang muncul akibat wafatnya Nabi.
Sepak terjang pola pemerintahan Abu Bakar dapat dipahami dari pidato
Abu Bakar ketika ia diangkat menjadi khalifah. Secara lengkap, isi pidatonya
sebagai berikut:3
2
Ibid, 47
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2010). Hal. 7778.
3
3
“Wahai manusia! Sungguh aku telah memangku jabatan yang kamu
percayakan, padahal aku bukan orang yang terbaik di antara kamu. Apabila
aku melaksanakan tugasku dengan baik maka bantulah aku, dan jika aku
berbuat salah maka luruskanlah aku. Kebenaran adalah suatu kepercayaan,
dan kedustaan adalah suatu pengkhianatan. Orang yang lemah di antara
kamu adalah orang kuat bagiku sampai aku memenuhi hak-haknya, dan
orang kuat di antara kamu adalah lemah bagiku hingga aku mengambil
haknya, Insya Allah. Janganlah salah seorang dari kamu meninggalkan
jihad. Sesungguhnya kaum yang tidak memenuhi panggilan jihad maka Allah
akan menimpakan atas mereka suatu kehinaan. Patuhlah kepadaku selama
aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika aku tidak menaati Allah dan
Rasul-Nya, sekali-kali janganlah kamu menaatiku. Dirikanlah shalat, semoga
Allah merahmati kamu.
Ucapan pertama ketika dibai’at ini menunjukkan garis besar politik dan
kebijaksanaan Abu Bakar r.a. dalam pemerintahan. Di dalamnya terdapat
prinsip kebebasan berpendapat, menuntut ketaatan rakyat, mewujudkan
keadilan dan mendorong masyarakat berjihad serta shalat sebagai intisari
ketakwaannya. Secara umum, dapat dikatakan bahwa pemerintahan Abu
Bakar melanjutkan kepemimpinan sebelumnya, baik kebijaksanaan dalam
kenegaraan maupun pengurusan terhadap agama.
Dalam pemerintahannya Abu Bakar memiliki tipologi kebijakan yang
sangat baik diantaranya:4
1.
Kebijaksanaan pengurusan terhadap agama
Pada awal pemerintahannya, ia diuji dengan adanya ancaman yang
datang dari umat Islam yang menentang kepemimpinannya. Di antara
perbuatan ingkar tersebut ialah timbulnya orang-orang yang murtad,
orang-orang yang tidak mau mengeluarkan zakat, orang-orang yang
mengaku menjadi Nabi, dan pemberontakan dari beberapa kabilah.
Ketika Rasulullah SAW wafat, maka banyak orang Arab yang
kembali murtad. Seiring dengan itu, banyak pula utusan orang-orang
Arab berdatangan ke Madinah mengakui kewajiban sholat namun
4
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008). Hal. 70.
4
mengingkari kewajiban zakat. Abu Bakar bersikap tegas kepada mereka,
dan merekapun ditumpasnya. Melihat hal ini, Umar pun berkata:
“Akhirnya aku sadari bahwa Allah telah melapangkan hati Abu Bakar
untuk memerangi mereka dan aku yakin itulah yang benar”.
Disamping banyak umat yang murtad dan menolak bayar zakat, ada
pula beberapa orang yang mengaku menjadi nabi, diantaranya yang
paling berpengaruh adalah Musailamah Al-Kadzab. Ia memiliki pengikut
mencapai 40.000 personil dari kalangan Bani Hanifah. Abu Bakar
mengirim pasukan yang dipimpin Khalid bin Walid untuk menumpas
mereka. Dalam perang Yamamah yang hebat, Khalid bin Walid
memperoleh kemenangan yang besar.
Di samping itu, Jasa Abu Bakar yang abadi ialah atas usulan Umar,
ia berhasil membukukan al-Qur’an dalam satuan mushaf, sebab setelah
banyak penghafal al-Qur’an gugur dalam perang Riddah di Yamamah.
Oleh karena itu, khalifah menugaskan Zaid ibn Tsabit untuk
membukukan al-Qur’an dibantu oleh Ali ibn Abi Thalib. Naskah tersebut
terkenal dengan naskah Hafsah yang selanjutnya pada masa khalifah
Usman membukukan al-Qur’an berdasarkan mushaf itu, kemudian
terkenal dengan Mushaf Utsmani yang sampai sekarang masih murni
menjadi pegangan kaum muslim tanpa ada perubahan atau pemalsuan.
2.
Kebijaksanaan politik kenegaraan
Di antara kebijakan politik Abu Bakar yang cukup menonjol adalah
melanjutkan ekspedisi pasukan Usamah. Sebelum Rasulullah SAW.
wafat, beliau telah memerintahkan sepasukan perang yang dipimpin oleh
seorang anak muda, Usamah, untuk berjalan menuju tanah Al-Balqa yang
berada di Syam, persisnya di tempat terbunuhnya Zaid bin Haritsah,
Ja’far dan Ibnu Rawahah. Namun di tengah perjalanan terdengar berita
wafatnya Rosulullah SAW, sehingga pasukan tersebut kembali ke kota
Madinah.
Begitu Abu Bakar menjadi kholifah, maka ekspedisi ini dilanjutkan
kembali. Semula banyak sahabat yang mengusulkan termasuk Umar bin
5
Khattab, agar ekspedisi ini ditunda mengingat banyaknya persoalan di
kota Madinah. Namun Abu Bakar tetap pada pendiriannya. Ternyata
berangkatnya pasukan Usamah membawa kemaslahatan besar waktu itu.
Disamping pulang dengan membawa kemenangan, juga sekaligus telah
menimbulkan kegentaran besar pada perkampungan Arab yang dilewati
sehingga tidak berani memberontak.
Setelah berhasil melakukan ekspedisi pasukan Usamah, Abu Bakar
meyakinkan kesungguhannya untuk menaklukkan negeri Iraq, pada
periode ini merupakan langkah awal menaklukkan wilayah-wilayah timur
pada masa khulafaur rasyidin berikutnya. Dan pada periode perdana ini
pasukan dipimpin oleh Panglima Perang Khalid bin Wahid.
Sedang diantara kebijaksanaan Abu Bakar dalam pemerintahan atau
kenegaraan, diuraikan oleh Suyuthi Pulungan, sebagai berikut:5
a.
Bidang eksekutif
Pendelegasian terhadap tugas-tugas pemerintahan di Madinah
ataupun daerah. Misalnya untuk pemerintahan pusat menunjuk Ali
bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, dan Zaid bin Tsabit sebagai
b.
sekretaris dan Abu Ubaidah sebagai bendaharawan.
