T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model TGT (Team Games Tournament) Berbantuan Permainan Kipas Pecahan untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 01 Salatiga Semes

67

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian
4.1.2 Deskripsi Pra Siklus
Peneliti telah melakukan kegiatan pembelajaran pra siklus, sebelum
diterapkan model pembelajaran TGT berbantuan permainan kipas pecahan, siswa
masih sangat ramai dalam pembelajaran. Siswa masih banyak yang malas apalagi
materi

pecahan masih banyak siswa yang kurang paham dengan materi

tersebut.beberapa siswa masih sangat pasif dan hanya diam saja dalam proses
pembelajarannya. Hasil belajar siswa masih sangat rendah. Adapun data pra
siklus dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 20
Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus
No.
1

2

Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM)
≥70
˂ 70
Jumlah
Rara- rata nilai
Nilai tertinggi
Nilai terendah

Kategori
Tuntas
Tidak tuntas

Jumlah Siswa
Jumlah
Presentase
4
17 %

19
83 %
23
100 %
51,7
70
9,0 %
30
3,0 %

Jadi, dari 23 siswa terdapat 4 siswa tuntas dan 19 siswa belum tuntas pada
mata pelajaran Matematika. Kriteria ketuntusan yang ditetapkan oleh peneliti
adalah 70. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 70, sedangkan nilai
terendah yang diperoleh siswa adalah 30. Presentase ketuntasan belajar baru
mencapai 83% belum tuntas dan 17% tuntas. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel ketuntasan hasil belajar siswa yang diuraikan berikut ini.
Sesuai dengan tabel 17 dapat dituliskan persentase ketuntasan hasil belajar
siswa 17% tuntas dan 83% belum tuntas. Siswa dengan kategori belum tuntas
sejumlah 19 siswa yakni dengan perolehan nilai dibawah KKM sebesar ≤ 70. Hal
ini menunjukan siswa dengan kategori belum tuntas lebih besar dari pada siswa


79

80

yang tuntas. Presentase ketuntasan belajar tersebut dapat dilihat pada diagram
berikut ini.

Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus

17%

83%

Tuntas

Tidak tuntas

Gambar 04
Diagram Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus


4.1.2 Deskripsi Siklus I
Rencana pelaksaan pembelajaran yang akan dilakukan mempunyai 3
langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan dan observasi terakhir adalah refleksi.
Rencana pelaksaan pembelajaran siklus 1 terdiri dari 3 pertemuan yaitu pertemuan
1, pertemuan 2, dan pertemuan 3. Kegiatan pada pertemuan pertama yaitu
penyampaian materi menggunakan 3 indikator, kemudian dilanjutkan dengan
permainan kipas pecahan yang berguna untuk membantu siswa memahami materi.
Pada pertemuan ke 2 dilakukan kegiatan penyampaian materi dengan indikator
yang berbeda dan penerapan langkah TGT berbantuan permainan kipas pecahan
sama seperti pertemuan satu. Selanjutnya pada pertemuan ke 3 guru mengulas
sedikit materi agar siswa lebih paham dengan materi yang disampaikan untuk
mengerjakan soal. Pertemuan ke 3 khusus untuk mengerjakan soal evaluasi
beserta refleksi dalam proses pembelajaran tanpa ada langkah TGT berbantuan
permainan kipas pecahan.

81

Tes formatif dirancang berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang
diambil oleh peneliti. Selain itu,materi ajar yang digunakan diambil dari buku

pegangan guru dan siswa. Permainan kipas pecahan bertujuan sebagai salah satu
media pada pembelajaran pecahan yang bertujuan meningkatkan keaktifan dan
pemahaman siswa dalam proses belajar. Langkah- langkah pembelajaran yang
dirancang peneliti, disesuaikan dengan model TGT berbantuan kipas pecahan.
Untuk mengetahui

implementasi model pemnelajaran tersebut saat di kelas,

peneliti menyediakan lembar observasi penerapan model pembelajaran TGT
berbantuan kipas pecahan.

a. Rencana Tindakan
Sebelum melaksanakan pembelajaran, peneliti dan guru kolabolator
mendiskusikan waktu yang tepat untuk mengajar. Selain itu, peneliti dan guru
kolabolator melihat Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar yang akan digunakan
dalam penelitian. Waktu pelaksanaan mengajar siklus 1 dimulai pada hari Senin
tanggal 14 November 2016 sampai hari Rabu tanggal

16 November 2016.


Standar Kompetensi yang digunakan adalah nomor 6. Menggunakan pecahan dan
pemecahan masalah. Kemudian Kompetensi Dasar yang digunakan adalah 6.1
Menjelaskan arti pecahan dan urutannya. Kemudian 6.2 Menyederhanakan
berbagai bentuk pecahan. Peneliti ingin pembelajaran yang diajarkan kepada
siswa menjadi menyenangkan dan berkesan. Oleh karena itu, untuk menunjang
kegiatan pembelajaran tersebut digunakan media gambar dan garis bilangan yang
terbuat dari kertas karton. Serta adanya suatu permainan yaitu permainan kipas
pecahan. Permainan kipas pecahan ini melatih siswa untuk beradu cepat dengan
yang lain, membuat siswa lebih aktif sehingga pembelajaran tidak pasif. Kipas
pecahan berisi soal tentang pecahanyang telah disampaikan oleh guru
b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
a) Pertemuan Pertama
1. Kegiatan Awal
Sesuai dengan perencanaan awal, kegiatan yang dilakukan oleh guru dan
siswa adalah guru mengajak siswa untuk berdoa dan mengucap salam. Ketua

82

kelas memimpin doa setelah berdoa, siswa menjawab salam dari guru. Guru
menngecek


kesiapan siswa baik itu secara fisik maupun psikis sebelum

pembelajaran dimulai. guru bertanya jawab dengan siswa mengenai pecahan. Apa
pengertian pecahan contoh pecahan. Guru juga menyampaikan tujuan yang akan
dicapai setelah mempelajari materi tentang pecahan. Setelah bertanya jawab,
siswa memberikan hal-hal yang termasuk suatu pecahan.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada tahap

adalah tanya jawab

mengenai pecahan. Guru menunjukkan kertas karton yang berbentuk lingkaran
dan persegi panjang terbagi atasbeberapa bagian. Kemudian, siswa mengamati
bentuk tersebut dan menanggapi apa yang mereka lihat. Disini siswa mengamati
dan langsung memberikan tanggapan bahwa media yang ditunjukkan guru
merupakan gambaran suatu pecahan dilanjutkan penjelasan dari guru tentang
materi tersebut. Kemudian, siswa dibagi menjadi 4 sampai 5 kelompok, yaitu
kelompok A,B,C,D, dan E. Siswa mengelompok sesuai dengan kelompok masingmasing. Setelah siswa berkumpul dengan kelompok masing- masing, guru
menjelaskan aturan untuk mengikuti turnamen permainan kipas pecahan. siswa

mendengarkan dengan baik. Setelah siswa paham dengan penjelasan dari guru,
siswa diberikan satu kipas besar yang berisi 5 kipas kecil yang warnanya berbeda
untuk menemukan soal yang lengkap siswa harus menemukan kipas kecil
dikelompok lain yang sama warnanya dengan warna kipas besar sesuai dengan
kelompok masing- masing. Setelah lengkap soalnya, disetiap kipas kecil tersebut,
terdapat soal mulai dari soal nomor 1 sampai 5. Guru meminta masing- masing
kelompok untuk mengikuti instruksi dengan baik, ketika guru memberi aba-aba “
Siap” siswa mengeluarkan soal, kemudian guru memberi aba- aba “Mulai”
kelompok mendiskusikan soal yang di bahas.
Kelompok tercepat boleh mengangkat tangan maju kedepan untuk
menuliskan hasil diskusinya dan menjelaskan pada teman- teman. Sampai dengan
nomor 5 aturannya sama. Kelompok yang memperoleh skor tertinggi adalah
kelompok paling kuat. Kelompok tersebut akan memperoleh hadiah atau reward
dari guru karena sudah berusaha dengan sungguh-sungguh. Bagi kelompok yang

