Konservasi Penyu di Pulau Derawan

Wawasan Sosial Budaya Maritim

Nama : Cicilia Oktafien Sefa
Nim

: H031171322

Topik : Wilayah Konservasi
Judul : “Konservasi Penyu Dipulau Derawan”

A. Pengantar
Pulau Derawan. Di pulau ini, sebagian keindahan pantai Indonesia tergambarkan.
Eksotisme matahari dipadu dengan birunya air laut, serta pasir yang putih di bibir pantainya.
Airnya yang bening, menampakkan warna-warni biota laut di dalamnya. Selain keindahan
pantainya dan pesona pulau yang masuk wilayah Kabupaten Berau ini, makin lengkap
dengan keberadaan penyu sisik (Eretmochelys imbricata) dan penyu hijau (Chelonia mydas).
Mereka hidup di wilayah konservasi yang luasnya mencapai 285,266 hektar. Konservasi
penyu sisik dan hijau ini berdasarkan SK Bupati Berau No 516 tahun 2013.1
Pengertian dasar dari kawasan konservasi adalah “Luas lahan daratan dan/atau laut
terutama yang diperuntukan untuk perlindungan dan pemeliharaan keanekaragaman hayati,
dan sumber daya alam yang terhubung dengan budaya yang terkait, dan dikelola melalui

penerapan hukum atau dengan cara efektif lainnya". Dari pengertian kawasan konservasi
sebagai “luas lahan daratan dan/atau lautan” dan juga berdasarkan pengkategorian kawasan
konservasi, maka Kawasan Konservasi Laut dianggap sebagai bagian dari sistem kawasan
konservasi secara keseluruhan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Kawasan
Konservasi Laut merupakan bagian dari upaya pengelolaan atau konservasi ekosistem.2
Penyu merupakan hewan reptil yang hampir seluruh masa hidupnya berada dilautan.
Penyu termasuk binatang ovipar pembuahan telur berlangsung dalam tubuh induk. Dalam
memilih pantai untuk tempat bertelur, penyu dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan
antara lain pasang suru, penutupan vegetasi, lebar dan kemiringan pantai, dan tipe pasir.
Pahlewy, Aseanty.2015. Pengembangan Wisata di Kepulauan Derawan, Akankah Mengancam
Konservasi Penyu? dalam http://www.mongabay.co.id/2015/03/10/pengembangan-wisata-dikepulauan-derawan-akankah-mengancam-konservasi-penyu/
2
Nasution, Riki Ardiansyah.2016. Konservasi Tentang Penyu (Studi Aspek Biologi Penyu Di
Kabupaten Bintan) dalam http://rikiardiansyahnst.blogspot.co.id/2016/10/makalah-konservasipenyu.html.
1

Penyu memiliki kemampuan untuk memproduksi telur dalam jumlah yang besar. Dari ratusan
telur yang dihasilkan, hanya belasan tukik (bayi penyu) yang berhasil sampai kelaut kembali
dan tumbuh dewasa.2
Ancaman utama terhadap populasi penyu adalah kegiatan manusia, seperti

pencemaran pantai dan laut, perusakan habitat peneluran, perusakan daerah mencari makan,
gangguan pada jalur migrasi, serta penangkapan induk penyu secara ilegal dan pengumpulan
telur penyu. Nilai karapas penyu sisik lebih tinggi bila dibandingkan dengan penyu hijau atau
jenis penyu yang lain karena lebih tebal atau warnanya lebih bagus. Selain itu para pengrajin
kulit, baik di Indonesia dan terlebih di Jepang cenderung memilih kulit sisik penyu sisik
sebagai bahan baku pembuatan barang-barang kerajinan untuk perhiasan badan maupun
hiasan rumah tangga. Akibatnya penyu sisik diburu di alam dan kulit sisiknya
diperdagangkan sebagai barang ekspor. Penyu harus dijaga kelestariannya salah satunya
melalui pembinaan habitat peneluran (nesting site).2
Dalam artikel ada beberapa rumusan masalah yaitu mengenai habitat penyu di pulau
Derawan, bagaimana perlindungan hukum terhadap penyu di Pulau Derawan kabupaten
Berau Kalimantan Timur, dan bagaimana upaya masyarakat dalam konservasi penyu di pulau
Derawan.
Tujuan dari penulisan artikel ini yaitu untuk mengetahui tentang habitat penyu di
pulau Derawan, untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap penyu di Pulau Derawan
kabupaten Berau Kalimantan Timur, dan untuk mengetahui upaya masyarakat dalam
konservasi penyu di pulau Derawan.
B. Metode Penulisan
Penulisan ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari berbagai referensi yaitu
jurnal dan website yang terpercaya. Awalnya saya dan teman-teman saya diberi tugas untuk

