DISTORSI PASAR MENURUT ANALISIS TEORI
DISTORSI PASAR MENURUT ANALISIS TEORI PASAR ISLAMI
Jenis tugas
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah
Dosen Pengampu
:
Ekonomi Mikro Islam
:
Dr. Muchlis M,SI
Disusun Oleh :
M. Labib Fahmi Arif
(132411194)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
TAHUN 2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar merupakan tempat dimana bertemunya pedagang dan pembeli, membahas tentang
pasar dalam ilmu ekonomi terdapat beberapa teori yang berhubungan denganya, seperti teori
penawaran ataupun teori permintaan yang berikutnya akan muncul adanya harga pasar atau
keseimbangan pasar yaitu dimana adanya kesepakatan antara pedagang dan pembeli dalam hal
harga ataupun kuantitas, keseimbangan pasar tersebut dimaksudkan untuk memaksimalkan
kesejahteraan sosial antar agen ekonomi
Hal tersebut senada dengan pandangan ekonomi yang memandang bahwa pasar, negara,
dan individu berada dalam keseimbangan (iqtishad), tidak boleh ada sub-ordinat yang dapat
menjadikan salah satunya dominan dari yang lain. dalam Islam pasar dijamin kebebasannya
dalam menentukan cara-cara produksi dan harga, tidak boleh ada gangguan yang mengakibatkan
rusaknya keseimbangan pasar.
Namun keadaan pasar yang ideal tesebut seringkali tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan karena seringkali adanya gangguan-gangguan dalam realita lapangan yang
menjadikan kondisi tersebut menjadi tidak efisien dan merusak mekanisme pasar yang sudah
tersusun rapi, gangguan-gangguan inilah yang disebut dengan Distorsi Pasar. Dalam lampiran
ini penulis akan menjelaskan sedikit hal tentang distorsi pasar dengan analisis teori pasar islami
atau bagaimana pandangan islam dengan distorsi pasar tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mekanisme pasar islami itu?
2. Apa itu distorsi pasar serta bagaimana pandangan islam tentang hal tersebut?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mekanisme Pasar dalam Islam
Pengertian tentang pasar sudah dijelaskan secara singkat di atas tadi, tetapi ada pendapat lain
yang lebih lengkap dalam mendefinisikanya, bahwa pasar adalah suatu tempat atau proses
interaksi antara permintaan (pembeli) dan penawaran (penjual) dari suatu barang/jasa tertentu,
sehingga akhirnya dapat menetapkan harga keseimbangan (harga pasar) dan jumlah yang
diperdagangkan.
Harga keseimbangan ini ditetapkan oleh kesepakatan antara pihak penjual dan pembeli tanpa
adanya intervensi dari pihak luar, atau meminjam teori “Invisible Hand” yang dikemukakan oleh
Adam smith dalam bukunya “The Wealth of Nation (1776)”, teori tersebut mengatakan bahwa
harga pasar terbentuk secara natural karena adanya kompetisi bebas antara kekuatan penawaran
(distributor atau penjual) dan kekuatan permintaan (penjual) akan menghasilkan relativitas atau
kemungkinan terbaik dalam transaksi, agar tercipta harga yang wajar sebagai wujud
keseimbangan tersebut, bahkan penggagas teori tersebut berpendapat bahwa teorinya akan
berjalan dengan baik jika tidak ada kekuatan pemerintah yang ikut campur tanan, karena
menurutnya pemerintah hanya menghambat jalanya perekonomian.
Dalam konsep pasar islami ada kesamaan dengan teori penentuan keseimbangan harga
tersebut, malah ada yang berpendapat bahwa teori yang dikemukakan Adam Smith itu
terinspirasi dari salah satu pendapat ulama islam tentang harga pasar yang ditentukan juga oleh
“tangan yang tidak terlihat” berdasar pada salah satu hadits Nabi Muhammad, dalam hadits
tersebut diriwayatkan sebagai berikut : “Harga melambung pada zaman Rasulullah SAW. Orangorang ketika itu mengajukan saran kepada Rasulullah dengan berkata: “Ya Rasulullah hendaklah
engkau menentukan harga”. Rasulullah SAW. bersabda: ”Sesungguhnya Allah-lah yang
menentukan harga, yang menahan dan melapangkan dan memberi rezeki. Sangat aku harapkan
bahwa kelak aku menemui Allah dalam keadaan tidak seorang pun dari kamu menuntutku
tentang kedzaliman dalam darah maupun harta.”
