Karantina Pertanian Karantina Pertanian Karantina Pertanian

Karantina Palangkaraya Tahan Bibit Jeruk
Tanggal Posting : 16 Juni 2014
Publisher : wulan
Sumber : BADAN KARANTINA PERTANIAN http://www.karantina.deptan.go.id
Palangkaraya, 6/6. Kabupaten Kotawaringin Timur mempunyai potensi sebagai
daerah pengembangan tanaman jeruk. Seperti kebijakan Bupati setempat yang
mendukung perlindungan bibit jeruk dari serangga OPTK yang merugikan.
Peredaran bibit jeruk telah diatur dalam Keputusan Menteri Pertanian No :
610/Kpts/TP.630/6/97 dan hal tersebut juga ditegaskan oleh surat Bupati
Kotawaringin Timur No: 521/159/orbang/V/2004 tentang pelarangan pemasukan
bibit jeruk dari luar Kabupaten Kotawaringin Timur yang tidak dilengkapi label
bebas penyakit CVPD dan Sertifikat Kesehatan Karantina Tumbuhan.
Terkait hal tersebut POPT Balai Karantina Pertanian Kelas II Palangkaraya wilayah
kerja Sampit telah melakukan penahanan bibit jeruk sebanyak 400 batang yang
berasal dari pulau Jawa (Pelabuhan Tanjung Perak – Surabaya) yang masuk melalui
pelabuhan Sampit karena tidak dapat menunjukkan Sertifikat Kesehatan Karantina
Tumbuhan dari daerah asal (KT-12) serta juga tidak dilengkapi label bebas CVPD.
Media pembawa tersebut masuk di Pelabuhan Sampit pada tanggal 5 Juni 2014
dengan menggunakan kapal laut KM Leuser.
Bibit tersebut akhirnya dilakukan penahanan di Instalasi Karantina Pertanian untuk
proses penolakan. POPT yang bertugas telah menjelaskan persyaratan pemasukan

bibit jeruk ke wilayah Kab. Kotawaringin Timur sesuai peraturan tersebut,
selanjutnya kepada pemilik dimohon untuk mengeluarkan/mengembalikan media
pembawa tersebut dari Propinsi Kalimantan Tengah atau harus dikembalikan ke
daerah asal.(bkppalangkaraya)
Petugas Karantina Bakauheni Amankan 2,125 Ton Daging Babi Hutan
Tanggal Posting : 05 Juni 2014

Publisher : wulan

Sumber : BADAN KARANTINA PERTANIAN http://www.karantina.deptan.go.id
Lampung (4/6). Balai Karantina Pertanian Kelas I Bandar Lampung Wilayah Kerja
Bakauheni kembali sukses menggagalkan pengiriman daging babi hutan/celeng
sebanyak 2,125 ton kg dari moda transportasi darat pada 4 Juni 2014. Daging babi
hutan tersebut diangkut oleh beberapa bus yang bertujuan ke jakarta. Pada PO.
Pada siang hari sekitar pukul 14.00 pada Bus Lorena jurusan Jambi-Jakarta dengan
nomor Polisi B 7176 WV ditemukan sejumlah 12 koli dengan berat kurang lebih 1,5

Ton ( 1.500 kilogram). Menurut keterangan supir bus daging babi hutan tersebut
akan diturunkan di Rest Area Pom Bensin Tol Karang Tengah Tangerang Jakarta.
Sedangkan pada malam harinya sekitar pukul 00.20 petugas karantina pertanian

wilayah kerja bakauheni kembali menangkap daging babi (daging celeng) yang
dibawa menggunakan Bus Kramat Djati dengan Nomor Polisi D 7773 AD jurusan
Jakarta sejumlah 5 karung dengan berat 625 kilogram.
Daging babi hutan dari kedua penangkapan ini tidak dilengkapi dengan dokumen
dari daerah asal pengirim dan saat ini masih dalam proses penyidikan oleh PPNS
Balai Karantina Pertanian Kelas I Bandar Lampung.
Penangkapan ini merupakan hasil dari kejelian dari petugas karantina pertanian pada
saat melakukan razia pada bus – bus penumpang yang melewati Jalan Raya Depan
Pelabuhan Bakauheni.
Pengawasan dan Penindakan masih terus dilakukan oleh Petugas Karantina
mengingat harga daging sapi menjelang puasa dan lebaran ini terus melonjak,
sehingga tidak menutup kemungkinan daging-daging tersebut akan dioplos dipasar
pasar tradisional sehingga harga daging bisa dibeli dengan harga murah begitu
dikatakan oleh Penanggungjawab Wilayah Kerja Bakauheni drh. Azhar. (BKP
Lampung)
BBKP Makassar Musnahkan Media Pembawa HPHK dan OPTK
Tanggal Posting : 19 Juni 2013

