Tataniaga Pertanian Tataniaga Pertanian Tataniaga Pertanian

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam
arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat dan
perkebunan besar), kehutanan, peternakan, dan perikanan (dalam perikanan
dikenal pembagian lebih lanjut yaitu perikanan darat dan perikanan laut).
Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang
peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat
ditunjukkan dari banyaknya penduduk yang hidup atau bekerja pada sector
pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian. Menurut
Mubyarto (1995).
Seperti diketahui sektor pertanian di Indonesia dan manajemen tataniaga
hasil pertanian dianggap penting untuk pembangunan pertanian. Hal ini terlihat
dari peranan sektor pertanian terhadap penyediaan lapangan kerja, penyediaan
pangan, penyumbang devisa negara melalui ekspor dan sebagainya serta tataniaga
sebagai metode yang di gunakan untuk mengoperasionalkan proses produksi,
distribusi dan pemasaran hasil pertanian.(Soekartawi, 1994: 1).
Sawi hijau atau Caisin (Brassica sinensis L.) adalah tanaman jenis sayuran
yang dapat ditanam disepanjang tahun. Sawi juga dapat hidup di berbagai tempat,
baik di dataran tinggi maupun dataran rendah. Namun, sawi kebanyakan

dibudidayakan di dataran rendah dengan ketinggian antara 5-1200m dpl, baik di
sawah, ladang, maupun pekarangan rumah. Sawi termasuk tanaman yang tahan
terhadap cuaca, pada musim hujan tahan terhadap terpaan air hujan, sedang pada
musim kemarau juga tahan terhadap panasnya cuaca yang menyengat, asalkan
dibarengi juga dengan penyiraman secara rutin (Anonim, 2014).
Sawi, sayuran yang memiliki nama latin Brassica Juncea ini termasuk ke
dalam family curciferae merupakan tanaman semusim yang berdaun lonjong,
halus dan tidak berbulu. Batang tanaman sawi pendek dan langsing. sebenarnya
memiliki famili atau spesies yang banyak tapi yang kita sering kenal Sawi hijau
dan sawi putih, keduanya memiliki banyak manfaat, tapi yang kita bahas disini

1

adalah manfaat

sawi

hijau.

Sawi


ternyata

mampu

membantu

mencegah osteoporosis karena kandungan vitamin K dalam sawi dapat mengatur
protein tulang dan kalsium di dalam tulang. Kandungan kalsium pada sawi juga
mampu menurunkan kadar kolesterol dan mencegah diabetes mellitus. Sawi juga
mengandung niasin yang berfungsi memperkecil proses aterosklerosis dan
akhirnya menurunkan kemungkinan terjadinya serangan jantung. Sawi juga dapat
menjaga kornea mata agar selalu sehat dengan adanya vitamin A membuat sel
epitel akan mengeluarkan keratin, yaitu protein yang tidak larut dalam air
(Budiyanto, 2013).

Permintaan masyarakat terhadap caisim semakin lama semakin meningkat.
Dengan permintaan caisim yang semakin meningkat, maka untuk memenuhi
kebutuhan konsumen, baik dalam segi kualitas maupun kuantitas, perlu dilakukan
peningkatan produksi. Salah satu upaya peningkatan hasil yang dapat dilakukan

adalah melalui pemupukan. Dewasa ini pemupukan yang ramah lingkungan dan
aman bagi kesehatan melalui sistem organik sangat dianjurkan. Bahan pemupukan
yang dapat digunakan salah satunya adalah berupa limbah teh dan kascing
(Fahrudin,2009).

1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1) Bagaimana saluran tataniaga pada Komoditi Sawi di daerah Pasar 1 dan 5
Kecamatan Medan Marelan ?
2) Bagaimana Margin Pemasaran, Farmer Share, dan Distribusi Margin untuk
masing-masing saluran Pemasaran?
3) Saluran Pemasaran manakah yang efisien dilakukan oleh Produsen?

1.3 Tujuan Penelitian

2

Adapun Tujuan Penelitian dari penelitian ini adalah
1) Untuk mengetahui saluran tataniaga pada Komoditi Sawi di daerah Pasar 1
dan 5 Kecamatan Medan Marelan,

2) Untuk mengetahui Margin Pemasaran, Farmer Share, dan Distribusi
3)

Margin untuk masing-masing saluran Pemasaran.
Untuk mengetahui Saluran Pemasaran manakah yang efisien dilakukan
oleh Produsen.

1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi berbagai pihak seperti :
1) Petani dan lembaga tataniaga sebagai bahan pertimbangan dalam
pembentukan sistem tataniaga sawi yang menguntungkan bagi kedua belah
pihak.
2) Pemerintah sebagai bahan informasi bagi perencanaan kebijaksanaan guna
meningkatkan efisiensi tataniaga sawi
3) Pihak lain sebagai bahan masukan atau rujukan bagi penelitian berikutnya