Bidang pertahanan dan keamanan
Dengan mengorganisasi pasukan-pasukan yang
ada
guna
mempertahankan eksistensi keagamaan dan pemerintahan. Dari
pasukan itu disebarkan untuk memelihara stabilisasi di dalam atau di
luar negeri. Di antara panglima yang ada ialah Khalid bin Walid,
c.
Musanna bin Harisah, Amr bin ‘Ash, Zaid bin Sufyan, dan lain-lain.
Bidang yudikatif
Fungsi kehakiman dilaksanakan oleh Umar bin Khattab dan selama
masa pemerintahan Abu Bakar tidak ditemukan suatu permasalahan
yang berarti untuk dipecahkan. Hal ini didorong atas kemampuan
3.
dan sifat Umar, dan masyarakat pada waktu itu dikenal ‘alim.
Kebijaksanaan Bidang Sosial Ekonomi
Faktor keberhasilan Abu Bakar dalam membangun pranata sosial di
bidang ekonomi tidak lepas dari faktor politik dan pertahanan keamanan,
5
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam.,Hal. 78-79.
6
Keberhasilan tersebut tidak pula lepas dari sikap keterbukaannya, yaitu
memberikan hak dan kesempatan yang sama kepada tokoh-tokoh sahabat
untuk ikut membicarakan berbagai masalah sebelum ia mengambil
keputusan melalui forum musyawarah sebagai lembaga legislatif. Hal ini
mendorong para tokoh sahabat khususnya dan umat Islam umumnya,
berpartisipasi aktif untuk melaksanakan berbagai keputusan yang dibuat.
Dalam usaha meningkatkan kesejahteraan umat Islam, Khalifah Abu
Bakar ash-Shiddiq melaksanakan berbagai kebijakan ekonomi seperti yang
telah dipraktikkan Rasulullah SAW. Ia sangat memerhatikan keakuratan
penghitungan zakat sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan
pembayarannya. Abu Bakar pernah berkata kepada Anas, “Jika seseorang
mempunyai kewajiban untuk membayar zakat berupa seekor unta betina
berumur 1 tahun, tetapi dia tidak mempunyainya lalu menawarkan seekor
unta betina berumur 2 tahun, hal seperti itu dapat diterima dan petugas zakat
akan mengembalikan kepada orang tersebut sebanyak 20 dirham atau 2 ekor
domba sebagai kelebihan dari pembayaran zakatnya. Hasil pengumpulan
zakat tersebut dijadikan sebagai pendapatan negara dan disimpan dalam
Baitul Mal untuk langsung didistribusikan seluruhnya kepada kaum muslim
hingga tidak ada yang tersisa. Selain dari dana zakat, di dalam Baitul Mal
dikelola harta benda yang didapat dari infak, sedekah, ghanimah dan lain-lain.
Penggunaan harta tersebut digunakan untuk gaji pegawai negara dan untuk
kesejahteraan umat sesuai dengan aturan yang ada.6
Dalam kegiatan ekonominya, setiap hari mereka disibukkan sengan
persoalan air dan rumput. Pada hari ke-dua Setelah pengangkatannya sebagai
khafilah, Abu Bakar membawa bahan-bahan pakaian dagangan di atas
pundaknya dan pergi untuk menjualnya. Salah satu aspek penting
perekonomian arab pra-islam adalah pertanian. Perdagangan adalah unsur
penting dalam perekonomian arab. Komoditas exspor arab selatan dan yaman
adalah dupa, kemenyan, kopi, gaharo, minyak wangi, kulit binatang, buah
6
Ibid., Hal. 72.
7
kismis, anggur dan lainnya. lomoditas yang mereka impor dari dari afrika
timur antara lain: kayu untuk bangunan, bulu burung unta, lantakan logam
mulia dan badak. dari asia selatan dan cina berupa daging, batu mulia, sutra,
pakaian, pedang, rempah-rempah. sedangkan dari negara teluk Persia mereka
mengimpor intan.
C. Peradaban Islam pada Masa Khalifah Umar bin Khatab (13-23 H/634 644 M)
Umar bin Khattab adalah khalifah ke-2 dalam sejarah Islam.
pengangkatan umar bukan berdasarkan konsensus tetapi berdasarkan surat
wasiat yang ditinggalkan oleh Abu Bakar. Hal ini tidak menimbulkan
pertentangan berarti di kalangan umat islam saat itu karena umat Muslim
sangat mengenal Umar sebagai orang yang paling dekat dan paling setia
membela ajaran Islam. Hanya segelintir kaum, yang kelak menjadi golongan
Syi'ah, yang tetap berpendapat bahwa seharusnya Ali yang menjadi khalifah.
Umar memerintah selama sepuluh tahun dari tahun 634 hingga 644.7
Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia
bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar
bin Khatthab sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah
kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam.
Kebijaksanaan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera
secara beramai-ramai membaiat Umar. Umar menyebut dirinya Khalifah
Rasulillah (pengganti dari Rasulullah). Ia juga memperkenalkan istilah Amir
al-Mu'minin (petinggi orang-orang yang beriman).
Peranan Umar dalam sejarah Islam pada masa permulaan tampak paling
menonjol diantaranya yaitu:8
1.
Penyebaran Agama
7
Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam: Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX (Jakarta: Akbar
Media Eka Sarana, 2003). Hal. 152.
8
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam., Hal. 80.
8
Khalifah Umar memiliki peranan yang sangat menonjol salah
satunya karena perluasan wilayahnya, di samping kebijakan-kebijakan
politiknya yang lain. Adanya penaklukan besar-besaran pada masa
pemerintahan Umar merupakan fakta yang diakui kebenarannya oleh
para sejarawan. Bahkan, ada yang mengatakan, kalau tidak karena
penaklukan-penaklukan yang dilakukan pada masa Umar, Islam belum
akan tersebar seperti sekarang.
Sebagaimana Rasulullah SAW dan Abu Bakar, Khalifah Umar juga
sangat condong menanamkan semangat demokrasi secara intensif di
kalangan rakyat, para pemuka masyarakat, dan para pejabat atau para
administrator pemerintahan. Ia selalu mengadakan musyawarah dengan
rakyat untuk memecahkan masalah-masalah umum dan kenegaraan yang
dihadapi. Ia tidak bertindak sewenang-wenang dan memutukan suatu
urusan tanpa mengikutsertakan warga negara, baik warga negara muslim
maupun warga negara non-muslim.
Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan)
pertama terjadi di ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan
setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran
Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan
memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah
pimpinan 'Amr bin 'Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa'ad bin Abi
Waqqash. Iskandariah (Alexandria), ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun
641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam.
Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada tahun 637
M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang
jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Moshul dapat dikuasai.
Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar R.a., wilayah
kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian
besar wilayah Persia, dan Mesir.
2.
9
Segi Politik9
Ibid., Hal. 82.
9
Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera
mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang
sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur
menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah
Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Beberapa departemen yang
dipandang perlu didirikan. Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan
sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam
rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk
menjaga keamanan dan ketertiban, akademi kemiliteran dibentuk. Umar
bin Khattab adalah khalifah yang pertama kali membentuk tentara resmi.
Demikian pula jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait alMal, menempa mata uang, membuat tahun hijriah, membuat undangundang perpajakan, membuat sekretariat, menentukan gaji tetap,
menempatkan para godhi, membagi-bagi wilayah yang ditaklukkan
menjadi beberapa gubernuran (propinsi) dan ada majlis syura.
Peradaban yang paling signifikan pada masa Umar, selain pola
adinistratif pemerintahan, peperangan, dan sebagainya adalah pedoman
dalam peradilan. Pemikiran khalifah Umar bin Khattab khususnya dalam
peradilan yang masih berlaku sampai sekarang adalah sebagai berikut:
Naskah Asas-asas Hukum Acara
Dari Umar Amirul Mu’minin kepada Abdullah bin Qais, mudahmudahan Allah melimpahkan kesejahteraan dan rahmat-Nya kepada
engkau:10
a.
Kedudukan lembaga peradilan
Kedudukan lembaga peradilan di tengah-tengah masyarakat suatu
negara hukumnya wajib (sangat urgen) dan sunnah yang harus
b.
diikuti/dipatuhi.
Memahami kasus persoalan, baru memutuskannya
Pahami persoalan suatu kasus gugatan yang diajukan kepada anda,
dan ambillah keputusan setelah jelas persoalan mana yang benar dan
10
Ibid., Hal. 83.
10
mana yang salah. Karena sesungguhnya, suatu kebenaran yang tidak
c.
memperoleh perhatian hakim akan menjadi sia-sia.
Samakan pandangan anda kepada kedua belah pihak dan berlakulah
adil.
Dudukkan kedua belah pihak di majelis secara sama, pandang
mereka dengan pandangan yang sama, agar orang terhormat tidak
d.
melecehkan anda, dan orang yang lemah tidak merasa teraniaya.
Kewajiban pembuktian
Penggugat wajib membuktikan gugatannya, dan tergugat wajib
e.
membuktikan bantahannya.
Lembaga damai
Penyelesaian perkara secara damai dibenarkan, sepanjang tidak
f.
menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.
Penundaan persidangan
Barang siapa menyatakan ada suatu hal yang tidak ada ditempatnya
atau suatu keterangan, berilah tempo kepadanya untuk dilaluinya.
Kemudian,
jika
dia
memberi
keterangan,
hendaklah
anda
memberikan kepadanya haknya. Jika dia tidak mampu memberikan
yang demikian, anda dapat memutuskan perkara yang merugikan
haknya, karena yang deikian itu lebih mantap bagi keudzurannya
(tak ada jalan baginya untuk mengatakan ini dan itu lagi), dan lebih
g.
menampakkan apa yang tersembunyi.
Kebenaran dan keadilan adalah masalah universal
Janganlah anda dihalangi oleh suatu putusan yang telah anda
putuskan pada hari ini, kemudian anda tinjau kembali putusan itu
lalu anda ditunjuk pada kebenaran untuk kembali pada kebenaran,
karena kebenaran itu suatu hal yang qadim yang tidak dapat
dibatalkan oleh sesuatu. Kembali pada yang hak, lebih baik dari pada
h.
terus bergelimang dalam kebatilan.
Kewajiban menggali hukum yang hidup dan melakukan penalaran
logis
Pergunakanlah kekuatan logis pada suatu kasus perkara yang
diajukan kepada anda dengan menggali dan memahami hukum yang
hidup, apabila hukum suatu perkara kurang jelas dalam Al-Qur’an
dan sunnah. Kemudian bandingkanlah permasalahan tersebut satu
11
sama lain dan ketahuilah (kenalilah) hukum yang serupa, kemudian
i.
ambillah mana yang lebih mirip dengan kebenaran.
Orang Islam haruslah berlaku adil
Orang Islam dengan orang Islam lainnya haruslah adil, terkecuali
orang yang sudah pernah dijatuhi hukuman had atas orang yang
diragukan tentang asal usulnya, karena sesungguhnya Allah yang
mengendalikan rahasia hamba dan menutup hukuman atas mereka,
j.
terkecuali dengan ada keterangan dan sumpah.
Larangan bersidang ketika sedang emosional
Jauhilah diri anda dari marah, pikiran kacau, perasaan tidak senang,
dan berlaku kasar terhadap para pihak. Karena kebenaran itu hanya
3.
berada di dalam jiwa yang tenang dan niat yang bersih.
Segi Ekonomi
Dalam pemerintahannya, khalifah Umar bin Khattab memiliki
gebrakan yang yang sangat besar diantaranya yaitu:11
a.
Pembaruan Baitul Mal
Sama seperti Abu Bakar dan seiring dengan semakin meluasnya
wilayah kekuasaan Islam pada masa pemerintahan Umar bin Khattab
serta pendapatan negara mengalami peningkatan yang sangat
signifikan maka diberdayakan kembali Baitul Mal. Harta Baitul Mal
dianggap sebagai harta kaum muslim, sedangkan khalifah dan para
amil hanya berperan sebagai pemegang amanah. Khalifah Umar bin
Khattab juga membuat ketentuan bahwa pihak eksekutif tidak boleh
b.
turut campur dalam mengelola harta Baitul Mal.
Status Kepemilikan Tanah
Dalam hal status kepemilikan tanah, Khalifah Umar menerapkan
beberapa peraturan sebagai berikut:
1) Wilayah Irak yang ditaklukkan dengan kekuatan menjadi milik
muslim dan kepemilikan ini tidak dapat diganggu gugat,
sedangkan bagian wilayah yang berada di bawah perjanjian
damai tetap dimiliki oleh pemilik sebelumnya dan kepemilikan
tersebut dapat dialihkan.
11
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam., Hal. 92-93.
12
2) Kharaj dibebankan pada semua tanah yang berada di bawah
kategori pertama, meskipun pemilik tanah tersebut memeluk
agama Islam. Dengan demikian, tanah seperti itu tidak dapat
dikonversi menjadi tanah ushr.
3) Bekas pemilik tanah diberi hak kepemilikan selama mereka
membayar kharaj dan jizyah.