83

belum memperoleh skor, disini guru bertugas untuk memotivasi agar lebih giat
lagi belajar.
3. Kegiatan Penutup

Guru dan siswa merangkum materi ajar sesuai dengan pemahaman siswa,
dan menyimpulkan pembelajaran yang telah berlangsung. Guru memberikan soal
evaluasi pada tiap pertemuan. Guru menyampaiakan materi yang akan dipelajari
pada pertemuan selanjutnya yaitu membandingkan dan mengurutkan suatu
pecahan. Setelah menyampaikan kepada siswa. guru dan siswa berdoa bersama,
ketua kelas diminta untuk memimpin doa.
4. Kegiatan Observasi
Kemudian untuk kegiatan observasi pada pertemuan pertama dilaksanakan
selama proses kegiatan berlangsung. Pada siklus 1 ditemukan beberapa masalah.
Masalah tersebut diantaranya, siswa masih sering ribut ketika menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru, susana kelas menjadi ramai, terdapat siswa
yang masih mendominasi dalam setiap kelompok, siswa masih kurang tertib saat
mengikuti turnamen dan dalam pelaksanaan tes formatif masih ada siswa yang
belum tuntas. Selain itu, guru kurang tegas dalam mengajar.
b) Pertemuan Kedua
1. Kegiatan Awal
Kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa saat awal pembelajaran
pada siklus 2 adalah adalah guru mengajak siswa untuk berdoa, guru mengecek
kesiapan siswa baik itu secara fisik maupun psikis sebelum pembelajaran dimulai.
Guru mengaitkan dengan materi yang akan dipelajari. Guru bertanya jawab

dengan siswa mengenai pecahan.” Bagaimana cara membandingkan dan
mengurutkan suatu pecahan”.
2. Kegiatan Inti
Pada tahap kegiatan inti, siswa mengamati gambar pecahan yang
ditunjukkan oleh guru yaitu berupa kertas karton yang berbentuk lingkaran dan
persegi panjang serta sudah dibuat suatu bentuk pecahan. Tugas siswa
menentukan perbandingan serta mengurutkan pecahan dengan benar. Siswa
menentukan suatu urutan dari terkecil ke terbesar atau sebaliknya. Kemudian guru

84

menjelaskan materi agar siswa paham. Setelah itu, siswa dikelompokkan menjadi
4-5 kelompok kecil untuk mengikuti turnamen yaitu kelompok A,B,C,D, dan E.
Sama seperti pertemuan pertama, pertemuan ke 2 ini sifatnya yaitu memantapkan
pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap materi yang diterima. Guru
menjelaskan terebih dahulu sebelum memberikan kipas pecahan pada setiap
kelompok. Kelompok mendengarkan penjelasan dari guru secara tertib.
Setelah siswa berkumpul dengan kelompok masing- masing, guru
menjelaskan aturan untuk mengikuti turnamen permainan kipas pecahan sebelum
kipas pecahan diberikan pada tiap kelompok, siswa diberi satu kipas besar yang

berisi 5 kipas kecil yang warnanya berbeda.untuk menemukan soal yang lengkap
siswa harus menemukan kias kecil dikelompok lain yang sama warnanya dengan
warna kipas besar sesuai dengan kelompok masing- masing. Setelah lengkap
soalnya, disetiap kipas kecil tersebut, terdapat soal mulai dari soal nomor 1
sampai 5. Guru meminta masing- masing kelompok untuk mengikuti instruksi
dengan baik, ketika guru memberi aba-aba “ Siap” siswa mengeluarkan soal,
kemudian guru memberi aba- aba “Mulai” kelompok mendiskusikan soal yang di
bahas. Jika ada siswa maupun kelompok yang tidak tertib berlari kesana kesini
guru bertanya “mana tempat dudukmu” siswa akan berlari mencari tempat
duduknya.
Kelompok tercepat boleh mengangkat tangan maju kedepan untuk
menuliskan dan menjelaskan

hasil diskusinya.

Sampai dengan nomor 5

aturannya sama. Kelompok yang memperoleh skor tertinggi adalah kelompok
paling kuat. Selain itu siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan
jika belum jelas dengan materi. Jika ada yang bertanya, tugas guru adalah
menjawab pertanyaan siswa dengan baik. Selain itu, guru menghitung skor
masing- masing kelompok bagi kelompokyang paling baik , guru memberikan
hadiah berupa makanan. Hadiah ini berguna untuk memotivasi siswa agar selalu
belajar dengan baik dan sungguh- sungguh. Guru juga memotvasi siswa yang
kurang aktif dan skornya kurang memuaskan.
3. Kegiatan Penutup

85

Kegiatan siswa dan guru pada tahap penutup ialah merangkum materi ajar
yang sudah dipelajari dan diberikan suatu kesimpulan dari pertemuan tersebut.
Guru memberikan soal evaluasi pada akhir pembelajaran. Guru menyampaikan
apa yang akan dibahas untuk pertemuan ke tiga pada siklus 1 . Siswa akan
mengkuti tes formatif pada siklus 1 oleh karena itu siswa harus belajar giat. Guru
meminta ketua kelas untuk memimpin doa, kemudian guru mengucap salam,
siswa menjawab salam.
4. Kegiatan Observasi
Kegiatan observasi dilakukan secara langsung ketika guru mengajar pada
pertemuan ke 2 siklus 1. Pada pertemuan ke 2 ini masalah yang terdapat pada
siklus 1 dapat teratasi. Siswa duduk rapi dan yang terakhir siswa tertib dalam
mengikuti turnamen. Guru sudah mulai tegas dalam mengajar. Tidak ada siswa
yang mendominasi dalam proses pembelajaran semuanya aktif untuk memberikan
umpan balik kepada guru. Pada siklus ke 2 masih ada kendala yaitu siswa masih
banyak yang ramai karena turnamen yang berlangsung. Ada beberapa siswa yang
belum tuntas dalam mengerjakan soal evaluasi pertemuan 2.
c) Pertemuan Ketiga
1. Kegiatan Awal
Kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa pada pertemuan ke 3 adalah guru
berdoa bersama. Ketua kelas memimpin doa setelah berdoa. Guru meminta siswa
untuk mempersiapkan diri mengikuti pelajaran sebelum dimulai. Guru bertanya
jawab dengan siswa mengenai materi pecahan yang sudah dipelajari pada
pertemuan 1 dan 2.
2. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti guru dan siswa bertanya jawab mengulang materi yang
sudah dipelajari sebelumnya selama 15 menit. Siswa memberikan umpan balik
terhadap tanya jawab yang dilakukan bersama. Siswa bertanya jawab dengan
antusias.