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3


2.1 Lembaga Pemasaran
Hanafiah dan Saefudin (1983), menjelaskan bahwa lembaga tataniaga
adalah badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi tataniaga
dimana barang bergerak dari produsen sampai konsumen. Lembaga tataniaga ini
bisa termasuk golongan produsen, pedagang perantara dan lembaga pemberi jasa.
Limbong dan Sitorus (1987), menjelaskan lembaga pemasaran yang
merupakan suatu badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan-kegiatan
tataniaga atau pemasaran menurut fungsinya dapat dibedakan atas :
a) Lembaga fisik tataniaga yaitu lembaga-lembaga yang menjalankan fungsi
fisik . misalnya badan pengangkut / transportasi.
b) Lembaga perantara tataniaga ialah suatu lembaga yang khusus
mengadakan fungsi pertukaran.
c) Lembaga fasilitas tataniaga ialah lembaga-lembaga yang melaksanakan
fungsi-fungsi fasilitas seperti bank desa, kredit, desa, KUD.
Lembaga–lembaga pemasaran menurut penguasaan terhadap barang dan
jasa terdiri dari:
a) Lembaga pemasaran yang tidak memiliki tetapi menguasai barang.
Misalnya agen, perantara dan broker.
b) Lembaga pemasaran yang memiliki dan menguasai barang. Contohnya
pedagang pengumpul, pedagang pengecer, grosir, eksportir dan importir.

2.2 Saluran Pemasaran
Saluran tataniaga adalah usaha yang dilakukan untuk menyampaikan
barang dan jasa dari produsen ke tangan konsumen yang didalamnya terlibat
beberapa lembaga tataniaga yang menjalankan fungsi-fungsi tataniaga ( Limbong
dan Sitorus, 1987). Saluran tataniaga adalah serangkaian organisasi yang saling
bergantung serta terlibat dalam proses menjadikan produk atau jasa siap
digunakan atau dikonsumsi.

4

Saluran Pemasaran adalah Saluran yang digunakan oleh Produsen untuk
Menyalurkan Produk dari Produsen sampai ke Konsumen atau Industri Pemakai.
Menurut panjang pendeknya, Saluran Pemasaran dapat dibagai menjadi 3
kelompok yaitu:
1. Penyaluran Langsung
Penyaluran Langsung merupakan saluran pemasaran yang paling pendek
dimana

produk


diantar

dari

produsen

langsung

ke

konsumen.

Contohnya, sayuran atau buah-buahan yang baru dipetik dijual di pinggir
jalan.
2. Penyaluran Semi-Langsung
Penyaluran Semi-Langsung ialah saluran pemasaran yang melewati satu
perantara baru ke konsumen.
Contohnya, Hasil panen cabe yang dijual oleh petani kepada pedagang
pengumpul, kemudian pedagang pengumpul menjual langsung ke
konsumen.

3. Penyaluran Tidak Langsung
Penyaluran Tidak Langsung yaitu saluran pemasaran yang menggunakan
dua atau lebih perantara baru kemudian sampai ke konsumen.
Contohnya, buah-buahan yang dijual ke pedagang pengumpul kemudian
diolah menjadi minuman oleh pabrik baru kemudian dipasarkan oleh
pengecer dan dibeli oleh konsumen (Artha, 2012).
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih saluran
tataniaga (Limbong dan Sitorus, 1987) yaitu :
1. Pertimbangan pasar yang meliputi konsumen sasaran akhir mencakup
pembeli potensial, kosentrasi pasar secara geografis, volume pesanan dan
kebiasaan pembeli.
2. Pertimbangan barang yang meliputi nilai barang per unit, besar dan berat
barang, tingkat kerusakan, sifat teknis barang, dan apakah barang tersebut
untuk memenuhi pesanan atau pasar.
3. Pertimbangan internal perusahaan yang meliputi sumber permodalan,
kemampuan dan pengalaman penjualan.

5

4. Pertimbangan terhadap lembaga perantara, yang meliputi pelayanan lembaga

perantara, kesesuaian lembaga perantara dengan kebijaksanaan produsen dan
pertimbangan biaya.
Menurut Hanafiah dan Saefudin (1983) menjelaskan panjang pendeknya
saluran pemasaran tergantung pada :
1. Jarak antara produsen dan konsumen
Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen makin panjang saluran
pemasaran yang terjadi.
2. Skala produksi
Semakin kecil skala produksi, saluran yang terjadi cenderung panjang karena
memerlukan pedagang perantara dalam penyalurannya.
3. Cepat tidaknya produk rusak
Produk yang mudah rusak menghendaki saluran pemasaran yang pendek,
karena harus segera diterima konsumen.
4. Posisi keuangan pengusaha
Pedagang yang posisi keuangannya kuat cenderung dapat melakukan lebih
banyak fungsi pemasaran dan memperpendek saluran pemasaran.
Fungsi utama dari saluran pemasaran ialah menyalurkan barang dari
produsen ke konsumen. Terdapat berbagai macam saluran pemasaran :
1. Produsen – konsumen
Bentuk saluran pemasaran ini merupakan yang paling pendek dan

sedehana Karena tanpa menggunakan perantara. Produsen dapat menjual produk
langsung ke konsumen. Saluran biasa disebut saluran distribusi pemasaran
langsung.
2. Produsen – pengecer – konsumen
Dalam saluran ini produsen hanya melayani Penjualan dalam jumlah besar
kepda pedagang pengecer. Pembelian oleh konsumen dilayani pengecer saja.
3. Produsen – pedagang besar – pedagang pengecer – konsumen.
Saluran distribusi ini banyak di gunakan yang dinamakan saluran
distribusi tradisional. Disini produsen hanya melayani Penjualan dalam jumlah
besar kepada pedagang besar saja, tidak ke pedagang pengecer. Pembelian oleh

6

pengecer dilayani oleh pedagang besar dan pembelian oleh konsumen dilayani
pengecer saja.
4. Produsen – agen – pedagang pengecer – konsumen.
Produsen memilih agen sebagai penyalurnya. Ia menjalankan kegiatan
perdagangan besar dalam saluran distribusi yang ada. Sasaran penjualannya di
tujukan kepada pedagang pengecer besar.
5. Produsen - agen - pedagang besar - pedagang pengecer – konsumen.