4) Tanah yang tidak ditempati atau ditanami (tanah mati) atau
tanah yang diklaim kembali (seperti Bashrah) bila diolah oleh
kaum muslim diperlakukan sebagai tanah ushr.
5) Di Sawad, kharaj dibebankan sebesar satu dirham dan satu rafiz
(satu ukuran lokal) gandum dan barley (sejenis gandum) dengan
asumsi tanah tersebut dapat dilalui air. Harga yang lebih tinggi
dikenakan pada ratbah (rempah atau cengkeh) dan perkebunan.
6) Di Mesir, berdasarkan perjanjian Amar, setiap pemilik tanah
dibebankan pajak sebesar dua dinar, di samping tiga irdabb
gandum, dua qist untuk setiap minyak, cuka, dan madu, dan
rancangan ini telah disetujui khalifah.
7) Perjanjian Damaskus (Syiria) berisi
pembayaran
tunai,
pembagian tanah dengan kaum muslim, beban pajak untuk
setiap orang sebesar satu dinar dan satu beban jarib (unit berat)
c.
yang diproduksi per jarib (ukuran) tanah.
Manajemen Zakat12
Pada masa Rasulullah SAW, jumlah kuda di Arab masih sangat
sedikit, terutama kuda yang dimiliki oleh kaum muslim karena
digunakan untuk kebutuhan pribadi dan jihad. Pada Perang Badar,
pasukan kaum muslim yang berjumlah 313 orang hanya memiliki
dua kuda. Pada saat pengepungan suku bani Quraizhah (5H),
pasukan kaum muslim memiliki 36 kuda. Pada tahun yang sama, di
Hudaibiyah, mereka mempunyai sekitar dua ratus kuda. Karena
zakat
dibebankan
terhadap
barang-barang
yang
memiliki
produktivitas, seorang budak atau seekor kuda yang dimiliki kaum
muslim ketika itu tidak dikenakan zakat.
12
Ibid., Hal. 93-94.
13
Pada
periode
selanjutnya,
kegiatan
beternak
dan
memperdagangkan kuda dilakukan secara besar-besaran di Syiria
dan di berbagai wilayah kekuasaan Islam lainnya. Beberapa kuda
mempunyai nilai jual yang tinggi, bahkan pernah diriwayatkan
bahwa seekor kuda Arab Taghlabi diperkirakan bernilai 20.000
dirham dan orang-orang Islam terlibat dalam perdagangan ini.
Karena maraknya perdagangan kuda, mereka menanyakan kepada
Abu Ubaidah, Gubernur Syiria ketika itu, tentang kewajiban
membayar zakat kuda dan budak. Gubernur memberitahukan bahwa
tidak ada zakat atas keduanya. Kemudian, mereka mengusulkan
kepada khalifah agar ditetapkan kewajiban zakat atas keduanya,
tetapi permintaan tersebut ditolak. Kemudian, mereka mendatangi
kembali Abu Ubaidah dan bersikeras untuk membayar zakat kuda
dan budak. Akhirnya, Gubernur menulis surat kepada khalifah dan
khalifah Umar menanggapinya dengan sebuah instruksi agar
Gubernur menarik zakat dari mereka dan mendistribusikannya
kepada para fakir miskin serta budak. Sejak itu, zakat kuda
ditetapkan sebesar satu dinar atau atas dasar ad valorem, seperti satu
dirham untuk setiap empat puluh dirham.
Diantara beberapa barang, Abu Bakar membebani zakat
terhadap war, sejenis rumput herbal yang digunakan untuk membuat
bedak dan parfum. Sementara itu, Umar mengenakan hums zakat
atas karet yang ditemukan di Semenanjung Yaman, antara Aden dan
Mukha, dan hasil laut karena barang-barang tersebut dianggap
sebagai hadiah dari Allah. Thaif dikenal sebagai tempat peternakan
lebah dan, menurut beberapa riwayat, Bilal datang kepada Nabi
dengan ushr atas madunya dan memintanya agar Lembah Salba
dicadangkan untuknya. Permintaannya ini diterima oleh Nabi.
Pada masa Umar, Gubernur Thaif melaporkan bahwa pemilik
sarang lebah tidak membayar ushr, tetapi menginginkan sarangsarang lebah tersebut dilindungi secara resmi. Umar mengatakan
bahwa bila mereka mau membayar ushr, sarang lebah mereka akan
14
dilindungi.
Jika
menolak,
mereka
tidak
akan
memperoleh
perlindungan. Menurut riwayat Abu Ubaid, Umar membedakan
madu yang diperoleh dari pegunungan dengan madu yang diperoleh
dari ladang. Zakat yang ditetapkan adalah seperdua puluh untuk
d.
madu yang pertama dan sepersepuluh untuk madu jenis kedua.
Penetapan Ushr13
Ushr dibebankan pada suatu barang hanya sekali dalam setahun.
Seorang Taghlibi datang ke wilayah Islam untuk menjual kudanya.
Setelah dilakukan penaksiran oleh Zaid, seorang asyir, kuda tersebut
bernilai 20.000 dirham. Oleh karena itu, Zaid memintanya untuk
membayar 1000 dirham (5%) sebagai ushr. Jumlah tersebut
dibayarkan, tetapi kuda tersebut tidak terjual sehingga ia mengambil
kembali kudanya. Setelah beberapa waktu, ia datang kembali dengan
kudanya dan pemungut pajak kembali meminta ushr kepadanya.
Orang tersebut menolak membayar apa pun dan mengadukan
masalahnya kepada Umar. Setelah mendengarkan kasusnya, Umar
menginstruksikan para pegawainya agar tidak menarik ushr dua kali
dalam setahun walaupun barang tersebut diperbarui.
Pos pengumpulan ushr terletak di berbagai tempat yang
berbeda-beda, termasuk di ibukota. Menurut Saib bin Yazid,
pengumpul ushr di pasar-pasar Madinah, orang-orang Nabaetean
yang berdagang di Madinah juga dikenakan pajak pada tingkat yang
umum,
tetapi
setelah
beberapa
waktu,
Umar
menurunkan
persentasenya menjadi 5% untuk minyak dan gandum untuk
e.
mendorong impor barang-barang tersebut di kota.
Pemberdayaan Sedekah dari Nonmuslim14
“Tidak ada Ahli Kitab yang membayar shadaqah atas ternaknya
kecuali orang kristen Banu Taghlibi yang keseluruhan kekayaannya
terdiri dari ternak. Mereka membayar dua kali lipat dari yang dibayar
orang Muslim.” Banu Taghlibi adalah suku Arab Kristen yang
menderita akibat peperangan. Umar mengenakan jizyah kepada
13
Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010). Hal. 85.