Setelah siswa mantap dengan pemahamannya dan tidak ada yang

bertanya dengan guru. Guru menjelaskan bagaimana cara menjawab pertanyaan
atau soal tes formatif yang akan dikerjakan. Semua menyiapkan alat yang
digunakan untuk mengerjakan soal. Pada pertemuan ke 3, siswa tidak lagi dibentuk

86

kelompok namun sudah duduk secara individu pada masing-masing meja dan
kursinya. Guru membagikan soal tes formatif, kemudian siswa mengerjakan soal
selama kurang lebih satu jam. Dengan jumlah soal sebanyak 20 butir bentuk soal
pilihan ganda. Jika ada soal yang kurang jelas, siswa boleh bertanya kepada guru.
Siswa yang sudah selesai boleh maju kedepan untuk mengumpulkan lembar jawab
pada guru. Jika ada yang belum memberikan nama dan ada soal yang belum
terjawab tugas guru ialah mengingatkan agar diberi nama dan jawaban.
3. Kegiatan Penutup
Kegiatan siswa dan guru pada tahap penutup ialah merangkum materi ajar
yang sudah dipelajari dan diberikan suatu kesimpulan dari pertemun 1, pertemuan
2 dan pertemuan 3. Guru bertanya kepada siswa “ Apakah soalnya gampang atau
sulit ? “. Kemudian siswa menjawab soalnya gampang setelah mengerjakan soal
evaluasi, dengan jawaban siswa, bahwa meteri yang disampaikan oleh guru sudah
jelas guru berharap siswa akan memperoleh nilai baik. Guru menyampaikan apa
yang akan dibahas untuk pertemuan pertama pada siklus 2. Guru meminta ketua
kelas untuk memimpin doa, kemudian guru mengucap salam, siswa menjawab
salam.
4. Kegiatan Observasi
Kegiatan observasi dilakukan secara langsung oleh observer saat guru
mengajar dan mengawasi siswa pada pertemuan ke 3 siklus 1. Pada pertemuan ke
3 ini masalah yang terdapat pada pertemuan 2 dapat teratasi walaupun masih ada
satu dua siswa yang masih pasif. Siswa tidak ramai sendiri siswa diam dan
konsentrasi mengerjakan soal tes formatif. Guru berpikir siswa akan memperoleh
nilai yang maksimal saat mengerjakan soal tes siklus 1 ternyata masih ada siswa
yang tidak tuntas.

4.1.2.1 Hasil Tindakan Siklus 1
a. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa ini diperoleh dari tes formatif yang dilakukan pada
pertemuan ke 3 pada akhir siklus 1, siswa mengerjakan tes formatif sesuai dengan

87

materi yang telah diterima pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 . Soal yang
dikerjakan siswa berjumlah 20 butir dengan bentuk tes berupa pilihan ganda. Soal
yang dibuat sudah sesuai dengan indikator yang diajarkan oleh guru. Adapun hasil
belajar siswa dapat dilihat pada tabel 21 berikut ini:
Tabel 21
Ketuntasan Hasil Belajar Siklus 1
No.
1
2

Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM)
≥70
˂ 70
Jumlah
Rara- rata nilai
Nilai tertinggi
Nilai terendah

Kategori
Tuntas
Tidak tuntas

Jumlah Siswa
Jumlah
Presentase
17
74 %
6
26 %
23
100 %
7,2
90
12,0 %
3,5
4,0%

Melalui tabel diatas dapat diketahui yaitu terdapat 6 siswa (26%) belum
tuntas belajar karena belum memenuhi KKM pada pembelajaran siklus 1. siswa
yang tuntas berjumlah 17 siswa (74%) sudah memenuhi KKM yaitu ≥ 70.
Presentase ketuntasan hasil belajar pada siklus

1 dapat dilihat pada gambar

diagram dibawah ini.

Presentase Ketuntasan Hasil Belajar
Silkus 1

26%

74%

Tuntas

Tidak Tuntas

Gambar 05. Diagram Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Silkus 1

88

Hasil belajar yang diperoleh setelah pelaksanaan perbaikan pembelajaran
pada siklus 1 selama tiga kali pertemuan mengalami peningkatan dari

hasil

belajar yang didapat oleh siswa pada kondisi awal. Hasil belajar yang dimaksud
disajikan pada tabelberikut ini :
Tabel 22
Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus dan Siklus 1
Kondisi Awal Pra Siklus

Siklus 1

17%

74%

Presentase

Sesuai dengan tabel di atas, dapat dilihat bahwa ketuntasan hasil belajar
yang diperoleh siswa mengalami peningkatan dari jumlah presentase siswa yang
telah tuntas sebesar sebelumnya adalah 17 % menjadi 74%. Peningkatan hasil
belajar siklus disajikan dalam diagram berikut :

Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Pra
Siklus dan Siklus 1
74%
80%
60%
40%
20%
0%

17%
Pra Siklus

Siklus 1

Gambar 06. Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus dan Siklus 1
b. Hasil Keaktifan Belajar Siswa
Peneliti membuat lembar observasi kegiatan siswa dalam proses
pembelajaran yang berfungsi untuk menentukan tingkat keaktifan belajar siswa.
Adapun kriteria rentan penilaian keaktifan belajar siswa ialah 1% - 25% sangat

89

rendah, 26% - 50%, rendah, 56% - 75% sedang dan 76% - 100% tinggi.
Sedangkan, hasil observasi keaktifan belajar siswa pada siklus 1 pertemuan 1
54,5%, kemudian pada pertemuan ke 2 63,6%. Jadi keaktifan belajar pada siklus
1 dapat dikatakan masuk ke kriteria sedang. Untuk pertemuan ke 3 peneliti tidak
menggunakan lembar observasi keaktifan belajar kerena siswa hanya mengerjakan
tes formatif pada siklus 1 tanpa ada kegiatan siswa yang menggunakan model
pembelajaran TGT berbantuan kipas pecahan. Peningkatan presentase keaktifan
siswa dapat dilihat pada rekapan lembar observasi pertemuan 1 dan pertemuan 2
pada siklus 1 berikut ini.
Tabel 23
Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan 1 dan Pertemuan 2
Pada Siklus 1
No.
1

2
3

4

5

6

7

8

9

Indikator Keaktifan Belajar
Siswa
Apakah siswa mendengarkan
penjelasan materi dari guru
tentang pecahan?
Apakah siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok ?
Apakah setiap siswa berkumpul
pada kelompoknya masingmasing?
Apakah setiap siswa memberi
pendapat kepada kelompok
dalam turnamen permainan kipas
pecahan?
Apakah setiap individu siswa
mempunyai kesempatan untuk
menjawab soal yang berada
dikipas pecahan?
Apakah dalam mengerjakan soal
di kipas pecahan dikerjakan
secara diskusi ?
Apakah setiap siswa mampu
memberi jawaban yang bagus
dan cepat untuk menjawab
pertanyaan yang diterima ?
Apakah masing-masing siswa
mengerjakan soal dengan
menggunakan cara bertentu ?
Apakah kelompok mampu
mempresentasikan hasil
pekerjaannya di depan teman