Dalam saluran ini produsen menggunakan agen sebagai perantara untuk
menyalurkan barangnya ke pedagang besar yang kemudian menjualnya ke tokoh
kecil.
AGEN

PEDAGANG
BESAR

AGEN

PEDAGANG
ECERAN

PROD
USEN
PEDAGANG
BESAR

PEDAGANG
ECERAN

PEDAGANG
ECERAN

K
O
N
S
U
M
E
N

PEDAGANG
ECERAN

Gambar 1. Saluran pemasaran ( Kartasapoetra, 1986)
2.3 Fungsi-Fungsi Pemasaran
Dalam proses pemasaran produk pertanian dari produsen hingga ke
konsumen akhir, terjadi peningkatan nilai tambah baik berupa nilai guna, tempat
dan waktu. Hal ini di sebabkan oleh pelaksanaan berbagai kegiatan pemasaran
sebelum produk pertanian sampai ke konsumen.
Fungsi-fungsi pemasaran yang di lakukan oleh lembaga-lembaga
pertanian, mencakup fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitasi :
1. Fungsi pertukaran

7

Fungsi pertukaran terdiri dari fungsi penjualan dan fungsi pembelian.
Fungsi penjualan, produsen harus memperhatikan kualitas kuantitas,
bentuk dan waktu yang di inginkan konsumen atau partisipan pasar dari
rantai pemasaran berikutnya. Sedangkan fungsi pembelian, umumnya di
awali

dengan

aktifitas

mencari

produk,

menegoisasikan harga.
2. Fungsi fisik
Fungsi fisik mencakup,

aktivitas

perlakuan,

mengumpulkan

dan

pengangkutan

dan

penyimpanan serta perubahan fisik produk :
a. Fungsi penyimpanan, suatu aktivitas bertujuan agar produk tersedia
dalam volume transaksi yang memadai pada waktu yang di inginkan.
b. Fungsi pengangkutan, fungsi ini berkenaan dengan penyediaan barang
pada tempat yang sesuai. Fungsi di sebut juga fungsi transportasi,
fungsi ini dapat berjalan dengan baik dengan melakukan pemilihan
alternatif rute dan jenis transportasi yang di gunakan.
c. Fungsi perubahan fisik produk, fungsi ini di cirikan oleh adanya
perubahan wujud fisik produk.
3. Fungsi fasilitasi, ialah segala hal yang bertujuan untuk memperlancar
fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Di maksudkan fungsi ini dapat menjadi
upaya perbaikan sistem pemasaran sehingga efisiensi operasional dan
penetapan harga jual dapat tercapai. Termasuk dalam fungsi fasilitasi
adalah standarisasi, pembiayaan, penanggungan resiko, informasi pasar,
riset pemasaran dan penciptaan permintaan.
a. Fungsi standarisasi, fungsi pendanaan akan menjadi penting apa bila
terjadi perbedaan waktu antara pembelian suatu produk penjualan.
Semakin lama semakin banyak barang yang disimpan maka dana yang
di butuhkan semakin besar. Di katakan penting dalam hal perhitungan
biaya pemasaran.
b. Fungsi penanggungan resiko, dalam pemasaran komoditi pertanian
risiko merupakan salah satu factor yang perlu di perhitungkan. Ada 2
macam risiko. risiko fisik, terjadi akibat kerusakan atau penyusutan
komoditi karena sifat produk pertanian itu sendiri ataupun karena
sebab lain seperti kebakaran, gempa bumi, dll. Sedangkan risiko pasar
di sebabkan Karena perubahan harga yang tidak stabil, serta akibat
hilangnya pelanggan oleh persaingan di pasar.

8

c. Fungsi informasi pasar, fungsi ini meliputi pengumpulan, interprestasi,
dan diseminasi informasi dari berbagai macam data yang di perlukan
agar proses pemasaran dapat berjalan lancar.
d. Fungsi riset pemasaran, penelitian pasar seringkali perlu di lakukan
agar pemasaran dapat berjalan secara efektif dan efesien, seperti selera
konsumen, bagaimana meningkatkan penjualan, bagaimana melakukan
persaingan di pemasaran.
2.4 Analisis Struktur, Tingkah Laku Dan Penampilan Pasar
Struktur pasar
-

Tingkat konsentrasi pembeli &penjual,
Tingkat diferensi produk,
Hambatan keluar masuk pasar,
Tingkat pengetahuan pasar.
- Tingkat integrasi dan diversifikasi

Prilaku pasar
- Aliran produk,
- Kelembagaan
- fungsi pertukaran,
- fungsi fisik,
- standarisasi.

