Asma and Hipersekresi Bronkial pada

MAKALAH PATOFISIOLOGI
“Asma dan Hipersekresi Bronkus”

Disusun Oleh:
Kelompok 2
DII Keperawatan Malang 1B
1. Ayu Sukma Imania Islam

(1501100045)

2. Rahmad Wijaya

(1501100051)

3. Reni Setia Gustina

(1501100059)

4. Rizky Ayu Wulandari

(1501100078)


KEMENTRIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
Jalan Besar Ijen 77 C Malang Telp. (0341) 566075
Juni 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asma adalah penyakit yang ditandai dengan penyempitan saluran napas sehingga
penderita mengalami keluhan sesak napas atau kesulitan bernapas. Tingkat
keparahan asma ditentukan dengan mengukur kemampuan paru dalam
menyimpan oksigen. Asma merupakan penyakit yang tidak bisa dianggap sepele.
Berdasarkan data WHO tahun 2006, sebanyak 300 juta orang menderita asma dan
225 ribu penderita meninggal karena asma di seluruh dunia. Angka kejadian asma
80% terjadi di negara berkembang akibat kemiskinan, kurangnya tingkat
pendidikan, pengetahuan dan fasilitas pengobatan. Angka kematian yang
disebabkan oleh penyakit asma di seluruh dunia diperkirakan akan meningkat 20
persen untuk sepuluh tahun mendatang, jika tidak terkontrol dengan baik.
Hipersekresi bronkus merupakan berlebihnya sekresi di dalam bronkus dan

merupakan tanda atau gejala dari penyakit yang lebih parah pada saluran
pernapasan seperti bronkitis, asma, atau ISPA.
Berdasarkan fenomena tersebut di atas, maka penyusun akan membahas lebih
lanjut tentang penyakit asma dan hipersekresi bronkus. Sehingga masyarakat
lebih memahami tentang penyakit asma dan hipersekresi bronkus, faktor yang
mempengaruhinya serta hal-hal apa yang dilakukan untuk perawatan penyakit
asma dan hipersekresi bronkus.
1.2 Tujuan Penulisan
Menjelaskan definisi, etiologi, patogenesis, dan patofisiologi serta gambaran
makroskopis mengenai asma dan hipersekresi bronkus.

2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asma
A. Definisi
Menurut Somantri, 2009 Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial
yang memunyai ciri bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran
napas) terutama pada percabangan trakeobronkial yang dapat diakibatkan oleh

berbagai stimulus seperti oleh faktor biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik,
psikologi.
Menurut Scadding dan Godfrey, 2010 asma merupakan penyakit yang ditandai
oleh variasi luas dalam waktu yang pendek terhambatnya aliran udara dalam
saluran napas paru yang bermanifestasi sebagai serangan batuk berulang atau
mengi dan sesak napas.
Menurut Marni, 2014 asma adalah obstruksi reversible yang ditandai dengan
peningkatan responsivitas dan inflamasi jalan napas.
Menurut diskusi kelompok kami, asma adalah gangguan pada saluran
bronkhial yang ditandai dengan peningkatan responsivitas dan inflamasi jalan
napas bermanifestasi sebagai serangan batuk berulang atau mengi dan sesak
napas.
B. Etiologi
Menurut Lippincott Williams & Wilkins, 2003 terdapat dua macam penyebab
dari asma, yaitu alergen ekstrinsik dan alergen intrinsik.
Alergen Ekstrinsik. Meliputi :
a. Polen (tepung bunga sari), Bulu binatang, Debu rumah atau kapang,
Bantal kapuk atau bulu.

3


Alergen dapat meningkatkan IgE dalam tubuh penderita yang
merupakan pencetus terjadinya asma.
b. Zat aditif pangan yang mengandung sulfit
Sulfit

biasanya

terdapat

pada

pengawet

makanan.