14
Ibid., Hal. 87.
15
mereka, tetapi mereka terlalu gengsi sehingga menolak membayar
jizyah dan malah membayar shadaqah. Umarpun memanggil mereka
dan mengadakan shadaqah yang harus mereka bayar, dengan syarat
mereka setuju untuk tidak membaptis seorang anak atau memaksa
untuk menerima kepercayaan mereka. Merekapun menyetujui dan
f.
menerima membayar shadaqah ganda.
Sumber dan Distribusi Pendapatan Negara15
Pada masa pemerintahannya, Khalifah Umar ibn Al-Khaththab
mengklasifikasi pendapatan negara menjadi empat bagian.
1) Pendapatan zakat dan ushr. Pendapatan ini didistribusikan di
tingkat lokal dan jika terdapat surplus, sisa pendapatan tersebut
disimpan di Baitul mal pusat dan dibagikan kepada delapan
ashnaf, seperti yang telah ditentukan dalam Al-Qur’an.
2) Pendapatan khums dan sedekah. Pendapatan ini didistribusikan
kepada para fakir miskin atau untuk membiayai kesejahteraan
mereka tanpa membedakan apakah ia seorang muslim atau
bukan.
3) Pendapatan kharaj, fai, jizyah, ushr (pajak perdagangan), dan
sewa tanah. Pendapatan ini digunakan untuk membayar dana
pensiun dan dana bantuan serta untuk menutupi biaya
operasional administrasi, kebutuhan militer, dan sebagainya.
4) Pendapatan lain-lain. Pendapatan ini digunakan untuk
membayar para pekerja, pemeliharaan anak-anak terlantar, dan
dana sosial lainnya.
Sumber pendapatan negara tersebut, selanjutnya didistribusikan
melalui harta Baitul mal untuk dana pensiun, dana pertahanan negara,
dan dana pembangunan.
4.
Segi Reformasi dalam Budaya
Umar bin Khattab adalah khalifah yang pertama kali digelari Amirul
Mukminin, yang menetapkan penanggalan hijriyah mengumpulkan
manusia untuk sholat taraweh berjamaah, mendera peminum khomer 80x
15
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam., Hal. 97-98.
16
cambukan, dan berkeliling di malam hari menghontrol rakyatnya di
Madinah. Khalifah bin Umar bin Khattab menetapkan perhitungan tahun
baru, yaitu tahun hijriayah yang dimulai dari hijrahnya Rasulullah SAW
dari Makkah ke Madinah (16 Juli 622 M). Saat itulah dimulainya tahun
hijriayah yang pertama.
Disamping itu, Khalifah Umar menetapkan lambang bulan sabit
sebagai lambang negara. Hal ini diilhami oleh bendera pasukan khusus
Rasulullah SAW yang menggambarkan bulan sabit. Karya-karya besar
Khalifah Umar yang lain adalah membangun dan merenovasi masjidmasjid, seperti masjid haram (Mekah), masjid Nabwi ( Madinah ),
Masjidil Aqsa dan masjid Umar (Yerussalem ), dan masjid Amru bin ash
(Fusthtf-Mesir). Memperluas wilayah-wilayah islam seperti, Romawi (13
H=634 M), Damaskus (14H=635 M), Baitul Makdis–Syiriah (18 H=639
M), Mesir (19 H = 640M), Babilon (20 H 641 M), Nahawan–Persia (21
H=642 M), dan Iskandariah (22 H=643 M).
D. Peradaban Islam pada Masa Khalifah Utsman bin Affan (23-35 H/644656 M)
Utsman bin Affan dilahirkan pada tahun 573 M pada sebuah keluarga
dari suku Quraisy bani Umayah. Nenek moyangnya bersatu dengan nasab
Nabi Muhammad pada generasi ke-5. Sebelum masuk islam ia dipanggil
degan sebutan Abu Amr. Ia begelar Dzunnurain, karena menikahi dua putri
nabi (menjadi khalifah 644-655 M) adalah khalifah ke-3 dalam sejarah
Islam.16
Umar bin Khattab tidak dapat memutuskan bagaimana cara terbaik
menentukan khalifah penggantinya. Segera setelah peristiwa penikaman
dirinya oleh Fairuz, seorang majusi Persia, Umar mempertimbangkan untuk
tidak memilih pengganti sebagaimana dilakukan rasulullah. Namun Umar
juga berpikir untuk meninggalkan Utsman bin Affan wasiat seperti dilakukan
Abu Bakar. Sebagai jalan keluar, sebelum khalifah Umar wafat, beliau sempat
16
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam., Hal. 86.
17
berwasiat dan menunjuk tim yang terdiri dari 6 orang sahabat terkemuka,
sekaligus
telah
dijamin
Nabi
masuk
surga,
sebagai
calon
ganti
kekhalifaannya. Ke-6 orang tersebut adalah Usman bin Affan, Ali bin Abi
Tholib, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam
dan Sa’ad bin Abi Waqash.
Kepada tim, Umar menganjurkan agar putranya, Abdullah bin Umar ikut
sebagai peserta musyawarah dan tidak boleh dipilih menjadi khalifah.awalnya
hasil musyawarah yang diketuai oleh Abdurrahman bin Auf menunjukkan
bahwa suara pada posisi seimbang, antara Ali dan Usman. Karena Usman
lebih tua, Abdurrahman menetapkan Usman bin Affan sebagai khalifah.
Ketetapan itu disetujui oleh anggota tim dengan berbagai pertimbangan
yang matang. Disamping Usman sebagai salah seorang sahabat yang terdekat
dengan Nabi, beliau juga seorang Assabiqunal Awwalun yang terkenal kaya
dan dermawan, jiwa dan hartanya dikorbankan demi kejayaan Islam. Utsman
bin Affan dibaiat sebagai khalifah pada tahun 23 H/644 M.
Dalam pemerintahannya, ada beberapa hal menarik dari kepemimpinan
Khalifah Utsman bin Affan, diantaranya yaitu:17
1.
Segi Agama, Pengetahuan dan Budaya
Di masa pemerintahan Utsman, Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes,
dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan berhasil
direbut. Utsman ibn Affan adalah khalifah pertama yang memperluas
masjid nabi di Madinah dan masjid Al-Haram di Mekkah. Utsman juga
khalifah pertama yang menentukan adzan awal menjelang salat jumat.
Pekerjaan berat yang dilakukan oleh Utsman adalah kodifikasi AlQur’an, lanjutan kerja yang telah diawali oleh Abu Bakar atas inisiatif
Umar. Pengumpulan Al-Qur’an yang dilakukan pada zaman Abu Bakar
di latar belakangi oleh peristiwa meninggalnya 70 sahabat yang hafal AlQur’an dalam perang Yamamah. Sedangkan latar belakang pembukuan
Al-Qur’an pada zaman Utsman adalah perbedaan qira’at (bacaan) AlQur’an yang menimbulkan percekcokan antara murid dan gurunya.