Dalam hadits tersebut Rasulullah SAW sebagai pemimpin ummat pun tidak berkenan untuk
menentukan harga dan mengatakan bahwa hanya Allah-lah yang berhak menentukan harga, hal
tersebut menunjukkan bahwa ketentuan harga itu diserahkan kepada mekanisme pasar yang
alamah atau bergantung kepada kehendak Allah (sunnatullah) atau dalam hal ini kita
menyebutnya hukum supply and demand, hadits inilah yang mendasari munculnya teori ekonomi
Islam mengenai harga.
Membahas bagaimana mekanisme pasar islami tidak akan terlepas dari prinsip-prinsip yang
mendasari berjalanya pasar dalam islam tersebut, adapun prinsip-prinsip yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
a. Al-Ridha
Segala transaksi yang dijalankan harus berdasar prinsip saling rela antara kedua
pihak Mu’aqqidain, berdasar pada firman Allah SWT :
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. (QS. an-Nisa’:29)
b. Fair competition (persaingan yang sehat)
Dalam berkompetisi pada hal apapun kita sudah diajarkan untuk tidak curang
begitu juga dalam urusan transaksi dalam pasar, kita tidak boleh membesarkan
ego demi kepentingan sendiri dengan meraup keuntungan yang sebesar-besarnya
tanpa peduli nasib yang lain, kecurangan dalam pasar ini contohnya menimbun
atau menipu.
Dalam al-Qur’an kecurangan macam apapun diancam akan celaka oleh Allah:
Artinya: Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang.(QS. alMuthaffifin:1)
c. Honesty (kejujuran)
Kejujuran merupakan pilar yang sangat penting dalam Islam, Islam melarang
tegas melakukan kebohongan dan penipuan dalam bentuk apapun. Sebab, nilai
kebenaran ini akan berdampak langsung kepada para pihak yang melakukan
transaksi dalam perdagangan dan masyarakat secara luas.
d. Keterbukaan serta keadilan
Dalam konsep pasar islami tidak diperbolehkan adanya transaksi yang
mengakibatkan kerugian pada pihak satu dan keuntungan didapat oleh pihak yang
lain serta tidak diperbolehkan menutupi kecacatan suatu barang yang hendak
dijualnya, dalam pasar islami semuanya harus dilakukan secara adil dan
transparan agar tidak adanya kesalahfahaman dan terjadinya kedholiman antar
masing-masing pihak. Tentang keadilan ini sudah dijelaskan dalam al-Qur’an:
ْ َُوأَوْ ف
وا ْال َكي َْل َو ْال ِمي َزانَ بِ ْالقِسْط
Artinya: Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil.
(QS. al-An’am:152)
B. Pandangan islam tentang distorsi pasar
Kata distorsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti pemutarbalikan suatu
fakta, aturan, atau penyimpangan dari sebuah aturan yang sudah ada. Sedangkan pengertian dari
pasar sekiranya sudah diterangkan dengan jelas di atas.
Dari kedua kata tersebut menimbulkan kesimpulan arti bahwa distorsi pasar adalah hal yang
menyebabkan kondisi pasar menjadi tidak efisien serta menggangu para agen ekonomi dalam
memaksimalkan kesejahteraan sosial, ataupun pengertian lain yang menyebutkan distorsi pasar
adalah fakta lapangan yang menyimpang dari teori-teori mekanisme pasar yang seharusnya
dilakukan.
Ekonomi islam menganggap distorsi pasar inilah yang menyebabkan adanya kecurangan
serta kedholiman di dalam pasar, ia mengenditifikasi distorsi pasar tersebut dalam 3 bentuk :
1. Rekayasa Permintaan dan Rekayasa Penawaran
Salah satu penyebab adanya distorsi pasar adalah karena timbulnya rekasa pada salah satu
hal baik dalam segi permintaan ataupun penawaran, adapun bentuk dari rekayasa tersebut
menurut islam antara lain :
a) Ba’i Najasy; adalah tindakan menciptakan false demand (permintaan palsu),
dengan membuat seakan-akan ada banyak permintaan terhadap suatu produk miliknya,
sehingga harga jual barang yang diinginkan akan naik harganya. Biasanya penjual
semacam ini menyuruh orang lain untuk memuji dan menawar barangnya dengan harga
yang tinggi agar ada orang yang ikut tertarik dengan barang tersebut, tapi ia tak ada
maksud untuk membelinya karena tujuan utama perbuatanya hanya untuk menipu
pembeli lainagar ikut membeli dengan harga tinggi pula, hal ini terjadi karena
sebelumnya sudah ada kerjasama antara penjual dan pihak ketiga tadi untuk melakukan
upaya-upaya penipuan tadi, yaitu :
Menyebar isu yang dapat menarik orang lain untuk membeli barang
Melakukan order pembelian semu untuk memunculkan efek psikologis orang lain
untuk membeli dan bersaing dalam harga .