Dapat

meningkatkan kadar IgE dalam tubuh yang bisa menimbulkan efek
alergi.

c. Obat-obatan tertentu (mis. Aspirin, NSAID, resptor beta 2)
Obat obatan tersebut dapat menjadi faktor pemicu dari asma yang
dapat

meningkatkan

kadar IgE

dalam

tubuh yang

dapat

mengakibatkan timbulnya asma.
Alergen Intrinsik. Meliputi :
a. Stres emosi, Kecemasan
Respon emosional yang negatif mengganggu sistem pengaturan
hipotalamus. Emosi dapat menginduksi suatu keadaan hiporesponsif
hipotalamus yang dapat mengaktifkan sympathetic nervous system

sehingga merangsang reseptor adrenergik beta 2 melepaskan histamin.
(Eddy Surjanto, Yusup & Natalie, 2016)
b. Kelelahan
Kelelahan dapat mengakibatkan bronkokontriksi yang sering timbul
akibat hiperreaktivitas saluran pernapasan. (Isnaniyah, Eva &
Khaisyar, 2015)
c. Perubahan suhu
Suhu dingin dapat mengakibatkan bronkokontriksi yang apat
mempersempit jalan napas dan menimbulkan asma. (Efka Z, 2009)
d. Pajanan asap yang berbahaya

4

Pajanan asap mengandung gas sisa pembakaran berupa CO2 karena
afinitas CO2 terhadap hemoglobin jauh lebih inggi daripada afinitas
O2.sehingga

hemoglobin

cenderung


mengikat

CO2

yang

mengakibatkan kadar O2 dalam tubuh menurun, proses pernapasan
terganggu

sehingga

menyebabkan

sesak

nafas.

(Dr.


Yusi

Capriyanti,2015)
f. Faktor genetik
Kecenderungan produksi IgE yang berlebihan pada seseorang
diakibatkan oleh genetik. Seseorang yang mempunyai kecenderungan
ini disebut mempunyai sifat atopi. (Isnaniyah, Eva & Khaisyar, 2015)
C. Patogenesis
Menurut Kowalak Welsh Mayer (2003), terjadinya asma disebabkan karena
dinding bronkus mengadakan reaksi berlebihan terhadap berbagai rangsangan
sehingga terjadi spasme otot polos dan menimbulkan konstriksi jalan napas
berat. Ketika alergen masuk, akan merangsang Limfosit B untuk mengeluarkan
antibodi IgE yang abnormal, yang selanjutnya IgE akan berikatan dengan
alergen tersebut. Ikatan tersebut menstimulasi sel mast sehingga mengalami
degranulasi dan melepskan mediator penyebab asma seperti histamin, dan
leukotrien.
Histamin terikat pada tempat tempat reseptor adrenergik beta 2 pada bronkus
dan menyebabkan pembengkakan pada otot polos. Membran mukosa
mengalami inflamasi, iritasi dan pembengkakan. Histamin juga menstimulasi
sel goblet mensekresi mukus yang lengket.

Leukotrien menyebabkan kontraksi yang berlebihan pada otot polos sehingga
terjadilah bronkokontriksi dan menyebabkan penderita sulit bernapas.

5

6

D. Patofisiologis
Menurut Kowalak Welsh Mayer, 2003 patofisiologi dari Asma adalah
a. Hipoksemia
Terjadi penyempitan saluran napas akibat dari obstruksi jalan napas yang
dikarenakan kombinasi spasme otot bronkus, penyumbatan oleh mukus,
oedema mukosa bronkus, dan inflamasi dinding bronkus sehingga tekanan
partial oksigen pada peredaran darah ikut menurun, dengan demikian
oksigen pada peredaran darah juga menurun.
b. Hipoventilasi
CO2 mengalami retensi pada alveoli, sehingga kadar CO2 dalam peredaran
darah meningkat yang memberikan rangsangan pada pusat pernapasan
sehingga terjadi hipoventilasi.
c. Asidosis Respiratorik

Pada saat inspirasi, lumen bronkus yang sempit masih dapat sedikit
mengembang sehingga udara dapat masuk kedalam alveoli. Pada saat
ekspirasi, peningkatan tekanan intratorakal menyebabkan penurunan lumen
bronkus. Sehingga tubuh tidak dapat mengeluarkan CO2 menurunkan PH
darah.
d. Hipoksia Anemik
Keadaan dimana hemoglobin tidak dapat mengikat atau membawa oksigen
yang cukup untuk metabolisme seluler , seperti terlalu banyak CO 2 dalam
tubuh, karena afinitas CO2 terhadap hemoglobin jauh lebih inggi daripada
afinitas O2 dengan hemoglobin. (Idries, Abdul, 1997)

7

1.1.5 Gambaran Makroskopis
(Sumber: Dahlan S, 2000)

2.2 Hipersekresi Bronkus
A. Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) hipersekresi bronkus adalah
sekresi lendir berlebihan pada daerah bronkus saluran napas.