Penampilan pasar
- Efisiensi harga,
- Biaya pemasaran,
- Marjin laba bersih
- Progresif pasar

Gambar 2. Hubungan struktur pasar, tingkah laku pasar dan penampilan pasar
(Anindita, 2004)
2.4.1 Struktur Pasar (Market Structure)
Struktur pasar adalah karateristik organisasi yang menetukan hubungan
antara berbagai penjual di pasar, antara berbagai pembeli di pasar, penjual dan

9

pembeli, dan penjual dengan kekuatan pemasok barang lainnya, termasuk
kekuatan perusahaan baru yang masuk pasar. Dengan kata lain, Struktur pasar
membahas karateristik organisasi dari suatu pasar yang mempengaruhi tingkat
persaingan dan penentuan harga pasar. Melalui struktur pasar dapat di ketahui
apakah suatu pasar mempunya struktur persaingan sempurna atau persaingan tidak
sempurna.
Ada beberapa kriteria untuk menetukan struktur pasar :
1. Tingkat Pangsa Pasar dan Konsentrasi Pembeli dan penjual, Secara
kuantitatif, struktur pasar dapat diketahui dengan menghitung derajat
konsentrasi pembeli sehingga diketahui secara umum gambaran imbangan
kekuatan posisi tawar menawar petani terhaap pembeli dan penjual.
2. Tingkat Diferensiasi Produk, Manfaat dari diferensiasi produk adalah
untuk memperoleh keunggulan atas pesaingnya. Suatu perusahaan harus
mempromosikan suatu nilai kepada para konsumen dengan melakukan
segala kegiatan secara lebih efisien dibanding para pesaingnya seperti
keunggulan biaya yang lebih murah atau dengan melakukan kegiatan
dengan cara yang unik dalam menciptakan nilai pembeli yang lebih besar.
3. Kondisi untuk masuk pasar, adapun kondisi yang di maksud ialah
hambatan masuk pasar, keterbatasan modal, dan alat komunikasi. Bagi
pedagang, keterbatasan modal yang dimiliki menyebabkan mereka
kesulitan dalam pengembangan industri pengolahan maupun dalam proses
transaksi, dan rata-rata pedagang tidak memiliki latar belakang
pengetahuan bisnis.
4. Tingkat pengetahuan pasar, lemahnya pengetahuan dan pengalaman petani
maupun pedagang. Hal ini menyebabkan petani maupun pedagang tidak
dapat melakukan produksi dan pemasaran secara efisien.
5. Tingkat integrasi dan diversifikasi

2.4.2 Prilaku Pasar (Market Conduct)
Prilaku pasar menurut Bain (1959) dalam Cloudius dan Muller (1967),
mengacu pada pola dari tingkah laku perusahaan yang menunjukkan cara
beradaptasi atau penyesuaian diri dengan pasar dimana mereka bertindak sebagai
penjual dan pembeli.
10

Adam (1960) dalam Tibayan (1983), menguraikan prilaku pasar sebagai
integrasi dari tingkah laku berbagai perusahaan yang meliputi, strategi, taktik
pemasaran.
Adapun caves (1964) dalam Tibayan (1983), menggambarkan prilaku
pasar sebagai tingkah laku dari perusahaan dalam perubahan harga, output,
karateristik produk, biayapenjualan dan biaya penelitian.
2.4.3 Penampilan Pasar
Menurut Bain (1959) dalam Harriss (1993), penampilan pasar menyajikan
hasil ekonomi dari struktur dan prilaku, khusunya dalam hubungan anatara
distribusi marjin dan biaya produksi dari pelayanan pemasaran.
Menurut Anindita (2003) penampilan atau kinerja pasar adalah penilaian
terhadap sumber daya ekonomi yaitu sampai seberapa jauh tinndakan atau tingkah
laku industri di pasar memberikan sumbangan terbaik yang dapat di capai sesuai
dengan tujuan sosial ekonomi masyrakat yang relevan.
Untuk mengetahui penampilan pasar dapat diperhatikan beberapa hal,
antara lain :
1. Harga relatif terhadap biaya rata-rata produksi atau tingkat keuntungan
2. Ukuran biaya promosi penjualan relatif terhadap biaya produksi
3. Karateristik produk, meliputi pilihan desain, kualitas dan ragam produk
dalam berbagai pasar
4. Tingkat kemajuan perusahaan dan industri, baik pengembangan produk
maupun tehnik produksi
5. Ukuran marjin pemasaran relatif terhadap biaya produksi
6. Ukuran tingkat penjualan relative terhadap sumber daya pemasaran.

2.5 Efisiensi Pemasaran
Sistem pemasaran yang efisien akan tercipta apabila seluruh lembaga
pemasaran yang terlibat dalam kegiatan memperoleh kepuasan dengan aktivitas
pemasaran tersebut (Limbong dan Sitorus, 1987). Penurunan biaya input dari
pelaksanaan pekerjaan tertentu tanpa mengurangi kepuasan konsumen akan output
barang dan jasa, menunjukkan efisiensi. Setiap kegiatan fungsi pemasaran
memerlukan biaya yang selanjutnya diperhitungkan ke dalam harga produk.
11

Lembaga pemasaran menaikkan harga per satuan kepada konsumen atau menekan
harga di tingkat produsen. Dengan demikian efisiensi pemasaran perlu dilakukan
melalui penurunan biaya pemasaran.
Efisiensi pemasaran dapat diukur melalui dua cara yaitu efisiensi
operasional dan harga. Menurut Dahl dan Hammond (1977) efisiensi operasional
menunjukkan biaya minimum yang dapat dicapai dalam pelaksanaan fungsi dasar
pemasaran yaitu pengumpulan, transportasi, penyimpanan, pengolahan, distribusi
dan aktivitas fisik dan fasilitas. Efisiensi harga menunjukkan pada kemampuan
harga dan tanda-tanda harga untuk penjual serta memberikan tanda kepada
konsumen sebagai panduan dari penggunaan sumber daya produksi dari sisi
produksi dan pemasaran. Dengan menggunakan konsep biaya pemasaran, suatu
sistem pemasaran dikatakan efisiensi bila dapat dilaksanakan dengan biaya yang
rendah.
2.6 Margin Pemasaran
Margin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan
konsumen dengan harga yang diterima petani. Komponen margin pemasaran ini
terdiri dari biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk
melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang disebut biaya pemasaran.
Adapun beberapa definisi margin pemasaran, yaitu:
Ramadhan