membuat artikel dengan menentukan judulnya terlebih dahulu dan saya merasa bingung
untuk menentukannya, akhirnya dengan pengalaman saya yang pernah jalan ke pulau
Derawan. Saya pun memilih judul berkaitan tentang pulau Derawan. Setelah judul yang saya
pilih diterima oleh dosen saya. Saya pun mulai mencari referensi yang awalnya mengalami
kesulitan dalam pencarian jurnal tentang konservasi penyu di pulau Derawan dan akhirnya
saya hanya mengutip jurnal tentang habitat penyu di pantai Pangumbahan. Selain itu referensi
mengenai penyu di pulau Derawan saya dapatkan dari jurnal ilmiah yang jelas penulisnya.

Sebenarnya masih banyak referensi yang perlu ditambahkan tetapi dengan keterbatasan
waktu saya hanya bisa membahas masalah dalam artikel ini dengan empat sumber yang ada.
C. Pembahasan
Penyu merupakan hewan reptil yang hampir seluruh masa hidupnya berada di lautan.
Penyu termasuk binatang ovipar, pembuahan telur berlangsung dalam tubuh induk. Dalam
memilih pantai untuk tempat bertelur, penyu dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan
antara lain pasang surut, penutupan vegetasi, lebar dan kemiringan pantai, dan tipe pasir.
Penyu memiliki kemampuan untuk memproduksi telur dalam jumlah yang besar. Dari ratusan
butir telur yang dihasilkan, hanya belasan tukik (bayi penyu) yang berhasil sampai ke laut
kembali dan tumbuh dewasa. Dari 7 jenis penyu yang ada di dunia, 6 diantaranya hidup di
perairan Indonesia yaitu penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu hijau (Chelonia
mydas),penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu

tempayan (Caretta caretta), dan penyu pipih (Natator depressus). Penyu hijau termasuk jenis
penyu yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Semua jenis penyu dikelompokan sebagai
endangered species dalam IUCN (International Union for the Conservation of Nature and
Natural Resources) Red List yakni spesies yang dalam waktu dekat sangat beresiko
mengalami kepunahan, Sehingga konservasi penyu hijau merupakan suatu tindakan yang
sangat penting dan mendesak untuk dilakukan.3
Menurut

Badan

Lingkungan

Hidup

(BLH)

Pemerintah

Kabupaten


Berau

menyebutkan bahwa “Penyu merupakan hewan yang dilindungi di Berau, dengan
berdasarkan pada berbagai macam peraturan yang berkenaan dengan perlindungan satwa
Selanjutnya menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Pemerintah Daerah Berau, “Penyu tidak
hanya dilindungi di wilayah Berau tapi seluruh dunia melindungi satwa tersebut. Menurut
Yayasan Penyu Kabupaten Berau, “Penyu adalah hewan yang dilindungi, mengenai peraturan
khusus yang mengatur tentang perlindungan penyu, belum ada peraturan daerah yang
mengatur khusus, hanya beberapa Surat Keputusan Bupati. Secara nasional, peraturan
perundang-undangan sudah jelas ada misalnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan beberapa Peraturan

3

Panjaitan, Rina Agustina, Iskandar dan Syawaludin Alisyahbana H., 2012.
Hubungan Perubahan Garis Pantai Terhadap Habitat Bertelur Penyu Hijau (Chelonia Mydas)
Di Pantai Pangumbahan Ujung Genteng, Kabupaten Sukabumi. Vol 3. ISSN : 2088-3137