Melakukan pembelian pancingan sehingga tercipta sentiment pasar. Bila harga
sudah naik sampai level yang dinginkan, maka yang bersangkutan akan
melakukan aksi ambil untung dengan melepas kembali barang yang sudah dibeli.
b) Ihtikar; seringkali diterjemahkan sebagai monopoli atau penimbunan secara umum,
padahal sebenarnya ikhtikar tidak selalu identik seperti itu. Jika ihtikar hanya identik
dengan makna tersebut maka islam akan melarangnya padahal dalam islam siapapun
boleh melakukan monopoli yaitu dengan berbisnis tanpa peduli apakah ia satu-satunya
penjual atau ada penjual selain dia. Selain itu, menyimpan stok barang untuk keperluan
persediaaan pun tidak dilarang dalam islam.
Ihktikar yang dimaksud disini yaitu monopoli serta menimbun barang dengan
maksud untuk mengambil keuntungan diatas keuntungan normal yang dapat merusak
mekanisme pasar dengan cara menjual barang lebih sedikit untuk harga yang lebih tinggi.
Atau dalam ekonomi dikenal dengan istilah monopoly’s rent-seeking.
c) Talaqqi Rukban; Tindakan yang dilakukan oleh pedagang kota untuk mendapatkan
harga yang lebih murah dari harga pasar yang sesungguhnya dengan cara membeli barang
dari petani atau pemasok dari luar kota sebelum masuk ke dalam pasar (mencegat barang
tersebut), dalam islam memang diperbolehkan mencari barang yang lebih murah ketika
membeli tapi bukan karena hal tersebut transaksi semacam ini dilarang.
Ada dua hal yang menyebabkan diharamkanya bertransaksi Talaqqi Rukban, pertama
karena adanya rekayasa penawaran dengan bentuk mencegah barang barang masuk ke
pasar, kedua mencegah penjual dari luar kota untuk mengetahui harga pasar yang berlaku
di kotanya.
Secara garis besar transaksi ini dilarang karena adanya ketidak adilan serta
kedholiman pada salah satu pihak, karena pada pihak satu tidak mengetahui informasi
harga seseungguhnya sedangkan pihak yang lain mempunyai informasi harga yang sangat
lengkap tetapi tidak menginformasikan harga yang sebenarnya bahkan bertujuan menipu
dengan harga yang palsu.
Dasar pelarangan transaksi ini adalah hadits Nabi yang berbunyi:
يالقواالرببان ويابع حاضرلباد,,قا رلو ل صل ل عليه ولل: عن طاوس ابن عباس رضا ل عنهما قا
Artinya: Diriwayatkan dari Thaawus bin ‘Abbas r.a berkata : Rasulullah SAW telah
bersabda, Janganlah kalian mencegat kendaraan pembawa barang (barang dagangan)
dan jagn pula orang kota bertransaksi dengan orang desa
2. Tadlis
Tadlis atau penipuan adalah kondisi dimana ketidaktahuan salah satu pihak yang
bertransaksi, hal ini yang menyebabkan kondisi pasar menjadi tidak ideal. Pasar dapat
disebut ideal ketika penjual dan pembeli mempunyai informasi yang sama tentang barang
akan diperjual belikan. Sedangkan apabila ada ketidak samaan informasi pada salah satu
pihak maka akan terjadi kecurangan/penipuan dan salah satu pihak akan merasa
dirugikan. Tadlis dapat terjadi pada 4 hal :
Tadlis pada kuantitas; contohnya bila salah satu pihak (penjual) mengurangi
taksiran barang yang sudah disepakati dan hanya penjual yang mengetahuinya ,
hal yang dilakukan tersebut akan menyebabkan adanya ketidak relaan pada pihak
pembeli jikasi pembeli mengetahuinya juga.
Tadlis pada kualitas; misalnya pihak penjual sudah mengetahui bahwa barang
yang dijualnya memiliki kecacatan tetapi ia menutup-nutupi hal tersebut agar si
pembeli tidak mengetahuinya dan si penjual dapat menjualnya dengan harga yang
sewajarnya seperti harga barang yang baik kualitasnya.
Tadlis pada harga; dalam hal ini semisal penjual memanfaatkan ketidak tahuan
dari harga barang yang ingin dibelinya sehingga pihak penjual dapat menjualnya
dengan harga yang tinggi melebihi harga pasar yang berlaku dan mendapatkan
keuntungan yang tidak wajar.
Tadlis pada waktu penyerahan barang; penipuan semacam ini terjadi ketika si
penjual menutupi kemampuan dirinya dalam waktu penyerahan barang semisal
pada akad istishna’, pihak penjual berjanji pada si pembeli untuk menyelesaikan
barang yang dipesan dalam 1 bulan padahal penjual tersebut tahu bahwa ia tidak
bisa menyelesaikan barang itu dalam jangka waktu yang sudah disepakati tadi.