Publisher : Slamet Hartanto


Sumber : BADAN KARANTINA PERTANIAN http://www.karantina.deptan.go.id
Makassar, April 2013. Balai Besar Karantina Pertanian Makassar kembali
melakukan pemusnahan terhadap Media Pembawa Hama dan Penyakit Hewan
Karantina (HPHK) dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK)
dengan menggunakan incenerator yang bertempat di Kantor Balai Besar Karantina
Pertanian Makassar, Jl. Perintis Kemerdekaan KM.12 pada hari Kamis, tanggal 11
April 2013. Pemusnahan tersebut dihadiri oleh otoritas Bandara hasanuddin
makassar, Otoritas Pelabuhan Laut Makassar, Syahbandar utama Pelabuhan Laut
Makassar, Kepolisian Sektor Bandara Hasanuddin, Pemilik dan Fungsional
Karantina Balai Besar Karantina Pertanian Makassar.
Pemusnahan Media Pembawa HPHK dan OPTK tersebut meliputi: HPR anjing 1
ekor asal Surabaya, 15 Buah Manggis dan Duku 5 kemasan dari Malaysia, 23

kemasan tanaman hias dari jerman, 12 kemasan Bayam dari hongkong, 179 batang
tanaman jeruk dari surabaya, 3,5 kg bawang merah dari malaysia, dan pemusnahan
sampel arsip Media Pembawa OPTK dan HPHK dari Laboratorium BBKP Makassar
priode Januari – Maret 2013.
Dalam sambutannya, Balai Besar karantina Pertanian Makassar, Hermansyah, SH,
MM., mengatakan pemusnahan tersebut dilakukan sebagai bagian dari proses hukum
yang diamanahkan undang-undang Nomor 16 tahun 1992 tentang Karantina hewan,

Ikan, dan Tumbuhan. Pemusnahan tersebut tidak dilihat dari berapa jumlah Media
Pembawa yang dimusnahkan tetapi akibat yang dapat ditimbulkan dari adanya
penyakit pada Media pembawa tersebut.
Benih Impor, Ancam Agribisnis Domestik
Tanggal Posting : 14 Februari 2014
Sumber : Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung.
http://www.karantinaonline.com/Info-Kegiatan-SKP-Kls-I-Bandung/benih-imporancaman-serius-agribisnis-domestik.html
BANDUNG, KARANTINAONLINE – siapa sangka kalau barang yang dibeli dari
luar negeri bisa membawa masuk hama penyakit hewan maupun tumbuhan yang bisa
bermutasi dan menjadi hama baru atau disebut Invasive Alien Species (IAS). Efek
paling parah dapat menimbulkan rusaknya sumberdaya alam dan musnahnya spesies
tertentu.
“sayang ya, beras impor dibakar begitu saja”, demikian selentingan dari salah
seorang masyarakat yang menyaksikan kegiatan pemusnahan media pembawa ilegal
oleh SKP Kelas I Bandung senin, 10 Februari 2013. Tentu saja sayang jika barang
yang memiliki nilai ekonomi atau dapat dikonsumsi dimusnahkan begitu saja,
padahal bagi masyarakat dibeberapa daerah lain membutuhkannya, atau bagi para
petani yang membutuhkan benih unggul untuk mengembangkan pertaniannya.
Namun apa jadinya jika dibalik manfaat tersimpan bahaya besar yang mengancam,
tentu harus dipertimbangkan jika akan mengonsumsi makanan atau menggunakan

benih ilegal.
Ditemui pada kesempatan yang sama Herti Endang Rosmayani, S.Si., M.Si.,
menjelaskan bahwa jika terdapat hama atau penyakit yang menyertani pada media
pembawa tersebut, maka dapat menjadi ancaman serius bagi para petani dan
peternak. Hama dan penyakit yang terbawa dapat berkembang lebih ganas dibanding

pada tempat asalnya, hal itu dipengaruhi berbagai faktor seperti kelembaban, pH
tanah, iklim, cuaca dan lain sebagainya yang mungkin lebih cocok.
Mengapa tidak disertifikasi atau di uji saja?, pertanyaan ini akan timbul ketika
melihat kondisi seperti diatas. Media pembawa yang masuk dan tanpa dilengkapi
dokumen karantina dari negara asal serta persyaratan lainnya, tidak dapat
disertifikasi

atau

diuji

kemanannya.