Pertemuan 1
Ya
Tidak
v

Pertemuan 2
Ya
Tidak
v

v

v

v

v

v

v

v

v

v

v

v

v

V

v

V

V

90

10

11

sekelas ?
Apakah semua kelompok
membantu menyelesaikan di
depan kelas jika perwakilan
kelompok tidak mampu untuk
menjelaskan kepada teman yang
lain ?
Apakah kelompok memperoleh
hadiah ketika mampu menjawab
pertayaan dengan benar?
Total
Presentase

v

V

v

6
54,5%

v

5
45,5%

7
63,6%

4
36,4%

Lebih jelasnya peningkatan presentase keaktifan siswa pertemuan 1 dan
pertemuan 2 pada siklus 1 dapat dilihat pada gambar diagram berikut ini.

Peningkatan Presentase Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan 1
dan Pertemuan 2 Pada Siklus 1
66,00%
64,00%
62,00%
60,00%
58,00%
56,00%
54,00%
52,00%
50,00%
48,00%

63,60%

Series1
54,50%

Pertemuan 1

Pertemuan 2

Gambar 07
Peningkatan Presentase Keaktifan Siswa Pertemuan 1 dan Pertemuan
2 Pada Siklus 1
c. Refleksi
Setelah siklus 1 telah selesai dilakukan, kemudian peneliti dan guru
melakukan refleksi untuk membahas permasalahan yang ada. Melalui model
pembelajaran TGT berbantuan permainan kipas pecahan dapat meningkatkan
keaktifan selain itu pandai berbicara atau berkomunikasi, siswa senang bekerja
kelompok dapat mengahargai pendapat orang lain serta hasil belajar siswa

91

meningkat walaupun masih kurang maksimal. sebagian besar siswa pasif dan
belum tuntas hasil belajarnya.
Tingkat penggunaan model pembelajaran TGT berbantuan permainan
kipas pecahan telah mencapai 92% selama kegiatan berlangsung. Kegiatan yang
belum maksimal tersebut dikarenakan power point yang seharusnya digunakan
dalam proses pembelajaran namun tidak dapat digunakan karena keterbatasan
media. Serta berdampak pada hasil belajar siswa yaitu mencapai 74% . Oleh
karena itu, peneliti dan guru mengambil keputusan untuk tidak menggunakan
media power point pada siklus selanjutnya.
4.1.3 Deskripsi Siklus II
a. Rencana Tindakan
Rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus 2 terdiri dari 3 pertemuan.
Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan pada hari Senin tanggal 21 November
2016 sampai hari Rabu tanggal 23 November 2016. Pada pertemuan ke 3 tidak
menggunakan model pembelajaran TGT berbantuan permainan kipas pecahan
karena prtemuan ke 3 khusus digunakan untuk mengerjakan tes formatif. Kegiatan
pada pertemuan pertama yaitu penyampaian 3 indikator. Pada pertemuan ke 2
dilakukan kegiatan penyampaian 3 indikator, kemudian pada pertemuan ke 3 akan
dilakukan

tes formatif oleh siswa untuk siklus 2. Tes formatif dirancang

bedasarkan kompetensi dasar dan indikator yang diambil oleh peneliti. Selain itu,
materi ajar yang digunakan diadaptasi dari buku pegangan guru dan siswa,
internet. Media gambar pecahan berbentuk lingkaran dan persegi panjang.
b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
a) Pertemuan Pertama
1. Kegiatan Awal
Guru meminta siswa untuk berdoa bersama dan memeriksa kehadiran siswa
sebelum memulai kegiatan pembelajaran. Apersepsi yang dilakukan adalah guru

92

membahas materi yang sebelumnya, guru bertanya “Siapakah yang tahu pecahan
senilai itu seperti apa?” dan “ Bagaimana penyederhanaan pecahan yang benar”.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada inti

meliputi,

guru

memasang alat peraga dengan menggunakan penjumlahan serta media
pembelajaran pada papan tulis. Siswa diminta mengamati alat peraga dan media
tersebut. Setelah itu, siswa menentukan pecahan senilai dan menyederhanakan
suatu pecahan. Guru menjelaskan materi ajar kepada siswa terutama yang sulit
bagi siswa.
Kemudian, siswa dibagi ke dalam 5 kelompok yaitu kelompok A,B,C,D dan
E yang terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, rendah, dan sedang seperti
dengan siklus 1. Guru memberikan kipas berukuran besar pada tiap kelompok
yang berisi 5 kipas kecil yang berisi soal dengan warna kipas yang berbeda.
Kelompok diminta mencari kipas yang sama warna, sesuai kipas yang besar. Guru
akan memberikan aba-aba “Siap” siswa mengeluarkan kipas nomor 1 jika guru
berkata “ Mulai” maka semua boleh menjawab. Kemudian siswa diberi waktu 2
menit untuk menentukan jawaban nomor 1.
Setiap kelompok mengerjakan soal dengan cepat, siapa yang tercepat boleh
mengangkat tangan menyebutkan nama kelompok. Setelah menyebutkan nama
kelompok, salah satu maju kedepan untuk mempresentasikan jawabannya dengan
suatu cara. Jika ada salah satu soal yang tidak bisa terjawab oleh semua
kelompok, soal tersebut dianggap hangus.
Bagi kelompok yang memperoleh skor tertinggi maka kelompok tersebut
akan memperoleh reward atau hadiah yang berupa makanan. Guru menghitung
skor dan memberikan hadiah pada kelompok yang memperoleh skor tertinggi.

3. Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup, aktivitas guru dan siswa ialah merangkum materi
yang sudah dipelajari, kemudian guru meminta beberapa siswa untuk
menyimpulkan materi pembelajaran. Dilanjutkan guru memberikan soal evaluasi

93

kepada siswa, dilanjutkan mencocokan Guru menyampaikan materi yang akan
dibahas pada pertemuan selanjutnya.
4. Kegiatan Observasi
Kegiatan

observasi pada pertemuan siklus ke 2 dilakukan pada saat

pembelajaran berlangsung. Pada peertemuan pertama siklus 2 ini siswa masih
terkesan ramai dan masih kurang aktif. Siswa lebih banyak bermain sendiri
dengan kipasnya dari pada mendengarkan instruksi guru. Namun turnamen
permainan kipas pecahan dapat berjalan dengan baikwalaupun kurang maksimal.
b) Pertemuan Kedua
1. Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal ini, guru mengajak siswa untuk berdoa bersama
sebelum memulai pembelajaran. Ketua kelas memimpin doa setelah berdoa guru
mengucapkan salamdan siswa menjawab salam. Apersepsi yang dilakukan adalah
mengingat kembali materi yang disampaikan sebelumnya yakni penyederhanaan
pecahan dan penjumlahan pecahan.