3. Taghrir
Taghrir dapat diartikan ketidakpastian, taghrir mempunyai kemiripan dengan tadlis,
dalam tadlis ketiadaan informasi hanya pada salah satu pihak, sedangkan dalam taghrir
ketidak jelasan terjadi pada kedua belah pihak ataupun keduanya tidak memiliki
informasi akan barang yang akan saling ditransaksikan. Seperti halnya pada tadlis, taghrir
juga terjadi dalam 4 hal:
Taghrir dalam kuantitas; contohnya dalam pembelian hasil panen tetapi phon atau
tanaman yang dimaksud belum menunjukkan hasilnya, dalam contoh tersebut
pihak penjual dan pembeli tidak mengetahui secara pasti berapa hasil panen yang
akan dihasilkan, bisa jadi pembeli yang akan untung dan penjual merugi bila hasil
yang didapat lebih tinggi daripada nilai uang yang sudah diserahkan ataupun
sebaliknya pembeli akan rugi dan penjual diuntungkan jika nilai uang yang
diserahkan lebih tinggi daripada hasil panen.
Taghrir dalam kualitas; misalnya membeli hewan yang masih dalam kandungan
induknya, kedua pihak tidak ada yang mengetahui bagaimana kualitas dari sapi
dalam kandungan tadi, serta dapat terjadinya ketidak adilan dalam salah satu
pihak. Adakalanya pembeli yang beruntung jikahewan tersebut berkualitas lebih
baik daripada nilau uang (yang diserahkan) dan penjual dapat menjadi yang
diuntungkan bila hewan tersebut berkualitas lebih buruk daripada nilau uang tadi.
Taghrir dalam harga; hal ini dapat terjadi ketika terdapat ketidak pastian dalam
harga yang disepakati antara kedua pihak, misalnya kesepakatan seperti berikut:
”bila barang ini dapat dilunasi dalam satu tahun maka marginnya adalah 20 %,
tapi seandainya lunas antara satu hingga dua tahun, maka marginnya otomatis
menjadi 40 %”. Dalam kasus tersebut kedua belah pihak tidak mengetahui apakah
pembayaran akan dilunasi dalam satu tahun ataukah lebih.
Taghrir dalam waktu penyerahan; contohnya dalam penjualan mobil yang sedang
hilang dicuri dengan akad pembeli membayar seharga tertentu dan berhak atas
mobil yang sedang hilang dilarikan pencuri. Hal tersebut tidak diperbolehkan
karena ada ketidak jelasan kapankah barang tersebut akan kembali dan dapat
dimiliki oleh si pembeli atau bahkan barang tersebut tidak kembali sama sekali.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pasar mengandung pengertian tempat dimana penjual (penawaran) dan pembeli (permintaan)
bertemu untuk bertransaksi, di dalam pasar inilah yang akan memunculkan suatu keseimbangan
yang biasa disebut equilibrium dimana hal ini terjadi karena adanya kesepakatan dari kedua
pihak terhadap harga serta kuantitas barang yang ditransaksikan. Keseimbangan tersebut muncul
bukan karena adanya intervensi dari pihak luar tetapi disebabkan oleh kekuatan “invisible hand”
atau karena kekuatan hukum permintaan serta penawaran di dalamnya yang bersaing.
Pasar dapat disebut islami ketika pasar tersebut memegang teguh prinsip-prinsip dasar dalam
berakad yaitu : al-Ridha, fair competition (persaingan yang sehat), honesty (kejujuran), serta
keterbukaan serta keadilan. Dalam kenyataan lapangan, pasar tidak selalu seperti yang
diharapkan (menganut aturan/teori yang berlaku) karena disebabkan oleh hal-hal yang
mengganggu keteraturan pasar tersebut yang disebut dengan distorsi pasar.
Distorsi pasar menurut ekonomi islam terbagi menjadi 3 bentuk:
a. Rekayasa permintaan dan penawaran : ba’i najasy, ihtikar, talaqqi rukban
b. Tadlis (penipuan/ketidak tahuan salah satu pihak) : kuantitas, kualitas, harga, waktu.
c. Taghrir (ketidak pastian/ketidak tahuan kedua belah pihak) :kuantitan, kualitas, harga,
waktu.