Pemerintah. Konservasi Sumber Daya Alam Hayati adalah pengelolaan sumber daya alam
hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan

persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan
nilainya. Tujuan Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya adalah
mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan
ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat
dan mutu kehidupan manusia. Peraturan-peraturan yang menjadi dasar pemerintah dalam
pelaksanaan perlindungan hukum terhadap penyu di Kabupaten Berau adalah UndangUndang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan
Ekosistemnya,Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa , Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Pemanfaatan
Jenis Tumbuhan dan Satwa, Convention on International Trade of Endangered Species of
Flora and Fauna (CITES), serta Instruksi Bupati Berau Nomor 660/2346-UM/XII/2001.
Adapun wilayah yang menjadi wilayah Konservasi di Kabupaten Berau adalah Pulau
Sangalaki dan Pulau Derawan, yang dilakukan sejak adanya Instruksi Bupati Berau Nomor
660/2346-UM/XII/2001 Tentang Full Protect terhadap Dua Pulau yaitu Pulau Sangalaki dan
Pulau Derawan, juga Surat Keputusan Bupati Nomor 70 Tahun 2004 tentang Penetapan
Pulau Kakaban sebagai Kawasan Konservasi Laut (KKLD), dan Taman Wisata Alam Laut
Pulau Sangalaki dan Suaka Margasatwa Pulau Semama, sejak tahun terbitnya Surat
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 604/Kpts/UM/1982. 4
Upaya konservasi penyu tak akan pernah cukup jika hanya dilakukan di lokasi
peneluran saja, karena penyu adalah satwa bermigrasi. Penyu yang telah mencapai usia

dewasa di suatu ruaya peneluran (foraging round) akan bermigrasi ke lokasi perkawinan dan
pantai peneluran (breeding and nesting migration). Setelah mengeluarkan semua telurnya,
penyu betina akan kembali bermigrasi ke ruayapakannya masing-masing (post-nesting
migration). Demikian pula halnya dengan penyu jantan, yang akan bermigrasi kembali ke
ruaya pakannya setelah selesai melakukan perkawinan. Pengetahuan tentang jalur migrasi
penyu diperoleh dengan penerapan teknik penelusuran menggunakan satelit telemetri. Di
Indonesia, studi ini dilakukan secara intensif pada jenis penyu hijau, abu-abu dan belimbing.4
4

Adrianto, Nova. 2012. Perlindungan Hukum Terhadap Penyu Di Pulau Derawan Kabupaten Berau
Kalimantan Timur

D. Penutup
Dari analisis terhadap hasil temuan di lapangan, maka beberapa hal yang dapat
disimpulkan bahwa penyu merupakan hewan reptil yang hampir seluruh masa hidupnya
berada di lautan. Tujuan Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya adalah
mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan
ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat
dan mutu kehidupan manusia. Peraturan-peraturan yang menjadi dasar pemerintah dalam
pelaksanaan perlindungan hukum terhadap penyu di Kabupaten Berau adalah UndangUndang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan

Ekosistemnya,Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa , Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Pemanfaatan
Jenis Tumbuhan dan Satwa, Upaya konservasi penyu tak akan pernah cukup jika hanya
dilakukan di lokasi peneluran saja, karena penyu adalah satwa bermigrasi.
Saran saya adalah masyarakat pulau Derawan perlu mengetahui bagaimana habitat
penyu dan cara konservasi penyu, begitu pula dengan pemerintah perlu mendukung
konservasi penyu di pulau Derawan dengan membantu masalah yang dihadapi masyarakat
dengan tetap menjalankan perlindungan hukum terhadap penyu di pulau Derawan.
E. Daftar Pustaka
Pahlewy, Aseanty.2015.Pengembangan Wisata di Kepulauan Derawan, Akankah mengancam
Konservasi Penyu? dalam http://www.mongabay.co.id (diakses tanggal 19 November
2017).
Nasution, Riki Ardiansyah.2016. Konservasi Tentang Penyu (Studi Aspek Biologi Penyu Di
Kabupaten Bintan) dalam http://rikiardiansyahnst.blogspot.co.id (diakses tanggal 19
November 2017).
Panjaitan, Rina Agustina, Iskandar dan Syawaludin Alisyahbana H., 2012.Hubungan
Perubahan Garis Pantai Terhadap Habitat Bertelur Penyu Hijau (Chelonia Mydas) Di
Pantai Pangumbahan Ujung Genteng, Kabupaten Sukabumi.3(3). 311-320. ISSN : 20883137.
Adrianto, Nova. 2012. Perlindungan Hukum Terhadap Penyu Di Pulau Derawan Kabupaten

Berau Kalimantan Timur. Jurnal Ilmiah. Samarinda