Olehkarena


merupakan

pelanggaran

administratif, yang dapat diartikan tidak adanya itikad baik dari pengirim atau
penerima, sehingga tidak dapat dilakukan tindakan pemeriksaan, seperti tertuang
dalam undang-undang dan peraturan perkarantinaan. Alternatif yang dapat dilakukan
adalah pengembalian media pembawa ke pengirim (re-ekspor), namun jika tidak
dapat dilakukan maka harus dimusnahkan.
Pemusnahan dihadiri oleh perwakilan KPPBC Tipe Madya Pabean A Bandung dan
kantor POS MPC Bandung, media pembawa yang dimusnahkan masuk melalui
kantor POS MPC Bandung dan Bandara Husein Sastranegara. Diantara media yang
dimusnahkan adalah benih sayur dan buah, kayu, umbi, media tanam (tanah), beras
dan tarantula. Media pembawa impor tidak dilengkapi dokumen karantina yang
dipersyaratkan, tidak dapat dipenuhi persyaratannya dan tidak dapat dikembalikan ke
pengirim, sehingga dilakukan tindakan karantina pemusnahan. Pemusnahan
dilakukan dengan dibakar di incenerator yang dimiliki SKP Kelas I Bandung
Sapi Impor Ilegal Bea Cukai Serahkan Kasus 118 Kontainer Ke Balai
Karantina

Written by Fadhil Headline

September 11, 2012

Sumber : KoranTraksaksi.com http://korantransaksi.com/headline/sapi-impor-ilegalbea-cukai-serahkan-kasus-118-kontainer-ke-balai-karantina/
Jakarta, Trans - Bea dan Cukai menyerahkan kasus penyelundupan sapi impor
secara ilegal sebanyak 118 kontainer asal Australia yang dilakukan oleh satu importir
kepada Badan Karantina Kementerian Pertanian.
Kepala Bidang Penindakan dan Penyidikan Ditjen Bea dan Cukai Kementerian
Keuangan Agus Yulianto mengatakan saat ini pihaknya masih mendalami 118
kontainer berisi sapi yang ditengarai ilegal.
“Didalami dulu. Ada informasi, kalau mereka tidak punya izin,” ujarnya di sela
pemantauan sayur dan buah impor ilegal di Pelabuhan Tanjung Priok, hari ini.

Dia menjelaskan kemungkinan kuota impor sapi potong yang dimiliki importir sudah
habis. Informai adanya sapi impor ilegal itu, katanya, berasal dari Kementerian
Perdagangan. Adapun, Ditjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag, lanjutnya,
mendapatkan laporan dari Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian.
“Kemungkinan kuota tersisa sedikit, tetapi masuknya justru banyak hanya dari satu
perusahaan. Kuota tinggal sedikit,” jelasnya.

Agus memaparkan persoalan sapi impor yang diduga ilegal itu masih ditangani oleh
Badan Karantina Kementan.
Dirjen Bea dan Cukai Agung Kuswandono mengatakan pihaknya masih melakukan
pendalaman dugaan sapi impor ilegal tersebut. “Kita sedang berdiskusi dengan
Kementerian Perdagangan.Iya satu importir [sapi] dari Australia. Didalami dulu,
kalau belum fix kita tidak dalami dulu.”
Kepala Badan Karantina Kementan Banun Harpini mengatakan pihaknya sudah
melakukan penolakan terhadap 118 kontainer sapi impor asal Australia. Menurutnya,
berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan, maka sapi impor ilegal itu harus
diekspor kembali .

Karantina Pertanian Padang Musnahkan Benih Tanaman Hortikultura Impor
illegal
Senin, 18 Maret 2013 | 10:05:04 WIB | Berita
Sumber : Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Padang
Pada era perdagangan bebas dewasa ini maka lalulintas perdagangan komoditas
pertanian khususnya hewan,produk hewan dan tumbuhan,produk tumbuhan
mengalami peningkatan baik impor,ekspor mupun antar area .Balai Karantina Kelas I
Padang yang merupakan salah satu UPT teknis lingkup Badan Karantina Pertanian
mempunyai peran strategis dalam mencegah masuk dan tersebarnya hama dan

penyakit hewan dan organisme pengganggu tumbuhan baik untuk impor ,ekspor
maupun antar area di dalam wilayah Republik Indonesia.
Salah satunya adalah semakin maraknya penyelundupan komoditas pertanian di
bagian timur pulau Sumatera karena perbatasan antar negara yang bersentuhan
langsung dengan Provinsi Riau, Aceh, Sumatera Utara dikarenakan banyaknya pintu