Guru memberikan pertanyaan mengenai

pengurangan pecahan. Kemudian siswa siswa memberikan umpan balik dengan
menjawab pertanyaan dari guru. Guru mengaitkan antara pertemuan kemarin
dengan apa yang akan dipelajari oleh siswa agar siswa terangsang dan termotivasi
terhadap materi yang akan dibahas.
2. Kegiatan Inti
Pada kegiatan ini, guru menampilkan suatu gambar yang berupa gambar
suatu pecahan di slide power point baik itu pengurangan maupun penjumlahkan
dan campuran. Siswa mengamati gambar yang ditampilkan oleh guru. Setelah
siswa mengamati gambar pecahan yang bervariasi tersebut. Kemudian siswa
menentukan bagaimana cara mengerjakan soal penjumlahan suatu pecahan,
pengurangan suatu pecahan, campuran pecahan dan pemecahan soal atau soal
cerita dengan benar. Dilanjutkan dengan penjelasan dari guru dan siswa
mendengarkan penjelasan tersebut.
Siswa dibagi menjadi 4-5 kelompok yaitu kelompok A,B,C,D dan E. Guru
memberikan satu kipas besar yang berisi 5 kipas kecil dengan soal yang melekat
didalamnya. Kipas tersebut berbeda warna. Kelompok harus mencari warna

94

kipas yang sama untuk memperoleh soal yang lengkap. Setelah soalnya lengkap
guru memberikan aba–aba “ Siap”

siswa mengeluarkan kipas nomor 1,

kemudian guru berkata “Mulai” siswa boleh mengerjakan. Siswa diberi waktu 2
menit untuk mengerjakan soal.
Kelompok yang tercepat boleh mengangkat tangan menyebutkan nama
kelompok dan menjawab soal dengan menggunakan cara serta dipresentasikan ke
teman-teman yang lain. Kelompok yang skornya tertinggi seperti biasa akan
memperoleh hadiah atau reward.
Guru menghitung total skor perkelompok dan dilanjutkan guru
memberikan hadiah bagi siswa, bagi yang belum pernah memenangkan turnamen
guru mengatakan jangan pernah putus asa dan memotivasi siswa untuk giat
belajar.
3. Kegiatan Penutup
Pada tahap kegiatan akhir ini, siswa dan guru merangkum materi yang
sudah dipelajari, dilanjutkan untuk memberi suatu kesimpulan terhadap
pembelajaran yang berlangsung. Siswa diberikan soal evaluasi pada pertemuan ke
2, bagi siswa yang belum baik akan mengerjakan soal remidi bagi yang sudah
baik akan diberikan soal pengayaan. Guru menyampaikan bahwa pertemuan ke 3
akan diadakan tes formatif untuk akhir pertemuan siklus 2. Guru mengucapkan
salam dan siswa menjawab salam dari guru.
4. Kegiatan Observasi
Observasi dilakukan oleh observer saat pembelajaran berlangsung. Pada
observasi pada siklus 2 pertemuan 2 ini semua siswa sudah aktif dalam mengikuti
pembelajaran yang berlangsung. Siswa yang pertemuan sebelumnya ramai
sekarang tidak ramai semua rapi ditempatnya dan mengikuti turnamen dengan
tertib. Nilai siswalah yang masih kurang maksimal diharapkan pertemuan ke 3
yang digunakan khusus untuktes formatif pada siklus II semua siswa memperoleh
nilai diatas ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan oleh peneliti.

95

c) Pertemuan Ketiga
1. Kegiatan Awal
Kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa pada awal pertemuan ke 3
adalah guru mengajak siswa untuk berdoa. Ketua kelas memimpin doa. Guru
meminta siswa untuk mempersiapkan diri mengikuti pelajaran sebelum dimulai.
Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai materi pecahan yang sudah
dipelajari pada pertemuan 1 dan 2.
2. Kegiatan Inti
Pada tahap ini, guru dan siswa bertanya jawab mengulang materi yang
sudah dipelajari sebelumnya selama 15 menit. Siswa aktif bertanya kepada guru
tentang materi yang belum dipahami. Siswa bertanya jawab dengan antusis.
Setelah siswa mantap dengan pemahamannya dan tidak ada yang bertanya dengan
guru. Semua menyiapkan alat yang digunakan untuk mengerjakan soal.
Pada tahap pertemuan ke 3, siswa tidak lagi dibentuk kelompok namun
sudah duduk secara individu pada masing-masing meja dan kursinya. Guru
membagikan soal evaluasi, kemudian

siswa mengerjakan soal selama kurang

lebihnya yaitu satu jam. Dengan jumlah soal sebanyak 20 butir bentuk soal pilihan
ganda. Jika ada soal yang kurang jelas, siswa boleh bertanya kepada guru. Bagi
siswa yang sudah selesai, boleh maju kedepan untuk mengumpulkan lembar jawab
pada guru. Jika ada yang belum meberikan nama dan ada soal yang belum terjawab
tugas guru ialah mengingatkan agar diberi nama dan jawaban.
3. Kegiatan Penutup
Kegiatan siswa dan guru pada tahap penutup ialah merangkum materi ajar
yang sudah dipelajari dan diberikan suatu kesimpulan dari pertemun 1, pertemuan
2 dan pertemuan 3. Guru bertanya kepada siswa “Apakah soalnya gampang atau
sulit ?”. Kemudian siswa menjawab soalnya gampang setelah mengerjakan soal
evaluasi, dengan jawaban siswa, bahwa meteri yang disampaikan oleh guru sudah
jelas guru berharap siswa akan memperoleh nilai baik. Guru meminta ketua kelas
untuk memimpin doa, kemudian guru mengucap salam, siswa menjawab salam.
4. Kegiatan Observasi

96

Selanjutnya kegiatan observasi dilakukan secara langsung oleh observer saat
guru mengajar dan mengawasi siswa pada pertemuan ke 3 siklus II. Pada
pertemuan ke 3 ini sudah tidak ada masalah karena sumua sudah teratasi. Semua
siswa sudah aktif dalam proses pembelajaran, nilainya sudah baik, dan siswa
sudah tertib dan tidak ramai.
4.1.3.1 Hasil Tindakan Siklus II
a. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa diperoleh saat pembelajaran telah selesai dilakukan.
Pada pertemuan ke 3 siklus 2. Siswa mengerjakan tes formatif dengan jumlah
soal 20 butir dengan bentuk tes pilihan ganda. Bentuk soal disesuaikan dengan
indikator yang telah dirancang oleh peneliti sebelumnya. Kriteria Ketuntasan pada
mata pelajaram Matematika siklus II sama dengan KKM siklus 1 yaitu 70. Dari 23
siswa yang mencapai ketuntasan minimal yaitu 23 siswa atau dapat dikatakan
bahwa semua siswa tuntas.
Jumlah keseluruhan siswa ada 23 siswa, nilai tertinggi dari siklus 2 yaitu
100 yang diraih oleh 1 siswa dan nilai terendah adalah 70 siswa yang sama
dengan KKM diraih oleh 6 siswa. Presentase ketuntasan belajar yang diperoleh
pada pembelajaran siklus 2 sebesar 100% atau 23 siswa telah memperoleh nilai
yang memenuhi KKM.
Presentase ketuntasan hasil belajar pada siklus 2 dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 24
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus 2
No.
1
2

Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM)
≥70
˂ 70
Jumlah
Rata- rata nilai
Nilai tertinggi
Nilai terendah

Kategori
Tuntas
Tidak tuntas

Jumlah Siswa
Jumlah
Presentase
23
100%
0
0%
23
100%
80
100
10,0 %
70
7,0%

Melalui tabel diatas dapat diketaui bahwa terdapat 23 siswa yang
memperoleh nilai memenuhi KKM sehingga dapat dikatakan tuntas belajar. Dan 0

97

siswa yang mendapat nilai dibawah KKM sehingga dapat dikatakan bahwa tidak
ada siswa yang tidak tuntas belajar pada siklus 2 ini, dengan KKM ≥70 sesuai
yang di rancang oleh peneiti. Presentase ketuntasan hasil belajar pada siklus 2
dapat dilihat pada diagram berikut ini.

Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus 2
Tidak Tuntas
0%

Tuntas
100%

Gambar 08
Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus 2
Hasil belajar yang diperoleh setelah melakukan kegiatan pembelajaran
siklus 2 yang terdiri dari pertemuan 1,

pertemuan 2, dan pertmuan 3

totalpertemuan ada 3 pertemuan, disimpulkan bahwa ada suatu peningkatan hasil
belajar. Pada siklus 1 masih ada siswa yang belum tuntas namun pada siklus 2
semua siswa mengalami peningkatan hasil belajar. Perbandingan peningkatan
siklus 1 ke siklus 2 dapat dilihat pada tabel 25 berikut ini.
Tabel 25
Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus 1 dan Siklus II
Presentase
Ketuntasan Belajar

Siklus 1

Siklus 2

74%

100%

Dapat dilihat pada tabel di atas, bahwa ketuntasan hasil belajar yang
diperoleh siswa kelas 4 SDN Blotongan 01 mengalami peningkatan dari jumlah

98

presentase siswa yang telah tuntas KKM sebesar 74% menjadi 100%. Peningkatan
hasil belajar siklus 1 ke siklus II disajikan dalam bentuk diagram berikuti ini.

Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus 1 dan Siklus 2

100%
100%

74%

80%
60%
40%
20%
0%
Siklus 1

Siklus 2

Gambar 09
Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus 1 dan Siklus II
b. Hasil Keaktifan Belajar Siswa
Data keaktifan dari siklus 2 menunjukkan bahwa pertemuan 1 siswa
memperoleh presentase keaktifan 81,8% siswa aktif dan 18,2% siswa tidak aktif
sedangkan pertemuan 2 sebesar 91% siswa aktif dan 9% siswa tidak aktif. Dapat
disimpulkan bahwa keaktifan siswa pada siklus 2 yaitu sangat tinggi. Disini dari
pertemuan 1 ke pertemuan 2 sudah ada peningkatan keaktifan. Untuk pertemuan
ke 3 peneliti tidak menggunakan lembar observasi keaktifan kerena siswa hanya
mengerjakan tes formatif pada siklus II tanpa ada kegiatan siswa yang
menggunakan model pembelajaran TGT berbantuan kipas pecahan. Peningkatan
presentase keaktifan siswa dapat dilihat pada

rekapan lembar observasi

pertemuan 1 dan pertemuan 2 pada siklus II tabel 26 berikut ini.

99

Tabel 26
Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan 1 dan Pertemuan 2
Pada Siklus II
No.
1

2
3
4

5

6

7

8

9

10

11

Indikator Keaktifan Belajar
Siswa
Apakah siswa mendengarkan
penjelasan materi dari guru tentang
pecahan?
Apakah siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok ?
Apakah setiap siswa berkumpul
pada kelompoknya masing-masing?
Apakah setiap siswa memberi
pendapat kepada kelompok dalam
turnamen permainan kipas pecahan?
Apakah setiap individu siswa
mempunyai kesempatan untuk
menjawab soal yang berada dikipas
pecahan?
Apakah dalam mengerjakan soal di
kipas pecahan dikerjakan secara
diskusi ?
Apakah setiap siswa mampu
memberi jawaban yang bagus dan
cepat untuk menjawab pertanyaan
yang diterima ?
Apakah masing-masing siswa
mengerjakan soal dengan
menggunakan cara bertentu ?
Apakah kelompok mampu
mempresentasikan hasil
pekerjaannya di depan teman
sekelas ?
Apakah semua kelompok membantu
menyelesaikan di depan kelas jika
perwakilan kelompok tidak mampu
untuk menjelaskan kepada teman
yang lain ?
Apakah kelompok memperoleh
hadiah ketika mampu menjawab
pertayaan dengan benar?
Total
Presentase

Pertemuan 1
Ya
Tidak
v

Pertemuan 2
Ya
Tidak
v

v

v

v

v

v

v

v

v

v

v

v

v

v

V

v

v

v

v

v

v

9
81,8 %

2
18,2%

10
91%

1
9%

100

Adapun bentuk diagram dari keaktifan belajar siswa kelas 4 SDN Blotongan
01 adalah sebagai berikut:

Peningkatan Presentase Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan 1
dan 2 Siklus II
92,00%
91%

90,00%
88,00%
86,00%
84,00%

Series1

82,00%

81,80%

80,00%
78,00%
76,00%
Pertemuan 1

Pertemuan 2

Gambar 10
Presentase Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan 1 dan 2 Pada Siklus II
c. Refleksi
Refleksi yang dilakukan membahas tentang kelebihan model pembelajaran
TGT berbantuan permainan kipas pecahan. Kelebihan model pembelajaran TGT
berbantuan kipas pecahan yaitu dapat meningkatkan keaktifan siswa, siswa lebih
antusias dalam belajar, siswa mampu mengikuti turnamen, mampu menghargai
pendapat orang lain.
Pelaksanaan tes formatif siklus 2 menunjukkan keaktifan belajar siswa
dikatakan dengan predikat tinggi karena presentase perolehan diatas 76%. Dan
semua siswa dapat mencapai ketuntasan minimal. Presentase ketuntasan yang
diperoleh yaitu 100%. Berdasarkan hasil belajar siswa yang telah mencapai
ketuntasan, peneliti dan guru melaksanakan kesepakatan tentang akhir dari
tindakan perbaikan permbelajaran. Siklus yang dilaksanakan sudah memenuhi
indikator keberhasilan maka tidak diadakan siklus selanjutnya.