(2009)

mengatakan

bahwa,

margin

pemasaran

dapat

didefinisikan dengan dua cara yaitu: 1) margin pemasaran merupakan perbedaan
antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, 2)
margin pemasaran merupakan biaya dari jasa-jasa pemasaran yang dibutuhkan
sebagai akibat permintaan dan penawaran dari jasa-jasa penawaran.
Kamaluddin (2009) berpendapat bahwa, margin pemasaran dapat
didefenisikan dengan dua cara, yaitu: (1) margin pemasaran merupakan selisih
antara harga yang dibayar konsumen akhir dengan harga yang diterima petani. (2)
margin pemasaran merupakan biaya dari balas jasa pemasaran.
Margin pemasaran adalah selisih antara harga yang dibayarkan oleh
konsumen dengan harga yang diterima oleh petani. Margin ini akan diterima oleh
lembaga tataniaga yang terlibat dalam proses pemasaran tersebut. Makin panjang

12

pemasaran (semakin banyak lembaga yang terlibat) maka semakin besar margin
pemasaran (Daniel, M., 2002).
Persamaan matematis marjin pemasaran :
m

n

i=1

j=1

M =∑ ❑ ∑ Cij+ ∑ π j

keterangan :

M = marjin pemasaran
Cij = biaya pemasaran untuk melakukan fungsi pemasaran ke I oleh
lembaga j
πj = keuntungan yg di peroleh lembaga pemasaran ke j

m = jmumlah jenis biaya pemasaran
n = jumlah lembaga pemasaran
2.6.1 Nilai Margin Pemasaran (VM)
Nilai marjin pemasaran ialah besarnya marjin pada volume produk
pertanian yang di transaksikan. secara matematis nilai marjin pemasaran di
formulasikan :
VM = (Pr – Pf) Q*
keterangan :

VM = nilai marjin pemasaran
Pr

= harga di tingkat pengecer

Pf

= harga di tingkat petani

Q* = jumlah produk pertanian yang di transaksikan
2.6.2 Farmer’s share
Farmer’s share adalah salah satu indikator yang berguna dalam melihat
efisiensi pemasaran adalah yang dibayar konsumen akhir. Bagian yang diterima
lembaga pemasaran dinyatakan dalam bentuk persentase (Limbong dan Sitorus,
1987). Secara sistematis farmer’s share diformulasikan:

FS =

Pf / Pr x 100%

13

Keterangan:

Fs = Farmer`s share
Pf = Harga ditingkat petani.
Pr = Harga ditingkat lembaga pemasaran

Kohls dan Uhl ( 1985) mendefinisikan farmer’s dengan membandingkan
bagian yang diterima petani (farmer’s share ) terhadap harga share sebagai
persentase harga yang diterima oleh petani sebagai imbalan dari kegiatan usaha
tani yang dilakukannya dalam menghasilkan produk. Dalam analisis efisiensi
pemasaran farmer’s share lebih sering digunakan sebagai alat analisis yang baik.
2.6.3 Distribusi Margin
Ada beberapa definisi tentang distribusi margin, yaitu:
Saluran distribusi adalah sebagai berikut: Saluran distribusi merupakan
suatu kelompok perantara yang berhubungan erat satu sama lain dan yang
menyalurkan produk-produk kepada pembeli.
Saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung
dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu barang atau jasa siap untuk
digunakan atau dikonsumsi .
Secara sistematis Distribusi Margin diformulasikan:

DM =

Biaya yang dike luarkan
Margin Pemasaran

x

100%
Saluran distribusi pada dasarnya merupakan perantara yang menjembatani
antara produsen dan konsumen. Perantara tersebut dapat digolongkan kedalam
dua golongan yaitu: Pedagang perantara dan Agen perantara. Perbedaannya
terletak pada aspek pemilikan serta proses negoisasi dalam pemindahan produk
yang disalurkan tersebut (Danfar, 2009).
2.7 Manajemen Pemasaran
Manajemen Pemasaran adalah salah satu kegiatan-kegiatan pokok yang
dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan perusahaannya,
untuk berkembang, dan untuk mendapatkan laba. Proses pemasaran itu dimulai

14

jauh

sejak

sebelum

barang-barang

diproduksi

dan

tidak

berakhir

dengan penjualan. Kegiatan pemasaran perusahaan harus juga memberikan
kepuasan kepada konsumen jika menginginkan usahanya berjalan terus, atau
konsumen mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap perusahaan.
Secara

definisi,

Manajemen

Pemasaran

adalah

penganalisaan,

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program-program yang bertujuan
menimbulkan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk
mencapai tujuan perusahaan.
Perusahaan yang sudah mulai mengenal bahwa pemasaran merupakan
faktor penting untuk mencapai sukses usahanya, akan mengetahui adanya cara dan
falsafah baru yang terlibat di dalamnya. Cara dan falsafah baru ini disebut
"Konsep Pemasaran".