masuk, baik yang resmi maupun yang

tidak resmi . Hal ini tidak menyurutkan

Karantina Padang untuk mengintensifkan cegah tangkal pemasukan komoditas
pertanian illegal ke Provinsi Sumatera Barat yang ada di bagian barat pulau
Sumatera.
Seperti diketahui, Rabu tanggal 13 Maret 2013 Balai Karantina Pertanian Kelas I
Padang melakukan pemusnahan benih hortikultura illegal asal Australia dan produk
hewan/tumbuhan asal Malaysia di Kantor Wilayah Kerja Karantina Pertanian
Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas
I Padang, Ir. Elpi Syahrin mengatakan , benih hortikultura dan produk
tumbuhan/hewan tersebut merupakan barang sitaan dari barang tentengan/bagasi
penumpang yang tidak dilengkapi dokumen yang dipersyaratkan dari negara asal

serta melanggar Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 42/Permentan/OT.140/6/2012
tentang Tindakan Karantina Tumbuhan untuk Pemasukan Buah Segar dan Sayuran
Buah Segar ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia.
Sejak 2012, pemerintah hanya membuka lima tempat pemasukan buah segar dan
sayuran buah segar ke dalam wilayah Indonesia. Pintu masuk tersebut yakni,
Pelabuhan Laut Belawan Medan, Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta
Jakarta, Pelabuhan Laut Tanjung Perak Surabaya, Pelabuhan Laut Soekarno-Hatta
Makassar dan Pelabuhan bebas yang ditetapkan (untuk konsumsi lokal). Sementara
Provinsi Sumatera Barat bukan merupakan tempat pemasukan buah segar dan
sayuran buah segar

dari luar negeri baik melalui Bandara Internasioanal

Minangakabau maupaun Pelabuhan Laut Teluk Bayur dan Kantor Pos Padang
Menurut Ir. Elpi Syahrin, pembatasan pintu masuk impor merupakan salah satu
upaya pemerintah meminimalkan resiko masuk dan tersebarnya

Organisme

Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) eksotik yang kian meningkat seiring

dengan meningkatnya pemasukan berbagai media pembawa,baik berupa produk
maupun benih tanaman,khususnya hortikultura dari luar negeri, mengurangi resiko
cemaran kimia melebihi batas maksimal yang terbawa pada produk pertanian serta
meningkatkan daya saing dan konsumsi produk hortikultura dalam negeri.
Sementara itu produk hewan yang dimusnahkan juga terkait larangan pemasukan
Hewan, Produk Hewan dari negara yang belum bebas Penyakit Mulut dan Kuku
(PMK), seperti negara Malaysia, hal tersebut diatur dalam Peraturan Menteri

Pertanian

Nomor

:

20/Permentan/OT.140/4/2009

tentang

Pemasukan

dan

Pengawasan Peredaran Karkas, Daging, dan/atau Jeroan dari Luar Negeri.
Pemusnahan benih hortikultura ,produk hewan dan tumbuhan tersebut dilaksanakan
di Kantor Wilayah Kerja Karantina Pertanian Bandara Internasioanal Minangkabau
Jl.Olo Bangau, Ketaping, Padang Pariaman dan disaksikan oleh GM.Angkasa Pura
Bandara Internasional Minangkabau ,Kasi Korwas Polda Sumatera Barat, Kepala
KP3 Bandara Internasional Minangkabau, Kepala Karantian Ikan Padang,Kepala
Kantor Kesehatan Pelabuhan Padang, Perwakilan Air Asia Padang serta wartawan
dari media cetak Padang Ekspres, dan Minang TV.

Penahanan Benih Tanaman Asal China
Tanggal Posting : 02 April 2014

Penulis : wulan

Sumber : BADAN KARANTINA PERTANIAN http://www.karantina.deptan.go.id
Balikpapan ( 26/3). Dalam upaya peningkatan pengawasan Media Pembawa
HPHK/OPTK di pintu-pintu pemasukan dan pengeluaran BKP Kelas I Balikpapan
bekerjasama dengan Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Balikpapan dan PT. Pos
Indonesia Balikpapan secara bersama-sama telah melakukan proses tindakan
pemeriksaan terhadap paket kiriman pos dari luar negeri.
Dari hasil pemeriksaan, terdapat benih/bibit tanaman berasal dari china yang tidak
dilengkapi dokumen karantina tumbuhan (Phytosanitary Certifikat) dari Negara asal
dan surat izin pemasukan untuk benih/bibit tanaman dari Menteri Pertanian, jumlah
benih/bibit yang dimasukan sejumlah 1.670 Kg terdiri atas 150 jenis benih/bibit
tanaman

holtikultura.