101

4.2

Analisis Data dan Rekapitulasi Prasiklus, Siklus I, Siklus II dan
Keaktifan Siswa

a. Analisis Data dan Rekapitulasi Prasiklus, Siklus I , Siklus II
Hasil pembelajaran pada kelas 4 mata pelajaran Matematika SDN
Blotongan 01 mengalami peningkatan pada hasil pra siklus, siklus I dan siklus II.
Hasil peningkatan pada setiap siklus dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 27
Rekapitulasi Data Hasil Belajar Pra siklus, Siklus I, dan Siklus II
Kategori
Nilai
Belum Tuntas
˂ 70
Tuntas ≥ 70
Jumlah
Rata-Rata
Nilai
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah

Kondisi Awal
(Prasiklus)
Jumlah Presentase
19
83%
4
23

17%
100

Siklus I

Siklus II

Jumlah
6

Presentase
26%

Jumlah
0

Presentase
0%

17
23

74%
100

23
23

100%
100

51,7

7,2

80

70

7%

90

9%

100

10%

30

3%

3,5

4%

70

7%

Melalui tabel 27 dapat disimpulkan bahwa jumlah siswa yang belum tuntas
pada kondisi awal (pra siklus) yaitu 19 siswa (83%) menjadi 6 siswa (26%)
setelah peneliti melaksanakan siklus I. Pada kegiatan pembelajaran siklus terakhir
semua siswa berada pada kategori tuntas yakni nilai yang diperoleh lebih besar
sama dengan 70. Presentase siswa yang telah mencapai KKM di kondisi pra siklus
adalah 4 siswa ( 17%) sedangkan pada siklus I adalah 17 siswa (74%). Pada akhir
siklus II semua siswa tuntas belajar.
Pada tabel 28 terlihat ketuntasan hasil belajar yang telah dicapai pada tahap
pra siklus, siklus I,dan siklus II.
Tabel 28
Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Presentase
Ketuntasan

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

17%

74%

100%

102

Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa terlihat mulai dari kondisi awal
(pra siklus), siklus I dan siklus II. Presentase ketuntasan hasil belajar kondisi awal
(pra siklus) sebesar 17%, sedangkan pada siklus I sebesar 74% . Diakhir
Pembelajaran siklus II, diperoleh ketuntasan hasil belajar sebesar 100% siswa
telah mencapai KKM. Lebih jelasnya untuk peningkatan hasil belajar siswa kelas 4
mata pelajaran Matematika SDN Blotongan 01 Salatiga dapat dilihat pada gambar
berikut ini.

Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I, Siklus II
120%
100%
100%
80%
74%
60%

Series1

40%
20%
17%
0%
Siklus Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Gambar 11
Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I, Siklus II
b. Analisis Keaktifan Belajar Siswa
Melalui pembelajaran dengan menggunakan TGT berbantuan permainan
kipas pecahan pada mata pelajaran Matematika pada siswa kelas 4. Siswa
pengalami peningkatan keaktifan belajar. Lebih jelasnya peningkatan keaktifan
belajar siswa tersebut dapat dilihat pada tabel 29 di bawah ini.
Tabel 29
Presentase Keaktifan Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

Presentase
Keaktifan
Belajar

Siklus I
Pertemuan I
Pertemuan 2
54,5%
63,6%

Siklus II
Pertemuan I
Pertemuan 2
81,8%
91%

103

Melalui tabel 29 keaktifan siswa setiap pertemuan mengalami peningkatan
pada siklus I pertemuan 1 keaktifan siswa mencapai 54,5%.

Presentase 54,5%

keaktifan belajar siswa dapat dikatakan sedang. Kemudian untuk pertemuan 2 pada
siklus I mengalami peningkatan yaitu menjadi 63,6%, keaktifan belajar tersebut
dapat dikatakan sedang.
Setelah itu peneliti mengadakan pertemuan I pada siklus 2 ternyata
keaktifan belajar siswa mengalami peningkatan yang awalnya 63,6% pada
pertemuan 2 siklus 1. Pada pertemuan 1 siklus 2 keaktifan belajar siswa meningkat
menjadi 81,8% , keaktifan belajar siswa pada pertemuan pertama siklus 2 ini dapat
dikatakan tinggi. Sedangkan, pada pertemuan ke 2 siklus 2 keaktifan belajar siswa
mengalami peningkatan mencapai 91% , keaktifan belajar siswa tersebut dapat
dikatan tinggi.
Lebih jelasnya peningkatan belajar siswa mulai dari siklus I dan siklus II
dapat dilihat pada gambar diagram sebagai berikut:

Keaktifan Belajar Siswa Siklus 1 dan 2
100,00%
91%

90,00%
81,80%

80,00%
70,00%
63,60%

60,00%
50,00%

54,50%
Series1

40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%

0,00%
0
Siklus I Pertemuan Pertemuan Siklus 2 Pertemuan Pertemuan
1
2
1
2

Gambar
Presentase Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
Melalui gambar diagram dilihat bahwa keaktifan belajar siswa mengalami
peningkatan setiap pertemuan mulai dari pertemuan 1 siklus I presentase keaktifan
yaitu 54,5% sampai dengan pertemuan 2 siklus II keaktifan siswa mencapai 91%.

104

4.3 Langkah –Langkah Penerapan Model TGT Berbantuan Permainan
Kipas Pecahan
Pada pembelajaran ini, peneliti telah menggunakan langkah-langkah model
pembelajaran TGT berbantuan permainan kipas pecahan yang terdiri dari 3
pertemuan. Akan tetapi pertemuan 3 peneliti tidak menggunakan langkah-langkah
model pembelajaran karena khusus tes formatif dan berisi tanya jawab untuk
mengulas materi yang lalu. Berikut adalah tabel rekapitulasi lembar observasi
pedoman penerapan model TGT berbantuan kipas pecahan selama siklus I dan II.
Tabel 30
Hasil Rekap Lembar Observasi Pedoman Penerapan Model TGT
Berbantuan Kipas Pecahan
Siklus 1
No.

Indikator

Perte
muan I

Perte
muan 2

Siklus II
Pete
Perte
muan I
muan 2

Pra pembelajaran
1

2

Guru
mempersiapkan
ruang,alat,
dan
media
pembelajaran
Guru
meminta
siswa
mengeluarkan alat tulis

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

Pendahuluan
3

4

5

Guru
mengawali
pembelajaran pembelajaran
dengan mengucap salam
dan mengabsen siswa.
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan
dicapai
Guru
menyampaikan
apersepsi dengan bertanya
tentang pecahan

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

Inti
6

7

8
9

Guru menampilkan gambar
pecahan pada slide power
point
Guru bertanya kepada
siswa
tentang
gambar
pecahan yang diamati.
Guru
membagi
siswa
menjadi 4 – 5 kelompok
Guru menjelaskan materi
tentang
pecahan
dan
memberi contoh

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

105

10

11
12

13

14

15

16
17

Guru
menjelaskan
mengenai kegiatan yang
akan
dilakukan
oleh
kelompok.
Guru menjelaskan aturan
permainan.
Guru membagi LKS (Kipas
besar yang berisi 5 kepas
kecil berisi soal)
Guru memberi aba- aba
untuk
melakukan
permainan /game dengan
aba-aba “ Siap “dan “
Mulai”
Guru membimbing siswa
untuk membimbing siswa
untuk melakukan turnamen.
Guru meminta siswa untuk
maju
mempresentasikan
jawabannya di depan kelas
Guru menghitung skor
yang diperoleh kelompok
Guru memberikan hadiah
kepada kelompok yang
tertinggi skornya.