Adanya hipersekresi bronkus dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya
gangguan pernapasan dikarenakan dapat menghambat perjalanan oksigen (O2)
dan karbondioksida (CO2). Contoh gangguan pernapasannya antara lain: Asma
dan bronkitis.
B. Etiologi
Hipersekresi Bronkus disebabkan oleh:
1) Asap rokok dan debu

8

Menurut Risna Annisa (2012), asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan
hipersekresi lendir dan inflamasi. Karena iritasi yang konstan ini, kelenjarkelenjar yang mengsekresi lendir dan sel-sel goblet meningkat jumlahnya,
fungsi silia menurun, dan lebih banyak lendir yang dihasilkan akibatnya
bronkus menjadi menyempit dan tersumbat.
Menurut Robbins dan Contran (2010), Tiap isapan rokok dapat menjadi
faktor penyebab hipersekresi bronkial. Rokok berpotensi merusak bulu-bulu
kecil di dalam alveolus yang disebut rambut silia. Rambut silia berfungsi
menyapu keluar debu, iritasi, dan mukosa atau lendir yang berlebihan.
Setelah beberapa lama, kandungan rokok bisa menyebabkan kerusakan
permanen pada silia dan lapisan dinding bronkus. Saat ini terjadi, kotoran
tidak bisa dikeluarkan dan dibuang dengan normal. Dahak dan kotoran yang
menumpuk di dalam paru-paru membuat sistem pernapasan menjadi lebih
rentan terserang infeksi.
2) Virus
Menurut

Tabrani

Rab,

2010,

kuman

Haemophilus

influenza

dan

Streptococcus neumonia menghasilkan mukus yang purulen sehingga
menyebabkan terjadinya hipersekresi pada bronkus.
3) Alergi
Menurut Frank E. Lucente (2011), anak-anak yag kurang dari 3 tahun belum
memiliki kadar IgE yang memadai untuk menimbulkan reaksi alergi. Namun,
bayi bahkan dapat menderita intolerensi makanan yang tidak diperantai IgE
(terutama terhadap protein tinggi).
Sebagian

pada

bayi

sering

terjadi

hipersekresi

bronkus

sehingga

menyebabkan suara grok-grok pada saat tidur. Hal ini terjadi karena infeksi
ringan yang belum terdeteksi secara jelas. Namun, biasanya ini disebabkan
oleh makanan atau minuman yang dikonsumsinya seperti susu sapi atau susu
formula.

9

C. Patogenesis
Menurut Kowalk Welsh Mayer, 2011 Hipersekresi bronkus adalah salah satu
gejala dari asma yang biasa dikenal dengan nama hiperreaktivitas bronkus.
Keadaan ini terjadi akibat beberpa alergen yang masuk dalam tubuh sehingga
mempengaruhi Limfosit B menghasilkan IgE. IgE yang berikatan dengan
alergen akan menstimulasi sel mast mengeluarkan histamin H1 yang
mengakibatkan kontraksi otot polos pada bronkus, meningkatkan permeabilitas
pembuluh darah sekitar saluran napas dan sekresi mukus yang berlebihan pada
bronkus yang disebut sebagai hipersekresi bronkus. Alergen yang masuk juga
memengaruhi sel globet memproduksi mukus berlebih sebagai respon tubuh
terhadap alergen.
Menurut Tabrani Rab, 2010 Hipersekresi bronkus dapat menyebabkan penyempitan
pada saluran bronkus, sehingga diameter bronkus ini menebal lebih dari 30-40% dari
tebalnya dinding bronkus yang normal. Sekresi dari sel goblet bukan saja bertambah
dalam jumlahnya akan tetapi juga lebih kental sehingga menghasilkan substansi yang
mukopurulen. Permukaan bronkus senantiasa terinfeksi, oleh karena itu, mekanisme
untuk membersihkan bronkus melalui silia menjadi hilang dan sulit.