Sesuai

dengan

Surat

Penahanan

Nomor

2014.2.18.01.K06.I.000028 tanggal 26 Maret 2014 yang dilakukan oleh petugas
Karantina Tumbuhan Balikpapan. Berdasarkan pengakuan pemilik barang, bahwa
benih/bibit tanaman tersebut dibeli melalui media On line.
Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap seluruh jenis benih/bibit tanaman tersebut,
terdapat

2 (dua) paket yang di duga merupakan jenis benih/bibit tanaman Opium

Poppy yang mengadung zat Narkotika seberat 1.6 gram.
Terkait dengan adanya temuan jenis biji tanaman yang diduga merupakan biji
tanaman

opium,

Kepala

Balai

Karantina

Pertanian

Kelas

I

Balikpapan

Menginstruksian Kepala Seksi Pengawasan dan penindakan untuk melakukan
koordinasi dengan Direktorat Reserse Norkoba Polda

Kal-Tim dan Badan

Narkotika Nasional kota Balikpapan untuk menindak lanjuti temuan dimaksud,
selanjutnya barang kiriman pos yang diduga merupakan biji tanaman Opium tersebut
telah diserah terimakan kepada pihak BNN Kota Balikpapan guna dilakukan
identifikasi dan langkah-langkah lebih lanjut.
Untuk mengantipasi pemasukan dan pengeluaran media pemabawa HPHK dan
OPTK BKP Kelas I Balikpapan akan lebih meningkatkan pengawasan terhadap
paket kiriman pos dari luar negeri.(bkp balikpapan)
Untuk Melindungi Konsumen, Indonesia Hentikan Impor Produk Hewan Asal
AS
Tanggal Posting : April 2012
Sumber : Tim Media Website Kementan, BBVet Denpasar
JAKARTA – Menyusul adanya kasus sapi gila di negara bagian Califoria, AS,
Indonesia menghentikan importasi produk hewan asal Amerika Serikat. Pengumunan
penghentian impor tersebut disampaikan langsung Menteri Pertanian Suswono di
Jakarta, Selasa (1/5).
Kepada sejumlah wartawan, Mentan menjelaskan bahwa berdasarkan pernyataan
Chief Veterinary Officer (CVO) USDA No. 0132.12 tanggal 24 April 2012 dan
Penjelasan dari pihak kedutaan besar USA untuk Indonesia pada hari Rabu tanggal
25 April 2012, diketahui telah terjadi kasus penyakit Bovine Spongiform
Encephalopaty (BSE) atau penyakit sapi gila di California, USA pada tanggal 24
April 2012. ).
Guna melindungi Indonesia dari ancaman masuk dan tersebarnya penyakit BSE,
Kementerian Pertanian telah mengambil langkah-langkah sebagai berikut:Pertama,
Menteri Pertanian telah menerbitkan Instruksi No. 02/Inst/PD.620/4/2012 tanggal 26
April 2012 yang ditujukan kepada Kepala Badan Karantina Pertanian selaku
Notification

Body

SPS-WTO

mengumumkan

melalui

fasilitas

emergency

notification tentang penghentian pemasukan produk hewan dari USA, serta
melakukan tindakan teknis pencegahan masuknya penyakit BSE dari USA melalui
produk hewan ke dalam wilayah R.I. ).
Kedua, berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 3238 Tahun 2009 dan
Instruksi Menteri Pertanian No. 02/Inst/PD.620/4/2012, Kepala Badan Karantina
Pertanian telah menginstruksikan kepada para Kepala Unit Pelaksana Teknis