BAB III
METODELOGI
3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Praktik Lapang
Kegiatan pelaksanaan praktik lapang di ikuti oleh mahasiswa agribisnis
semester IV yang di laksanakan :

15

Tempat

: Marelan, Pasar 1 , Kec. Medan Marelan

Hari/Tanggal

: 1. Minggu, 16 Maret 2014
2. Senin, 17 Maret 2014

Pukul

: Jam 14.00 – Selesai

3.2 Metode Pengambilan Sampel
Metode yang di gunakan dalam pengambilan sampel responden di Pasar 1
Marelan

dengan

menemui

dan

wawancara

secara

langsung

dengan

petani/responden cara ini biasa di katakan pengambilan sampel data primer.
3.3 Analisis Data
Milles dan Huberman (1984) dalam sutopo (2006), megatakan bahwa
dalam proses analisis terdapat 3 komponen utama yaitu redusi data, sajian data
dan penarikan simpulan serta verifikasinya.
Dari beberapa data dalam praktikum ini melalui wawancara dan observasi
dengan petani, untuk melihat tataniaga yang di gunakan serta berapa besar
perkembangan yang di peroleh petani di Pasar 1 Marelan melalui konsep margin
pemasaran dapat di kaji dari 2 analisis yaitu harga dan biaya pemasaran.
Data sekunder dikumpulkan dari instansi terkait seperti Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan dan Hortikultura, Departemen Pertanian, Badan Pusat
Statistik,serta literatur-literatur dan sumber–sumber lain yang terkait dengan judul
penelitian.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Responden
Petani 1
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pend. Terakhir

: EDI SUMANTO
: 38 tahun
: Laki-Laki
: SMK
16

Peng. Usahatani
Status Kep. Lahan
Luas Areal Lahan

: ± 8 tahun
: Sewa lahan
: 3 Rante

Petani 2
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pend. Terakhir
Peng. Usahatani
Status Kep. Lahan
Luas Areal Lahan

: MISDI
: 65 Tahun
: Laki-Laki
: SD
: ± 15 tahun
: Sewa Lahan
: 1 Rante

Petani 3
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pend. Terakhir
Peng. Usahatani
Status Kep. Lahan
Luas Areal Lahan

: NURDAINI
: 39 Tahun
: Perempuan
: SMA
: ± 3 Tahun
: Sewa Lahan
: 1 Rante

Petani 4
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pend. Terakhir
Peng. Usahatani
Status Kep. Lahan
Luas Areal Lahan

: MAHRUDIN
: 27 Tahun
: Laki-Laki
: SMA
: ± 3 Tahun
: Sewa Lahan
: 1 Rante

Petani 5
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pend. Terakhir
Peng. Usahatani
Status Kep. Lahan
Luas Areal Lahan

: SURIATI
: 51 Tahun
: Perempuan
: SD
: ± 12 Tahun
: Sewa Lahan
: 2 Rante

4.2 Pembahasan
a. Saluran tataniaga
Saluran tataniaga sayuran sawi di Marelan Pasar 1, Kec Medan Marelan
dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu

17

agen dan pedagang pengecer. Sistem tataniaga sayuran sawi di Marelan Pasar 1
dari produsen hingga ke tingkat konsumen secara umum memiliki beberapa
saluran tataniaga yang berbeda dimana para petani menjual hasil produksi ke agen
dengan harga Rp.6000 – Rp.7000/kg .
Alasan petani menggunakan saluran tataniaga adalah karena petani tidak
perlu memasarkan sendiri produk yang dihasilkannya. Produk petani yang dijual
ke agen pun sudah pasti terjual habis, karena sudah menjadi resiko mereka jika
produknya tidak terjual habis.
Harga yang berlaku pada saluran tataniaga adalah harga yang terjadi di
pasar. Penentuan harga pasar berdasarkan informasi yang berasal dari pedagang
lainnya. Sistem pembelian umumnya secara tunai namun ada juga agen yang baru
membayar produk petani ketika barang sudah habis terjual. Hal ini disebabkan
adanya kepercayaan diantara petani dan agen.
Agen umumnya tidak hanya menjual sayuran sawi tetapi juga menjual
komoditas sayuran lainnya seperti kacang panjang, bayam, kangkung, dan sayuran
lain-lain. Produk sayuran sawi diangkut dengan menggunakan mobil.
b. Margin Pemasaran
Analisis margin Pemasaran dilakukan untuk mengetahui efisiensi tataniaga
suatu produk dari tingkat produsen sampai ke tingkat konsumen. Margin
pemasaran adalah perbedaan harga ditingkat pengecer dengan harga ditingkat
petani dengan jumlah yang ditransaksikan. Harga ditingkat pengecer setiap
tahunnya mengalami peningkatan secara signifikan. Harga ditingkat petani
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Margin pemasaran yang diperoleh
mengalami peningkatan pada tahun 2008 – 2011, namun mengalami penurunan
pada tahun 2012.