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

˅

Penutup
18
19

20

21
22

23

Guru bertanya jika ada
materi yang kurang jelas
Guru meminta siswa untuk
merangkum
materi
pembelajaran yang sudah
berlangsung
Guru melakukan refleksi
bersama siswa terhadap
materi ajar
Guru membagikan soal
evaluasi
Guru membagikan soal
pekerjaan rumah (remidi
dan pengayaan bagi yang
tidak tuntas dan sudah
tuntas)
Guru mengucap salam
Total
Presentase

˅
21
92%

2
8%

˅
21
92
%

2
8%

˅
22
96
%

1
4%

˅
23
100%

0
0%

106

Tabel 31
Presentase Penerapan Model TGT Berbantuan Kipas Pecahan
Siklus 1
Pertemuan
Pertemuan
ke 1
ke 2
92%
92%

Presentase Keaktifan

Siklus 2
Pertemuan ke 1
Pertemuan ke 2
96%

100%

Melalui tabel 31 dapat disimpulkan bahwa setiap pertemuan siklus ada
suatu peningkatan yaitu keaktifan belajar siswa. Yang mana, pada pertemuan satu
siklus I keaktifan siswa adalah 92%, pertemuan 2 masih sama dengan pertemuan
satu yaitu 92%, kemudian siklus 2 pada pertemuan 1 mengalami peningkatan
yaitu menjadi 96% dan yang terakhir pertemuan ke 2 padasiklus 2 menjadi 100%
siswa aktif dalam proses pembelajaran. Kemudian peneliti telah membuat
presentase penggunaan model pembelajaran TGT berbantuan permainan kipas
pecahan dalam diagram sehingga lebih mudah dibaca, diagram tersebut dapat
dilihat pada gambar diagram berikut ini.

Presentase Penerapan Model TGT Berbantuan Kipas Pecahan
102%
100%
100%

98%
96%
96%

94%

Series1

92%
90%

92%

92%

Pertemuan 1

Pertemuan 2

88%
Siklus 1

Pertemuan 1

Pertemuan 2

Siklus2

Gambar 13
Presentase Penerapan Model TGT Berbantuan Permainan Kipas Pecahan

107

Berdasarkan tabel hasil rekap lembar observasi terhadap aktivitas guru
dalam menerapkan model TGT berbantuan kipas pecahan pada siklus I dan II.
Setiap siklus diadakan 3 pertemuan. Pertemuan pertama dan kedua pada siklus I,
menunjukan semua langkah – langkah kegiatan pembelajaran model TGT
berbantuan kipas pecahan terlaksana 93% atau sebanyak 23 pertanyaan sudah
terlaksana sesuai dengan rencana.
Pertemuan pertama dan kedua pada siklus II menunjukan ada suatu
peningkatan. Pada pertemuan pertama

96% terlaksana atau

24 pertanyaan

terlaksana .kemudian pada pertemuan kedua presentase penggunaan model
pembelajaran TGT berbantuan permainan kipas pecahan meningkat menjadi
100% terlaksana semua.
Pertemuan ketiga tidak tercantum kedalam table karena tidak mengandung
pembelajaran dengan model TGT berbantuan permainan

kipas pecahan

pertemuan ke 3 hanya digunakan untuk melakukan tes formatif dari setiap siklus.
4.4 Pembahasan dan Implikasi
Berdasarkan penerapan langkah-langkah model pembelajaran TGT
berbantuan permainan kipas pecahan terhadap siswa kelas 4 SDN Blotongan 01
Salatiga pada mata pelajaran Matematika tahun ajaran 2016/2017 diketahui terjadi
peningkatan disetiap siklus, dari siklus I sampai akhir siklus II. Hal tersebut dapat
dilihat ketika siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru,
melaksanakan diskusi secara kelompok sesuai dengan petunjuk yang diberikan
oleh guru, menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan baik.
Penerapan langkah-langkah modelpembelajaran TGT meningkatkan keaktifan
belajar dan hasil belajar siswa. Dibuktikan dengan peningkatan keaktifan siswa
yang terjadi selama siklus berlangsung. Presentase keaktifan belajar siswa pada
tahap siklus 1 pertemuan 1 adalah 54,5% kemudian untuk pertemuan 2 adalah
63,6%. Selanjutnya untuk pertemuan 1 pada siklus 2 presentasenya adalah 81,8%
dan yang terakhir pada pertemuan 2 siklus 2 presentase keaktifan siswa adalah
91% sehingga semua siswa aktif dalam pembelajaran. Presentase hasil belajar
kondisi pra siklus 17% meningkat pada siklus I menjadi 74%. Pada akhir siklus II
juga terlihat peningkatan yang signifikan menjadi 100%.

108

Hal ini juga menengok dari penelitian relevan penerapan model
pembelajaran TGT yang dilakukan oleh Yunita Nirmalasari pada tahun 2015
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika dengan Model Kooperatif Model TGT Di Kelas

4 Paraksari.

Penelitiannya berhasil dengan aktivitas rata-rata kelas yang diperoleh pada siklus
1 yaitu 66,38% kemudian rata-rata kelas tersebut mengalamieningkatan menjadi
88.05% dan berada pada kategori baik . Presentase yang ada tersebut
sudahmemenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu 80%. Melalui
penelitian diatas dapat dikatakan bahwa penerapan langkah-langkah model
pembelajaran TGT yang menggunakan alat bantu tertentu serta penerapannya
diberbagai mata pelajaran dengan materi yang berbeda dan mata pelajaran yang
berbeda pula, ternyata model pembelajaran TGT berbantuan permainan kipas
pecahan dapat diterapkan pada materi pecahan berbantuan permainan kipas
pecahan sehingga dapat berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil yang
maksimal. Selain itu, dalam kajian pustaka melalui ahli yaitu Slavin (1995)
mengatakan bahwa TGT merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif
untuk membantu siswa menguasai materi pelajaran. Di dalam penelitian ini proses
pembelajaran model TGT berbantuan permainan kipas pecahan memang
membantu siswa menguasai materi pembelajaran, karena dalam mengikuti
turnamen dan permainan siswa harus mampu menguasai materi pembelajaran
terlebih dahulu.
Model TGT berbantuan permainan kipas pecahan dapat membantu siswa
untuk lebih termotivasi

dan aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

khususnya pada mata pelajaran Matematika. Pemanfaatan permainan berupa kipas
pecahan ini sangan efektif dan membantu siswa untuk aktif dalam kegiatan
pembelajaran, karena sisswa tertarik dengan permainan dalam pembelajaran
sehingga mereka sangat antusias dan aktif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Penerapan model TGT berbantuan permainan kipas pecahan dapat
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas 4

SDN Blotongan 01

Salatiga tahun ajaran 2016/2017. Implikasi praktis yang terjadi setelah

109

pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini yakni guru menemukan alternatif baru
melalui penggunaan metode pembelajaran yang inovatif dan kreatif untuk
memperbaiki mutu pembelajaran.
Bagi siswa, implikasi dari penelitian ini adalah menumbuhkan keaktifan
dan perhatian siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran,

meningkatkan

keaktifan dan dapat mengembangkan proses kegiatan pembelajaran di kelas yang
menyenangkan bagi siswa pada mata pelajaran Matematika serta membantu
menguasai cara menyelesaikan penyederhanaan pecahan, menjumlahkan pecahan
senilai dan tidak senilai dan yang lainnya

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24