Karantina Pertanian tempat pemasukan untuk melakukan tindakan penolakan
terhadap pemasukan produk hewan yang berasal dari Amerika Serikat yang
dinaikkan ke atas alat angkut sejak tanggal 24 April 2012 sesuai dengan bukti
pengangkutan antara lain bill of lading dan/atau cargo manifest. ).
Sedangkan produk hewan yang telah dinaikkan ke atas alat angkut sebelum tanggal
24 April 2012 dan memenuhi persyaratan karantina dengan dilampirkan dokumen
lain yang menyatakan bahwa pengapalan dilakukan sebelum tanggal 24 April 2012
berdasarkan bill of loading dan/atau cargo manifest dapat diperbolehkan masuk ke
wilayah Republik Indonesia. Produk hewan yang dilarang sesuai rekomendasi dari
komisi ahli terbatas kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner tersebut
adalah meat bone meal (MBM), jeroan, daging bertulang (bone in meat), dan gelatin.
Mentan menjelaskan bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No.
3238/Kpts/PD.630/9/2009 tentang Penggolongan Jenis-jenis Hama Penyakit Hewan
Karantina, Penggolongan dan Klasifikasi Media Pembawa, penyakit Bovine
Spongiform Encephalopaty (BSE) atau penyakit sapi gila digolongkan sebagai hama
penyakit hewan karantina (HPHK) Golongan I, karena penyakit ini memiliki
karakteristik: • belum terdapat di Indonesia; • mempunyai sifat dan potensi
penyebaran penyakit yang serius dan cepat;• dapat membahayakan kesehatan
manusia;• menimbulkan dampak sosial yang meresahkan masyarakat; serta• dapat
menimbulkan kerugian ekonomi yang tinggi. ).
Dengan demikian berdasarkan ketentuan Keputusan Menteri Pertanian No. 3238
Tahun 2009 tersebut, maka pemasukan media pembawa yang berasal dari negara
yang tertular HPHK golongan I dilarang. ).
Bovine Spongiform Encephalopaty (BSE) adalah penyakit syaraf yang progresif
yang terjadi pada sapid an bersifat mematikan. Penyakit ini disebabkan oleh prion
yaitu protein yang mengalami perubahan dari protein normal sehingga disebut
sebagai prion protein. Bentuk tidak normal dari protein ini menyerang syaraf pusat
dan menimbulkan kerusakan pada system syaraf pusat. Hewan yang terinfeksi
menunjukkan gejala syaraf atau progresif, posture abnormal, pergerakan yang tidak
terkoordinasi, penurunan produksi susu dan berat badan. ).
Penghentian importasi produk hewan asal USA diberlakukan sampai dengan adanya
keputusan Menteri Pertanian yang didasarkan :1. Penjelasan oleh Otoritas Veteriner

dan tenaga ahli USA kepada pemerintah RI tentang kasus BSE tanggal 24 April 2012
dan tindakan-tindakan pengendalian yang telah, sedang dan akan dilakukan; ).
2. Setelah mendapat justifikasi dan klarifikasi dari pemerintah USA selanjutnya
dilakukan kajian ilmiah lebih lanjut oleh Komisi Ahli Kesehatan Hewan dan
Kesehatan Masyarakat Veteriner; dan).
3. Justifikasi dan klarifikasi dari pemerintah USA yang dapat menyakinkan
pemerintah RI bahwa pemasukan produk hewan tersebut di atas dari USA tidak
membawa risiko masuknya penyakit BSE ke dalam wilayah RI.
Balai Karantina Soetta Gagalkan Penyelundupan Kura-Kura
Redaktur : Iwan Samariansyah
Tanggal Posting: Kamis, 09 Januari 2014
Sumber : BADAN KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUTU DAN
KEAMANAN HASIL PERIKANAN
Jurnas.com | PETUGAS Balai Besar Karantina Bandara Soekarno - Hatta (Soetta)
berhasil menggagalkan penyelundupan kura-kura berjenis moncong babi sebanyak
8.200 ekor. Di mana hewan langka ini akan di selundupkan ke luar negeri.
Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mengatakan, kasus penyelundupan satwa langka
ini sangatlah sering dilakukan. " Kasus seperti ini tidak terjadi satu kali atau dua kali.
Namun, sudah seringkali terjadi dan penyelundupan ini memungkinkan ada campur
tangan orang dalam," jelas Zulkifli kamis (9/1).
Pelakunya, lanjut Zulkifli mungkin melibatkan oknum yang ada di dalam
Kementerian Perhutanan sendiri. Kemungkinanan, kata Zulkifli, pelaku memberikan
'upeti' kepada para petugas supaya dapat meloloskan hewan tersebut agar dapat
dikirim ke luar negri. " Dengan cara itu hewan-hewan tersebut berhasil dibawa
keluar dan diperdagangkan. Di mana di negara lain hewan tersebut dapat di konsumsi
oleh masyarakatnya. Oleh sebab itu, kami meminta partisipasi dan kerjasama semua
instansi agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali. Sebab, Kemenhut tidak akan
bisa bekerja sendiri tanpa kerjasama dengan instasi terkait, "ujar Zulkifli.
Zulkifli menjelaskan 2. 800 kura-kura jenis moncong babi yang disimpan dalam 4
koper yang berhasil digagalkan melalui Terminal 2 Kedatangan Bandara Soetta,
Rabu (8/1) malam dan 5.400 ekor yang disita di Bandara Rendani, Papua Barat akan
dipulangkan ke habitatnya. "Setelah pemulihan ribuan satwa dilindungi ini akan kita