Daftar Pustaka
http://softbizniz.blogspot.com/2013/06/makalah-teori-harga-dan-mekanisme-pasar.html
http://susiari-n10tangsel.blogspot.com/2011/06/larangan-terhadap-baarang-yang.html
http://dimardha.blogspot.com/2013/06/distorsi-pasar-dalam-perspektif-islam.html
Jenis tugas
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah
Dosen Pengampu
:
Ekonomi Mikro Islam
:
Dr. Muchlis M,SI
Disusun Oleh :
M. Labib Fahmi Arif
(132411194)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
TAHUN 2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar merupakan tempat dimana bertemunya pedagang dan pembeli, membahas tentang
pasar dalam ilmu ekonomi terdapat beberapa teori yang berhubungan denganya, seperti teori
penawaran ataupun teori permintaan yang berikutnya akan muncul adanya harga pasar atau
keseimbangan pasar yaitu dimana adanya kesepakatan antara pedagang dan pembeli dalam hal
harga ataupun kuantitas, keseimbangan pasar tersebut dimaksudkan untuk memaksimalkan
kesejahteraan sosial antar agen ekonomi
Hal tersebut senada dengan pandangan ekonomi yang memandang bahwa pasar, negara,
dan individu berada dalam keseimbangan (iqtishad), tidak boleh ada sub-ordinat yang dapat
menjadikan salah satunya dominan dari yang lain. dalam Islam pasar dijamin kebebasannya
dalam menentukan cara-cara produksi dan harga, tidak boleh ada gangguan yang mengakibatkan
rusaknya keseimbangan pasar.
Namun keadaan pasar yang ideal tesebut seringkali tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan karena seringkali adanya gangguan-gangguan dalam realita lapangan yang
menjadikan kondisi tersebut menjadi tidak efisien dan merusak mekanisme pasar yang sudah
tersusun rapi, gangguan-gangguan inilah yang disebut dengan Distorsi Pasar. Dalam lampiran
ini penulis akan menjelaskan sedikit hal tentang distorsi pasar dengan analisis teori pasar islami
atau bagaimana pandangan islam dengan distorsi pasar tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mekanisme pasar islami itu?
2. Apa itu distorsi pasar serta bagaimana pandangan islam tentang hal tersebut?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mekanisme Pasar dalam Islam
Pengertian tentang pasar sudah dijelaskan secara singkat di atas tadi, tetapi ada pendapat lain
yang lebih lengkap dalam mendefinisikanya, bahwa pasar adalah suatu tempat atau proses
interaksi antara permintaan (pembeli) dan penawaran (penjual) dari suatu barang/jasa tertentu,
sehingga akhirnya dapat menetapkan harga keseimbangan (harga pasar) dan jumlah yang
diperdagangkan.
Harga keseimbangan ini ditetapkan oleh kesepakatan antara pihak penjual dan pembeli tanpa
adanya intervensi dari pihak luar, atau meminjam teori “Invisible Hand” yang dikemukakan oleh
Adam smith dalam bukunya “The Wealth of Nation (1776)”, teori tersebut mengatakan bahwa
harga pasar terbentuk secara natural karena adanya kompetisi bebas antara kekuatan penawaran
(distributor atau penjual) dan kekuatan permintaan (penjual) akan menghasilkan relativitas atau
kemungkinan terbaik dalam transaksi, agar tercipta harga yang wajar sebagai wujud
keseimbangan tersebut, bahkan penggagas teori tersebut berpendapat bahwa teorinya akan
berjalan dengan baik jika tidak ada kekuatan pemerintah yang ikut campur tanan, karena
menurutnya pemerintah hanya menghambat jalanya perekonomian.
Dalam konsep pasar islami ada kesamaan dengan teori penentuan keseimbangan harga
tersebut, malah ada yang berpendapat bahwa teori yang dikemukakan Adam Smith itu
terinspirasi dari salah satu pendapat ulama islam tentang harga pasar yang ditentukan juga oleh
“tangan yang tidak terlihat” berdasar pada salah satu hadits Nabi Muhammad, dalam hadits
tersebut diriwayatkan sebagai berikut : “Harga melambung pada zaman Rasulullah SAW. Orangorang ketika itu mengajukan saran kepada Rasulullah dengan berkata: “Ya Rasulullah hendaklah
engkau menentukan harga”. Rasulullah SAW. bersabda: ”Sesungguhnya Allah-lah yang
menentukan harga, yang menahan dan melapangkan dan memberi rezeki. Sangat aku harapkan
bahwa kelak aku menemui Allah dalam keadaan tidak seorang pun dari kamu menuntutku
tentang kedzaliman dalam darah maupun harta.”
Dalam hadits tersebut Rasulullah SAW sebagai pemimpin ummat pun tidak berkenan untuk
menentukan harga dan mengatakan bahwa hanya Allah-lah yang berhak menentukan harga, hal
tersebut menunjukkan bahwa ketentuan harga itu diserahkan kepada mekanisme pasar yang
alamah atau bergantung kepada kehendak Allah (sunnatullah) atau dalam hal ini kita
menyebutnya hukum supply and demand, hadits inilah yang mendasari munculnya teori ekonomi
Islam mengenai harga.
