Misi yang Tak Berkesudahan Melihat Ulan

Misi yang Tak Berkesudahan - Melihat Ulang Misi di GKJW dan GKJW Tulungrejo
Bima Wahyu Pamungkas
Pendahuluan
Kata misi merupakan kata bahasa Indonesia untuk kata Latin missio yang berarti
perutusan1. Kemudian dalam perkembangannya kata misi ini digunakan oleh gereja untuk
merujuk kepada sebuah tindakan yang dilakukan untuk mengkabarkan injil kepada orang-orang
yang belum mengenal injil. Hal ini dimungkinkan karena pemahaman akan adanya makna
pengutusan dalam kata misi itu sendiri. Kemudian kata pengutusan ini dikaitkan dengan perintah
amanat agung yang ada pada Injil Matius pasal 28. Dengan paham inilah kemudian misi sering
diartikan dengan proses pewartaan injil atau ajaran kekristenan.
Perjalanan misi tentunya jika dilihat dari amanat agung bukanlah sebuah misi yang
stagnan atau pasif. Misi jika melihat kepada amanat agung merupakan sebuah tindakan yang
aktif dan terus menerus. Maka misi sebenarnya tidak berhenti begitu saja ketika sudah ada orang
yang menerika kabar sukacita. Jika gereja berhenti begitu saja ketika sudah ada orang yang
percaya maka pesan dari amanat agung tidak akan tersampaikan dengan baik. Gereja justru
akhirnya terjebak dalam situasi pemahaman akan teologinya yang paling benar atau sudah benar.
Hal ini karena gereja sudah merasa puas akan capaiaan misinya. Kemudian jika gereja terus
melakukan misi juga jangan samapai terjebak pada paham kebenaran mutlak yang dimiliki oleh
gereja.
Dalam konteks GKJW jemaat Tulugrejo sendiri misi yang dilakukan terlihat kurang
maksimal dan terlihat minim pergerakan. Hal ini berbeda dengan apa yang dilakukan pada awal

berdirinya GKJW jemaat Tulunngrejo. Progress pesat pada awal berdirinya kini seakan hanya
tinggal sebuah kisah kejayaan masa lalu. Dalam pembahasan makalah ini akan membahas
mengenai perlunya misi yang terus-menerus atau dalam judul makalah ini Misi yang Tak
Berkesudahan berangkat dari tinjauan bentuk misi yang nantinya sesuai dengan GKJW jemaat
Tulungrejo, tekstual apa yang sesuai dengan kondisi gereja serta tipologi teologi yang bisa
digunakan dalam mengembangkan misi di GKJW khususnya di GKJW jemaat Tulungrejo.

1 Woga, Edmund. Dasar-Dasar Misiologi, (Yogyakarta:Kanisius, 2002), h. 13

Konteks GKJW Jemaat Tulungrejo
Sebelum melangkah lebih jauh mengenai bentuk misi yang sesuai dengan GKJW jemaat
Tulungrejo akan baik jika melihat terlebih dahulu konteks dari jemaat Tulungrejo itu sendiri.
Konteks dari GKJW Tulungrejo hampir sama dengan jemaat-jemaat GKJW yang lainnya yang
masih ada di daerah pedesaan sebab GKJW Tulungrejo sendiri merupakan gereja yang berada di
desa. Dengan kondisi masyarakat pedesaannya tentu nilai-nilai dan budaya yang dianut masih
tradisional, dan nilai kehidupan jawa masih sangat kental didalamnya. Kondisi masyarakatnya
yang masih tradisional ini tentunya berpengaruh dalam kehidupan bergereja. Kehidupan
rohaninya tentu masih dipengaruhi oleh kehidupan-kehidupan rohani tradisional yang dulu
dianut oleh leluhur yang di kontekstualisasikan dengan agama Kristen. Selain kontekstualisasi
terjadi pula proses inkulturasi budaya dan agama yang terjadi di konteks GKJW Tulungrejo.