pulang ke habitatnya di Papua Barat, Kabupaten Asmat. Sebab, hewan dilindungi ini
hanya ada disana. Semua biaya pengiriman Kemenhut yang menanggung secara
keseluruhan," jelas Zulkifli lagi.
Zulkifli mengaku bahwa hewan tersebut merupakan hewan yang diindungi. Jadi,
hewan tersebut memiiki nilai yang tidak terbatas. " Memang jika di uangkan hewan
tersebut seharga Rp. 200.000 per ekornya. Jika ditotal secara keseuruhan dapat
mencapai angka Rp. 2 Milliar. Tapi, bukan masalah berapa rupiah harga hewan
tersebut. Namun, berapa kekayaan fauna kita yang hilang," tegas Zulkifli.
Bukan hanya kura-kura jenis moncong babi, tapi trenggiling, kukang juga marak
penyelundupan dari daerah yang dikirim ke luar negeri melalui udara. Maraknya
penyelundupan itu, karena lemahnya pengawasan dari daerah. "Oleh karena itu satwa
-satwa ini harus dilindungi tidak boleh dicuri oleh negara lain dan harus dilindungi
secara bersama, tidak hanya kemenhut, "tandas Zulkifli.
Terpisah, Kepala Balai Karantina Bandara Soetta Musyaffak Fauzi menjelaskan,
ribuan kura-kura tersebut di temukan pihaknya di terminal 2 kedatangan, rencananya
akan di kirimkan ke luar negeri menggunakan koper.
Awalnya, para petugas menunggu pemilik koper tersebut untuk mengambil barang
miliknya. Namun, selang berapa waktu kemudian tidak ada para penumpang yang
datang untuk menanyakan koper tersebut. " Mungkin, pemilik koper tersebut telah
mengetahui jika ia sudah ditunggu petugas untuk mengambil koper tersebut.
Sehingga koper itu ditinggalkan begitu saja. Kita juga sudah bekerjasama dengan
aparat kepolisian untuk mengungkap siapa pengirim binatang dilindungi itu, "
singkatnya.
Bibit Lilium Asal Belanda Terinfeksi Virus
Wednesday, August 19th, 2009 13:28
Sumber: Agroindonesia.com
Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok sudah dua kali menemukan bibit
Lilium impor terinfeksi virus yang tidak ada di Indonesia. Pertama pada impor 40
ribu bibit (22 keranjang) milik PT Surya Pralabda. Kasus kedua, sebanyak 32 ribu
bibit atau sebanyak 160 keranjang (3.427 kg) bunga Lili yang diimpor PT. Graha
Flora Indonesia terdeteksi terinfeksi SLRSV.

Terhadap dua kasus tersebut, Karantina Pertanian melakukan pemusnahan dengan
cara membakar. Pada kasus pertama dilakukan April lalu, sedangkan kasus kedua
pada Rabu (12/8) di Sukabumi.
Kepala Seksi Penindakan Karantina Tumbuhan Balai Besar Karantina Tanjung Priok,
Karsad kepada Agro Indonesia mengatakan, bibit Lilium milik PT Graha Flora
Indonesia terinfeksi OPTK (organisme pengganggu tanaman karantina) SLRSV yang
tidak dapat hilang dengan tindakan karantina melalui fumigasi.
“Berdasarkan hasil uji di laboratorium karantina di Tanjung Priok dan laboratorium
standar karantina ternyata 32 ribu umbi Lilium itu positif OPTK yang tidak ada di
Indonesia,” kata Karsad. Bibit impor itu masuk pada 28 Maret 2009 melalui
Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Di Indonesia jenis Lilium itu dipasarkan dengan
nama Sorbonne atau Lilium merah.
Dia menegaskan, untuk menghindari penyebaran ke daerah lain yang bisa
membahayakan atau menular ke tanaman lainnya, Karantina Pertanian tidak bisa
melepas atau mengijinkan masuk ke Indonesia. Karena itu bibit Lilium tersebut
kemudian dimusnahkan untuk melindungi aumberdaya alam Indonesia. Pemusnahan
dilakukan di lokasi kebun milik PT Graha Flora Indonesia di Kampung Cipamingkis,
Desa Titisan, Kecamatan Sukalaras, Sukabumi.
“Jika OPTK dari negara lain sampai masuk, maka sulit bagi Indonesia
memberantasnya sampai habis. Jika sampai menyebar yang bisa kita lakukan hanya
mengendalikan,” ujar Karsad.
Perlu diketahui SLRSV merupakan jenis OPTK kategori A1 dan golongan I. Artinya
OPTK tersebut termasuk jenis yang membahayakan dan tidak ada di Indonesia.
Karena itu jika ada produk pertanian impor yang masuk ke Indonesia dan terdeteksi
ada OPTK dari golongan tersebut harus dimusnahkan.
Selain bibit Lilium Sorbonne, selama tahun 2009 ada beberapa bibit tanaman hias
yang masuk ke Indonesia yakni Lilium Crystal Blanca, Nova Zembla, Rialto, Robina
dan Santander. Total jumlahnya 363 cases, 65.800 pcs, 7.775 kg. Namun bibit
tersebut aman dan tidak terdeteksi hama penyakit membahayakan bagi tanaman yang
ada di Indonesia.
Sementara itu, Kepala Bagian Personalia dan Umum PT Graha Flora Indonesia
(GFI), Rahman mengakui, bibit Lilium tersebut dipesan dari Belanda yakni Jan De
Wit and Zonen. Perusahaan mengimpor bibit Lilium Sorbonne sejak tahun 2000.