17
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam., Hal. 104.
18
Pada saat penyalinan Al-Qur’an yang kedua kalinya, panitia (lajnah)
penyusunan Mushaf yang di bentuk oleh Utsman melakukan pengecekan
ulang dengan meneliti kembali mushaf yang sudah di simpan di rumah
Hafsash, dengan membandingkan dengan mushaf-mushaf yang lain.
2.
Segi Politik
Ada beberapa kebijakan politik Utsman yang cukup menonjol, antara
lain:18
a.
Melanjutkan Ekspansi Wilayah Islam
Pada masa pemerintahannya, berkat jasa para panglima yang ahli
dan berkualitas, di mana peta Islam sangat luas dan bendera Islam
berkibar dari perbatasan Aljazair (Barqah dan Tripoli, Syprus di front
al-Maghrib bahkan ada sumber menyatakan sampai ke Tunisia) di alMaghrib, di Utara sampai ke Aleppo dan sebagian Asia Kecil, di
Timur Laut sampai ke Ma Wara al-Nahar – Transoxiana – dan di
Timur seluruh Persia, bahkan sampai di perbatasan Balucistan
b.
(wilayah Pakistan sekarang), serta Kabul dan Ghazni.
Membentuk Armada Laut yang Kuat
Pada masa pemerintahannya, Utsman berhasil membentuk armada
laut dengan kapalnya yang kokoh sehingga berhasil menghalau
serangan-serangan di Laut Tengah yang dilancarkan oleh tentara
Bizantium dengan kemenangan pertama kali di laut dalam sejarah
c.
Islam.
Menggiatkan Pembangunan
Utsman berjasa membangun banyak bendungan untuk menjaga arus
banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Beliau
juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan
memperluas masjid Nabi di Madinah.
Pemerintahan Utsman berlangsung selama 12 tahun, pada paruh terakhir
masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan
umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Utsman memang sangat berbeda
dengan kepemimpinan Umar. Ini karena fitnah dan hasutan dari Abdullah bin
Saba’ Al-Yamani salah seorang yahudi yang berpura-pura masuk islam. Ibnu
18
Ibid., Hal. 106.
19
Saba’ ini gemar berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lainnya untuk
menyebarkan fitnah kepada kaum muslimin yang baru masa keislamannya.
Akhirnya pada tahun 35 H/1655 M, Utsman dibunuh oleh kaum pemberontak
yang terdiri dari orang-orang yang berhasil dihasut oleh Abdullah bin Saba’.
Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat berburuk sangka
terhadap kepemimpinan Utsman adalah kebijaksanaannya mengangkat
keluarga dalam kedudukan tinggi. Yang terpenting di antaranya adalah
Marwan ibn Hakam rahimahullah. Dialah pada dasarnya yang dianggap oleh
orang-orang tersebut yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Utsman
hanya menyandang gelar khalifah. Setelah banyak anggota keluarganya yang
duduk dalam jabatan-jabatan penting, Utsman laksana boneka di hadapan
kerabatnya itu. Dia tidak dapat berbuat banyak dan terlalu lemah terhadap
keluarganya. Dia juga tidak tegas terhadap kesalahan bawahan.
Harta kekayaan negara, oleh kerabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol
oleh Utsman sendiri. Itu semua akibat fitnah yang ditebarkan oleh Abdullah
bin Saba’, meskipun Utsman tercatat paling berjasa membangun bendungan
untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kotakota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid
dan memperluas masjid Nabi di Madinah.
E. Peradaban Islam pada Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
Para pemberontak terus mengepung rumah Utsman. Ali memerintahkan
ketiga puteranya, Hasan, Husain dan Muhammad bin Ali al-Hanafiyah
mengawal Utsman dan mencegah para pemberontak memasuki rumah.
Namun kekuatan yang sangat besar dari pemberontak akhirnya berhasil
menerobos masuk dan membunuh Khalifah Utsman.19
Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-ramai membai’at Ali bin Abi
Thalib sebagai khalifah. Ali bin Abi thalib lahir pada tahun 603 M disamping
Ka’bah kota Makkah, lebih muda 32 tahun dari Nabi Muhammad SAW. Ali
termasuk keturunan Bani Hasyim. Abu Thalib memberi nama Ali dengan
19
Ibid., Hal. 110.
20
Haidarah, mengenang kakeknya yang bernama Asad. Haidarah dan Asad
dalam Bahasa Arab artinya singa. Sedangkan Nabi Muhammad memberi
nama “Ali” yang menakutkan musuh-musuhnya. Pada usia 6 tahun, Ali bin
Abi Thalib diasuh oleh Nabi Muhammad sebagaimana Nabi diasuh oleh
ayahnya, Abu Thalib. Karena mendapat didikan dan asuhan langsung dari
Nabi Muhammad SAW, maka Ali tumbuh sebagai anak yang berbudi luhur,
cerdik, pemberani, pintar dalam berbicara dan berpengetahuan luas.
Banyak hal yang terjadi selama pemerintahan yang dipimpin khalifah Ali
bin Abi Thalib, diantaranya yaitu:20
1.
Segi Politik
Dalam periode khalifah Abu Bakar dan Umar, kehidupan masyarakat
masih dalam taraf kesederhanaan seperti periode Nabi Muhammad SAW.
Rakyat masih bersatu padu dan kokoh dibawah ikatan tali persaudaraan
Islam. Mereka selalu kompak dalam semangat jihad yang ikhlas demi
kelulusan agama Islam. Keadaan ini mulai berubah sejak periode
Khalifah Usman bin Affan. Mereka mulai terpengaruh oleh hal-hal yang
bersifat duniawi, apalagi saat gubernur yang diangkat Khalifah Utsman
banyak yang tidak mampu memimpin umat dan tidak disenangi
masyarakat. Oleh karena itu Khalifah Ali bin Abi Tholib menanggung
beban yang berat dalam memimpin kaum muslimin dengan wilayah
kekuasaan yang semakin meluas.
Kebijakan-kebijakan Khalifah Ali dalam menanggulangi hal-hal
tersebut adalah:
a.
Tanah-tanah atu pemberian-pemberian yang dilakukan Khalifah
Usman bin Affan kepada famili, sanak kerabatnya dan kepada siapa
saja yang tanpa alasan yang benar atu tidak syah, ditarik kembali dan
menjadi milik Baitul Mal sebagai kekayaan negara. Hal ini
b.
dilakukan Khalifah untuk membersihkan pemerintahan.