Dilihat dari segi geografis dan geososial GKJW Tulungrejo berada di lingkungan yang
plural. Kondisi agama yag ada disekitarnya bermacam-macam dari Islam, Hindu dan Budha.
Maka kondisi ini juga akan berpengaruh nantinya kepada bentuk misi yang sesuai dengan GKJW
Tulungrejo. Kondisi demikian maka misi di konteks GKJW Tulungrejo merupakan misi yang
“hidup dari Roh” sesuai dengan kata K. Rahner sebab misi gereja bertemu dengan unsur-unsur
diluar gereja dan gereja terbuka dan dapat mengungkapkan imannya di tegah situasi dan lingkup
hidup yang konkret2.
Bentuk Misi Yang Sesuai Dengan GKJW Tulungrejo
Seperti yang telah disinggung sedikit pada penjelasan sebelumnya bentukan misi yang
sesuai dengan konteks GKJW Tulungrejo adalah misi yang kontekstual dan misiologi teologi
intercultural. Maka pada pembahasan ini akan dikupas lebih dalam mengapa kedua bentuk misi
ini yang sesuai dengan GKJW Tulungrejo.
Situasi di GKJW Tulungrejo sendiri yang berada di kabupaten Banyuwangi menjadi
sebuah pertimbangan tersendiri dalam mengembangakan misi kontekstual bagi gereja. Kondisi
kabupaten banyuwangi sendiri yang didalamnya memiliki banyak kebudayaan seperti budaya
2 Woga, Edmund. Dasar-Dasar Misiologi, (Yogyakarta:Kanisius, 2002), h. 220

Jawa, Osing (budaya asli Banyuwangi), budaya Bali, dan budaya Madura. Di GKJW Tulungrejo
sendiri yang menjadi budaya dominan adalah budaya Jawa. Meski budaya Jawa menjadi yang
dominan di Tulungrejo budaya yang ada disekitarnaya khusunya yang berbatasan langsung

dengan Tulungrejo budaya Madura cukup dominan. Selain masalah budaya ini masalah agama
juga menjadi pertimbangan. Meski di Tulungrejo mayoritas masyarakatnya beragama Kristen
tetapi seperti penjelasan sebelumnya agama islam juga dominan khususnya ketika melihat
konteks yang lebih luas yakni wilayah-wilayah yang ada di sekitaran Tulungrejo.
Melihat kondisi budaya yang hidup di Tulungrejo dan sekitarnya ini pada akhirnya
menjadi pertimbangan yang cukup serius. Dalam misi kedepannya bagi GKJW Tulungrejo. Jika
hal-hal itu tidak menjadi sebuah pertimbangan yang kuat maka misi yang dilakukan akan tidak
tepat sasaran dan justru akan mendapat pertentangan. Pertimbangan ini pula yang nantinya juga
berpengaruh bagi GKJW Tulunngrejo untuk mengimplementasikan misi dari sinode GKJW itu
sendiri yakni ada lima misi yang ada di sinode GKJW
1. Greja Kristen Jawi Wetan menjalankan kegiatan pelayanan pada Bidang Theologia, yaitu
bergumul dengan Firman dan Karya Tuhan Allah di dunia ini, untuk mendapatkan
wawasan, motivasi, kekuatan dan petunjukNya.
2. Greja Kristen Jawi Wetan menjalankan kegiatan pelayanan pada Bidang Persekutuan,
yaitu kegiatan mewujudkan dan mengembangkan persekutuan gerejawi .
3. Greja Kristen Jawi Wetan menjalankan kegiatan pelayanan pada Bidang Kesaksian, yaitu
kegiatan menjadi saksi Kristus Yesus dan mewartakan berlakunya rencana karya dan
kuasa Tuhan Allah serta penggenapanNya atas dunia dengan segala isinya.
4. Greja Kristen Jawi Wetan menjalankan kegiatan pelayanan pada Bidang Cinta Kasih ,
yaitu kegiatan menyatakan cinta kasih Tuhan Allah kepada dunia dengan segala isinya,

untuk mewujudkan kesejahteraan lahir batin.
5. Greja Kristen Jawi Wetan menjalankan kegiatan pelayanan pada Bidang Penatalayanan,
yaitu kegiatan mengusahakan dan mengelola secara bertanggung jawab segala daya ,
dana, dan sarana pemberian Tuhan Allah dalam rangka memenuhi panggilanNya.
Dari lima misi yang dicanangkan oleh sinode GKJW ini maka misi ini pulalah yang
nantinya juga akan diemban oleh GKJW Tulungrejo. Jika melihat lagi lima misi GJKJW ini