“Memang ada penyesalan karena baru kali ini bibit Lilium yang kita impor terdeteksi
virus SLRSV,” ujarnya.
Ke depan menurut Rahman, agar tidak terjadi kasus yang sama pihaknya
mengusulkan agar pemerintah dalam hal ini Karantina Pertanian menggunakan
sertifikasi bebas OPTK dari negara asal. Cara ini, selain memudahkan Karantina
Pertanian, bagi perusahaan pengimpor akan memberikan jaminan terhadap
produknya. Diperkirakan kerugian akibat pemusnahan bibit Lilium ini sekitar Rp250
juta.
Dengan adanya pemusnahan bibit ini diprediksi dalam enam bulan ke depan pesanan
bunga Lilium ini tidak bisa terpenuhi. Sebab, bibit Lilium jenis Sorbonne termasuk
yang banyak digemari masyarakat Indonesia. Bahkan kini perusahaan memproduksi
hampir 50% bunga Lilium adalah jenis Sorbonne.
Jenis bunga lain yang bibitnya diimpor adalah bunga Lilium putih yakni
Cassablanca, Realto dan Novazembla. Sedangkan bunga lain yang diproduksi PT
Graha Flora Indonesia adalah Rose, Anturium, Anggrek, Orchidium. “Sebagian besar
pemasarannya di wilayah DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, khususnya
Bandung,” katanya.
Selain kasus bibit Lilium terinfeksi virus, Karantina Pertanian pada tahun ini juga
menemukan kentang asal Kanada yang ditemukan OPTK. Kentang yang terdeteksi
virus sudah dimusnahkan di lokasi kebun importir di Garut, Jawa Barat.
Sejak Mei lalu, Badan Karantina Pertanian, Departemen Pertanian mengubah
mekanisme pemeriksaan produk pertanian impor, baik hewan dan tumbuhan. Semula
dilakukan di gudang pemilik kini tindakan karantina atau pemeriksaan di lini satu
pelabuhan pemasukkan. “Tindakan karantina di lini satu untuk memaksimalkan
pemeriksaan awal dengan pengambilan sampel, selanjutnya dilakukan pengujian
laboratorium,” kata Kepala Balai Besar Karantina Pertanian, Hadi Wardoko.
Selama ini pengambilan sampel baru dilakukan ketika barang-barang impor sudah
keluar dari pelabuhan atau berada di gudang importir yang ditetapkan sebagai
instalasi karantina atau tempat pemeriksaan. Namun mekanisme itu justru membawa
konsekuensi produk pertanian impor itu sudah tidak ada di gudang.
Contohnya pernah terjadi pada kasus impor bawang. Selama ini importir diberikan
kemudahan, tindakan karantina dilakukan di gudang pemilik agar dapat cepat keluar
dari area pelabuhan. Tapi setelah keluar dari pelabuhan dan petugas karantina akan

memeriksa dan mengambil sampel, ternyata barang tersebut sudah diedarkan, bahkan
habis terjual. Padahal produk pertanian impor itu belum mendapat sertifikat
pelepasan dari Badan Karantina.