Wali/Amir atau gubernur-gubernur penguasa wilayah yang diangkat
Khalifah Utsman diganti dengan orang-orang baru.
1) Kuwait, Abu Musa Al Asy’ari diganti Ammarah bin Syahab.
20
Ibid., Hal. 119.
21
2) Mesir, Abdullah bin Sa’ad diganti Khais bin Tsabit.
3) Basyrah, Abdullah bin Amr diganti Usnab bin Hany Al Anshori.
4) Syam (Syiria), Muawwiyah bin Abi Sofyan diganti Shal bin
Hanif.
Hal ini dilakukan Khalifah Ali, karena mereka banyak yang tidak
disenangi oleh kaum muslimin, bahkan banyak yang menganggap bahwa
mereka
itulah
yang
menyebabkan
timbulnya
pemberontakan-
pemberontakan pada masa Khalifah Utsman.
2.
Segi Pengetahuan
Sebagai
upaya
untuk
mencerdaskan
umat,
Khalifah
Ali
meningkatkan dalm Ilmu pengetahuan, khususnya ilmu yang berkaitan
dengan Bahasa Arab agar umat Islam mudah dalam mempelajari AlQur’an dan Hadits.
3.
Segi Agama
Dari segi agama, khalifah Ali bin Abi Thalib berusaha untuk
mengembalikan persatuan dan kesatuan umat Islam. Akan tetapi
usahanya ini kurang berhasil, karena api fitnah dikobarkan kaum munafik
Yahudi yang tidak menyukai Islam. Mengatur tata pemerintahan untuk
mengembalikan kepentingan umat, seperti memberikan kepada kaum
muslimin tunjangan yang diambil dari Baitul Mal sebagaimana yang
telah dilakukan Abu Bakar dan Umar.
4.
Segi Peristiwa21
Ali ibn Abi Thalib menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan
Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para pembunuh
Utsman, dan mereka menuntut bela terhadap darah Utsman yang telah
ditumpahkan secara zhalim. Ali sebenarnya ingin sekali menghindari
perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya
mau berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun
ajakan tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun
berkobar. Perang ini dikenal dengan nama Perang Jamal (Unta), karena
Aisyah dalam pertempuran itu menunggang unta, dan berhasil
21
Ibid., Hal. 127.
22
mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh, sedangkan Aisyah
ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.
Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali juga
mengakibatkan timbulnya perlawanan dari para gubernur di Damaskus,
Mu’awiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang
merasa
kehilangan
kedudukan
dan
kejayaan.
Setelah
berhasil
memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah, Ali bergerak
dari Kuffah menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara.
Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu’awiyah di Shifin. Pertempuran
terjadi di sini yang dikenal dengan nama Perang Shifin. Perang ini
diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak
menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan
ketiga, kaum Khawarij orang-orang yang keluar dari barisan Ali.
Akibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib umat
Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Mu’awiyah, Syi’ah
(golongan yang tetap setia mendukung Ali sebagai Khalifah) yang
menyusup pada barisan tentara Ali, dan al-Khawarij (orang-orang yang
keluar dari barisan Ali). Keadaan ini tidak menguntungkan Ali.
Munculnya kelompok Khawarij menyebabkan tentaranya semakin lemah,
sementara posisi Mu’awiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40
H (660 M), Ali terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij yaitu
Abdullah bin Muljam. Pembalasan kematian Utsman menjadi alasan,
meskipun Muawiyah tahu persis bahwa Ali tidak bersalah dan tidaklah
mudah untuk mencari para pelakunya dan menghukum mereka.
Muawiyah juga tahu betul bahwa Ali adalah pribadi yang
mempunyai integritas tinggi dan bahkan jika diberi kesempatan ia bisa
menyeret para pelaku pembunuhan itu. Tetapi Muawiyah, tidak begitu
berminat menuntut balas kematian Utsman kecuali menjadikannya
sebagai isu politik untuk memojokkan Ali. Beberapa sahabat Nabi seperti
Talhah, Zubair dan yang lain, yang telah banyak mengumpulkan banyak
kekayaan baik berupa harta bergerak maupun tidak, mempunyai ambisi
23
tersendiri dan mereka ingin mengontrol kebijakan negara dengan tujuan
melindungi kepentingan pribadi mereka. Motif mereka adalah untuk
merongrong kekuasaan Ali. Bahkan Zubair sendiri berhasrat menjadi
khalifah dengan dukungan Aisyah, istri Nabi.
Akibat terjadinya perselisihan pendapat dalam pasukan Ali, maka
timbullah golongan Khawarij dan Syi’ah. Khawarij adalah golongan
yang semula pengikut Ali, setelah berhenti perang Siffin mereka tidak
puas, dan keluar dari golongan Ali, karena mereka ingin melanjutkan
peperangan yang sudah hampir menang, dan mereka tidak setuju dengan
perundingan Daumatul Jandal. Mereka berkomentar mengapa harus
bertahkim kepada manusia, padahal tidak ada tempat bertahkim kecuali
allah. Maksudnya tidak ada hukumselain bersumber kepada Allah.
khawrij menganggap Ali telah keluar dari garis Islam. Karena itu orangorang yang melaksanakan hukum tidak berdasarka Kitab Allah maka ia
termasuk orang kafir.
Sebaliknya golongan kedua Syi’ah (golongan yang tetap setia
mendukung Ali sebagai Khalifah) memberi tanggapan bahwa tidak
menutup kemungkinan kepemimpinan Muawiyah bertindak salah, karena
ia manusia biasa, selain itu golongan Syi’ah beranggapan bahwa hanya
Ali satu-satunya yang berhak menjadi Khalifah.
5.
Segi Bahasa dan Ilmu Pengetahuan22
Di antara perkembangan yang ada pada masa Khalifah Ali adalah
pertama, terciptanya ilmu bahasa / nahwu (Aqidah nahwiyah),
berkembangnya ilmu Khatt al-Qur’an serta berkembangnya Sastra.
Dari semua penjelasan yang telah disampaikan sebelumnya secara
garis besar sistem perekonomian pada masa pemerintahan Khulafaur
Rasyidin adalah bertani dan berdagang setiap hari mereka disibukkan
dengan pesoalan air dan rumput. Hasil pertanian yang mereka ekspor
antara lain, kurma, kayu gaharu, buah kismis anggur dan lainnya selain
bertani, unsur terpenting dalam perekonomian mereka adalah berdagang.
22
Ibid., Hal. 130.