upaya kontekstualisasi sangat perlu. Bicara kontekstualisasi adalah berbicara mengenai metode,
dan metode ini merupakan sarana untuk mewujudkan sebuah prinsip dari misi gereja itu sendiri.
Misi yang digunakan oleh Sinode GKJW merupakan misi yang cukup baik untuk
menjawab masalah-masalah sosial. Purwatman juga menjelaskan dalam misi Iterkultural harus
menekankan kepada dialog rangkap tiga yakni agama, budaya dan ekonomi3. Maka dengan misi
GKJW yang sudah disebutkan diatas maka misi ini sesuai dengan dialog rangkap tiga yang
disampaikan oleh M Purwatman. Misi gereja sekarang tidak terus-menerus membicarakan
mengenai mengkristenkan orang melainkan misi gereja juga harus bisa menjawab permasalahan
konkret yang ada di masyarakat.
Misi yang masih berkutat kepada misi yang mengkristenkan ini agaknya di era modern
ini sudah tidak relevan lagi. Misi yang hanya bertujuan untuk mengkristenkan orang ini
kemudian masih dilakukan oleh gereja-gereja diluar arus utama. Misi yang dilakukan tidak
hanya mengkristenkan orang-orang yang belum percaya Kristus melainkan juga membaptis

ulang orang-orang yang berasal dari gereja diluar mereka 4. Misi yang demikian selain tidak
relevan tapi juga akan menimbulkan konflik baik itu konflik dengan agama lain tetapi juga
kinflik bagi kalangan sesama Kristen. Jika meneladan Yesus sebenarnya misi masih menghargai
sebuah perbedaan dimana Yesus tidak memaksakan orang untuk mengikut dia seperti pada kisa
perempuan Siro-Fenisia yang dibiarkan tetap pada imannya.
Memang misi sekarang tidak selalu berbicara mengenai kegiatan mengkristenkan tetapi
gereja juga jangan lupa akan misi yang lain. Banyak gereja sekarang masih melihat misi hanya
sebagi proses mengkristenkan dan melihat konsep tersebut kini sudah tidak relevan lagi maka
ada gereja-gereja yang tidak lagi mau melakukan misi. Maka pemahaman konsep misi mereka
perlu dirubah bahwa misi gereja sekarang adalah misi yang bisa menjawab masalah-masalah
konkret seperti masalah sosial, linkungan dan keadilan tanpa melepaskan pengalaman religius
umat itu sendiri5.
Dengan penguraian diatas maka bentuk misi yang sesuai dengan GKJW Tulungrejo
adalah misi yang kontekstual dan intercultural. Konteks GKJW Tulungrejo yang berada di tengah
3 Purwatma, M., Masa Depan Misi Indonesia, GEMA TEOLOGI 32 (2008), hlm. 58
4 Artanto, M. Th. Widi, Menjadi gereja Misioner Dalam Konteks Indonesia, TPK, Yogyakarta 2008 Edisi Revisi
hal.17
5 Purwatma, M., Masa Depan Misi Indonesia, GEMA TEOLOGI 32 (2008), hlm. 57

keberagaman budaya dan kepercayaan jika gereja masih menerapkan misi yang hanya berfokus