18

6000
5000
4000

Harga
tingkat
petani
Harga
tingkat
pengecer
Margin
pemasaran

3000
2000
1000
0
2008

2009

2010

2011

2012

Gambar 3. Kurva Margin Pemasaran
c. Farmer’s Share
Farmer’s Share merupakan perbandingan harga yang diterima petani
dengan harga yang dibayar konsumen akhir dan dinyatakan dalam persentase.
Farmer’s Share memiliki hubungan negatif dengan marjin pemasaran yang mana
semakin tinggi marjin pemasaran, maka bagian yang akan diperoleh petani
semakin rendah.
Berdasarkan hasil yang diperoleh persentase farmer’s share pada petani 1
sebesar 70%, petani 2 sebesar 80%, petani 3 sebesar 86,66%, petani 4 sebesar
93,75%, dan petani 5 sebesar 70,59%. Farmer’s Share yang tinggi dapat dicapai
jika petani mampu meningkatkan kualitas produknya dan mengefisienkan saluran
pemasaran komoditas usahataninya.
d. Efisiensi Pemasaran

19

Efisiensi pemasaran juga didefinisikan sebagai suatu kegiatan perubahan
yang dapat meminimalkan biaya input tanpa harus mengurangi kepuasan
konsumen dengan ouput barang dan jasa. Biaya pemasaran merupakan tingkat
efisiensi pemasaran yang terjadi. Analisis efisiensi pemasaran mencakup analisis
marjin pemasaran, farmer’s share serta analisis rasio keuntungan dan biaya.
Efisiensi pemasaran dapat juga diketahui melalui penyebaran marjin pada
tiap saluran pemasaran. Berdasarkan identifikasi saluran pemasaran yang terdapat
di Marelan Pasar 1 dan 5, bahwa saluran pemasaran yang ada sebanyak dua
saluran pemasaran yaitu saluran pemasaran 1(petani-agen-pedagang pengecerkonsumen) dan saluran pemasaran 2 (petani- pedagang pengecer-konsumen).
Dimana pada saluran pemasaran 2 yang terdapat pada petani 4 dianggap yang
paling efisien karena analisis marjin menunjukkan bahwa saluran ini yang
memiliki nilai marjin terkecil Rp. 500 , rasio keuntungan 80% dan persentase Fs
yang paling tinggi sebesar 93,75%. Pada saluran ini petani memperoleh
keuntungan yang tinggi karena petani langsung menjual ke pedagang pengecer,
namun saluran pemasaran ini jarang dilakukan oleh petani karena dianggap harga
jual ke pedagang pengecer sama saja dengan harga jual ke agen.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Sistem pemasaran sayuran sawi di Marelan Pasar 1 dan 5 terdiri dari 2
saluran pemasaran yaitu : petani-pedagang pengecer-konsumen dan
petani-agen-pedagang pengecer-konsumen

20

2. Analisis marjin Pemasaran dilakukan untuk mengetahui efisiensi
pemasaran suatu produk dari tingkat produsen sampai ke tingkat
konsumen.
3. Hasil distribusi margin pada komponen-komponen pemasaran yang di
dapat dari biaya sortasi sebesar 1,66% - 5%, biaya transportasi 3,33% 20%, biaya timbang 5% - 11,66%, dan keuntunganya 20% - 80%.
4. Analisis margin pemasaran yang paling efisien terdapat pada petani 4
sebesar Rp 500.
5. Farmer’s Share merupakan perbandingan harga yang diterima petani
dengan harga yang dibayar konsumen akhir dan dinyatakan dalam
persentase.
6. Persentase farmer’s share yang paling tinggi terdapat pada petani 4
yaitu 93,75% dianggap efisien karena Farmer’s Share yang tinggi
dapat dicapai jika petani mampu meningkatkan kualitas produknya dan
mengefisienkan saluran pemasaran komoditas usahataninya.
5.2 Saran
a. Petani
1. Petani perlu membuat perencanaan produksi yang lebih baik yaitu dalam

pengaturan panen yang bertujuan untuk mengantisipasi kelangkaan dan
melimpahnya produk di pasaran.
2. Petani harus memperpendek saluran pemasaran agar saluran pemasaran

produk pertanian lebih efisien.

b. Pemerintah
1. Penguatan lembaga perlu dilakukan dalam agribisnis Sawi, terutama pada
tingkat petani produsen, seperti fungsionalisasi kelompok tani dan
koperasi agar dapat membantu petani dalam upaya memperkuat posisi
tawar-menawarnya.
2. Untuk dapat mendistribusikan komoditas sayuran sawi secara efisien,
petani perlu bekerjasama dengan pihak yang bersedia menampung
produk petani dengan harga yang tinggi dan relatif stabil.

21

DAFTAR PUSTAKA
Annindita, 2004. Struktur pasar, tingkah laku dan penampilan pasar. Modul
praktikum tataniaga hasil pertanian.
Anonim,

2014.

http://tani.note.fisip.uns.ac.id/2014/01/17/cara-menanam-sawi-

hijau-yang-baik-dan-benar/ . Di akses tanggal 5 Mei 2014. Medan
Budiyanto, 2013. Manfaat Sawi. http://www.biologionline.info/2013/02/manfaatsawi-hijau.html. Di akses tanggal 5 Mei 2014. Medan

22

Dahl, D. C and J. W. Hammond. 1977. Market and price Analysis The
Agricultural Industries, Mc Graw,. Hill Book Company. Newyork
Danfar, 2009. Pengertian Distribusi. http://dansite.wordpress com/2009/ 03/25/
pengertian-distribusi/ . Di akses tanggal 5 Mei 2014. Medan
Daniel, M., 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi aksara, Jakarta.
Fahrudin,

2014.