Membahas bagaimana mekanisme pasar islami tidak akan terlepas dari prinsip-prinsip yang
mendasari berjalanya pasar dalam islam tersebut, adapun prinsip-prinsip yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
a. Al-Ridha
Segala transaksi yang dijalankan harus berdasar prinsip saling rela antara kedua
pihak Mu’aqqidain, berdasar pada firman Allah SWT :
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. (QS. an-Nisa’:29)
b. Fair competition (persaingan yang sehat)
Dalam berkompetisi pada hal apapun kita sudah diajarkan untuk tidak curang
begitu juga dalam urusan transaksi dalam pasar, kita tidak boleh membesarkan
ego demi kepentingan sendiri dengan meraup keuntungan yang sebesar-besarnya
tanpa peduli nasib yang lain, kecurangan dalam pasar ini contohnya menimbun
atau menipu.
Dalam al-Qur’an kecurangan macam apapun diancam akan celaka oleh Allah:
Artinya: Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang.(QS. alMuthaffifin:1)
c. Honesty (kejujuran)
Kejujuran merupakan pilar yang sangat penting dalam Islam, Islam melarang
tegas melakukan kebohongan dan penipuan dalam bentuk apapun. Sebab, nilai
kebenaran ini akan berdampak langsung kepada para pihak yang melakukan
transaksi dalam perdagangan dan masyarakat secara luas.
d. Keterbukaan serta keadilan
Dalam konsep pasar islami tidak diperbolehkan adanya transaksi yang
mengakibatkan kerugian pada pihak satu dan keuntungan didapat oleh pihak yang
lain serta tidak diperbolehkan menutupi kecacatan suatu barang yang hendak
dijualnya, dalam pasar islami semuanya harus dilakukan secara adil dan
transparan agar tidak adanya kesalahfahaman dan terjadinya kedholiman antar
masing-masing pihak. Tentang keadilan ini sudah dijelaskan dalam al-Qur’an:
ْ َُوأَوْ ف
وا ْال َكي َْل َو ْال ِمي َزانَ بِ ْالقِسْط
Artinya: Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil.
(QS. al-An’am:152)
B. Pandangan islam tentang distorsi pasar
Kata distorsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti pemutarbalikan suatu
fakta, aturan, atau penyimpangan dari sebuah aturan yang sudah ada. Sedangkan pengertian dari
pasar sekiranya sudah diterangkan dengan jelas di atas.
Dari kedua kata tersebut menimbulkan kesimpulan arti bahwa distorsi pasar adalah hal yang
menyebabkan kondisi pasar menjadi tidak efisien serta menggangu para agen ekonomi dalam
memaksimalkan kesejahteraan sosial, ataupun pengertian lain yang menyebutkan distorsi pasar
adalah fakta lapangan yang menyimpang dari teori-teori mekanisme pasar yang seharusnya
dilakukan.
Ekonomi islam menganggap distorsi pasar inilah yang menyebabkan adanya kecurangan
serta kedholiman di dalam pasar, ia mengenditifikasi distorsi pasar tersebut dalam 3 bentuk :
1. Rekayasa Permintaan dan Rekayasa Penawaran
Salah satu penyebab adanya distorsi pasar adalah karena timbulnya rekasa pada salah satu
hal baik dalam segi permintaan ataupun penawaran, adapun bentuk dari rekayasa tersebut
menurut islam antara lain :
a) Ba’i Najasy; adalah tindakan menciptakan false demand (permintaan palsu),
dengan membuat seakan-akan ada banyak permintaan terhadap suatu produk miliknya,
sehingga harga jual barang yang diinginkan akan naik harganya. Biasanya penjual
semacam ini menyuruh orang lain untuk memuji dan menawar barangnya dengan harga
yang tinggi agar ada orang yang ikut tertarik dengan barang tersebut, tapi ia tak ada
maksud untuk membelinya karena tujuan utama perbuatanya hanya untuk menipu
pembeli lainagar ikut membeli dengan harga tinggi pula, hal ini terjadi karena
sebelumnya sudah ada kerjasama antara penjual dan pihak ketiga tadi untuk melakukan
upaya-upaya penipuan tadi, yaitu :
Menyebar isu yang dapat menarik orang lain untuk membeli barang
Melakukan order pembelian semu untuk memunculkan efek psikologis orang lain
untuk membeli dan bersaing dalam harga .