24
Masyarakat arab waktu itu sudah mengenal ekspor impor. Komoditas
ekspor Arab selatan dan yaman adalah dupa, kemenyan, kayu gaharu,
minyak wangi dan kulit binatang. Buah kismis anggur dan lainnya .
Komoditas yang mereka impor dari afrika timur antara lain kayu untuk
bangunan, bulu burung unta, lantakan logam mulia dan badat. Dari Asia
Selatan dan China adalah daging, batu mulia, sutra, pakaian, pedang,
rempah-rempah. Sedangkan dari negara teluk Persia mereka mengimpor
intan. Mereka memperoleh pedang dan pakaian dari asia selatan dan
china, ekspor-impor sudah dikenal sejak masa Khulafaur Rasyidin,
mereka membuka hubungan dengan negara-negara disekitar mereka.
Secara giografis Arab bertanah tandus dan didominasi oleh gurun
pasir, kendaraan yang mereka gunakan adalah unta. masyarakat
menggunakan cadar (penutup hidung) agar tidak menghirup pasir,
wilayah Arab yang kering berbatu dan sebagian besar adalah gurun pasir
mempengaruhi eatak orang Arab. Orang Arab memiliki solidaritas
internal yang sangat kuat dan sebaliknya ganas terhadap suku dan kabilah
lain. Pada masa Nabi, sifat kesukuan ini berhasil dirubah menjadi sifat
nasionalisme kenegaraan, yang awalnya mereka bangga menyebutnyebut semboyan kesukuannya menjadi berubah menjadi semboyan
islam. Pada masa Abu bakar, Umar, sifat ini timbul kembali sehingga
menimbulkan perpecahan dalam golongan Islam terutama pada masa
Ustman dan Ali. Sifat kesukuan ini yang menghancurkan umat Islam.
Pada masa Ustman, dia merangkul dan mengangkat mereka menjadi
pejabat pemerintahan, Rasulullah juga tidak pernah mengangkat salah
seorang dari Bani Hasyim untuk menduduki jabatan. Demikian pula
masa Abu Bakar dan Umar, Hal ini untuk menghindari kecemburuan
politik.23
Agama yang dianut masyarakat Arab pada masa Khulafaur Rasydin
selain Islam adalah Paganisme, yakni penyembahan terhadap berhala
yakni agama yang di anut secara turun temurun sejak jamannya Nabi
23
Ibid., Hal. 135.
25
Musa. Mereka tidak mudah melepaskan agama dari bapak dan ibu
mereka, selain itu sebagian ada yang menganut gabungan antara agama
nenek moyang mereka yakni vetersme (menyembah batu atau kayu)
mereka menyembah batu-batu besar atau pohon-pohon besar yang di
anggap keramat dan bisa memberikan perlindungan bagi mereka. Serta
tetoisme (yakni pengkultusan terhadap hewan dan tumbuhan yang di
anggap suci) seperti halnya mereka menyembah sapi betina, karena
mereka anggap suci. Dan Anemisme yakni: kepercayaan terhadap roh.
Namun tidak sedikit yang menganut ajaran hanif Nabi Ibrahim seperti
paman Nabi, yaitu Abu Thalib. Banyaknya agama yang dianut pada masa
Khulafaur Rasyidin ini di karenakan sifat orang arab yang keras sehingga
mereka tidak mudah menerima sesuatu yang baru.
Sejarah sastra Arab, mencatat banyak penyair-penyair Mu’allaqat,
diantaranya adalah tujuh orang yaitu yang terkenal dengan sebutan
(seven suspendeds poems) mereka adalah Ibnu al-Qais bin Haris al-Kindi
(500-540), Zuhair bin Abu Sulma Al-Muzani (530-627), Al Nabiqah al
Zubiani (sekitar 604), Labid bin Rabiah al-Amiri (560-661), Tarafah bin
Abdul Bakri (543-569), Antarah bin Syaddad Al-Bakri ( sekitar 580).
Banyaknya sastrawan-sastrawan Arab ini menunjukkan bahwa sastra
pada saat itu sudah sangat terkenal dan menjadi budaya orang Arab,
orang Arab sangat menghormati sastrawan. Sehingga Allah menurunkan
Al-Qur’an dengan segala keindahan syair yang terkandung dan tak ada
yang dapat menandingi syair Al-Qur’an dan kepadatan makna yang
terkandung di dalamnya. Al-Qur’an adalah kitab Allah yang memiliki
nilai sastra yang sangat tinggi dimana didalamnya terdapat makna yang
sangat padat dan mudah dipahami sehingga Al-Qur’an mudah dihafal.
Hal ini menjadi salah satu keistimewaan Al-Qur’an. Al-Qur’an
diturunkan kepada umat Islam dengan syair dan bahasa yang khas yang
dapat melemahkan hasil karya sastra pada masa itu.
26
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Khulafaur Rasyidin (bahasa Arab: )الخلفاء الراشدونatau Khalifah ArRasyidin adalah empat orang khalifah (pemimpin) pertama agama Islam, yang
dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan setelah Nabi
Muhammad wafat. Keempat khalifah tersebut dipilih bukan berdasarkan
keturunannya, melainkan berdasarkan konsensus bersama umat Islam. Sistem
pemilihan terhadap masing-masing khalifah tersebut berbeda-beda, hal tersebut
terjadi karena para sahabat menganggap tidak ada rujukan yang jelas yang
ditinggalkan oleh Nabi Muhammad tentang bagaimana suksesi kepemimpinan
Islam akan berlangsung.
Sistem perekonomian pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin adalah
bertani dan berdagang setiap hari mereka disibukkan dengan pesoalan air dan
rumput. Hasil pertanian yang mereka ekspor antara lain, kurma, kayu gaharu,
buah kismis anggur dan lainnya selain bertani, unsur terpenting dalam
perekonomian mereka adalah berdagang. Masyarakat Arab waktu itu sudah
mengenal ekspor impor.
Orang Arab memiliki solidaritas internal yang sangat kuat dan sebaliknya
ganas terhadap suku dan kabilah lain. Pada masa Nabi, sifat kesukuan ini berhasil
dirubah menjadi sifat nasionalisme kenegaraan, yang awalnya mereka bangga
menyebut-nyebut semboyan kesukuannya menjadi berubah menjadi semboyan
Islam. Pada masa Abu bakar, Umar, sifat ini timbul kembali sehingga
menimbulkan perpecahan dalam golongan Islam terutama pada masa Ustman dan
Ali. Sifat kesukuan ini yang menghancurkan umat Islam. Pada masa Ustman, dia
merangkul dan mengangkat mereka menjadi pejabat pemerintahan, Rasulullah
juga tidak pernah mengangkat salah seor