pada mengkristenkan maka akan menghadapi pertentangan dengan masyarakat yang ada
disekitar. Maka perlulah metode yang sesuai demi tercapainya misi Sinode GKJW melalui
GKJW Tulungrejo. Dan jika melihat kembali misi dari GKJW sudah baik dan memberikan
prinsip yang sesuai dengan misi yang memberikan pengajaran akan pentingnya meneladan apa
yang diajarkan oleh Yesus.
Dasar Tekstual Misi GKJW
Dalam sebuah misi tekstual atau ayat yang menjadi landasan dan prinsip misi menjadi
bagian yang penting agar sebuah misi tidak kehilangan arah dan tujuan dalam menyampaikan
misinya. Di GKJW sendiri sebagai gereja sinodal membuat dasar tekstualnya sama dan itu
diambil dari Injil Yohanes 3:16 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia
telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya
tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”.
Dalam PL maupun dalam PB karya misi sesungguhnya pertama-tama dilihat sebagai
sebuah karya Allah, yakni Allah yang mengutus diriNya ke dalam dunia 6. Maka jika demikian
dasar alkitab dari misi yang dipakai oleh GKJW sudah sesuai dengan karya misi dalam alkitab
dimana Allah mengutus Yesus hadir kedalam dunia untuk memberikan karya penyelamatan.
Selain itu menurut Woga juga setelah Allah berada di dunia Allah memangil manusia untuk
menerima rahmatNya7. Begitu pula dengan dasar alkitab misi GKJW tepat jika menggunakan
Yohanes 3:16.
Khusus dalam PB perinta pengutusan menjadi banyak dibicarakan Bevans lebih

menyorotinya ke Kisah Para Rasul dimana Bevans menyadari bahwa dalam bagian Kisah Para
Rasul ini gereja sudah mulai sadar akan peran dirinya untuk mengemban misi yang sudah
dipercaayakan kepadanya8. Dalam Kisah Para Rasul ini juga digambarkan mengenai kehidupan
jemaat mula-mula dan pada Kis 2:47 dijelaskan penambahan jumlah juga sebagai hasil dari
sebuah misi gereja.
6 Woga, Edmund. Dasar-Dasar Misiologi, (Yogyakarta:Kanisius, 2002), h. 57
7 Ibid. h.57
8 Bevans, Stephen B. dan Roger P. Schroeder. Terus Berubah - Tetap Setia: Dasar, Pola, Konteks Misi, Penerbit
Ledalero, Maumere 2006 . h. 10

Jika melihat dasar tekstual misi dari GKJW tentunya masih kurang bebunyi nada-nada
pengutusan jika hanya dilihat secara sekilas oleh rang awam dimana kata-kata pengutusan
kurang jelas terlihat. Meski demikian jika kembali kedasar karya misi yang sudah dijelaskan
sebelumnya menurt Woga maka dasar misi GKJW sudah sesuai namun sekali lagi bagi orang
awam yang tidak mepelajari mengenai misiologi akan sangat susah menafsirkannya. Maka untuk
memperjelas takstual misi mengambil amanat agung dalam Injil Matius 28 akan menjadi sebuah
pemahaman yang baru dan lebih jelas akan tugas dan misi gereja. Hal ini juga senada dengan
puncak pengutusan adalah sesudah kebangkita Yesus.
Tipologi Misi GKJW
Dari dasar misi dan bentuk misi yang dihayati oleh GKJW maka akan menarik jika

dilihat dari tipologi yang di tawarkan oleh Bevans dan Schroeder. Dari tiga macam yang
ditawarkan yakni Teologi tipe A yang menekankan kepada misi sebagai penyelamatan jiwa-jiwa
dan perluasan gereja, teologi tipe B misi sebagai penemuan kebenaran, dan teologi tipe C misi
sebagai komitmen kepada pembebasan dan transformasi.
Melihat misi yang ada dan berjalan di GKJW maka teologi tipe A adalah tipe teologi yang
sesuai dengan misi di GKJW. Mengapa teologi tipe A ini yang sesuai, hal ini adalah dikarenakan
system GKJW yang sinodal jadi dengan demikian didalamnya memiliki tata gereja yang
mengatur jalannya kehidupan bergereja. Selain itu dalam teologi tipe A juga didalamnya
menekankan kepada hukum sebab salah satu tokoh teologi tipe ini adalah Tertulianus yang
menekankan kepada hukum9.
Selain berlandaskan hukum kristologi yang berkembang di Teologi tipe A ini juga tidak
melihat kristus secara histori melainkan secara doctrinal 10. Ini pulalah yang dipahami oleh warga
GKJW dimana Kristus dilihat lebih secara doctrinal sebab Yesus dipahami sebagai benar-benar
Putra Allah. Selain itu misi pada teologi tipe ini juga menjeelaskan bahwa berdasarkan kritologi
yang menanamkan penyelamatan kepada jiwa-jiwa dan setidak-tidaknya menanamkan gereja 11.
Keyakinan seperti ini juga yang masih dipikirkan oleh jemaat awam di GKJW.
9 Bevans, Stephen B. dan Roger P. Schroeder. Terus Berubah - Tetap Setia: Dasar, Pola, Konteks Misi, Penerbit
Ledalero, Maumere 2006 . h. 59
10 Ibid. h.60
11 Ibid. h.63