Melakukan pembelian pancingan sehingga tercipta sentiment pasar. Bila harga
sudah naik sampai level yang dinginkan, maka yang bersangkutan akan
melakukan aksi ambil untung dengan melepas kembali barang yang sudah dibeli.
b) Ihtikar; seringkali diterjemahkan sebagai monopoli atau penimbunan secara umum,
padahal sebenarnya ikhtikar tidak selalu identik seperti itu. Jika ihtikar hanya identik
dengan makna tersebut maka islam akan melarangnya padahal dalam islam siapapun
boleh melakukan monopoli yaitu dengan berbisnis tanpa peduli apakah ia satu-satunya
penjual atau ada penjual selain dia. Selain itu, menyimpan stok barang untuk keperluan
persediaaan pun tidak dilarang dalam islam.
Ihktikar yang dimaksud disini yaitu monopoli serta menimbun barang dengan
maksud untuk mengambil keuntungan diatas keuntungan normal yang dapat merusak
mekanisme pasar dengan cara menjual barang lebih sedikit untuk harga yang lebih tinggi.
Atau dalam ekonomi dikenal dengan istilah monopoly’s rent-seeking.
c) Talaqqi Rukban; Tindakan yang dilakukan oleh pedagang kota untuk mendapatkan
harga yang lebih murah dari harga pasar yang sesungguhnya dengan cara membeli barang
dari petani atau pemasok dari luar kota sebelum masuk ke dalam pasar (mencegat barang
tersebut), dalam islam memang diperbolehkan mencari barang yang lebih murah ketika
membeli tapi bukan karena hal tersebut transaksi semacam ini dilarang.
Ada dua hal yang menyebabkan diharamkanya bertransaksi Talaqqi Rukban, pertama
karena adanya rekayasa penawaran dengan bentuk mencegah barang barang masuk ke
pasar, kedua mencegah penjual dari luar kota untuk mengetahui harga pasar yang berlaku
di kotanya.
Secara garis besar transaksi ini dilarang karena adanya ketidak adilan serta
kedholiman pada salah satu pihak, karena pada pihak satu tidak mengetahui informasi
harga seseungguhnya sedangkan pihak yang lain mempunyai informasi harga yang sangat
lengkap tetapi tidak menginformasikan harga yang sebenarnya bahkan bertujuan menipu
dengan harga yang palsu.
Dasar pelarangan transaksi ini adalah hadits Nabi yang berbunyi:
يالقواالرببان ويابع حاضرلباد,,قا رلو ل صل ل عليه ولل: عن طاوس ابن عباس رضا ل عنهما قا
Artinya: Diriwayatkan dari Thaawus bin ‘Abbas r.a berkata : Rasulullah SAW telah
bersabda, Janganlah kalian mencegat kendaraan pembawa barang (barang dagangan)
dan jagn pula orang kota bertransaksi dengan orang desa
2. Tadlis
Tadlis atau penipuan adalah kondisi dimana ketidaktahuan salah satu pihak yang
bertransaksi, hal ini yang menyebabkan kondisi pasar menjadi tidak ideal. Pasar dapat
disebut ideal ketika penjual dan pembeli mempunyai informasi yang sama tentang barang
akan diperjual belikan. Sedangkan apabila ada ketidak samaan informasi pada salah satu
pihak maka akan terjadi kecurangan/penipuan dan salah satu pihak akan merasa
dirugikan. Tadlis dapat terjadi pada 4 hal :
Tadlis pada kuantitas; contohnya bila salah satu pihak (penjual) mengurangi
taksiran barang yang sudah disepakati dan hanya penjual yang mengetahuinya ,
hal yang dilakukan tersebut akan menyebabkan adanya ketidak relaan pada pihak
pembeli jikasi pembeli mengetahuinya juga.
Tadlis pada kualitas; misalnya pihak penjual sudah mengetahui bahwa barang
yang dijualnya memiliki kecacatan tetapi ia menutup-nutupi hal tersebut agar si
pembeli tidak mengetahuinya dan si penjual dapat menjualnya dengan harga yang
sewajarnya seperti harga barang yang baik kualitasnya.
Tadlis pada harga; dalam hal ini semisal penjual memanfaatkan ketidak tahuan
dari harga barang yang ingin dibelinya sehingga pihak penjual dapat menjualnya
dengan harga yang tinggi melebihi harga pasar yang berlaku dan mendapatkan
keuntungan yang tidak wajar.
Tadlis pada waktu penyerahan barang; penipuan semacam ini terjadi ketika si
penjual menutupi kemampuan dirinya dalam waktu penyerahan barang semisal
pada akad istishna’, pihak penjual berjanji pada si pembeli untuk menyelesaikan
barang yang dipesan dalam 1 bulan padahal penjual tersebut tahu bahwa ia tidak
bisa menyelesaikan barang itu dalam jangka waktu yang sudah disepakati tadi.