Laporan

Praktikum

Budidaya

Tanaman.

http://ridhotogar.blogspot.com/2014/01/laporan-praktikum-budidayatanaman.html. Di akses tanggal 5 Mei 2014. Medan
Kamaluddin, 2009. Biaya dan Jenis - Jenis Pemasaran. http://www.deptan.go.id.
Di akses tanggal 5 Mei 2014. Medan
Kartasapoetra.G, 1986. Marketing Produk Pertanian dan Industri. Jakarta: PT.
Bina Aksara
Kohls, R.L and J. N. Uhl. 1985. Marketing Of Agricultural Products. MacMilian
Publishing Company. New York
Limbong

dan

soitourus

(1987),

definisi

tataniaga

pertanian.

http://www.google.com . Di akses tanggal 5 Mei 2014. Medan
Mubyarto (1995), sector pertanian Indonesia. http://www.google.com. Di akses
tanggal 5 Mei 2014. Medan
Ramadhan, W., 2009. Analisis Margin Pemasaran Sapi Potong di Kecamatan
Singosari
Soekartawi, 1994. Distribusi dan pemasaran hasil pertanian. Jakarta : UI Press.

LAMPIRAN
A. Tabel data primer
Tabel 1: Analisis margin, distribusi margin dan farmer’s share pemasaran sawi
untuk responden 1
Lembaga pemasaran dan
komponen margin
1
 PETANI
Harga jual

Rp/kg

DM (%)

Share (%)

2

3

4

7000,00

70

23

 AGEN
Harga beli
Biaya transportasi
Biaya timbang
Biaya sortasi
Keuntungan
Harga jual

7000,00
350,00
100,00
50,00
500,00
8000,00

 PENGECER
Harga beli
Biaya transportasi
Biaya timbang
Keuntungan
Harga jual
Margin pemasaran

70
1
3,5
0,5
5,0
80

3,33
11,66
1,66
16,66

8000,00
350,00
150,00
1500,00
10000,00
3000,00

80
3,5
1,5
15
100,00

11,66
5,00
50,00
99,97

Tabel 2: Analisis margin, distribusi margin dan farmer’s share pemasaran sawi
untuk responden 2
Lembaga pemasaran dan
komponen margin
1
 PETANI
Harga jual

Rp/kg

DM (%)

Share (%)

2

3

4

6000,00

80

 AGEN
Harga beli
Biaya transportasi
Biaya timbang
Biaya sortasi
Keuntungan
Harga jual

6000,00
100,00
100,00
50,00
750,00
7000,00

80
1,33
1,33
0,66
10
93,33

 PENGECER
Harga beli
Biaya transportasi
Keuntungan
Harga jual
Margin pemasaran

7000,00
50,00
450,00
7500,00
1500,00

6,66
6,66
3,33
50

3,33
30,00
99,98

93,33
0,66
6
99,99

Tabel 3: Analisis margin, distribusi margin dan farmer’s share pemasaran sawi
untuk responden 3
Lembaga pemasaran dan
komponen margin

Rp/kg

DM (%)

Share (%)

24

1

2

3

4

 PETANI
Harga jual

6500,00

86,66

 AGEN
Harga beli
Biaya transportasi
Biaya timbang
Biaya sortasi
Keuntungan
Harga jual

6500,00
100,00
50,00
50,00
300,00
7000,00

86,66
1,33
0,66
0,66
4,00
93,31

 PENGECER
Harga beli
Biaya transportasi
Keuntungan
Harga jual
Margin pemasaran

7000,00
100,00
400,00
7500,00
1000,00

10,00
5,00
5,00
30,00

93,31
1,33
5,33
99,97

10,00
40,00
100,00

Tabel 4: Analisis margin, distribusi margin dan farmer’s share pemasaran sawi
untuk responden 4
Lembaga pemasaran dan
komponen margin
1
 PETANI
Harga jual

Rp/kg

DM (%)

Share (%)

2

3

4

7500,00

93,75

 PENGECER
Harga beli
7500,00
Biaya transportasi
100,00
Keuntungan
400,00
Harga jual
8000,00
Margin pemasaran
500,00
Tabel 5: Analisis margin, distribusi margin dan farmer’s
untuk responden 5
Lembaga pemasaran dan
komponen margin
1
 PETANI
Harga jual
 AGEN
Harga beli
Biaya transportasi

93,75
1,25
5
100,00

20,00
80,00
100,00

share pemasaran sawi

Rp/kg

DM (%)

Share (%)

2

3

4

6000,00

70,59

6000,00
400,00

70,59
4,70

16,00

25

Biaya sortasi
Keuntungan
Harga jual

100,00
500,00
7000,00

 PENGECER
Harga beli
Keuntungan
Harga jual
Margin pemasaran

7000,00
1500,00
8500,00
2500,00

4,00
20,00

60,00
100,00

1,17
5,89
82,35

82,35
17,65
100,00

B. Tabel data sekunder
Tabel 6. Margin Pemasaran sayuran sawi pada tahun 2008 - 2012
Tahun

Harga ditingkat petani
(Pf)/Kg

Harga ditingkat
pengecer (Pr)/Kg

Margin
Pemasaran (M)

2008

1827,13

3564,00

1736,87

2009

2178,99

3979,00

1800,01

2010

2573,71

4711,67

2137,96

2011

2717,78

5472,22

2754,44

2012

3002,66

5459,72

2457,06

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumut

C. Gambar

26

Gambar 4. Lokasi Lahan Tanaman Sawi di Marelan Pasar 1.

Gambar 5. Proses pemanenan sawi

27

Gambar 6. Sawi setelah dipanen

Gambar 7. Wawancara dengan salah satu agen sawi di Marelan pasar 5

28

Gambar 8. Wawancara dengan salah satu Pedagang Pengecer di Pasar Sore
Tuasan

Gambar 9. Salah satu konsumen akhir saat membeli sawi pada pedagang
pengecer di Pasar Sore Lau Dendang

29