Alergen

Limfosit B menghasilkan IgE abnormal

IgE + Alergen

Menstimulasi Sel Mast

Histamin

Sekresi Mukus Bradikanin
(Pembengkakan otot polos)

10

D. Patofisiologi
1) Menurut Rogers (2001), pertukaran gas terganggu dan clearance
mukosaliar berkurang, mendorong kolonisasi bakteri dan eksaserbasi
penyakit hipersekresi mukus dapat menyebabkan morbiditas pada pasien ini.
2) Hipoksemia
Menurut W. Sudoyo (2006), tertutupnya saluran napas oleh mukus tidak
memungkinkan terjadinya pertukaran gas. Hal ini menyebab hipoksemia dan
kerja otot-otot pernapasan menjadi berat serta terjadinya peningkatan CO2.
Peningkatan CO2 yang disertai dengan penurunan ventilasi alveolus
menyebabkan retensi CO2.
Karena hipoksemia yang berlangsung lama menyebabkan peredaran darah
tanpa melalui unit pertukaran gas yang baik yang mengakibatkan
memburuknya hiperkapnia.
3)Sel silia pada bronkus tidak peka
Dengan adanya hipersekresi bronkus menyebabkan sel-sel bersilia pada
bronkus tidak menjadi peka hal ini disebabkan karena tertutupi mukus yang
berlebihan sehingga sel-sel bersilia sulit untuk bergerak. Di samping dengan
banyaknya mukus, penyempitan bronkus juga menyebabkan sel-sel bersilia
semakin sulit untuk bergerak.
E. Gambaran Makroskopis
(Sumber:
http://penyakitbronkitis.com/)

11

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asma adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas pada saluran bronkhial yang
mempunyai ciri kontraksi spasme pada saluran napas terutama pada
percabangan trakeobronkial yang dapat diakibatkan oleh berbagai stimulus
seperti oleh faktor biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik, psikologi.
Penyebab terjadinya asma dapat disebabkan dari dalam (intrinsik) dan luar
(ekstrinsik).
Hipersekresi bronkus adalah sekresi lendir berlebihan pada daerah bronkus
saluran napas. Hipersekresi ini merupakan tanda atau gejala dari penyakit yang
lebih parah pada saluran pernapasan seperti bronkitis dan asma.

12

DAFTAR PUSTAKA
Kowalak., 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
McPhee, J. Stephen., & Ganong, F. Wiliam., 2011. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
Price, A. Sylvia., 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Jakarta: Buku Kedokteran
Dahlan S, 2000, Ilmu Kedokteran Forensik, Pedoman Bagi Dokter. Jawa Tengah:
Badan Penerdit Undip
Annisa, Risna. 2012. Histologi Hidung. Jakarta: Academia.edu
Robbins & Contran, 2010. Dasar Patologis Penyakit, Ed. 7. Jakarta: EGC.
Sudoyo, Aru W. dkk, 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI
Tim Penyusun Pusat. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
http://kamuskesehatan.com/arti/patogenesis/
Kowalak Welsh Mayer, 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
Eddy Surjanto, Yusup & Natalie. 2016. Peran Stres Pada Serangan Asma. Solo:
Fakultas Kedokteran Univ Sebelas Maret.
(fk.uns.ac.id/index.php/penelitiandosen/detail/peran-stress-pada-seranganasma)
Isnaniyah, Eva & Khaisyar,. 2015. Faktor Risiko dan Faktor Pencetus yang
Mempengaruhi Kejadian Asma pada Anak di RSUP DR. M Djamil Padang.
Padang: Jurnal Kesehatan Andalas
Idries, Abdul, 1997, Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Binarupa
Aksara
Yusi,Capriyanti, 2015, www.alodokter.com/komunitas/topic/sesak-napas-3/
Marintan Widi, 2016, m.vemale.com/topik/tanaman-obat/29103-mengapa-udaradingin-dan-lingkungan-lebab-picu-penyakit-asma.html

13

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3