3. Taghrir
Taghrir dapat diartikan ketidakpastian, taghrir mempunyai kemiripan dengan tadlis,
dalam tadlis ketiadaan informasi hanya pada salah satu pihak, sedangkan dalam taghrir
ketidak jelasan terjadi pada kedua belah pihak ataupun keduanya tidak memiliki
informasi akan barang yang akan saling ditransaksikan. Seperti halnya pada tadlis, taghrir
juga terjadi dalam 4 hal:
Taghrir dalam kuantitas; contohnya dalam pembelian hasil panen tetapi phon atau
tanaman yang dimaksud belum menunjukkan hasilnya, dalam contoh tersebut
pihak penjual dan pembeli tidak mengetahui secara pasti berapa hasil panen yang
akan dihasilkan, bisa jadi pembeli yang akan untung dan penjual merugi bila hasil
yang didapat lebih tinggi daripada nilai uang yang sudah diserahkan ataupun
sebaliknya pembeli akan rugi dan penjual diuntungkan jika nilai uang yang
diserahkan lebih tinggi daripada hasil panen.
Taghrir dalam kualitas; misalnya membeli hewan yang masih dalam kandungan
induknya, kedua pihak tidak ada yang mengetahui bagaimana kualitas dari sapi
dalam kandungan tadi, serta dapat terjadinya ketidak adilan dalam salah satu
pihak. Adakalanya pembeli yang beruntung jikahewan tersebut berkualitas lebih
baik daripada nilau uang (yang diserahkan) dan penjual dapat menjadi yang
diuntungkan bila hewan tersebut berkualitas lebih buruk daripada nilau uang tadi.
Taghrir dalam harga; hal ini dapat terjadi ketika terdapat ketidak pastian dalam
harga yang disepakati antara kedua pihak, misalnya kesepakatan seperti berikut:
”bila barang ini dapat dilunasi dalam satu tahun maka marginnya adalah 20 %,
tapi seandainya lunas antara satu hingga dua tahun, maka marginnya otomatis
menjadi 40 %”. Dalam kasus tersebut kedua belah pihak tidak mengetahui apakah
pembayaran akan dilunasi dalam satu tahun ataukah lebih.
Taghrir dalam waktu penyerahan; contohnya dalam penjualan mobil yang sedang
hilang dicuri dengan akad pembeli membayar seharga tertentu dan berhak atas
mobil yang sedang hilang dilarikan pencuri. Hal tersebut tidak diperbolehkan
karena ada ketidak jelasan kapankah barang tersebut akan kembali dan dapat
dimiliki oleh si pembeli atau bahkan barang tersebut tidak kembali sama sekali.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pasar mengandung pengertian tempat dimana penjual (penawaran) dan pembeli (permintaan)
bertemu untuk bertransaksi, di dalam pasar inilah yang akan memunculkan suatu keseimbangan
yang biasa disebut equilibrium dimana hal ini terjadi karena adanya kesepakatan dari kedua
pihak terhadap harga serta kuantitas barang yang ditransaksikan. Keseimbangan tersebut muncul
bukan karena adanya intervensi dari pihak luar tetapi disebabkan oleh kekuatan “invisible hand”
atau karena kekuatan hukum permintaan serta penawaran di dalamnya yang bersaing.
Pasar dapat disebut islami ketika pasar tersebut memegang teguh prinsip-prinsip dasar dalam
berakad yaitu : al-Ridha, fair competition (persaingan yang sehat), honesty (kejujuran), serta
keterbukaan serta keadilan. Dalam kenyataan lapangan, pasar tidak selalu seperti yang
diharapkan (menganut aturan/teori yang berlaku) karena disebabkan oleh hal-hal yang
mengganggu keteraturan pasar tersebut yang disebut dengan distorsi pasar.
Distorsi pasar menurut ekonomi islam terbagi menjadi 3 bentuk:
a. Rekayasa permintaan dan penawaran : ba’i najasy, ihtikar, talaqqi rukban
b. Tadlis (penipuan/ketidak tahuan salah satu pihak) : kuantitas, kualitas, harga, waktu.
c. Taghrir (ketidak pastian/ketidak tahuan kedua belah pihak) :kuantitan, kualitas, harga,
waktu.
Daftar Pustaka
http://softbizniz.blogspot.com/2013/06/makalah-teori-harga-dan-mekanisme-pasar.html
http://susiari-n10tangsel.blogspot.com/2011/06/larangan-terhadap-baarang-yang.html
http://dimardha.blogspot.com/2013/06/distorsi-pasar-dalam-perspektif-islam.html