Dalam teologi tipe A ini sendiri juga berbenturan dengan misi di GKJW. Dimana teeologi
tipe A melihat budaya dengan kecurigaan 12. Dari segi kebudayaan di GKJW maka yang cocok
adalah teologi tipe B dimana di teologi tipe B memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang baik
dan layak, dan menjadi konteks dimana orang bisa berjumpa dengan yag Ilahi13. Maka melihat
konteks GKJW yang memandang budaya baik bahkan sebagai salah satu sarana pengnjilan maka
kedua tipe ini saling melengkapi.
Dalam GKJW sendiri setelah berkembanya pemahaman teologi yang ada tipe teologi
yang berkembang di GKJW juga mencakup tipe teologi B. Paham teologi yang sudah
meengalami perubahan atau penceraahan wawasan akan panggilannya yang tidak hanya
eksklusif kedalam melainkan juga ada panggilan untuk berkarya keluar. Kesatuan gereja dalam
tubuh Kristus yang tergambar dalam tipe ini juga merupakan sebuah hal yang dihayati oleh
GKJW. Melihat konstanta-konstanta yang ada di 2 macam tipe teologi ini maka tipologi yang ada
diGKJW merupakan tipologi campuran dimana konstanta di tipe A tidak sesuai maka akan
dilengkapi oleh konstanta yang ada di tipe B seperti masalah pandangan akan budaya.
Penutup
Jika melihat lebih dalam lagi misi di GKJW merupakan sebuah misi yang sudah baik
dimana misi yang ada tidak lagi masalah mengkristenkan melainka ada penekanan akan masalahmsalah konkret yang dihadapi di luar gereja. Di GKJW Tulungrejo sendiri sebagai salah satu
bagian jemaat dari sinode GKJW tentunya juga melakukan sebuah misi yang sama dengan misi
yang sudah ditentukan oleh sinode. Maka dengan misi yang sudah ditentukan oleh sinode yang

tentunya setiap jemaat memiliki konteks yang berbeda-beda maka bentuk misi yang konntekstual
dan inkulturasi sangatlah sesuai jika GKJW Tulungrejo menggunakannya.
Misi yang tidak lagi menjadi sebuah proses mengkristenkan tetapi juga sudah memasuki
masalah-masalah yang konret tentunya menjadikan misi tidak berhenti atau pasif. Maka GKJW
dan khususnya GKJW Tulungrejo harus melakukan misi yang terus-menerus dilakukan dan tidak
bekesudahan. Sebab, jika misi ini sudah tidak berjalan maka upaya perwujudan akan panggilan
dan tanggung jawab akan panggilan itu tidak akan terwujud. Maka perlulah misi yang tidak
12 Bevans, Stephen B. dan Roger P. Schroeder. Terus Berubah - Tetap Setia: Dasar, Pola, Konteks Misi, Penerbit
Ledalero, Maumere 2006. H. 77
13 Ibid. h. 99

berkesudahan yang dilakukan oleh GKJW Tulungrejo atas tanggapan panggilan sebagai gereja
yang terus bersaksi mewartakan dan mengajarkan ajaran Yesus dalam wujud kepedulian terhadap
masalah-masalah konkret yang dihadapi di masyarakat.

Daftar Pustaka
Artanto, M. Th. Widi, Menjadi gereja Misioner Dalam Konteks Indonesia, TPK, Yogyakarta 2008 Edisi
Revisi
Bevans, Stephen B. dan Roger P. Schroeder. Terus Berubah - Tetap Setia: Dasar, Pola, Konteks Misi,
Ledalero, Maumere 2006

Purwatma, M., Masa Depan Misi Indonesia, GEMA TEOLOGI 32 (2008)
Woga, Edmund. Dasar-Dasar Misiologi, (Yogyakarta:Kanisius, 2002)